Anda di halaman 1dari 4

DIPLOMASI BUDAYA ARAB SAUDI MELALUI WWE

Baru-baru ini, pemerintah Arab Saudi membuat gebrakan di dunia olahraga dengan
menyelenggarakan event Gulat professional besar, The Greatest Royal Rumble, bersama WWE di Kota
Jeddah.
Pada tanggal 27 April 2018, Kota Jeddah dipadati oleh ribuan pengemar gulat professional (Pro
– Wrestling) dari seantero Jazirah Arab. Tujuan mereka berkumpul di kota tersebut adalah untuk
menonton idola mereka, baik John Cena, Roman Reigns maupun The Undertaker dalam pagelaran pro
– wrestling terbesar dan pertama di luar benua Amerika, yaitu Greatest Royal Rumble, yang merupakan
hasil kolaborasi antara pemerintah Arab Saudi dan WWE (World Wrestling Entertainment).
Ya, untuk pertama kalinya WWE menggelar sebuah event besar di luar Amerika Utara, dan
pada event Greatest Royal Rumble ini juga terdapat pertandingan Royal Rumble terbesar dengan
jumlah peserta sebanyak 50 pegulat dan dimenangkan pegulat asal AS, Braun Strowman, dimana
jumlah ini mematahkan rekor Royal Rumble sebelumnya yang diikuti 40 peserta pada tahun 2011,
yang dimenangkan oleh pegulat asal Meksiko, Alberto Del Rio. Namun, bukan itu saja yang dijual oleh
event yang diselenggarakan di Stadion Internasional Raja Abdullah, Jeddah ini, tetapi juga terdapat
sejumlah nama besar dalam Pro-Wrestling yang turut berpartisipasi seperti The Undertaker, Chris
Jericho dan Rey Mysterio, yang pada akhirnya menjadi daya Tarik bagi para fans WWE di Timur
Tengah dan membuat stadion yang berkapasitas 62.000 tempat duduk ini terisi penuh. Event ini juga
cukup unik, karena berbeda dengan event WWE sebelumnya, yang selalu diselenggarakan pada
minggu malam, namun pada event ‘Greatest Royal Rumble’ ini, acara diselenggarakan pada jumat
malam dan terdapat istirahat shalat di dalam event tersebut.
Dalam event ini terdapat 10 pertandingan, yang semuanya adalah pertandingan pegulat pria,
tanpa pertandingan gulat wanita dengan pertandingan besar antara Roman Reigns melawan Brock
Lesnar memperebutkan gelar juara Universal, AJ Styles melawan Shinsuke Nakamura memperebutkan
gelar juara WWE, John Cena melawan Triple H dalam pertandingan tanpa gelar dan pertandingan Fatal
4 Way antara Seth Rollins, Finn Balor, The Miz dan Samoa Joe memperebutkan gelar juara
Intercontinental serta yang tidak kalah penting adalah kembalinya legenda WWE, The Undertaker yang
bertanding melawan pegulat asal Bulgaria, Rusev serta pertandingan Royal Rumble itu sendiri, dimana
50 pegulat bertanding dalam ring hingga pegulat terakhir yang tidak keluar dari ring, dinyatakan
sebagai pemenang.
Dalam event ini sendiri, WWE diyakini meraup untung yang sangat besar, Dimana, menurut
kabar, WWE mendapatkan bayaran sebesar 50 Juta Dollar AS untuk menyelenggarakan event ini,
dimana uang tersebut hanya untuk biaya penyelenggaraan saja, belum termasuk pemasukan dari tiket
dan merchandise yang bisa membuat WWE diperkirakan menerima pemasukan bersih lebih dari 100
Juta Dollar AS untuk satu penyelengaraan event dan merupakan pemasukan terbesar WWE dari satu
event, mengalahkan pemasukan mereka dari seluruh ajang Wrestlemania (Ajang gulat utama WWE
dan merupakan yang terbesar di dunia) selama ini.
Namun, kerjasama WWE dan Arab Saudi tidak hanya berlangsung untuk satu malam saja.
WWE dan Pemerintah Arab Saudi juga menandatangani kontrak 10 tahun yang membuat WWE
bersedia menyelenggarakan acara selevel Wrestlemania di Arab Saudi selama 10 tahun dan
mengizinkan pegulat Arab Saudi untuk mengikuti trial di Performance Center WWE. Penandatanganan
kontrak ini juga tidak lepas dari rancangan visi 2030 pemerintah Arab Saudi, dimana visi tersebut
adalah bagian dari kebijakan putra mahkota Arab Saudi, Mohammed bin Salman, yang berniat untuk
memodernisasi Arab Saudi dengan kebijakan pariwisata dan hiburan, untuk menarik banyaknya turis
berkunjung ke negara tersebut, seiring dengan semakin menipisnya persediaan minyak negeri
PetroDollar tersebut. Penyelenggaraan event WWE ini adalah salah satu langkah awal dari pemerintah
Arab Saudi untuk mendukung visi 2030, dimana di event ini, pemerintah Arab Saudi secara rutin
mempromosikan perubahan di negara mereka dan mengajak warga dunia untuk berkunjung ke Arab
Saudi.
Rencana Visi 2030 Arab Saudi
Visi 2030 Arab Saudi adalah visi yang dicanangkan putra Mahkota Arab Saudi yang dibangun
dengan tiga unsur, yaitu masyarakat yang giat, ekonomi yang tumbuh berkembang dan bangsa yang
ambisius. Dimana masyarakat yang giat sendiri, pemerintah Arab Saudi menginginkan terciptanya
suatu situasi harmonis dalam masyarakat Arab Saudi berdasarkan nilai-nilai Islam dan modernitas,
kemudian juga masyarakat yang bangga akan identitas nasional dan warisan kebudayaan kuno mereka,
serta seluruh keluarga di Arab Saudi menikmati hidup bahagia dalam lingkungan yang indah dengan
ditunjang oleh jaminan sosial dan kesehatan. dimana, pemerintah Arab Saudi meyakini unsur pertama
ini adalah fondasi penting dan vital dalam menciptakan kesejahteraan ekonomi.
Kemudian unsur kedua, yaitu berkembangnya ekonomi nasional dengan penyediaan peluang
bagi pembangunan sistem pendidikan yang terhubung dengan kebutuhan pasar serta menciptakan
peluang ekonomi bagi wirausaha, baik dalam skala kecil – menengah maupun perusahaan besar.
beberapa hal yang dijanjikan oleh pemerintah Arab Saudi untuk menciptakan iklim investasi yang
kondusif diantaranya adalah meningkatkan kualitas pelayanan birokrasi, privatisasi sektor-sektor yang
dikuasai pemerintah, memperbaiki iklim bisnis, menarik talenta terbaik dan berinvestasi secara global,
serta memanfaatkan letak strategis mereka yang terletak antara tiga benua. dimana, pemerintah Arab
Saudi berharap strategi ini dapat meningkatkan ekonomi Arab Saudi dari sektor selain Minyak dan Haji
Umrah dan juga yang terpenting menciptakan lapangan pekerjaan.
Terakhir, Pemerintah Arab Saudi juga menginginkan bangsanya menjadi bangsa yang ambisius
dalam berbagai hal, dengan langkah utama yaitu mengaplikasikan efisiensi dan responsibilitas dalam
setiap level pemerintahan. Selain itu, pemerintah Arab Saudi juga ingin mencetak setiap birokratnya
menjadi birokrat yang dibangun berdasarkan efektivitas, transparansi, bertanggung jawab, bisa
melakukan berbagai hal dan berkinerja cepat. Dimana seluruh tujuan ini diharapkan mampu dicapai
oleh pemerintah Arab Saudi sebelum tahun 2030.
Saat ini, pemerintah Arab Saudi dibawah kendali putra mahkota Mohammed bin Salman, sudah
melakukan berbagai kebijakan untuk mendukung program tersebut, diantaranya dengan melakukan
berbagai reformasi dalam kebijakan mereka. salah satunya adalah dengan mengizinkan wanita untuk
mengemudi dan membuka kembali gedung bioskop setelah puluhan tahun. Langkah ini juga diikuti
dengan langkah pemerintah menangkapi beberapa Imam yang dianggap radikal beberapa waktu yang
lalu. Selain itu, pemerintah Arab Saudi juga sedang menggarap cetak biru ekonomi mereka, dengan
pembukaan kerja sama sektor ekonomi antara Arab Saudi, Jordania dan Mesir.
Karena itu, kerjasama Arab Saudi dengan WWE, dimana salah satunya dengan penyelenggaraa
event ‘Greatest Royal Rumble’ ini diharapkan mampu mengabarkan reformasi dan perubahan kultural
di Arab Saudi yang pada akhirnya berhasil mewujudkan target visi 2030.
Catatan Penting dari Greatest Royal Rumble
Kendati pemerintah Arab Saudi sukses menggelar pagelaran ‘Greatest Royal Rumble’, namun
bukan berarti langkah mereka dalam menggelar event ini berjalan dengan baik. berbagai kritik
ditujukan ke acara ini, mengingat tidak adanya pegulat wanita yang berpartisipasi dalam acara ini. hal
ini cukup ironis, mengingat WWE dalam setahun terakhir ini sangat gencar menyuarakan ‘Woman
Revolution’ di setiap event WWE, bahkan mereka berhasil menggelar pertandingan gulat wanita
pertama di Timur Tengah antara pegulat Sasha Banks dan Alexa Bliss di Dubai, beberapa saat lalu.
selain itu, saat ini juga terdapat pegulat wanita Arab asal Jordania, Shadia Mansour, yang bergabung di
Performance Center WWE. Karena itu, banyak pihak menganggap tidak adanya pegulat wanita di
event ini merupakan suatu kemunduran. apalagi, pemerintah Arab Saudi justru meminta maaf kepada
warganya karena adanya iklan event PPV WWE selanjutnya yang menampilkan highlight pertandingan
gulat wanita, yang membuat publik beranggapan bahwa pemerintah Arab Saudi tidak serius dalam
mendukung kesetaraan jender.
Selain itu, acara ini juga dikritik karena adanya unsur politik, dengan adanya segmen dimana
para pegulat Arab Saudi yang lolos dalam program Try-Out diganggu dan menghajar dua pegulat
WWE keturunan Iran, Shawn dan Ariya Daivari, yang dianggap sebagai simbol kemenangan Arab
Saudi terhadap rival politik mereka, Iran. Hal tersebut praktis membuat rakyat Iran berang, karena
WWE dan pemerintah Aarb Saudi memasukkan unsur politik ke dalam olahraga. Selain itu, juga
terdapat kritik bahwa event ini diselenggarakan untuk mengalihkan perhatian publik dari aksi
mengecam kebijakan putra Mahkota dalam invasi ke Yaman.
Pada akhirnya, penyelengaraan event ini dan rencana pemenuhan target Visi 2030 tidak akan
bisa berjalan baik, apabila pemerintah Arab Saudi masih mengabaikan berbagai pelanggaran HAM
yang dilakukan oleh mereka, baik terhadap warga mereka sendiri, maupun terhadap warga Yaman,
yang menjadi korban invasi mereka. (Kharizma)

Anda mungkin juga menyukai