Disusun oleh :
Dina Novita (1806216663)
Ilmu Administrasi Negara Kelas B
Column1
2014 2016 2018 2020
0
20
40
60
80 88
106 107
100 116
120
140
2.2 Maladministrasi
2.2.1 Definisi Maladministrasi
Maladministrasi ialah sebuah perilaku tidak wajar, tidak sopan, dan minimnya
kepedulian terhadap masalah yang dialami seseorang sebab terdapat penyelewengan
kekuasaan secara semena-mena dan dianggap sebagai kekuasaan dalam melakukan
perbuatan tidak adil dan diskriminatif atas ketentuan undang-undang atau fakta, dan
atau tidak didasarkan pada tindakan yang tidak layak, tidak adil, bersifat menindas, dan
diskriminatif (Hartono et al., 2003). Hal ini juga didukung oleh pendapat Filipino
(dalam Irmandani, 2018) yang memberikan definisi maladministrasi sebagai tindakan
menyalahgunakan wewenang yang dilakukan oleh administrator publik dalam
melaksanakan fungsinya dalam bentuk KKN dengan segala perilaku tidak jujur, buruk,
kepentingan konflik, melanggar peraturan, tidak adil terhadap bawahan, melanggar
prosedur, tidak menghormati kehendak pembuat peraturan perundangan, pemborosan,
dan menutupi kesalahan. Sementara itu, Widodo (2001) menambahkan bahwa
maladministrasi merupakan tindakan melanggar hukum, yang mana tindakan tersebut
menyimpang dari etika administrasi dan menjauhkan administrator publik dalam
mencapai tujuan administrasi. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa
maladministrasi adalah perbuatan yang menyimpang dari hukum dan etika adminstrasi
dalam menjalankan tugasnya yang ditandai dengan tindakan diskriminatif, tidak adil,
tidak jujur, pelanggaran terhadap prosedur, inefisiensi, dan lain-lain. Maladministrasi
menghalangi pelaksanaan reformasi birokrasi dan penerapan good governance karena
penyimpangan yang dilakukan pada lingkungan birokrasi pemerintah. Maladministrasi
juga dapat membuka pintu bagi terjadinya korupsi. Untuk itu, maladministrasi perlu
dihindari karena perbuatan tersebut akan merugikan bagi masyarakat dan pemerintah itu
sendiri.
2.2.2 Bentuk-bentuk Maladminstrasi
Nurtjahyo, et al (2013) mengemukakan bentuk-bentuk perilaku yang
dikategorikan sebagai perilaku maladminsitrasi, yang terbagi menjadi 6 (enam) bentuk
berdasarkan kedekatan karakteristik berikut ini :
1. Bentuk maladministrasi berkaitan dengan ketepatan waktu dalam proses
penyedian pelayanan publik, yang dibagi lagi menjadi;
Penundaan Berlarut. Tindakan mengindikasikan adanya penundaan atau
penguluran waktu oleh pejabat publik dalam memberikan pelayanan
terhadap masyarakat sehingga pelayanan tidak selesai pada waktu yang
sepatutnya dan menimbulkan ketidakpastian pada pemberian layanan.
Tidak Menangani. Artinya pejabat publik sama sekali tidak memberikan
layanan dengan sebagaimana mestinya kepada masyarakat.
Melalaikan kewajiban. Pejabat publik tidak melakukan tanggungjawabnya
dalam penyediaan layanan kepada masyarakat dan bertindak secara ceroboh.
2. Bentuk maladministrasi yang berkaitan dengan keberpihakan pada satu sisi
menimbulkan adanya rasa ketidakadilan dan diskriminasi, yang terdiri dari :
Persengkokolan. Pejabat publik membentuk persekutuan dan melakukan
tindakan kecurangan mengakibatkan rasa ketidakadilan pada masyarakat.
Kolusi dan Nepotisme. Tindakan yang dilakukan pejabat publik dalam
mengutamakan sanak keluarga, kerabat, maupun kolega tanpa adanya
penilaian objektif dan pertanggungjawaban dalam penyediaan layanan.
Bertindak Tidak Adil. Tindakan memihak, melebihkan, atau mengurangi
dalam penyediaan pelayanan sehingga masyarakat menerima layanan
dengan tidak semestinya.
Nyata-Nyata Berpihak. Pejabat publik secara jelas lebih mementingkan
salah satu pihak sehingga merugikan pihak lainnya.
3. Bentuk maladministrasi yang ditandai dengan pelanggaran terhadap hukum dan
peraturan perundangan, antara lain:
Pemalsuan. Tindakan meniru sesuatu yang dilakukan secara tidak sah dan
melanggar hukum demi kepentingan diri sendiri
Pelanggaran Undang-Undang. Tindakan yang tidak mematuhi peraturan
yang berlaku dalam proses penyediaan pelayanan.
Perbuatan Melawan Hukum. Tindakan menentang ketentuan dan hukum
yang berlaku dalam proses penyediaan pelayanan.
4. Bentuk maladministrasi yang berkaitan dengan kompetensi yang berdampak pada
kualitas pelayanan publik, diantaranya :
Diluar kompetensi. Tindakan yang dilakukan oleh pejabat publik yang
melakukan sesuatu diluar kewenangannya.
Tidak Kompeten. Pejabat publik tidak cakap dalam memberikan pelayanan
kepada masyarakat.
Intervensi. Tindakan campur tangan terhadap sesuatu yang bukan tanggung
jawabnya.
Penyimpangan Prosedur. Pejabat publik tidak mengikuti aturan prosedur
yang berlaku dalam penyediaan pelayanan publik.
5. Bentuk maladministrasi yang berkaitan dengan sikap arogansi pejabat publik
dalam penyediaan pelayanan publik.
Bertindak Sewenang-Wenang. Pejabat publik bertindak melebihi
wewenangnya sehingga tindakan tersebut berlawanan dengan ketentuan.
Penyalahgunaan Wewenang. Pejabat publik menggunakan wewenang yang
dimilikinya untuk sesuatu yang tidak seharusnya.
Bertindak Tidak Layak/Tidak Patut. Dalam penyediaan pelayanan, pejabat
publik melakukan tindakan yang tidak pantas kepada masyarakat.
6. Bentuk maladministrasi yang mengindikasikan tindakan korupsi secara aktif,
antara lain :
Permintaan Imbalan Uang/Korupsi. (a) Meminta imbalan atas apa yang
telah ia seharusnya lakukan dalam menyediakan layanan kepada
masyarakat, (b) Dan tindakan menggelapkan uang negara untuk keuntungan
pribadi atau golongan.
Penguasaan Tanpa Hak. Pejabat publik memiliki sesuatu yang seharusnya
bukan menjadi miliknya, namun milik masyarakat.
Penggelapan Barang Bukti. Pejabat publik menggunakan barang, uang, dan
lainnya dengan tidak sah, yang merupakan bukti alat suatu perkara.
BAB III
PEMBAHASAN
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan di atas, kasus maladministrasi yang kerap terjadi pada
pelayanan penerbitan SIM antara lain pungutan liar, praktik calo, pembuatan SIM
tembak, dan penyimpangan persyaratan usia. Untuk pungutan liar ini ialah termasuk ke
dalam bentuk maladministrasi permintaan imbalan uang/korupsi dan pelanggaran
terhadap hukum. Lalu, penggunaan jasa calo merupakan bentuk maladministrasi yang
berkaitan dengan kolusi, persengkokolan, dan praktik korupsi aktif. Selanjutnya,
pembuatan SIM dengan cara menembak ialah bentuk maladministrasi yaitu
penyimpangan prosedur serta pelanggaram terhadap undang-undang. Banyaknya bentuk
maladministrasi yang dilakukan baik oleh pengguna layanan maupun penyedia layanan,
maka dari itu diperlukan upaya perbaikan kualitas dari instansi Kepolisian. Upaya
tersebut yaitu dengan menerapkan e-government dalam layanan pembuatan SIM online.
Meskipun begitu, untuk menerapkan e-government ini dihadapi berbagai kendala dan
juga tantangan, yaitu diantaranya SDM yang belum memadai secara kompetensi dan
keahlian, kendala sosialisasi kepada masyarakat yang belum memahami dengan jelas
mekanisme baru terkait pelayanan pembuatan SIM secara online, serta kendala koneksi
dan jaringan yang kurang stabil sehingga menghambat proses pelayanan.
4.2 Saran
Adapun dari kendala dan tantangan yang dihadapi dalam menerapkan e-
government untuk mengurangi maladministrasi dalam pelayanan pembuatan SIM ini
adalah :