Anda di halaman 1dari 8

LEMBAR KERJA SISWA (LKS)

PESONA BAHASA INDONESIA

Nama : RAPHAEL XII IIS

Kelas : ………………………………………

Kompetensi Dasar Dari KI-3 Kompetensi Dasar Dari KI-4

3.10Mengevaluasi informasi, baik fakta maupun 4.10Menyusun opini dalam bentuk artikel
opini, dalam sebuah artikel yang dibaca.

3.11Menganalisis kebahasaan artikel dan/atau 4.11Mengonstruksi sebuah artikel dengan


buku ilmiah memerhatikan fakta dan kebahasaan

Indikator Pencapaian Kompetensi (IPK) Indikator Pencapaian Kompetensi (IPK)

3.10.1Menemukan informasi (fakta dan opini) 4.10.1Menentukan isu aktual yang akan
yang terdapat dalam sebuah artikel opini. dikembangkan dalam bentuk artikel.
3.10.2Membedakan antara informasi (fakta) dan 4.10.2Mengungkapkan opini dalam bentuk
opini penulis. kalimat yang benar.
3.11.1Menemukan unsur kebahasaan (denotasi 4.10.3Menyusun opini dalam bentuk paragraf.
dan konotasi) dari artikel dan/atau buku ilmiah Menyusun opini dalam bentuk artikel.
3.11.2 Membandingkan kebahasaan dalam
artikel opini dan buku ilmiah 4.11.1Menentukan opini fakta.dari isu yang
berkembang.
4.11.2Merumuskan artikel berdasarkan opini dan
fakta dari isu artikel yang berkembang.
4.11.3Mempresentasikan artikel opini dengan
kebahasaan yang baik dan benar,
\STIMULATION

Perhatikan Kutipan Artikel berikut !

Contoh Artikel

Oknum Guru Kerap Keluyuran Saat WFH, Kadis Pendidikan: Mereka Foto-foto, Dijadikan Status

Penulis Kontributor Banyumas, M Iqbal Fahmi | Editor Dheri Agriesta BANYUMAS,


KOMPAS.com –

Dinas Pendidikan Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, menemukan sejumlah oknum guru
yang keluyuran saat jadwal work from home (WFH). Oknum guru tersebut memamerkan aktivitas
mereka di media sosial meski pemerintah sedang menerapkan Pemberlakuan Pembatasan
Kegiatan Masyarakat (PPKM).
Dinas Pendidikan Kabupaten Banyumas mengeluarkan surat edaran yang melarang guru
untuk mengunggah aktivitas di luar pekerjaan saat melakukan WFH di media sosial. Surat itu
tersebar di grup percakapan aplikasi pesan instan pada Jumat (29/1/2021). Kepala Dinas
Pendidikan Banyumas Irawati membenarkan surat edaran tersebut.  Irawati kerap mendapati
sejumlah oknum guru yang memamerkan foto makan bersama teman-teman kantor saat jam
kerja di status WhatsApp. “Nah kadang-kadang ada guru bersama teman-temannya makan di
warung, terus foto-foto dijadikan status (WhatsApp),” kata Irawati saat dihubungi Kompas.com,
Jumat (29/1/2021).  

Irawati menegaskan, profesi guru tak hanya bertanggung jawab terhadap siswa. Guru
merupakan parameter nilai dan norma bagi masyarakat umum. Ia berharap para guru bisa
memberi contoh yang baik kepada masyarakat. Meski tak diwajibkan berada di kantor, guru
harus tetap bekerja di rumah, bukan keluyuran. “Karena guru SD banyak yang terpapar, maka
sebagai pembinaan dan pencegahan penyebaran lebih luas, kami mengingatkan bapak ibu guru
dan jangan suka memamerkan foto-foto lewat status,” ujarnya. Aturan terkait WFH dan semua
larangannya, tertulis dalam surat edaran dari dinas pendidikan setiap perpanjangan status
tanggap darurat. Ia juga tidak lelah menyampaikan melalui kegiatan virtual yang dilakukan dinas.
“Tapi kami sulit kontrolnya, sehingga sanksi belum bisa kami terapkan. Paling kalau info tertentu
kami langsung hubungi kepala sekolah atau lewat korwil untuk ditegur,” terangnya.   Fenomen
guru yang sering keluyuran pada jam kerja saat work from home membuat Dewan Perwakilan
Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Banyumas jengah. Ketua Komisi D DPRD Banyumas
Mustofa mengatakan, guru dan tenaga pendidik seharusnya fokus menyusun strategi belajar
daring yang inovatif. Bukan, malah keluyuran da pamer foto di media sosial. “Dengan adanya
pembelajaran daring dan work from home (WFH) seharusnya dimanfaatkan untuk memikirkan
bagaimana memberikan metode pembelajaran yang menarik. Bukan malah memamerkan
aktivitas di luar itu,” katanya. Anggota Fraksi Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) ini
mengungkapkan, perilaku dan tindak-tanduk guru akan selalu diperhatikan masyarakat.
Sehingga, guru harus lebih berhati-hati karena tidak hanya mengajar tetapi juga mendidik.
“Kalau guru apa-apa di-posting saat jam kerja WFH, apalagi kalau itu lagi liburan atau makan di
warung, seharusnya nggak perlu,” katanya. Ia khawatir muncul stigma para guru foya-foya dan
bersantai-santai. Padahal, guru punya tanggung jawab besar untuk mengajar dan mendidik saat
masa pandemi ini. “Hal ini juga bisa mempengaruhi psikologis anak-anak dalam belajar,”
katanya. Ia mengingatkan, guru harus bisa menjadi contoh melalui perilakunya untuk
membentuk kepribadian siswa. “Kalau dari pepatah lama, guru itu digugu dan ditiru. Jangan
sampai wagu tur saru,” jelasnya.

Carilah sebuah artikel dan analisis unsur struktur artikel tersebut!


ARTIKEL ; Pandemi Melahirkan Kebingungan Peran
Pandemi tidak hanya melahirkan kecemasan. Namun, Pandemi juga melahirkan kebingungan peran
identitas bagi setiap orang.
Bila anda yang pernah bergelut di dunia Psikologi, tentunya tidak asing lagi dengan pandangan saya.
Karena pandangan saya ini berasal dari ajaran Psiokolog Erik Erikson.

Nah, ada baiknya kita berwisata adrenalin dengan psikolog yang satu ini. Tentunya saya tidak akan
mengupas atau mendeskripsikan lagi biografi Erikson. Anda cukup meminta petunjuk di mbak google.

So, kita mulai mengenal teori ke-enam Erikson yakni "Identitas vs Kebingungan Peran."
Latar belakang pendekatan saya adalah keadaan kita saat ini. Di mana Pandemi telah mengaburkan
identitas kita. Akibatnya, kita merasa bingung dengan peran kita.

Jati diri atau tujuan hidp kita sebelum Pandemi adalah seorang pegiat literasi di salah satu bidang.
Tak disangka-sangka, Pandemi telah datang, lalu mengaburkan identitas kita. Kita berusaha untuk
mencari peran baru, demi beradaptasi dengan keadaan sekarang.

Tapi, di sisi lain, kita sudah kehilangan jati diri kita sebagai pegiat literasi. Karena, peran utama kita
telah diganti dengan peran baru yang saat ini kita jalani. Tentunya, peran baru kita saat ini belum
aman, senyaman peran kita sebelum Pandemi.

Kita seperti seorang remaja yang mulai bergelut dengan identitasnya. Di mana kita mulai bergelut
dengan pertanyaan-pertanyaan dasar seputar, apa itu seks dan seksualitas? Apa tujuan hidup saya?
Kenapa saya seperti ini? Apa yang harus saya lakukan?

Kebingungan akan identitas kita rentan terhadap berbagai gangguan psikologis. Diantaranya adalah,
depresi, stress, gangguan komunikasi dengan pasangan, anak, orangtua, sanak family, sahabat dan
siapapun yang berada di sekitar kita.

Masalah-masalah ini bila tak diatasi, akan berpengaruh pada kehidupan kita setelah Pandemi. Di
mana setelah Pandemi, kita akan kembali pada kehidupan normal. Masalahnya, kita akan merasa
bingung untuk memilih peran yang mana?

Serba sulit juga ya. Ada orang yang memilih untuk meng-handel, mengelaborasikan kedua identitas
itu. Ada orang yang berani melepaskan salah satu peran, demi kenyamanan dan waktu luang bersama
keluarga.

So, solusinya adalah kita harus menentukan peran mana yang kita jalani. Apakah kita harus
melepaskan peran lama, dan fokus pada peran baru? Ataukah kita melepaskan peran baru, dan
kembali pada peran lama kita?

Terakhir, ada dua solusi yang ditawarkan oleh Erikson dalam buku "CHILDHOOD AND SOCIETY" yakni,
tahap identifikasi dan eksperimentasi.

Tahap identifikasi dalam konteks kita saat ini adalah kita menyesuasikan peran mana yang lebih
cocok dan nyaman bagi kita. Terutama di kategori lingkungan yang mana.

Tahap eksperimentasi membawa kita pada komunikasi yang lebih baik bersama keluarga, demi
menentukan peran mana yang lebih nyaman bagi kita dan keluarga. Setelah kita melalui berbagai
pertimbangan, maka kita akan mudah untuk membuat keputusan dan berakhir pada "take action"
bertindak sesuai peran yang sudah disepakati bersama keluarga.

Keluarga juga merupakan komunitas sosial kecil dalam kehidupan kita. So, libatkan pasangan, anak,
orangtua dalam menentukan peran. Karena nyaman dan tidaknya suatu peran, ada dukungan dari
orang-orang tercinta.

A, Berdasarkan artikel yang kamu dapatkan, isilah tabel di bawah ini!


Judul Pandemi melahirkan kebingungan peran
Artikel
Sumber https://www.kompasiana.com/fredysuni/6014c62bd541df55763a97b2/pandemi-
Artikel melahirkan-kebingungan-peran?page=1
Penulis Frederikus Suni
Topik Dampak dari sisi Psikolog yang ditimbulkan pandemi
Artikel
Jenis Kesehatan mental
Artikel

B. Analisis Struktur Artikel yang kamu dapatkan!

Informasi berupa Informasi berupa


Struktur Pokok
Fakta Opini
Bahasan
Latar belakang Pandemi telah Masalah-masalah ini bila tak
Pengenalan
pendekatan saya mengaburkan identitas diatasi, akan berpengaruh
Isu( Pemapar
adalah keadaan kita. Akibatnya, kita pada kehidupan kita setelah
an masalah)
kita saat ini. Di merasa bingung dengan
Pandemi. Di mana setelah
mana Pandemi peran kita
telah mengaburkan Pandemi, kita akan kembali
identitas kita. kita sudah kehilangan pada kehidupan normal.
Akibatnya, kita jati diri kita sebagai Masalahnya, kita akan
merasa bingung pegiat literasi merasa bingung untuk
dengan peran kita. memilih peran yang mana?

Jati diri atau tujuan


hidp kita sebelum
Pandemi adalah
seorang pegiat
literasi di salah
satu bidang. Tak
disangka-sangka,
Pandemi telah
datang, lalu
mengaburkan
identitas kita. Kita
berusaha untuk
mencari peran
baru, demi
beradaptasi dengan
keadaan sekarang

Tapi, di sisi lain,


kita sudah
kehilangan jati diri
kita sebagai pegiat
literasi. Karena,
peran utama kita
telah diganti
dengan peran baru
yang saat ini kita
jalani. Tentunya,
peran baru kita
saat ini belum
aman, senyaman
peran kita sebelum
Pandemi.

Kita seperti
seorang remaja
yang mulai
bergelut dengan
identitasnya. Di
mana kita mulai
bergelut dengan
pertanyaan-
pertanyaan dasar
seputar, apa itu
seks dan
seksualitas? Apa
tujuan hidup saya?
Kenapa saya
seperti ini? Apa
yang harus saya
lakukan?

Kebingungan akan
identitas kita
rentan terhadap
berbagai gangguan
psikologis.
Diantaranya
adalah, depresi,
stress, gangguan
komunikasi
dengan pasangan,
anak, orangtua,
sanak family,
sahabat dan
siapapun yang
berada di sekitar
kita.
Serba sulit juga ya. Ada orang yang kita harus menentukan peran
Argumentasi( Opi
Ada orang yang memilih untuk meng- mana yang kita jalani.
ni, Pendapat
memilih untuk handel, Apakah kita harus
disertai dengan
meng-handel, mengelaborasikan kedua melepaskan peran lama, dan
fakta)
mengelaborasikan identitas itu. Ada orang fokus pada peran baru?
kedua identitas itu. yang berani melepaskan Ataukah kita melepaskan
Ada orang yang salah satu peran, demi peran baru, dan kembali pada
berani melepaskan kenyamanan dan waktu peran lama kita
salah satu peran, luang bersama keluarga
demi kenyamanan
dan waktu luang
bersama keluarga.
So, solusinya
adalah kita harus
menentukan peran
mana yang kita
jalani. Apakah kita
harus melepaskan
peran lama, dan
fokus pada peran
baru? Ataukah kita
melepaskan peran
baru, dan kembali
pada peran lama
kita?

Terakhir, ada dua - kita akan mudah


Penegasan( hara
solusi yang untuk membuat
pan, saran)
ditawarkan oleh keputusan dan
Erikson dalam berakhir pada "take
buku action" bertindak
"CHILDHOOD sesuai peran yang
AND SOCIETY" sudah disepakati
yakni, tahap bersama keluarga.
identifikasi dan - menyesuasikan peran
eksperimentasi. mana yang lebih
cocok dan nyaman
Tahap identifikasi bagi kita. Terutama
dalam konteks kita di kategori
saat ini adalah kita lingkungan yang
menyesuasikan mana.
peran mana yang - . So, libatkan
lebih cocok dan pasangan, anak,
nyaman bagi kita. orangtua dalam
Terutama di menentukan peran.
kategori Karena nyaman dan
lingkungan yang tidaknya suatu peran,
mana. ada dukungan dari
orang-orang tercinta.
Tahap
eksperimentasi
membawa kita
pada komunikasi
yang lebih baik
bersama keluarga,
demi menentukan
peran mana yang
lebih nyaman bagi
kita dan keluarga.
Setelah kita
melalui berbagai
pertimbangan,
maka kita akan
mudah untuk
membuat
keputusan dan
berakhir pada
"take action"
bertindak sesuai
peran yang sudah
disepakati bersama
keluarga.

Keluarga juga
merupakan
komunitas sosial
kecil dalam
kehidupan kita. So,
libatkan pasangan,
anak, orangtua
dalam menentukan
peran. Karena
nyaman dan
tidaknya suatu
peran, ada
dukungan dari
orang-orang
tercinta.

Anda mungkin juga menyukai