Anda di halaman 1dari 8

e-ISSN : 2621-5152

ISSN : 2477-0604
Volume 6 No. 1 2020 | 1-7

PENGARUH INTRADIALYTIC EXERCISE DAN TERAPI MUSIK KLASIK


TERHADAP TEKANAN DARAH INTRADIALSIS PADA PASIEN CKD
STAGE V YANG MENJALANI HEMODIALISA

Nia Firdianty Dwiatmojo1) Shofa Chasani2) Henni Kusuma3)


1)
Staf Pengajar STIKES Mataram, Magister Keperawatan Dewasa Jurusan
Keperawatan, Fakultas Kedokteran, Universitas Diponegoro.
2)
Dokter rumah sakit Roemani Muhammadiyah Semarang, Staf Pengajar Keperawatan
Dewasa Jurusan Keperawatan, Fakultas Kedokteran, Universitas Diponegoro.
3)
Staf Pengajar Keperawatan Dewasa Jurusan Keperawatan, Fakultas Kedokteran,
Universitas Diponegoro.

Email : niazinta86@gmail.com

ABSTRAK

Pendahuluan: Hemodialisa merupakan salah satu terapi pengganti ginjal yang umum
dilakukan dan menjadi pilihan bagi banyak penderita Chronic Kidney Disease (CKD)
stage V. Selama proses hemodialisa pasien mengalami komplikasi. Hipertensi
intradialisis merupakan komplikasi yang sering terjadi dan tidak cukup terkontrol.
Berbagai hasil penelitian menyimpulkan bahwa terdapat peran hipertensi intradialisis
terhadap peningkatan morbiditas dan mortalitas pasien CKD yang menjalani
hemodialisa rutin. Oleh karena itu, dibutuhkan suatu penanganan untuk mengontrol
tekanan darah intradialisis. Intradialytic exercise dan terapi musik klasik merupakan
intervensi pilihan dan aman dilakukan untuk menurunkan systolic blood pressure (SBP)
sehingga dapat menurunkan angka kejadian hipertensi intradialisis. Tujuan:
Mengetahui pengaruh intradialytic exercise dan terapi musik klasik terhadap tekanan
darah intradialsis pada pasien yang menjalani hemodialisa. Metode: Desain penelitian
ini adalah quasi-experiment. Pengambilan sampel dilakukan menggunakan purposive
sampling, yang melibatkan 18 orang di kelompok intervensi dan 18 orang di kelompok
kontrol. Data dianalisa menggunakan uji Wilcoxon dan Mann-Whitney. Hasil: Hasil
penelitian menunjukkan rata-rata peningkatan SBP pada kelompok kontrol 175 mmHg,
sedangkan pada kelompok intervensi terjadi penururnan SBP rata-rata 166 mmHg. Hasil
uji Mann-Whitney diperoleh nilai p=0.005, yang berarti bahwa ada perbedaan rata-rata
penurunan SBP yang signifikan antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol
Kesimpulan : Penelitian ini membuktikan bahwa intervensi intradialytic exercise dan
terapi musik klasik berpengaruh secara signifikan terhadap penurunan SBP pada pasien
CKD stage V yang menjalani hemodialisa. Penggabungan intervensi ini aplikatif dan
efektif untuk menurunkan tekanan darah sehingga dapat mencegah kejadian hipertensi
intradalitik, dan merupakan intervensi yang mudah dan murah untuk dilakukan. Saran:
Intradialytic exercise dan terapi musik klasik dapat menjadi alternative intervensi
keperawatan bagi pasien hemodialisa untuk mencegah hipertensi intradialitik.

Kata Kunci : CKD, Hemodialisa, Hipertensi intradialisis, Intradialytic exercise, Terapi


musik klasik

PENDAHULUAN
Hipertensi Intradialisis (HID) cukup terkontrol pada pasien hemodialisa
merupakan masalah utama dan tidak (HD), 70% pasien HD mengalami
NIA FIRDIANTY DWIATMOJO
SHOFA CHASANI
2
HENNI KUSUMA

hipertensi intradialisis 1. HID berpotensi aktivitas adrenalin dan ketegangan


mencetuskan sakit kepala, meningkatkan neuromuskuler, dan dapat menstimulasi
ketidaknyamanan dan meningkatkan tubuh untuk memproduksi molekul nitric
resiko penyakit cardiovaskuler 2. Berbagai oxide (NO) yang bekerja pada tonus
hasil penelitian menyimpulkan bahwa pembuluh darah yang dapat menurunkan
terdapat peran hipertensi intradialisis tekanan darah 7
terhadap peningkatan morbiditas dan
mortalitas pasien yang menjalani METODE
hemodialisis rutin 3.
Ketika terjadi HID saat proses Jenis penelitian yang dilakukan
hemodialisis, penanganan yang sering adalah quasi experiment dengan
dilakukan adalah dengan menurunkan rancangan pretest-posttest with control
Quick of Blood (QB) dan pemberian obat group design. Penelitian dilaksanakan di
farmakologis seperti obat-obatan diuretika RSUD Provinsi NTB dengan kriteria
atau pemberian beta bloker. Penanganan inklusi: a) menjalani hemodialisa secara
ini menimbulkan efek samping yaitu rutin, b) pasien berumur 15-64 tahun, c)
penurunan adekuasi HD, menjadikan sudah menjalani HD reguler minimal 3
tubuh tidak stabil/fit, kelemahan otot, bulan, d) diijinkan oleh dokter untuk
kejang-kejang dan obat ini mampu melakukan latihan fisik selama HD, e)
menghambat kerja noradrenalin dan bersedia menjadi responden, f) bersedia
adrenalin yang mengakibatkan keadaan mendengarkan musik klasik, g) pasien
pasien memburuk dan menurunkan derajat dengan terapi obat antihipertensi sejenis,
kesehatan pasien 4,5. h) IDWG ≤ 3 kg, i) tekanan darah ≥
Pentalaksanaan nonfarmakologis 140/90 mmHg. Sedangkan kriteria
yang telah terbukti dan bermanfaat dalam eksklusi: a) mengalami gangguan pada
pengendalian hipertensi intradialisis yaitu sistem muskuloskeletal, b) mengalami
intradialytic exercise dan teknik relaksasi penyakit pada sistem
seperti terapi musik. Penatalaksanaan non persyarafan/neurologi, c) mengalami
farmakologis ini dapat membuat tubuh perubahan drastis hemodinamik, d)
menjadi lebih stabil/fit, lebih berenergi mengalami sesak nafas, e) terpasang akses
dan membuat tidur menjadi lebih baik, femoral, f) mengalami gangguan
sehingga dapat mengurangi kebutuhan pendengaran.
penggunaan obat antihipertensi 6,7. Besar sampel berdasarkan rumus
Intradialytic exercise dan terapi musik beda dua mean kelompok independen,
klasik dapat meningkatkan pengontrolan dengan α 5% dan β 20%, dan perkiraan
tekanan darah pada pasien yang proporsi drop out 10%, didapatkan jumlah
mengalami hipertensi, dan menurunkan sampel sebanyak 36 responden, yang
resiko kematian akibat penyakit ganguan terbagi menjadi 18 responden kelompok
kardiovaskuler 8. Dari perspektif fisiologi, kontrol, dan 18 responden kelompok
pasien HD yang diberikan intradilytic intervensi.
exercise akan mengalami kondisi dimana Intervensi yang dilakukan dengan
cairan dalam tubuh dapat dikeluarkan memberikan Intradialytic exercise pada
lebih banyak yang mengakibatkan jam pertama hemodialisa yang dibagi
sebagian besar dari urea dan racun keluar menjadi tiga bagian (pemanasan, inti, dan
dari jaringan ke kompartemen vaskular pendinginan) dengan menggunakan beban
untuk dihapus berikutnya ke mesin tangan (dumble) 1kg dan beban kaki
dialyser 9. Sedangkan Musik dapat (ankle cuff) 1kg, yang diiringi musik
menurunkan stimulus system syaraf klasik yang mengalir tanpa lirik dengan
simpatis yang diikuti dengan penurunan 60-80 beats menggunakan earphone dan

niazinta86@gmail.com
NIA FIRDIANTY DWIATMOJO
SHOFA CHASANI
3
HENNI KUSUMA

Sesi 7 Sistolik 168 ± 9,85 160 ± 12,11 0.005


mp3 diberikan selama 30 menit, 2 kali (150 – 180) (150 – 190)
seminggu selama 4 minggu 10,11. Diastolik 112 ± 8,78 114 ± 10,96 0.56
(100 – 120) (100 – 140)
Pengumpulan data menggunakan Sesi 8 Sistolik 166 ± 9,7 159 ± 12,58 0.005
(150 – 180) (140 – 190)
kuesioner yang diambil saat pra intervensi Diastolik 109 ± 8,02 109 ± 8,72 0.95
dan post intervensi setelah 4 minggu (100 – 120) (100 – 120)

perlakuan dilakukan, baik pada kelompok


intervensi dan kelompok kontrol. Uji
homogenitas menggunakan uji chi square
untuk melihat tidak ada perbedaan
bermakna antara kelompok intervensi dan
kelompok kontrol. Uji normalitas data
menggunakan Uji Shapiro Wilk karena
responden dibawah 50 orang. Hasil uji
normalitas data diperoleh p<0,05 yang
bermakna data terdistribusi tidak normal Grafik 4.1 Tekanan darah pra dan post HD
sehingga untuk menguji pra dan post pada selama 8 sesi pada kelompok intervensi
kelompok intervensi dan kelompok Berdasarkan tabel 4.2 dapat
kontrol menggunakan Uji Wilcoxon, dan dilihat hasil tekanan darah sistolik pada
untuk menguji post intervensi antara akhir (sesi 8) pemberian intervensi
kelompok kontrol dan kelompok intradialyic exercise dan terapi musik
intervensi menggunakan Uji Mann- klasik terjadi penurunan secara
Whitney 12. signifikan dari pra HD ke post HD (p =
0.005) dengan perubahan tekanan
HASIL darah sistolik post intervensi 159,44
mmHg. Pada awal pemberian
1. Tekanan darah pra dan post intervensi intervensi di minggu pertama masih
pada kelompok kontrol dan kelompok terjadi peningkatan tekanan darah
intervensi sistolik terjadi dari pra HD ke post HD
Tabel 4.2 Tekanan darah pra dan post (p=0.000) dengan nilai mean yang
HD selama 8 sesi pada kelompok lebih tinggi pada post HD 182,22
intervensi di RSUD Provinsi NTB mmHg.
(n=18) Grafik 4.1 menunjukkan
pemberian intervensi intradialyic
Pra HD Post HD
Tekanan Darah
Mean ± SD Mean ± SD P
exercise dan terapi musik klasik
(mmHg)
(min-max) (min-max) memberikan dampak penurunan
Sesi 1 Sistolik 172 ± 12,48 182 ± 11,14 0.000
(150 – 190) (150 – 190) tekanan darah sistolik secara teratur,
Diastolik 115 ± 10,43 108 ± 10,98 0.03
(100 – 130) (100 – 130)
hal ini dapat dilihat pada nilai mean
Sesi 2 Sistolik 172 ± 12,48 182 ± 9,42 0.000 tekanan darah sistolik yang semakin
(150 – 190) (160 – 190)
Diastolik 112 ± 11,27 109 ± 11,09 0.37 menurun dari sesi 1 sampai sesi 8.
(100 – 130) (100 – 130)
Sesi 3 Sistolik 170 ± 15,71 170 ± 9,37 0.96
Sedangkan pada tekanan darah
(150 – 190) (160 – 190) diastolik tidak terjadi penurunan secara
Diastolik 115 ± 7,83 112 ± 11,14 0.3
(100 – 130) (100 – 130) bermakna pada setiap sesinya.
Sesi 4 Sistolik 165 ± 15,04 169 ± 9,98 0.14
(150 – 190) (160 – 190)
Penurunan tekanan darah mulai
Diastolik 115 ± 7,83 113 ± 10,57 0.47 stabil terjadi di minggu ketiga (sesi 5 &
(100 – 130) (100 – 130)
Sesi 5 Sistolik 167 ± 10,74 161 ± 13,23 0.04 sesi 6) dan keempat (sesi 7 & sesi 8).
(150 – 180) (150 – 190)
Diastolik 115 ± 10,98 113 ± 7,66 0.69
Pada minggu ketiga terjadi penurunan
(100 – 130) (100 – 120) tekanan darah sistolik secara bermakna
Sesi 6 Sistolik 168 ± 10,03 161 ± 13,23 0.01
(150 – 180) (150 – 190) dapat dilihat pada sesi 5 p=0.04 dan
Diastolik 108 ± 10,43 107 ± 8,26 0.7
(100 – 130) (100 – 120)
sesi 6 p=0.04. Pada minggu keempat

niazinta86@gmail.com
NIA FIRDIANTY DWIATMOJO
SHOFA CHASANI
4
HENNI KUSUMA

terjadi penurunan tekanan darah secara Tabel 4.3 menunjukkan bahwa


bermakna dibandingkan dengan pada kelompok kontrol yang tidak
minggu ketiga yang ditunjukkan pada diberikan intervensi intradialyic
sesi 7 p=0.01 dan sesi 8 p=0.005. exercise dan terapi musik klasik,
Hal ini menunjukkan bahwa pada tekanan darah intradialisis tidak
kelompok intervensi yang diberikan terkontrol dan tetap mengalami
perlakuan intradialyic exercise dan peningkatan tekanan darah sistolik pra
terapi musik klasik 2 kali seminggu HD ke post HD dari sesi 1 sampai sesi
selama 4 minggu secara berturut-turut 8. Peningkatan tekanan darah sistolik
memberikan dampak secara signifikan terjadi secara signifikan di setiap
penurunan tekanan darah sistolik secara minggu terutama pada minggu ketiga
teratur sehingga dapat menghindari sesi 5 (p=0.008) dan minggu keempat
kejadian hipertensi intradialitik. sesi 7 (p=0.02) mean SBP post HD.
tekanan darah daistolik tidak terjadi
Tabel 4.3 Tekanan darah pra dan post peningkatan secara signifikan hampir
HD selama 8 sesi pada kelompok di setiap sesinya.
kontrol di RSUD Provinsi NTB (n=18) Grafik 4.2 menunjukkan bahwa
Pra HD Post HD
Tekanan Darah
Mean ± SD Mean ± SD P
pada kelompok kontrol yang tidak
(mmHg)
(min-max) (min-max) diberikan perlakuan intradialyic
Sesi 1 Sistolik 170 ± 11,09 184 ± 10,96 0.000
(150 – 190) (170 – 200) exercise dan terapi musik klasik 2 kali
Diastolik 113 ± 9,7 116 ± 6,07 0.37
(100 – 130) (100 – 120)
seminggu selama 4 minggu secara
Sesi 2 Sistolik 169 ± 7,58 182 ± 6,46 0.000 berturut-turut menunjukkan adanya
(160 – 180) (170 – 190)
Diastolik 112,77 ± 8,26 116,11 ± 0.29 peningkatan tekanan darah dalam
(100 – 120) 6,97
(100 – 120)
setiap sesi hemodialisa. Hal ini
Sesi 3 Sistolik 166 ± 6,97 178 ± 12,15 0.002 menggambarkan bahwa pada kelompok
(160 – 180) (160 – 190)
Diastolik 111,66 ± 9,85 116,11 ± 0.18 kontrol kejadian hipertensi intradialitik
(100 – 130) 8,49
(100 – 130)
dapat dialami di setiap sesi
Sesi 4 Sistolik 175 ± 10,98 179 ± 19,67 0.12 hemodialisa.
(160 – 190) (150 – 200)
Diastolik 114 ± 7,83 119 ± 8,02 0.02
(100 – 130) (110 – 140)
Sesi 5 Sistolik 170 ± 4,85 180 ± 14,14 0.008
2. Tekanan darah intradialisis post
(160 – 180) (160 – 200) intervensi antara kelompok kontrol dan
Diastolik 116,66 ± 6,85 115 ± 7,07 0.45
(100 – 120) (100 – 120) kelompok intervensi
Sesi 6 Sistolik 166 ± 5,94 174 ± 11,99 0.01
(160 – 180) (150 – 190)
Diastolik 112 ± 8,78 117 ± 5,74 0.08 Tabel 4.5 Tekanan darah post
(100 – 120) (100 – 120)
Sesi 7 Sistolik 166 ± 6,97 173 ± 13,71 0.02 hemodialisa antara kelompok
(160 – 180) (150 – 190)
Diastolik 113 ± 10,28 116 ± 8,49 0.43
intervensi dan kelompok kontrol di
(100 – 130) (100 – 130) RSUD Provinsi NTB (n=36)
Sesi 8 Sistolik 175 ± 10,98 178 ± 19,67 0.12
(160 – 190) (150 – 200)
Diastolik 115 ± 8,57 120 ± 7,66 0.07 Tekanan Darah Kontrol Intervensi P
(100 – 130) (110 – 140) (mmHg) Mean ± Mean ± SD
SD (min-max)
(min-max)
Sesi Sistolik 184 ± 182 ± 11,14 0.64
1 10,96 (150 – 190)
(170 –
200)
Diastolik 116 ± 108 ± 10,98 0.01
6,07 (100 – 130)
(100 –
120)
Sesi Sistolik 182 ± 182 ± 9,42 0.7
2 6.47 (160 – 190)
Grafik 4.2 Tekanan darah pra dan post HD (170 –
selama 8 sesi pada kelompok control 190)

niazinta86@gmail.com
NIA FIRDIANTY DWIATMOJO
SHOFA CHASANI
5
HENNI KUSUMA

Diastolik 116 ± 109 ± 11,09 0.03 sistolik yang signifikan antara


6,97 (100 – 130)
(100 – kelompok intervensi dan kelompok
120) kontrol yang dimulai pada minggu
Sesi Sistolik 178 ± 170 ± 9,37 0.06
3 12,15 (160 – 190) ketiga (sesi 5 p=0.001 dan sesi 6
(160 – p=0.004), dan minggu keempat (sesi 7
190)
Diastolik 116 ± 112 ± 11,14 0.27 p=0.007 dan sesi 8 p=0.005)
8,49 (100 – 130) Hal menunjukkan bahwa
(100 –
130) pemberian intervensi intradialyic
Sesi Sistolik 179 ± 169 ± 9,98 0.09 exercise dan terapi musik klasik 2 kali
4 19,67 (160 – 190)
(150 – seminggu secara berturut-turut dapat
200) menurunkan tekanan darah sistolik
Diastolik 119,44 ± 113,33 ± 0.09
8,02 10,28 secara signifikan pada minggu ketiga
(110 – (100 – 130) dan minggu keempat sehingga dapat
140)
Sesi Sistolik 180 ± 161 ± 13,23 0.001 menghindari kejadian hipertensi
5 14,14 (150 – 190) intradialitik.
(160 –
200)
Diastolik 115 ± 113,33 ± 0.49 PEMBAHASAN
7,07 7,66
(100 – (100 – 120)
120) Berdasarkan telaah literatur
Sesi Sistolik 174 ± 161 ± 13,23 0.004
6 11,99 (150 190)
menyatakan bahwa dari perspektif
(150 – fisiologi pada pasien HD yang diberikan
190)
Diastolik 117 ± 107 ± 8,26 0.001
intradilytic exercise akan mengalami
5,74 (100 – 120) kondisi dimana cairan dalam tubuh dapat
(100 – dikeluarkan lebih banyak selain dari
120)
Sesi Sistolik 173 ± 160 ± 12,11 0.007 tarikan mesin HD melalui pernafasan dan
7 13,71 (150 – 190) penguapan kulit. Intradialytic exercise
(150 –
190) mengakibatkan melebarnya luas
Diastolik 116,11 ± 114,44 ± 0.41 permukaan kapiler di otot, pembuluh
8,49 10,96
(100 – (100 – 140) darah menjadi melebar sehingga dapat
130) menarik cairan dari ekstravaskuler dengan
Sesi Sistolik 179 ± 159 ± 12,58 0.005
8 19,67 (140 – 190) dibantu otot-otot yang berkontraksi dan
(150 – meningkatkan aliran darah otot yang
200)
Diastolik 120 ± 109 ± 8,72 0.001 mengakibatkan sebagian besar dari urea
7,66 (100 – 120) dan racun keluar dari jaringan ke
(110 –
140) kompartemen vaskular untuk dihapus
berikutnya ke mesin dialyser 6.
Hasil uji statisik pada tabel 4.5 Intradialytic exercise merupakan
menunjukkan bahwa pada kelompok latihan yang dilakukan pada saat
intervensi terjadi penurunan tekanan menjalani hemodialisis, merupakan
darah dari sesi 1 sampai sesi 8, hal ini pilihan yang aplikatif dan layak dilakukan
dapat dilihat dari nilai mean tekanan pada pasien HD, pasien berada dalam
darah sistolik yang terus menurun pengawasan dokter dan perawat karena
secara teratur. Sedangkan pada dilakukan saat proses HD, dan dapat
kelompok kontrol tekanan darah dilakukan saat HD berlangsung sehingga
sistolik tidak terkontrol dan tetap tidak membutuhkan tambahan waktu
terjadi peningkatan tekanan darah untuk melakukannya di saat yang sama.
sistolik di setiap sesinya. Intradialytic exercise dapat menurunkan
Hasil uji Mann Whitney diketahui tekanan darah intradialisis, dan efektif
bahwa ada perbedaan tekanan darah dilakukan pada 1-2 jam pertama pertama

niazinta86@gmail.com
NIA FIRDIANTY DWIATMOJO
SHOFA CHASANI
6
HENNI KUSUMA

hemodialisis minimal dilakukan selama 30 KESIMPULAN


menit tiga kali perminggu selama 8
minggu. Hipertensi intradialisis merupakan
Musik memiliki kekuatan untuk komplikasi hemodialisa yang sering
mengobati penyakit dan meningkatkan terjadi dan tidak cukup terkontrol.
kemampuan pikiran seseorang. Hal ini Hipertensi intradialisis memiliki peran
disebabkan musik memiliki beberapa dalam meningkatkan morbiditas dan
kelebihan, yaitu karena musik bersifat mortalitas pada pasien CKD yang
nyaman, menenangkan, membuat rileks, menjalani hemodialisa rutin. Berdasarkan
berstruktur, dan universal. Musik dapat telaah dari beberapa hasil publikasi yang
menurunkan stimulus system syaraf telah dilakukan dinyatakan bahwa
simpatis yang diikuti dengan penurunan intradialytic exercise dan terapi musik
aktivitas adrenalin dan ketegangan klasik merupakan intervensi pilihan yang
neuromuskuler. Penurunan aktivitas aplikatif dan aman dalam penurunan
tersebut dapat diukur dengan indikator tekanan darah intradialisis, karena pasien
menurunnya hearth rate, respiratory rate berada dalam pengawasan dokter dan
dan tekanan darah. Musik ternyata mampu perawat, mudah dan murah untuk
mengaktivasi system limbik yang dilakukan.
berhubungan dengan emosi, saat system
limbik teraktivasi maka individu tersebut
menjadi rileks. Selain itu pula alunan
musik juga dapat menstimulasi tubuh
untuk memproduksi molekul nitric oxide
(NO). Molekul ini bekerja pada tonus
pembuluh darah yang dapat menurunkan
tekanan darah. 7
Musik yang direkomendasikan
sebagai intervensi adalah musik yang
mengalir tanpa lirik dengan 60-80 beats
per minute yang terdiri dari tones yang
rendah dengan strings, dan dengan
minimal brass percussions. Tingkat
volume yang direkomendasikan adalah 60
decibels (dB). 7
Intradialytic exercise dan terapi musik
klasik merupakan intervensi pilihan yang
aplikatif dan aman dalam penurunan
tekanan darah intradialisis, karena pasien
berada dalam pengawasan dokter dan
perawat, mudah dan murah untuk
dilakukan. 6,7. Kedua intervensi yaitu
intradialytic exercise dan terapi musik
klasik ini telah terbukti mampu
menurunkan tekanan darah intradialisis,
sehingga dengan penggabungan intervensi
ini dapat digunakan untuk pengendalian
terjadinya hipertensi intradialisis.

niazinta86@gmail.com
NIA FIRDIANTY DWIATMOJO
SHOFA CHASANI
7
HENNI KUSUMA

DAFTAR PUSTAKA http://eprints.undip.ac.id/46653/1/Pro


ceding_SEMILNASKEP_UNDIP_20
1. Armiyati Y. Hipotensi dan hipertensi 15_.pdf#page=241 (2015).
intradialisis pada pasien Chronic 11. Sarayar C, Blu D, Prof R, et al.
Kidney Disease ( CKD ) saat Pengaruh musik klasik terhadap
menjalani hemodialisis. Semin hasil- penurunan tekanan darah pada pasien
hasil penelitian-LPPM UNIMUS pra-hemodilisis di ruang Dahlia BLU
2012; 126–35. RSUP. DR. R. D. Kandaou Manado.
2. Morse SA, Dang A, Thakur V, et al. ejournal keperawatan (e-Kp) 2013; I:
Hypertension in chronic dialysis 1.
patients: pathophysiology, 12. M. Sopiyudin Dahlan. Deskriptif,
monitoring, and treatment. Am J Med Bivariat, dan Multivariat Dilengkapi
Sci 2003; 325: 194–201. Apliaksi dengan Menggunakan SPSS.
3. Gallen OS. Intradialytic Jakarta.: Salemba medika., 2008.
complications. 40th Annu Meet Swiss
Soc Nephrol 2008; 138: 47–48.
4. Ayu IG, Astuti P. Hubungan antara
QB dengan adekuasi hemodialisis
pada pasien yang menjalani terapi
hemodialisis. 2010.
5. Girija K, Radha R. Beneficial Effect
of Physical Activity in Hemodialysis
Patients. Univers J Eng Sci 2013; 1:
40–44.
6. Sheng K, Zhang P, Chen L, et al.
Intradialytic exercise in hemodialysis
patients: A systematic review and
meta-analysis. Am J Nephrol 2014;
40: 478–90.
7. Carvalho VO. Effect of music therapy
on blood pressure of individuals with
hypertension: A systematic review
and Meta-analysis. Int J Cardiol.
Epub ahead of print 2016. DOI:
10.1016/j.ijcard.2016.03.197.
8. Johansen KL. Disease of the Month
Exercise in the End-Stage Renal
Disease Population. 2007; 1845–
1854.
9. Ouzouni S, Kouidi E, Sioulis A, et al.
Effects of intradialytic exercise
training on health-related quality of
life indices in haemodialysis patients.
Epub ahead of print 2009. DOI:
10.1177/0269215508096760.
10. Hidayati W. Mengontrol tekanan
darah dengan intradialytic exercise
pada pasien yang menjalani
hemodialisis

niazinta86@gmail.com

Anda mungkin juga menyukai