Anda di halaman 1dari 7

Jurnal Sastra Indonesia 9(3) (2020) 165-171

Jurnal Sastra Indonesia


https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/jsi

Makna Sifat Tuhan dalam Puisi “Kalau Kau Rindu Aku” Karya Dharmadi;
Kajian Semiotika Riffaterre

Bivit Anggoro Prasetyo Nugroho*1, Nila Mega Marahayu2 dan Octaria Putri Nurharyani3
Universitas Jenderal Soedirman, Indonesia.
1,2,3

Info Artikel Abstrak


Article History Penelitian ini membahas puisi “Kalau Kau Rindu Aku” karya Dharmadi yang terdapat dalam
Disubmit 20 September 2019 Buku Kumpulan Puisi Kalau Kau Rindu Aku dilatarbelakangi bahwa puisi tersebut sebagai
Diterima 3 Maret 2020 puisi utama dalam buku karya penyair lokal Banyumas tersebut. Selain itu, sebagai puisi
Diterbitkan 30 November 2020 yang memiliki ambiguitas dalam tataran pemaknaan dalam sudut pandang pembaca antara
puisi spiritual dengan puisi liris romantis. Penelitian terhadap puisi ini dilakukan untuk
menemukan pemaknaan atas sifat-sifat Tuhan sebagai wacana ketuhanan yang dapat dijadi-
Kata Kunci kan sarana kontemplasi pembaca atas kebutuhan spiritualitas manusia dari sudut pandang
makna; sifat Tuhan; puisi; penyair dengan karakter Banyumas yang direpresentasikan melalui puisi. Penelitian ini
semiotika riffaterre berdasarkan teori semiotika Riffaterre sebagai kajiannya. Dalam penelitian ini digunakan
metode pembacaan heuristik dan retroaktif, penentuan matriks, model, dan varian. Me-
meaning; God’s character; tode tersebut untuk mengkaji makna yang dalam atau signifikansi dari puisi. Hasil analisis
poem; riffaterre semiotics menunjukkan signifikansi puisi, yaitu menggambarkan manusia adalah makhluk spiritual
dan menggambarkan sifat-sifat Tuhan, diantaranya sifat ada, kekal, berkehendak, melihat,
mendengar, dan mengetahui. Manfaat penelitian ini untuk memberikan kajian baru menge-
nai interpretasi puisi dengan penggambaran sifat-sifat Tuhan pada Puisi “Kalau Kau Rindu
Aku” Karya Dharmadi sebagai sudut pandang penyair berlatar Banyumas. Penelitian ini juga
bermanfaat pemberian apresiasi agar eksistensi penyair lokal dalam ranah sastra.

Abstract
This research discusses a poem entitled “Kalau Kau Rindu Aku [If you Miss Me]” contained in
a Poem Collection Book “Kalau Kau Rindu Aku [If you Miss Me]”. This is the core poem of the
book written by Dharmadi, a local poet from Banyumas. From the readers’ point of view and
in term of meaning, this poem has ambiguities either as a spiritual or romantic lyric poem. This
research is conducted to reveal the meaning of God’s characters as the divinity insights which
can be used as the readers’ contemplation vehicles regarding to the humans’ spiritual needs
from the poet’s perspectives with Banyumas characteristics represented through the poem. This
research was based on the theory of Riffaterre semiotics. Heuristic and retroactive reading meth-
ods were employed to determine the matrixes, models, and variants to deeply discuss the mean-
ing or significance of the poem. The analysis results showed the poem significances by depicting
humans as a spiritual creature and explaining the God’s characters, such as exist, immortal,
having wills, seeing, hearing, and knowing. This research is expected to provide benefits as new
insights related to the poem interpretations by depicting the God’s characteristics contained in
the poem entitled “Kalau Kau Rindu Aku [If you Miss Me]” written by Dharmadi as the poet’s
perspectives with Banyumas Background and to appreciate the existence of local poets in the
literature domain.

© 2020 The Authors. Published by UNNES. This is an open access


article under the CC BY license (http://creativecommons.org/licenses/by/4.0/)

* E-mail: bivit.nugroho@unsoed.ac.id
Address: Jl. Profesor DR. HR Boenyamin No.708, Dukuhban-
dong, Grendeng, Kec. Purwokerto Utara, Kabupaten
Banyumas, Jawa Tengah 53122
DOI 10.15294/jsi.v9i3.41442 P ISSN : 2252-6315 E-ISSN : 2685-9599
166 Bivit Anggoro Prasetyo Nugroho dkk, Makna Sifat Tuhan dalam Puisi “Kalau Kau Rindu Aku” Karya Dharmadi;...
PENDAHULUAN relakan diri dikuasai oleh sesuatu (Tuhan) itu. Pentingnya
Tuhan dalam kebutuhan manusia tercakup dalam dipuja,
Puisi “Kalau kau Rindu Aku” terangkum dalam
dicintai, diagungkan, diharapkan dapat memberikan ke-
buku kumpulan puisi “Kalau Kau Rindu Aku” pada 2012
maslahatan atau kegembiraan sekaligus pula sesuatu yang
karya Dharmadi menjadi puisi utama dari 64 puisi. Puisi
ditakuti yang dapat mendatangkan bahaya atau kerugian.
tersebut merupakan puisi yang mengandung pemaknaan
Oleh sebab itulah manusia dengan penuh kecintaan hati
dalam tataran sastra transendental. Pada puisi yang terang-
tunduk, merendahkan diri di hadapannya, tempat berpas-
kum dalam buku tersebut sebagai puisi yang turut andil
rah, berdoa, dan bertawakal.
dalam pembuktian keikutsertaan Dharmadi dalam berek-
Diri manusia yang bertuhan menggambarkan diri
sistensi sebagai penyair lokal Banyumas yang mengangkat
Dharmadi, hal ini tidak dapat dilepaskan dari melekatnya
isu religiusitas dalam kesusasteraan. Sastra Religiusitas
budaya Banyumas maka menjadi simbol gambaran masy-
yang kemudian juga dikenal sebagai sastra transendental
arakat banyumas yang berketuhanan yang terepresentasi
sesungguhnya merupakan sastra dalam aliran tradilis inte-
dalam karya-karya puisinya. Dalam karya puisi “Kalau Kau
lektual islam yang memiliki pengalaman spiritual. Seperti
pengalaman kerinduan, ektase, dan pengalaman mistikal Rindu Aku” tersebut Dharmadi seakan mengajak pembaca
terhadap yang gaib atau bersifat kerohanian. Sastra turut untuk memahami lebih dalam mengenai Tuhan dengan se-
menjadi media dalam memandang corak kegiatan intelek- gala sifat-sifat yang harus diimani sekaligus diteladani. Puisi
tual para sufi, sebagaimana puisi tersbeut ditulis berlan- tersebut tentu saja telah memenuhi fungsi sastra sesai pen-
daskan alasan-alasan keagamaan dan keruhaniahan. Sastra dapat Horatius, yaitu dulce et utile yang artinya menghibur
dalam hal ini mencoba menyampaikan hikmah dan men- atau menyenangkan dan berguna(Noor, 2006:6). Namun,
dapat berkat. Puisi atau sastra yang lahir dari pecinta kein- dalam mendapatkan makna puisi tentu saja harus dibeka-
dahan sejati ini diyakini bermutu tinggi dan membangun- li dengan pemahaman secara dalam. Hal ini karena puisi
kan cinta yang tertidur di dalam hati, baik bersifat duniawi merupakan karya sastra yang sarat dengan Bahasa yang
maupun bersifat ketuhanan dan ruhaniah (Ula, 2016:26). padat dan penuh simbolisasi. Puisi adalah struktur yang
Melalui puisi ini, Dharmadi semakin menunjukkan karak- tersusun dari berbagai macam unsur dan sarana kepuitisan
teristik kepenyairannya dengan seolah mengajak pembaca (Pradopo, 2012:3). Oleh sebab itu, diperlukan adanya cara
untuk berkontemplasi terhadap keberadaan dirinya sebagai untuk membantu menafsirkan makna puisi, yaitu dengan
manusia dalam proses pencarian dan pendekatan kepada pemaknaan tanda dalam puisi secara semiotika riffaterre.
Tuhan. Pada puisi ini Dharmadi seolah semakin menun- Sebuah tanda adalah segala sesuatu yang dapat dilekati (di-
jukkan kejelasan identitas kepenyairannya dalam dunia maknai) sebagai pengganti untuk sesuatu yang lain (Sari,
kesusasteraan dengan lebih dominan dengan aliran puisi Suseno, dan Mulyono, 2013). Semiotika Riffaterre me-
spiritual. Dharmadi dalam hal ini menjadikan puisi sebagai mandang bahwa puisi berbeda dengan pemakaian Bahasa
sarana dalam pengungkapan perasaan dan pikiran sekali- pada umumnya dan mengekspresikan konsep-konsep dan
gus spiritual dan transendental. Dalam hal ini, Dharmadi benda-benda secara tidak langsung. Puisi mengatakan satu
memanfaatkan media puisi sebagai bagian dari cara atau ja- hal dan memaksudkan hal lain sehingga perbedaan yang
lan spiritual. Hal ini karena sesungguhnya seperti pandan- ditangkap secara empiris antara puisi dan nonpuisi adalah
gan Aminudin dalam (Ma’ruf, 2012:104) bahwa puisi ber- dengan menjelaskan melalui cara suatu teks puisi memba-
hubungan erat dengan filsafat dan agama dan sebagai hasil wa makna (Riffaterre, 1978:1). Dalam hal ini, maka perlu
kreasi manusia, puisi mampu memaparkan realitas di luar pengkajian makna puisi dengan tahapan semiotis yang ter-
dirinya. Puisi merupakan cermin yang merepresentasi dari diri dari pembacaan heuristic dan hermeneutic, kemudian
realitas dan mengandung empat masalah yang berhubun- varian dan modal serta matriks. Dari uraian di atas maka,
gan dengan (1) kehidupan, (2) kematian, (3) kemanusiaan, penelitian ini menjadi penting untuk dikaji. Adapun per-
dan (4) ketuhanan. masalahan dalam penelitian ini adalah untuk mendeskrip-
Penggambaran tentang dunia spiritual di atas menja- sikan sifat-sifat Tuhan dalam teks puisi “Kalau Kau Rindu
di wacana yang relevan dengan kondisi masyarakat saat ini Aku”.
yang terus dan tengah berada pada tataran kebutuhan spiri- Penelitian terhadap karya cipta puisi Dharmadi
tual, bahkan kebutuhan spiritual ini pada kondisi yang pe- dan kepengarannya belum banyak dilakukan, diantaranya
nuh kebebasan teknologi informasi menjadikan kebutuhan penelitian terhadap kumpulan buku Aura karya Dharma-
tersebut sangat penting. Dunia spiritual ketuhanan menjadi di dengan judul “Motivasi Spiritual Di Dalam Buku Puisi
kebutuhan dasar manusia terhadap Tuhannya untuk men- Aura Karya Penyair Dharmadi” pada 2018. Penelitian terse-
dapatkan ketenangan dan ketenteraman dalam kehidupan. but dalam bentuk skripsi oleh Nobon Aditya Wibowo dari
Selain itu, kebutuhan spiritual juga sebagai pegangan atau Prodi Bimbingan dan Konseling Islam, Fakultas Dakwah
landasan panutan dalam menjalankan kehidupan dalam IAIN Purwokerto. Fokus penelitian dalam skripsi tersebut
bersosial dengan terlebih dahulu menguatkan diri sebagai adalah untuk mengetahui ajaran berupa motivasi atau key-
pribadi manusia yang taat pada Tuhannya. Apabila hubun- akinan hidup tentang nilai-nilai spiritual islam yang seha-
gan antara manusia dengan Tuhannya dapat dipahami dan rusnya dilakukan manusia sebagai makhluk yang bertuhan
diimani dengan baik, maka permasalahan yang karut ma- dalam menemukan jati diri. Selanjutnya, penelitian terha-
rut terkait kemanusiaan dan sensitivitas antarumat beraga- dap Dharmadi juga pernah dilakukan oleh Mimi Ovi Sa-
ma dapat teratasi dengan baik dan hidup penuh kedamaian. putri dari STKIP PGRI Sumatera Barat. Penelitian tersebut
Sebagaimana Tuhan (Illah) adalah sesuatu yang dipenting- dalam bentuk artikel ilmiah pada tahun 2015 dengan judul
kan oleh manusia sedemikian rupa sehingga manusia me- “Unsur Ketuhanan dalam buku kumpulan puisi Kalau Kau
Jurnal Sastra Indonesia 9(3) (2020) 67-171 167

Rindu Aku karya Dharmadi (Kajian Hermeneutik)”. Fokus melibatkan kompetensi sastra, dan tahap penentuan mat-
penelitian dalam artikel ilmiah tersebut adalah untuk men- rik, model, dan varian. Tahapan-tahapan tersebut akan
getahui diksi yang mengandung unsur-unsur ketuhanan di menghasilkan pemaknaan terhadap teks puisi “Kalau Kau
dalam puisi yang terkait dengan hubungan manusia dengan Rindu Aku” yang berfokus pada penemuan makna sifat-
Tuhannya secara hermeneutik. Keduan penelitian tersebut sifat Tuhan yang terkandung dalam teks puisi tersebut.
berbeda dengan penelitian ini. Perbedaan terletak pada ob-
jek kajian penelitian lebih spesifik pada puisi “Kalau Kau HASIL DAN PEMBAHASAN
Rindu Aku” berdasarkan makna atas sifat-sifat Tuhan yang Pembacaan Heuristik
terdapat dalam teks puisi tersebut. Kemudian, penelitian Pada tahap pembacaan heuristik untuk puisi “kalau
ini juga menggunakan teori semiotika Riffaterre sebagai kau rindu aku” karya Dharmadi dilakukan untuk menda-
alat analisis yang membantu dalam penemuan makna den- patkan pemaknaan dari kompetensi linguistik yang meli-
gan beberapa tahapan yang lebih terstruktur dan spesifik, puti pemikiran bahwa bahasa bersifat referensial atau seti-
yaitu dengan pemaknaan melalui heuristik, hermenutik, ap kata memiliki acuan. Adapun teks puisi tersebut sebagai
model, varian, dan matriks dari metafora atau simbolisasi berikut.
puisi. Tahap-tahap tersebut dilakukan untuk menemukan (1) Kalau aku tak lagi ada
pemaknaan baru berupa sifat ketuhanan dari puisi karya (2) Kau rindu mencariku
Dharmadi. (3) Bukalah pintu puisiku
Tujuan penelitian ini untuk mendeskripsikan hasil (4) Masuklah;
pembacaan semiotika Riffaterre terhadap puisi”kalau kau (5) Aku abadi di situ
Rindu Aku” karya Dharmadi dalam Buku Kumpulan Puisi Pada pembacaan heuristik sebagai langkah utama
Kalau Kau Rindu Aku. Setelah itu, hasil pembacaan terse- mengkaji puisi dengan semiotika Riffaterre pada puisi “ka-
but menjadi dasar untuk mendeskripsikan makna sifat-sifat lau kau rindu aku” karya Dharmadi untuk mendapatkan
Tuhan yang yang terkandung dalam puisi tersebut. Makna pemaknaan dari kompetensi linguistic, meliputi pemikiran
tersbeut sekaligus sebagai terepresentasi Dharmadi sebagai bahwa bahasa bersifat referensial atau setiap kata memiliki
penyair lokal Banyumas. acuan. “kalau kau rindu aku” merupakan judul puisi yang
Penelitian ini bermanfaat untuk mendeskripsikan memiliki makna seandaianya engkau merindukan diri aku
makna melalui teknik interpretasi puisi, yaitu melalui pem- liris. Judul tersebut bersifat gramatikal karena dapat dimak-
bacaan semiotika Riffaterre terhadap Puisi “Kalau Kau Rin- nai secara leksikal dalam KBBI (2016), yaitu kata “kalau”
du Aku”. Selain itu, bermanfaat untuk memberikan kajian merupakan kata penghubung untuk menandai syarat yang
baru mengenai interpretasi puisi dengan topik sifat-sifat menyatakan seandainya,“Kau” merupakan kependekan
Tuhan dalam Puisi “Kalau Kau Rindu Aku” Karya Dhar- dari engkau dan berarti adanya orang yang diajak bicara
madi dan interpretasi dalam menemukan cerminan diri dan biasanya berkedudukannya lebih rendah dibandingkan
penyair sebagai bagian masyarakat Banyumas yang memi- dengan orang yang berbicara, “Rindu” bermakna sangat
liki kerinduan dan kecintaan terhadap Tuhan. Selain itu, ingin dan berharap terhadap sesuatu, kemudian “Aku” me-
penelitian ini akan memberikan manfaat sebagai referensi miliki makna orang yang berbicara atau yang menulis, diri
untuk penelitian-penelitan karya sastra puisi lainnya dan sendiri, dan atau saya.
akan memberikan manfaat langsung kepada masyarakat
khususnya masyarakat pembaca, pemerhati sastra, maupun Kalau aku tak lagi ada
peneliti bahkan untuk perjalanan (sejarah) kesusasteraan Bait pertama puisi “kalau kau rindu aku” dapat diar-
Indonesia terhadap kemunculan sekaligus eksistensi peny- tikan secara gramatikal, yaitu aku lirik ingin menyampai-
air asal Banyumas bernama Dharmadi. kan atau mengutarakan, apabila (kalau) Dharmadhi (aku)
sudah tidak (tak) ada lagi di dunia (ada lagi). Pemaknaan
METODE PENELITIAN tersebut didapat secara referensial dari kata “kalau” dalam
Metode dalam penelitian ini adalah deskriptif ana- KBBI (2016) merupakan kata penghubung untuk menan-
lisis. Metode ini digunakan sebagai cara mendeskripsikan dai syarat yang menyatakan seandainya,“Aku” memiliki
unsur-unsur karya sastra kemudian untuk menganalisis makna orang yang berbicara atau yang menulis, diri sen-
objek penelitian (Ratna, 2015:53). Pada penelitian ini me- diri, dan atau saya.“Tak” memiliki makna tidak mau tahu
tode deskriptif analisis untuk mendeskripsikan data-data atau tidak memiliki wujud.“Lagi” memiliki makna sedang
berupa teks-teks dalam puisi “Kalau Kau Rindu Aku” ke- atau dalam keadaan melakukan sesuatu, dapat diartikan
mudian menganalisis untuk menentukan pemaknaan. Se- pula masih.“Ada” memiliki makna hadir atau berkaitan
lain itu, dalam menganalisis teks puisi juga menggunakan dengan nyawa atau masih hidup. Selanjutnya, pada bait ke
metode struktural dengan teori semiotika Riffaterre yang dua larik pertama dalam puisi “kalau kau rindu aku” diarti-
digunakan dalam proses menafsirkan puisi dari teks yang kan secara gramatikal berupa pemaknaan apabila penikmat
padat atau penuh simbolisasi dengan langkah pembacaan puisi atau pembaca atau orang yang diajak bicara mencari
heuristik, pembacaan hermeneutik, dan penemuan matriks aku lirik dalam hal ini Dharmadi. Berdasarkan Hardiyanto
atau kata kunci serta varian dan model. Oleh sebab itu ta- (2008:21), pada larik pertama puisi ini mengandung mak-
hap pertama untuk mengkaji puisi dengan semiotika Rif- na gramatikal pada kata ‘tak lagi ada’ mengandung makna
faterre adalah menggunakan pembacaan heuristik untuk ‘pengacuan keberadaan’. Namun, setelah kata ‘tak lagi ada’
mengkaji puisi dengan semiotika Riffaterre, tahap kedua ditempatkan pada kalimat ‘Kalau aku tak lagi ada’ tidak lagi
adalah pembacaan hermeneutik untuk mengkaji dengan mengacu pada makna sekadar keberadaan, tetapi makna
168 Bivit Anggoro Prasetyo Nugroho dkk, Makna Sifat Tuhan dalam Puisi “Kalau Kau Rindu Aku” Karya Dharmadi;...
keberadaan di dunia ini dengan ditunjukkan dengan mak- dilihat dan diartikan secara gramatikal. Masuklah merupa-
na meninggal dunia. kan kata turunan dari bentuk dasar masuk dan mendapat-
kan partikel lah.Masuk dalam KBBI (2016) memiliki mak-
Kau rindu mencariku na datang ke dalam (ruangan, kamar, lingkungan), dan lah
merupakan partikel penegas yang hanya dapat dimaknai
Bait ke dua larik pertama dalam puisi “kalau kau
apabila bergabung dengan kata sebelumnya. Dengan demi-
rindu aku” dapat dilihat dan diartikan secara gramatikal.
kian pemaknaan bait ke tiga dalam puisi “kalau kau rindu
“Kau” dalam KBBI (2016) merupakan kependekan dari
aku” adalah permintaan aku lirik kepada penikmat puisi
engkau yang termasuk kata ganti pronominal persona tung-
untuk dapat menghayati dan memahami puisi yang dihasil-
gal ke dua, kau berarti orang yang diajak bicara dan biasa-
kannya. Dengan demikian pemaknaan dalam puisi “kalau
nya berkedudukannya lebih rendah dibandingkan dengan
kau rindu aku” bait ke tiga yaitu hayatilah dan pahamilah,
orang yang berbicara. Kau di sini merupakan bentuk teri-
serta carilah makna dalam puisi-puisi karya Dharmadi.
kat yang biasanya mengikuti kata sebelumnya, kau dalam
Berdasarkan Hardiyanto (2008:21), pada larik keempat
puisi ini merupakan representasi dari Dharmadhi.“Rindu”
puisi ini mengandung makna gramatikal pada kata ‘ma-
memiliki makna sangat ingin dan berharap benar terhadap
suk’ mengandung makna ‘datang/pergi ke dalam ruangan’.
sesuatu.“Mencariku” merupakan dua kata yang dijadikan
Namun, setelah kata ‘masukl’ ditempatkan pada kalimat
satu.Kata mencariku merupakan gabungan kata mencari
‘Masuklah’ tidak lagi mengacu pada makna ‘datang/pergi ke
daku. Mencari merupakan kata turunan dari bentuk das-
dalam ruangan’, tetapi makna yang ditimbulkan mengacu
ar cari dan mendapatkan imbuhan afiks mencari memiliki
pada perintah memahami puisi secara mendalam.
makna sesuatu hal yang telah ditentukan atau disepakati,
sedangkan mencari dapat diartikan berusaha mendapat-
Aku abadi di situ
kan, menemukan, memperoleh sesuatu hal.Ku merupakan
bentuk ringkas dari pronominal persona pertama, dan me- Bait ke empat dalam puisi “kalau kau rindu aku” da-
rupakan bentuk klitik aku sebagai penunjuk pemilik.Den- pat diartikan secara gramatikal. “Aku” dalam KBBI (2016)
gan demikian pemaknaan bait ke dua larik pertama pada merupakan kata ganti orang pronomina persona tunggal
puisi “kalau kau rindu aku” yaitu apabila penikmat puisi dan memiliki makna orang yang berbicara atau yang me-
atau pembaca mencari aku lirik dalam hal ini Dharmadi. nulis, diri sendiri, dan atau saya.“Abadi” memiliki makna
Berdasarkan Hardiyanto (2008:21), pada larik kedua puisi kekal selamanya. “Di situ” merupakan gabungan kata de-
ini mengandung makna gramatikal pada kata ‘ku’ mengan- pan dan kata tunjuk. Di merupakan kata depan untuk me-
dung makna ‘kata ganti orang pertama tunggal’ yang berasal nandai tempat, sedangkan situ merupakan petunjuk tem-
dari kata ‘aku’. Namun, setelah kata ‘ku’ ditempatkan pada pat yang tidak jauh dari pembicara.Dengan demikian bait
kalimat ‘Kau rindu mencariku’ tidak lagi mengacu pada ke empat pada puisi “kalau kau rindu aku” dapat dimaknai
makna seseorang, tetapi makna yang ditimbulkan menga- bahwa Dharmadi menyampaikan ada khalayak terutama
cu pada karya/tulisan yang diciptakan oleh orang tersebut. penikmat puisinya atau pembaca bahwa Dharmadi (Aku)
tetap kekal ada (abadi) dalam puisi-puisi hasil karyanya (di
Bukalah pintu puisiku situ). Namun, pemaknaan dalam taraf ini masih membu-
tuhkan penafsiran dalam tahap sastra atau pembacaan her-
Larik ke dua dalam puisi “kalau kau rindu aku” be-
meneutik demi ketepatan dan signifikansi sebuah pemak-
lum dapat dimaknai secara gramatikal karena kata “Buka-
naan. Dengan demikian dibutuhkan tindakan mimesis dan
lah” merupakan kata turunan dari bentuk dasar buka yang
semiotis untuk memahami makna bait tersebut. Berdasar-
mendapatkan partikel lah. Buka memiliki makna jarak, an-
kan Hardiyanto (2008:21), pada larik kelima puisi ini men-
tara, lebar, lah merupakan partikel penegas yang hanya da-
gandung makna referensial pada kata ’abadi’ mengandung
pat dimaknai apabila bergabung dengan kata sebelumnya,
makna ‘kekal’ dan kata ‘abadi’ mengacu pada ‘karya/tulisan
sehingga bukalah dapat diartikan sesuatu hal yang dimin-
yang selalu dikenang’ sehingga referensial dalam kalimat
ta oleh seseorang tetapi dilakukan oleh orang lain. “Pintu”
‘Aku abadi di situ’.
merupakan temapt untuk masuk dan keluar. “Puisiku” me-
rupakan bentuk dua kata yan terdiri dari bentuk dasar puisi
Pembacaan Hermeneutik
dan ku. “ku” merupakan bentuk ringkas dari pronominal
persona pertama, dan merupakan bentuk klitik dari aku. Kajian ini adalah menerapkan dekoding struktural
Dengan demikian pemaknaan puisi “kalau kau rindu aku” karena teks puisi merupakan varian dari sebuah struktur
bait ke dua larik ke dua, yaitu bukalah buku-buku (pintu) dan relasi antarvarian akan membentuk signifikansi atau
puisi yang telah dihasilkan oleh aku lirik (puisiku). Ber- kesatuan makna. Selan itu, tahap pemaknaan ini juga di-
dasarkan Hardiyanto (2008:21), pada larik ketiga puisi ini kaitkan pada ketidaklangsungan ekspresi puisi, sehingga
mengandung makna gramatikal pada kata ‘pintu’ mengan- dibutuhkan kajian analisis berupa penggantian arti, pe-
dung makna ‘tempat untuk masuk dan keluar’. Namun, se- nyimpangan arti, baik ambiguitas, kontradiksi, atau non-
telah kata ‘pintu’ ditempatkan pada kalimat ‘Bukalah pintu sense, serta penciptaan arti.
puisiku’ tidak lagi mengacu pada makna ‘tempat untuk ke- (1) kalau aku tak lagi ada
luar masuk’, tetapi makna yang ditimbulkan mengacu pada (2) kau rindu mencariku
buku/kumpulan yang berisi puisi. (3) bukalah pintu puisiku
(4) masuklah;
Masuklah; (5) aku abadi di situ.
Bait ke tiga dalam puisi “kalau kau rindu aku” dapat (KKRA, 2012:15)
Jurnal Sastra Indonesia 9(3) (2020) 67-171 169

Pemahaman terhadap puisi tersebut tidak dapat maknaan tersebut adalah harapan atau jalan terang tersim-
dimaknai hanya ditingkat leksikal, tetapi harus melewati bolkan melalui pintu puisi yang harus digerakkan atau di-
tahapan semiotik dengan melibatkan kode-kode di luar ba- buka. Dalam hal ini, penyair melalui puisi sebagai manusia
hasa agar makna teks dapat ditemukan. Menurut Riffaterre yang diberikan anjuran atau perintah oleh Tuhan untuk
bahwa fungsi pembacaan retroaktif adalah sebagai pence- bergerak menuju jalan Tuhan dengan penuh kepasrahan
tus signifikansi (Riffaterre, 1978:5-6). Melalui judul puisi dan kecintaan yang tulus. Selanjutnya pemaknaan yang la-
“kalau kau rindu aku” dikaji melalui tahapan semiotik, yai- hir dati citra gerak juga terlihat dalam metafora atau kata
tu pemilihan atas metafora sekaligus simbolik pada “kau” “masuklah” yang bermakna gerakan masuk hamba atau
dan “aku” yang memiliki tataran pemaknaan berbeda den- manusia kepada jalan Tuhan. Dalam hal ini juga dimaknai
gan tahapan semiotika tingkat pertama. Dalam pemaknaan dengan pergerakan atau perubahan diri manusia dari jalan
semiotika tingkat kedua ini, makna “kau” merujuk pada yang salah ke jalan Tuhan.
diri aku liris atau penyair. oleh sebab itu, kau adalah aku Pada tahapan pemaknaan atas larik (3) bukalah
liris yang berperan sebagai orang yang diajak bicara dan pintu puisiku juga ditemukan adanya ketidaklangsungan
berkedudukan lebih rendah dibandingkan dengan orang ekspresi puisi yang memiliki penciptaan arti baru dengan
yang berbicara -aku. Pada tahapan ini, maka pemaknaan adanya penggantian arti. Pada umumnya kata-kata kiasan
atas “aku” adalah Tuhan atau dzat yang berkedudukan ting- menggantikan arti sesuatu yang lain, lebih-lebih metafora
gi yang berbicara atau yang menulis terhadap kau -aku liris dan dalam penggantian arti ini suatu kiasan berarti yang
sehingga pemaknaan kalau kau rindu aku bukan lagi seba- lain yang tidak menurut arti sesungguhnya (Riffaterre,
tas pembicaraan antara kau pembaca atau kekasih si aku, 1978:2, dalam Pradopo, 2012:212). Dalam tahapan peng-
namun kau adalah aku liris yang tengah dipanggil oleh aku gantian atau penciptaan arti tersebut menunjukkan bahwa
atau Tuhan si aku liris. Penafsiran ini semakin jelas menun- puisi “kalau kau rindu aku” tersebut merupakan puisi yang
jukkan sebagai teks yang transcendental, yang membawa memunculkan penciptaan baru dari kata atau metafora
pemaknaan bukan lagi pada hubungan dan kedekatan an- yang digunakannya. Hal ini ditemukan secara jelas dalam
tarmanusia, namun sudah pada tahapan teologis. Teks ini setiap lariknya, namun dipertegas pada kreativitas penyair
pun telah membawa tafsiran semiosis berupa hubungan dalam penggunaan metafora “pintu puisiku”. Pada metafo-
Manusia dengan Tuhannya. ra itu menggambarkan tentang jalan atau harapan yang te-
Pada bait pertama yang terdiri dari satu larik ber- rang atau jalan Tuhan yang menjadi tempat untuk kembali
bunyi (1) kalau aku tak lagi ada yang kemudian dipertegas kepada Tuhan yang maha kekal sekaligus menunjukkan
dengan larik dibait kedua (2) kau rindu mencariku, dan kebesaran Tuhan dan kasih sayang uhan kepada hambanya.
bait terakhir (5) aku abadi di situ, memberikan pemaknaan Penafsiran atas pemaknaan-pemaknaan tersebut
bahwa metafora “Kau” dan “Aku” merupakan metafora menunjukkan bahwa teks puisi dengan larik-larik ini bera-
yang menciptakan sekaligus menggantikan arti lain. Dalam da pada tafsiran atas jalan spiritualitas manusia. Jalan ter-
hal ini, metafora “Kau” menciptakan makna penyebutan sebut sebagai jalan menuju Tuhan pada penafsiran atas me-
atau pemanggilan diri aku liris terhadap Tuhan. Dalam tafora itu menggambarkan tentang jalan atau harapan yang
pemaknaan ini, aku liris yang merupakan representasi diri terang atau jalan Tuhan yang menjadi tempat untuk kem-
penyair menunjukkan diri sang hamba atau manusia yang bali kepada Tuhan yang mahakekal sekaligus menunjukkan
merindukan Tuhannya. Larik-larik tersebut menunjukkan kebesaran Tuhan dan kasih sayang Tuhan kepada hamba-
besarnya kerinduan atau keinginan “kau” terhadap perte- nya. Wujud kasih sayang Tuhan tersebut terlihat pada pem-
muan dengan “aku” sebagai wujud kedekatan sekaligus ke- berian kesempatan pada manusia untuk Kembali kepada
butuhan diri manusia terhadap Tuhannya yang kekal atau Tuhan dengan jalan yang diridhainya yang terepresentasi
yang berbeda dengan manusia dengan segala kelemahan pada metafora “bukalah” dan “masuklah”. Dengan demi-
dan kefanaannya. Kau sebagai aku liris juga manusia yang kianlah, maka “kalau kau rindu aku” terlihat jelas adanya
tidak dapat menjalani kehidupan tanpa Tuhannya sebagai
simbol kasih Tuhan terhadap hambanya yang berupa pesan
dzat yang kekal -abadi.
atau ungkapan pengingat terhadap hambanya agar kemba-
Selanjutnya pada larik (3) bukalah pintu puisiku, (4)
li dengan kepasrahan (ungkapan yang paling dalam atau
masuklah, merupakan larik-larik yang memiliki pemak-
jujur). Puisi ini secara secara jelas juga menggambarkan
naan baru dari hasil kreativitas penyair dalam penggunaan
ketidaklangsungan ekspresi puisi dengan penafsiran, yaitu
metafora “pintu puisiku”. Pada metafora dalam larik-larik
keinginan kau yang merupakan penyair atau hamba atau
tersebut menunjukkan pemaknaan yang lahir dari citra
manusia untuk dapat dekat dengan Tuhannya, maka manu-
gerak atau kinaesthetic imagery merupakan citraan yang
sia mendapatkan syarat berupa pendekatan dengan penuh
menggambarkan sesuatu yang sesungguhnya tidak berge-
ungkapan perasaan tanpa pamrih atau tanpa adanya yang
rak, tetapi dilukiskan sebagai bergerak ataupun gambaran
tersembunyi (puisi). Hal ini bisa didapatkan melalui ikatan
pada gerak pada umumnya. Citraan gerak ini membuat hi-
kedekatan yang direpresentasikan dalam bentuk kepatuhan
dup dan gambaran jadi dinamis (Pradopo, 2012:87). Pada
dan kerinduan pada Tuhannya.
pemaknaan citra dalam larik “bukalah pintu puisiku” ter-
sebut juga dapat dikategorikan ke dalam citra gerak pada
Matriks, Model, dan Varian-Varian
metafora “bukalah” dalam larik bukalah pntu puisiku, yaitu
ketika penyair melalui kau atau oposisi dari aku liris seba- Matriks dalam sebuah puisi dibutuhkan untuk
gaimana aku liris dalam puisi ini adalah aku atau Tuhan membuka puisi agar dapat mudah dipahami . selain itu,
memberikan perintah atau juga ajakan kepada manusia matriks yang merupakan kata kunci dari sebuah puisi un-
agar betgerak membuka pintu puisiku. Dalam tataran pe- tuk menemukan konkretisasi puisi. Matriks atau disebut
170 Bivit Anggoro Prasetyo Nugroho dkk, Makna Sifat Tuhan dalam Puisi “Kalau Kau Rindu Aku” Karya Dharmadi;...
pula kata kunci adalah kata yang menjadi kunci penafsi- keterkaitan teks dengan tataran hipogram, yaitu dengan
ran sajak yang dikonkretisasikan atau dinyatakan (Pra- QS. Al-Maidah ayat 76 berikut ini:
dopo,2012:299). Dalam penelitian ini ditemukan matriks
‫ض ًّرا َو َل‬
َ ‫ك لَ ُك ْم‬
ُ ِ‫يَ ْمل‬怀‫ٱللِ َما َل‬ َّ ‫ون‬ ِ ‫قُلْ أَتَ ْعبُ ُدونَ ِمن ُد‬
dalam puisi “Kalau kau rindu aku” karya Dharmadi yang
terwujud melalui model, yaitu kalau kau rindu aku. Model
tersebut terpilih karena mengarah pada isi puisi, sehingga ‫ٱللُ هُ َو ٱل َّس ِمي ُع ْٱل َعلِي ُم‬
َّ ‫نَ ْفعًا ۚ َو‬
judul tersebut sudah bersifat puitis. Dalam proses pengak- Arab Latin: Qul a ta’budụna min dụnillāhi mā lā
tualisasian matriks, maka diperlukan penentuan varian-va- yamliku lakum ḍarraw wa lā naf ’ā, wallāhu huwas-
rian dalam puisi. Adapun varian pertama, (1) kalau aku tak samī’ul-’alīm
lagi ada, mengimplikasikan pemaknaan bahwa aku sebagai Terjemahan:
representasi atas Tuhan sesungguhnya sebagai dzat yang Katakanlah: “Mengapa kamu menyembah selain
diyakini ada dan dibutuhkan oleh manusia. Pada bait terse- daripada Allah, sesuatu yang tidak dapat membe-
but ditunjukkan bahwa puisi bersifat penciptaan arti yang ri mudharat kepadamu dan tidak (pula) memberi
menandakan kebutuhan manusia akan adanya Tuhan dan manfaat?” Dan Allah-lah Yang Maha Mendengar
sekaligus mengimani atas keberadaan Tuhan. Pada tataran lagi Maha Mengetahui.
ini tergambar bahwa Tuhan memiliki sifat ada dan manu-
sia sudah seharusnya menyadari akan keberadaan tersebut. Selain itu, terlihat dalam QS. Al-Hujurat ayat 18 be-
Hal ini jelas terlihat dalam keterkaitan teks dengan tataran rikut ini:
hipogram, yaitu dengan ayat QS. As-Sajdah:4 berikut.
‫صي ۢ ٌر‬
ِ َ‫ٱللُ ب‬ ِ ْ‫ت َو ْٱلَر‬
َّ ‫ض ۚ َو‬ ِ ‫ْب ٱل َّس ٰ َم ٰ َو‬ َّ ‫إِ َّن‬
َ ‫ٱللَ يَ ْعلَ ُم َغي‬
‫ض َو َما بَ ْينَهُ َما فِى‬ َ ْ‫ت َو ْٱلَر‬ َ َ‫ٱللُ ٱلَّ ِذى َخل‬
ِ ‫ق ٱل َّس ٰ َم ٰ َو‬ َّ َ‫بِ َما تَ ْع َملُون‬
‫ش ۖ َما لَ ُكم ِّمن ُدونِِۦه‬ ِ ْ‫ِستَّ ِة أَي ٍَّام ثُ َّم ٱ ْستَ َو ٰى َعلَى ْٱل َعر‬ Arab Latin: Innallāha ya’lamu gaibas-samāwāti wal-
arḍ, wallāhu baṣīrum bimā ta’malụn
َ‫تَتَ َذ َّكرُون‬怀‫يع ۚ أَفَ َل‬
ٍ ِ‫ َشف‬怀‫ِمن َولِ ٍّى َو َل‬ Terjemahan:
Arab Latin: Allāhullażī khalaqas-samāwāti wal-arḍa “Sesungguhnya Allah mengetahui apa yang ghaib di
wa mā bainahumā fī sittati ayyāmin ṡummastawā langit dan bumi. Dan Allah Maha Melihat apa yang
‘alal ‘arsy, mā lakum min dụnihī miw waliyyiw wa lā kamu kerjakan.”
syafī’, a fa lā tatażakkarụn
Terjemahan: Selanjutnya pada varian (5) aku abadi di situ, jelas
“Allah-lah yang menciptakan langit dan bumi dan mengimplikasikan segala pemaknaan atas puisi ini, yaitu
apa yang ada di antara keduanya dalam enam masa, kekekalan sebagai sifat Tuhan yang tidak akan pernah ada
kemudia ia bersemayam di atas ‘Arsy. Tidak ada bagi dalam kedirian manusia sebagai si hamba. Kebadian atau
kamu selain daripada-Nya seorang penolongpun dan kekekalan dalam konteks ini tidak pula sekadar pemaknaan
tidak (pula) seorang pemberi Syafa’at. Maka kamu ti- literal atas keberadaan kekal akan fisik Tuhan yang tidak
dak memperhatikan?” pernah tiada atau mati, namun juga sebagai tafsiran atas
kemurahan kasih Tuhan yang tidak pernah habis dan akan
Ayat dalam surat tersebut juga masih tergambar selalu ada dan abadi untuk hamba -kau, yang dikasihi-Nya.
dalam pemaknaan atas varian kedua, yaitu (2) kau rindu Pada penafsiran secata semiosis tingkat kedua ini, maka
mencariku, mengimplikasikan penegasan atas pengeta- diperlihatkan oleh penyair dalam kau, bahwa sejatinya ma-
huan Tuhan -aku, terhadap kau -manusia sebagai aku li- nusia tidak akan pernah dapat berpaling lama dari Tuhan,
ris yang pasti akan merindukan yang dalam hal ini adalah manusia akan kembali mendekati Tuhan yang Mahakekal
membutuhkan Tuhannya. Pada tataran ini ditunjukkannya dan Maha Mengasihi. Hal ini jelas terlihat dalam keterkai-
kekecilan, ketidakberdayaan manusia sehingga akan ada tan teks dengan tataran hipogram, yaitu dengan QS. Ar-
masanya menginginkan kembali atau pertolongan Tuhan Rahman:26-27 berikut,
atas dirinya agar berada jalan Tuhan, baik dalam mende-
katkan diri pada kualitas ibadah dan keimanan, namun
juga sekaligus kematian. ٍ َ‫ُكلُّ َم ْن َعلَ ْيهَا ف‬
‫ان‬
Pada varian ketiga (3) bukalah pintu puisiku, men- Arab Latin: Kullu man ‘alaihā fān
gimplikasikan kelemah-lembutan sebagai bentuk kasih Terjemahan:
sayang sekaligus kebesaran Tuhan terhadap manusia atau “Semua yang ada di bumi itu akan binasa.”
hamba-Nya. Aku sebagai representasi Tuhan dengan begitu
ٰ
kasih menghendaki para manusia untuk Kembali berada ِ ْ ‫ك ُذو ْٱل َجلَ ِل َو‬
‫ٱل ْك َر ِام‬ َ ِّ‫َويَ ْبقَ ٰى َوجْ هُ َرب‬
pada kebenaran atau jalan yang dekat dengan-Nya. Dalam Arab Latin: Wa yabqā waj-hu rabbika żul-jalāli wal-
metafora pintu, diperlihatkan bahwa Tuhan memiliki sifat ikrām
yang Maha Mendengar, Maha Melihat, serta Maha Berke- Terjemahan:
hendak atas perbuatan hamba. Kehendak atas sifat Tuhan “Dan tetap kekal Dzat Tuhanmu yang mempunyai
tersebut tergambar jelas pada varian keempat (4) masuklah; kebesaran dan kemuliaan.”
dalam tahapan pemaknaan ini, Tuhan mengizinkan hamba
atau kau untuk kembali pada jalan kebenaran dan kedeka- Berdasarkan varian-varian yang diperoleh tersebut
tan sebagai bentuk keimanan. Hal ini jelas terlihat dalam menunjukkan pemaknaan atas teks yang mengandung ja-
Jurnal Sastra Indonesia 9(3) (2020) 67-171 171

lan ketauhitan. Sebagaimana menurut Hadi W.M. (1999: manusia yang terepresentasi melalui aku liris. Pada tataran
27) bahwa ciri khas karya sastra sufistik, diantaranya ada- ini, manusia berada pada kebutuhan yang disimbolisasikan
lah pencarian hakikat tersembunyi didalam kehidupan dan dengan rindu atau kerinduan kepada pemilik manusia, yai-
alam yang penuh kerahasiaan dan sastra sufistik sesung- tu Tuhan. Dalam pemaknaan tersebut menunjukkan pula
guhnya tidak cukup hanya pada aspek ketercapaian manu- bahwa puisi karya Dharmadi ini dapat dikategorisasikan se-
sia melalui akal dan lahiriah semata, serta sastra jenis ini bagai puisi transcendental atas kesufian. Selanjutnya, pada
juga memberikan keindahan yang transendental dan ima- hasil kedua adalah bahwa puisi ini jelas menggambarkan
nen. Hal ini diperjelas dalam model dan varian-varian yang atau mendeskripsikan adanya kandungan sifat-sifat Tuhan.
mengaktualisasikan matriks atas puisi “kalau kau rindu Sifat-sifat Tuhan tersebut sebagai bentuk penggambaran
aku” berupa pendeskripsian atas penggambaran diri ma- atas diri manusia yang berbeda dengan Sang Penciptanya.
nusia yang tengah menempuh perjalanan ketauhitan untuk Hal ini terlihat dengan penemuan makna berupa sifat ada,
mendapatkan ketenangan dalam simbolisasi pemenuhan kekal, berkehendak, melihat, mendengar, dan mengetahui
rindu dengan berada dekat dengan Sang Pencipta. Kedeka- yang terepresentasi dalam teks puisi.
tan sebagai bentuk kembalinya hamba atau manusia kepada
sang pencipta dijelaskan pula oleh jalaludin Rumi (Chittick, DAFTAR PUSTAKA
2001:136) bahwa kembalinya manusia kepada Tuhan dapat
Al-Ma’ruf, Ali Imron. (2012). “Dimensi Sufistik Dalam Stilisti-
dilihat dari dua sudut pandang. Pertama, manusia kembali
kapuisi “ Tuhan, Kita Begitu Dekat” Karya Abdulhadi
pada Sang Pencipta karena berasal dari-Nya. Kembalinya W.M. Tsaqafa, Jurnal Kajian Seni Budaya Islam, 1(1).
merupakan bagian dari kebijaksanaan Tuhan dan rencana Chittick, William C. (2001). Jalan Cinta Sang Sufi. Kaliurang:
penciptaan, sekaligus aspek pengejawantahan perbendaha- Penerbit Qalam.
raan yang tersembunyi. Hal ini dapat disebut sebagai “cara Dharmadi. (2012). Kumpulan Puisi: Kalau Kau Rindu Aku. Ja-
Tuhan memandang segala sesuatu. “ Karena Pengetahuan karta: Penerbit Kosa Kata Kita.
abadi-Nya, segalanya berada di bawah ketentuan-Nya. Ke Hadi WM, Abdul. (1999). Kembali Ke Akar, Kembali Ke Sumber.
dua, manusia dihadapkan dengan perintah Tuhan supaya Jakarta: Penerbit Pustaka Firdaus.
menempuh jalan agama, dan eksistensinya merupakan pi- Hardiyanto. (2008). Leksiologi. Yogyakarta: Kanwa.
lihannya sendiri untuk dipertanggungjawabkan di hadapan Kementeriaan Agama. (2011). Alquran dan Terjemahannya Juz
1-30. Darussalam Global Leader in Islamic Books.
Tuhan pada saat Kembali. Selain itu, dalam penelitian ini
Noor, Redyanto. (2006). Pengkajian Sastra. Semarang:Fasindo.
terdapat matriks yang terkandung dalam teks puisi tersebut
Pradopo, Rachmat Djoko. (2012). Pengkajian Puisi. Yogyakarta:
setelah menempuh beberapa proses pembacaan baik secara Gadjah Mada University.
konvensi semiosis tingkat pertama dan kedua, yaitu sifat- Pusat Bahasa Kementerian Pendidikan Nasional. (2006). Kamus
sifat Tuhan. Adapun matriks yang terkandung dalam teks Besar Bahasa Indonesia (KBBI).
puisi tersebut setelah menempuh beberapa proses pemba- Ratna, Nyoman Kutha. (2015). Teori, Metode, dan Teknik Peneli-
caan baik secara konvensi semiosis tingkat pertama dan tian Sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
kedua adalah sifat-sifat Tuhan. Riffaterre, Michael. (1978). Semiotic of Poetry. Blomingtoon Lon-
don: Indiana University Press.
SIMPULAN Sari, Febri Nur Indah, Suseno, dan Mulyono. (2013). Konsep
Nrima Pada Novel Pengakuan Pariyem: Kajian Semiotika
Penelitian ini menemukan signifikansi atau pemak- Umberto Eco. Jurnal Sastra Indonesia, 2(1)
naan dalam dari teks puisi “kalau kau rindu aku” karya Ula, Miftahul. (2016). Simbolisme Bahasa Sufi (Kajian Herme-
Dharmadi berupa, pertama menggambarkan manusia ada- neutika Terhadap Puisi Hamzah Fansuri). Jurnal Religia,
lah makhluk spiritual. Hal ini terlihat dari kebutuhan diri 19(1).

Anda mungkin juga menyukai