Anda di halaman 1dari 5

TUGAS PIROLISIS

1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan pirolisis


2. Uraikan jenis-jenis pirolisis beserta ciri-cirinya masing-masing
3. Uraikan bagaimana mekanisme terjadinya proses pirolisis
4. Sebutkan dan jelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi proses pirolisis
5. Ada tujuh tipe reaktor pirolisis yang sudah dikembangkan dan banyak digunakan,
sebutkan dan uraikan cara kerjanya secara ringkas.

1. Pirolisis adalah dekomposisi kimia bahan organik melalui proses pemanasan tanpa atau
sedikit oksigen atau reagent lainnya. Pirolisis dilakukan di dalam sebuah ruang (hampa udara)
pada temperatur hingga 800 °C.

2. 1. Pirolisis lambat (slow pyrolysis)


Pirolisis lambat dari biomasa dilakukan pada laju pemanasan kurang dari 100˚C/menit.
Mekanisme reaksi yang terjadi dan produk yang dihasilkan sangat berbeda dengan pirolisis
cepat dan kilat. Banyak produk berharga yang dihasilkan selama pirolisis lambat.
Produk utama yang dihasilkan selama pirolisis lambat adalah padatan berupa bio-char dan
minyak. Padatan dapat digunakan sebagai bahan bakar dalam aplikasi pembakaran. Bersama
dengan minyak dan padatan, pada temperatur yang lebih tinggi maka akan terbentuk gas
sebagai hasil dari pemecahan keduanya. Karena besarnya cakupan produk, banyak
keuntungan yang didapatkan dari pirolisis lambat. Efek dari temperatur, laju pemanasan dan
waktu tinggal adalah unsur penting pada pirolisis lambat.
2. Pirolisis cepat (fast pyrolysis)
Pirolisis ini dilakukan pada lama pemanasan 0.5-2 detik, suhu 400- 600 °C dan proses
pemadaman yang cepat pada akhir proses. Pemadaman yang cepat sangat penting untuk
memperolehproduk dengan berat molekul tinggi sebelum akhirnya terkonversi menjadi
senyawa gas yang memiliki berat molekul rendah. Dengan cara ini dapat dihasilkan produk
minyak pirolisis hingga 75% lebih tinggi dibandingkan dengan pirolisis konvensional.
Fast pyrolysis merupakan proses pirolisis pada suhu 425-600 °C dengan laju pemanasan yang
cepat (300-500 °C/menit) di mana produk utama adalah dominan liquid dan gas.
3. Pirolisis kilat (flash pyrolysis)
Proses pirolisis ini berlangsung hanya beberapa detik saja dengan suhu pemanasan yang
sangat tinggi. Flash pyrolysis pada biomassa membutuhkan pemanasan yang cepat dan ukuran
partikel yang kecil sekitar 105-250 μm. Flash pyrolysis ditujukan untuk mendapatkan hasil
maksimal pada bahan bakar gas karena pada proses ini, semua komposisi biomassa akan
menguap dan produk yang dihasilkan lebih ke gas yang tidak bisa terkondensasi.
4. Pirolisis katalitik biomassa
Pirolisis katalitik biomassa bertujuan untuk meningkatkan kualitas minyak yang dihasilkan.
Minyak yang diperoleh dengan cara pirolisis katalitik biomassa tidak memerlukan teknik pra-
pengolahan sampel yang mahal yang melibatkan kondensasi dan penguapan kembali.

3. 1. Fase pengeringan
Pada suhu 200 °C pengeringan fisik disertai produksi uap air, jika yang dimasukkan bahan
biomassa yang basah maka perlu disertakan atau dimasukkan steam (uap air panas) ke dalam
reaktor.
2. Fase pirolisis
Pirolisis terjadi pada suhu 300–600 °C. Struktur makromolekul pecah menjadi gas, komponen
organik cair dan karbon padat.
3. Fase evolusi gas
Evolusi gas terjadi pada 500–1,200 °C. Produk hasil pirolisis diturunkan lebih lanjut, menjadi
karbon padat dan produk organik cair menghasilkan gas yang stabil. Hidrokarbon besar
molekul besar dipecah menjadi metana dan karbon padat. Metana direaksikan dengan uap air
dikonversi menjadi karbon monoksida dan hidrogen. Karbon padat direaksikan dengan uap
air atau karbon dioksida dikonversi menjadi karbon monoksida dan hidrogen.

4. 1. Temperatur
Temperatur memiliki pengaruh yang besar dalam proses pirolisis. Semakin tinggi temperatur
maka semakin banyak gas yang dihasilkan. Hal ini dikarenakan bahan baku padatan akan
terdekomposisi dan berubah menjadi gas sehingga berat dari padatan bahan baku akan
berkurang. Namun, semakin tinggi temperatur akan membuat produk bio oil yang dihasilkan
semakin berkurang. Hal ini dikarenakan temperatur yang tinggi dapat mengubah hidrokarbon
rantai yang panjang dan sedang menjadi hidrokarbon dengan rantai yang pendek. Jika rantai
hidrokarbon sangat pendek, maka diperoleh hasil gas yang tidak dapat di kondensasi.
2. Waktu Reaksi
Waktu memiliki pengaruh pada proses pirolisis. Dalam kondisi vakum, waktu reaksi yang
lama akan menyebabkan produk pirolisis menjadi gas. Karena semakin lama waktunya maka
akan membuat hidrokarbon rantai panjang menjadi hidrokarbon rantai pendek. Produk
padatan juga akan semakin berkurang karena menguap jika waktu reaksinya semakin lama.
3. Bahan Baku
Kandungan dalam bahan baku juga mempengaruhi hasil pirolisis. Di dalam biomassa
terkandung selulosa, hemiselulosa dan lignin yang mengandung ikatan rantai C dan H serta
unsur lainnya. Lignin memiliki ikatan C dan H yang sangat banyak, sementara hemiselulosa
memiliki kandungan C dan H yang sedikit, sehingga jika di konversikan secara pirolisis akan
didapatkan bio-oil terbanyak dari lignin. Sementara di dalam plastik juga terdapat ikatan C
dan H yang cukup banyak mengingat plastik bersumber dari hasil olahan sampingan dari
minyak bumi.
4. Ukuran Bahan Baku
Ukuran bahan baku yang besar akan membuat perambatan panas antar bahan baku akan
berlangsung lama. Hal ini akan menyebabkan proses penguapan bahan baku menjadi lebih
lama.
5. Laju Pemanasan
Laju pemanasan sangat mempengaruhi hasil dari produk pirolisis yang didapatkan. Pada
kondisi kerja bertekanan lingkungan, semakin tinggi laju reaksi pada pirolisis maka akan
mendapatkan jumlah bio-oil yang banyak. Namun, hal ini tidak efisien dikarenakan jika
memperbesar laju reaksi maka akan membuat pemakaian energi untuk proses pirolisis
menjadi lebih besar.
6. Katalis
Keberadaan katalis dengan jumlah yang banyak akan membuat proses dekomposisi semakin
cepat. Namun jika terlalu banyak katalis yang dimasukkan maka akan membuat produk
pirolisis akan menjadi gas. Ukuran pori dari katalis mempengaruhi hasil produk pirolisis.
Karena di dalam pori permukaan katalis terdapat sisi aktif yang mengandung asam guna
membantu proses perengkahan.
7. Kadar Air
Kandungan air dalam bahan baku akan mempengaruhi hasil dari produk pirolisis. Jika dalam
bahan baku banyak terdapat air, maka produk yang dihasilkan akan banyak kandungan air di
dalam bio oil. Selain Itu dibutuhkan panas yang sangat besar untuk menaikan ke temperatur
kerja yang diinginkan karena keberadaan air yang mana proses penguapan air berlangsung
terlebih dahulu.
8. Kondisi Kerja
Kondisi kerja dalam pirolisis dapat dibagi menjadi 2, yaitu secara vakum dan secara
atmosfer. Pada kondisi atmosfer, ketika bahan baku sudah menguap, maka akan langsung
keluar dan di kondensasi. Sementara pada kondisi vakum maka hasil dari uap ditahan dan
terjadi reaksi yang berkelanjutan.
9. Perlakuan Panas
Dalam proses pirolisis terdapat dua cara untuk memanaskan bahan baku, yaitu secara
isothermal dan secara transient. Secara transient, bahan baku dipanaskan dari temperatur
ruangan menuju temperatur kerja. Sementara jika secara isothermal maka reaktor dipanaskan
terlebih dahulu hingga temperatur kerja dan bahan baku diumpankan ke dalam reaktor setelah
temperatur kerja didapatkan.

5. 1) Fixed-Bed Pyrolyzer
Pirolisis fixed-bed, beroperasi dalam mode batch, adalah jenis pirolisis tertua. Panas untuk
dekomposisi termal biomassa disuplai baik dari sumber eksternal atau dengan memungkinkan
pembakaran terbatas seperti dalam oven sarang lebah.
Produk dapat mengalir keluar dari piroliser karena ekspansi volume sementara arang tetap
berada dalam reaktor. Dalam beberapa desain gas penyapu digunakan untuk menghilangkan
gas produk secara efektif dari reaktor. Gas ini tentu lembam tanpa oksigen. Produk utama dari
jenis ini adalah karena tingkat pemanasan yang relatif lambat dan waktu tinggal yang lama
dari produk di zona pirolisis.
2) Bubbling-Bed Pyrolyzer
Biomassa yang hancur (2-6 mm) dimasukkan ke dalam bed yang menggelegak pasir panas.
Kasur difluidisasi oleh gas inert semacam itu sebagai gas buang daur ulang. Pencampuran
intens padatan bed inert (Pasir biasa digunakan) menawarkan barang bagus dan seragam
pengatur suhu. Ini juga menyediakan transfer panas tinggi untuk padatan biomassa. Waktu
tinggal makanan padat adalah jauh lebih tinggi dari gas di piroliser.
Panas yang dibutuhkan untuk pirolisis dapat disediakan baik dengan membakar bagian dari
gas produk di tidur atau dengan membakar arang padat secara terpisah ruang dan mentransfer
panas itu ke padatan tempat tidur. Produk pirolisis biasanya mengandung sekitar 70 hingga
75% cairan pada umpan kayu kering.
Seperti yang ditunjukkan pada gambar, arang dalam padatan bertindak sebagai katalis
penguapan, sehingga pemisahannya melalui elutriasi atau sebaliknya penting jika
perengkahan sekunder harus dihindari untuk memaksimalkan produk cair. Partikel arang yang
dipisahkan dipisahkan dari gas produk menggunakan siklon bertingkat satu atau banyak. Fitur
positif dari pyrolyzer fluidized-bed menggelembung adalah bahwa hal itu relatif mudah untuk
ditingkatkan.

3. Circulating Fluidized-Bed Pyrolyzer


Pirolisis fluidized-bed (CFB) yang bersirkulasi bekerja pada prinsip yang sama dengan
menggelegak unggun terfluidisasi kecuali bahwa unggun itu sangat diperluas dan padatan
terus menerus didaur ulang sekitar loop eksternal yang terdiri dari sebuah cyclone dan loop
seal. Tempat tidur beroperasi dalam sebuah rezim hidrodinamik khusus yang dikenal sebagai
cepat tempat tidur. Ini memberikan kontrol suhu yang baik dan seragam di sekitar seluruh
ketinggian satuan.
Kecepatan gas superfisial dalam CFB jauh lebih tinggi dari pada bed bergelembung.
Kecepatan tinggi dikombinasikan dengan pencampuran yang sangat baik memungkinkan
CFB memiliki throughput biomassa yang besar. Di sini, gas dan padatan bergerak naik
reaktor dengan beberapa tingkat refluks internal. Akibatnya, waktu tinggal rata-rata partikel
biomassa lebih lama daripada gas, tetapi perbedaannya tidak setinggi di tempat tidur yang
menggelegak. Keuntungan utama dari sistem ini adalah arang yang diperoleh dari reaktor
mudah dipisahkan dan dibakar dalam unggun fluida eksternal.
4. Ultra-rapid Pyrolyzer
Tingkat pemanasan tinggi dan waktu tinggal pendek di pirolisis zona adalah dua persyaratan
utama dari hasil cair yang tinggi. Itu piroliser ultra-cepat yang dikembangkan oleh Universitas
Indonesia Ontario Barat menyediakan waktu pencampuran yang sangat singkat (10-20 ms),
tempat tinggal reaktor (70-200 ms), dan pendinginan (~ 20 ms) kali. Karena suhu reaktor juga
rendah (~ 650 ° C), seseorang dapat mencapai hasil cairan setinggi 90% (Hulet et al., 2005).
Nitrogen gas inert dipanaskan 100 ° C di atas suhu reaktor dan diinjeksikan dengan kecepatan
sangat tinggi ke dalam reaktor untuk membombardir aliran biomassa yang diinjeksikan dalam
reaktor. Reaktor juga dapat menggunakan padatan pembawa panas seperti pasir yang
dipanaskan secara eksternal dan dibombardir pada aliran biomassa melalui beberapa jet.
Dampak kecepatan tinggi dalam reaktor menghasilkan tingkat pemanasan yang sangat tinggi.
Biomassa kemudian dipanaskan hingga suhu pirolisis dalam beberapa milidetik. Produk
pirolisis meninggalkan reaktor dari bawah dan segera didinginkan untuk menekan reaksi
sekunder atau peretakan uap minyak. Karenanya proses ini dapat memaksimalkan hasil cair
selama pirolisis.
5. Ablative Pyrolyzer
Proses ini melibatkan penciptaan tekanan tinggi antara partikel biomassa dan dinding reaktor
panas. Hal ini memungkinkan perpindahan panas tanpa hambatan dari dinding ke biomassa,
menyebabkan produk cair meleleh keluar dari biomassa seperti cara mentega beku meleleh
ketika ditekan pada panci panas. Bias geser ke dinding meninggalkan film cair yang menguap
dan meninggalkan zona pirolisis, yang merupakan antarmuka antara biomassa dan dinding.
Sebagai hasil dari perpindahan panas yang tinggi dan waktu tinggal gas yang pendek, hasil
cairan setinggi 80% dilaporkan (Diebold dan Power, 1988). Tekanan antara biomassa dan
dinding dibuat baik dengan cara mekanis atau dengan gaya sentrifugal. Dalam sistem
mekanis, sepotong besar biomassa ditekan pada pelat panas yang berputar.
6. Rotating-cone Pyrolyzer
Dalam proses ini, partikel biomassa dimasukkan ke bagian bawah kerucut yang berputar
(360–960 putaran / menit) bersama dengan kelebihan partikel padat pembawa panas. Gaya
sentrifugal mendorong partikel ke dinding yang panas; partikel-partikel diangkut secara spiral
ke atas di sepanjang dinding.
Karena pencampuran yang sangat baik, biomassa mengalami pemanasan cepat (5000 K / d)
dan pirolisis dalam volume annular kecil. Gas produk yang mengandung uap bio-minyak
pergi melalui tabung lain, sementara arang padat dan pasir tumpah di atas tepi kerucut yang
berputar ke dalam hamparan terfluidisasi yang mengelilinginya, seperti yang ditunjukkan
pada Gambar 3.9 (e). Arang terbakar di unggun terfluidisasi, dan pembakaran ini membantu
memanaskan kerucut serta padatan yang didaur ulang untuk memasok panas untuk pirolisis.
Fitur khusus reaktor ini termasuk waktu tinggal padatan yang sangat singkat (0,5 detik) dan
waktu tinggal fase gas kecil (0,3 detik). Ini biasanya memberikan hasil cair 60 hingga 70%
pada pakan kering (Hulet et al., 2005). Tidak adanya gas pembawa adalah keuntungan lain
dari proses ini. Geometri kompleks sistem dapat menimbulkan beberapa masalah peningkatan
skala.
7. Vacuum Pyrolyzer
Piroliser vakum, terdiri dari sejumlah bundar panas yang ditumpukpiring. Pelat atas sekitar
200 ° C sedangkan yang bawah adalah sekitar 400 ° C. Biomassa diumpankan ke pelat atas
turun ke pelat bawah berturut-turut melalui pencakar.
Biomassa mengalami pengeringan dan pirolisis saat bergerak di atas lempeng. Tidak
diperlukan gas pembawa dalam piroliser ini. Hanya arang yang tersisa ketika biomassa
mencapai lempeng terendah. Meskipun laju pemanasan biomassa relatif lambat, waktu tinggal
uap di zona pirolisis pendek. Akibatnya, hasil cair dalam proses ini relatif sederhana, sekitar
35 hingga 50% pada pakan kering, dengan hasil arang yang tinggi. Desain piroliser ini rumit,
terutama mengingat potensi fouling pompa vakum.

Anda mungkin juga menyukai