NIM : 18413241023
Kelas : A 2018
SOSIOLOGI GENDER
1. Dari tugas podcast kelompok yang dibuat, pengalaman berharga (lesson learned)
apa yang dapat anda ambil dalam proses wawancara dengan narasumber?
Silahkan ceritakan!
Jawab:
Dari penugasan kelompok dengan hasil akhir produk podcast yang telah diunggah di
platform Spotify dan Instagram TV, yang dapat saya ambil dalam proses wawancara
dengan narasumber yaitu mengenai perihal kesetaraan gender yang ternyata juga
disebutkan dalam agama, dalam hal ini agama Islam pada materi pembahasan podcast
kelompok saya. Hal-hal dan pengalaman yang menurut saya berharga dari pembahasan
podcast yang kelompok kami buat yaitu hal-hal mengenai peran perempuan dalam Islam,
dan kepemimpinan perempuan dalam Islam.
Peran perempuan dalam Islam selama ini yang saya ketahui itu perannya kurang
menyeluruh, dan perannya hanya ada di bidang tertentu saja khususnya bidang atau
urusan rumah tangga. Dengan adanya pembahasan podcast ini saya lebih memahami
bahwa peran perempuan dalam perspektif Islam itu sebenarnya perannya sama atau
sederajat dengan laki-laki apabila menyangkut bidang dalam kehidupan seperti bidang
urusan publik (umumnya bagian pekerjaan), domestik (urusan dalam rumah tangga), dll.
Peran laki-laki yang selama ini di mata orang-orang menganggap bahwa laki-laki harus
melindungi perempuan itu sebenarnya kurang benar, Bu Alimatul Qibtiyah
mengungkapkan pada podcast ini bahwa laki-laki dan perempuan keberadaannya itu
harusnya mereka saling melindungi satu sama lain, jadi jangan hanya bergantung pada
laki-laki saja. Mungkin peran perempuan untuk melindungi itu dapat diwujudkan dalam
hal-hal tertentu yang dapat membuat keberadaan atau kondisi laki-laki itu merasa aman
seperti contohnya dengan adanya seorang ibu yang melindungi anak laki-lakinya. Tidak
hanya melindungi, namun laki-laki dan perempuan itu harusnya juga saling menghargai,
saling mencintai, dan melakukan hal-hal kebaikan yang lainnya agar tercipta hubungan
maupun lingkungan yang damai serta tentram. Jadi, posisi antara laki-laki dan perempuan
itu hakikatnya sama keberadaannya di hadapan Allah SWT. Kemudian perihal dalam
sektor atau ranah publik, sebenarnya perempuan juga diperbolehkan untuk bekerja di
sektor publik. Sehingga, peran perempuan tidak harus melulu di ranah rumah tangga saja
dan laki-laki yang di ranah publik dalam mencari nafkah untuk keluarga. Namun, mereka
sebenarnya dalam berkeluarga harusnya dapat berkomunikasi, membicarakan dengan
baik-baik dalam hal mengatur keluarga dan rumah tangganya.
Kemudian mengenai kepemimpinan perempuan dalam Islam, perempuan juga
sangat diperbolehkan untuk menjadi pemimpin baik dalam ranah keluarga, publik,
kelompok/organisasi, dan lainnya dengan catatan yaitu selama kapasitasnya sangat
memadai untuk menjadi seorang pemimpin. Menurut saya, juga adanya hal seperti itu
saya sangat setuju karena selama ini banyak juga pemimpin laki-laki yang tidak memiliki
kapasitas seorang pemimpin dan akhirnya peran dan tanggung jawabnya dalam
memimpin kurang baik. Dalam pandangan saya, menjadi seorang pemimpin itu memang
tidak memandang apa jenis kelaminnya, namun apakah orang tersebut memang memadai
dan memiliki kapasitas sebagai seorang pemimpin sehingga jabatan yang nantinya
diemban dapat dilaksanakan dengan baik. Kapasitas pemimpin yang ideal menurut saya
ialah pribadi yang memiliki softskill berupa kemampuan leadership, tegas, disiplin,
bertanggung jawab, komunikatif, serta dapat dipercaya oleh orang-orang yang akan
dipimpinnya. Maka dari kapasitas tersebut, tidak memungkinkan bahwa perempuan itu
dapat dan sangat memiliki potensi untuk menjadi pemimpin.
2. Dari beberapa teori feminisme yang telah dipelajari, mulai dari gelombang
pertama, kedua, hingga ketiga. Menurut anda, mana yang paling bisa diterapkan
untuk permasalahan kesenjangan gender di Indonesia? Jelaskan...
Jawab:
Dari adanya beberapa teori feminisme yang ada mulai dari gelombang pertama, kedua,
hingga ketiga, menurut saya jika disesuaikan dengan permasalahan kesenjangan gender
yang ada di Indonesia, saya rasa yang paling bisa diterapkan yakni teori feminisme
eksistensialis yang mana ada pada feminis gelombang kedua. Dalam gerakan feminis
gelombang kedua lebih membahas dan memberikan dorongan kepada perempuan untuk
mencapai kedewasaan, identitas, dan keutuhan diri. Untuk teori yang dapat diterapkan
mungkin lebih ke teori feminisme eksistensial, karena menurut saya, banyak perempuan
di Indonesia yang masih belum bisa mandiri dan selalu menjadi objek di mata laki-laki.
Padahal, keberadaan manusia itu selalu ditentukan oleh dirinya sendiri, sehingga ia
sendirilah yang mampu mewujudkan eksistensinya, yang harusnya sadar akan dirinya dan
tahu bagaimana cara menempatkan dirinya.
Dalam eksistensialisme yang merupakan aliran dalam ilmu filsafat yang
menekankan pada manusia, yang mana manusia dipandang sebagai makhluk yang harus
bereksistensi dengan akal dan kesadarannya secara penuh. Untuk permasalahan
kesenjangan gender yang ada di Indonesia, saya melihat bahwa keberadaan perempuan
saat ini masih merasa senang untuk menjadi objek dari laki-laki. Dimana kalau setahu
dan sepenglihatan saya, mereka berusaha untuk tampil cantik dan mempesona dihadapan
laki-laki dengan segala usaha dan apapun yang dapat mereka gunakan agar kemudian
dapat menikah dan ia akhirnya menjadi ibu rumah tangga biasa. Bukannya saya
merendahkan usaha perempuan tersebut untuk dandan seperti itu dan menganggap hal
tersebut adalah hal yang sia-sia, namun menurut saya, kaum perempuan tentu juga pasti
memiliki potensi lain yang lebih baik di bidang lain yang dapat mereka peroleh dan latih,
tentunya mereka harus sadar terlebih dahulu akan potensi tersebut maupun keinginan
yang dicapainya. Mungkin perempuan juga ingin lebih memposisikan diri dan mengalah
terhadap adanya patriarki yang masih kental di bidang yang ia inginkan sehingga mereka
mengurungkan niat atau keinginannya tersebut. Lamanya budaya patriarki yang ada pada
suatu bidang, tentu akan menghambat eksistensi perempuan menjadi terhambat. Namun
jika mereka tidak mencoba speak up dan hanya menerima budaya tersebut saja, ya tidak
akan merubah apapun. Untuk itu, sangat penting untuk membangkitkan kesadaran kaum
perempuan akan keberadaannya dan menggali potensinya yang lain, agar ia mampu hidup
mandiri dan juga jangan sampai hanya menjadi objek bagi laki-laki.