1. Pirolisis adalah dekomposisi kimia bahan organik melalui proses pemanasan tanpa atau
sedikit oksigen atau reagent lainnya. Pirolisis dilakukan di dalam sebuah ruang (hampa udara)
pada temperatur hingga 800 °C.
3. 1. Fase pengeringan
Pada suhu 200 °C pengeringan fisik disertai produksi uap air, jika yang dimasukkan bahan
biomassa yang basah maka perlu disertakan atau dimasukkan steam (uap air panas) ke dalam
reaktor.
2. Fase pirolisis
Pirolisis terjadi pada suhu 300–600 °C. Struktur makromolekul pecah menjadi gas, komponen
organik cair dan karbon padat.
3. Fase evolusi gas
Evolusi gas terjadi pada 500–1,200 °C. Produk hasil pirolisis diturunkan lebih lanjut, menjadi
karbon padat dan produk organik cair menghasilkan gas yang stabil. Hidrokarbon besar
molekul besar dipecah menjadi metana dan karbon padat. Metana direaksikan dengan uap air
dikonversi menjadi karbon monoksida dan hidrogen. Karbon padat direaksikan dengan uap
air atau karbon dioksida dikonversi menjadi karbon monoksida dan hidrogen.
4. 1. Temperatur
Temperatur memiliki pengaruh yang besar dalam proses pirolisis. Semakin tinggi temperatur
maka semakin banyak gas yang dihasilkan. Hal ini dikarenakan bahan baku padatan akan
terdekomposisi dan berubah menjadi gas sehingga berat dari padatan bahan baku akan
berkurang. Namun, semakin tinggi temperatur akan membuat produk bio oil yang dihasilkan
semakin berkurang. Hal ini dikarenakan temperatur yang tinggi dapat mengubah hidrokarbon
rantai yang panjang dan sedang menjadi hidrokarbon dengan rantai yang pendek. Jika rantai
hidrokarbon sangat pendek, maka diperoleh hasil gas yang tidak dapat di kondensasi.
2. Waktu Reaksi
Waktu memiliki pengaruh pada proses pirolisis. Dalam kondisi vakum, waktu reaksi yang
lama akan menyebabkan produk pirolisis menjadi gas. Karena semakin lama waktunya maka
akan membuat hidrokarbon rantai panjang menjadi hidrokarbon rantai pendek. Produk
padatan juga akan semakin berkurang karena menguap jika waktu reaksinya semakin lama.
3. Bahan Baku
Kandungan dalam bahan baku juga mempengaruhi hasil pirolisis. Di dalam biomassa
terkandung selulosa, hemiselulosa dan lignin yang mengandung ikatan rantai C dan H serta
unsur lainnya. Lignin memiliki ikatan C dan H yang sangat banyak, sementara hemiselulosa
memiliki kandungan C dan H yang sedikit, sehingga jika di konversikan secara pirolisis akan
didapatkan bio-oil terbanyak dari lignin. Sementara di dalam plastik juga terdapat ikatan C
dan H yang cukup banyak mengingat plastik bersumber dari hasil olahan sampingan dari
minyak bumi.
4. Ukuran Bahan Baku
Ukuran bahan baku yang besar akan membuat perambatan panas antar bahan baku akan
berlangsung lama. Hal ini akan menyebabkan proses penguapan bahan baku menjadi lebih
lama.
5. Laju Pemanasan
Laju pemanasan sangat mempengaruhi hasil dari produk pirolisis yang didapatkan. Pada
kondisi kerja bertekanan lingkungan, semakin tinggi laju reaksi pada pirolisis maka akan
mendapatkan jumlah bio-oil yang banyak. Namun, hal ini tidak efisien dikarenakan jika
memperbesar laju reaksi maka akan membuat pemakaian energi untuk proses pirolisis
menjadi lebih besar.
6. Katalis
Keberadaan katalis dengan jumlah yang banyak akan membuat proses dekomposisi semakin
cepat. Namun jika terlalu banyak katalis yang dimasukkan maka akan membuat produk
pirolisis akan menjadi gas. Ukuran pori dari katalis mempengaruhi hasil produk pirolisis.
Karena di dalam pori permukaan katalis terdapat sisi aktif yang mengandung asam guna
membantu proses perengkahan.
7. Kadar Air
Kandungan air dalam bahan baku akan mempengaruhi hasil dari produk pirolisis. Jika dalam
bahan baku banyak terdapat air, maka produk yang dihasilkan akan banyak kandungan air di
dalam bio oil. Selain Itu dibutuhkan panas yang sangat besar untuk menaikan ke temperatur
kerja yang diinginkan karena keberadaan air yang mana proses penguapan air berlangsung
terlebih dahulu.
8. Kondisi Kerja
Kondisi kerja dalam pirolisis dapat dibagi menjadi 2, yaitu secara vakum dan secara
atmosfer. Pada kondisi atmosfer, ketika bahan baku sudah menguap, maka akan langsung
keluar dan di kondensasi. Sementara pada kondisi vakum maka hasil dari uap ditahan dan
terjadi reaksi yang berkelanjutan.
9. Perlakuan Panas
Dalam proses pirolisis terdapat dua cara untuk memanaskan bahan baku, yaitu secara
isothermal dan secara transient. Secara transient, bahan baku dipanaskan dari temperatur
ruangan menuju temperatur kerja. Sementara jika secara isothermal maka reaktor dipanaskan
terlebih dahulu hingga temperatur kerja dan bahan baku diumpankan ke dalam reaktor setelah
temperatur kerja didapatkan.
5. 1) Fixed-Bed Pyrolyzer
Pirolisis fixed-bed, beroperasi dalam mode batch, adalah jenis pirolisis tertua. Panas untuk
dekomposisi termal biomassa disuplai baik dari sumber eksternal atau dengan memungkinkan
pembakaran terbatas seperti dalam oven sarang lebah.
Produk dapat mengalir keluar dari piroliser karena ekspansi volume sementara arang tetap
berada dalam reaktor. Dalam beberapa desain gas penyapu digunakan untuk menghilangkan
gas produk secara efektif dari reaktor. Gas ini tentu lembam tanpa oksigen. Produk utama dari
jenis ini adalah karena tingkat pemanasan yang relatif lambat dan waktu tinggal yang lama
dari produk di zona pirolisis.
2) Bubbling-Bed Pyrolyzer
Biomassa yang hancur (2-6 mm) dimasukkan ke dalam bed yang menggelegak pasir panas.
Kasur difluidisasi oleh gas inert semacam itu sebagai gas buang daur ulang. Pencampuran
intens padatan bed inert (Pasir biasa digunakan) menawarkan barang bagus dan seragam
pengatur suhu. Ini juga menyediakan transfer panas tinggi untuk padatan biomassa. Waktu
tinggal makanan padat adalah jauh lebih tinggi dari gas di piroliser.
Panas yang dibutuhkan untuk pirolisis dapat disediakan baik dengan membakar bagian dari
gas produk di tidur atau dengan membakar arang padat secara terpisah ruang dan mentransfer
panas itu ke padatan tempat tidur. Produk pirolisis biasanya mengandung sekitar 70 hingga
75% cairan pada umpan kayu kering.
Seperti yang ditunjukkan pada gambar, arang dalam padatan bertindak sebagai katalis
penguapan, sehingga pemisahannya melalui elutriasi atau sebaliknya penting jika
perengkahan sekunder harus dihindari untuk memaksimalkan produk cair. Partikel arang yang
dipisahkan dipisahkan dari gas produk menggunakan siklon bertingkat satu atau banyak. Fitur
positif dari pyrolyzer fluidized-bed menggelembung adalah bahwa hal itu relatif mudah untuk
ditingkatkan.