Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

MENEJEMEN BIBIT AYAM PEDAGING

Disusun oleh :

TITO MAULANA
1713060067

PROGRAM STUDI PETERNAKAN


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN PANCA BUDI
MEDAN
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena

atas segala rahmat, taufiq, dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyusun

tugas karya ilmiah Budidaya Ternak Unggas tentang  “Beternak Ayam

Kampung”.

Karya Ilmiah ini telah diupayakan agar dapat sesuai apa yang diharapkan 

dan dengan terselesainya Karya Ilmiah ini sekiranya bermanfaat bagi setiap

pembacanya. Karya Ilmiah ini penulis sajikan sebagai bagian dari proses

pembelajaran agar kiranya kami sebagai pelajar dapat memahami betul tentang

perlunya sebuah tugas agar menjadi bahan pembelajaran.

Selesainya Karya Ilmiah ini tidak terlepas dari bantuan dan kerjasama

berbagai pihak. Oleh karena itu, kami mengucapkan rasa syukur yang tulus dan

ikhlas kepada Tuhan Yang Maha Esa, serta ucapan terima kasih kepada : Guru

Pembimbing dan Teman teman berkat kerjasamanya sehingga Karya Ilmiah ini

dapat terselesaikan dengan baik.

Penulis menyadari bahwa Karya Ilmiah ini jauh dari kesempurnaan dan

dengan segala kerendahan hati kami mohon kritik dan saran yang bersifat

membangun, sehingga apa yang kita harapkan dapat tercapai. Dan merupakan

bahan kesempurnaan untuk karya ilmiah ini selanjutnya. Besar harapan penulis,

semoga karya ilmiah yang penulis buat  ini mendapat ridho dari Tuhan Yang

Maha Esa.
BAB I

PEDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Adapun proses dari beternak ayam kampung dilatar belakangi dengan

ayam-ayam kampung yang kurang mendapatkan proses perawatan yang baik dan

teratur. Hal ini juga disebabkan oleh faktor lingkungan dan individu masing-

masing.

1.2. Tujuan

Dengan cara-cara yang ada pada karya ilmiah ini, isi yang tercantum pada

teks ini tentang cara-cara beternak  ayam kampung, bertujuan agar para peternak

lebih baik lagi, supaya ayam-ayam yang diternaki lebih bisa mendapatkan

perawatan yang baik.

1.3. Ruang Lingkup

Dalam ruang lingkup ini, penulis ingin mengurangi masalah-masalah yang

terdapat di kalangan peternak ayam kampung.


BAB II

PEMBAHASAN

A. Perkembangan Ayam Kampung

Semula ketika ayam Ras (ayam negri) baru pertama kali di kenal oleh

beberapa penduduk Indonesia. Ayam kampung tetap diatas dan nama ayam ras

masih timbul tenggelam. Tahun 1972 merupakan titik tolak kebangkitan ayam ras

dan namanya kian populer, baik petelur dan pedaging (Broiler). Ayam kampung

nyatanya tidak terdesak oleh kehadiran ayam ras.

Beberapa contoh populasi ayam kampung dan ayam ras (x 100) diberbagai

daerah dengan tabel.

Propinsi Ayam Kampung Ayam Ras

D.I Aceh 2.675.427 40.908


Sumut 5.571.154 182.464
Sumbar 2.939.186 974.061
Riau 1.809.861 32.302
Bengkulu 935.434 110.370

B. Ayam Buras dan Ayam Kampung

Berbagai penelitian lokal dilakukan dilembaga pendidikan tinggi,

celakanya istilah ayam digunakan untuk menggunakan istilah ayam kampung.

Ayam kampung sebagai anggotanya yang terbanyak, sebagai pengertian ayam

kampung sebagai wilayah potensi pengembangannya ayam lokal kita. Hingga kini
sulit untuk mencari kata ayam Broiler itu kedalam bahasa Indonesia. Ayam

kampung disesuaikan dan ditempatkan sesuai asal ayam itu

2.1. MENGENAL AYAM KAMPUNG

A. Asal – Usul Ayam Kampung

Ayam kampung yang diternakan berasal dari ayam hutan di Asia

Tenggara. Ayam hutan merupakan nenek moyang dari ayam kampung yang

berada di Pulau Jawa dan juga terdapat di pegunungan yang ketinggiannya 1000 –

1700 meter dari permukaan laut. Produktivitas ayam kampung memang melonjak

rata-rata pertahun 60 butir dan berat ayam jago tua lebih kurang 1,9 kg.

Kemampuan bertelur beberapa ayam

Spesies Rata-rata Clutch Max Produksi/Tahun


Petelur 10 – 14 300 – 360
Pedaging 10 – 14 190 – 200

B. Sejarah Perkembangan Ayam Kampung

Ayam kampung diteliti dari awal abad 20-an di Bogor. Seorang ahli

Belanda saat itu, J. Markons dan J.F Mahede mempublikasikan ayam kedua tahun

1941.

2.2. PERSIAPAN BETERNAK

A.Tujuan Beternak

1)  Hanya sekedar untuk mengisi waktu luang.

2)  Hanya sekedar memanfaatkan lahan kosong.


3)  Hanya mencari nafkah.

B. Penentu Lokasi

1)  Lokasi itu tidak jauh dari pemasaran atau tidak jauh dari produksi.

2)  Lokasi itu tidak jauh dari keramaian.

3)  Memperhatikan tatacara mempergunakan tanah dari pemerintah.

4)  Hendaknya fasilitas fisik cukup air, tidak dibawah lembah atau bukit.

C. Sistem Produksi Berkesinambungan

1)  Memperoleh kemampuan beli dari para pengecer.

2)  Memperoleh kemampuan beli dari pedagang.

3)  Memperoleh informasi dari pasar.

Dan langkah-langkahnya adalah :

1)  Memperhatikan kemampuan ayam bertelur.

2)  Produksi pertahun di jadikan per minggu.

3)  Jauh pesanan dari pada langkah ke-2.

D.Perencanaan Kandang

4 m      à Sistem ayam terkurung

6m       à Sistem ayam pelindung

Lebar x panjang          = luas kandang

4 x panjang                  = luas kandang

      panjang                  = luas kandang / 4


1) Bahan Yang Digunakan

a. Beton atau tiang besi

b. Bambu dan balok

2) Penempatan Kandang

Ditempatkan membujur dari utara ke selatan sehingga sisi kanan mengarah

ke matahari terbit dan kiri kematahari terbenam, dengan itu pengembusan angin

lebih bebas.

3) Lingkungan Peternakan

Sebaiknya lingkungan tidak terlalu lembab, agar ayam tidak terlalu dingin

ketika angin berhembus.

a.  Sistem Meminjam dari Bank

Ayam kampung bertelur diproduksi umur 5 bulan dan dikembalikan masa

tenggangnya, masa cicilan dan hutangnya.

b.Sistem Kerja Sama

Dapat dilakukan apabila telah memiliki tanah milik sendiri

4) Perancangan Tenaga Kerja

Untuk menjual ayam perorang dapat dipelihara, itu ada 150 ekor kebawah-

dewasa. Produktif cukup dipegang satu orang. Kelak apabila ayam tersebut

berkembang dengan baik dan sukses. Maka hasil diperoleh penanam modal 40 %

dari penanaman modal kemudian 60% dibagi kepada pekerja lainnya


2.4. PEMELIHARAAN

A.    Sistem Pemeliharaan Ayam Kampung

1) Sistem Ekstensif

Cara ini tidak digunakan dengan tangan manusia, melainkan dilepas begitu

saja dan datang sendiri pada malam hari dengan begitu ayam bebas memilih

makanannya.

2) Sistem Semi Intensif

Cara ini baru ada sedikit campur tangan manusia. Tujuannya untuk

memperoleh pengetahuan cara dan mula-mula beternak ayam.

3) Sistem Intensif

Cara ini dilakukan sepenuhnya oleh campur tangan manusia. Ciri-ciri dari

cara ini adalah diperlukannya modal tambahan dan pengetahuan, dan memperoleh

hasil yang lebih baik.

B. Kandang

·         Fungsi :

a.       Hanya tempat bermalam saja.

b.      Hanya tempat berteduh dari hujan dan panas.

c.       Fasilitasnya harus benar-benar lengkap.

·         Batasan yang perlu diperhatikan :

a.  Untuk anak dan induk ayam tiap 1 m persegi cukup 30 anak ayam.
b. Untuk ayam yang memasuki usia telur tiap m2 cukup 16 ekor. Kurangi jumlah
itu menjadi 14 ekor pada saat ayam bertelur.

c. Untuk ayam yang bertelur tiap meter persegi 6 ekor

·        

Berdasarkan sistem lantai :

a.       Sistem lantai litter

Lantai ini bertumpu pada tanah yang dipadatkan dan disemen lalu ditabur

kulit padi pada lantai setebal 6 cm.

b.      Sistem lantai cage

Cara ini bertumpu langsung pada tanah, tetapi antara tanah dan lantai ada

ruang untuk menampung tinja dan setelah itu terdapat lantai bambu berlubang-

lubang.

C.    Pemeliharaan Anak Ayam

1) Oleh 1 Induk

Setelah ayam menetas semua dan bulunya sudah kering maka induknya

segera membawa anak ayam yang baru menetas itu keluar dari pengeraman. Bila

memakai sistem pemeliharaan halaman berumur 4 – 7 hari, induknya dan anaknya

dapat dilepas kehalaman.

2) Oleh Induk Buatan

Cara ini merupakan salah satu kegiatan yang banyak dilakukan. Contoh,

telur yang ditetaskan oleh induk lain yang bukan mengeluarkan telurnya. Yang
bertujuan memberi kehangatan pada telur. Yang kemudian juga dapat memberi

pengalaman pada induk ayam buatan

D. Pemeliharaan Lepas Induk

Hal ini dilakukan induk ayam apabila anak ayam sudah mampu hidup

sendiri. Meskipun anak ayam sudah mampu hidup sendiri induk ayam tetap

menjaga apabila anaknya diganggu.

Vaksinasi tetes pada masa lepas induknya dilakukan kurang lebih 1,5

bulan sebelum bertelur. Sebagian vaksinasi yang pertama dilakukan semasa anak

ayam. Kemudian dalam hal pemisahan, dapat dilakukan semenjak awal masa

lepas dan yang betina dilakukan 2 minggu setelah bertelur.

E. Perbaikan Sistem Pemeliharaan dan Produksi

Contoh cara tradisional hanya dihasilkan 30 – 40 butir telur. Sedangkan

pemeliharaan yang baik dapat dicapai 160 butir per bulan.

·       Cepat atau lambatnya bertelur terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi :

1) Kualitas dan kuantitas makanan.

2) Cahaya matahari.

3)  Kesehatan ayam.

4)  Perawatan umum pada ayam

·         Tinggi atau rendahnya produksi telur dipengaruhi :

1) Keturunan

2)  Makanan
3)  Pemeliharaan

4)  Penyakit

F. Pemeliharaan Masa Bertelur

Anak ayam jantan sebaiknya diambil yang umurnya 1 – 2 bulan lebih tua

dan ayam betina supaya pada masa bertelur ayam betina dapat

mengkonsentrasikan diri pada telur yang dieraminya.

G. Masa Pemanenan

Dalam pemanenan ayam akan dimasukkan pada satu bot, dan setiap bot

diisi paling banyak 5 ekor, agar ayam tidak lemas. Dalam membawa ayam itu atau

menstranfer ke daerah lainnya, kecepatan rata-rata mobil harus diatas 85 km/jam,

dalam hal ini juga diperlukan kemahiran supir mengangkut ayam tersebut, agar

ayam tidak cepat pusing.


BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Dari tulisan-tulisan yang di cantumkan dalam “Cara-Cara Beternak Ayam

Kampung”, maka bisa disimpulkan :

1. Proses Perawatan

Perawatan yang lebih efektif juga akan menimbulkan efek terhadap ayam-

ayam, kemudian setiap 1 x 5 hari kandang dibersihkan agar bulu ayam tetap

bersih.

2. Pembuatan Kandang

Proses pembuatan kandang tidak harus terlalu besar, tetapi setidaknya

kandang untuk induk dibedakan pada usia anak ayam melebihi 15 hari.

3. Langkah – Langkah Yang Harus Diingat

Ayam tidak perlu dikasih mineral setiap saat karena akan melebihi lemak

pada daging-dagingnya, setidaknya mineral dicampur jika 200 ekor ayam cukup

hanya 20 bks mineral. Jadi setiap jumlah ayam dibagi 10 dengan mineral.

3.2. Saran

Untuk kegiatan yang seterusnya disarankan agar, berhati-hati melihat atau

membaca susunan dari buku ini yang dianggap palsu.


DAFTAR PUSTAKA

Rasyat Muhammad. 1986. Beternak Ayam Kampung. Sindang Barang : Penebar


Sajada.
F. Komar, Sopiandi. 1968. Mengenal dan Beternak Ayam. Yogyakarta-Jakarta :
Dian Publishing Company.
Soeseno, Ari. 1987. Beternak Ayam. Jakarta : Penebar Swadaya.

Anda mungkin juga menyukai