Anda di halaman 1dari 36

ETIKA INDIVIDUAL

(Pengarang: Drs. H. Burhanuddin Salam, M.M.)


BOOK REPORT
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Pendidikan Nilai dan Moral
Dosen Pengampu :
Dr. Iim Siti Masyitoh, M.Si.
Prof. Dr. Endang Sumantri, M.Ed.
Syaifullah, S.Pd., M.Si.

Oleh:
Dewi Aulia Azzahra (1902773)

DEPARTEMEN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN


FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2019
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji syukur kepada Allah SWT., berkat rahmat dan karunia-
Nya saya dapat menyelesaikan Laporan buku ini. Buku yang dikupas berjudul “Etika
Individual” yang ditulis oleh Drs. H. Burhanuddin Salam, M.M. Laporan Buku ini dibuat
untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Pendidikan Nilai dan Moral.

Meskipun masih banyak kekurangan-kekurangan dari cara pengupasan materi-


materinya. Mudah-mudahan sedikit banyaknya dapat menambah wawasan mengenai nilai
dan moral, khususnya bagi penulis. Tidak lupa, penulis juga mengucapkan terima kasih
kepada berbagai pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan laporan buku ini,
terutama kepada dosen mata kuliah Pendidikan Nilai dan Moral yang telah bersedia
memberikan berbagai arahan dan nasehat.

Terima kasih.

Bandung, 15 Desember 2019


Penulis,

Dewi Aulia Azzahra

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................ i

DAFTAR ISI ......................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................................... 1

1.1. Identitas Buku ..................................................................................................... 1

BAB II RINGKASAN BUKU ETIKA INDIVIDUAL ......................................................... 2

2.1. BAB I Istilah dan Pengertian .............................................................................. 2

2.2. BAB II Prinsip Baik dan Jelek/Jahat ................................................................... 5

2.3. BAB III Tanggung Jawab Moral Manusia .......................................................... 7

2.4. BAB IV Perkembangan Moral Manusia ............................................................. 8

2.5. BAB V Potensi-Potensi Perbuatan Insani ......................................................... 10

2.6. BAB VI Kualifikasi Perbuatan Insani ............................................................... 11

2.7. BAB VII Hati Nurani Manusia ......................................................................... 12

2.8. BAB VIII Kualifikasi Hati Nurani Manusia ..................................................... 13

2.9. BAB IX Norma Objektif Kesusilaan ................................................................ 14

2.10. BAB X Sifat-Sifat Norma Objektif Kesusilaan ................................................ 15

2.11. BAB XI Potensi-Potensi Karya Kesusilaan Ahlak ........................................... 16

2.12. BAB XII Karya Kesusilaan (Ahlak yang Terpuji dan Tercela) ........................ 17

2.13. BAB XIII Hak dan Kewajiban Manusia ........................................................... 20

2.14. BAB XIV Pendapat dan Aliran dalam Etika ..................................................... 24

2.15. BAB XV Moral dengan Tuhan ......................................................................... 26

BAB III ANALISIS BUKU ETIKA INDIVIDUAL ........................................................... 28

3.1. Perbandingan Buku Etika Individual dengan Buku Etika Dasar ...................... 28

3.2. Perbandingan Buku Etika Individual dengan Buku Etika Kemanusian Etika
Kebangsaan ....................................................................................................... 29

3.3. Perbandingan Buku Etika Individual dengan Buku Etika Islam ....................... 29

ii
3.4. Perbandingan Buku Etika Individual dengan Jurnal EduTecht “Etika Islam
dalam Mengelola Lingkungan Hidup ................................................................ 29

3.5. Perbandingan Buku Etika Individual dengan Jurnal Pesona Dasar “Ahlak dan
Etika dalam Islam” ............................................................................................ 30

3.6. Kelebihan Buku Etika Individual ...................................................................... 30

3.7. Kekurangan Buku Etika Individual ................................................................... 30

BAB IV PENUTUP ............................................................................................................. 31

4.1. Kesimpulan........................................................................................................ 31

4.2. Saran .................................................................................................................. 31

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................... 32

iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Identitas Buku

Judul Buku : Etika Individual


Nama Pengarang : Drs. H. Burhanuddin Salam, M.M.
Tahun Terbit : 2012
Penerbit : PT. Rineka Cipta
Jumlah Halaman : 242
Tebal : 20,5 cm
Laporan buku kali ini membahas buku yang berjudul Etika Individual (Pola Dasar
Filsafat Moral) karangan Drs. Burhanuddin Salam, M.M. diterbitkan oleh PT. Rineka
Cipta pada tahun 2012 di Jakarta. Buku ini sepanjang 20,5 cm dengan 242 halaman.
Buku ini membahas secara umum pola tingkah laku manusia individu mana yang baik
dan mana yang buruk. Selanjutnya membahas tentang tanggung jawab moral manusia,
bentuk-bentuk perbuatan manusia dengan potensi dan kualisifikasinya, hati nurani
manusia, norma objektif kesusilaan/ahlak manusia, ahlak yang baik dan tercela, pendapat
dan aliran dalam etika serta hubungan moral dan Tuhan.

1
BAB II
RINGKASAN BUKU ETIKA INDIVIDUAL

2.1. BAB I Istilah dan Pengertian


A. Istilah Moral/Etika
Seperti diketahui kata moral berasal dari Bahasa Latin Mores. Mores berasal
dari kata “mos” yang berarti kesusilaan, tabiat atau kelakuan. Moral dengan
demikian berarti kesusilaan dan Moralitas berarti hal mengenai kesusilaan.
Ada perkataan lain yang menyebutkan bawa kesusilaan adalah etika.
Perkataan Etika berasal dari Bahasa Yunani: Ethos dan Ethikos yang berarti
kesusilaan, persaan batin, kecenderungan untuk melakukan sesuatu perbuatan.
Dalam KBBI dari W.J.S. Poerwadarminto terdapat keterangan bahwa moral
adalah ajaran tentang baik-buruk perbuatan dan kelakuan, sedangkan etika adalah
ilmu pengetahuan asas-asas ahlak (moral).
Dari beberapa kata tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa mempunyai
pengertian yang sama dengan kesusilaan, memuat ajaran tentang baik dan
buruknya perbuatan.
B. Pengertian Moral
Pertanyaan kita mula-mula adalah: Terdapatkah pengertian moral diantara
kita? Saya kira tiap bangsa tentu mempunyai pengertian tentang moral, meskipun
pengertian itu tidak mendalam seperti pengertian orang ahli dalam ilmu itu.
Adanya kata-kata: orang ini moralnya bejad, orang ini moralnya lumayan, orang
ini moralnya tinggi, secara tidak langsung dikatakan pula bahwa bahwa orang
mempunyai pembendaharaan yang berisikan dalil-dalil yang menjadi pegangan
atau patokan dalm kehidupan sehari-hari.
C. Istilah Etika
Istilah etika berasal dari kata Latin: Ethic (us), dalam Bahasa Gerik: Ethikos
= a body of moral principle or values. Lambat laun pengertian itu berubah,
seperti pengertian sekarang, Etika ialah suatu ilmu yang membicarakan masalah
perbuatan atau tingkah laku manusia, mana yang dapat dinilai baik dan mana
yang dinilai jahat. (Ethics, the study and philosophy of human conduct, with
emphasis on the determination of right and wrong; one of the normative
sciences).

2
3

Istilah lain etika, biasanya digunakan kata: moral, susila, budi pekerti, ahlak
(Arab = Ahlaq). Dalam buku ini kesemua istilah tersebut digunakan secara
berganti-ganti dalam pengertian yang sama.
Menurut sejarahnya istilah etika digunakan oleh Montaigne (1533-1592),
seorang penyair Prancis dalam syairnya yang terkenal pada tahun 1580. (Fr, Etika
= Ethique).
D. Kemauan Baik (Good Will)
Menurut Kant sebenarnya taka da yang disebut baik di dunia ini atau
dimanapun tanpa kualifikasi, kecuali kemauan baik (there is nothing in the world
or even out of it that can be called good without qualification expect a good will).
Apa yang disebut good will oleh Kant?
 Kemauan baik itu, hendaknya dilandasi oleh kebajikan dengan tujuan untuk
mencapai kebahagian hidup.
 Kemauan baik itu, merupakan satu kesatuan yang baik, meskipun ia berdiri
sendiri. Konsekuensi dari sesuatu perbuatan yang baik, ialah hasilnya juga
menuju kepada hasil yang baik.
E. Objek Formal Moral/Etika
Dari segi manakah yang mejadi sasaran dari moral itu? Seperti kita ketahui,
orang-orang dapat mengatakan orang ini baik, orang itu jelek dan dalam
pernyataan itu terkandung isi yang mengatakan bahwa orang mempunyai
pengertian tentang perbuatan-perbuatan manusia dipandang dari sudut selaras
atau tidak selaras dengan norma-norma kesusilaan. Maka dari itu kita dapat
berpikir lebih lanjut, bahwa sasaran dari moral adalah keselarasan dari
perbuatan manusia dengam aturan-aturan yang mengenai perbuatan-perbuatan
manusia itu.
F. Norma Insani dan Norma Religi
Dalam kenyataan hidup sehari-hari, baik itu mendapat ukuran dua macam,
ialah ukuran yang termasuk ukuran manusia dan ukuran yang berhubungan
dengan agama. Bahwa disamping nilai-nilai agama yang dapat menentukan nilai
manusia masih ada lagi nilai-nilai lain yang menentukan pula hidup manusia
ialah norma-norma insani umum, nilai nilai itulah yang menjadi dasar dari baik
dan jeleknya manusia.
G. Objek Materiil Moral/Etika
4

Jelas bagi kita bahwa yang menjadi bahan dari penyelidikan moral adalah
perbuatan-perbuatan (tindakan-tindakan) manusia atau dapat kita katakana
tindakan-tindakan insani.
H. Tingkatan Hidup Spiritual
Tingkatan hidup apakah yang menyebabkan hanya pada manusia dapat
diberikan predikat susila? Secara singkat dapat kita jawab bahwa pada manusia
bagaimanapun juga mempunyai taraf hidup yang lebih tinggi dan jika kita amati
bahwa tingkatan hidup yang lebih tinggi itu malahan membedakan esensial dari
kehidupan lain-lainnya, hal mana yang dikupas di bagian filsafat lain. Tingkat
hidup itu kita namakan tingkatan hidup spiritual.
I. Definisi Ilmu Moral/Etika
Ilmu moral atau singkatnya moral adalah ilmu yang mencari keselarasan
perbuatan-perbuatan manusia (tindakan insani) dengan dasar-dasar yang
sedalam-dalamnya yang diperoleh dengan akal budi manusia.
J. Ilmu yang Spekulatif Praktis
Moral langsung mempunyai hubungan dengan perbuatan manusia sehari-
hari, mempunyai hubungan langsung bagaimana manusia harus berbuat dalam
hidupnya sehari-hari, maka dengan itu ilmu moral langsung berhubungan dengan
pelaksanaan perbuatan-perbuatan insani, dari langsung mempunyai hubungan
dengan praktis, maka moral adalah ilmu yang praktis. Di samping itu moral
masih tetap bermutu ilmu karena masih mencari hukum-hukum, atau dasar-dasar
bagaimana manusia harus berbuat menurut alam yang dimiikinya. Maka
dikatakan bahwa moral adalah ilmu yang speculative-practis.
K. Fungsi Ilmu Moral/Etika
Etika sebagai ilmu, merupakan salah satu cabang dari filsafat. Sifatnya
praktis, normatif dan fungsional, sehingga dengan demikian merupakan suatu
ilmu yang langsung berguna dalam pergaulan sehari-hari. Etika juga bisa menjadi
asas dan menjiwai norma-norma dalam kehidupan, di samping sekaligus
memberikan penilaian terhadap corak perbuatan seseorang sebagai manusia.
L. Jenis-Jenis Etika
Sekedar untuk dikenal, dibawah ini dicantumkan beberapa jenis etika:
 Ethics Algedonsic
 Ethics Business
 Ethics Educational
5

 Ethics Hedonistic
 Ethics Humanistic
 Ethics Idealistic
 Ethics Materialistic
 Ethics Epicurianism
Selain dari itu, setiap agama atau kepercayaan mempunyai pandangan etik sendiri
misalnya: Christian Ethics, Buddism Ethics, Islamic Ethics dan sebgainya.
2.2.BAB II Prinsip Baik dan Jelek/Jahat
A. Kebaikan Alami (Bonum Physicum)
Ada orang asing yang berasal dari Italia berkunjung ke Indonesia dan
berkunjung ke Puncak. Pertama kali ia melihat pemandangan yang ada di Puncak
itu. Ia mengatakan ia sangat kagum, ia lupa bahwa ia berada di Indonesia. Ia
berada di Swiss. Pemandangan di Swiss sama dengan pemangdangan yang
berada di Puncak itu. Memang tiap orang mengakui pemandangan yang ada di
Puncak itu, pemandangannya sangat menarik hati dan mata. Kita dapat
menikmati keindahan alam. Disinilah kita berjumpa dengan keindahan alam dan
kita tentu tahu jika indah tentu itu baik (bagus). Disini kita bertemu bentuk
kebaikan (sesuatu yang baik) dan baik itu terdapat dalam alam.
B. Kebaikan Hewani (Bonum Animale)
Orang yang suka kuda tahu benar mana kuda yang baik atau mana kuda
yang kurang baik. Bermacam-macam tanda dikenal untuk oleh orang-orang
penggemar kuda. Biasanya kita mengutarakan seekor kuda yang baik adalah jika
berdiri bagus tegap, larinya menyenangkan, suatu pandangan global terdapat
pada orang yang banyak mengatakan seekor kuda baik. Kadang-kadang kebaikan
seekor kuda juga diukur dari persamaan. Dalam dunia hewan terdapat kebaikan.
C. Kebaikan Lahiriah Manusia
Pada manusia terdapat kebaikan rupa. Wanita dinilai baik jika cantic dan
juga laki-laki dianggap baik jika ganteng dan gagah.
D. Kebaikan Susila (Bonum Morale)
Tidak ada kebaikan yang tercapai jika kalua masing-masing pribadi tidak
mau. Terdapatlah disini hal yang tidak terdapat pada kedua macam kebaikan
yang melekat pada alam dan pada bentuk tubuh manusia. Pada kebaikan pribadi
terdapat suatu factor bahwa orang itu harus mau. Jika kemauan ini tidak ada
kebaikan tidak timbul. Kemauan inilah yang menentukannya.
6

Kebaikan yang pertama tidak terdapat tanpa kerja kemauan manusia dan
kebaikan kedua terjadi karena kerja kemauan manusia. Keduanya tidak dapat
disangkal oleh kebaikan. Oleh karena itu kebaikan yang pertama adalah kebaikan
alami fisik dan yang kedua adalah kebaikan susila, dalam Bahasa Latin disebut
Bonum Morale. Istilah ini jelas bagi kita, karena telah kita katakana bahwa moral
adalah ilmu yang menyelidiki keseluruhan tindakan insani. Dari itu lahirlah
Bonum Morale yang lahir dari tindakan insani.
E. Definisi Kebaikan Susila dan Kejelekan Susila
Kebaikan Susila adalah keselarasan hidup moral manusia dengan alam
manusia itu sendiri. Kita katakana moral itulah yang dapat mengetahui bahwa
keselarasan itu hanya dapat dicapai kerja-kerja manusia yang tidak dipaksa. Yang
dilaksanakan dengan kebebasan berbuat, boleh kita sebutkan yang diperbuat
dengan sengaja.
Kejelekan Susila adalah disharmoni dalam keselarasan antara tindakan
insani manusia dan dasar-dasar yang keluar dari alam tersebut. Karena
menyimpang dari keselarasan itu, maka merupakan sesuatu yang tidak menurut
kecocokan, suatu kekurangan dari adalah jelek.
F. Kesimpulan tentang Baik dan Jahat
Istilah baik yang digunakan disini adalah pengertian filsafat. Istilah baik itu
tidak hanya mengandung dari satu unsur/kata, tetapi sebenarnya
penjumlahan/totalita dari sekian unsur dan akhirnya sebagai akhir dari suatu
kesatuan pengertian dari hasil penilaian terhadapnya, diberikan predikat baik.
Khusus manusia = the general quality recognized in character or conduct.
G. Moral Manusia dan Masalah Nilai
Menurut Aristoteles dalam bukunya Etika “Manusia itu dalam semua
perbuatannya, begaimanapun juga mengejar sesuatu yang baik.”
 Perbuatan manusia harus mempunyai arti yang sebenarnya atau autentik.
 Yang menentukan perbuatan itu atentik adalah person atau pribadi manusia.
 Dalam setiap perbuatannya, manusia mencari pemenuhan dan
kesempurnaanya.
 Bagi manusia dibedakan nilai alat dan nilai tujuan,
 Nilai tujuan adalah kesempurnaan pribadi manusia dan nilai lainnya yang
hanya memenuhi dorongan kejasmanian manusia adalah nilai alat saja dan
7

nukan nilai tujuan. Nilai alat tetap jadi alat dan tak pernah menjadi nilai
tujuan.
 Yang merupakan tujuan hanyalah kesempurnaan pribadi atau person itu.
H. Etika dengan Etiket
Etiket adalah persetujuan bersama untuk menilai sopan atau tidaknya
seseorang dalam (satu jenis) pergaulan. (Etiquette = prescribed or conventional
requirements as to social behavior).
2.3. BAB III Tanggung Jawab Moral Manusia
A. Pegertian Tanggung Jawab Moral Manusia
Pengertian tanggung jawab, menuntut adanya:
 Respon, jawaban terhadap tuntutan dari sesuatu (tugas atau perbuatan),
dimana diri turut di dalamnya.
 Keberanian sikap, bersedia menanggung/memikul resiko terhadap baik atau
buruknya hasil perbuatan itu.
B. Definisi Tanggung Jawab Moral Manusia
Dalam pengertian kamus, tanggung jawab diterjemahkan dengan kata
sebagai berikut:
Responbility = Havung the character of a free moral agent; capable of
determining one’s own acts, capable of deterred by consideration of sanction or
consequences.
C. Ilustrasi
Golongan yang tidak dapat dimintai pertanggung jawaban atas
perbuatannya sendiri:
 Pertama golongan kerbau.
 Kedua golongan anak-anak.
 Ketiga golongan orang gila.
Artinya adalah barangsiapa yang tidak berani bertanggung jawab atas
perbuatannya atau segala sesuatu yang termasuk tugas kewajibannya, maka nilai
pribadinya dipersilahkan memilih satu dari golongan tersebut.
D. Dimensi Tanggung Jawab Moral
Dari segi filsafat, suatu tanggung jawab itu sedikitnya didukung oleh 3
dimensi/unsur:
1. Kesadaran
2. Kecintaan/Kesukaan
8

3. Keberanian
E. Tiap yang Ada Mengejar Adanya (Omne Ense Tendit Ad Suun Esse)
Manusia tidak terhindar dari dorongan alam untuk berkembang, hal ini
adalah suatu perkenaan dalam rangka prinsip bahwa semua yang ada akan
mengejar kedudukan adanya.
F. Manusia Harus Berbuat Baik/Keharusan Moral Manusia (Amar Makruf)
Kewajiban berbuat baik diserahkan pada kebebasan manusia untuk
dikerjakan atau tidak. Jelasnya, pada manusia terdapat kewajiban berbuat
menurut alam dan kalu kita berbuat demikian maka kita berbuat baik, maka pada
kita adalah kewajiban unutk berbuat baik.
G. Manusia Wajib Menghindari yang Jelek (Nahi Mungkar)
Seperti pengertian adalah yang selaras dengan kodrat alam manusia, begitu
pula yang jelek moral adalah segala sesuatu yang bertentangan dengan alam
kodrat manusia (kodrat insani). Maka dapat disimpulkan “Manusia Harus
Berbuat Baik dan Menghindari yang Jelek”
2.4. BAB IV Perkembangan Moral Manusia
A. Moral dan Kesadaran Moral Manusia
Dalam kamus dijelaskan Moral is pertaining to character and behavior
from the point of view of right and wrong and obligation of duty.
Kesadaran moral itu sifatnya individual ukuran kesadaran setiap orang
berbeda dari pramoral ke bermoral dengan sendirinya sudah melalui suatu jalur
proses perjalanan hidup. Konsekuensi psikologis dari adanya kesadaran moral
menggugah timbulnya rasa wajib yaitu:
 Wajib berbuat baik, wajib tolong menolong, wajib cinta kepada tanah air
dan sebagainya.
 Menggugah rasa kemanusiaan, rasa persaudaraan, rasa ingin berkorban
bagi kepentingan orang lain dan rasa mau berbuat kebajikan.
 Membangkitkan rasa intropeksi, kesadaran memeriksa diri sendiri, rasa
selalu menganggap diri serba kekurangan dan penuh dengan dosa.
B. Teori Perkembangan Moral Manusia
1. Teori Piaget
Dalam bukunya The Moral Judgment of the Child (1923), Piaget
menyatakan bahwa kesadaran moral anak mengalami perkembangan dari
satu tahap ke tahap yang lebih tinggi. Ada 4 tahap menurut Piaget yaitu:
9

 Tahap Motor atau Individual


 Tahap Egosentrik
 Tahap Koperatif Awal
 Tahap Kodifikasi Peraturan-Peraturan
2. Teori Kohlberg
Dalam tesis doktoratnya (1958) Kohlberg mengidentisifikasikan adanya
6 tahap dalam moral reasoning, dibagi menjadi 3 taraf (level) yaitu:
 Preconventiona Level
Stage 1: Punishment-obedience orientation
Stage 2: Instrumental-relativist orientation
 Conventional Level
Stage 1: Interpersonal concordance or “good boy-nice girl” orientation
Stage 2: “Law and Order” orientation
 Postconventional Level
Stage 1: Social-contract legalistic orientation
Stage 2: Universal ethical principle orientation
C. Pendidikan Moral Manusia
Pendidikan moral dapat dirumuskan sebagai: suatu proses yang disengaja
yang dimana para warga muda masyarakat dibantu supaya berkembang dari
orientasi yang berpusat pada diri sendiri mengenai hak-hak dan kewajiban
meraka, kea rah pandangan yang lebih luas, yaitu bahwa dirinya berada dalam
masyarakat dan ke arah pandngan yang lebih mendalam mengenai diri sendiri.
(Moral education is the deliberate proces in shich the young member of society
are assisted to develove from a naïve-self orientation concerning their right and
obligation to a broader view of self-insociety and to a deeper view of self)
D. Pendidikan Moral Manusia Sebagai Pendidikan Nilai
Pendidikan Moral Pancasila termasuk kedalam Pendidikan Pancasila seperti
disebutkan dalam Ketetapan MPR No. IV/MPR/1978, tentang Garis-Garis Besar
Haluan Negara (GBHN) yang mengatakan “Pendidikan Pancasila termasuk
Pendidikan Moral Pancasila dan unsur-unsur yang dapat meneruskan dan
mengembangkan jiwa dan nilai-nilai 1945 kepada generasi muda yang
diamsukan kedalam kurikulum di sekolah-sekolah, mulai taman kanak-kanak
sampai universitas, baik negri maupun swasta”
E. Manusia Dengan Akunya
10

Menurut Mc Dougall manusia adalah mahluk yang penuh insting. Sebagian


dari insting-insting tersebut adalah:
 Insting Seksual
 Insting Memiliki
 Insting Membela Diri
 Insting untuk Mengetahui
 Insting Memperkenalkan Diri
 Insting Melindungi
 Insting Bekerja
 Insting Bersedih
 Insting Berkelompok
 Insting Memperindah Diri
F. Kepribadian Manusia dalam Etika
Menurut Allport kepribadian adalah suatu organisasi dinamis dalam diri
individu sebagai suatu sistem psikopisis yang bergerak dengan cara-caranya yang
unik unutk mengadakan penyesuaian diri dengan sekitarnya. Dari pernyataan
tersebut dapat ditarik suatu kesimpulan:
 Kepribadian itu, tidaklah terdiri hanya dari satu unsur pengertian, teta[I
merupakan himpunan dari sejumlah unsur sifat, karakter yang diambil dari
segi-segi: biologi, fisik, mental dan factor-faktor sosila unik dari seseorang.
 Kepribadian itu dapat dijadikan salah satu kriteria penting dalam menilai
tingkah laku, moral dari seseorang terutama bagi seseorang pemimpin
 Kepribadian itu merupakan suatu dinamika kejiwaan yang tercermin pada
diri seseorang, dinamika juga memberikan kesan keagungan pada
seseorang.
2.5. BAB V Potensi-Potensi Perbuatan Insani
A. Tiga Bentuk Perbuatan Insani
Unutk berbuat sebagai manusia, sehingga perbuatan itu disebut perbuatan
manusia (insani) ada dua hal yang harus berbarengan ialah kemauan dan
pengertian tentang apa yang ia kerjakan. Salah satu tidak ada tidaklah menjadi
perbuatan manusia sebagai manusia. Perbuatan yang dikerjakan oleh manusia
dimana terdapat kemauan untuk berbuat dan pengertian berbuat itulah disebut
perbuatan manusia sebagai manusia atau perbuatan manusia qua talis.
Perbuatan manusia qua talis dapat kita sebut juga perbuatan insani (human act)
11

B. Potensi Rohani Insani


Alam kodrat manusia pada pokoknya adalah rohani dan jasmani. Tiap
perbuatan manusia sebagai manusia (perbuatan insani) dikerjakan oleh potensi-
potensi yang menunjukan bahwa perbuatan itu dikerjakan oleh suatu kodrat yang
mempunyai alam tertentu. Potensi-potensi itu adalah potensi rohani dan jika
potensi-potensi itu jasmani maka potensi jasmani itu akan menjiwai/dijiwai oleh
potensi rohani agar bisa menjadi perbuatan manusia qua talis.
C. Definisi Karya Susila Insani
Karya susila insani adalah karya yang dilaksanakan atas pengaruh karya
rohani pengertian dan kemauan dan ditambahkan bebas, karena kemauan
hendaklah bebas dari paksaan.
D. Sifat Potensi Karya Insani
Ada 5 sifat dari karya manusia yang cukup berkembang ke sasaran Aku-
nya. Kelima atribut (sifat) adalah sebagai berikut:
1. Prinsip Unitas
2. Prinsip Aktivitas
3. Prinsip Libertas
4. Prinsip Sosialitas
5. Prinsip Historitas
2.6. BAB VI Kualifikasi Perbuatan Insani
A. Kualifikasi Objektif
Dari objek perbuatan manusia ansich atau ex libera electione (pemilihan
yang merdeka) dapat ditentukan nilai objek dari suatu perbuatan. Dari seribu satu
macam tindakan manusia akan terlihat manakah yang besar dan manakah yang
kecil. Manakah yang mengerti dan betul-betul menghendaki perbuatan yang ex
naturasua adalah besar atau berat maka timbullah perbuatan manusia yang
bernilai besar atau berat.
B. Kualifikasi Subjektif
Suatu hal yang tidak dapat dielakan ialah bahwa manusia karena jasmaninya
dapat mengalami pengaruh yang bermacam-macam haruslah diakui bahwa
keadaan kejiwaan manusia dapat dipengaryhi oleh keadaan jasmaniah itu.
Sintesis antara jasmani dan rohani manusia itu yang mengakibatkan bahwa
perbuatan insani dapat berubah-ubah menurut keadaan rihani manusia dan
sepanjang bagaimana ia menjalankan fungsinya, karena pengaruh jasmaniah itu.
12

C. Contoh Kualifikasi Subjektif


Akan jelas jika kita mengambil contoh dari hidup seharian kita kerap kali
melamun. Apakah kebencian betil-betul kuketahui atau kehendaki? Kita kira
tidak ada perbedaan pendapat bagi kita bahwa dalam keadaan melamun itu kta
tidak serratus persen tahu dan mau benci. Dengan demikian kita tahu pula bahwa
perbuatan benci itu tidaklah seluruhnya kukehendaki atau kumengerti. Apakah
kesimpulan lebih lanjut? Bahwa perbuatan benci itu tidaklah seharusnya
perbuatan insani, sebagian adalah tindakan formal insani. Dari semua itu
sebagian tidaklag termasuk perbuatan manusia sebagai manusia.
D. Peranan Pikiran dan Kehendak Terhadap Perbuatan Manusia
Dapat kita Tarik suatu dasar bahwa pengurangan pengaruh dari pikiran atau
kehendak menyebabkan sebagian dari perbuatan manusia jatuh di luar
perhitungan perbuatan insani.
E. Kegunaan Kualifikasi Perbuatan Manusia
Kita bertanggung jawab atas diri kita sendiri maka hendaklah kita ingat
bahwa dalam pelaksanaan tugas sehari-hari kita harus dapat menyeleksi mana
tindakan yang penting atau kurang penting.
F. Hakikat Kualifikasi adalah Tanggung Jawab Kepada Tuhan
Tuhan ada berarti bahwa Tuhan meliaht kita, Ia melihat kita sampai di dalam
hati kita masing-masing. Maka dari itu dalam menjalankan tugas meskipun
pembesar tidak melihat kita, Tuhan selalu memandang, jadi tahunjuga sampai
mana kita melaksanakan tugas itu. Betul kita bertanggung jawab kepada
pembesar tetapi tanggung jawab terakhir adalah kepada Tuhan.
2.7. BAB VII Hati Nurani Manusia
A. Pengertian Hati Nurani Manusia
Hati nurani dalam Tritura Indonesia adalah budi manusia sepanjang
menemukan semua hal-hal atau kebenaran yang universal yang dimanapun dan
pada bangsa mana pun sama, karena hati manusia yang sama pada setiap orang
dan bangsa di dunia.
Sepanjang budi manusia menemukan kebenaran yang universal, yang
umum dan abadi sepanjang masa budi manusia berwujud suatu terang, sinar.
B. Perbuatan Manusia Qua Talis
13

Dalam menaganlisis perbuatan insani telah kita temukan bahwa perbuatan


manusia akan menjadi perbuatan manusia qua talis jika dipengaruhi oleh budi
pekerti dan kehendak.
C. Fungsi hati Nurani Manusia
Hati nurani manusia hati manusia berbuat, mengatakan kepada manusia:
suatu pujian atau tuduhan terhadap perbuatannya. Tuduhan atau pujian tersebut
dapat mempunyai akibat perbaikan dalam hari-hari yang akan dating, perbaikan
karena dengan tuduhan orang akan menyesal atau dengan pujian orang akan
mempunyi spirit yang lebih besar lagi untuk memperjuangkan hidupnya yang
lebih sempurna. Hati nurani manusia memberi peringatan kepada kit ajika kita
bermaksud jahat (jelek).
D. Peranan Hati Nurani Manusia Terhadap Perbuatan Manusia
Bisikan hati nurani manusia mempunyai peranan penting bagi manusia akan
berbuat sesuatu sebelum perbuatan terlaksanaakan mempunyai akibat yang besar
sesudah perbuatan dilaksanakan. Jadi, peranan hati nurani manusia sebelum
perbuatan ialah memberi nasehat bagi manusia. Nasehat itu dapat postif dan juga
negatif. Nasehat positif akan berbunyi berbuatlah, nasehat negatif akan berbunyi
janganlah kau berbuat!
E. Jumlah Hati Nurani Manusia
Hati nurani manusia adalah satu. Conscience yang satu itu mempunyai segi
lebih dari satu sebelum dan sesudahnya tindakan dan ini masih dibedakan
mengenai perbuatan baik dan jahat.
F. Definisi Hati Nurani Manusia
Hati nurani manusia dalam hubungan susila budi manusia sepanjang
memberikan pengertian tentang baik dan jeleknya perbuatan yang akan dan
sudah dilaksanakan, pengertian memberikan kelimpahan rasa perasaan kepada
manusia setelah perbuatan terjadi.
2.8. BAB VIII Kualifikasi Hati Nurani Manusia
A. Penyebab Kualifikasi
Penyebab kualifikasi hati nurani adalah karena unsur pokok rohani manusia
direalisasi dalam jasmani (materi) dan dipersatukan dengan jasmani. Telah kita
kemukakan sifat dari materi ialah sangat mutable (berubah-ubah) dan
kejasmanian manusia menyebabkan bahwa budi manusia terkena pengaruh
olehnya, maka timbulah perbedaan.
14

B. Qualita: Benar dan Salah


Seperti kita ketahui fungsi dari budi adalah untuk mencari kebenaran. Dalam
hubungan ini manusia akan menentukan bagaimanakah pandangan terhadap
suatu perbuatan, budi akan meliaht objektivitas dari perbuatan. Jika budi melihat
objektivitas itu tepat maka dapatlah kita berkata bahwa hati nurani itu bekerja
selaras dengan keadaan yang sebenarnya. Dengan demikian maka budi itu dalam
fungsinya menangkap kebenaran yang ada hubungan erat dengan perbuatan itu,
hati njrani manusia adalah dalam hal ini benar, sebaliknya jika budi dalam
menangkap semua keadaan yang meliputi perbuatan manusia yang akan
diperbuatnya itu tidak tepat, atau malahan meleset sma sekali, maka budi manusia
dalam praktis ini (hati njrani manusia) adalah tidak tepat atau meleset, jadi salah.
C. Qualita: Pasti, Ragu-Ragu, Kira-Kira dan Bingung
 Ada orang yang mempunyai visi sangat tajam mengenai perbuatan yang
akan diperbuatnya. Dalam keadaan bagaimanapun ia selalu sanggup
mengambil keputusan yang setepat-tepatnya. Hati nurani manusia yang
demikian itu adalah pasti.
 Hati nurani ragu-ragu ialah hati nurani yang tidak berani menjatuhkan
tanggapan mengenai perbuatan.
 Hati nurani kira-kira (probable) adalah jika ia dihadapkan ia mencoba
mendudukan dirinya pada suatu alasan bagaimana perbuatan itu dapat
dilaksnakan dengan pertanggung jawaban yang aman.
 Bingung bila hati nurani manusia tidak tahu mana yang harus diperbuatnya.
Ia mengira perbuatan manapun yang ia pilih adalah salah.
D. Qualita: Tertib, Sembrono dan Takut
 Hati nurani tertib melihat perbuatan yang dihadapi selalu dari segi
kebenaran yang objektif.
 Hati nurani sembrono (seenaknya) adalah sikap dari hati narani yang
memandang enteng soal berat atau memandang tidak ada apa-apanya
meskipun sebetylnya ada.
 Hati nurani takut adalah keadaan manusia dimana ia selalu menyangka ada
salah meskipun tidak ada atau yang membesarkan salah meskipun hanya
merupakan kelalaian atau kesalahan kecil saja.
2.9. BAB IX Norma Objektif Kesusilaan
A. Mencari Norma Objektif Kesusilaan/ Akhlak
15

Mencari norma-norma objektif dari perbuatan susila adalah mengetahui


baik dan jahat susila. Baik susila adalah keselarasan perbuatan susila kuatalis
dengan alam kodrat manusia. Dengan adanya pengertian bahwa berbuat baik
adalah berbuat menurut alam kodrat manusia, telah kota gariskan secara umum
norma manakah yang harus kita ikuti dlam berbuat baik itu.
B. Terpisah dan Berbeda/Divisum dari Distinctum (Individualitas Manusia)
Tiap orang dalam dalam realitas hidup adalah terpisah dan berbeda dari
orang lain, yang disebutkan divisum dan distinctum dari lainnya. Tiap manusia
yang ada mempunyai hidup sendiri dan terpisah serta mempunyai hidup personal.
Kepisahbedaan itu disebut sifat individual dan dalam kenyataan hidup disebut
personal.
C. Sosialita Manusia
Manusia pada realitas hidup mempunyai hidup bersama dengan orang lain.
Hidup bersama dengan orang lain itu tidak dapat dihindarkan, tak dapat tidak ada,
harus ada. Dari itu hidup sosial dari manusia adalah sifat kedua yang tidak dapat
ditiadakan. Dan sifat dalam menelaah kesusilaan tentu tak akan ketinggalan,
karena seperti kita ketahui alam kodrat menurut keselarasan. Alam kodrat
manusia adalah sosial, jadi slah satu segi kesusilaan ialah mengenai sosialisasi
manusia.
D. Norma Dasar Kesusilaan Akhlak Individulita dan Sosialita Manusia
Yang menjadi norma dasar kesusilaan ialah individualitas dan sosialitas dari
manusia, keperorangan dan kebersamaan hidup manusia.
2.10. BAB X Sifat-Sifat Norma Objektif Kesusilaan
A. Hak Asasi Manusia
Yang disebut Hak Asasi Manusia adalah antara lain:
1. Hak hidup
2. Hak kemerdekaan
3. Hak memiliki
4. Hak mencari nafkah
5. Hak belajar
6. Hak mengajar dan lain-lain
B. Kemanusiaan adalah Satu (Mankind is One)
Kemanusiaan adalah satu. Ucapan itu didasarkan ata pengalaman yang
dilihat bangsa-bangsa yang hidup di bumi ini. Ucapan itu suatu afirmasi dari
16

dalil yang didapat manusia dari jalan abtraksi dari kemanusiaan. Budi manusia
dapat menarik kesimpulan dari pengalaman yang sederhana suatu kebenaran
yang dalam dan dari kebenaran-kebenaran yang disimpulkan dan pengalaman
sederhana itu manusia membuat pemikiran lebih lanjut sehingga mendapatkan
kebenaran-kebenaran yang derifat.
C. Satu Keharusan dan Berada Dalam Manusia (Inhaerent and Intrinsic)
Sifat individual dan sosial adalah sifat yang harus ada yang tidak dapat
tidak ad ajika manusia ada. Maka dari itu sifat itu dapat dikatakan inhaerent
(keharusan) pada manusia dan sifat itu adalah intrinsic (berada di dalam) pada
manusia.
D. Tidak Berubah (Immutable)
Alam manusia adalah satu dimana dan pada waktu manapun juga. Pada
seribu tahun yang lalu, yang sekarang dan yang akan datang alam manusia
adalah sama. Memang ada penyempurnaan pada manusia akan tetapi alam
pokok manusia tidaklah berubah (Immutable).
E. Menyeluruh/ Umum (universal)
Sifat-sifat norma objektif moralita manusia yaitu:
 Suatu keharusan atau inhaerent pada kodrat manusia
 Suatu yang berada atau intrinsic dalam manusia
 Suatu norma yang tidak berubah (immutable)
 Suatu norma yang menyeluruh atau umum (universal)
2.11. BAB XI Potensi-Potensi Karya Kesusilaan Ahlak
A. Arti Potensi-Potensi Karya Kesusilaan/Akhlak
Potensi-potensi ini tidak lain adalah kebajikan dan kebajikan adalah
disposisi jiwa yang memberi kemampuan kepada manusia untuk mencapai yang
baik. Disposisi itu juga disebut habit, maka kebajikan adalah suatu habit yang
menyempurnakan dunia rasional dan mencenderungkan kepada yang baik.
B. Kelompok Kebajikan-Kebajikan Intelektual
Kebajikan-kebajikan ini menyempurnakan pikiran dan memberikan
kemampuan utuk mendapatkan kebenaran. Karena fungsi dari pikiran itu
sendiri ialah untuk mengetahui kebenaran, jadi kebajikan-kebajikan yang
melekat pada potensi-potensi itu tentu akan memberi dorongan memudahkan
dalam mendapatkan kebenaran.
C. Kelompok Kebajikan-Kebajikan Moral (Valutantif)
17

Kebajikan-kebajikan yang tergolong kedalam kebajikan moral adalah:


1. Kebajikan Keadilan
Kebajikan keadilan ialah salah satu kebajikan yang sangat luas akan
bermacam-macam objek.
2. Kebajikan Kekuatan
Kebajikan kekuatan ini memberikan kekuatan kepada kehendak manusia
agar berani bertindak atau melanjutkan usaha yang telah dimulainya.
3. Kebajikan Ugahari
Kebajikan ugahari ialah pengendalian diri dari nafsu-nafsu manusia yang
tidak teratur.
D. Arti Kebajikan Induk/Kardinal
Kebajikan induk adalah kebajikan yang bercabang-cabang dan cabang ini
mempunyai persamaan dengan kebajikan induk tersebut. Jenis kebajikan induk
ada empat:
1. Kebijaksanaan;
2. Keadilan,
3. Kekuatan,
4. Keugaharian.
2.12. BAB XII Karya Kesusilaan (Ahlak yang Terpuji dan Tercela)
A. Bersifat Sabar
Kesabaran dapat dibagi menjadi dua kategori:
1. Kesabaran ketika ditimpa musibah
2. Kesabaran dalam mengerjakan sesuatu (rajin, tekun, istiqomah)
Adapun manfaat kesabarn itu dapat dinikmati setelah orang lulus dengan
memperoleh kemenangan yaitu:
a. Memperoleh rahmat dan kegembiraan;
b. Memperoleh pertolongan dan kemenangan;
c. Memperoleh kesenangan dan kebahagiaan.
Sebagai kebalikan dari sifat sabar adalah putus asa dan kemalasan yakni
ketidakmampuan seseorang menanggung derita atas musibah dan kemalasan
yakni ketidaksanggupan seseorang bertekun dalam suatu kewajiban. Kesabaran
itu tidak dapat dipaksakan begitu saja dalam pribadi seseorang, melainkan ada
beberapa faktornya:
a. Syaja’ah atau keberanian
18

b. Al-Quwwah atau kekuatan


c. Kesadaran atau pengetahuan.
B. Bersifat Benar (Istiqamah)
Salah satu sikap yang termasuk ahlak mahmudah adalaha Shidqah yang
berarti benar dan jujur. Yang dimaksud disini adalah berlaku benar dan jujur
baik dalam perkataan maupun dalam perbuatan. Kebalikan dari kebenaran atau
kejujuran adalah dusta dan curang. Sikap dan sifat ini membawa kepada
bencana dan kerusakan bagi pribadi dan masyarakat.
C. Memelihara Amanah
Amanah menurut Bahasa ialah kesetiaan, ketulusan hati, kepercayaan
(tsiqah) atau kejujuran. Yang dimaksud amanah disini ialah suatu sikap dan
sifat pribadi yang setia, tulus hati dan jujur dalam melaksanakan sesuatu yang
dipercayakan kepadanya. Jelaslah bahwa kebalikan dari sifat amanah itu adalah
khianat, mungkir atau tidak setia kepada apa yang dipercayakan kepadanya dan
khianat adalah salah satu gejala munafik.
D. Bersifat Adil
Sifat adil ada dua macam. Adil yang berhubungan dengan perseorangan
dan adil yang berhubungan dengan kemasyarakatan atau pemerintah.
Adil perseorangan ialah tindakan memberi hak kepada yang mempunyai
hak. Bila seseorang mengambil haknya tanpa melewati batas atau membeikan
hal orang lain tanpa menguranginya itulah yang dinamakan adil.
Adil dalam segi kemasyarakatan dan pemerintahan misalnya tindakan
hakim, jika hakim menegakkan neraca keadilannya dengan lurus dikatakanlah
dia adalah hakim yang adil dan jika ia berat sebelah maka dikatakan dia adalah
hakim yang lalim. Untuk menegakkan neraca keadilan dalam diri pribadi dan
masyarakat, maka ada beberapa fskotr yang harus diperhatikan:
Kebalikan dari sikap adil adalah qabinah atau sifat dan sikap lalim. Lalim
berarti menganiaya, tidak adil dalam memutuskan perkara, berat sebelah dalam
tindakan, mengambil hak orang lebih dari batasnya atau memberikan hak oramg
kurang dari semestinya. Hal-hal yang mendorong seseorang berlaku lalim atau
berat sebelah adalah:
a. Cinta dan benci
b. Kepentingan diri sendiri
c. Pengaruh luar
19

E. Bersifat Kasih Sayang


Pada dasrnya sifat kasih saying (Ar-Rahmah) adalah fitrah yang
dianugrahkan Allah kepada berbagai mahluk. Ruang lingkup Ar-Rahmah ini
dapat diutarakan dalam beberapa tingkatan:
1. Kasih sayang dalam lingkungan keluarga
2. Kasih sayang dalam lingkungan tetangga dan kampong
3. Kasih sayang dalam lingkungan bangsa
4. Kasih sayang dalam lingkungan keagamaan
5. Kasih sayang dalam bentuk kemanusiaan
6. Kasih saying kepada sesama mahluk
Manakala sifat Ar-Rahmah ini terhujsm kust dalam diri pribadi seseorang,
niscaya akan muncul sikap mahmudah lainnya antara lain:
a. Pemurah
b. Tolong menolong
c. Pemaaf
d. Damai (Al-Ishlah)
e. Persaudaraan
f. Menghubungkan tali persaudaraan (silaturrahmi)
Kebalikan dari sifat dan sikap kasih saying adalah qabinah yang meliputi:
angkara murka, kebencian, egoism, individualism, bakil, dendam kesumat, adu
domba dan lain sebagainya.
F. Bersifat Hemat
Yang dimaksud dengan hemat (al-iqtishad) adalah menggunakan segala
sesuatu yang tersedia berupa harta benda, waktu dan tenaga menurut ukuran
keperluan mengambil jalan tengah, tidak kurang dan tidak berlebihan.
Kebalikan dari sikap ini adalah pemborosan harta benda, tenaga dan waktu.
G. Bersifat Berani
Berani (syaja’ah) bukanlah semata-mata keberanian berkelahi di medan
laga, melainkan suatu sikap mental dimana seseorang dapat menguasai jiwanya
dan berbuat menurut semestinya. Orang yang dapat menguasai jiwanya pada
masa-masa kritis ketika bahaya di ambang pintu, itulah orang yang berani. Ahli-
ahli etika menyebutkan ada dua keberanian:
1. Keberanian Jasmaniah
2. Keberanian Peradaban (rohaniah)
20

Kebalikan dari sikap berani adalah pengecut (al-jubn) sifat ini selalu
membuat pribadi ragu-ragu sebelum memulai sesuatu langkah yang berarti dan
menyerah sebelum berjuang.
H. Bersifat Kuat
Sifat kuat (al-quwwah) atau jiwa kuat (izzatunnafs) termasuk kedalam
rangkaian fadilah. Kekuatan pribadi manusia dibagi menjadi tiga bagian:
a. Kekuatan fisik atau kekuatan jasmaniah yang meliputi otot
b. Kekuatan jiwa atau semangat
c. Kekuatan akal pikiran atau kecerdasan
Manusia-manusia mulia, utama dan berjasa yang dipandang sebagai orang
yang besar dalam dunia ini adalah manusia kuat yang secara efektif telah
mengarahkan dan mengerahkan kekuatan-kekuatan yang terpendam dalam
dirinya. Sebaliknya manusia-manusia lemah diri adalah orang-orang mundur
yang tidak dapat berbuat sesuatu, malah mereka dapat menjadi tertindas dan
terjajah di muka bumi ini.
I. Bersifat Malu
Malu (al-haya) yang dimaksudkan disini adalah malu terhadap Allah dan
malu kepada diri sendiri di kala akan melanggar peraturan-peraturan Allah.
Perasaan ini dapat menjadi pembimbing kepada jalan keselamatan dan
mencegah kenistaan.
J. Memelihara Kesucia Diri
Memelihara kesucian diri (al-ifafah) ialah menjaga diri dari segala
keburukan dan memelihara kehormatan. Dengan penjagaan diri secara ketat
dapatlah diri dipertahankan dalam kesucian. Hal pertama yang harus dilakukan
adalah menjaga hati (qalbu) untuk tidak membuat rencana dan angan-angan
yang buruk. Kebalikan dari sikap ini adalah menurutkan panggilan hawa nafsu.
K. Menepati Janji
Sebagai rangkaian dari sikap amanah dan jujur adalah menepati janji (al-
wafa’) sebagaimana dinyatakan dalam Al-quran “Diantara orang-orang yang
beriman ada beberapa orang yang menepati apa yang telah dijanjikan kepada
Allah”.
2.13. BAB XIII Hak dan Kewajiban Manusia
A. Kewajban Manusia Terhadap Dirinya
21

Setiap manusia mempunyai kewajiban moral terhadap dirinya sendiri,


antara lain:
a. Memelihara kesucian diri
b. Memelihara kerapian diri
c. Berlaku tenang (tidak terburu-buru)
d. Menambah pengetahuan
e. Membina disiplin pribadi
B. Kewajiban Manusia Terhadap Tuhannya
Sebagai kewajiban dan ahlak manusia kepada Allah ialah:
a. Beriman
b. Taat
c. Ikhlas
d. Tadlarru’ dan Khusyu’
e. Husnu-dhan
f. Tawakal
g. Tasyakur dan Qana’ah
h. Malu
i. Tobat dan Istighfar
C. Kewajiban Manusia Terhadap Rasulullah
Allah telah mengutus Rasul dan Nabi-Nya yang terakhir yakni Muhammad
SAW. Dimana manusia mempunyai sejumlah kewajiban kepadanya:
a. Menerima ajaran yang dibawanya;
b. Mengikuti sunnahnya.
c. Mengucapkan shalawat dan salam kepadanya.
D. Akhlak dalm Hidup Berkeluarga
1. Ahlak suami kepada istri diantara lain yaitu:
a. Menggauli istri dengan sopan
b. Memberi nafkah batin
c. Memberi nafkah lahir
d. Menyimpan rahasia istri
2. Ahlak istri kepada suami daintara lain yaitu:
a. Patuh kepada suami
b. Melayani suami untuk tidur bersama
c. Mengurus harta suami
22

d. Berterimakasih atas pemeberian suami


e. Tinggal bersama dan tidak boleh keluar rumah tanpa izin
f. Menyimpan rahasia suami
E. Akhlak Orang Tua kepada Anak
Untuk membina anak menjadi shaleh, maka pihak orang tua mempunyai
sejumlah tanggung jawab moral yang perlu dipenuhi meliputi:
a. Menjaga keselamatan anak
b. Mendo’akan keselamatan anak-anaknya
c. Mengakikahkan
d. Menyusukan dan memberi makan
e. Memberi kiswah (pakaian) dan tempat tidur yang layak
f. Mengkhitankan
g. Memberikan ilmu
h. Menkawinkan jika sudah mencapai baik.
F. Akhlak Anak Kepada Orang Tuanya
Sebagai timbal baliknya maka Islam mengajarkan prinsip-prinsip ahlak
yang perlu ditunaikan oleh anak kepada orang tuanya, antara lain sebagai
berikut:
a. Patuh
b. Ihsan
c. Perkataan yang lemah lembut
d. Merendah diri
e. Berterimakasih
f. Memohonkan rahmat dan maghfiroh saat masih hidup
g. Memohonkan rahmat dan maghfiroh setelah wafat.
G. Akhlak dalam Hidup Bertetangga
Tetangga adalah keluarga-keluarga yang berdekatan dengan rumah kita
yang perlu mendapatkan perhatian khusu dalam ahlak. Dengan kita perlunya
kita unutk menjaga dan memelihara hubungan baik dalam lingkungan tetangga
(rukun tetangga).
H. Akhlak Guru dalam Mengajar
Dalam hubungan ini guru harus berpegang teguh kepada kode etik yang
sesuai dengan fungsinya, yakni:
a. Niat ikhlas
23

b. Kasih saying
c. Hikmah kebijaksanaan
d. Memilih waktu yang tepat untuk menjaga kebosanan murid/pelajar haruslah
guru mengadakan jadwal pelajaran
e. Memberi teladan.
I. Akhlak Murid dalam Belajar
Dalam menghadapi seorang guru, maka muridpun harus melaksanakan
prinsip-prinsip adab. Adapun adab tersebut meliputi:
a. Niat
b. Azam (kemauan yang keras)
c. Tekun
d. Patuh dan hormat kepada guru
J. Akhlak Pedagang
Untuk memperoleh keberkahan maka dalam jual beli, islam megajarkan
prinsip-prinsip moral sebagai berikut:
a. Jujur dalam takaran dan timbangan
b. Menjual barang yang halal
c. Jangan menyembunyikan cacat barang
d. Jangan main sumpah
e. Longgar dan bermurah hati
f. Jangan menyaingi kawan
g. Mengajarkan pencatatan utang-piutang
h. Larangan riba
i. Zakat
K. Akhlak dalam Kepemimpinan
1. Ahlak Pemimpin (Penguasa)
Pada prinsipnya setiap pemimpin perlu memiliki kelebihan-kelebihan
tertentu dalam dalam sifat-sifatnya, sebagai berikut:
a. Beriman dan bertakwa
b. Kelebihan rohani dan jasmani
c. Berilmu pengetahuan
d. Berani
e. Jujur
f. Hikmah
24

g. Lapang dada
h. Penyantun dan pengasih
i. Ikhlas dan rela berkorban
j. Pada prinsipnya pemimpin harus mempunya sifat-sifat mahmudah
(terpuji) dan menjauhi sifat-sifat mazmumah (tercela).
2. Sikap Pemimpin Terhadap Rakyat
Dengan bekal sikap-sikap mahmudah, maka dapatlah pemimpin
melaksnakan tugas-tugas kepemimpinannya dengan baik, yakni:
a. Memelihara amanah
b. Adil
c. Melayani dan melindungi rakyat
d. Bertanggung jawab
e. Melaksanakan amar makruf dan nahyi mungkar
3. Sikap Rakyat Terhadap Pemimpin
Rakyat pun memiliki sikap-sikap tertentu kepada pemimpin yang
diajarkan oleh etika Islam yakni:
a. Patuh
b. Nasehat
c. Doa
L. Akhlak Terhadap Makhluk Lain
Kita ambil contoh mahluk hewan yang dekat hubungannya dengan
manusia, karena diciptakan Allah untuk kepentingan dan kesejahteraan
manusia. Jika kita kaji ajaran ihsan dalam Islam, maka moralitas yang
dikehendakinya nukan hanya terbatas pada bangsa manusia saja melainkan juga
kepada hewan-hewan yang berkeliaran di sekeliling kita.
2.14. BAB XIV Pendapat dan Aliran dalam Etika
A. Ukuran Baik dan Buruk
Pada garis besarnya teori-teori yang berkenaan dengan ukuran baik dan
buruk dapat digolongkan menjadi dua golongan. Teori-teori Deontologis yang
mencari ukuran baik buruknya perbuatan pada perbuatannya dan aturannya
sendiri, dan Teori-teori Teleologis yang mengukur baik buruknya perbuatan
dari akibat-akibat yang ditimbulkannya.
B. Etika Deontologis
25

Istilah “deontology” berasal dari kata Yunani yang berarti kewajiban


(duty). Karena itu etika deontology menekankan kewajiban manusia untuk
berbuat baik. Menurut etika deontology, suatu tindakan itu baik bukan dinilai
dan dibenarkan berdasarkan akibat atau tujuan baik dari tindakan itu, melainkan
berdasarkan tindakan itu sendiri baik pada dirinya sendiri.
C. Etika Teleologis
Etika teologi justru mengukur baik buruknya suatu tindakan berdasarkan
tujuan yang mau dicapai dengan tindakan itu, atau beradsarkan akibat yang
ditimbulkan oleh tindakan itu. Suatu tindakan dinilai baik, kalau bertujuan
menacapai sesuatu yang baik, atau kalua akibat yang ditimbulkan oleh tindakan
itu baik. Muncullah dua aliran teori teologis yang berbeda yaitu:
1. Egoisme
Menurut aliran ini yang dapat dinilai baik itu adalah sesuatu yang
memberi manfaat bagi kepentingan diri, kepada akunya.
2. Utilitarianisme
Paham ini menilai baik atau tidaknya, susila atau tidak susila sesuatu,
ditinjau dari segi kegunaan atau faedah yang didatangkannya.
D. Universalisme
Universalisme sebagai suatu ajaran etik berarti sesuatu dapat dinilai baik
bila dapat memberikan kebaikan kepada orang banyak. Jadi berpikir
universalisme berarti memikirkan kepentingan umum, dimana diri sendiri
sebagai individu tidak terdapat didalamnya, tetapi umum yang telah baik itu
berakibat memberikan pula kebaikan kepada diri pribadi (hanya tidak secara
langsung)
E. Intuisionisme
Paham ini berpenadapat, bahwa penilaian atas baik atau buruk, susila atau
tidak susila itu dapat diketahui dengan cara intuisi yang merupakan suatu
pertimbangan rasa yang timbul dari bisikan kalbu, jadi semacam ilham. Intuisi
tidaklah melalui pekerjaan otak yang kadang-kadang memerlukan pemikiran
secara analisis, tetapi dapat diperoleh dengan jalan perenungan, semedi, atau
secara tiba-tiba tanpa dipikirkan/tidak dengan jalan memeras otak.
F. Hedonisme
Prinsip dari aliran ini menganggap bahwa sesuatu itu dianggap baik sesuai
dengan kesenangan yang didatangkannya. Jadi, sesuatu yang mendatangkan
26

kesusahan, penderitaan atau tidak menyenangkan dengan sendirinya dinilai


tidak baik oleh aliran ini.
G. Eudemonisme
Prinsip ajaran aliran ini menilai baik atau tidak baiknya sesuatu itu, dinilai
dari ada/tidaknya kebahagian yang didatangkannya. Pengertian kesenangan
disini tidaklah sma dengan dengan istilah hedonisme. Bahagia lebih banyak
menitikberatkan pengertiannya pada segi rasa (psyche).
H. Altruisme
Aliran ini merupakan lawan dari egois, altruism adalah suatu paham/aliran
yang prinsipnya mengutamakan kepentingan orang lain sebagai lawan dari
kepentingan diri sendiri. Perbuatan baik yang dinilai oleh aliran ini adalah
perbuatan yang mengutamakan kepentingan orang lain, walaupun dirinya
sendiri menderita atau menaggung rugi.
I. Traditionalisme
Menurut paham ajaran ini adalah apa yang susila atau tidak susila itu
dinilai dari segi kebiasaan atau adat-istiadat yang berlaku dalam masyarakat itu.
2.15. BAB XV Moral dengan Tuhan
A. Dapatkah Manusia/Moralitas Tanpa Tuhan?
Memang harus kita akui dalam negara yang mempunyai dasar Pancasila
problema moral tanpa Tuhan sebetulnya tidak dapat tidak adaa jika kita pandang
menurut dasar itu, tetapi di mana manusia selalu memiliki kebebasan dan
kemerdekaan dengan alam mana manusia selalu tidak dipaksa untuk memilih
salah satu perbuatan dan pandangan hidup, maka problema yang kita utarakan
itu secara praktis senantiasa mempunyai nilai dan arti.
B. Manusia dan Dunia Tidaklah Sempurna An-Sich
Kita dapat mengatakan bahwa bagaimanapun dunia ini dengan kekayaan
isinya dianggapnya sempurna tetapi tiap kali kita terbentur kepada kenyataan
bahwa dunia dengan manusia di dalamnya adalah selalu merasa tidak sempurna.
Jika sekiranya ada orang yang menganggapnya bahwa dunia ini berasal dari
sendiri, bahwa ia tidak bergantung kepada semua yang lain dan ia dari dirinya
tentu akan dapat memiliki semua yang ia perlukan, karena barang apa atau siapa
yang berasal dari diri sendiri tentu akan mempunyai segala kesempurnaan.
Bila disangkal adanya kesatuan manusia akan diakui bahwa ada
kemanusian banyak. Jika diakui adanya kemanusiaan banyak maka akan diakui
27

pula bahwa kemanusiaan yang direalisasi dalam manusia banyak itu akan
membawa kesimpulan atau konsekuensi bahwa kemanusiaan banyak itu semua
tidaklah sempurna.
C. Manusia dan Dunia Tidak Dapat Mengasalkan Dirinya Sendiri (Berasal dari
Pengasal)
Tidak perlu seorang ahli piker untuk menyebutkan bahwa dunia dengan
isinya termasuk manusia tidaklah sanggup menerangkan dan mengasalkan
dirinya sendiri. Dunia yang mengasalkan dirinya sendiri addalah dunia khayal.
D. Tujuan Hidup Manusia Mencari Kekayaan
Bahwa manusia pada dasarnya ingn kaya sekaya-kayanya, ingin memiliki
harta yang sebesar-besarnya, yang tidak ada batasnya, yang tidak akan dapat
hancur oleh waktu dan pengaruh alam, yang akan tetap tinggal padanya, yang
tidak akan meninggalkan selamanya.
E. Tuhan Yang Maha Kaya adalah Puncak dan Kepenuhan Moralitas
Tuhan adalah kepenuhan dan kepuasan kekayaan yang dapat dimiliki oleh
manusia. Tuhan adalah puncak milik rohani jadi akan merupakan puncak
keakyaan serta kepuasan dan tempat dimana jiwa raga manusia dapat berhenti
mengaso, karena disitulah ia mendapatkan apa yang mungkin dapat dikejar oleh
kekuatan manusia.
Moralitas adalah keselarasan segala perbuatan manusia dengan alam
kodrat manusia dengan alam kodrat insaninya, dana lam kodrat insani ini
menunjukan kepada Tuhan sebagain kepenuhan manusia menjadi tujuan
tertinggi dari manusia. Bila demikian hal nya maka Tuhan tidak dapat
dipisahkan dengan moralitas. Tuhan adalah kepenuhan moralitas dan puncak
moralitas. Jadi kesimpulannya moralitas tanpa Tuhan secara objektif adalah
tidak mungkin.
BAB III
ANALISIS BUKU ETIKA INDIVIDUAL
3.1. Perbandingan Buku Etika Individual dengan Buku Etika Dasar
Dalam bab pengenalan buku Etika Individual menjelaskan tentang istilah-istilah
dasar dan penting yang harus kita ketahui ketika mempelajari tentang etika dan moral.
Sama halnya dengan buku Etika Dasar karya Frans Magnis Suseno yang pada bab awal
menjelaskan tentang pengertian dasar etika dan pentingnya untuk mempelajari etika.
Selain itu kesamaan buku Etika Individual dan buku Etika Dasar adalah pembahasannya
secara umum adalah tentang bagaimana manusia harus bersikap dan bagaimana manusia
bisa menentukan suatu perbuatan itu dinilai baik atau buruk.
Buku Etika Individual lebih menekankan bagaimana manusia harus mempunyai
ahlak-ahlak baik serta menjauhi ahlak-ahlak buruk dan dijelaskan juga di dalam buku
tolak ukur baik dan buruk itu seperti apa menurut aliran-aliran etika. Serta di dalam buku
Etika Individual lebih dijelaskan secara terperinci bagaimana seseorang berinteraksi
dengan sesama manusia yang ada di lingkungan nya seperti tetangga, keluarga (orang
tua, istri, suami dan anak), pengajar dan alam. Sedangkan dalam buku Etika Dasar tidak
dijelaskan secara terperinci bagaimana manusia harus berinteraksi dengan
lingkungannya. Dalam buku Etika Dasar lebih menekankan kepada bagaimana manusia
harus mengambil keputusan terhadap apa yang akan dilakukannya dan harus
bertanggung jawab terhadap keputusan yang dipilihnya.
Buku Etika Individual membahas tentang aliran-aliran etika secara luas dan
banyak aliran yang dijelaskan dalam buku Etika Individual sedangkan dalam buku Etika
Dasar hanya membahas dua aliran yaitu Aliran Hedonisme dan Aliran Utilitarisme.
Selain itu kedua buku juga membahas tentang hati nurani yang menjadi perbedaannya
adalah buku Etika Individual hanya membahas tentang tolak ukur baik buruk perbuatan
manusia menurut hati nurani dan kualifikasi hati nurani manusia. Lain halnya dengan
buku Etika Dasar dalam buku ini pembahasannya tentang hati nurani lebih luas, lebih
mendalam serta lebih terperinci.
Menurut saya buku Etika Individual dan buku Etika Dasar sangat dibutuhkan bagi
para pengajar dan mahasiswa dalam pembelajaran Pendidikan Nilai dan Moral sebagai
sumber rujukan dan referensi. Selain itu, kedua buku ini bisa dijadikan alat orientasi
generasi muda untuk lebih memahami nilai-nilai dan norma-norma dalam masyarakat
dan kedua buku ini juga bisa dijadikan sarana teoritis agar para pembacanya dapat

28
29

menghadapi masalah-masalah moral yang muncul dengan lebih positif, kreatif dan
mantap.
3.2. Perbandingan Buku Etika Individual dengan Buku Etika Kemanusian Etika
Kebangsaan
Buku Etika Individual dan buku Etika Kemanusian Etika Kebangsaan sama-sama
membahas tentang etika. Perbedaan dari kedua buku ini adalah di dalam buku Etika
Kemanusiaan Etika Kebangsaan dalam pembahasannya langsung kepada nilai-nilai
etika kebangasaan tidak membahas terlebih dahulu etika secara umum buku ini juga
hanya membahasa tentang nilai-nilai etika yang bisa mengembangkan dan
menumbuhkan kecintaan kita terhadap bangsa. Sedangkan, buku Etika Individual
membahasa pengertian etika secara umum terlebih dahulu dan tidak terfokus hanya
kepada satu bahasan etika saja.
3.3. Perbandingan Buku Etika Individual dengan Buku Etika Islam
Perbandingan buku Etika Individual dan Etika Islam dalam segi isi dan
pembahasannya kedua buku ini tidak jauh berbeda kedua penulis buku ini lebih melihat
etika-etika manusia dari sudut pandang agama islam, serta dalam kedua buku ini etika
dan ahlak yang dibahas adalah ahlak mahmudah dalam islam kedua penulis juga
menyantumkan sumber rujukan hadist dan ayat Al-Quran dalam pembahasan mengenai
etika-etika manusia.
Kedua buku ini benar-benar mirip dari segi pembahasan dan maupun
penyampaiannya dalam konsep maupun kata-katanya. Dan isi kedua buku ini tidak
banyak yang berbeda bahkan banyak sekali materi yang sama yang dibahas di dalam
kedua buku ini. Perbedaan yang paling mencolok dari kedua buku ini adalah dalam buku
Etika Individual penulis tidak hanya mengkhusukan kepada satu agama saja, walaupun
dalam pembahasan banyak yang menitikberatkan kepada agama islam. Sedangkan,
dalam buku Etika Islam penulisnya mengkhususkan buku tersebut terhadap etika
menurut pandangan agama islam dan bisa sudah jelas terlihat dari judulnya juga.
3.4. Perbandingan Buku Etika Individual dengan Jurnal EduTecht “Etika Islam
dalam Mengelola Lingkungan Hidup
Isi dari buku Etika Individual dan Jurnal ini sangatlah jauh berbeda di dalam jurnal
hanya menjelaskan tentang bagaimana manusia beretika dengan alam dan bagaimana
cara manusia menjaga, menumbuhkan rasa kepedulian dan kecintaan terhadap
lingkungan dan alam. Selain itu di awal jurnal membahas tentang pengertian etika dan
moral secara umum menurut para ahli. Dalam buku Etika Individual juga dijelaskan
30

bagaimana cara manuisia beretika dengan alam tapi tidak sejelas pembahasan yang ada
di dalam jurnal, di dalam buku Etika Individual hanya menjelaskan secara umum saja.
3.5. Perbandingan Buku Etika Individual dengan Jurnal Pesona Dasar “Ahlak dan
Etika dalam Islam”
Di awal jurnal ini membahas tentang pengertian etika dan ahlak menurut para ahli
serta dalam jurnal ini membahas tentang ahlak manusia sebagai umat Islam harus
bagaimana terhadap diri sendiri, Allah, Rasulullah SAW, keluarga, masyarakat dan
tetangga. Dalam buku Etika Individual etika dan ahlak yang dibahas di jurnal dibahas
juga di dalam buku. Hanya di dalam buku ahlak terhadap sesama manusianya dibahas
lebih luas lagi, serta di dalam buku juga membahas tentang etika profesi seperti etika
pedagang dan pengajar.
3.6. Kelebihan Buku Etika Individual
Kelebihan dari buku Etika Individual ini adalah dilengkapi dengan contoh-contoh
kejadian agar pembaca lebih mudah untuk memahami isi buku, pembagian bab nya
sangat teratur sehingga jika kita ingin membaca bab 3 maka kita harus sudah membaca
bab1 dan bab 2 dulu agar paham apa yang akan dibahas di bab 3, kualitas kertasnya juga
memakai kertas berlatar putih sehingga pembaca nyaman membaca bukunya, ukuran
tulisan tidak terlalu besar maupun kecil sehingga tidak membuat pusing saat membaca
buku ini dan ukuran buku tidak terlalu tebal dan besar sehingga tidak merepotkan ketika
dibawa-bawa.
3.7. Kekurangan Buku Etika Individual
Kekurangan dari buku ini adalah banyaknya kata-kata yang tidak dipahami bagi
para pembaca pemula karena banyak sekali memakai istilah-istilah, serta banyak sekali
definisi yang berbahasa inggris tapi ada beberapa yang tidak diartikan kedalam Bahasa
Indonesia sehingga menyulitkan pembaca untuk mencari terjemahannya sendiri, karena
ini buku filsafat menurut saya ada penjelasan yang dijelaskan dalam bentuk contoh
kejadian tapi pembaca harus menyimpulkan sendiri apa penjelasan dari contoh kejadian
tersebut dan ada kalimat-kalimat yang sulit dipahami oleh pembaca.
BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Buku etika individual karangan Drs. H. Burhanuddin Salam, M.M. berisikan
tentang materi-materi dasar tentang pembelajaran Pendidikan Nilai dan Moral,
membahas tentang istilah-istilah yang sering digunakan dalam etika dan filsafat, buku
ini juga membahas tentang ahlak baik yang harus dimiliki manusia dan ahlak buruk
yang harus dijauhi oleh manusia, membahas tentang bagaimana cara manusia
berhubungan dengan Tuhan, sesama manusia, hewan dan tumbuhan, juga membahas
secara lebih detail bagaimana manusia berhubungan dengan manusia yang lain (orang
tua, teman, guru), membahas aliran-aliran dalam beretika dan pandangan untuk menilai
baik dan buruk.
Buku ini secara umum membahas bagaimana manusia berinteraksi dengan alam
dan seluruh isinya, bagaimana manusia hidup bersosialisasi dengan sesama manusia
yang lain dan bagaimana manusia harus berhubungan dengan Tuhan. Di buku ini juga
dijelaskan dunia dan seluruh isinya termasuk manusia tidak ada yang sempurna kecuali
Tuhan.
4.2. Saran
Menurut saya buku Etika Individual sangat berguna bagi mahasiswa yang
mempelajari tentang Pendidikan Nilai dan Moral sebagai rujukan dan referensi di dalam
perkuliahan. Selain itu buku ini bagus untuk mengembangkan pemikiran mahasiswa
tentang etika dan moral.

31
DAFTAR PUSTAKA

Salam, B. (2012). Etika Individual [Pola Dasar Filsafat Moral]. PT Rineka Cipta: Jakarta.

Suseno, F.M. (2016). Etika Dasar (Masalah-Masalah Pokok Filsafat Moral). Percetakan
Kanisius: Yogyakarta.

Suseno, F.M. (2008). Etika Kemanusiaan Etika Kebangsaan. Percetakan Kanisius:


Yogyakarta.

Harahap, R.Z. (2015). Etika Islam dalam Mengelola Lingkungan Hidup. Jurnal EduTech.
Vol.1 (1). Diakses dari www.umsu.ac.id
Ya’qub, D.H. (1993). Etika Islam.Bandung: C.V. Diponegero Bandung.
Habibah, S. (2019). Ahlak dan Etika dalam Islam. Jurnal Pesona Dasar. Vol. 1 (4). Hal. 73-
87. Diakses dari www.unsyiah.ac.id tanggal 28 Desember pukul 08.18.

32

Anda mungkin juga menyukai