Oleh:
Dewi Aulia Azzahra (1902773)
Alhamdulillah, segala puji syukur kepada Allah SWT., berkat rahmat dan karunia-
Nya saya dapat menyelesaikan Laporan buku ini. Buku yang dikupas berjudul “Etika
Individual” yang ditulis oleh Drs. H. Burhanuddin Salam, M.M. Laporan Buku ini dibuat
untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Pendidikan Nilai dan Moral.
Terima kasih.
i
DAFTAR ISI
2.12. BAB XII Karya Kesusilaan (Ahlak yang Terpuji dan Tercela) ........................ 17
3.1. Perbandingan Buku Etika Individual dengan Buku Etika Dasar ...................... 28
3.2. Perbandingan Buku Etika Individual dengan Buku Etika Kemanusian Etika
Kebangsaan ....................................................................................................... 29
3.3. Perbandingan Buku Etika Individual dengan Buku Etika Islam ....................... 29
ii
3.4. Perbandingan Buku Etika Individual dengan Jurnal EduTecht “Etika Islam
dalam Mengelola Lingkungan Hidup ................................................................ 29
3.5. Perbandingan Buku Etika Individual dengan Jurnal Pesona Dasar “Ahlak dan
Etika dalam Islam” ............................................................................................ 30
4.1. Kesimpulan........................................................................................................ 31
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Identitas Buku
1
BAB II
RINGKASAN BUKU ETIKA INDIVIDUAL
2
3
Istilah lain etika, biasanya digunakan kata: moral, susila, budi pekerti, ahlak
(Arab = Ahlaq). Dalam buku ini kesemua istilah tersebut digunakan secara
berganti-ganti dalam pengertian yang sama.
Menurut sejarahnya istilah etika digunakan oleh Montaigne (1533-1592),
seorang penyair Prancis dalam syairnya yang terkenal pada tahun 1580. (Fr, Etika
= Ethique).
D. Kemauan Baik (Good Will)
Menurut Kant sebenarnya taka da yang disebut baik di dunia ini atau
dimanapun tanpa kualifikasi, kecuali kemauan baik (there is nothing in the world
or even out of it that can be called good without qualification expect a good will).
Apa yang disebut good will oleh Kant?
Kemauan baik itu, hendaknya dilandasi oleh kebajikan dengan tujuan untuk
mencapai kebahagian hidup.
Kemauan baik itu, merupakan satu kesatuan yang baik, meskipun ia berdiri
sendiri. Konsekuensi dari sesuatu perbuatan yang baik, ialah hasilnya juga
menuju kepada hasil yang baik.
E. Objek Formal Moral/Etika
Dari segi manakah yang mejadi sasaran dari moral itu? Seperti kita ketahui,
orang-orang dapat mengatakan orang ini baik, orang itu jelek dan dalam
pernyataan itu terkandung isi yang mengatakan bahwa orang mempunyai
pengertian tentang perbuatan-perbuatan manusia dipandang dari sudut selaras
atau tidak selaras dengan norma-norma kesusilaan. Maka dari itu kita dapat
berpikir lebih lanjut, bahwa sasaran dari moral adalah keselarasan dari
perbuatan manusia dengam aturan-aturan yang mengenai perbuatan-perbuatan
manusia itu.
F. Norma Insani dan Norma Religi
Dalam kenyataan hidup sehari-hari, baik itu mendapat ukuran dua macam,
ialah ukuran yang termasuk ukuran manusia dan ukuran yang berhubungan
dengan agama. Bahwa disamping nilai-nilai agama yang dapat menentukan nilai
manusia masih ada lagi nilai-nilai lain yang menentukan pula hidup manusia
ialah norma-norma insani umum, nilai nilai itulah yang menjadi dasar dari baik
dan jeleknya manusia.
G. Objek Materiil Moral/Etika
4
Jelas bagi kita bahwa yang menjadi bahan dari penyelidikan moral adalah
perbuatan-perbuatan (tindakan-tindakan) manusia atau dapat kita katakana
tindakan-tindakan insani.
H. Tingkatan Hidup Spiritual
Tingkatan hidup apakah yang menyebabkan hanya pada manusia dapat
diberikan predikat susila? Secara singkat dapat kita jawab bahwa pada manusia
bagaimanapun juga mempunyai taraf hidup yang lebih tinggi dan jika kita amati
bahwa tingkatan hidup yang lebih tinggi itu malahan membedakan esensial dari
kehidupan lain-lainnya, hal mana yang dikupas di bagian filsafat lain. Tingkat
hidup itu kita namakan tingkatan hidup spiritual.
I. Definisi Ilmu Moral/Etika
Ilmu moral atau singkatnya moral adalah ilmu yang mencari keselarasan
perbuatan-perbuatan manusia (tindakan insani) dengan dasar-dasar yang
sedalam-dalamnya yang diperoleh dengan akal budi manusia.
J. Ilmu yang Spekulatif Praktis
Moral langsung mempunyai hubungan dengan perbuatan manusia sehari-
hari, mempunyai hubungan langsung bagaimana manusia harus berbuat dalam
hidupnya sehari-hari, maka dengan itu ilmu moral langsung berhubungan dengan
pelaksanaan perbuatan-perbuatan insani, dari langsung mempunyai hubungan
dengan praktis, maka moral adalah ilmu yang praktis. Di samping itu moral
masih tetap bermutu ilmu karena masih mencari hukum-hukum, atau dasar-dasar
bagaimana manusia harus berbuat menurut alam yang dimiikinya. Maka
dikatakan bahwa moral adalah ilmu yang speculative-practis.
K. Fungsi Ilmu Moral/Etika
Etika sebagai ilmu, merupakan salah satu cabang dari filsafat. Sifatnya
praktis, normatif dan fungsional, sehingga dengan demikian merupakan suatu
ilmu yang langsung berguna dalam pergaulan sehari-hari. Etika juga bisa menjadi
asas dan menjiwai norma-norma dalam kehidupan, di samping sekaligus
memberikan penilaian terhadap corak perbuatan seseorang sebagai manusia.
L. Jenis-Jenis Etika
Sekedar untuk dikenal, dibawah ini dicantumkan beberapa jenis etika:
Ethics Algedonsic
Ethics Business
Ethics Educational
5
Ethics Hedonistic
Ethics Humanistic
Ethics Idealistic
Ethics Materialistic
Ethics Epicurianism
Selain dari itu, setiap agama atau kepercayaan mempunyai pandangan etik sendiri
misalnya: Christian Ethics, Buddism Ethics, Islamic Ethics dan sebgainya.
2.2.BAB II Prinsip Baik dan Jelek/Jahat
A. Kebaikan Alami (Bonum Physicum)
Ada orang asing yang berasal dari Italia berkunjung ke Indonesia dan
berkunjung ke Puncak. Pertama kali ia melihat pemandangan yang ada di Puncak
itu. Ia mengatakan ia sangat kagum, ia lupa bahwa ia berada di Indonesia. Ia
berada di Swiss. Pemandangan di Swiss sama dengan pemangdangan yang
berada di Puncak itu. Memang tiap orang mengakui pemandangan yang ada di
Puncak itu, pemandangannya sangat menarik hati dan mata. Kita dapat
menikmati keindahan alam. Disinilah kita berjumpa dengan keindahan alam dan
kita tentu tahu jika indah tentu itu baik (bagus). Disini kita bertemu bentuk
kebaikan (sesuatu yang baik) dan baik itu terdapat dalam alam.
B. Kebaikan Hewani (Bonum Animale)
Orang yang suka kuda tahu benar mana kuda yang baik atau mana kuda
yang kurang baik. Bermacam-macam tanda dikenal untuk oleh orang-orang
penggemar kuda. Biasanya kita mengutarakan seekor kuda yang baik adalah jika
berdiri bagus tegap, larinya menyenangkan, suatu pandangan global terdapat
pada orang yang banyak mengatakan seekor kuda baik. Kadang-kadang kebaikan
seekor kuda juga diukur dari persamaan. Dalam dunia hewan terdapat kebaikan.
C. Kebaikan Lahiriah Manusia
Pada manusia terdapat kebaikan rupa. Wanita dinilai baik jika cantic dan
juga laki-laki dianggap baik jika ganteng dan gagah.
D. Kebaikan Susila (Bonum Morale)
Tidak ada kebaikan yang tercapai jika kalua masing-masing pribadi tidak
mau. Terdapatlah disini hal yang tidak terdapat pada kedua macam kebaikan
yang melekat pada alam dan pada bentuk tubuh manusia. Pada kebaikan pribadi
terdapat suatu factor bahwa orang itu harus mau. Jika kemauan ini tidak ada
kebaikan tidak timbul. Kemauan inilah yang menentukannya.
6
Kebaikan yang pertama tidak terdapat tanpa kerja kemauan manusia dan
kebaikan kedua terjadi karena kerja kemauan manusia. Keduanya tidak dapat
disangkal oleh kebaikan. Oleh karena itu kebaikan yang pertama adalah kebaikan
alami fisik dan yang kedua adalah kebaikan susila, dalam Bahasa Latin disebut
Bonum Morale. Istilah ini jelas bagi kita, karena telah kita katakana bahwa moral
adalah ilmu yang menyelidiki keseluruhan tindakan insani. Dari itu lahirlah
Bonum Morale yang lahir dari tindakan insani.
E. Definisi Kebaikan Susila dan Kejelekan Susila
Kebaikan Susila adalah keselarasan hidup moral manusia dengan alam
manusia itu sendiri. Kita katakana moral itulah yang dapat mengetahui bahwa
keselarasan itu hanya dapat dicapai kerja-kerja manusia yang tidak dipaksa. Yang
dilaksanakan dengan kebebasan berbuat, boleh kita sebutkan yang diperbuat
dengan sengaja.
Kejelekan Susila adalah disharmoni dalam keselarasan antara tindakan
insani manusia dan dasar-dasar yang keluar dari alam tersebut. Karena
menyimpang dari keselarasan itu, maka merupakan sesuatu yang tidak menurut
kecocokan, suatu kekurangan dari adalah jelek.
F. Kesimpulan tentang Baik dan Jahat
Istilah baik yang digunakan disini adalah pengertian filsafat. Istilah baik itu
tidak hanya mengandung dari satu unsur/kata, tetapi sebenarnya
penjumlahan/totalita dari sekian unsur dan akhirnya sebagai akhir dari suatu
kesatuan pengertian dari hasil penilaian terhadapnya, diberikan predikat baik.
Khusus manusia = the general quality recognized in character or conduct.
G. Moral Manusia dan Masalah Nilai
Menurut Aristoteles dalam bukunya Etika “Manusia itu dalam semua
perbuatannya, begaimanapun juga mengejar sesuatu yang baik.”
Perbuatan manusia harus mempunyai arti yang sebenarnya atau autentik.
Yang menentukan perbuatan itu atentik adalah person atau pribadi manusia.
Dalam setiap perbuatannya, manusia mencari pemenuhan dan
kesempurnaanya.
Bagi manusia dibedakan nilai alat dan nilai tujuan,
Nilai tujuan adalah kesempurnaan pribadi manusia dan nilai lainnya yang
hanya memenuhi dorongan kejasmanian manusia adalah nilai alat saja dan
7
nukan nilai tujuan. Nilai alat tetap jadi alat dan tak pernah menjadi nilai
tujuan.
Yang merupakan tujuan hanyalah kesempurnaan pribadi atau person itu.
H. Etika dengan Etiket
Etiket adalah persetujuan bersama untuk menilai sopan atau tidaknya
seseorang dalam (satu jenis) pergaulan. (Etiquette = prescribed or conventional
requirements as to social behavior).
2.3. BAB III Tanggung Jawab Moral Manusia
A. Pegertian Tanggung Jawab Moral Manusia
Pengertian tanggung jawab, menuntut adanya:
Respon, jawaban terhadap tuntutan dari sesuatu (tugas atau perbuatan),
dimana diri turut di dalamnya.
Keberanian sikap, bersedia menanggung/memikul resiko terhadap baik atau
buruknya hasil perbuatan itu.
B. Definisi Tanggung Jawab Moral Manusia
Dalam pengertian kamus, tanggung jawab diterjemahkan dengan kata
sebagai berikut:
Responbility = Havung the character of a free moral agent; capable of
determining one’s own acts, capable of deterred by consideration of sanction or
consequences.
C. Ilustrasi
Golongan yang tidak dapat dimintai pertanggung jawaban atas
perbuatannya sendiri:
Pertama golongan kerbau.
Kedua golongan anak-anak.
Ketiga golongan orang gila.
Artinya adalah barangsiapa yang tidak berani bertanggung jawab atas
perbuatannya atau segala sesuatu yang termasuk tugas kewajibannya, maka nilai
pribadinya dipersilahkan memilih satu dari golongan tersebut.
D. Dimensi Tanggung Jawab Moral
Dari segi filsafat, suatu tanggung jawab itu sedikitnya didukung oleh 3
dimensi/unsur:
1. Kesadaran
2. Kecintaan/Kesukaan
8
3. Keberanian
E. Tiap yang Ada Mengejar Adanya (Omne Ense Tendit Ad Suun Esse)
Manusia tidak terhindar dari dorongan alam untuk berkembang, hal ini
adalah suatu perkenaan dalam rangka prinsip bahwa semua yang ada akan
mengejar kedudukan adanya.
F. Manusia Harus Berbuat Baik/Keharusan Moral Manusia (Amar Makruf)
Kewajiban berbuat baik diserahkan pada kebebasan manusia untuk
dikerjakan atau tidak. Jelasnya, pada manusia terdapat kewajiban berbuat
menurut alam dan kalu kita berbuat demikian maka kita berbuat baik, maka pada
kita adalah kewajiban unutk berbuat baik.
G. Manusia Wajib Menghindari yang Jelek (Nahi Mungkar)
Seperti pengertian adalah yang selaras dengan kodrat alam manusia, begitu
pula yang jelek moral adalah segala sesuatu yang bertentangan dengan alam
kodrat manusia (kodrat insani). Maka dapat disimpulkan “Manusia Harus
Berbuat Baik dan Menghindari yang Jelek”
2.4. BAB IV Perkembangan Moral Manusia
A. Moral dan Kesadaran Moral Manusia
Dalam kamus dijelaskan Moral is pertaining to character and behavior
from the point of view of right and wrong and obligation of duty.
Kesadaran moral itu sifatnya individual ukuran kesadaran setiap orang
berbeda dari pramoral ke bermoral dengan sendirinya sudah melalui suatu jalur
proses perjalanan hidup. Konsekuensi psikologis dari adanya kesadaran moral
menggugah timbulnya rasa wajib yaitu:
Wajib berbuat baik, wajib tolong menolong, wajib cinta kepada tanah air
dan sebagainya.
Menggugah rasa kemanusiaan, rasa persaudaraan, rasa ingin berkorban
bagi kepentingan orang lain dan rasa mau berbuat kebajikan.
Membangkitkan rasa intropeksi, kesadaran memeriksa diri sendiri, rasa
selalu menganggap diri serba kekurangan dan penuh dengan dosa.
B. Teori Perkembangan Moral Manusia
1. Teori Piaget
Dalam bukunya The Moral Judgment of the Child (1923), Piaget
menyatakan bahwa kesadaran moral anak mengalami perkembangan dari
satu tahap ke tahap yang lebih tinggi. Ada 4 tahap menurut Piaget yaitu:
9
dalil yang didapat manusia dari jalan abtraksi dari kemanusiaan. Budi manusia
dapat menarik kesimpulan dari pengalaman yang sederhana suatu kebenaran
yang dalam dan dari kebenaran-kebenaran yang disimpulkan dan pengalaman
sederhana itu manusia membuat pemikiran lebih lanjut sehingga mendapatkan
kebenaran-kebenaran yang derifat.
C. Satu Keharusan dan Berada Dalam Manusia (Inhaerent and Intrinsic)
Sifat individual dan sosial adalah sifat yang harus ada yang tidak dapat
tidak ad ajika manusia ada. Maka dari itu sifat itu dapat dikatakan inhaerent
(keharusan) pada manusia dan sifat itu adalah intrinsic (berada di dalam) pada
manusia.
D. Tidak Berubah (Immutable)
Alam manusia adalah satu dimana dan pada waktu manapun juga. Pada
seribu tahun yang lalu, yang sekarang dan yang akan datang alam manusia
adalah sama. Memang ada penyempurnaan pada manusia akan tetapi alam
pokok manusia tidaklah berubah (Immutable).
E. Menyeluruh/ Umum (universal)
Sifat-sifat norma objektif moralita manusia yaitu:
Suatu keharusan atau inhaerent pada kodrat manusia
Suatu yang berada atau intrinsic dalam manusia
Suatu norma yang tidak berubah (immutable)
Suatu norma yang menyeluruh atau umum (universal)
2.11. BAB XI Potensi-Potensi Karya Kesusilaan Ahlak
A. Arti Potensi-Potensi Karya Kesusilaan/Akhlak
Potensi-potensi ini tidak lain adalah kebajikan dan kebajikan adalah
disposisi jiwa yang memberi kemampuan kepada manusia untuk mencapai yang
baik. Disposisi itu juga disebut habit, maka kebajikan adalah suatu habit yang
menyempurnakan dunia rasional dan mencenderungkan kepada yang baik.
B. Kelompok Kebajikan-Kebajikan Intelektual
Kebajikan-kebajikan ini menyempurnakan pikiran dan memberikan
kemampuan utuk mendapatkan kebenaran. Karena fungsi dari pikiran itu
sendiri ialah untuk mengetahui kebenaran, jadi kebajikan-kebajikan yang
melekat pada potensi-potensi itu tentu akan memberi dorongan memudahkan
dalam mendapatkan kebenaran.
C. Kelompok Kebajikan-Kebajikan Moral (Valutantif)
17
Kebalikan dari sikap berani adalah pengecut (al-jubn) sifat ini selalu
membuat pribadi ragu-ragu sebelum memulai sesuatu langkah yang berarti dan
menyerah sebelum berjuang.
H. Bersifat Kuat
Sifat kuat (al-quwwah) atau jiwa kuat (izzatunnafs) termasuk kedalam
rangkaian fadilah. Kekuatan pribadi manusia dibagi menjadi tiga bagian:
a. Kekuatan fisik atau kekuatan jasmaniah yang meliputi otot
b. Kekuatan jiwa atau semangat
c. Kekuatan akal pikiran atau kecerdasan
Manusia-manusia mulia, utama dan berjasa yang dipandang sebagai orang
yang besar dalam dunia ini adalah manusia kuat yang secara efektif telah
mengarahkan dan mengerahkan kekuatan-kekuatan yang terpendam dalam
dirinya. Sebaliknya manusia-manusia lemah diri adalah orang-orang mundur
yang tidak dapat berbuat sesuatu, malah mereka dapat menjadi tertindas dan
terjajah di muka bumi ini.
I. Bersifat Malu
Malu (al-haya) yang dimaksudkan disini adalah malu terhadap Allah dan
malu kepada diri sendiri di kala akan melanggar peraturan-peraturan Allah.
Perasaan ini dapat menjadi pembimbing kepada jalan keselamatan dan
mencegah kenistaan.
J. Memelihara Kesucia Diri
Memelihara kesucian diri (al-ifafah) ialah menjaga diri dari segala
keburukan dan memelihara kehormatan. Dengan penjagaan diri secara ketat
dapatlah diri dipertahankan dalam kesucian. Hal pertama yang harus dilakukan
adalah menjaga hati (qalbu) untuk tidak membuat rencana dan angan-angan
yang buruk. Kebalikan dari sikap ini adalah menurutkan panggilan hawa nafsu.
K. Menepati Janji
Sebagai rangkaian dari sikap amanah dan jujur adalah menepati janji (al-
wafa’) sebagaimana dinyatakan dalam Al-quran “Diantara orang-orang yang
beriman ada beberapa orang yang menepati apa yang telah dijanjikan kepada
Allah”.
2.13. BAB XIII Hak dan Kewajiban Manusia
A. Kewajban Manusia Terhadap Dirinya
21
b. Kasih saying
c. Hikmah kebijaksanaan
d. Memilih waktu yang tepat untuk menjaga kebosanan murid/pelajar haruslah
guru mengadakan jadwal pelajaran
e. Memberi teladan.
I. Akhlak Murid dalam Belajar
Dalam menghadapi seorang guru, maka muridpun harus melaksanakan
prinsip-prinsip adab. Adapun adab tersebut meliputi:
a. Niat
b. Azam (kemauan yang keras)
c. Tekun
d. Patuh dan hormat kepada guru
J. Akhlak Pedagang
Untuk memperoleh keberkahan maka dalam jual beli, islam megajarkan
prinsip-prinsip moral sebagai berikut:
a. Jujur dalam takaran dan timbangan
b. Menjual barang yang halal
c. Jangan menyembunyikan cacat barang
d. Jangan main sumpah
e. Longgar dan bermurah hati
f. Jangan menyaingi kawan
g. Mengajarkan pencatatan utang-piutang
h. Larangan riba
i. Zakat
K. Akhlak dalam Kepemimpinan
1. Ahlak Pemimpin (Penguasa)
Pada prinsipnya setiap pemimpin perlu memiliki kelebihan-kelebihan
tertentu dalam dalam sifat-sifatnya, sebagai berikut:
a. Beriman dan bertakwa
b. Kelebihan rohani dan jasmani
c. Berilmu pengetahuan
d. Berani
e. Jujur
f. Hikmah
24
g. Lapang dada
h. Penyantun dan pengasih
i. Ikhlas dan rela berkorban
j. Pada prinsipnya pemimpin harus mempunya sifat-sifat mahmudah
(terpuji) dan menjauhi sifat-sifat mazmumah (tercela).
2. Sikap Pemimpin Terhadap Rakyat
Dengan bekal sikap-sikap mahmudah, maka dapatlah pemimpin
melaksnakan tugas-tugas kepemimpinannya dengan baik, yakni:
a. Memelihara amanah
b. Adil
c. Melayani dan melindungi rakyat
d. Bertanggung jawab
e. Melaksanakan amar makruf dan nahyi mungkar
3. Sikap Rakyat Terhadap Pemimpin
Rakyat pun memiliki sikap-sikap tertentu kepada pemimpin yang
diajarkan oleh etika Islam yakni:
a. Patuh
b. Nasehat
c. Doa
L. Akhlak Terhadap Makhluk Lain
Kita ambil contoh mahluk hewan yang dekat hubungannya dengan
manusia, karena diciptakan Allah untuk kepentingan dan kesejahteraan
manusia. Jika kita kaji ajaran ihsan dalam Islam, maka moralitas yang
dikehendakinya nukan hanya terbatas pada bangsa manusia saja melainkan juga
kepada hewan-hewan yang berkeliaran di sekeliling kita.
2.14. BAB XIV Pendapat dan Aliran dalam Etika
A. Ukuran Baik dan Buruk
Pada garis besarnya teori-teori yang berkenaan dengan ukuran baik dan
buruk dapat digolongkan menjadi dua golongan. Teori-teori Deontologis yang
mencari ukuran baik buruknya perbuatan pada perbuatannya dan aturannya
sendiri, dan Teori-teori Teleologis yang mengukur baik buruknya perbuatan
dari akibat-akibat yang ditimbulkannya.
B. Etika Deontologis
25
pula bahwa kemanusiaan yang direalisasi dalam manusia banyak itu akan
membawa kesimpulan atau konsekuensi bahwa kemanusiaan banyak itu semua
tidaklah sempurna.
C. Manusia dan Dunia Tidak Dapat Mengasalkan Dirinya Sendiri (Berasal dari
Pengasal)
Tidak perlu seorang ahli piker untuk menyebutkan bahwa dunia dengan
isinya termasuk manusia tidaklah sanggup menerangkan dan mengasalkan
dirinya sendiri. Dunia yang mengasalkan dirinya sendiri addalah dunia khayal.
D. Tujuan Hidup Manusia Mencari Kekayaan
Bahwa manusia pada dasarnya ingn kaya sekaya-kayanya, ingin memiliki
harta yang sebesar-besarnya, yang tidak ada batasnya, yang tidak akan dapat
hancur oleh waktu dan pengaruh alam, yang akan tetap tinggal padanya, yang
tidak akan meninggalkan selamanya.
E. Tuhan Yang Maha Kaya adalah Puncak dan Kepenuhan Moralitas
Tuhan adalah kepenuhan dan kepuasan kekayaan yang dapat dimiliki oleh
manusia. Tuhan adalah puncak milik rohani jadi akan merupakan puncak
keakyaan serta kepuasan dan tempat dimana jiwa raga manusia dapat berhenti
mengaso, karena disitulah ia mendapatkan apa yang mungkin dapat dikejar oleh
kekuatan manusia.
Moralitas adalah keselarasan segala perbuatan manusia dengan alam
kodrat manusia dengan alam kodrat insaninya, dana lam kodrat insani ini
menunjukan kepada Tuhan sebagain kepenuhan manusia menjadi tujuan
tertinggi dari manusia. Bila demikian hal nya maka Tuhan tidak dapat
dipisahkan dengan moralitas. Tuhan adalah kepenuhan moralitas dan puncak
moralitas. Jadi kesimpulannya moralitas tanpa Tuhan secara objektif adalah
tidak mungkin.
BAB III
ANALISIS BUKU ETIKA INDIVIDUAL
3.1. Perbandingan Buku Etika Individual dengan Buku Etika Dasar
Dalam bab pengenalan buku Etika Individual menjelaskan tentang istilah-istilah
dasar dan penting yang harus kita ketahui ketika mempelajari tentang etika dan moral.
Sama halnya dengan buku Etika Dasar karya Frans Magnis Suseno yang pada bab awal
menjelaskan tentang pengertian dasar etika dan pentingnya untuk mempelajari etika.
Selain itu kesamaan buku Etika Individual dan buku Etika Dasar adalah pembahasannya
secara umum adalah tentang bagaimana manusia harus bersikap dan bagaimana manusia
bisa menentukan suatu perbuatan itu dinilai baik atau buruk.
Buku Etika Individual lebih menekankan bagaimana manusia harus mempunyai
ahlak-ahlak baik serta menjauhi ahlak-ahlak buruk dan dijelaskan juga di dalam buku
tolak ukur baik dan buruk itu seperti apa menurut aliran-aliran etika. Serta di dalam buku
Etika Individual lebih dijelaskan secara terperinci bagaimana seseorang berinteraksi
dengan sesama manusia yang ada di lingkungan nya seperti tetangga, keluarga (orang
tua, istri, suami dan anak), pengajar dan alam. Sedangkan dalam buku Etika Dasar tidak
dijelaskan secara terperinci bagaimana manusia harus berinteraksi dengan
lingkungannya. Dalam buku Etika Dasar lebih menekankan kepada bagaimana manusia
harus mengambil keputusan terhadap apa yang akan dilakukannya dan harus
bertanggung jawab terhadap keputusan yang dipilihnya.
Buku Etika Individual membahas tentang aliran-aliran etika secara luas dan
banyak aliran yang dijelaskan dalam buku Etika Individual sedangkan dalam buku Etika
Dasar hanya membahas dua aliran yaitu Aliran Hedonisme dan Aliran Utilitarisme.
Selain itu kedua buku juga membahas tentang hati nurani yang menjadi perbedaannya
adalah buku Etika Individual hanya membahas tentang tolak ukur baik buruk perbuatan
manusia menurut hati nurani dan kualifikasi hati nurani manusia. Lain halnya dengan
buku Etika Dasar dalam buku ini pembahasannya tentang hati nurani lebih luas, lebih
mendalam serta lebih terperinci.
Menurut saya buku Etika Individual dan buku Etika Dasar sangat dibutuhkan bagi
para pengajar dan mahasiswa dalam pembelajaran Pendidikan Nilai dan Moral sebagai
sumber rujukan dan referensi. Selain itu, kedua buku ini bisa dijadikan alat orientasi
generasi muda untuk lebih memahami nilai-nilai dan norma-norma dalam masyarakat
dan kedua buku ini juga bisa dijadikan sarana teoritis agar para pembacanya dapat
28
29
menghadapi masalah-masalah moral yang muncul dengan lebih positif, kreatif dan
mantap.
3.2. Perbandingan Buku Etika Individual dengan Buku Etika Kemanusian Etika
Kebangsaan
Buku Etika Individual dan buku Etika Kemanusian Etika Kebangsaan sama-sama
membahas tentang etika. Perbedaan dari kedua buku ini adalah di dalam buku Etika
Kemanusiaan Etika Kebangsaan dalam pembahasannya langsung kepada nilai-nilai
etika kebangasaan tidak membahas terlebih dahulu etika secara umum buku ini juga
hanya membahasa tentang nilai-nilai etika yang bisa mengembangkan dan
menumbuhkan kecintaan kita terhadap bangsa. Sedangkan, buku Etika Individual
membahasa pengertian etika secara umum terlebih dahulu dan tidak terfokus hanya
kepada satu bahasan etika saja.
3.3. Perbandingan Buku Etika Individual dengan Buku Etika Islam
Perbandingan buku Etika Individual dan Etika Islam dalam segi isi dan
pembahasannya kedua buku ini tidak jauh berbeda kedua penulis buku ini lebih melihat
etika-etika manusia dari sudut pandang agama islam, serta dalam kedua buku ini etika
dan ahlak yang dibahas adalah ahlak mahmudah dalam islam kedua penulis juga
menyantumkan sumber rujukan hadist dan ayat Al-Quran dalam pembahasan mengenai
etika-etika manusia.
Kedua buku ini benar-benar mirip dari segi pembahasan dan maupun
penyampaiannya dalam konsep maupun kata-katanya. Dan isi kedua buku ini tidak
banyak yang berbeda bahkan banyak sekali materi yang sama yang dibahas di dalam
kedua buku ini. Perbedaan yang paling mencolok dari kedua buku ini adalah dalam buku
Etika Individual penulis tidak hanya mengkhusukan kepada satu agama saja, walaupun
dalam pembahasan banyak yang menitikberatkan kepada agama islam. Sedangkan,
dalam buku Etika Islam penulisnya mengkhususkan buku tersebut terhadap etika
menurut pandangan agama islam dan bisa sudah jelas terlihat dari judulnya juga.
3.4. Perbandingan Buku Etika Individual dengan Jurnal EduTecht “Etika Islam
dalam Mengelola Lingkungan Hidup
Isi dari buku Etika Individual dan Jurnal ini sangatlah jauh berbeda di dalam jurnal
hanya menjelaskan tentang bagaimana manusia beretika dengan alam dan bagaimana
cara manusia menjaga, menumbuhkan rasa kepedulian dan kecintaan terhadap
lingkungan dan alam. Selain itu di awal jurnal membahas tentang pengertian etika dan
moral secara umum menurut para ahli. Dalam buku Etika Individual juga dijelaskan
30
bagaimana cara manuisia beretika dengan alam tapi tidak sejelas pembahasan yang ada
di dalam jurnal, di dalam buku Etika Individual hanya menjelaskan secara umum saja.
3.5. Perbandingan Buku Etika Individual dengan Jurnal Pesona Dasar “Ahlak dan
Etika dalam Islam”
Di awal jurnal ini membahas tentang pengertian etika dan ahlak menurut para ahli
serta dalam jurnal ini membahas tentang ahlak manusia sebagai umat Islam harus
bagaimana terhadap diri sendiri, Allah, Rasulullah SAW, keluarga, masyarakat dan
tetangga. Dalam buku Etika Individual etika dan ahlak yang dibahas di jurnal dibahas
juga di dalam buku. Hanya di dalam buku ahlak terhadap sesama manusianya dibahas
lebih luas lagi, serta di dalam buku juga membahas tentang etika profesi seperti etika
pedagang dan pengajar.
3.6. Kelebihan Buku Etika Individual
Kelebihan dari buku Etika Individual ini adalah dilengkapi dengan contoh-contoh
kejadian agar pembaca lebih mudah untuk memahami isi buku, pembagian bab nya
sangat teratur sehingga jika kita ingin membaca bab 3 maka kita harus sudah membaca
bab1 dan bab 2 dulu agar paham apa yang akan dibahas di bab 3, kualitas kertasnya juga
memakai kertas berlatar putih sehingga pembaca nyaman membaca bukunya, ukuran
tulisan tidak terlalu besar maupun kecil sehingga tidak membuat pusing saat membaca
buku ini dan ukuran buku tidak terlalu tebal dan besar sehingga tidak merepotkan ketika
dibawa-bawa.
3.7. Kekurangan Buku Etika Individual
Kekurangan dari buku ini adalah banyaknya kata-kata yang tidak dipahami bagi
para pembaca pemula karena banyak sekali memakai istilah-istilah, serta banyak sekali
definisi yang berbahasa inggris tapi ada beberapa yang tidak diartikan kedalam Bahasa
Indonesia sehingga menyulitkan pembaca untuk mencari terjemahannya sendiri, karena
ini buku filsafat menurut saya ada penjelasan yang dijelaskan dalam bentuk contoh
kejadian tapi pembaca harus menyimpulkan sendiri apa penjelasan dari contoh kejadian
tersebut dan ada kalimat-kalimat yang sulit dipahami oleh pembaca.
BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Buku etika individual karangan Drs. H. Burhanuddin Salam, M.M. berisikan
tentang materi-materi dasar tentang pembelajaran Pendidikan Nilai dan Moral,
membahas tentang istilah-istilah yang sering digunakan dalam etika dan filsafat, buku
ini juga membahas tentang ahlak baik yang harus dimiliki manusia dan ahlak buruk
yang harus dijauhi oleh manusia, membahas tentang bagaimana cara manusia
berhubungan dengan Tuhan, sesama manusia, hewan dan tumbuhan, juga membahas
secara lebih detail bagaimana manusia berhubungan dengan manusia yang lain (orang
tua, teman, guru), membahas aliran-aliran dalam beretika dan pandangan untuk menilai
baik dan buruk.
Buku ini secara umum membahas bagaimana manusia berinteraksi dengan alam
dan seluruh isinya, bagaimana manusia hidup bersosialisasi dengan sesama manusia
yang lain dan bagaimana manusia harus berhubungan dengan Tuhan. Di buku ini juga
dijelaskan dunia dan seluruh isinya termasuk manusia tidak ada yang sempurna kecuali
Tuhan.
4.2. Saran
Menurut saya buku Etika Individual sangat berguna bagi mahasiswa yang
mempelajari tentang Pendidikan Nilai dan Moral sebagai rujukan dan referensi di dalam
perkuliahan. Selain itu buku ini bagus untuk mengembangkan pemikiran mahasiswa
tentang etika dan moral.
31
DAFTAR PUSTAKA
Salam, B. (2012). Etika Individual [Pola Dasar Filsafat Moral]. PT Rineka Cipta: Jakarta.
Suseno, F.M. (2016). Etika Dasar (Masalah-Masalah Pokok Filsafat Moral). Percetakan
Kanisius: Yogyakarta.
Harahap, R.Z. (2015). Etika Islam dalam Mengelola Lingkungan Hidup. Jurnal EduTech.
Vol.1 (1). Diakses dari www.umsu.ac.id
Ya’qub, D.H. (1993). Etika Islam.Bandung: C.V. Diponegero Bandung.
Habibah, S. (2019). Ahlak dan Etika dalam Islam. Jurnal Pesona Dasar. Vol. 1 (4). Hal. 73-
87. Diakses dari www.unsyiah.ac.id tanggal 28 Desember pukul 08.18.
32