Anda di halaman 1dari 109

,.

ii*
' $.,.. i'-
PENERBITANIDI
'

' *-'S .i
l"Jt
- - yry\z
p
;*.t td,
s!'

Eft$P10nl[$
TI [il01
ilalam
0Gl
PRoYHT fiolt$Rutrst

Beton Pracetaft & Bcfiisting

Wulfram I. Ervianto
Eksplorasi Teknologi
dalam
Ir \
\ I \\
\

Beton Pracetak dan Bekisting

Wulfram l. Ervianto

Penerbit ANDI Yogyakarta


Eksplorasi Teknologl dalam Proyek Konstruksi; Beton pracetak & Bekisting
Oleh: Wulfram I. Ervianto

llak Cipra @ 200(t pada Penulis


Editor : Fl. Sigit Su1,oy76ro
Sclling : Sri Sulistbtani
Desain Cover : Rendrasla Duta A.
Korektor : Donald Kartika S. .

Itak Cipta dilindungi undong-undong. Dilarang nrcnrpcrbartyuk atau mentinlahkon


sebagian atau sclurulr isi buku ini dalant henluk apupun, baik set'aro elektntrris ntuupun
ntekanis, terna.suk nrcntfotor:opy;, nerekam ulau tlengan sislant penttintputratr laitrnl,a,
tanpa izin turtulis duri Penulis.

I>en erbit:
C.V ANDI OFFSDT (l)enerbit ANDt)
.ll. Bco 38-40, Telp. (0274) 561881 (tlunring). Fa"r. (0274) 588282 Yogyakarta 5528t

Perceta ka n:
ANDI OFFSET
Jl. Beo 38-40, Telp. (0274) 561881 (llunting), Fa.r. (0274) 588282 Yogyakorta 55281

Perpustakaan Nasional: Katalog dalam Terbitan

Ervianto, Wulfian l.
Eksplorasi Teknologi dalam Proyek Konstruksi; lleton
Pracelak & Bekisting / LVul.fizn l. Ervianto;
- Ed. l, -Yogl'lhrr1a: ANDI,
09-08 't I n tu llis t r i fo t, D e zu aj ani

xii + 212 hlm .; l6 .r 23 Cn. anakkl) Wisnu dan Amef.


c[an kgfua
l0 9 8 7 6 5 4 3
Euku ketima ini teruujud \erfutt fur[ian semua
ISBN: 979 -763 - 104 - 4
l. Judul
L Konstruksi lletott

DDC'21 :693.5
KATAPEI\GANTAR

Seiring dengan pesatnya perkembangan teknologi konstruksi dalam


pelaksanaan proyek konstruksi, yang juga dibarengi dengan inovasi
teknologi, telah menggugah saya untuk mencoba berbagi pengalaman.
Tentu saja apa yang saya tulis ini hanya sebagian kecil dari dunia
konstruksi yang begitu dahsyat. Namun sekecil apapun yang saya tulis
ini, saya berharap akan ada artinya.
Buku ini merupakan tulisan saya yang kelima. Empat buku pendahulunya
adalah Analisis Struktur Statik Tertentu, Manajemen Proyek Konstruksi,
Teori Aplikasi Manajenten Proyek Konstrttksi dan Soal Penyelesaian
Analisis Struktur Statik Tertentu. Adanya respons yang baik dari
pembaca mendorong saya untuk terus berkarya, demi kemajuan
masyarakat konstruksi dan rekan-rekan mahasiswa yang saya kagumi.
Saya sadar sepenuhnya bahwa tidak ada sesuatu yang sempurna.
Demikian juga buku ini. Saran, kritik, dan segala bentuk masukan yang
membangun sangat saya harapkan untuk penyempurnaan selanjutnya.

Penyusun

Wulfram I. Ervianto
erv ianto@ mail.uaj y. ac. id
mAFTAR H$I'.-

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI vll

BAB 1 PENDAHULTIAN 1

E Mengapa Pracetak 1

r Kendala Pracetak J

tsAB 2 Bf,TON PRACETAK 7


r Pengertian Pracetak 7
I Keunggulan dan Kelemahan Beton Pracetak 13
* Keunggulan Beton Pracetak 13
* Kelemahan Beton Pracetak t6
t Jenis-jenis Elemen Beton Pracetak 17

BAB 3 PERENCANAAN 39
E Pendahuluan 39
r Faktor Perencanaan 39
x Proses Penerapan Teknologi Pracetak 40
r Planning 41.
..'. Pengendalian Proyek 42
.! Perencanaan Modul 44
* Pengadaan 44

BAB 4 SISTEM STRUKTUR 47


r Pendahuluan 47
r Struktur Rangka Kolom Menerus 47
r Struktur Rangka Kolom Sambungan 52
r Struktur Rangka dengan Unit Portal 54
r Struktur Tipe Mushroom 58
r LiftSlab Method 60
t,lu Eksplorasi Teknologi dalam Prq,ek Konstruksi
Daftar Isi 1.f,

BAB 5 SUMBER DAYA MANUSIA 61


BAB 11 KOMPARASI PRACETAK-KONVENSIONAL 111

BAB6 PRODUKSI 65
I Pendahuluan ll1
r Pendahuluan 65
* Aspek Petencanaan 111

r Metode Pabrikasi 66
* Aspek Sistem Struktur ll2
r Pemilihan Metode Pabrikasi 67
{. Aspek Produksi ll2
r Cetakan 68
* Aspek Transportasi 1 13

r Kondisi di Lapangan 70
* Aspek Erection 113
* Aspek Koneksi ll4
BAB 7 SISTEM TRANSPORTASI t) t Aspek Perbaikan 1 15

. r Pendahuluan t5 * Aspek Biaya I 15


r Pemilihan Mode Transportasi 73
* AspekWaktu 115

r Sistem Transportasi 74
n Aspek Mutu 115

BAB 12 ASPEK MANAJEMEN 119


BAB 8 METODE ERECTION 79
r Pendahuluan 79
r Metode Erection 80
BAB 13 CETAKAN BETON 125

r Peralatan Erection 82
a Pendahuluan 125
r Persyaratan Umum \26
BAB 9 SIST'EM KONEKSI 85
I Material Cetakan 127

I Pendahuluan 85
r Pemilihan Sambungan 86
BAB 14 INSTALASI CETAKAN
r Sambungan Komponen Beton Pracetak 87
r Pendahuluan 133
.i. Sambungan Basah 87
r Cetakan untuk Pondasi 134
..'. Sambungan Kering 88
r Cetakan Dinding r37
r In Situ Concrete Joint
I Cetakan Kolom t43
r Sambungan Las dan Baut 92
r Tahap Pemasangan Cetakan Kolom 149

r SambunganPrestressed 96
r Cetakan untuk Balok 153

r Perbandingan Jenis-jenis Alat Sambung 97


r Cetakan Pelat 156

r Perbaikan Komponen Pracetak 100


r Sistem Bongkar Pasang (Knock Down) 162

BAB IO ASPEK EKONOMIS 101


BAB 15 T.ORMWORK PABRIK 173

r Pendahuluan 101
r Pendahuluan 173

r Faktor Biaya 101


r Formwork Pelat 175

r Faktor Waktu 106


r Scaffolding 179
t Faktor Mutu 109
r Kemudahan Pengendalian Waktu dan Biaya 110
BAB 16 FORMWORK KHUSUS 183
I Pendahuluan 183
r Climbing Formwork 183
r Slip Form 189
x Eksplorasi Teknologi dalant Proyek Konstruksi

I Auto Jump Form 191


r Traveler Form 193 BAB 1

DAFTAR PUSTAKA 20t PEI\DAHULUAN

MENGAPA PRACETAK
Biaya konstruksi cenderung terus meningkat, seperti ditunjukkan oleh
hasil pengamatan yang dilakukan sejak tahun 1930 sampai dengan tahun
1980 (Gambar 1.1). Bila dibandingkan dengan biaya pada industri
manufaktur, biaya konstruksi telah melesat jauh ke depan. Salah satu
penyebab terjadinya hal tersebut adalah tingginya upah tenaga lapangan
dan proses konstruksi yang dilakukan secara tradisional.
Construction Cost Index
500
000
500
000
s00
000
500
0

^S
'.,9' e""Tsoo$'T
Gambar 1.1 Construction Cost Index
(Sumber: Larry W. Z, Glen D.H., 1982)

Untuk menjawab tantangan tersebut, maka kemudian dikembangkan


teknologi pracetak yang mengarah pada industrialisasi, di mana produk
dihasilkan dengan produksi massal dan bersifat pengulangan. Dalam
pabrik komponen beton pracetak, tenaga yang digunakan adalah tenaga
Pendalruluan
Eksplorasi Tehrologi dalam Proyek Konstruksi

kasar yang dididik agar dapat mengoperasikan mesin-mesin yang KENDALA PRACETAK
digunakan untuk proses produksi sehingga upah yang diterima oleh
Dalam pengaplikasiaan metode beton pracetak, kunci keberhasilan
pekerja adalah upah tenaga kasar. Dengan mengaplikasikan teknologi
pelaksanaannya sedikit banyak dipengaruhi oleh aspek manajemen.
beton pracetak maka dengan sendirinya akan mengurangi pemakaian
jumlah tenaga kerja di lokasi proyek. Salah satu karakteristik tenaga
Akibat berbagai faktor yang berpengaruh dalam penggunaan beton
pracetak, maka sangat mungkin bahwa penerapan teknologi ini belum
kerja lapangan adalah harus mempunyai ketrampilan tertentu sehingga
memberikan hasil yang terbaik. Beberapa faktor dari aspek manajemen
upah yang diterimanya lebih besar dibanding tenaga kasar di pabrik
yang harus diperhatikan adalah:
(dengan produk sejenis). Hal lain yang menonjol dari penggunaan beton
pracetak adalah mutu pekerjaan yang menjadi lebih baik dan seragam.
r Teknologi
Salah satu material yang digunakan dalam teknologi pracetak adalah
Permasalahan utama dalam pengaplikasian metode ini adalah peng-
beton, yang dapat berupa komponen struktural seperti unit tangga, balok,
gabungan antara komponen satu dengan yang lain sehingga keutuhan
kolom, kerbs, kolom lampu, bantalan rel kereta api, konsol, plat lantai,
struktur dapat dicapai. Hal ini berbeda dengan metode in-situ yang secara
plat atap, penutup dinding, dan lain-lain. Produksi dari komponen-
umum sudah sangat dikenal dan dikuasai.
komponen ini dapat dilaksanakan di lokasi lingkungan pabrik yang
kemudian dikirim ke lokasi proyek. Atau bila produksi dalam jumlah
besar atau ada pertimbangan lain, maka produksi dapat dilaksanakan di
r Bahan
lingkungan lokasi proyek. Kebutuhan bahan untuk mendukung pembuatan komponen-komponen
beton pracetak sedemikian rupa sehingga dapat dihasilkan berat
Manfaat pabrikasi beton di lapangan ini harus jelas, terutama
komponen yang ringan (mis: beton ringan), tetapi tetap memenuhi
sehubungan dengan kemudahan pengawasan dan pengontrolannya.
persyaratan teknis yang lain.
Pemadatan dapat dilaksanakan dengan lebih efisien. Demikian juga
upaya untuk perawatan beton pada masa pemeliharaan.
r Sumber Daya Manusia
Namun demikian, sering pula terjadi pertentangan atas manfaat dari
Penggunaan metode yang baru tentu membutuhkan sumberdaya yang
metode ini. Pihak pemakai harus memeriksa dan menguji produk beton
mampu merancang dan melaksanakannya. Kemampuan ini dapat
pracetak dengan memperlakukannya seperti bilamana memakai beton
diperoleh dengan ikut serta secara aktif dalam kegiatan-kegiatan yang
yang dicetak di tempat.
berkaitan dengan pengembangan/pelaksanaan teknologi beton pracetak.
Secara umum produk dari beton pracetak dapat dikategorikan menjadi Faktor pengalaman sangat menentukan pelaksanaan dan pengembangan
lima kelompok, yaitu: metode ini.
l. Komponen-komponen untuk kepentingan arsitektur yang bersifat
r
ornamen.
Perencanaan
Pada tahap perencanaan, hal yang harus diperhatikan adalah usaha untuk
2. Komponen beton untuk lalu-lintas, paving, kerbs.
mendapatkan berat komponen yang ringan tanpa mengurangi syarat-
3. Komponen-komponen struktur yang mendukung beban, seperti tiang, syarat teknis. Selain itu bentuk komponen dan khususnya bagian
balok. kolom, bantalan rel, pipa, plat lantai. sambungan menjadi sangat penting artinya. Hal ini dimaksudkan untuk
4. Komponen penutup atap yang harus kedap air dan tahan terhadap cuaca. mempermudah transportasi dan instalasi. Pelaksanaan pemasangan

5. Bata beton (batako).


Eksplorasi Teknologi dalan l'r<\:ck Konstmksi Pendalruluan

komponen-komponen di lapangan mampu mereduksi dan mempermudah r Instalasi dan Perbaikan


pengendalian biaya dan jadwal pekerjaan.
Kecepatan dan kemudahan instalasi komponen merupakan bukti bahwa
il sistem telah terencana dan bekerja seperti seharusnya. Kembali kepada
Logistik
tujuan penggunaan metode ini, yang berintikan efisiensi waktu, maka
Pada tahap pengadaan material dibutuhkan volume material yang besar pendataan mengenai kecepatan instalasi komponen harus dimonitor. Jika
sehingga biaya yang harus disediakan juga besar. masih terdapat kesulitan dalam pemasangan maka harus diteliti ulang
apakah hambatan diakibatkan oleh sistem atau oleh peralatan.
r Produksi
Yang tak kalah pentingnya adalah masalah perbaikan komponen yang
Produksi merupakan peran mutlak pabrikator. Sepanjang tidak ada telah terpasang. Apakah sistem telah n,enyiapkan cara perbaikan di
halangan yang berkaitan dengan logistik maka masalah yang muncul tempat (tanpa harus menurunkan unit komponen beton pracetak) atau
biasanya menyangkut hal-hal teknis, yang dengan menyerahkan setiap terjadi kerusakan maka satu unit komponen harus diturunkan dan
pekerjaan tersebut kepada pabrikator yang profesional maka hanrbatan diperbaiki, dikerek ke bawah dan dikerek lagi ke atas, dikembalikan pada
teknis tersebut akan dapat diredam. Hal penting dalam faktor produksi posisinya. Jika demikian maka akan terjadi kesulitan bilamana pekerjaan
adalah penentuan prioritas jenis komponen yang harus lebih dahulu telah diserahkan kepada pemtlik proyek (owner), karena pemilik proyek
dipabrikasi. Untuk itu dibutuhkan koordinasi yang baik antara pabrikator (owner) harus memiliki peralatan khusus serta tenaga kerja untuk
dan instalator. Di bagian lain, area produksi harus tertata dengan baik, melaksanakan perbaikan tersebut.
mulai dari tempat penumpukan material dasar hingga proses pengecoran
Peran dari produsen adalah memproduksi komponen beton pracetak dan
serta penyimpanan komponen beton pracetak. Konsekuensi dari hal
mengirimkannya ke lokasi proyek, sedangkan peran instalator adalah
tersebut adalah diperlukannya lahan kerja yang sangat luas sebagai
mengatur penyusunan komponen sesuai permintaan, termasuk penyiapan
tempat penumpukan bahan dan komponen beton pracetak yang
peralatan instalasi sampai dengan pemasangan komponen pada
diproduksi dalam ukuran dan kuantitas yang besar.
tempatnya. Koordinasi dari keempat pihak tersebut harus selalu terjadi
karena jika terjadi'keterlambatan dari salah satu pihak maka hal itu akan
r Pengangkutan dan Distribusi
mengakibatkan terjadinya keterlambatan dalam penyelesaian proyek.
Pengertian pengangkutan adalah memindahkan komponen beton pracetak
dan lokasi pabrikasi ke lokasi proyek. Sedangkan pengertian distribusi
Koordinasi dari berbagai pihak yang terlibat dalam perencanaan,
produksi, penyatuan dan pelaksanaan teknologi beton pracetak menjadi
adalah pemindahan komponen beton pracetak dari penyim-panan di
bagian terpenting untuk mendapatkan seluruh manfaat yang ada pada
lokasi proyek ke posisi di mana komponen tersebut akan ditempatkan
teknologi ini. Salah satu bentuk hubungan kerja organisasi pelaksanaan
sebagai bagian dari bangunan. Tanggung jawab pabrikator adalah pada
proses pengangkutan sedangkan proses distribusi merupakan tanggung teknologi beton pracetak diperlihatkan pada Gambar 1.2.
jawab instalator. Alat pendukung yang menjadi standar untuk
pelaksanaan pekerjaan ini mencakup portal crane, truk bak terbuka,
forklift, yang harus dimiliki untuk keperluan bongkar nruat dan
mobilisasi komponen dari area pabrikasi ke lokasi proyek.
6 Eksplorasi Teknologi dalam proyek Konstruksi

i
1
KoNSULTAN
PEREN.ANA BAB 2

BETON PRACETAK

/ PRODUSEN
i BEToN
nrecrrax
\ PENGERTIAN PRACETAK
Gambar 1.2 Hubungan kerja orgonisasi Sebenarnya beton pracetak tidak berbeda dengan beton biasa. Yang
pelaksonoan menggunakan teknologi beton menjadikannya berbeda adalah metode pabrikasinya. Pada umumnya
pracetak. penggunaan beton pracetak dianggap lebih ekonomis dibandingkan
dengan pengecoran di tempat dengan alasan mengurangi biaya pema-
kaian bekisting, mereduksi biaya upah pekerja karena jumlah pekerja
relatif lebih sedikit, mereduksi durasi pelaksanaan proyek sehingga
overhead yang dikeluarkan menjadi lebih kecil' Selain itu, bekerja di
permukaan tanah jauh lebih mudah dan lebih aman untuk dilakukan,
seperti persiapan cetakan, pengecoran, perapian permukaan, perawatan
dan penggunaan bekisting yang dapat berulang kali. Sampai saat rni pro
dan kontra penggunaan beton pracetak masih berlangsung. Masing-
masing pihak pendukung ataupun penentang metode ini mempunyai
argumen sendiri.
Pracetak dapat diartikan sebagai suatu proses produksi elemen
struktur/arsitektural bangunan pada suatu tempat/lokasi yang berbeda
dengan tempat/lokasi di mana elemen struktur/arsitektural tersebut akan
digunakan. Teknologi pracetak ini dapat diterapkan pada berbagai jenis
material, yang salah satunya adalah material beton. Beton pracetak
sebenarnya tidak berbeda dengan beton yang sering dijumpai dalam
bangunan pada umumnya. Yang membedakan hanyalah proses
produksinya. Beton pracetak dihasilkan dari proses produksi di mana
lokasi pembuatannya berbeda dengan lokasi di mana elemen akan
digunakan. Lawan dari pracetak adalah beton cor di tempat atau cast-in
place, di mana proses produksinya berlangsung di tempat elemen
tersebut akan ditempatkan.
8 Eksplorasi Teknologi dalanr proyek Konstruksi Beton Pracetak

Dibandingkan cast in place, teknologi beton pracetak mempunyai r Dibutuhkan peralatan lapangan dengan kapasitas angkat yang
beberapa keunggulan, yaitu sebagai berikut:
cukup untuk mengangkat komponen konstruksi dan
I Kecepatan dalam pelaksanaan pembangunannya. menempatkannya pada posisi tertentu.
r Dicapainya tingkat fleksibilitas dalam proses perancangannya r Biaya tambahan yang dibutuhkan untuk proses transportasi.
r Pekerjaan di lokasi proyek menjadi lebih sederhana. r Munculnya permasalahan teknis dan biaya yang dibutuhkan
r Pihak yang bertanggung jawab lebih sedikit. untuk menyatukan komponen-komponen beton pracetak.
r Mempunyai aspek positif terhadap skedul, terutama kemudahan r Diperlukan gudang yang luas dan fasilitas curing.
di dalam melakukan pengawasan dan pengendalian biaya serta
jadwal pekerjaan. r Diperlukan perencanaan yang detil pada bagian sambungan.

r Jumlah pekerja kantor proyek lebih sedikit. Demikian juga r Diperlukan lapangan yang luas untuk produksi dalam jumlah
tenaga lapangan yang dibutuhkan untuk setiap unit komponen yang besar.
yang lebih kecil karena pekerjaan dapat dilaksanakan secara seri. Dengan kondisi yang demikian maka tidak mudah untuk menentukan
r Menggunakan tenaga buruh kasar sehingga upah relatif lebih mana yang lebih ekonomis, menggunakan proses konstruksi tradisional
murah. atau menggunakan teknologi beton pracetak
r waktu konstruksi yang relatif lebih singkat karena pekerja Ditinjau dari pengalokasian dana dalam suatu proyek, distribusi biaya
lapangan (di lokasi proyek) hanya mengerjakan cast in-situ dan proyek sipil dan gedung dapat diperkirakan sebagai berikut: 6% - 8%
kemudian menggabungkan dengan komponen-komponen beton untuk biaya kantor pusat; 65%-70% biaya konstruksi; l0%-15o/, biaya
pracetak. mekanikal; l0%-15% biaya listrik; 10%-15% biaya kontingensi.
r Aspek kualitas, di mana beton dengan mutu prima dapat lebih Berdasarkan alokasi biaya dapat ditunjukkan bahwa distribusi pemakaian
mudah dihassilkan di lingkungan pabrik. biaya yang terbesar adalah anggaran untuk konstruksi bangunan. Oleh
r Produksinya hampir tidak terpengaruh oleh cuaca. sebab itu apabila ingin mereduksi biaya proyek maka harus dilakukan
I Biaya yang dialokasikan untuk supervisi relatif lebih kecil. Hal evaluasi pada bagian konstruksi. Salah satu metode yang mampu
ini disebabkan durasi proyek yang iebih singkat. mereduksi pemakaian biaya konstruksi adalah dengan mengaplikasikan
teknologi beton pracetak. Penghematan biaya dari penggunaan teknologi
r Kontinuitas proses konstruksi dapat terjaga sehingga beton pracetak diperoleh dari hal-hal sebagai berikut:
perencanaan kegiatan dapat lebih akurat.
Upah tenaga pabrik yang relatif lebih murah dibanding upah
r Mampu mereduksi biaya konstruksi.
tenaga lapangan (produktivitas di pabrik lebih konsisten).
r Dapat dihasilkan bangunan dengan akurasi dimensi dan mutu
I Pemakaian bekisting yang lebih hemat.
yang lebih baik.
I Pemakaian bekisting yang relatif lebih sedikit.
Dibandingkan cast in place, teknologi beton pracetak mempunyai
kelemahan-kelemahan sebagai berikut: ! Waktu penyelesaian proyek yang lebih cepat.
r Kerusakan yang mungkin timbul selama proses transportasi. I Produktivitas yang lebih besar dari pekerja karena sebagian besar
bekerja di permukaan tanah.
Tidak terpengaruh cuaca.
Beton Pracetak 11
t0 Eksplorasi Teknologi dalam Proyek Konstruksi

Berdasarkan hal tersebut di atas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa


pemakaian beton pracetak akan mengurangi biaya pada pos konstruksi.

Berdasarkan luasan dari produk yang dihasilkan dari suatu proses


produksi, elemen beton pracetak dapat dikelompokkan menjadi:
r Produk kecil. Kelompok ini dibedakan berdasarkan luasan
elemen beton pracetak yang tidak lebih besar dari 2 m2, seperti
kanstin, paving, bantalan rel, dan lain sebagainya. Ganrbar 2.2 Komponen panel

I Produk besar. Kelompok ini dibedakan berdasarkan luasan


elemen beton pracetak yang lebih besar atau sama dengan 2 m2,
misalnya panel penutup dinding (cladding), plat lantai, plat atap,
dan lain sebagainya.
Selain pengelompokan tersebut di atas, pengelompokan dapat pula
didasarkan pada berat dari elemen beton pracetak, yaitu:

Ringan. Yang termasuk dalam kelompok ini adalah elemen


beton pracetak yang beratnya tidak lebih dari 30 kg atau elemen
Gambar 2.3 Komponen kolom dan balok
yang dapat diinstalasi oleh satu orang, misalnya paving.

Medium. Yang termasuk dalam kelompok ini adalah elemen


beton pracetak yang mempunyai berat sampai dengan 500 kg Berdasarkan bentuk elemen, struktur dapat dikelompokkan menjadi blok,
atau elemen yang dapat ditransportasikan dengan menggunakan panel, balok, dan kolom. Blok adalah unit plat dengan proporsi b > 3h
peralatan mekanis sederhana. dan I < 6h (Gambar 2.1). Panel adalah unit plat dengan proporsi b > 3h
dan I ) 6h (Gambar 2.2). Sedangkan balok dan kolom memiliki proporsi
Berat. Yang termasuk dalam kelompok ini adalah produk yang
mempunyai berat lebih besar dari 500 kg dan diperlukan alat b < 3h dan I > 6h (Gambar 2.3).
berat untuk memindahkannya. Blok, panel, kolom, dan balok digolongkan dalam elemen struktur
monoplanar. Beton pracetak juga dapat diproduksi dalam dua dimensi
atau tiga dimensi. Contoh elemen ditunjukkan pada Gambar 2.4.

Gambar 2.1 Komponen blok


da Ia n Proyek Konst ru ks i
lleton Pracetak

KEUNGGUI-,AN DAN KELEMAHAN BETON


PRACETAK
f)a1am mengaplikasikan beton pracetak sebagai elemen bangunan gedung
tentu perlu mempertimbangkan untung/rugi dan keunggulan/kelemahan-

ffi nya. Salah satu hal yang patut diperhatikan adalah pemilihan material
konstruksi yang akan digunakan dalam pengaplikasian teknologi beton
pracetak itu. Beberapa persyaratan yang harus dipenuhi sebagai material
konstruksi adalah:
(a) Dua blok pracetak monolit
! mampu n-renghasilkan kekuatan yang tinggi.
r tidak memerlukan perawatan yang berlebih.

Z r
r
r
tahan api.

tidak mudah mengalami perubahan volume (stabil).


tahan terhadap panas.
,/
r dapat diproduksi secara mekanis.

Material yang tepat dan dapat memenuhi kriteria di atas adalah beton
(b) Box pracetak bertulang yang telah dikenal ratusan tahun yang lalu. Material ini mampu
menyalurkan dengan baik gaya-gaya dalam yang diakibatkan oleh beban
Gambar 2.4 Beton procetak bcrdimensi ruang
luar yang bekerja pada struktur tersebut, tidak diperlukan perawatan
yang berarti, serta tahan terhadap api serta panas. Namun demikian
Elemen seperti yang tampak pada Gambar 2.4 (b) disebut box units,yang
beberapa hal yang kurang menguntungkan dari material ini adalah "berat
mempunyai dimensi sebesar ukuran sebuah ruang pada umumnya (ruang
sendiri" serta struktur sambungan yang tidak mudah untuk dikerjakan.
tidur, ruang makan, ruang tamu). Proyek yang menggunakan box units
sebagai elemen struktur dituntut untuk menyediakan peralatan berat
(kapasitas angkat besar) untuk keperTuan erectiorr, namun penggunaan KEUNGGULAI{ BETON PRACBTAK
elemen ini dapat mereduksi durasi kegiatan proyek secara mengejutkan.
Dengan penggunaan box u,its dimungkinkan penggunaan material r Durasi proyek rnenjadi lebih singkat
komposit, misalnya penggunaan aluminium sebagai rangka jendela, Dengan menerapkan teknologi beton pracetak, pekerjaan struktur yang
sehingga pihak pelaksana tinggal memasang ornamen sebagai bahan masih harus dilaksanakan di lapangan adalah pekerjaan struktur bawah
;finishing. (fondasi), di mana proses pelaksanaannya dapat bersamaan dengan
kegiatan produksi beton pracetak. Pengaturan jadwal produksi elemen
beton pracetak dapat diatur sedemikian rupa sehingga elemen-elemen
yang akan dipasang lebih awal dapat diproduksi lebih dahulu dan pada
saatnya nanti elemen tersebut telah cukup umur. pada saat pekerjaan
lJeton Pracetak t5
t4 Eksplorasi Teknologi dalant Proyek Konstruksi

r Mengurangi biaya pengawasan


sfuktur bawah selesai maka elemen-elemen beton pracetak yang telah
cukup umur tersebut dapat di-erection dalam waktu yang relatif lebih Biaya yang harus dikeluarkan dalam sebuah proyek konstruksi terdiri
singkat dibanding dengan proses konstruksi tradisional. Dengan kegiatan dari biaya langsung dan biaya tak langsung. Biaya langsung tidak
pekerjaan yang overlapping serta cycle time erection yang relatif singkat dipengaruhi oleh durasi proyek, sedangkan biaya tak langsung yang
maka proyek akan selesai dalam waktu yang lebih singkat. terdiri dari biaya overhead sangat tergantung pada durasi proyek. Proses
konstruksi yang lebih singkat akan banyak mereduksi biaya yang harus
r Mereduksi biaya konstruksi dikeluarkan. Salah satu biaya yang harus dikeluarkan adalah fee untuk
konsultan supervisi.
Dengan durasi yang relatif lebih singkat maka dengan sendirinya biaya
yang dikeluarkan untuk kegiatan proyek akan menjadi lebih kecil. Satu r Mengurangikebisingan
hal yang jelas terlihat pengurangannya adalah biaya overhead proyek.
Hal lain yang dapat mereduksi biaya adalah penggunaan tenaga kerja Pada pelaksanaan cast-in place, semua kegiatan dilakukan di lokasi
yang lebih sedikit yang akan menurunkan biaya upah; berkurangnya proyek sehingga peralatan yang dibutuhkan harus didatangkan ke lokasi
kebutuhan material pendukung seperti s caffol ding, penghematan material pekerjaan. Hal itu tentu akan menimbulkan aneka suara yang berasal dari
bekisting, serta penghematan material pembentuk beton bertulang. alat tersebut. Jumlah alat yang digunakan akan mempengaruhi tingkat
kebisingan di lokasi proyek. Dengan menggunakan beton pracetak,
t Kontinuitas proses konstruksi dapat terjaga proses produksi dilaksanakan di luar lokasi proyek (misal di pabrik),
yang apabila telah selesai diproduksi maka akan dipindahkan ke lokasi
Maksud dari kontinuitas adalah kegiatan pelaksanaan pekerjaan tidak proyek dan diinstalasi pada tempat yang seharusnya. Proses semacam ini
terhenti oleh karena pengaruh alam (cuaca). Gambaran keadaan ini, secara langsung dapat mengurangi tingkat kebisingan yang ditimbulkan
misalnya untuk melaksanakan pekerjaan kolom secara tradisional tentu oleh peralatan konstruksi karena jumlah alat yang harus didatangkan ke
akan lebih banyak dilakukan luar ruangan. Mulai pemasangan tulangan, lokasi proyek relatif lebih sedikit jumlahnya.
pemasangan bekisting, pengecoran, semua harus dilakukan di luar
ruangan. Berbeda dengan penggunaan beton pracetak. Waktu yang r Dihasilkan kualitas beton yang lebih baik
dibutuhkan untuk melaksanakan pekerjaan di luar ruangan relatif lebih
singkat sehingga kontinuitas pekerjaan dapat lebih terjaga. Bila dibandingkan dengan beton cast-in place, beton pracetak
mempunyai kualitas yang lebih baik. Hal ini karena hal-hal sebagai
r Produksi massal berikut: (a) proses produksi dilaksanakan dengan menggunakan mesin,
(b) kondisi di pabrik yang relatif konstan, (c) pengawasan yang lebih
Salah satu pertimbangan jika hendak menggunakan teknologi pracetak cermat, (d) kondisi dari lingkungan kerja yang lebih baik (mis. kerja
adalah bahwa jenis elemen struktur hendaknya tidak terlalu bervariasi tidak di bawah panas matahari). Secara psikologis seorang pekerja yang
sehingga setiap jenis elemen yang dibutuhkan dalam jumlah yang relatif bekerja di ketinggian tertentu dalam usaha membangun sebuah gedung
besar. Hal ini dilakukan agar tingkat efisiensi dari pembuatan secara bertingkat akan terganggu tingkat produktivitasnya. Hal ini disebabkan
massal dan pabrikasi dapat dicapai. Efek lain dari proses pabrikasi karena ada kekhawatiran akan kemungkinan terjatuh. Dengan demikian
adalah kebutuhan tenaga kerja yang relatiflebih sedikit karena sebagian secara otomatis para pekerja akan berusaha untuk melaksanakan
besar proses produksinya didukung oleh mesin. Di samping itu produk kegiatannya dan menjaga keseimbangannya supaya tidak terjatuh. Hal itu
yang dihasilkan mempunyai ketepatan dimensi yang lebih akurat apabila tentu akan mempengaruhi tingkat kecermatan dan ketelitian dalam
dibandingkan dengan penggunaan proses konvensional. pelaksanaan kegiatan.
16 Eksplorasi Teknologi dalam Proyek Konstruksi Beton Pracetak t7

r Pelaksanaan konstruksi hampir tidak terpengaruh oleh cuaca r Erection


Elemen beton pracetak diproduksi dalam lingkungan pabrik yang Penggunaan teknologi beton pracetak selalu melewati proses yang
terlindung dari pengaruh panas matahari ataupun hujan sehingga dalam disebut erection, yaitu tahap penyatuan elemen beton pracetak menjadi
cuaca yang bagaimanapun juga proses produksi tetap berlangsung. Pada satu-kesatuan yang utuh sehingga membentuk suatu bangunan. Pada
umumnya proses produksi elemen pracetak dilaksanakan dengan proses ini pihak pelaksana proyek dituntut untuk menyediakan alat bantu
menggunakan cetakan besi yang menurut sifatnya paling memenuhi instalasi, misalnya sebuah crane yang mampu mengangkat dan
kriteria sebagai cetakan bila dibanding dengan material lain. Cuaca akan memindahkan elemen beton pracetak sehingga terpasang pada posisi
berpengaruh pada saat erection mulai dilaksanakan di lokasi pekerjaan. yang seharusnya. Penyediaan alat bantu ini membutuhkan biaya yang
Saat proses produksi elemen pracetak, cuaca kurang berpengaruh. Yang relatif besar sehingga jika teknologi ini akan diterapkan pada sebuah
terpengaruh oleh cuaca adalah saat erectio,r di lapangan. Waktu yang bangunan maka harus dikaji efisiensi biayanya, antara penyediaan alat
dibutuhkan untuk proses erection di lapangan relatif lebih singkat bila bantu dengan nilai proyek itu sendiri. Kajian yang detil tentang volume
dibandingkan dengan proses produksi beton pracetak. Dengan demikian pekerjaan beton pracetak dengan biaya pengadaan alat bantu instalasi
penggunaan elemen pracetak akan dapat mereduksi durasi proyek secara
dapat digunakan sebagai bahan untuk memutuskan metode yang akan
keseluruhan dan memperkecil kemungkinan terjadinya keterlambatan digunakan. Apabila volume pekerjaan kurang memadai maka akan
yang diakibatkan oleh cuaca.
mengakibatkan biaya konstruksi menjadi mahal.

KELEMAHAN BBTON PRACETAK I Connection

r Transportasi Dalam usaha menyatukan elemen-elemen beton pracetak dibutuhkan


suatu konstruksi tambahan yang mampu meneruskan semua gaya-gaya
Setelah proses produksi beton pracetak yang dilaksanakan di pabrik yang bekerja dalam setiap elemen. Yang dimaksudkan penyatuan di sini
selesai maka akan dilanjutkan dengan proses pemindahan hasil produksi adalah penyatuan material beton dan material baja yang menjadi bagian
ke lokasi pekerjaan. Proses pemindahan elemen beton pracetak dari utama dari struktur beton bertulang. Kendala yang timbul adalah
lokasi pabrik menuju lokasi proyek membutuhkan biaya tambahan untuk bagaimana menentukan jenis sambungan yang mampu mengantisipasi
pengadaan alat bantu yang digunakan untuk mengangkat elemen tersebut semua gaya yang terjadi sehingga perilaku struktur dapat menyerupai
ke dan dari mode transportasi yang dipakai sebagai alat angkut. Proses struktur beton bertulang dengan proses konstruksi tradisional. Untuk
ini harus direncanakan di awal proses perencanaan bentuk dan disain mengaplikasikan alat sambung yang betul-betul sempurna dibutuhkan
beton pracetak agar komponen tersebut dapat dipindahkan ke lokasi biaya yang relatif mahal.
pekerjaan. Faktor penting yang dipertimbangkan adalah dimensi dan
berat setiap komponen yang harus sesuai dengan ketersediaan alat angkat
dan alat angkut. Data mengenai ketersediaan alat angkat dan angkut ini JENIS.JENIS ELEMEN BETON PRACETAK
akan sangat membantu perencana komponen untuk menghasilkan disain
yang layak angkat dan angkut. Mode transportasi yang digunakan pada
Jenis elemen beton pracetak yang dapat diproduksi di pabrik ada
bermacam-macam, mulai dari balok, kolom, plat atap, plat lantai, konsol,
umurnnya adalah truk bak terbuka. Dimensi dan berat dari elemen beton
clatlding (penutup dinding), tiang pancang, dan lain sebagainya. Masing-
pracetak sangat dipengaruhi oleh kemampuan alat angkut serta
masing jenis elemen diproduksi dengan berbagai bentuk dan ukuran yang
kemudahan transportasinya.
disesuaikan dengan disain yang telah direncanakan. Dalam memproduksi
tiap jenis elemen, produsen menggunakan metode/teknik produksi yang
Eksplorasi Teknologi dalam Proyek Konstruksi Beton Pracetak t9

berbeda-beda yang disesuaikan dengan keuntungan dan kerugian dari I TIANG PANCANG
tiap metode. Faktor-faktor yang menjadi pertimbangan adalah: (a) jumlah
elemen yang akan diproduksi, (b) jenis atau variasi elemen, (c) berat Tiang pancang pracetak dimanfaatkan dalam bangunan gedung sebagai
setiap elemen, dan (d) dimensi setiap elemen. Untuk memberikan komponen substnrktur. Bentuk dan dimensinya bervariasi tergantung dari
gambaran tentang jenis-jenis elemen tersebut, dijelaskan sebagai berikut:
jenis tanah dan kedalaman lokasi proyek. Tiang pancang ini antara lain
berbentuk segitiga dan bulat. Banyak produsen yang memproduksi
I KANSTEEN komponen ini mengingat kepraktisan dalam pengaplikasiannya.

Kansteen adalah komponen sistem modular yang digunakan untuk Keunggulan tiang pancang pracetak adalah:
pembatas pada pekerjaan landscape atau sebagai divider padajalan raya. I Konsistensi mutu terjamin karena dibuat di pabrik dengan
Berat dari komponen ini dirancan g agar mampu diangkat oleh satu orang kontrol kualitas prima.
dalam proses handlingnya. Bentuk dan dimensinya dapat disesuaikan
dengan permintaan pengguna. Komponen ini digolongkan dalam
r Waktu pemancangan lebih cepat, mudah, dan praktis.
kelompok sistem modular ringan.

Gambar 2.6 Kornponen tiang pancang


(Surnber: Beton Elemenindo Perkasa)

I PAGAR PRACETAK
Gambar 2.5 Komponen kansteen
(Sumber: Retott Elemenindo Perkasa) Pagar pracetak mulai diproduksi oleh salah satu produsen. Hal ini dipicu
oleh tingkat kecepatan dan kepraktisan dalam pemasangannya. Pagar ini
Keunggulan kansteen pracetak adalah: terdiri dari dua komponen, yaitu kornponen kolom dan panel. Dimensi
dari panel dengan lebar 400 mm, tebal panel 50 mm panjang panel 2100
r Mutu bahan terjamin karena dibuat di pabrik dengan kontrol
mm dan 2400 mm.
kualitas prima.
Keunggulan pagar pracetak adalah:
r Permukaan kansteen yang halus/kualitas ekspose, tidak
memerlukan biaya "finishing". r Konsistensi mutu terjamin karena dibuat di pabrik dengan
kontrol kualitas prima.
I Fleksibilitas dalam bentuk dan dimensi.
20 Eksplorasi Telinologi dalant Prol,sli Konstruksi Beton Pracetak 2t

Sangat ideal untuk proyek-proyek dengan sistem knock down Keunggulan Ll Dff'CH adalah:
karena mudah dibongkar pasang. r Konsistensi mutu terjamin karena dibuat di pabrik dengan
Pennukaan yang halus/kualitas beton e"rpose, tidak memerlukan kontrol kualitas prima.
biaya finishing. r Permukaan yang halus/kualitas beton expose, tidak memerlukan
! Bisa digunakan di berbagai jenis lokasi dan berbagai jenis biaya finishing.
fondasi.
r Waktu pemasangan lebih cepat, mudah, dan praktis.
r Harga bersaing dengan sistem pagar konvensional yang saat ini
beredar di pasaran.

Gambar 2.8 Komponen U DITCH


(Sumber: Ileton Elemenindo Perkasa)

I GRC
Komponen ini termasuk dalam kelompok arsitektural, sering diperlukan
Gambar 2.7 Komponen pagar
(Sumber: Beton Elemeninclo Perkasa)
karena tuntutan perancang untuk memenuhi estetika bangunan.
Spesifikasi komponen ini adalah sebagai berikut: Bahan terdiri dari
campuran semen, pasir, dan fibreglass alkali resistant. Teknik produksi
sistem spray. Ukuran dan bentuk sesuai pesanan. Ketebalan 8mm-1Omm.
I U DITCI{ Keunggulan kulponen ini adalah:
Komponen ini digunakan untuk saluran air yang dapat ditempatkan di r Mutu bahan terjamin karena dibuat di pabrik dengan kontrol
sekeliling bangunan gedung, sebagai saluran drainase. Tingkat kesulitan
kualitas prima.
pemasangan U DITCH ini rendah atau tidak diperlukan usaha keras
untuk memasang. Waktu yang dibutuhkan untuk memasang cukup r Mudah dibentuk menjadi berbagai disain yang sesuai dengan
singkat sehingga dapat mereduksi durasi konstruksi secara keseluruhan. kondisi lapangan sehingga mampu memberikan solusi untuk
Dengan daya lateral yang tinggi, mampu menahan beban dari tanah dan mewujudkan berbagai disain secara mudah dan efisien baik,
dari alilan air. untuk eksterior sebagai selimut bangunan maupun interior seperti
ukiran, kaligrafi maupun elemen estetika lainnya. Selain itu juga
dapat digunakan pada bangunan infrastruktur seperti monumen,
saluran drainase, dan lainnya.
Beton Pracetak 23

Dengan ketebalan yang minim (maksimal 10mm) GRC memilikt


bobot yang ringan. Hal ini mampu mengurangi biaya transportasi
maupun pemasangan. Dalam aplikasi gedung-gedung tinggi juga
mengurangi beban konstruksi yang menjurus pada penghematan
biaya struktur dan fondasi.
Karena tidak mengandung asbes, GRC memiliki daya tahan atas
bahan kimia maupun korosi, tahan terhadap cuaca, tahan
terhadap api, kedap suara, tahan lembab, dan tahan air'
Teknik produksi sistem semprot tangan dengan cetakan, yakni Gambar 2.10 Komponen tangga
suatu teknik produksi serbaguna untuk membuat komponen, (Sunrber: Beton Elenrenindo Pelkasa)
mulai dari bentuk yang sederhana sampai dengan yang rumit
sesuai permintaan dan dilakukan pengawasan yang ketat, mulai I BALOK
dari kondisi cetakan, metode yang dipakai hingga proses
Elemen balok dapat diproduksi dengan berbagai bentang dan macam
pengeringan hingga diperoleh produk GRC yang sempurna.
bentuk penampangnya. Penentuan bentuk penampang dari sebuah balok
Sistem pemasangan yang mudah dan cepat meningkatkan dipengaruhi oleh sistem yang akan digunakan, misalnya sistem
efisiensi pembangunan. sambungan antara balok dan plat lantai, sistem sambungan antara balok
dengan kolom. Macam penampang balok:
a. Rectangular Beant
b. L-Shaped Beant
c. Inverted Tee Beam

Fr
__lr tL
Gambar 2.9 Komponen GRC
(Sumber: Ileton Elerlenindo Perkasa)
Itr-ill
(c)

Garnbar 2.ll Penampang balok

r TANGGA PRACETAK
Skuktur tangga pracetak mulai diproduksi untuk bangunan gedung guna
mempercepat waktu konstruksi bangunan. Apabila struktur tangga
dikerjakan secara konvensional maka akan membutuhkan waktu yang
cukup lama, mengingat kerumitan dari struktur ini. Dengan adanya
struktur tangga pracetak maka akan lebih mempersingkat waktu karena
hanya perlu waktu untuk pemasangannya saja.
24 Eksplorasi Teknologi dalam Prq'ek Konstuksi Beton Pracetak 25

Sel qtd pl.te


arn Dlo dufrd
.-.,e1engtc

:tel.n k Gld
.;.iale ctsl ralo
*.tu
'=.
G=---++-s--!fi
A

rSKl angle
a I i*annE suilae
^
s"I ata ntoct prl
.ffi. trh !1cl ot brh
...tt
k nog pad--/l i jj.l
Slel qat?fi.ngp r-i Ii ne d.p ls dtf
haum,l di ,a@
s+{+ i.cld nth
;:od when he
a:.rrdr@ ,us
Ganrbar 2.12 Penampang balok girder L++l afo @aplae4

Gambar 2.14 Perletakan bolok ltada kolom dengan


nrcilggunqkat penahon boja
(Sunrber: Edward Allen, 1985)

I KOLOM
Sebagai elemen struktur bangunan yang mempunyai fungsi meneruskan
beban dari lantai-lantai di atasnya, di mana dominasi gaya norrnal yang
bekerja maka secara teknis kolom dapat diproduksi secara pracetak.
Gambar 2.13 Perletakan balok pado kolont
(Sunrber: Edrvarcl Allen, 1985)
Elemen kolom pracetak ini sering dijumpai di toko-toko material
bangunan, termasuk ornamen arsitekturalnya. Dengan membeli elemen
kolom pracetak maka pelaksana proyek tinggal memasang dan
menyatukan dengan elemen lain di lokasi proyek. Biasanya elemen ini
digunakan untuk bangunan rumah tinggal satu lantai.

Jenis kolom beton yang dapat diproduksi secara pracetak tergantung dari
(a) ketinggian bangunan/jumlah tingkat; (b) metode erection yang akan
digunakan; (c) kemampuan angkat alat bantu/crane. Kolom pracetak
dapat diproduksi tanpa menyambung (kolom setinggi bangunan yang
direncanakan) atau dengan sambungan (dilakukan penyambungan di
antara tinggi bangunan). Untuk bangunan dengan ketinggian di bawah 30
meter, penggunaan kolom menerus (tanpa sambungan) masih dimung- l

l
Eksplorasi Teknologi dalan Proyek Konstruksi Belon Pracetak 27

kinkan sedangkan untuk yang di atas 30 meter sebaiknya digunakan


kolom dengan sambungan. Keputusan untuk memproduksi kolom dengan
sambungan atau tanpa sambungan dipengaruhi oleh beberapa hal, antara
lain (a) kemampuan pabrik untuk memproduksi; (b) kemampuan alat Balok Balok
Kolom
K dengan

angkut untuk memindahkan elemen pracetak dari pabrik ke lokasi tampang


konstan

proyek; (c) kemampuan alat angkat untuk meletakkan elemen pracetak


pada tempatnya; (d) kemampuan alat sambung kolom. Balok Balok

Apabila ingin menggunakan elemen kolom pracetak dengan sambungan


maka pihak perencana harus mendisain kolom menjadi dua bagian atau
lebih. Sambungan kolom dapat ditempatkan di setiap panjang tertentu, 1ri/4 aaiia 1tii1
misalnya saja setiap 1 tingkat, atau 2 tingkat. Sambungan kolom dapat
ditempatkan pada beberapa keadaan:
Gambar 2.16 Struktur rangka kolom menerus
r sambungan ditempatkan tepat di pertemuan antara balok-kolom. dengan tlmpang kolom konstan

r sambungan ditempatkan sedikit di atas pertemuan antara balok-


kolom.

E [l H E

Itl E]lil m
Gambar 2.L7 Stt"uktur rangka kolotn menerus
dengan tampang kolom tidak konstan

Gambar 2.15 Bentuk dan penampung kolom


28 Eksplorasi Teknologi dalam Proyek Konstruksi Beton Pracetak 29

Kolom dengan letak sambungan tepat pada pertemuan I PLAT ATAP


balok-kolom. Sebagai elemen struktur yang berfungsi sebagai penutup bangunan, plat
atap dapat diproduksi secara pracetak. Plat atap dengan bentangan lebar
lebih menguntungkan bila dibandingkan dengan plat atap dalam bentuk
komponen yang dimensinya relatif lebih kecil karena pertimbangan-
pertimbangan sebagai berikut:
r Jumlah elemen yang diproduksi lebih sedikit sehingga memper-
pendek waktu yang digunakan untuk proses produksi serta
erection..

I Plat atap yang diproduksi merupakan satu kesatuan yang utuh


(monolit).

Gambar 2.18 Sambungan kolom dengan balok menggunakan I Hasil yang didapatkan lebih indah (estetis).
metode cor di tempat dalam dua tahap. Tahap pertama
Batasan seberapa lebar/bentang plat atap tersebut layak untuk
penyatuan balok serta rnenyiapkan soket untuk kolom di
otasnya. Tahap kedua menyatukan antarkolom dengan metode
diproduksi? Ukuran elemen plat ini sangat bergantung pada hal-hal
cor di tempat.
berikut: (a) kemampuan produksi pabrik; (b) kemampuan crane yang
(Sumber: Tihamer Koncz, 797 9) tersedia untuk handling serta erection; (c) kemampuan alat angkut ke
lokasi proyek; (d) peraturan tentang angkutan jalan raya yang berlaku
Kolom dengan letak sambungan di atas pertemuan kolom- dalam suatu daerah tertentu; (e) ketersediaan alat sambung untuk
menyatukan elemen sehingga menjadi satu kesatuan secara monolit. Pada
balok.
umunmya dimensi yang diproduksi berukuran lebar 2,5 meter hingga 3
meter, panjang 15 meter hingga 25 meter dan beratnya berkisar antara
120 kglm2. Plat atap dapat dibedakan menjadi dua: (a) waffte slabs; (b)
ribbed slabs.

1. Waffle slabs
Wo|fl" slabs adalah plat atap dengan rusuk (ribs) pada arah transversal
sebagai rangkanya, atau pada arah horisontal, atau kedua-duanya. plat
jenis ini dapat diproduksi dengan ukuran yang cukup pipih sehingga
didapatkan berat sendiri yang relatif lebih ringan. Dimensi dari plat ini
berkisar antara, lebar I m hingga 3 m sedangkan panjangnya 5 m hingga
12 m, dimensi rusuk arah transversal + 15 cm hingga 20 cm dan arah
Gambar 2.19 Sambungan antarkolom terpisah antara longitudinal + 20 cm hingga 65 cm.
sambungan balok-kolom, keduanya disatukan dengan metode
cor di tempat
(Sumber: Tihamer Koncz, 1979)
30 Eksplorasi Teknologi dalam Prq,ek Konstruksi Beton Pracetak 3t

I PLAT LANTAI
TrmPang
Sebagai elemen struktur yang langsung mendukung beban penghuni

rEl t[rl
sebuah bangunan gedung, plat lantai harus sesuai dengan ketentuan dan
peraturan yang berlaku. Eksistensi plat lantai dalam bangunan tinggi
membutuhkan material hingga 50o/o dari kebutuhan total material elemen

EI E] struktur. Oleh karena itu plat lantai merupakan elemen yang penting
untuk dikaji guna mendapatkan metode pengadaan yang efisien.
Berbagai cara digunakan untuk mengadakan plat lantai, dari yang
konvensional dengan melaksanakan cor di tempat di mana posisi elemen
tersebut berada hingga cara pabrikasi. Berbagai untung/rugi, keung-
gulan/kelemahan perlu dikaji secara seksama guna mencapai tujuan
efisiensi.
Gambar 2.20 Tampong, denah, v,afrle slab Para perencana bangunan akan melakukan perhitungan struktur,
khususnya untuk plat lantai, dengan memperhatikan gambar hasil disain
dari arsitek. Hal-hal yang menjadi bahan pemikiran dalam menetapkan
2. Ribbed slabs
asumsi antara lain adalah:
Ribbed slabs adalah plat yang dibentuk dengan rusuk sebagai perkuatan
(ribs) pada arah longitudinal. Ada dua jenis rusuk yang digunakan, yaitu:
r jarak antarbalok yang akan mendukung plat lantai.
r beban yang akan bekerja.

a) Cltannel unit r kemudahan produksi serta kemungkinan untuk ditransportasikan.


Jenis elemen plat lantai yang akan digunakan dapat dipilih di antara jenis
yang ada:
r wffie slabs
I ribbed slabs
Gambar 2.21 Channel unit
I hollow beamfloor unit dengan bentuk lingkaran, oval.
b) T unit

Gambar 2.22 T trnit


32 Eksplorasi Teknologi dalant Proyek Konstntksi Beton Pracetak 33

Bentuk dari beberapajenis plat adalah sebagai berikut:

ru lr{tl( l.( d.t

ambar 2.23 Macam-tnacum jenis plat lantai Gambar 2.25 Komponen pelot
(Sunrber: Beton Elemenir:do Perkasa)
Bentuk plat lantai wffie slabs dan ribbed s/aDs seperti pada plat atap di
atas, sedangkan gambar berikut adalah hollow beam Jloor unil
(lingkaran) pada saat proses produksi:

Ganrbar 2.26 Komponen pelat


(Strmber: Reton Elemenindo Perkasa)

Gambar 2.24 Proses produhsi HCS.

Keunggulan pracetak adalah :

Komponen pelat pracetak mampu mereduksi waktu pemasangan dan


mengurangi biaya konstruksi yang disebabkan oleh pengurangan berat
t Proses produksi dilaksanakan dengan sistem yang sudah
bangunan keseluruhan. Pengurangan berat ini terjadi karena pelat terkomputerisasi untuk menjamin mutu beton.
pracetak yang diproduksi bersifat hollow core slab. Dengan adanya r Proses penegangan dilakukan secara akurat sehingga menjamin
rongga pada pelat pracetak tersebut maka pelat pracetak menjadi lebih gaya prategang yang disyaratkan.
ringan. Rongga berfungsi sebagai isolasi suara dan meringankan beban
struktur. Keuntungan lainnya adalah waktu yang dibutuhkan untuk
r Pelat lantai berongga lebih ringan 29 - 42 % daripada pelat
lantai beton konvensional sehingga beban rencana yang dapat
pemasangannya menjadi lebih singkat dan tidak membutuhkan perancah.
dipikul j adi meningkat.
r' Lendutan pelat akibat pembebanan penuh sangat kecil karena
adanya lawan lendut dari gaya prategang.
34 Eksplorasi Tekttologi dalam Prol,sl< Konstruksi Beton Procetak 35

Waktu pemasangan singkat, mudah, dan bebas dari struktur


penyangga.

Permukaan pelat bagian bawah tidak memerlukan finishing dan


dapat berfungsi sebagai beton ekspose.

Precompression Effect beton prategang memiliki ketahanan yang


lebih tinggi terhadap suhu tinggi daripada beton konvensional.

I CLADDING
Clodding adalah penutup dinding luar pada bangunan gedung yang
berfungsi untuk memisahkan dan rnelindungi dari pengaruh luar. Garnbar 2.29 Unit ond ntullion svstem Gambar 2,30 Panel svstem
Beberapa kriteria pemilihan material dari cladding adalah harus tahan
terhadap air, tahan terhadap pengaruh lingkungan di sekitarnya, serta (Surnber: Edrvard Allen, 1985)
memenuhi syarat estetika bangunan. Dalam menganalisis dan memilih
material yang akan digunakan harus dilakukan dengan cermat dengan
mempertimbangkan ketahanannya terhadap perubahan iklim, temperatur
yang tinggi, kelembaban, serta polusi yang ditimbulkan olel, kota besar
atau lingkungan industri. Sistem instalasi cladding yang dapat
diaplikasikan adalah stick $tstent, utit system, unit and mullion system,
panel slst€m, column cover snd spandrel system.

t.. -l

l-! \ '11

llr
=L\
i

\a
i\
t,\- i

I {\ I
I

-_xl
a i'i \
N
I
I

t--l! S, F.-
t-. '
rl
lxi; s- I \\
I6 tt\
ttil
Gambar 2.31 Colwrut cover and spandrel systetn
\ It: lil
\L
(Sumber: Edward Alterl 1985)

Gambar 2.27 Stick systenl Gambar 2.28 Unit systent


36 Eksplorasi Tebrclogi dalam Proyek Konstruksi Beton Pracetak J/

r Komponen-komponen Cladding panas dari luar yang masuk ke dalam gedung. Untuk keperluan
tersebut dapat digunakan material yang berfungsi sebagai peredam
Struktur cladding pada umumnya mempunyai enam komponen utama, panas, seperti plester sintetis atau beton pracetak yang dapat
yaitu:
diproduksi dengan sistem komposit (memasang material peredam
1. Material Eksternal dalam panel beton pracetak pada saat proses produksi).
Material yang dapat digunakan adalah semen, pasangan bata, 5. Material pada Joint
pasangan batu, metal, kaca, plastik. Pemilihan jenis material
Penggunaan joint pada cladding bertujuan: Pertama, untuk
disesuaikan dengan berbagai pertimbangan teknis dan estetis memudahkan pemasangan panel-panel (karena ukuran panel dapat
sehingga dihasilkan bangunan gedung yang memenuhi keinginan lebih kecil); Kedua, untuk mengantisipasi kemungkinan terjadinya
perencana, pemilik, dan pengguna.
kontraksi (memuai, memendek) dari panel.
2. Rangka Pendukung 6. Drainase Internal
Berkaitan dengan pemakaian exterior material cladding tentu Pemilik bangunan tentu tidak mengharapkan interior ruangannya
dibutuhkan suatu rangka. Rangka ini berfungsi sebagai penopang rusak oleh karena masuknya air dari luar ke dalam ruangan. Hujan
exterior material, beban yang diakibatkan oleh angin, beban mati, yang disertai angin sangat memungkinkan untuk menjadi penyebab
dan beban gempa. Beban-beban tersebut akan diteruskan ke struktur
masuknya air ke dalam ruangan. Gerakan air permukaan ini biasanya
rangka dari bangunan gedung tersebut. Support framing juga harus
berkumpul pada .joint. Berdasarkan pengalaman, penggunaan
dapat mengantisipasi perubahan-perubahan yang diakibatkan oleh
sealents tahan air temyata tidak cukup mampu untuk menahan
gerakan exterior material, support frarning itu sendiri, bertambah
gerakan air tersebut. Hal ini karena kurang sempurna pengerjaannya.
pendek/panjang struktur rangka yang disebabkan oleh perubahan
Untuk mengantisipasi hal tersebut maka dapat digunakan internal
temperatur serta perubahan rangka yang diakibatkan oleh beban
drainage. Sistem internal drainage direncanakan dengan asumsi
angin dan gempa. Salah satu jenis dari support frarning adalah grid-
bahwa dinding akan mengalami kebocoran, tetapi begitu hal itu
type frame.
terjadi maka air yang masuk dapat dikumpulkan sehingga tidak
Grid-type frame lebih umum digunakan untuk cladding dengan merusak interior dalam ruangan.
material yang terbuat dari kaca atau metal. Namun demikian dapat
juga digunakan untuk mengaitkan/meletakkan material yang lain,
misalnya pasangan batu, panel (pracetak) dari pasangan bata, plester
sintetis. Material yang digunakan dapat terbuat dari aluminium
ataupun besi dan kemudian dihubungkan dengan struktur rangka
bangunan gedung.
3. Material Penutup Interior
Untuk menutupi support framing dari cladding biasanya digunakan
material yang lebih bersifat arsitektural sehingga dihasilkan ruang
yang nyaman.

4. Insulasi
Untuk menambah kenyamanan pemakai gedung, pemakaian insulasi
adalah hal yang tepat. Fungsi dari insulasi adalah untuk mengurangi
BAB 3
PERENCANAAN

PENDAHULUAN
Meskipun teknologi beton pracetak telah berkembang dan sudah lama
digunakan, khususnya di Indonesia, efektivitas aplikasi tersebut masih
perlu dikaji dengan seksama. Kajian tersebut perlu dilakukan untuk
mengetahui dengan benar aatas manfaat dan keuntungan dari aplikasi
beton pracetak bagi industri konstruksi di Indonesia. Berbagai faktor
harus ditinjau dengan cermat agar dapat diyakinkan keuntungan yang
akan diperoleh, yang antara lain adalah perencanaan, sistem struktur,
sumberdaya manusia, produksi, transportasi. pemasangan, connection,
dan perbaikan. Teknologi beton pracetak layak digunakan jika
permasalahan yang ditimbulkan dari semua faktor tersebut di atas dapat
diatasi/diselesaikan.

FAKTOR PERENCANAAN
Perencanaan struktur dengan teknologi beton pracetak dilaksanakan
dalam tiga tahap. Tahap pertama adalah perencanaan yang dilaksanakan
oleh arsitek. Tahap yang kedua, perencanaan dilakukan oleh
konstruktor/ahli struktur. Tahap yang ketiga perencanaan dilakukan oleh
produsen/instalator, yang ditekankan pada kemudahan pelaksanaan di
lapangan.
Struktur organisasi dari tim proyek sangat menentukan keberhasilan
pengaplikasian teknologi beton pracetak. Koordinasi dari pemilik proyek
(owner), arsitek, ahli struktur, dan juga dari disiplin ilmu yang lain,
merupakan hal yang penting sehingga dibutuhkan kesinambungan
informasi pada setiap tahap pelaksanaan.
40 Eksplorasi Teknologi dalan Proyek Konstruksi Perencanaon 41

Teknologi pracetak adalah metode pelaksanaan pembangunan dengan biasanya dilaksanakan secara berturutan sangat memungkinkan dapat
memanfaatkan material atau komponen pabrikasi yang dibuat di luar dilaksanakan secara paralel (fabrikasi, pelaksanaan di lokasi). Rencana
lokasi proyek atau di dalam lokasi proyek namun perlu disatukan lebih dari beberapa kegiatan dapat dilaksanakan lebih awal, misalnya:
dahulu antar komponennya (erection) pada tempat yang seharusnya/ mengurus ijin untuk keperluan transportasi, handling, erection. Per-
posisi dari komponen tersebut. Beberapa pengertian sistem ini dapat bedaan penerapan teknologi pracetak dengan konvensional ditunjukkan
didefinisikan berdasarkan tingkatan metode pelaksanaan pembangunan, pada Gambar 3.1 dan3.2.
yaitu:
r Prefobrication,yaitu proses pabrikasi yang dilaksanakan dengan
menggunakan alat-alat khusus di mana berbagai jenis material
disatukan sehingga membentuk bagian dari sebuah bangunan.
r Preassembly, yaitu proses penyatuan komponen prafabrikasi di
tempat yang tidak pada posisi komponen tersebut berada.
Gambar 3,1 Ketergantungan antarpihak poda penerapan sistem konvensional
t Module, yaitu hasil dari proses penyatuan komponen
prafabrikasi, biasanya membutuhkan mode transportasi yang
cukup besar untuk memindahkannya ke posisi yang seharusnya.
Metode pelaksanaan pembangunan teknologi pracetak dimungkinkan
untuk diterapkan pada berbagai jenis proyek konstruksi, seperti jembatan,
bangunan industri, perumahan, pelabuhan, dan lain sebagainya. Berbagai
pihak yang terlibat dalam penerapan sistem ini adalah pabrikan, kepala
proyek, arsitek, konstruktor, instalator, kontraktor, dan konsultan.

PROSES PENERAPAN TEKNOLOGI


PRACETAK
Pelaksanaan pembangunan proyek konstruksi yang menerapkan Gambar 3.2 Ketergantungan antarpihak pada penerapan teknologi pracetak
teknologi pracetak akan mengikuti urutan kegiatan sebagai berikut: (1)
planning; (2) design and engineering; (3) procurement; (4) fabrication;
(5) transportation, handling and erection. Dari kelima kegiatan tersebut PLANNING
planning adalah proses yang perlu mendapatkan perhatian. Hal ini karena
aspek yang harus dipertimbangkan lebih banyak dan lebih kompleks bila
Tahap perencanaan dalam penerapan teknologi pracetak merupakan
kegiatan kritis. Hal ini karena pada tahap ini harus mempertimbangkan,
dibandingkan dengan metode konvensional.
memprakirakan, dan mengendalikan berbagai proses kegiatan. peren-
Dibandingkan dengan metode konvensional, penerapan teknologi canaan ini diawali dengan tahap konseptual sampai dengan selesainya
pracetak membutuhkan interaksi positif antarkegiatan. Teknologi pelaksanaan pekerjaan. Perencanaan merupakan tahap kegiatan kritis
pracetak akan mengubah hubungan antarkegiatan yang semula tidak yang lebih disebabkan karena teknologi pracetak ini tidak mudah
saling bergantung (metode konvensional) menjadi saling bergantung. disesuaikan dengan perubahan yang terjadi sewaktu-waktu. Hal ini bukan
Sr'pcrti pada pelaksanaan elemen struktural bangunan gedung yang berarti bahwa penerapan teknologi pracetak ini tidak dimungkinkan
Eksplorasi Teknologi dalam Proyek Konstruksi Perencanaan 43

Tabel 3.1 Pembiayaan pembuatan komponen pracetak


untuk diubah, hanya saja tingkat fleksibilitas terhadap perubahan tidak
seleluasa j ika menggunakan sistem konvensional. Berdasarkan penelitian MANAJEMEN
(Ervianto, 1997) keterlambatan proyek sering terjadi karena adanya t Manaiemen untuk
perubahan disain. Hampir semua proyek konstruksi mengalami r Jaminan kualitas
perubahan dari disain awal yang mengacu pada gambar rencana. Oleh
karenanya disain dari komponen modular harus disetujui lebih dahulu PERENCANAAN
untuk menghindari perubahan yang mungkin dapat menyebabkan Biava meninskat untuk
meningkatnya biaya proyek dan keterlambatan pelaksana-an pekerjaan. Biaya sama untuk kedua metode
Tingkat fleksibilitas yang rendah pada proses fabrikasi dan assembly dari I Pipins and Lavout Biava meninskat untuk
modul mengharuskan untuk dilaksanakan sesuai dengan spesifikasi untuk
I Peralatan dan Elektrikal Biaya sama untuk kedua metode
Biava cukup tereduksi untuk
menghindari terjadinya biaya keterlambatan. Tahap planning dapat
Biava meninskat untuk
dibedakan menjadi beberapa sub-kegiatan, yaitu: (1) pengendalian
BIAYA TAK LANGSTING
proyek; (2) perencanaan modul; (3) pengadaan; (4) transportasi, dan (5)
I Biaya sama untuk kedua metode
perencanaan lokasi proyek.
I Asuransi Biava sama untuk kedua metode
Biaya sama untuk kedua metode
PENGENDALIAN PROYEK BETON
I Beton struktur bawah
Proses pengendalian sudah seharusnya dilakukan secara kontinu I Beton struktur atas Biaya tereduksi unruk tak
sepanjang proses pelaksanaan berlangsung. Hal-hal yang tercakup dalam Fondasi untuk alat Biava turun sisnifikan untuk
proses ini dimulai dari perencanaan anggaran biaya awal sampai dengan STRLIKTUR DAN ARSITEKTURAL
pembiayaan proyek secara keseluruhan. Dalam teknologi pracetak, Biava meninskat untuk
perencanaan yang kurang sempurna dapat menjadi penyebab hilangnya Biava turun sisnifikan untuk
kesempatan untuk memanfaatkan aspek keunggulannya. Teknologi HANDLING DAN ERECTION
pracetak membutuhkan biaya awal yang lebih besar bila dibandingkan Biaya meninskat untuk
dengan sistem konvensional, sehingga risiko yang harus ditanggung oleh PEKERJAAN TANAH
owner dan kontraktor juga menjadi lebih besar. Dua ha1 penting dalam
rPe aan tanah Biaya sama untuk kedua metode
proses pengendalian proyek adalah pengendalian biaya dan waktu.
2. Pengendalian Waktu
1. Pengendalian Biaya
Pengendalian jadwal/skedul kegiatan dalam proyek konstruksi
Manajemen proyek adalah pihak yang mengendalikan semua aspek merupakan salah satu aspek untuk mencapai keberhasilan sesuai dengan
pembiayaan dalam proyek konstruksi. Biaya pembuatan modul dalam tujuan proyek. Pada kondisi tertentu, hubungan antara waktu dan biaya
teknologi pracetak kadang-kadang lebih besar dibandingkan dengan pelaksanaan kegiatan adalah bahwa bila
pelaksanaan kegiatan dapat
sistem konvensional, namun secara keseluruhan pembiayaan proyek dipercepat maka sangat dimungkinkan untuk mengurangi biaya
(total cost) mampu direduksi. Biaya pembuatan komponen beton pelaksanaan. Namun bila waktunya semakin singkat melebihi batas
pracetak yang berupa modul melalui proses fabrikasi (memungkinkan optimum maka biaya yang diperlukan menjadi semakin besar. Jadwall
melalui proses kimiawi) seperti tampak dalam Tabel 3.1 berikut ini. skedul kegiatan dalam proyek yang menerapkan teknologi pracetak
berbeda dengan sistem konvensional. Hal ini karena adanya perbedaan
model ketergantungan antarpihak.
Eksplorasi Teknologi dalam Proyek Konstruksi Perencanaan 45

1. Pengadaan Design Engineering


PBRENCANAAN MODUL
Jenis kegiatan yang termasuk dalan, tahap ini adalah melakukan
Pada tahap konseptual/perencanaan dilakukan kajian tentang pemilihan identifikasi jenis pelayanan jasa yang dibutuhkan dan persyaratan
ukuran, material, dan berat setiap modul. Bolt (1982) menyatakan bahwa yang harus dipenuhi dalam melakukan pemilihan konsultan
tahap penentuan ukuran/dimensi dan berat maksimum setiap modul yang perencana. Kegiatan ini terjadi di awal proyek. Kemampuan dan
masih memungkinkan untuk dipindahkan dari lokasi pembuatan ke lokasi pelayanan konsultan yang diberikan juga berbeda antara teknologi
proyek atau menempatkan modul pada posisinya, berdasarkan pertim- pracetak dengan sistem konvensional. Konsultan dalam teknologi
bangan praktis dan ekonomis. pracetak mempunyai cakupan pemikiran lebih kompleks dalam
Tahap konseptual/perencanaan sedikit banyak tergantung pada jenis dan
kemampuannya. Hal ini disebabkan oleh pertimbangan dan
pemikiran yang harus terintegrasi dalam proses secara keseluruhan,
kapasitas peralatan yang akan digunakan di lapangan. Misalnya, tahap
konseptual/perencanaan berkaitan erat dengan kegiatan transportasi.
yaitu: perencanaan, pabrikasi, transportasi, koneksi, ketersediaan
peralatan, dan faktor lainnya. Secara umum konsultan harus mem-
Artinya bahwa pada saat proses penentuan modul harus sudah
punyai kemampuan lebih dan pengalaman dalam bidang teknologi
mempertimbangkan ketersediaan jenis dan kapasitas peralatan yang akan
pracetak. Pemahaman jenis, urutan kegiatan, dan keterkaitan
digunakan untuk mentransportasikan modul ke lokasi proyek dan juga
untuk proses erection. Meskipun dimensi setiap modul dan cara antarkegiatan juga merupakan aspek yang patut dipertimbangkan
apabila akan menerapkan teknologi pracetak.
mentransportasikannya bervariasi di setiap proyek, untuk pencapaian
efisiensi biaya juga harus mempertimbangkan keduanya agar keunggulan 2. Pengadaan Produsen
sistem ini dapat dimanfaatkan secara maksimal. Berat setiap modul dan Kegiatan ini dilakukan di awal proyek yang mencakup: (1) prakuali-
peralatan yang tersedia juga berhubungan erat, artinya bahwa fikasi kontraktor dan penyedia peralatan, (2) jumlah kontraktor dan
perencanaan modul yang mempunyai berat berlebih dibandingkan produsen yang mempunyai kemampuan dalam teknologi pracetak,
kemampuan alat yang tersedia akan menyebabkan terjadinya kesulitan (3) pemilihan kontraktor dan produsen. Untuk mendapatkan jasa
dalam pelaksanaannya. Faktor-faktor yang umumnya dipertimbangkan layanan yang memadai perlu dilakukan prakualifikasi kontraktor
pada tahap konseptual/perencanaan adalah: guna melaksanakan pembangunan berbasis teknologi pracetak
1. Faktor Transportasi: transportasi, pengikatan komponen pracetak; penting dilakukan. Jumlah konraktor dan produsen merupakan faktor
ketepatan dimensi komponen pracetak; ukuran dan berat komponen kritis dalam menerapkan sistem ini. Semakin banyak pihak yang
pracetak; perlindungan dalam pengangkutan; titik berat komponen terlibat di dalamnya maka dibutuhkan koordinasi yang semakin baik.
pracetak. Dibanding dengan metode konvensional, memilih kontraktor dan
produsen menjadi hal yang penting demi kelancaran pekerjaan guna
2. Faktor lain: perlindungan terhadap karat; konsep rangka yang akan mencapai tujuan pengadaan proyek.
digunakan; persyaratan perencanaan (mis. gempa, pengangkutan);
penyimpanan komponen pracetak; sistem tie-ins dan interfaces; 3. Pengadaan Sarana Transportasi, Handling dan Erection
fondasi untuk rangka komponen pracetak; persyaratan pabrikasi. Pengadaan sarana transportasi, handling dan erection pada teknologi
pracetak sudah seharusnya dilakukan di awal proyek. Hal ini
berkaitan dengan dimensi dan berat dari masing-masing modul yang
PENGADAAN telah direncanakan. Sebaiknya pengadaan sarana transportasi,
handling dan erection dilakukan oleh kontraktor atau pabrikator
Penerapan teknologi pracetak dalam proyek konstruksi khususnya dalam
dengan maksud pengendalian jadwal dan tanggung jawab yang lebih
hal pengadaan material dan jasa mencakup hal-hal sebagai berikut: (l) jelas.
design engineering (2) pabrlkasi; (3) transportasi, handling dan erection.
46 Eksplorasi Teknologi dalam Proyek Konstruksi

r Transportasi
BAB 4
Pemindahan modul-modul pracetak merupakan kegiatan yang
mernbutuhkan peralatan yang spesifik dan memadai. Tahap perencanaan
transportasi harus mempertimbangkan jalur transportasi yang akan
SISTEM STRUKTUR
dilewati, metode pemindahan, dan peralatan yang dibutuhkan.

r Perencanaan Lokasi Proyek


Perencanaan kegiatan di lokasi proyek harus disesuaikan dengan akses
jalan masuk dan fasilitas yang tersedia. Pelaksanaan fondasi dan jalan
masuk ke lokasi proyek sebaiknya dilakukan di awal pelaksanaan proyek PENDAHULUAN
untuk menghindari kemungkinan terjadinya keterlambatan. Berbeda dengan bangunan gedung yang proses konstruksinya meng-
gunakan proses tradisional, bangunan yang menggunakan teknologi
beton pracetak memerlukan perencanaan yang lebih detil, dimulai dari
proses perancangan arsitektur, perancangan struktur, proses transportasi,
hingga proses pelaksanaan di lapangan. Sistem struktur yang dipakai
pada kebanyakan bangunan gedung lebih ditentukan oleh proses
produksi di pabrik, proses transportasi, proses pelaksanaan di lapangan.
Dimensi serta berat dari elemen beton pracetak ditentukan oleh beberapa
hal berikut:
r Ketinggian dan jumlah tingkat dari bangunan.
r Kapasitas angkat crane
r Lokasi pabrikasi elemen beton pracetak.
r Bentang portal danjarak antarportal.
r Beban yang didukung beton pracetak.
Yang harus dipertimbangkan dari penggunaan struktur kolom menerus
dari lantai dasar hingga lantai teratas adalah masalah transportasi elemen
beton pracetak dari lokasi pabrikasi ke lokasi proyek.

STRUKTUR RANGKA KOLOM MENERUS


Pada bangunan yang menggunakan kolom jenis ini (tanpa sambungan
dari kolom lantai dasar hingga kolom lantai teratas), pelaksana proyek
dituntut untuk menyediakan peralatan yang memadai dalam hal kapasitas
48 Eksplorasi Teknologi dalam Proyek Konstruksi Sistem Struktur 49

angkatnya. Panjang maksimal dari kolom tergantung dari beberapa hal,


antara lain:
I Kemampuan mode transportasi dalam usaha mentransportasikan
elemen beton pracetak.
r Kapasitas angkat crane yang tersedia untuk pelaksanaan
erection.
r Kemampuan produsen untuk mempabrikasi elemen beton
pracetak.

Sistem struktur ini dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu:


r Struktur rangka kolom menerus dengan sambungan kaku,
r Struktur rangka kolom kaku dengan pin ioint sebagai alat
sambung pada balok,
I Struktur rangka dengan pin ioint sebagai alat sambung kolom
dan unit lantai.

I Struktur Rangka Kolom Menerus dengan Sambungan Gambar 4,2 Sistem stt'uktur rangka, kolom menerus
Kaku (Sumber: Tihamer Koncz, 1979)

E Struktur Rangka Kolom Kaku dengan Pin.Ioint sebagaf,


Alat Sambung pada Balofi<
< 30,0 Lambda system adalah sistem struktur kolom menerus dengan cantilever
pada setiap tingkat yang berfungsi untuk menahan balok. Sambungan
antara balok dan cantilever menggunakan alat sambung pin joint
Sambungan ini diusahakan menjadi sambungan kaku sehingga diha.siX-
kan suatu portal yang kaku.

6,0 - r2,0 6,0 - t 2,0

Gambar 4.1 Sistem struktur rangka, kolom


menerus, sambungan knku
50 Eksplorasi Teknologi dalam Proyek Konstruksi Sistent Struktur 51

r Struktur Rangka dengan Pin Joint sebagai AIat Sambung


antara Kolom - Unit Lantai
Struktur rangka dengan kolom menerus menahan unit lantai yang
< 30,0
i
disatukan dengan alat sambungpin joint.

< 12.0

10,0 - l 5,0 10,0 - I 5,0

Gambar 4.3 Sistem struklur rengka, kolom menerus,


sambungan pin joint

I..
4.0 - 9.0 4,0 - 9,0

Gambar 4.5 Sistem struktur rangka, kolom menerus,


joint sebagai alat sambung kolom - unit lantai
pin

Gambar 4.4 Sistem struktur rangka, kolom menerus, (l) kolom


menerus dengan kantilever; (2) bolok; (3) plat lantai
(Sumber: Tihamer Koncz, 1979)
Gambar 4.6 Sistem struktur rangka, kolom menerus, (l) kolom
tnenerlts dengan kantilever; (2) unit lantai
(Sumber: Tihamer Koncz, 197 9)
52 Eksplorasi Teknologi dalam Proyek Konstruksi Sistem Struktur 53

STRUKTUR RANGKA DENGAN KOLOM r Sambungan Antarkolom Diletakkan Setiap Dua Lantai

SAMBUNGAN
Sistem struktur ini sesuai untuk bangunan gedung dengan ketinggian
antara 10 meter sampai 60 meter. Letak sambungan kolom dapat
ditempatkan pada berbagai keadaan:

r Sambungan Antarkolom Diletakkan di Setiap Lantai

TTTT
tlll
llaa
ITTI
Iiti
Gambar 4.9 Sistem struktw" rangka, kolont
sambungon setiop sotu lantoi

5.0 - 10,0 7,0 - I 0,0 5.0 - t0-0

Gambar 4.7 Sistem struktur rangkeu kolom


sambungan setiap satu lantai

Gambar 4.10 Sistetn struktur rangka, kolom menerus,


(t) kolom; (2) kolom sambungan tiap dua lontai; (3) kotom; (4)
Gambar 4,8 Sistem struktur rangka, kolom menerus, internal kolom; (5) balok; (6) unit lantai
(l) kolom sambungan tiap lantai; (2) balok; (3) unit lantai (Sumber: Tihamer Koncz, 197 9)
(Sumber: Tihamer Koncz, 1979)
Eksplorasi Teknologi dalanr Proyek Konstruksi Sistem Struktur 5J
54

STRUKTUR RANGKA DENGAN UNIT


BERUPA PORTAL
Sistem struktur jenis ini menggunakan unit poltal beton pracetak dengan
hcrbagai bentuk, yaitu bentuk H, rangka berbentuk portal, bentuk T,
bcntuk L.

I Portal Berbentuk H
l'ada portal ini terdapat balok yang menggantung sebagai cantilever dari
rangka. Sambungan kolom diletakkan di tengah-tengah tinggi ruang atau
1 /3 tinggi antarlantai dan digunakan alat sambung berupa pin
joint.

Gambar 4,12 Sistem struktur rangka portal,


(l) portal H; (2) unit lantai; (3) dinding
(Sumber: Tihamer Koncz, 1979)

r Rangka Portal
Sambungan dilakukan dengan alat sambung pin joint di mana salah satu
pin joint di atas yang lainnya.

4,5 - 6,0 2,0 - 6,0 4,5 - 6,0

Gambar 4.ll Sistem struktur rangka berupa portal

4.5 - 9.0 2.5 - 9.0 4.5 - 9.0

Gambar 4,13 Sistem struktur rangka berupa portal,


alat sambung pin joint
56 Eksplorasi Teknologi dalam Proyek Konstruksi Sistent Struktur 57

Gambar 4.16 Sistem struktur rangka portal berbentuk T


(Sumber: Tihamer Koncz, 1979)
Gambar 4.14 Sistem struktur rangka portal
(Sumber: Tihamer Konc4 197 9)
r Portal Berbentuk T dan L
r Portal Berbentuk T dengan Balok Menggantung

5,0 - 9.0 2.0 - 9.0 5,0 - 9.0


4.5 - 10,0 4,5 - 10,0 4,5 - 10,0

Gambar 4.15 Sistem struktur rangka portal berbentuk T Gambar 4.17 Sistem struktur rangka portal T dan L
?

Tehologi dalam ProYek Konstruksi Sistent Struktur 59

Tabel 4.1 Jenis-jenis struktur rangka bangunan dengan menggunakan


komponen beton pracetak
(Sumber: Tihamer Koncs, 1979)

Jenis Struktur

Tinggi Bangunan l5 s/d 50 12 sld 40 sampai dengan 30


(ml
Beban Hidup 500 s/d 2500 500 s/d I 200 500 s/d 2500
(kslm2)
Lokasi Pabrikasi diutamakan di diutamakan di diutamakan di
(pertimbangan pabrik, jika lokasi proyek,jika Iokasi proyek,
Gambar 4.18 Sistem struktur rongka portal T dan L transportasi) terpaksa dapat terpaksa dapat jika terpaksa
(l) rangka L; (2) rangka T; (j) unit lantai dilakukan di dilaksanakan di dapat
(Sumber: Tihamer Koncz, 197 9) lokasi proyek. pabrik dilaksanakan di
oabrik
Peralatan tower crane, tower crane, truck truck mounted
Pemasangan goliath crane mounted mobile mobile crane
crane
STRUKTUR TIPE MUSHROOM Metoda Pemasangan Horisontal horisontal dan vertikal
atau vertikal
Struktur ini disebut juga struktur payung. Jenis ini jarang sekali Connection in-situ concrete, pin-joint, las, baut pin-joint,las ,
dilaksanakan karena dengan teknologi beton pracetak menjadi tidak nrestressins baut, prestressing
ekonomis. Penempatan Bracing arah longitudinal arah longitudinal arah longitudinal
dan transversal
Jenis Komponen 3 2 sampai 3 2 sampai 3
Panjang efektif I L sampai 1,2 L I L sampai 1,2 L 1 L sampai 1,2 L
akibat Buckling (lonsitudinal) 0oneitudinal) (lonsitudinal)
I Lto 1,2 L I Lto 1,5 L to 2,5 L
(transversal) (transversal) (transversal)

LIFT SLAB METHOD


Struktur jenis ini
merupakan peralihan antara proses konstruksi
tradisional dengan teknologi beton pracetak. Pengecoran plat lantai pada
metode ini dilakukan di permukaan tanah kemudian dilakukan peng-
angkatan pada posisi di setiap lantai. Tahapan pengangkatan seperti
gambar berikut:
Gambar 4.19 Sistem struktur mushroom
60 Eksplorasi Teknologi dalanr Proyek Konstruki

BAB 5
SUMBERDAYA MANUSIA

Gambar 4.20 Metode lift slab


(Sumber: Edward Allen, 1985)

PENDAHULUAN
Karakteristik pekerja yang bekerja dalam lingkungan pabrik berbeda
dengan mereka yang bekerja pada kondisi lingkungan kerja di lapangan
terbuka. Kondisi ini akan mempengaruhi produktivitas pekerja sehingga
kontinuitas hasil produksi tidak dapat diprediksi dengan tepat. Dalam
lingkungan pabrik, pekerjaan yang dilakukan merupakan suatu peng-
ulangan sehingga memperkecil kemungkinan terjadinya kegagalan yang
disebabkan oleh pekerja. Keberhasilan produk dari hasil produksi industri
konstruksi sangat tergantung pada kejelian dan kemampuan manajer
konstruksi dalam membuat perencanaan serta penggunaan metode yang
tepat untuk menyelesaikan permasalahan yang ada.
Secara umum perbedaan antara industri konstruksi dengan industri
manufaktur adalah sebagai berikut:
r Pada proyek konstruksi, waktu yang disediakan sangat terbatas.
Konsekuensi dari hal ini adalah tim manajemen harus dibentuk
secara cepat dan tepat. Juga pemilihan metode konstruksi serta
penggunaan alat untuk operasional hanya terjadi satu kali.
r Sifat dari lokasi proyek adalah tidak tetap. pada industri
manufaktur, lokasi kerja berada dalam satu lokasi dan bersifat
tetap. Kadang-kadang pekerja proyek harus melaksanakan
pekerjaannya dalam ruang yang terbatas sehingga akan mem-
pengaruhi produktivitasnya. Sedangkan untuk pekerja pabrik,
ruang gerak mereka dapat direncanakan sebaik mungkin agar
mereka dapat bekerja dengan nyaman agar produktivitasnya tidak
terganggu.
?
Sumber Daya Manusia 63

I Hasil produksi biasanya unik dan selalu berbeda dari lokasi r Pekerja tidak memerlukan bekal ketrampilan yang tinggi.
proyek yang satu dengan yang lain sehingga tidak dapat dibuat Awalnya adalah buruh kasar yang kemudian dilatih sehingga
itandarisasi penggunaan alat bantu dan metode konstruksi untuk upahnya relatif rendah.
berbagai proyek.
Karakter pekerja lapangan adalah:
r Dalam industri konstruksi lebih banyak dibutuhkan pekerja
r Sangat dipengaruhi perubahan cuaca.
dengan ketrampilan yang cukup dibandingkan dengan pekerja
yang tidak mempunyai ketrampilan. Pemilihan pekerja yang I Setiap kali lokasi pekerjaan berpindah maka hal itu akan
cakap akan sangat berpengaruh pada ketepatan rencana menyebabkan terjadinya perubahan pola kerja di lapangan.
pekerjaan, apakah sesuai dengan jadwal.
r Perubahan teknologi sering terjadi sehingga sangat berpengaruh
r Pekerjaan biasanya dilaksanakan berada di luar/lapangan terbuka terhadap pekerja.
dengan variasi yang timbul oleh hujan, panas serta kondisi
geografi s lokasi ProYek.
r Produktivitas pekerja tidak kontinu.

r Proyek konstruksi biasanya berskala besar, tidak praktis, dan


r Diperlukan pekerja dengan bekal ketrampilan yang cukup
sehingga upahnya lebih tinggi dibanding pekerja pabrik.
pemasangan peralatan besar dan berat sehingga tidak mudah
untuk melaksanakannYa. Dengan mengarahkan pelaksanaan proyek konstruksi menjadi industri-
I alisasi maka sangat terbuka kemungkinan untuk mereduksi biaya
Dalam proyek konstruksi, owner selalu terlibat dalam melakukan
konstruksi serta waktu pelaksanaannya.
pengawasan proses konstruksi, sedangkan pada industri
manufaktur maka pembeli hanya melihat hasil akhir dari proses
produksi.
Akibat adanya perbedaan karakter antara industri manufaktur dan industri
konstruksi, khususnya pada masalah sumberdaya manusia, adalah
timbulnya perbedaan pada cara kerja, tingkat produktivitas, prosedur
kerja. Jika aspek sumberdaya manusia antara keduanya yang diperban-
dingkan, hasilnya adalah sebagai berikut:
Karakter pekerja pabrik adalah:
r Tidak terpengaruh perubahan cuaca.
r Pola kerja selalu sama. Hal ini lebih dipengaruhi oleh cara kerja
yang mekanistik dari mesin di lingkungan pabrik'
r Perubahan teknologi hanya terjadi sesaat, yaitu pada masa
transisi penerapan teknologi baru di pabrik di mana pekerja akan
menyesuaikan atau mengalami transisi dari teknologi lama ke
teknologi baru dan kemudian berjalan seperti biasa.
r Produktivitas relatif konstan.
t

BAB 6
PRODUKSI

PENDAHULUAN
Produksi mutlak merupakan peran pabrikator. Sepanjang tidak terdapat
halangan yang berkaitan dengan logistik, masalah yang ada biasanya
berkaitan dengan hal-hal teknis, sehingga dengan menyerahkan pekerjaan
tersebut pada pabrikator yang profesional maka hambatan teknis itu akan
dapat diredam.
Hal penting dalam faktor produksi adalah penentuan prioritas, komponen
yang akan lebih dahulu dipabrikasi tentu harus disesuaikan dengan
rencana kerja dan metode kerja yang direncanakan. Untuk mencapai
kesesuaian pemilihan komponen yang harus diproduksi lebih dahulu
maka dibutuhkan koordinasi antara pabrikator dengan instalator. Area
produksi harus tertata dengan baik, mulai dari tempat penumpukan
material dasar, proses pengecoran, proses rawatan beton serta
penyimpanan komponen beton pracetak. Konsekuensi dari unit ini
(pabrikator) adalah harus menyediakan lahan kerja yang cukup luas
karena lahan penumpukan bahan dan komponen beton pracetak yang
diproduksi memiliki ukuran dan kuantitas yang besar.
Proses produksi beton pracetak tampak seperti pada Gambar 6.1.
Hakikat dari pabrikasi beton pracetak adalah:
r Kebutuhan akan tenaga kerja relatif lebih sedikit.
r Kecepatan proses produksi.
r Perbaikan kualitas produk.
Dibandingkan dengan proses konstruksi tradisional, hal yang menonjol
dalam produksi beton pracetak adalah penggunaan mesin dalam pabrik
untuk menghasilkan komponen beton pracetak. Selain membutuhkan
tenaga kerja lebih sedikit, penggunaan mesin akan mengurangi kesalahan
f
Produksi 67
Eksplorasi Teknologi dalam Prq,ek Konstruksi

r Rancangan cetakan dapat diangkat ke atas sehingga terlepas dari


yang diakibatkan oleh "faktor manusia" sehingga akan dihasilkan produk
betonnya.
dengan kualitas yang lebih seragam.
r Dengan merusak cetakan (pasangan bata), cara ini biasanya
digunakan untuk memproduksi beton pracetak berupa dinding
dan plat lantai untuk keperluan rumah tinggal dengan berbagai
ukuran yang tidak sama sehingga penggunaan cetakan yang
dapat digunakan berulang kali menjadi tidak efisien.
Pengaplikasian metode ini pada pabrikasi komponen yang dimensinya
cukup besar, seperti pembuatan komponen plat lantai. Pabrikasi Hollow
Core Slab (HCS) dengan sistem stationary production.

r Slip-form Production
Metode pabrikasi dengan menggunakan cetakan yang dapat bergerak
sepanjang casting bed. Pelepasan cetakan tersebut dilakukan dengan
menggetarkan beton yang telah dipadatkan. Metode ini banyak dipakai
untuk memproduksi beton pracetak berupa plat.

I Flow-line Production
Gambar 6.1 Proses produksi beton pracetak
(Sumber: Tihamer Koncs, 1979) Metode pabrikasi untuk memproduksi komponen dalam jumlah banyak
(massal), misalnya komponen atap, dengan harapan dapat mempersingkat
waktu produksi.

METODE PABRIKASI
Beberapa metode yang dapat digunakan dalam lingkungan pabrik guna PEMILIHAN METODE PABRIKASI
menghasilkan komponen beton pracetak adalah Stationary Production, Pemilihan metode pabrikasi tergantung dari beberapa faktor, yaitu:
Sl ip-fon n P r o duc t i o n, dan F I ow- I i ne P r o duct i o n.
r Jumlah komponen yang akan diproduksi.
r Stationary Production r Dimensi dari komponen beton pracetak yang akan diproduksi.
Metode produksi di mana proses pabrikasinya dilakukan pada cetakan r Bentuk dari komponen beton pracetak, linierlflat (slab-type
yang bersifat tetap (tidak dapat bergerak) sampai pekerjaan selesai. component).
Cetakan yang digunakan harus direncanakan sedemikian rupa sehingga
I Sistem yang akan digunakan (prestressed atau konvensional).
mudah dibongkar. Beberapa alternatif pemilihan rancangan cetakan
adalah: r Komposisi produk dan material yang akan digunakan (light-
weight concrete component, multi layer slab).
I Rancangan cetakan sedemikian rupa sehingga pada bagian
samping dapat diputar ke bawah sehingga terlepas dari beton.
*I
r
:i

68 Eksplorasi Teknologi dalant Proyek Konstruksi Produksi

Jumlah komponen yang harus diproduksi mempunyai korelasi dengan kualitas beton sangat tergantung dari cetakannya. Persyaratan yang harus
kemampuan mesin. Untuk rangkaian kegiatan yang memproduksi dalam dipenuhi sebagai suatu cetakan beton pracetak adalah:
jumlah yang kecil, I 200 uniVtahun, metode yang tepat untuk digunakan I Mempunyai volume yang stabil, sehingga dapat dihasilkan
adalah stationary production. Jika produksi mencapai t 2000 unit/tahun dimensi beton pracetak yang akurat.
dimungkinkan untuk menggunakan metode slipforming production dan
r Dapat digunakan berulang kali tanpa mengeluarkan biaya
perawatan yang berarti.
production.
r Mudah dipindahkan dan rapat air sehingga tidak memungkinkan
Ukuran dari komponen yang akan diproduksi terbatas yang sesuai dengan air agregat keluar dari cetakan.
kemampuan dari mesin yang tersedia. Selain itu juga terdapat korelasi
antara. cetakan, crane, fasilitas transportasi dan ukuran dari komponen
r Mempunyai daya lekat yang rendah dengan beton dan mudah
beton pracetak itu sendiri. Kriteria dari ukuran ini adalah berapa besar membersihkannya.
biaya awal yang harus dikeluarkan untuk pembuatan cetakan, berapa r Dapat digunakan untuk memproduksi berbagai bentuk komponen
besar kapasitas mode transportasi yang tersedia dan berapa besar beton pracetak (fleksibel).
kapasitas crane yang harus disediakan untuk mengangkat komponen
Material yang dapat digunakan untuk membuat cetakan beton pracetak
yang lebih besar.
dapat berupa besi, kayu, atau plastik. Material dari besi merupakan bahan
Komponen beton pracetak dengan dimensi ukuran yang besar memang yang hampir memenuhi persyaratan di atas namun dari segi biaya relatif
dapat menekan penggunaan tenaga kerja serta waktu pemasangan dapat mahal. Cetakan dari besi cocok digunakan untuk memproduksi balok,
dicapai lebih cepat. Pada sisi lain produk seperti ini membutuhkan biaya kolom, plat, dan dinding. Sedangkan cetakan kayu sesuai digunakan
yang lebih besar untuk investasi peralatannya, sehingga timbul untuk memproduksi komponen beton pracetak dalam jumlah yang kecil.
pertanyaan seberapa ukuran komponen beton pracetak sehingga Namun demikian terkadang penggunaan cetakan kayu tidak lebih murah
keuntungan yang diperoleh sebanding dengan biaya tambahan yang dibandingkan dengan penggunaan cetakan besi. Daya lekat antara kayu
dikeluarkan? Umumnya biaya yang harus dikeluarkan untuk kepentingan dengan beton cukup besar sehingga diperlukan material lain sebagai
pemasangan t l0% dari total cost. pelapis untuk menghambat daya lekat keduanya (biasanya digunakan
plastik). Keuntungan penggunaannya adalah mudah dikerjakan karena
Bentuk komponen beton pracetak merupakan bagian penting dalam berat material yang ringan. Cetakan dari plastik dibuat dari bahan fiber
penentuan mekanisme proses produksi. Komponen balok dan kolom
glass yang mudah dimodifikasi serta memiliki berat material yang ringan.
lebih mudah diproduksi dengan metode stationary production, sedangkan
untuk memproduksi jenis slab adalah lebih cocok dengan metode
s Ii pfonn in g pr o duc ti o n.

CETAKAN (MOULDING)
Cetakan merupakan unsur yang sangat penting dalam mekanisme proses
produksi beton pracetak. Biaya yang dikeluarkan untuk pengadaan
cetakan menyerap porsi yang cukup besar dari total biaya yang
diperlukan. Persyaratan yang harus dipenuhi adalah dimensi yang akurat
guna menghasilkan komponen beton pracetak yang tepat. Dimensi serta Gambar 6.2 Cetakan untuk komponen beton pracetak.
(Sumber: Nilam Satrio, 2005)
?

i Teknologi dolam Pro. Konstnilci Produksi 7t

Tenaga kerja yang digunakan dalam lingkungan pabrik adalah tenaga


kasar yang dididik sehingga mampu mengoperasikan alat. Tenaga kasar
ini digaji relatif lebih rendah dibandingkan pekerja di lapangan.
Produktifitas pekerja di pabrik lebih konsisten, disebabkan oleh
lingkungan kerja yang lebih baik (tidak panas, tidak kehujanan). Risiko
terjadinya kecelakaan kerja di pabrik lebih kecil dibandingkan dengan
kerja di lokasi proyek.
Produksi dapat dilaksanakan setiap saat, tidak terpengaruh cuaca,
sehingga jadual dapat ditepati sesuai dengan rencana. Dengan
pelaksanaan produksi di pabrik memungkinkan untuk melaksanakan
pekerjaan secara seri. Kualitas produk yang dihasilkan juga lebih
seragam. Hal ini disebabkan oleh terjadinya pengendalian kualitas yang
Gambar 6.3 Metode pabrikasi komponen beton pracetak. baik. Berat sendiri komponen beton pracetak tidak menimbulkan masalah
(Sumber: Tihamer Koncs, 1979)
bagi produsen, namun demikian harus disesuaikan dengan kemampuan
alat yang tersedia untuk transportasi dan pemasangan (maksimum + 2
ton/komponen).
KONDISI DI LAPANGAN
Metode produksi yang digunakan adalah stationary production dan slip-
form procluction. Metode stationary prodltction dapat digunakan untuk
memproduksi komponen balok precast ataupun pelat lantai, sedangkan
slip-form production digunakan untuk memproduksi komponen pelat
lantai.
Kebutuha:r jumlah material untuk memproduksi komponen struktur
dengan teknologi beton pracetak sama saja jika dibandingkan cqsi in'sittt.
Dalam pabrikasi dibutuhkan bahan tambah (additifl berupa sikament
dengan takaran sesuai kebutuhan. Untuk memenuhi kebutuhan bahan-
bahan tersebut, pihak pabrik menjalin kerjasama dengan beberapa Gambar 6.4 Produksi komponen beton pracetak.
supplier dengan tujuan agar harga bahan tidak dipermainkan oleh (Sumber: Nilam Satrio, 2005)
supllier. Keterlambatan produksi tidak pernah disebabkan karena
terlambatnya pengiriman material oleh supplier, sehingga sistem yang
diterapkan pabrik cukup baik.
Kebutuhan mesin produksi umumnya dipenuhi dengan cara memesan/
membeli dari luar negeri. Jenis mesin yang dibutuhkan adalah: mesin
cetak, mesin aduk, mesin potong, mesin sftessing, mesin lifting, crane,
forklift.
**

BAB 7

SISTEM TRANSPORTASI

PENDAHULUAN
Tanggung jawab produsen beton pracetak tidak hanya pada masalah
produksi saja tetapi jugu bertanggung jawab terhadap masalah
pengiriman, bahkan kadang-kadang termasuk erection dari komponen
beton pracetak. Produsen beton pracetak biasanya memiliki mode
transportasi yang digunakan untuk mentransportasikan komponen beton
pracetak dari lokasi pabrikasi sampai lokasi pekerjaan, tetapi ada pula
yang mensubkontrakkan urusan transportasi tersebut ke subkontraktor
pengangkutan.

PEMILIHAN MODE TRANSPORTASI


Sistem transportasi yang digunakan adalah jalur jalan raya. Alasan utama
pemakaian jalur ini adalah tersedianya jaringan jalan raya sampai ke
lokasi proyek sehingga hambatan yang timbul untuk mentransportasikan
komponen relatif kecil. Hal lain yang perlu dipertimbangkan adalah
kegiatan handling yang hanya terjadi pada saat pemuatan dan pem-
bongkaran ke dan dari mode transportasi darat.
Untuk mentransportasikan komponen beton pracetak ke lokasi proyek
digunakan Jlatbed truck dengan sistem typical two point support.
Pelaksanaan pengangkutan dengan sistem ini adalah dengan memberikan
alas berupa potongan kayu di bawah pelat Hollow Core Slab di 2 (dua)
tempat. Maksud pemberian alas ini adalah untuk menghindari terjadinya
tegangan yang tidak diinginkan yang diakibatkan oleh fleksibilitas truk
pada saat pengangkutan ke lokasi proyek. Dengan demikian komponen
Sistent Transportasi 75

pelat pracetak harus didisain sedemikian rupa sehingga hollow core slab pengangkatan maka diperlukan lebih dari dua titik angkat, bahkan
dapat dengan aman diangkat pada 2 (dua) titik angkat.
diperlukan titik angkat pada bagian atas untuk keperluan erection. Jika
ukuran dari komponen beton pracetak (memerlukan lebih dari dua titik
Jarak yang masih layak antara lokasi pabrik dengan lokasi proyek angkat) maka sistem transportasi yang digunakan adalah rocker system.
berkisar + 200 km. Sedangkan kuat rencana komponen beton pracetak
agar layak ditransportasikan adalah berkisar antara 50% - 75%o darikuat
rencana. Pemilihan mode transportasi darat berupa truk disebabkan oleh
faktor keleluasaan bergerak ke segala arah dan tempat. Kapasitas angkut
truk maksimum dalam satu kali angkut adalah 20 ton.
Tidak digunakannya kereta api sebagai mode transportasi darat
disebabkan oleh terbatasnya jaringan jalan kereta api serta adanya
kebutuhan peralatan angkat tambahan di lokasi pemberhentian kereta api. Gambar 7.1 Typical two point support
Dengan kata lain untuk mentransportasikan komponen beton pracetak
dengan kereta api akan memerlukan tiuga tahap. Tahap satu, adalah
mentransportasikan komponen beton pracetak dari lokasi pabrik ke
tempat pemberhentian kereta api. Tahap dua, transportasi dilakukan oleh
kereta api sampai tempat pemberhentian yang terdekat dengan lokasi
proyek. Tahap tiga adalah mentransportasikan dari tempat pemberhentian
kereta api ke lokasi proyek. Tahap-tahap transportasi ini memerlukan
beberapa kali perpindahan mode transportasi sehingga dibutuhkan biaya
yang lebih besar. Dari segi waktu pun tentu dibutuhkan waktu yang lebih
banyak dibandingkan dengan trarsportasi darat dengan mode transportasi
truk. Selain itu juga harus menganggarkan biaya untuk tenaga kerja
handling berulang kali pada setiap pemberhentian serta pengurusan izin Gambar 7.2 Rocker system
pengangkutan di setiap pemberhentian. Dengan demikian dapat disim-
pulkan bahwa angkutan darat yang efisien untuk kegiatan transportasi
komponen beton pracetak adalah truk.

SISTEM TRANSPORTASI
Komponen beton pracetak biasanya diangkat dengan sistem dua titik
angkat untuk menghindari terjadinya tegangan yang disebabkan oleh
fleksibilitas dari truk pengangkut dalam perjalanan menuju lokasi
pekerjaan. Setiap unit beton pracetak harus didisain untuk dua titik
pengangkatan, yang difungsikan juga pada saat handling. Untuk Gambar 7.3lltall panel laidflot
keperluan erection, sistem dua titik angkat ini digunakan untuk
komponen berupa double T, L beam, hollow core slab' Jika komponen
berupa panel di mana kemungkinan besar akan terjadi rotasi pada saat
*

dalam Proyek Konstruksi Sistem Transportasi

Terhadap jalur jalan yang direncanakan akan dilalui oleh truk


pengangkut komponen beton pracetak harus dilakukan pengecekan atas
kemampuan daya dukung serta beban maksimum yang diizinkan. Hal
serupa juga dilakukan terhadap jembatan-jembatan yang akan dilewati.
sistem pengangkutan yang dapat dilakukan dalam upaya mentranspor-
tasikan komponen beton pracetak dibedakan menjadi dua, yaitu secara
horizontal dan secara vertikal. Untuk pengangkutan secara horizontal,
mode transportasi yang digunakan adalah truk trailler, seperti tampak
pada Gambar '7.1, 7.2, dan 7.3' Sedangkan mode transportasi untuk
sistem vertikal ditunjukkan pada Gambar 7.4.

Gambar 7.6 Sistem pengangkatan komponen pracetak


(Sumber: Imam Basuki, 2004)

Gambar 7.4 Sistem transportasi vertikal

Peralatan yang digunakan untuk memindahkan komponen pracetak dari


mode transportasi ke stock yard adalah tower crane dengan ujung yang
berupa sebuah balok di mana terdapat kawat baja pada beberapa
bagiannya, seperti tampak pada Gambar 7 .5.

Gambar 7.5 Lifting tackel


BAB 8
METODE ERECTION

PENDAHULUAN
Proses penyatuan komponen bangunan yang berupa beton pracetak yang
telah diproduksi dan layak (cukup umur) untuk disatukan menjadi bagian
dari bangunan disebut dengan erection. Kegiatan ini merupakan salah
satu faktor kunci keberhasilan dalam pengaplikasian teknologi beton
pracetak. Pihak yang melaksanakan kegiatan erection ini dapat dari pihak
luar kontraktor atau bagian dari dalam organisasi kontraktoi, dan disebut
dengan erect orl instalator.
Pelaksana bangunan dapat kehilangan sebagian keuntungannya jika
pelaksanaan erection komponen beton pracetak tid;k efisien.
Pemahaman mengenai masalah yang terjadi serta penanganannya harus
benar-benar diperhitungkan secara matang agar tujuan utama peng-
gunaan teknologi pracetak tercapai, yaitu dapat mereduksi waktu
pelaksanaan pekerjaan serta biaya konstruksi. perencanaan yang matang
pada setiap tahap proses konstruksi sangat penting untuk mencapai
erection yang efisien. Juga harus didukung koordinasi yang baik antara
erector dengan kontraktor (jika keduanya tidak berada dalam satu pihak).
Setiap pihak yang terlibat dalam proyek harus memahami benar
pentingnya erection dan pengaruhnya terhadap faktor yang lain.
Perancang menentukan dimensi dan berat dari komponen beton pracetak
pada awal proyek. Berat komponen tidak lebih dari l l ton, termasuk
komponen arsitektur dan strukturnya. Jika melebihi berat tersebut
sebaiknya dibicarakan bersama dengan pihak lain yang terkait dalam
pelaksanaannya, misalnya pihak transporter dan erector.
Jumlah sumberdaya manusia yang dibutuhkan untuk satu team erection
rata'rata adalah lima orang: dua orang berada di permukaan tanah, dua
orang berada di lokasi komponen pracetak akan ditempatkan untuk
dalam Proyek Konstruksi Metode Erection 81

melakukan penyetelan atas unit pracetawprecast, dan satu orang sebagai yang mempunyai kolom menerus dari lantai dasar hingga lantai paling
pengendali crane. Jumlah tersebut akan bertambah jika dibutuhkan atas, yang dengan cara demikian maka sambungan-sambungan pada
pekerja las dan grouting. Dari pengalaman, kemampuan pelaksanaan lantai di atasnya harus dapat segera bekerja secara efisien. Pada
erection satu tim adalah seperti ditunjukkan dalam Gambar 8.1. bangunan yang mempunyai ketinggian tertentu, selama proses erection
harus ditambah/ditopang oleh struktur sementara (bracing) yang
Rate of Erection berfungsi untuk menahan gaya-gaya yang timbul selama erection.
Pemasangan bracing ini pada umumnya tidak mengalami kesulitan.
500 Namun demikian, hal ini membutuhkan waktu untuk pelaksanaannya
c
.9 400 sehingga akan menambah siklus waktu erection.
O>r
E9300
IJJ ; Komponen beton pracetak yang berbentuk panel/dinding disebut tilt-up
tEzoo
ov
construction Komponen ini dipasang dengan memiringkannya dan
E
g. 1oo kemudian menegakkannya dengan ditopang oleh steel support.
0 Pemasangan komponen ini termasuk vertical method karena sambungan-
24681012 sambungannya harus segera dapat berfungsi secara efektif.
Weight of Unit ( ton )

iahap 5 dan setcrusnya


Gambar 8.1 Rate of erection
(Sumber: Tihamer Koncs, 1979) tahap 4 tahap 9

tahap 3 tahap 8

METODE ERECTION rahap 2 tahap 7

Proses penyatuan komponen beton pracetak menjadi satu kesatuan


bangunan yang utuh dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain: tahap I tahap 6

1ti/,, | / 22,,
r Sistemstrukturbangunan.
r Jenis alat sambung yang akan digunakan. Gambar 8.2 Metode erection arah vertikal
r Kapasitas angkat crane yangtersedia.
r Kondisi lapangan.
r Metode Horizontal
Penyatuan komponen beton pracetak dengan metode horizontal adalah
Metode yang dapat digunakan dibedakan menjadi dua, yaitu metode
proses erection yang pelaksanaannya tiap satu lantai (arah horizontal
vertikal (vertical method) dan metode horizontal (horizontal methoil.
bangunan). Metode ini digunakan untuk struktur bangunan yang terdiri
I Metode Vertikal dari komponen kolom precast dengan sambungan pada tempat-tempat
tertentu. Sambungan pada metode ini tidak harus segera dapat berfungsi
Erection dengan *dtode vertikal adalah kegiatan penyatuan komponen sehingga tersedia waktu yang cukup untuk pengerasan beton. Sambungan
beton pracetak yang dilaksanakan pada arah vertikal struktur bangunan yang cocok untuk metode ini adalah in-situ concrete joint.
tf

82 Eksplorasi Teknologi dalam Proyek Konstruksi Metode Erection

teknologi beton pracetak adalah forklift, tower crane/mobile crane.


Sedangkan alat pendukung lainnya adalah lifting tackel yang dipasang
pada ujung angkat dari tower crane/mobile crane. Fungsi alat ini adalah
untuk mengangkat komponen beton pracetak yang tujuan utamanya
tahap I lahap l0 dan seterwnya adalah untuk meratakan gaya angkat dari tower crane/mobile crane
untuk mencegah terjadinya kerusakan pada komponen.
tahap 5 tahap 6 tahap 7 tahap 8
Peralatan yang dibutuhkan untuk menyatukan komponen beton pracetak
tahap I tahap 2 tahap J tahap 4
tergantung dari tinggi bangunan yang akan dilaksanakan, yang secara
umum dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu:
/4222. 4r2/. 112t,, ar224
l. Bangunan tinggi dengan jumlah tingkat lebih dari 16 lantai. peralatan
yang dapat digunakan adalah:
Gambar 8.3 Metode erection arah horizontol I Fixed tower crene.
r Monorail system with Chicago boom.
r Guy-derrick.

PERALATAN ERECTION 2. Bangunan menengah dengan jumlah tingkat lima sampai dengan
enambelas lantai, peralatan yang dapat digunakan adalah:
Pengadaan alat bantu yang dibutuhkan untuk pengaplikasian teknologi r Portable tower crane ataufixed tower crane.
beton pracetak di Indonesia selama ini tidak mengalami kesulitan yang r Crawler crane (140 sanipai dengan 200 ton).
berarti. Alat bantu yang digunakan untuk pemasangan adalah tower r Rubber-tired truck crane (125 sampai dengan 140 ton).
crane atau mobile crane dengan kapasitas angkat sampai dengan 2 ton.
Tower crane dipilih karena kemampuan angkat dan jangkauannya, baik 3. Bangunan rendah dengan jumlah tingkat maksimum 4 (empat) lantai,
arah vertikal maupun horizontal. Dengan pertimbangan kapasitas angkat peralatan yang dapat digunakan adalah:
tower crane, kemampuan produsen untuk memproduksi komponen, r Rubber-tired truck crane (50 sampai dengan 140 ton)
kemampuan mode transportasi, kemampuan jalur kansportasi, maka r Hydro (sampai dengan 50 ton)
berat maksimal satu unit komponen beton pracetak adalah2 ton. Peralatan erection dapat dikelompokkan berdasarkan kapasitas, kegu-
Kapasitas angkat mobile crane yang dimiliki salah satu produsen di naan, serta kemampuannya dalam satu hari seperti tampak dalam Tabel
Indonesia sampai dengan 20 ton sehingga jika pihak proyek 8.1 berikut ini.
menghendaki komponen pelat dengan panjang tertentu dan berat di atas 2
ton, maka hal tersebut masih mungkin dilaksanakan. Namun yang harus
diperhatikan adalah kemampuan dan kemudahan pengadaan mode
transportasi dan jalur transportasi menuju lokasi proyek. Jadi, penentuan
dimensi serta berat dari komponen beton pracetak didasarkan atas
beberapa hal yang semuanya harus dipenuhi.

Alat bantu yang digunakan dalam mentransportasikan komponen beton


pracetak ke Jlatbed truck adalah forklift dengan kapasitas lebih dari 2
ton. Jenis peralatan minimum yang harus tersedia dalam penerapan
{4

dal am Proyek Konstruksi

Tabel 8.1 Penggunaan crane untuk erection komponen beton pracetak.

Climbing
BAB 9
Type ofcrane Mobile crane Tower crane Goliath crane
Aplikasi one-offjob umum
crane
point blocks slab blocks
SISTEM KONEKSI
tower blocks great height
heaw loads
Kapasitas
angkat
30 ton 2-l0ton 2-10ton 5-30ton
Kemampuan
memindahkan 20-40 40-80 40-80 40-80 PENDAHULUAN
(Sumber: Tihamer Koncs,l 979) Proses penyatuan komponen-komponen struktur beton pracetak
menjadi
sebuah struktur bangunan yang monolit merupakan hal yang
amat
penting dalam pengaplikasian teknorogi beton pracetak. tvtaierial
yang
harus disatukan terdiri dari dua jenis. yang pertama adalah penyatuan
material beton dan yang kedua adarah penyatuan mateiiar
baja.
Sambungan antarkomponen pracetak tidak-hanya berfungsi
sebagai
penyalur beban tetapi juga harus mampu secara efektif meng[tegrasikan
komponen-komponen tersebut sehingga struktur secara keseluruhan
dapat berperilaku monolit. Gaya-gaya yang harus disalurkan dalam
struktur bangunan adalah gaya horizontal, yaitu gaya yangtimbul
akibat
beban horizontal (beban angin, beban gempa) au" guyu-uertikar,
yaitu
gayaya",g ditimbulkan akibat beban gravitasi (berat
,inoiri komponen).
Penempatan sambungan antarkomponen beton pracetak harus
diusahakan
sedemikian rupa sehingga terletak pada suatu tempat di mana
momen
yang terjadi relatif kecil dan hanya sedikit komponen yang
harus
disatukan. Mengingat mahalnya biaya dan waktu yuni aiuutrt kan
Gambar 8.4 Erection komponen pracetak untuk
pro_ses penyambungan, sebaiknya diusahakan sesedikit
(Sumber: Nilam Satrio, 2005) mungkin
melakukan penyambungan karena hal tersebut akan menambah
durasi
keseluruhan suatu proyek. salah satu contohnya adarahkomponen
beton
pracetak kolom. Jika memungkinkan (tergantung tinggi
bangunan),
sebaiknya kolom diproduksi secara
-"r"ru. (tanpa sJribungan)
kolom lantai dasar sampai dengan kolom lantai paling atas.
dari

PEMILIHAN SAMBUNGAN
Metode yang digunakan dalam usaha menyatukan komponen-komponen
beton pracetak dibedakan menjadi dua. yang pertama, dengan
meng-
86 Eksplorasi Teknologi dalam Proyek Konstruksi Sisten Koneksi

gunakan sambungan kering. Sedangkan yang kedua adalah dengan Sebuah sambungan diharapkan dapat menyalurkan beban-beban yang
sambungan basah. Metode sambungan kering adalah metode bekerja dengan sempurna. Hal tersebut dapat dicapai apabila sambungan
penyambungan komponen beton pracetak di mana sambungan tersebut tersebut bersifat kaku (rigid).
dapat segera berfungsi secara efektif. Yang termasuk dalam metode ini
adalah alat sambung berupa las dan baut. Sambungan basah adalah
metode penyambungan komponen beton pracetak di mana sambungan SAMBUNGAN KOMPONEN BETON
tersebut baru dapat berfungsi secara efektif setelah beberapa waktu
tertentu. Yang termasuk dalam jenis ini adalah sambungan in-situ
PRACETAK
concrete joints. Masing-masing metode tersebut di atas mempunyai cara penyambungan yang dapat dilakukan dibedakan menjadi dua yaitu
kelebihan dan kekurangan, sehingga pemanfaatannya disesuaikan dengan sambungan basah dan sambungan kering. Masing-masing sambungan
kondisi yang ada. mempunyai keuntungan dan kerugian sehingga penentuan jenis
sambungan tergantung dari berbagai faktor, yang di antaranya adalah
Pemilihan metode penyambungan dipengaruhi oleh beberapa hal, antara
faktor biaya.
lain:

Sistem Struktur SAMBUNGAN BASAH


Rangka bangunan yang terbentuk oleh kolom tanpa ada sambungan
Sambungan basah dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:
di sepanjang kolom biasanya dengan ketinggian tidak lebih dari 30
meter. Hal ini disebabkan karena berat sendiri komponen tersebut. 1. In-Situ Concrete Joints
Dengan bertambah panjangnya kolom maka akan bertambah pula
Sambungan jenis ini dapat diaplikasikan pada komponen-komponen
beratnya. Jika ini terjadi maka tentu diperlukan peralatan dengan
beton pracetak:
kapasitas angkat yang lebih besar (belum tentu peralatan tersebut
tersedia). Dengan demikian dimensi ukuran komponen beton r kolom dengan kolom
pracetak tergantung dari peralatan yang tersedia di daerah di mana r kolom dengan balok
lokasi proyek tersebut berada. t plat dengan balok

Metode Erection Metode pelaksanaannya adalah dengan melakukan pengecoran pada


Dalam penyatuan komponen-komponen beton pracetak dikenal dua pertemuan dari komponen-komponen tersebut. Diharapkan hasil
metode erection, yaitu metode vertikal dan metode horizontal. pertemuan dari tiap komponen tersebut dapat menyatu. Sedangkan
Metode vertikal adalah penyatuan komponen beton pracetak pada untuk cara penyambungan tulangan dapat digunakan coilpler ataupun
arah vertikal ke atas sehingga sambungan-sambungan yang secara overlapping.
dilaksanakan harus segera berfungsi secara efektif karena akan 2. Pre-Packed Aggregate
segera menerima dan menyalurkan beban yang dipikul. Berbeda
dengan metode horizontal, cara ini memberikan kelonggaran waktu Cara penyambungan jenis ini adalah dengan menempatkan aggregate
sebelum sambungan tersebut menerima beban. Dengan demikian pada bagian yang akan disambung dan kemudian dilakukan injeksi
pemilihan alat sambung sangat dipengaruhi oleh metode erection air semen pada bagian tersebut dengan menggunakan pompa hidrolis
yang digunakan. sehingga air semen tersebtrt akan mengisi rongga dari agregat
tersebut.
88 Eksplorasi Teknologi dalan Proyek Konstmksi Sistem Koneksi 89

SAMBUNGAN KBRING r Pelaksanaan Dua Tahap

Jenis sambungan ini dapat dibedakan menjadi dua, yaitu: Pelaksanaan dua tahap diaplikasikan pada penyatuan komponen-
komponen beton pracetak yang dapat dikerjakan menjadi dua tahap.
1. Sambungan Las Contoh keadaan ini adalah proses penyatuan kolom-kolom-balok, tahap
Alat sambung jenis ini menggunakan plat baja yang ditanam dalam yang pertama adalah pelaksanaan penyambungan antara kolom dengan
beton pracetak yang akan disambung. Kedua plat ini selanjutnya balok kemudian dilanjutkan pengecoran antara kolom dengan kolom
disambung dengan bantuan las. Melalui plat baja inilah gaya-gaya (Gambar 9.1).
akan diteruskan ke komponen yang terkait. Setelah pekerjaan
pengelasan dilanjutkan dengan menutup plat sambung tersebut
dengan adukan beton yang bertujuan untuk melindungi plat dari
korosi.
2. Sambungan Baut
Pada penyambungan dengan cara ini juga diperlukan plat baja di
kedua elemen beton pracetak yang akan disatukan. Kedua komponen
tersebut disatukan melalui plat tersebut dengan alat sambung berupa
baut dengan kuat tarik tinggi. Selanjutnya plat tersebut dicor dengan
, adukan beton guna melindungi dari korosi. Gambar 9.1 Sambungan antarkolom dengan balok
dengan cara in-situ concrete, pelaksanaan satu
tahap. Sambungan tulangon baja disatukan dengan
IN-SITU CONCRETE JOINTS las. Kesatuan balok dengan kolom dicapai dengan
menambahkan tulangan baja pada bagian atas dari
Penempatan sambungan antara kolom lantai bawah, kolom lantai di
ujung balok.
atasnya dengan balok dapat terjadi pada satu titik yang sama atau (Sumber: Tihamer Koncz, 1979)
berbeda. Pada penyambungan komponen-komponen beton pracetak
sebaiknya dihindari penyambungan dengan jumlah komponen yang besar
pada satu titik. Hal ini dapat diatasi dengan menempatkan sambungan
antarkolom di atas titik sambungan antara kolom dengan balok.
Pelaksanaan penyambungan in-situ concrete ioints berdasarkan tahap
pelaksanaannya dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:

E Pelaksanaan Satu Tahap


Yang dimaksud di sini adaiah proses pelaksanaan penyambungan antara
kolom-kolom-balok yang dicor dalam satu kali pengecoran. Penyam-
bungan baja dapat dilakukan dengan menggunakan las atau overlapping
(Gambar 4.20).
90 Eksplorasi Teknologi dalan proyek Konstruksi Sistem Koneksi 9l

r Penyambungan Baja
Penyambungan baja tulangan dapat dilaksanakan dengan dua cara. Yang
pertama adalah dengan menggunakan coupler sedangkan cara yang
kedua dengan perpanjangan tulangan baja. Pada penyambungan
antarkolom, tulangan bagian bawah pada kolom atas dan tulangan bagian
atas pada kolom bawah dipasang coupler atau connector.

Gambar 9.2 Sambungan antarkolom dengan balok dengan cara


in-situ concrete, pelaksanctan dua tahap. Pada tahap pertama
pengecoran sambungan ailtora kolom bagian bawah dengan
balok dengan nremberikan socket untuk penempatan kolom
bagian atas. Tahap kedua adalah pengecoran sambungan
antarkolom. B-B
A_ A
(Sumber: Tihamer Koncz, 1979)
---1"fiI--
{
lo. ?l
-tr ra ar

Gambar 9.4 Sambungan kolom dengan meng-


gunakan coupler sebagai alat sambung tulangan
baja. Gambar (a) sambungan antara balok dengan
unit kolom: (l) kolom, (2) coupler, (3) balok, (4) in-
situ concrete. Gambor (b) Sambungan antara
rangka di mana balok menjadi satu kesatuan
dengan kolom. ( l) frame unit, (2) coupler.
(Sumber: Tihamer Korcz, 1979)

Gambar 9.3 Sambungan antarkolom yang letak sambungannya


berbeda tempat dengan sambungan antara kolom dengan balok
(Sumber: Tihamer Koncz, 1979)
92 Eksplorasi Teknologi dalant Proyek Konstruksi Sistem Koneksi 93

---1. l---
Gambar 9.5 Sambungan dengan menggunakan Gambar 9.6 Sambungan kaku antara balok dengan
lapped bars dan grouting kolom menerus dengan alat sambung las
(Sumber: Tihamer Koncz, 1979) (Sumber: Tihamer Koncz, 197 9)

SAMBUNGAN LAS DAN BAUT Jika karena sesuatu hal maka pada kolom tidak dikehendaki adanya
corbel maka untuk menyatukan kedua komponen tersebut dapat
Alat sambung kering dalam menyatukan komponen beton pracetak digunakan baja siku yang ditempatkan pada balok (Gambar 9.7).
menggunakan plat baja yang ditanamkan dalam beton dan ditempatkan
pada ujung-ujung yang akan disatukan. Fungsi dari plat baja ini adalah
untuk meneruskan gaya-gaya sehingga plat baja ini harus benar-benar
menyatu dengan material betonnya. Dalam penyatuan komponen-
komponen beton pracetak dapat digunakan alat sambung berupa baut
atau las. Untuk menghindari terjadinya korosi pada plat baja, setelah
proses penyambungan selesai maka lubang sambungan tersebut harus di-
grouting.

r Sambungan Kaku antara Balok-Kolom Menerus


Pada pertemuan antara balok dengan kolom, ujung balok didukung oleh
corbels yang menjadi satu dengan kolom. Penyatuan antara dua
komponen tersebut menggunakan las yang dilaksanakan pada plat baja
ffi
Gambar 9.7 Sambungan kaku antara balok dengan
yang tertanam dalam balok dengan plat baja yang telah disiapkan pada kolom menerus tanpa corbel atau shoulder
sisi kolom. (Sumber: Tihamer Koncz, 1979)
Sistent Koneksi 95

r Sambungan Sistem Lambda


Sambungan j enisini digunakan untuk pelaksanaan penyatuan antarbalok.
Cara penyambungannya adalah dengan menempatkan pin pada ujung
balok yang akan disatukan. Pin tersebut kemudian disatukan dengan alat
sambung berupa baut ataupun las dan diik-uti dengan grouting untuk
menghindari korosi yang mungkin terjadi. Sambungan antarbalok
sebaiknya ditempatkan pada daerah dengan momen terkecil.

Gambar 9.9 Sambungan pin-joint padu kolom


dengan baut sebagai alat sambung.
(Sumber: Tihamer Koncz, 1979)
Gambar 9.8 Sambungan balok dengan pin_joint
(Sumber: Tihamer Koncz, 1979)

r Sambungan Kolom dengan pin Joints


Untuk menyatukan dua buah kolom yang mempunyai tampang I dapat
digunakan pin yang terletak pada bagian atas dari kolom bawah dan
kemudian pada bagian bawah kolom atas disiapkan lubang untuk
memasukkan pin tersebut. Penyatuan komponen-komponen tersebut
dilakukan rlengan memasukkan pin ke dalam rubang kemudian meng-
gunakan baut sebagai alat bantunya. ujung atas baut di-grouting untuk
menghindari terjadinya korosi.
cara lain untuk menyatukan kolom adalah menggunakan baja profil I
yang ditempatkan pada ujung atas dari kolom bagian bawah, sedangkan
Gambar 9.10 Sambungan kolom tlengan profil I
ujung bawah dari kolom bagian atas diberi lubang untuk menempatkan (Sumber: Tihamer Koncz, 1979)
profil tersebut dan dilakukan grouting untuk menyatukannya.
96 Eksplorasi Tehnlogi dalam proyek Konstruksi Sistem Koneksi 97

I Sambungan Baut pada Mushroom Structure


PERBANDINGAN JENIS.JENIS ALAT
Penyatuan komponen beton pracetak tipe mushroom dapat dilakukan
dengan alat sambung baut. cara penyambungannya dapat dilihat pada
SAMBUNG
Gambar 9.11. Dari berbagai cara penyambungan komponen beton pracetak, masing-
masing mempunyai karakteristik yang berbeda, yang secara garis besar
dapat disajikan dalam Tabel 9.1 berikut ini.

Tabel 9.1 Perbandingan metode penyambungan


In-Situ Sambungan baut Sambungan
Deskripsi
Concrete Joints dan las Prestressed
I Keutuhan Struktur Monolit Tidak Monolit Monolit
I Waktu yang Perlu setting Segera dapat Perlu setting
dibutuhkan agar tinte berfungsi tinrc
sambungan dapat
berfungsi secara
efektif
I Metode erection Horizontal Vertical Method Horizontal
vans sesuai Method Method
I Jenis Basah Kerins Basah
f Ketinggian Max.25 meter
bangunan
Gambar 9.ll Sambungan baut antora kolom I Waktu Lebih lama Lebih cepat 25%- Lebih lama
dengan plat cantilever pada keempat sisinya pelaksanaan karena 40o/o bila karena
n-rembutuhkan dibandingkan dengan membutuhkan
waktu untuk i tt-s i lu concrete j oi nts waktu untuk
setlins time. settins time.
SAMBUNGAN PRESTRESSED f Toleransi dimensi Lebih tinggi Rendah, sehingga Lebih tinggi bila
bila dibutuhkan akurasi dibandingkan
Sambungan komponen beton pracetak dapat dilaksanakan dengan dibandingkan yang tinggi selama dengan
prestressed. dengan proses produksi dan sambungan baut
sambungan ereclion. dan las.
baut dan las.
I Bentang dari Terbatas Terbatas Bentang lebar
struktur yang
mampu didukun

Pada sistem sambungan yang menyatukan komponen pelat lantai dengan


komponen balok digunakan sambungan basah (in-situ concrete joint)
sedangkan untuk menyatukan tulangan digunakan las. Alasan utama
Gambar 9.12 Detil sambungan prestressed
penggunaan sambungan basah adalah karena dapat menghasilkan
Sistent Koneksi 99

struktur yang monolit sehingga struktur bangunan menjadi lebih kaku. r Pelaksanaan pekerjaan open frame dilaksanakan pada setiap
Sedangkan alasan yang lain adalah karena sistem ini mudah dikerjakan lantai (arah horizontal) sehingga pekerjaan beton yang dikerjakan
oleh pelaksana konstruksi serta biaya yang dibutuhkan relatif lebih lebih awal akan mengeras lebih cepat kemudian diikuti pekerjaan
murah. Pemakaian jenis sambungan ini memerlukan setting time bagi selanjutnya. Pelaksanaan pemasangan pelat pracetak harus
beton sehingga sambungan pada lantai tidak dapat segera be.fr.rgsi. mengikuti urutan pelaksanaan balok-kolom.
Konsekuensi dari pemakaian sambungan basah adalah harus meng-
gunakan metode pemasangan secara horizontal. Hal ini dilakukan untuk r Lantai setelah pekerjaan balok-kolom (cara tradisional) harus
memberi cukup waktu bagi pengerasan sambungannya. Namun demikian segera berfungsi, karena lantai ini harus segera Snendukung
harus dipertimbangkan pula luas bangunan yang akan dipasang karena bekisting balok dan kolom lantai selanjutnya. Untuk memper-
dengan luas yang relatif sempit maka pekerjaan pemasangan akan selesai cepat pelaksanaan struktur bangunan maka pekerjaan pemasang-
kurarig dari jam kerja setiap harinya. Jika kondisi demikian terjadi maka an lantai pracetak selalu mengikuti pekerjaan balok-kolom cara
pemakaian sambungan basah tidak elektif sehingga harus dipilih tradisional (tentunya menunggu sampai kekuatannya layak
alternatif lain. dibebani).

Penggunaan sambungan kering pada penyatuan komponen beton Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan pekerjaan
pracetak terutama pelat lantai dengan balok sampai saat ini jarang bangunan gedung yang menggunakan pelat pracetak harus selalu meng-
digunakan. Hal ini karena monolitas struktur kurang dapat dicapai. Lai gunakan metode pemasangan secara horizontal jika hendak mereduksi
hanya digunakan pada penyatuan tulangan pelat lantai (baik arah durasi konstruksinya.
longitudinal maupun transversal), dan selanjutnya dilakukan pengecoran Sistem sambungan basah yang diaplikasikan pada struktur pelat pracetak
untuk melindungi tulangan dari korosi. Keunggulan dari sistem (HCS) dibedakan menjadi 2 (dua) lokasi, yaitu lokasi pada perletakan
sambungan ini adalah langsung dapat berfungsi secara efektif sehingga dan lokasi sambungan arah langitudinal. Sambungan pada daerah
metode pemasangan yang digunakan dapat dipilih antara metode perletakan bertujuan untuk memindahkan/meneruskan beban vertikal
horizontal atau vertikal atau kombinasi dari keduanya. Metode sam- dari pelat lantai ke balok, untuk kondisi normal ataupun tidak normal
bungan ini efektifuntuk bangunan gedung dengan luas iantai yang relatif (bila terjadi kebakaran). Sistem ini dapat diaplikasikan pada balok yang
kecil karena dengan sambungan ini kegiatan pemasangan dimungkinkan terbuat dari beton ataupun dari baja. Untuk menyatukan komponen pelat
untuk mencapai beberapa lantai dalam satu hari (iika sumberdaya dengan balok, pada ujung pelat terdapat celah yang berfungsi untuk
memungkinkan). pengecoran beton. Jumlah celah ini dapat dibedakan menjadi 2 (dua).
Karena jenis komponen beton pracetak yang digunakan Pertama, celah normal dan yang kedua, celah banyak.
di Indonesia
terbatas hanya pada pelat lantai, sedangkan struktur rangka yang Sambungan longitudinal adalah sambungan yang berada pada sisi
digunakan adalah open frame (pelaksanaan di lapangan dengan cara memanjang (tegak lurus perletakan) pelat. Sambungan ini menyatukan
tradisional) maka tidak terjadi korelasi antara pemilihan jenis sambungan antara pelat beton pracetak dengan balok ataupun dinding. Tujuan utama
dengan pemilihan metode pemasangan. Kondisi demikian sangat sambungan longitudinal pelat dengan balok ataupun dinding adalah
dipengaruhi oleh kemampuan kontraktor dalam menyelesaikan rangka untuk mengatasi gaya-gaya geser yang terjadi.
bangunan sehingga layak dibebani oleh pelat pracetak. Dengan sistem
yang ini metode pemasangan yang harus digunakan oleh kontraktor
adalah metode horizontal. Pertimbangan pemakaian ini didasarkan oleh
hal-hal sebagai berikut:
iiiF

PERBAIKAN KOMPONEN PRACETAK


Jika terjadi kerusakan pada komponen beton pracetak maka sebaiknya
BAB 10
komponen tersebut tidak digunakan lagi. pada batas-batas tertentu
kerusakan yang terjadi dapat diperbaiki, tetapi hal itu harus mendapat ASPEKEKONOMIS
rekomendasi dari tenaga ahli. Jika kerusakan terjadi setelah komponen
beton pracetak terpasang pada posisinya, hal yang harus dilakukan
adalah mengevaluasi apakah komponen tersebut masih layak diigunakan.
Salah satu cara untuk mengevaluasi hollow core slab yang retak setelah
terpasang adalah dengan melakukan pengujian beban sederhana, yaitu
dengan memberikan beban pada plat tersebut dan kemudian mengecek
lendutan yang terjadi. Jika hasil uji beban disimpulkan tidak rayak maka PENDAHULUAN
plat tersebut harus dilepas dan diganti dengan plat yang baru. plat yang
sudah rusak tidak dapat digunakan lagi dan harus dibuang. Faktor-faktor ekonomi yang mempengaruhi aplikasi teknologi beton
pracetak:
r Faktor biaya, yaitu biaya yang dibutuhkan untuk mewujudkan
rencana bangunan tersebut.

r Faktor waktu, yaitu waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan


pelaksanaan konstruksi bangunan sampai dengan bangunan
tersebut dapat berfungsi sesuai dengan rencana penggunaannya.
r Faktor mutu, yaitu hasil yang dicapai dari proses pelaksanaan
konstruksi.

FAKTOR BIAYA
Faktor-faktor yang mempengaruhi ekonomis tidaknya aplikasi teknologi
beton pracetak dapat diidentifikasi sebagai berikut:
I Kebutuhan material untuk seluruh bangunan.
I Biaya produksi, yang ditentukan oleh waktu pelaksanaan serta
investasi peralatan yang diperlukan.
r Biaya yang dibutuhkan untuk transportasi.
I Biaya yang dibutuhkan untuk pemas an gan.
I Biaya untuk penyelesaian.
ib

102 Eksplorasi Teknologi dalam Prqtek Konstruksi

Distribusi biaya dalam suatu bangunan gedung ditunjukkan Tabel 10.1 Perbandingan bicya konstruksi antara teknologi beton
skematis seperti pada Gambar 10.1. pracetak dengan proses konstruksi konvensional.

Nature of expenses Site build

Material
box nit 3 315 401
Other material 2 661 726 2 661 726
Buildins Worker's W
box nit I 111 112
Other 1 914 600
Sub-Contractors
st box unit 2 812 980 3 198 3s8
Other sub-contractors
Gambar l0,l Komponen biaya dalam proyek gedung dengan Site costs
teknologi beton procetak. (l) perencanaan; (2) boja tulangan; (3) r 570 000
sambungan struktur; (4) beton; (5) insulator panas; (6) external Desi
joints; (7) depresiasi & suku bunga; (8) upah; (9) transportasi;
(10) pemasongon; (ll) material; (12) monufaktn; (13) Construction & r6 389 r98
komponen; (14)finishing. [ &unber: Tihqmer Koncs,l979J. Municipal fees
Land & other
Contoh pelaksanaan pembangunan gedung dengan menggunakan dua tor costs
metode, yaitu satu gedung dengan teknologi beton pracetak sedangkan Value added tax
yang lain menggunakan proses konstruksi konvensional. perbandingan Credit costs
biaya yang dibutuhkan antara kedua metode tersebut ditunjukkan dalam Total Production
Tabel 10.1. Dalam tabel tersebut diperlihatkan biaya total pelaksanaan Costs il 3r8
dengan teknologi beton pracetak adalah 10.302 sedangkan dengan (Sumber: Bengt Hansson, Lund University, Sweden)
metode site build membutuhkan biaya 11.318 sehingga didapatkan
penghematan sebesar 9,9o%.

Pada Gambar 10.2 diperlihatkan diagram perbandingan biaya pada


beberapa sistem yang berbeda dalam satuan tiap meter persegi lantai
bangunan. Keuntungan penggunaan teknologi beton pracetak dapat
terlihat dengan jelas, yaitu biaya yang dibutuhkan setiap meter persegi
lantai bangunan yang lebih kecil daripada in-situ concrete system,
terutama pada bangunan tingkat tinggi.
t04 Eksplorasi Tehrclogi dalam Prq,ek Konstntksi Aspek Ekononis 105

Comparative cost of industrialised system (umumnya berkisar antara zo -looh), sedangkan penghematan
for high, medium and low rise building terhadap
biaya struktur pelat mencapai di atas ts"z". gesamya reduksi
biaya
o6 konskuksi dalam suatu proyek dipengaruhi oleh berbaiai har,
misarnya:
f;.s
Eo,En
oo
high rise
persentase penggunaan beton pracetak terhadap totar
cost, ketinggian
nedium bangunan, luas bangunan, dan lokasi proyek.
O -r,

q540 rise
low rise Tabel 10.2 dapat digunakan untuk menggambarkan hubungan
antara
EE ro penghematan biaya dengan luas rantai ataupun jumrah
ranlai. Secara
EEzo rasional jika penggunaan pelat pracetak mampu mereduksi biaya
3g10
o,o konstruksi maka semakin luas lantai bangunan berakibat
semakin besar
go
(r5 0 reduksi biaya yang dihasilkan. Sedangkan semakin tinggi
insitu precast tinber steel
bangunan
reduksi biaya semakin kecil, hal ini disebabkan karena"[roduktifitas
<o concrete concrete system system pemasangan semakin kecil.
system system
Tabel 10.2 Perbandingan biaya proses konvensionar dengan pracetak.
Gambar 10.2 Komparasi biaya berbagai sistem patla bangunan
gedung tinggi, sedang, dan renda& (Sumber: Seeley I.H.) Lab.
Nama Proyek Gedung Mesjid Raya Gedung
Pentarikhan
IUC-ITB Samarinda PT.BEP
Geolosi
r Reduksi Jumlah Pekerja L"^ I"rrtr, - 13.400 m' 3700 m' 1575 m' I 700
Penerapan teknologi beton pracetak mampu mereduksi jumlah tenaga Jumlah Lantai 8 lantai 4 lantai 2 lantai 2 lantai
kerja lebih dari l\oh. Pengurangan ini khususnya terjadi karena untuk tan antara konvensional - pracetak :
memasang pelat lantai hanya membutuhkan satu tim yang terdiri atas Terhadap Struktur
Total s..99 % s.38 % 1.52% 9.32%
lima tenaga ahli dengan pendidikan minimum STM (harus mengerti dan
Terhadap Pelat
memahami sifat-sifat beton). Dengan demikian terjadi pengurangan 14.92 % 18.9 % 18.9 %
Pracetak 12.01%
jumlah pekerja, terutama tukang kayu untuk pekerjaan bekisting, tukang
besi untuk pekerjaan perbesian, tukang batu untuk pelaksanaan
(Sumber: Pribadi K.S, Fatima,fno-* S. tlef,
pengecoran pelat lantai. sejumlah pekerja yang relatif banyak tersebut
Reduksi durasi konstruksi yang mencapai 2s% dibanding proses
hanya digantikan oleh satu tim pemasang yang minimum terdiri dari lima
konvensional sangat berpengaruh terhadap biaya yang
orang. dikeruarkan
selama waktu reduksi tersebut. Biaya-biaya yang seharusnla
dikeluarkan
adalah overhead proyek dan overhead tantor pusat. Keuntungan
r Reduksi Biaya Konstruksi lain adalah dalam reduksi waktu tersebut kontraktor dapat memulai
yang

Penerapan teknologi beton pracetak mampu mereduksi biaya konstruksi. kegiatan proyek baru sehingga menghasilkan profit yang
baru.
Hal ini disebabkan oleh karena adanya reduksi durasi konstruksi yang Lebih dari 10% jumlah pekerja rapangan dapat dikurangi.
mengakibatkan terjadinya pengurangan biaya overhead proyek, reduksi 'biaya Hal ini
berpengaruh terhadap pengeruaran konstruksi teruiama upah
jumlah pekerja, reduksi kebutuhan bekisting (untuk menyatakan tenaga kerja' Pengurangan pekerja hanya terjadi untuk
besamya reduksi ditinjau dari pelat pracetak dan terhadap biaya struktur tukang dan
pembantunya (tukang kayu, tukang besi, tukang
total). Pengurangan biaya konstruksi struktur total tidak terlalu besar batu) sedangkan tenaga
profesional jumlahnya sama seperti proses konstruksi
kolnvensionar.
$
rt

106 Ekplorasi Teknologi dalam Proyek Konstruksi


Aspek Ekonomis t07

Keuntungan lain yang dapat diambil adalah berkurangnya faktor resiko


yang dibutuhkan untuk pemasangan kolom, pemasangan balok, dan
kecelakaan kerja di lapangan (semakin sedikit jumlah pekerja, maka
pemasangan plat lantai. Bila waktu pemasangan dari setiap item
semakin mudah dikendalikan).
pekeriaan tersebut dapat dimunculkan maka akan dapat diketahui dengan
Volume pekerjaan agar Tayak mengaplikasikan teknologi beton pracetak pasti berapa banyak waktu yang dapat dihemat/dipercepat.
aaadalah jika volume pekerjaan beton yang dilaksanakan secara pracetak
paling tidak adalah 2200 m3 dan jumlah tipe komponen tidak lebih dari
PROSES KONSTRUKSI TRADISIONAL
enam jenis. Hal ini berdasarkan pertimbangan pengadaan cetakan di
mana biaya pengadaannya relatif mahal. Material cetakan yang
digunakan adalah besi karena hampir semua persyaratan sebagai bahan
cetakan dapat dipenuhi. Biaya ini akan mencapai titik impas jika
digunakan untuk produksi komponen beton pracetak dengan volume
paling tidak 2200 m3 .

r Persentase Biaya Pemasangan dan Pengurangan Biaya


Bekisting
PROSES KONSTRUKSI TEKNOLOGI PRECAST CONCRETE
Biaya yang dibutuhkan untuk kegiatan pemasangan berkisar antara 10%o
sampai dengan 25%o terhadap nominal beton pracetak. Sedangkan
persentase pengurangan biaya untuk bekisting berkisar antara X l0% Gambar 10.3 Perbandingan tohapan konstruksi ontarct proses konstruksi
sampai dengan 25o/o terhadap nominal beton pracetak. Hal ini dapat konvensional dengan penggunaan teknologi beton procetok
terjadi karena penggunaan bekisting dalam pabrik sangat efisien (dapat
digunakan berulang kali). Sedangkan bekisting cara cast in-situ hanya satu pilot project dilaksanakan pada pembangunan hotel dengan jumlah
mampu digunakan beberapa kali (ika memungkinkan). Biaya bongkar kamar sebanyak 40 buah. Dalam proyek ini terdapat dua buah bangunan
pasang bekisting pada tempat yang berbeda akan menambah biaya yang sama. Salah satu bangunan menggunakan teknologi beton pracetak
konstruksi secara keseluruhan. Pengurangan kebutuhan bekisting akibat dan yang lain menggunakan proses konstruksi konvensional. Hasil
tidak diperlukannya dalam pelaksanaan pekerjaan pelat lantai berkisar perbandingan dari kedua metode tersebut ditunjukkan dalam Gambar
10.4.
antar a I 0%-25% dibandin g pro ses konstruksi konven sional.
Dalam Tabel 10.3 ditunjukkan pelaksanaan dua bangunan yang hampir
FAKTOR WAKTU sama luasnya. Salah satunya menggunakan teknologi beton pracetak dan
yang lain menggunakan proses konstruksi konvensional. Dari proyek
Dari segi waktu pelaksanaan konstruksi, penggunaan teknologi beton tersebut didapatkan hasil sebagai berikut:
pracetak lebih singkat dibandingkan dengan pelaksanaan konstruksi
secara konvensional. Gambaran tahapan penggunaan teknologi beton r Dengan teknologi beton pracetak, pemakaian tenaga kerja
pracetak dibandingkan dengan proses konstruksi konvensional dapat berkurang t40% dibandingkan dengan proses konstruksi
dilihat pada Gambar 10.3. konvensional.

Pada Gambar 10.3 terlihat selisih waktu yang didapatkan dari peng- r Durasi waktu yang dibutuhkan lebih cepat + 40%o dibandingkan
gunaan beton pracetak. Meskipun demikian perlu diperhatikan waktu proses konvensional.
t08 Eksplorasi Teknologi dalam Prqtek Konstntksi

Biaya transportasi komponen beton pracetak dalam jarak rata- Faktor yang berpengaruh terhadap reduksi ini adalah faktor produksi dan
rata antara 30 lan - 50 km lebih tinggi sebesar 8 - 18% diban- instalasi komponen beton pracetak. Untuk memproduksi pelat lantai
dingkan proses konvensional. (Hollow core slab) dengan lebar 120 cm dan panjang lintasan + 700m'
dibutuhkan waktu + 16 jam dengan jumlah pekerja 5 orang. Setiap satu
Grafik Perbandingan jam, satu orang mampu memproduksi pelat HCS seluas :|0,2 m x 700
m) / 16 jam /5 orangl : 10,5 m2 1^, 0,0952 jarn/oranglm2).
120
untuk melakukan instalasi pelat lantai seluas + 150 m2 dibutuhkan waktu
^ 100 + 8 jam dengan 5 orang pekerja. Dengan demikian setiap satu jam/satu
*80 orang mampu memasang pelat lantai seluas : (150 m' / g jam / 5 0rang)
0oo
E40 = 3,75 m' (* 0,2667 jant/oranglm2). Berat lm3 beton piacetak antara
ozo l,392ton(* 1,4 ton) - 1,704 ton (=1,/ ton). Jika tebal pelat rata_rata20
0 cm maka berat lmz pelat adalah (p,2 x 1,7 ton) : 0,34 ton/m2. Setiap hari
0 1 2 3 4 5 6 7 8 910 111213 mampu memasang seluas 150 m2, sehingga berat komponen yang dapat
dipasang adalah 150 m2 x 0,34 tonlm2 = 5l ton.
Time(month)
Total waktu yang dibutuhkan untuk ppduksi dan pemasangan komponen
Gambar 10.4 Perbandingon penggunaan teknologi beton Hollow core slab (rycs) seluas I m2 adalah (o,og5z jarr/orang/m) +
procetak dengan proses konstruksi konvensional. (0,2667 jam/ oranglm') : 0,36 I 9 jam/orang.
(Sumber: Hansson B.)

FAKTOR MUTU
Tabel 10.3 Waktu konstruksi pada bangunan dengan volume rata+ata 9500 m3
Dalam industri manufaktur, masalah pengendalian kualitas produk yang
Luas Bangunan dihasilkan dapat terpantau dengan jelas. Dengan metode statistik dan
Waktu konstruksi
Teknologi per lantai (%) teknik pengendalian yang tepat akan dapat diperoleh informasi dini
(m2)
per lantai (hari)
tentang produk yang dihasilkan. Jika terjadi penyimpangan kualitas dari
Konvensional 54,4 l 1.3 100 produk maka manajemen dengan segera dapat melakukan tindakan
Pracetak 6l 6.5 58 tertentu sehingga kualitas produk dapat sesuai dengan standar yang
[Sumber: Cervenka V., l97l] disyaratkan.
Produk yang dihasilkan mempunyai akurasi dimensi yang tinggi sehingga
r Reduksi Durasi Konstruksi dalam pelaksanaannya di lapangan menjadi relatif lebih mudah serta
mempunyai kenampakan yang lebih baik.
Berdasarkan hasil kajian di Indonesia terlihat bahwa penerapan teknologi
beton pracetak mampu mereduksi durasi konstruksi sampai dengan 25Yo Kelayakan dalam penerapan teknologi beton pracetak harus dipandang
bila dibandingkan dengan proses konstruksi konvensional. dari berbagai aspek. Baik yang bersifat teknis maupun ekonomis,
keduanya harus dipenuhi. Tinjauan aspek ekonomis lebih ditentukan oleh
pencapaian tujuan utama dari proyek, yaitu tepat biaya, tepat mutu, dan
tepat waktu.
il0 Eksplorasi Teknologi dalant Proyek Konstruksi

KEMUDAHAN PENGENDALIAN WAKTU


DAN BIAYA BAB 11
Penerapan teknologi beton pracetak mempermudah pengendalian skedul
pelaksanaan dan biaya konstruksi. Hal ini dapat terjadi karena tingkat
KOMPARASI PRACETAK.
kepastian pemakaian komponen beton pracetak relatif besar.
tingkat kepastian adalah kepastian dalam produksi,
Arti dari
biaya, mutu, dan
KONVENSIONAL
waktu. Dari sisi pengendalianlkoordinasi relatif lebih mudah karena
dalam satu paket pekerjaan proyek gedung yang terdiri dari ratusan item
pekerjaan dapat disederhanakan menjadi beberapa paket kecil pekerjaan.
Caranya adalah dengan men-subkontrak-kan pekerjaan tersebut kepada
pihak lain (spesialis). PENDAHULUAN
Skedul pekerjaan suatu proyek konstruksi biasanya terdiri dari master Ada berbagai aspek yang dominan dalam pengaplikasian teknologi
schedule dan partial schedule. Master schedule adalah skedul yang berisi pracetak di Indonesia bila dibandingkan dengan apa yang telah
semua item pekerjaan dari proyek tetapi unit pekerjaan yang tertera dilaksanakan di negara maju. Hal itu dapat ditinjau dari berbagai macam
adalah satu paket pekerjaan yang relatif belum detil. Untuk mengetahui sudut pandang, seperti perencanaan (tahap perencanaan dan metode
skedul unit pekerjaan tersebut dapat dilihat pada partial schedule di analisis), sistem struktur (tipe struktur), produksi (metode produksi,
mana unit pekerjaan dalam skedul ini lebih detil. Satu proyek konstruksi bahan cetakan), transportasi (alur transportas.i, sistem transportasi, mode
dapat memiliki sejumlah partial schedule sehingga masing-masing harus transportasi), erectio n (metode pemasangan, berat maksimum komponen,
selalu dievaluasi oleh pihak yang bertanggung jawab. Sistem skedul peralatan yang digunakan dalam pemasangan, kemampuan pemasangan
bertingkat ini relatif lebih mudah pengendaliannya bagi seorang project komponen pracetak, jumlah pekerja), koneksi (enis metode penyatuan
manager. Penerapan beton pracetak pada proyek konstruksi memung- beton, penyatuan tulangan), perbaikan (metode perbaikan), biaya
kinkan untuk men-subkontrak-kan pengadaan serta pemasangan menjadi (reduksi biaya), waktu (reduksi durasi konstruksi), dan mutu (tingkat
satu paket pekerjaan tersendiri. Project manager hanya perlu melakukan kerusakan).
koordinasi terhadap pihak-pihak yang terlibat dalam paket pekerjaan
tersebut. Dengan demikian pihak kontraktor utama juga mendapatkan
ASPEK PERENCANAAN
keuntungan yang berupa pengalihan risiko kepada pihak lain.
Proses aplikasi teknologi pracetak diawali dengan perencanaan. Hal ini
Dengan cara demikian kontraktor utama lebih mudah mengendalikan
tidak berbeda dengan pelaksanaan dengan cara-cara konvensional.
biaya konstruksinya, karena biaya yang dikeluarkan untuk pengadaan
Langkah awalnya adalah melakukan perencanaan arsitektur yang
dan pemasangan pelat sudah tertentu. Salah satu karakteristik proyek
kemudian dilanjutkan dengan perencanaan struktur oleh ahli sipil/
konstruksi adalah penuh dengan "ketidak-pastian" sehingga dengan men-
konstruktor. Apa yang dilakukan ini tidak berbeda antara yang terjadi di
subkontrak-kan kepada pihak lain yang memiliki kemampuan yang
Indonesia dengan di negara maju. Cara analisisnyapun tidak berbeda,
meyakinkan maka faktor ketidak-pastian tersebut dapat dikurangi.
yaitu dengan menggunakan metoCe elastic design.
Pemilihan sub-kontraktor harus benar-benar selektif. Jika kontraktor
yang ditunjuk temyata tidak mampu (qualified), hal itu dapat berakibat
buruk bagi kontraktor utama, baik secara teknis maupun ekonomis.
1t2 Eksplorasi Teknologi dalanr Proyek Konstrul<si Komparusi Prurctuk- Kotrven siotr o I 113

ASPBK SISTEM STRUKTUR ASPBK TRANSPORTASI


Ada perbedaan yang cukup besar antara di Indonesia dengan di negara Cara memindahkan komponen beton pracetak dari lokasi pembuatan ke
lain, khususnya pada tipe struktur yang digunakan. Di negara maju lokasi di mana komponen tersebut akan digunakan dipengaruhi oleh jalur
digunakan struktur rangka kolom menerus, struktur rangka kolom transportasi, sistem transportasi, dan mode transportasinya. Di negara
sambungan, struktur rangka yang berupa unit portal, sedangkan yang maju pada umumnya jalur transportasi yang digunakan adalah jalan raya,
digunakan di Indonesia adalah tipe struktur open frame dengan pelat jalan baja (rel), dan jalur laut sementara di Indonesia pada umunmya
lantai pracetak. Perbedaan terjadi dikarenakan perkembangan teknologi menggunakan jalur jalan raya. Pertimbangan menggunakan jalan raya
beton pracetak di Indonesia baru dalam tahap dimulai sehingga untuk adalah karena jaringan jalan raya lebih luas dibandingkan jalan rel,
mengaplikasikan seluruh komponen struktur menjadi unit pracetak sedangkan jalur laut digunakan jika harus mentransportasikan komponen
dibutuhkan tahapan waktu tertentu. Sementara ini komponen yang tersebut keluar pulau.
diaplikasikan pada bangunan hanya berupa plat lantai dengan pendukung Sistem transportasi yang digunakan di Indonesia adalah sistem horisontal
rangka terbuka (op en frame). sedangkan negara maju menggunakan sistem horisontal dan sistem
vertikal. Hal ini karena jenis truk yang tersedia di Indonesia adalah truk
ASPBK PRODUKST trailerlflatbed n'uck, dan lebih efisien bila ditinjau dari penataannya.
Cara memproduksi komponen beton pracetak dipengaruhi oleh metode Mode transportasi yang digunakan tentu disesuaikan dengan jalur
produksi dan bahan cetakan. Perbedaan antara negara maju dengan di transportasi yang digunakan. Di negara maju digunakan Jlatbed truck,
Indonesia adalah pada cara-cara proses produksi komponen tersebut. kereta api, dan kapal laut sedangkan di Indonesia truk bak terbuka, dan
Negara-negara maju menggunakan sistem stationary production, slip- Jlatbed truck. Pertimbangan pemilihan mode transportasi ini adalah
fonn production, Jlow-line production, Indonesia menggunakan sistem karena keleluasaan bergerak ke segala tempat sehingga proses handling
stationary production dan slip-fonn production. Metode produksi hanya perlu terjadi pada saat pemuatan dan pembongkaran. Ini tentu saja
stationary production digunakan untuk memproduksi komponen balok lebih ekonomis.
pracetak sedangkan s lip-form p rocluct io n digunakan untuk memproduksi
komponen pelat beton pracetak (Hollow Core Slab). Pemakaian Jlow- ASPEK ER.ECT'ION
line production ttdak diaplikasikan di Indonesia karena metode ini cocok
untuk memproduksi komponen dalam jumlah besar, di mana komponen Cara penyatuan komponen beton pracetak dipengaruhi oleh beberapa hal,
bergerak sepanjang proses produksi yang diperlukan (misal mempro- yaitu metode pemasangan, berat maksimum kornponen pracetak,
duksi komponen atap). peralatan pemasangan, kemampuan pemasangan komponen beton
pracetak dan jumlah pekerja yang dibutuhkan. Baik di negara maju
Dilihat dati bahan cetakan yang digunakan, negara-negara maju mauprm di Indonesia menggunakan metode pemasangan yang sama,
menggunakan besi, kayu, atau plastik sedangkan di Indonesia meng- yaitu metode vertikal dan horisontal. Metode vertikal digunakan jika
gunakan besi. Material besi digunakan karena bahan ini hampir struktur open frame telah selesai dilaksanakan. Bila pelaksanaan antara
memenuhi semua persyaratan cetakan (volume stabil, dapat digunakan struktur open frante dengan pemasangan pelat pracetak beriringan maka
berulang kali dengan biaya perawatan yang rendah, mudah menggunakan metode horisontal.
dipindahkanlrelatif, rapat air, daya lekat terhadap beton rendah, dan
mudah disesuaikan dengan kebutuhan). Terjadi perbedaan yang besar antara di negara maju dengan di indonesia
dalam hal berat komponen beton pracetak. Di negara maju, maksirnum
berat komponen beton pracetak mencapai 11 ton sedangkan di Indonesia
u4 Eksplorasi Teknologi dalant Proyek Konstruksi Ko ntp a ras i P ra c e t ak- Ko nvens io n a I il5

hanya 2 ton, karena pertimbangan kemampuan produsen dalam mempro- ASPBK PERBAIKAN
duksi, kapasitas peralatan handling, kemampuan jalur transportasi,
peralatan pemasangan yang tersedia, dan mudah didapatkan. Jika kendala Tidak jarang komponen beton pracetak mengalami kerusakan yang
ini dapat diatasi maka berat komponen tentu dapat ditingkatkan. timbul pada saat produksi, transportasi, ataupun erection. Jika hal ini
terjadi maka direkomendasi untuk tidak digunakan. Dengan kata lain
Tentang aspek alat yang digunakan juga terladi perbedaan yang cukup komponen yang telah rusak tidak dapat diperbaiki; atau kerusakan
besar, yaitu dalam hal jenis dan kapasitasnya. Di negara maju digunakan komponen pracetak dapat diperbaiki jika menurut penilaian tenaga ahli
fixed tower crane, monorailsystem, guy derrick, mobile crane; kapasitas tipe kerusakan itu dinyatakan tidak membahayakan.
maksimum 30 ton. Sedangkan di Indonesia digunakan tower crane,
mobile crane; kapasitas maksimum 20 ton. Pemilihan jenis peralatan
ASPBK BIAYA
berupa tower crane didasarkan pada kemudahan pengadaan, jangkauan
yang memadai baik secara vertikal maupun horisontal, dan kapasitas Efisiensi pemakaian teknologi pracetak jika dibandingkan dengan cara-
angkat yang mencukupi. cara konvensional dalam ha1 reduksi biaya konstruksi adalah sebagai
berikut: Di negara maju, teknologi ini mampu mereduksi sebesar 10o%
Kemampuan untuk menyatukan komponen-komponen beton pracetak
sedangkan di Indonesia diyakini bahwa teknologi ini mampu mereduksi
juga berbeda. Negara maju + 150 ton/hari sedangkan di Indonesia + 51
biaya. Hanya saja sampai sekarang belum terdapat kejelasan tentang
ton/hari. Hal ini terjadi karena perbedaan dalam kemampuan peralatan
besarnya reduksi. Reduksi biaya terjadi karena reduksi pemakaian
yang tersedia; perbedaan variasi komponen yang di-erection. Di
bekisting; reduksi jumlah pekerja; reduksi biaya overhead karena
Indonesia, jenis komponen yang di-erection hanya komponen pelat lantai
kecepatan pelaksanaannya.
saja sedangkan di negara maju berupa komponen balok, kolom, peIat,
unit tangga; dan tingkat produktivitas pekerja yang berbeda. Jumlah
pekerja yang dibutuhkan untuk proses erection untuk kedua negara ASPEK WAKTU
adalah sama, yaitu lima orang untuk setiap tim ke4'a
Efisiensi pemakaian teknologi pracetak jika dibandingkan dengan cara-
cara konvensional dalam hal reduksi waktu konstruksi adalah sebagai
ASPEK KONEKSI berikut: Di negara maju teknologi ini mampu mereduksi sebesar ! 50%
Cara menyatukan dua atau lebih komponen beton pracetak dibedakan sedangkan di Indonesia diyakini bahwa teknologi ini mampu mereduksi
menjadi dua. Pertama, cara menyatukan material beton dan yang kedua sebesar f 25%. Reduksi waktu hanya 25% disebabkan tipe komponen
adalah cara menyatukan material baja tulangan. Proses penyatuan beton pracetak yang diproduksi hanya pelat lantai saja sementara di
material beton di negara maju adalah sambungan basah (in-situ concrete negara maju hampir semua komponen diproduksi secara pracetak.
joint), sambungan kering (las, baut, pin, prestress), sedangkan di Reduksi waktu pelaksanaan didapatkan dari kegiatan pemasangan
Indonesia digunakan sambungan basah (in-situ concrete joint) dan komponen.
sambungan kering (las). Pemilihan sambungan basah disebabkan oleh
kemudahan pengadaan materialnya, menghasilkan struktur yang monolit
dan kemudahan dalam pengerjaannya. Proses penyatuan material baja di
ASPEK MUTU
negara maju overlapping, coupler, las sedangkan di Indonesia adalah 1as Mutu bangunan yang dihasilkan dari kedua teknologi jika ditinjau dari
karena kemudahan pengerjaannya dan murah. tingkat kerusakannya adalah sebdgai berikut: Di negara maju, teknologi
pracetak tidak menimbulkan kerusakan sedangkan di Indonesia kerusakan
yang ditimbulkan akibat teknologi pracetak adalah + 5o/oper tahun.
BAB 12
ASPEKMANAJEMEN

PENDAHULUAN
Berdasarkan kajian tentang penggunaan komponen beton pracetak serta
kondisi sesungguhnya yang ada di Indonesia saat ini maka dapat
digambarkan seperti dalam Tabel 12.1. Tabel tersebut dapat memberikan
gambaran bagi pihak-pihak yang akan mengaplikasikan teknologi beton
pracetak, baik tentang permasalahan yang mungkin dihadapi pada saat
perencanaan maupun pada pelaksanaan pekerjaan.
Tabel l2.l memperlihatkan pengaruh antarfaktor manajemen pada
pengaplikasian teknologi beton pracetak. Pengaruh masing-masing faktor
disajikan dalam bentuk diagram matriks, di mana sisi sebelah kiri
menunjukkan variabel "terpengaruh" sedangkan sisi bagian atas
menunjukkan variabel "pengaruh". Hubungan yang terjadi antarfaktor
adalah hubungan timbal-balik, yaitu hubungan di mana suatu variabel
dapat menjadi sebab dan juga akibat dari variabel lain. yang dimaksud
dengan suatu variabel dapat menjadi sebab dan juga akibat dari variabel
lain adalah pada suatu waktu variabel X mempengaruhi variabel y, pada
waktu yang lain variabel Y mempengaruhi variabel X. Dengan demikian
variabel "terpengaruh" dapat pula menjadi variabel ..pengaruh" pada
waktu lain. Hubungan antarvariabel dapat bersifat hubungan antara dua
variabel saja (bivariat) atau hubungan antara lebih dari dua variabel
(ntultivariat).
Dalam Tabel 12.2 sampai dengan Tabel 12.9 menggambarkan hubungan
antara faktor "terpengaruh" dengan faktor "pengaruh" bersifat bivariat.
Tabel tersebut merupakan gambaran sederhana hubungan antara faktor
"terpengaruh" dengan faktor "pengaruh". Namun demikian tidak
menutup kemungkinan terjadinya hubungan multivariat dalam kasus
Teknologi dalam Proyek Konstruksi
Aspek Manajemen lt9

tertentu (misal, untuk memproduksi komponen pracetak dipengaruhi oleh "kuat" dan "lemah" adalah sebagai berikut: Dalam
Penjelasan definisi
transportasi dan c o nne c t i on).
upaya memenuhi kebutuhan pelat pracetak pada sebuah proyek
Hubungan antarfaktor dibedakan menjadi 2 (dua) kondisi, yaitu konstruksi, kontraktor utama mengadakan pabrikasi pelat pracetak di
hubungan kuat dan hubungan lemah. Hubungan dinyatakan kuat jika lokasi proyek. Kemampuan produksi adalah: Dalam waktu 7 (tujuh) hari
faktor "pengaruh" langsung mempengaruhi faktor "terpengaruh". Dalam diproduksi pelat 504 m'. Ukuran pelat: panjang4 m,lebar 2 m sedangkan
hal ini akibat pengaruh tersebut dapat lebih terukur. Sedangkan hubungan tebalnya 8 cm, sehingga luas setiap pelat adalah 8 m2. Setiap kali
dinyatakan lemah jika faktor "pengaruh" tidak langsung mempengaruhi dilakukan pengecoran dihasilkan 63 buah pelat. Berat setiap pelat
faktor "terpengaruh". Cara pembacaan tabel adalah sebagai berikut: pracetak berkisar t 1500 kg. Di lokasi proyek tersedia 4 (empat) buah
Produsen hendak memproduksi komponen beton pracetak maka harus tower crane dengan kapasitas angkat 2 ton, traktor penartkflatbed urfiuk
memperhatikan faktor-faktor "pengaruh", yaitu faktor transportasi, mentransportasikan pelat pracetak. Sistem struktur yang mendukung
pemasangan, sambungan, sistem struktur, sumberdaya manusia, adalah rangka terbuka. Sistem sambungan yang digunakan adalah
teknologi, material. sambungan basah. Pada kenyataannya terdapat puluhan komponen yang
telah siap dipasang namun belum dapat dipasang pada tempatnya. Hal ini
disebabkan oleh belum siapnya lokasi di mana komponen tersebut
Tabel 12.1 Hubungan antarfaktor
dalam pengaplikasian teknologi beton pracetak
seharusnya terpasang. Koordinasi yang baik antara pelaksana rangka
bangunan dengan pelaksana produksi pelat pracetak sangat diperlukan
dalam masalah ini. Di antara kedua hal tersebut, penyebab utama
& terjadinya kasus ini adalah terlambatnya jadwal pelaksanaan rangka yang
Keterangan: D
a F mendukung pelat.
. Korelasi terhadap dirinya z )V
K kore'lasi kuat F U
L korelasi lemah (A d
t H F
a
J Jika dilihat dalam diagram matriks Tabel 12.1, hubungan antara
v (n
o
= U
t{
J
a pemasangan dengan sistem struktur adalah "kuat" sehingga tercapai
N
H z (-) u.l
F zV q.l
F keseimbangan antara rencana pelaksanaan struktur pendukung dengan
o JF =
JL!)
t{ 8 2 !
a F 2 rencana pemasangan. Dalam kasus ini tidak terjadi keseimbangan antara
Berat dan dimensi
PRODI.]KSI K K K K K K K
dua faktor tersebut yang mengakibatkan menumpuknya pelat pracetak di
komnonen
lapangan dengan jumlah tidak sesuai dengan renc?na semula. Akibat
Kapasitas angkut K K I- K K K K
TRANSPORTASI yang lain adalah terbatasnya lahan penumpukan yang berpengaruh
Jalur transportasi K K I, K K K K
Metode vertikal K K
terhadap kegiatan produksi.
K K K K K
Metode horisontal ERECTION K K K K K K K Hubungan antara faktor conneclion dengan transportasi adalah "lemah"
Kapasitas loy)er crane K K K K K K K (lihat Tabel 9.1). Hal ini karena apapun sistem sambungan yang
Sambungan basah K L K K K K K
CONNECTION digunakan tidak berpengaruh terhadap faktor transportasi. Pada proyek
Sambungan kering K L K K K K
Open frame dan plat
K
ini sambungan yang digunakan adalah sambungan basah, sistem
SISTEM STRUKTUR K K K K K K K
nracefak transportasi yang digunakan untuk mentransportasikan pelat adalah
skiil SDM K K K K K K K sistem dua titik angkat. Jika sambungan yang digunakan adalah
TEKNOLOGI K K K K K K K sambungan kering maka sistem yang digunakan untuk mentransportasi-
MATERIAL K K K K K K K kannya tetap sistem dua titik angkat. Hubungan seperti ini didefinisikan
sebagai hubungan yang tidak secara langsung mempengaruhi faktor
"terpengaruh" dan disebut hubungan "lemah".
?

t20 Eksplorasi Teknologi dalam Proyek Konstruksi Aspek Manajenren t2t

Pada tinjauan aspek manajemen, semua ketergantungan antarfaktor uh Item Pertimbanean Hubungan Keteran
diperlihatkan pada Tabel 12.2 sampai dengan tabel72.9. tentang beton saat ditransportasikan
pracetak
Teknologi I sistem transportasi kuat cara mentransportasikan
Tabel 12.2 Faktor terpengaruh produksi komponen agar aman
Pen Item Pertimbanean Hubunsan ^ii,ffi;;i- "- I jenis komponen
sampai tuiuan
kuat hal ini akan mempengaruhi
Transportasi I bentuk komponen kuat komponen beton pracetak
(berat yang kemampuan transportasi
I ukuran konrponen harus dapat
r berat komponen ditransportasikan ke lokasi
berbeda) komponen ke lokasi.

. P-r-o-v-g.K.................
Pemasangan I bentuk komponen kuat komponen harus dapat Tabel 12.4 Faktor terpengaruh pemasangan
I ukuran komponen dipasang pada tempatnya
I berat komponen dengan crane yang tersedia Pen Item Pertimbansan Hubunsan K n
Connection I sistem sambungan kuat iffiil#;ilp;ffiii;Gil;i Produksi I bentuk komponen kuat dapat/tidaknya pelaksanaan
I jenis alat sanrbung dengan jenis alat sambung I ukuran komponen pcmasangan tergantung dari
.-s-Tt.?.-q!.:l-e-m..9.?.nh.y.t9.e.1......
I berat kon-rponen produksi
Sistem I kolom menerus kuat komponen diproduksi sesuai I jadwal pengirinran kuat p;ffiilffi a;p;;- - -"
Struktur I kolom sambungan dengan sistem yang di laksanakan j ika komponen
I unit portal digunakan telah ditransportasikan
Sumber Daya I pengendalian mutu kuat p;ili'kil ffi;;aia;ril;g"- Connection I jenis alat sambung kual pemakaian alat sambung
Manusia pekerja agar dihasilkan I sistenr connection sangat menentukan metode

-T;iffii"si-:- produk yang sesuai I metode pemasangan komponen


I teknik produksi kuat komponen hasil produksi penlasangan beton pracetak
I mesin produksi sangat dipengaruhi oleh silffi- - I jenis komponen kuat jenis komponen pracetak
.ls.!rrelesl ........
Struktur pracetak sangat menentukan metode
Material I sumber material kuat mutu komponen beton pemasangan tepat
I komposisi material pracetak tergantung dari Sumber Daya I ketrampilan kuat ketrampilan seseorang
material Manusia I pengetahuan berpengaruh terhadap durasi
tentang beton pelaksanaan
pracetak
,r*, ,r.a Faktor terpengaruh transportasi I teknik
penyimpanan
produksi harus disesuaikan
I teknik
pengangkatan
agar komponen dapat
ditransportasikan
Teknologi I peningkatan kuat pemasangan komponen
kapasitas alat sangat tergantung dari
jadwal harus ditepati agar
Material I jenis bahan alat lemah
alat sambung harus terikat
samhrrng

komponen beton pracetak


harus didisain agar layak
ditransportasikan
t22 Eksplorasi Teknologi dalam Proyek Konstruksi Aspek Manajenten 123

Tabel 12.5 Faktor terpengaruh connection ruh


Material mempengaruhi
Item Pertimbansan Hubungan pengembangan sistem
Produksi I faktor ketepatan kuat jika digunakan alat sambung struktur
ukuran/dimensi baut maka faktor produksi
sangat berarti
Transportasi r lemah
Tabel 12.7 Faktor terpengaruh suntberdaya manusicr
Pemasangan I metode kuat sistem sambungan sangat
pemasangan dipengaruhi oleh metode
r teknik produksi kemampuan sumberdaya
Sistem I letak titik kuat posisi sambungan manusia dalam
Struktur sambungan menentukan jenis melaksanakan proses
9.?_!t.!.!9-!.!.i9!1...v_?Ig_.1-e.P-fl ...........
Sumber Daya f pengalaman kuat dengan pekerja yang I cara-cara pengetahuan serta
Manusia berpengalaman tingkat transportasi pengalaman dalam
h-$-,r l ilel.-4-+p-et -4 ird-q h.:i mentransportasikan
Teknologi r murah kuat alat sambung yang
I mudah memenuhi persyaratan dan metode konstruksi kesiapan sumberdaya
dilaksanakan kemudahan pelaksanaan manusia dalam memasang
I kuat sangat mempengaruhi biaya
I cepat dilaksanakan serta waktu pelaksanaan I sistem sambungan kesiapan sumberdaya
F-g-L:trtlh:.i......... manusia dalam menyatukan
I murah kual
I kuat jenis struktur

Tabel 12.6 Faktor tet'pengaruh sistem struktur I penelitian dan


pengembangan pengembangan komponen

I penelitian tentang pengingkatan teknologi

Tabel 12.8 Faktor terpengaruh teknologi

I jenis komponen kebutuhan komponen baru


f bentuk komponen akan memacu teknik/cara

penemuan komponen baru


memacu menemukan teknik

-;ili;"i
i;ffiilih h;ilJ dikajf
lebih lanjut
t
E
E

124 Eksplorasi Teknologi dalanr Proyek Konstruksi

BAB 13
CETAKAN BETON

Tabel 12.9 Faktor terpengaruh material


PENDAHULUAN
Pada awalnya material kayu digunakan sebagai struktur sementara untuk
mendukung beton yang masih basah sampai dengan proses pengeringan.
Proses pengeringan beton (setting tinte) tidak secepat saat ini. Hal ini
karena belum ditemukannya zat tambahan yang dapat dimanfaatkan
untuk mengatur kecepatan pengerasan material beton. Akibatnya,
pemakaian kayu sebagai struktur sementara sangat tergantung dari
kecepatan mengerasnya beton dan baru dibongkar setelah dinyatakan
aman. Dapat dikatakan bahwa cetakan beton sebetulnya merupakan
barang baru dalam pekerjaan konstruksi, di mana perkembangannya
sejalan dengan perkembangan beton itu sendiri, baik dari tekstur maupun
bentuk yang diinginkan.
Bentuk cetakan beton (formworft) disesuaikan dengan gambar rencana,
biasanya dibuat di lokasi pekerjaan dan hanya dimanfaatkan satu kali dan
kemudian dibongkar. Dengan adanya inovasi teknologi dalam bidang
cetakan (fonnwork), saat ini cetakan diproduksi oleh pabrik dengan
menggunakan metode prefabrikasi yang memungkinkan penggunaan
lebih dari satu kali.
Biaya yang dibutuhkan untuk menyediakan cetakan (formwork) berkisar
antara25o/o sampai dengan 75'h dari biaya struktur total. Efisiensi biaya
cetakan beton dapat dilakukan dengan melakukan disain yang terdiri dari
beberapa jenis bentuk dan ukuran. Hal ini untuk mengantisipasi
pemakaian cetakan hanya satu kali.
Cetakan beton (formwork) adalah suatu sarana pembantu struktur beton
untuk mencetak beton sesuai ukuran, bentuk, rupa, ataupun posisi serta
alinyemen yang dikehendaki. Dengan demikian/ormwork harus mampu
*

126 Eksplorasi Teknologi dalam Prqtek Konstruksi Cetakan Beton t27

berfungsi sebagai struktur sementara yang mampu memikul berat sendiri, r Tidak berubah bentuk
berat beton basah, beban hidup dan beban peralatan kerja selama proses r Memenuhi persyaratan permukaan
pengecoran.
Dalam proses disain cetakan perlu diperhatikan hal-hal berikut ini:
MATERIAL CETAKAN BETON
r Kualitas material cetakan yang digunakan harus mampu meng-
hasilkan permukaan beton yang baik, ketepatan dimensi. Material yang dapat digunakan untuk pembuatan cetakan adalah besi,
kayu, plywood, aluminium, fi bre gl ass.
r Keamanan dari cetakan harus diperhitungkan akibat beban tidak
menentu dari pembebanan aggregat beton. r Material Besi
I Memperhatikan faktor ekonomis dari cetakan agar dapat Material besi merupakan bahan yang hampir memenuhi seluruh
mereduksi biaya. persyaratan umum cetakan di atas, hanya saja dari segi biaya relatif
Selanjutnya akan dipaparkan berbagai macam penggunaan fonnwork, mahal. Material jenis ini biasanya diproduksi secara pabrikasi dalam
material, dan metode pelaksanaannya. bentuk dan disain khusus. Elemen struktur yang sering menggunakan
cetakan besi/baja adalah plat lantai. Seringkali cetakan besi tidak diambil
kembali setelah pencoran dan bahkan didisain untuk ikut memikul beban
PERSYARATAN UMUM konstruksi. Karena kemampuan material besi/baja dalam memikul beban
yang besar maka kadang-kadang sama sekali tidak memerlukan perancah
Cetakan merupakan unsur yang sangat penting dalam mekanisme
pendukung.
pencoran beton. Biaya persyaratan yang harus dipenuhi adalah dimensi
yang akurat guna menghasilkan beton yang tepat dimensi.
r Material Kayu
Persyaratan umum yang harus dipenuhi bagi suatu cetakan beton adalah:
Jenis kayu yang dapat dimanfaatkan untuk cetakan dapat dibedakan
I Mempunyai volume stabil sehingga dapat dihasilkan dimensi berdasarkan kekerasan kayu. Kayu lunak digunakan sebagai cetakan
beton yang akurat. beton pada umurrrnya, sedangkan kayu keras dapat digunakan jika hasil
r pencoran beton diharapkan memenuhi standar tertentu, misalnya dalam
Dapat digunakan berulang kali.
pembuatan alur/celah dalam beton; diharapkan untuk mendapatkan
r Mudah dibongkar pasang serta dipindahkan. sudut-sudut yang tajam dari hasil pencoran; dihasilkan permukaan yang
r Rapat air sehingga tidak memungkinkan air agregat keluar dari halus sehingga persyaratan yang harus dipenuhi adalah bahwa kayu harus
cetakan. bebas dari mata kayu, cetakan harus mampu manahan goyangan,
dihindarkan terjadinya puntir, dan lain sebagainya yang dapat menye-
r Mempunyai daya lekat rendah dengan beton dan mudah babkan cetakan menjadi rusak.
membersih-kannya.
Kelembaban kayu yang digunakan untuk cetakan beton menjadi hal yang
Perencanaan formwork harus dapat memenuhi aspek bisnis (biaya) dan sangat penting. Pada musim kemarau kayu akan menjadi kering dan
aspek teknologi (strength, workability). Oleh karena itu harus memenuhi menjadi lembab pada musim hujan.
hal-hal berikut:
Penggunaan cetakan kayu terkadang tidak lebih mudah dibandingkan
r Ekonomis cetakan besi. Daya lekat antara kayu dengan beton cukup besar sehingga
r Kuat dan kokoh diperlukan material lain sebagai pelapis untuk menghambat daya lekat
t28 Eksplorasi Teknologi dalam Proyek Konstruksi Cetakan Beton 129

keduanya (biasanya plastik). Keuntungan penggunaan kayu adalah


mudah dikerjakan.
Sampai saat ini material kayu paling sering dan paling banyak digunakan
di Indonesia. Biasanya terdiri dari dari papan dengan tebal 2-3 cm yang
dirangkai dan diperkuat dengan balok kayu. Penggunaan kayu sebagai
cetakan harus memperhatikan berbagai macam persyaratan tegangan
yang diizinkan, yaitu:
I Tegangan izin lentur
I Tegangan izin tekan sejajar serat
I Tegangan izin tekan tegak lurus serat
I Tegangan izin tarik sejajar serat
I Tegangan izin tarik tegak lurus serat Gambar 13.2 Cetakan dengan menggunakan plywood
I Tegangan izin geser sejajar serat

r Material Aluminium
Cetakan jenis ini merupakan pengembangan dari cetakan besi/baja.
Kelebihan aluminium adalah ringan dan tidak berkarat. Cetakan
papan
p€lapls aluminium dapat digunakan untuk berbagai bentuk dan ukuran beton.
Pada umumnya penguat dan penyokong untuk cetakan ini adalah profil
papln. bajalaluminium. Cetakan jenis ini biasanya diproduksi secara pabrikasi
p?figuat
berupa panel-panel berukuran tertentu dan dirangkai satu dengan yang
lain dengan menggunakan baut.
ploel pap*fi palapk uyduk railan kolorn
denoan pengudl darl papan
r Material Fiberglass
Cetakan jenis ini sesuai untuk pelaksanaan beton arsitektural atau untuk
beton pracetak, akan menghasilkan beton dengan permukaan halus. Pada
Gambar l3.l Cetakan kayu umumnya ketebalan bahan yang digunakan antara 3 mm s/d 15 mm.
Karena sifat material jenis cetakan ini, maka bentuk cetakan jenis ini
I Material Plywood mudah mengikuti bentuk yang diinginkan. Keunggulan cetakan
fiberglass di antaranya adalah sebagai berikut:
Cetakan ini digunakan karena tuntutan kualitas permukaan beton yang
dihasilkan. Banyak digunakan untuk cetakan kolom, balok, dinding, dan r Sangat fleksibel dengan disain yang diinginkan
plat. Plywood lebih kuat dan lebih ekonomis jika dibandingkan dengan r Dapat menghasilkan tekstur yang beraneka ragam
papan kayu.
r Dapat dipakai berulang kali
r
Cetakan Beton t3t

I Ringan sehingga mudah diangkut


I Tidak berkarat
r Pemasangan dan pembongkaran di lapangan mudah dikerjakan

rN
\i/-
1.00m Taftpan a

Ptrt€.i{
I
Gambar 13.4 Cetakan dengan menggunakan kcu'ton
Gambar 13.3 Cetakan menggunakan bahon fiberglass

I Material PVC
r Material Karton Cetakan beton dengan menggunakan PVC khusus diaplikasikan pada
Karton yang berbentuk tabung sudah banyak dipakai untuk menggulung kolom bulat. Biasanya digunakan pipa PVC tipis (untuk saluran air kotor
kain dan kertas atau bahan tipis lainnya. Bahan dasar karton terbuat dari yang tidak bertekanan) agar diperoleh harga yang murah. Dalam
krafliner board yang seratnya memiliki kekuatan tarik yang cukup kuat prakteknya pipa ini harus diiperkuat dengan kayu dan ditopang di
sehingga kemudian dicoba sebagai alternatif untuk bahan cetakan untuk beberapa tempat. Cetakan jenis ini dapat digunakan berulang-ulang.
beton kolom bulat.
Cetakan jenis ini hanya dapat dimanfaatkan satu kali saja dan
menghasilkan permukaan beton yang kasar.
Saat ini ukuran yang diproduksi di lndonesia adalah dengan diameter 20
cms/d 55 cm dengan panjang 10 meter dan ketebalan 3 mm s/d 5 mm.
Untuk memanfaatkan cetakan ini diperlukan klem/pengaku untuk tiap
jarak I meter, untuk mengatur kelurusan vertikal dan memperkuatnya.
?

BAB 14
INSTALASI CETAKAN

PENDAHULUAN
Pembentukan elemen bangunan yang terbuat dari agregat beton dengan
tekstur dan bentuk yang diinginkan sangat tergantung pada cetakannya.
Pembuatan dan instalasi cetakan (formwork) dipengaruhi oleh berbagai
faktor, di antaranya adalah:
r Kualitas bahan yang digunakan
r Kualitas tenaga kerja yang tersedia
r Peralatan konstruksi yang tersedia
I Tuntutan kualitas beton yang dihasilkan
r Anggaran biaya yang tersedia
r Sistem yang dikehendaki
Selain faktor-faktor tersebut di atas juga perlu dipertimbangkan berbagai
aspek lain, di antaranya adalah biaya yang akan diserap agar tidak terlalu
mahal atau cukup ekonomis; waktu yang dibutuhkan untuk pembuatan
dan instalasinya dapat memenuhi jadwal yang telah direncanakan; dan
dapat memenuhi persyaratan kualitas.

Pada dasarnya dalam usaha memenuhi fungsinya sebagai cetakan,


cetakan beton dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu:
t cetakan untukpengecoran di tempat (cast in-place)
r cetakan untuk beton pracetak (precast concrete)
Sebenarnya kedua cara tersebut tidak jauh berbeda, sama-sama untuk
membentuk beton. Yang membedakan hanyalah lokasi cetakan tersebut
berfungsi. Pada pengecoran di tempat, cetakan ditempatkan sesuai posisi
komponen beton dalam bangunan itu sendiri. Sedangkan cetakan untuk
134 E ksp Io ras i Te kn o lo gi dalant P roye k Ko n st ruks i Instalasi Cetakan t35

beton pracetak merupakan satu kesatuan dalam proses produksi di mana dapat dianggap sebagai metode yang sederhana dan tidak membutuhkan
penempatan cetakan tidak pada posisi komponen bangunan akan biaya yang besar. Metode ini biasanya digunakan dalam pelaksanaan
ditempatkan namun dapat di mana saja (di lokasi proyek, di pabrik, atau pekerjaan fondasi, dinding penahan tanah (rendah) dalam proyek
tempat lain yang telah direncanakan). pembangunan rumah tinggal. Kedalaman galian tentunya disesuaikan
dengan tekanan tanah yang ditimbulkan.
Selanjutnya pembahasan akan lebih difokuskan pada cetakan untuk beton
cor di tempat (cast in-place), terutama untuk elemen struktural bangunan: Kekurangan dari metode ini adalah bidang singgungan antara agregat
pekerjaan fondasi, dinding, kolom, balok, dan pelat. beton dengan dinding tanah yang dapat mengakibatkan bercampumya
agregat beton dengan tanah. Untuk menghindari hal tersebut sebaiknya
bidang persinggungan tersebut dilapisi material lain yang kedap air
CETAKAN UNTUK FONDASI namun berbiaya murah.

Gaya yang bekerja pada cetakan beton untuk pekerjaan fondasi adalah
gaya tekan arah horizontal yang ditimbulkan oleh beton basah. Pemilihan
alternatif cetakan fondasi dapat didasarkan atas asumsi bahwa cetakan
akan dipasang seterusnya dan cetakan akan dibongkar setelah beton
Dinding sebagai
mengeras. Pengelompokan ini sering dibedakan menjadi dua, yaitu:
I Cetakan yang bersifat sementara, dan
r Cetakan yang bersifat permanen. Lartai kerJa

Pemilihan penggunaan cetakan, jenis, dan metode pada pembentukan


Gambar 14,l Dinding sebagai cetakan pembentuk beton.
beton bawah permukaan tanah sangat tergantung dari kondisi lokasi dan
faktor lain. Pada dasamya terdapat tiga metode dalam pembentukan
beton bawah permukaan tanah, yaitu:
I Pemanfaatan dinding galian sebagai cetakan beton.
r Cetakan Permanen
Keputusan penggunaan cetakan perrnanen sangat dipengaruhi oleh
r Penggunaan cetakan perrnanen, berupa panel yang tidak akan
berbagai hal, misalnya seorang pelaksana akan mengerjakan fondasi pada
pemah diambil kembali setelah pengecoran.
kedalaman tertentu. Untuk dapat melaksanakan kegiatan tersebut maka
r Penggunaan cetakan sementara, yaitu cetakan pada umumnya. harus diawali dengan pembuatan galian dengan kedalaman yang sesuai
dengan yang direncanakan. Selain kedalaman fondasi, juga perlu
disediakan ruang yang cukup untuk melaksanakan pekerjaan pembuatan
r Pemanfaatan Dinding Galian
cetakan yang nantinya tidak akan diambil kembali setelah pekerjaan
Penggalian tanah untuk kepentingan penempatan struktur beton selalu pengecoran agregat beton selesai dilaksanakan. Pemilihan jenis material
dilakukan jika lokasi/elevasi dari struktur tersebut memang telah yang tepat untuk cetakan jenis ini sangat berarti dari aspek teknis dan
direncanakan. Dalam kasus demikian sisi galian dapat dimanfaatkan ekonomis. Jenis material ini harus mempunyai karakteristik, di antaranya
sebagai bidang cetakan untuk pengecoran beton. Hal ini dapat adalah sebagai berikut: mampu menahan gaya tekan akibat ketinggian
dimanfaatkan apabila memenuhi beberapa persyaratan, antara lain: tanah dan mampu menahan gaya tekan yang ditimbulkan oleh beton
dinding galian tanah dalam keadaan stabil dan permukaan dinding tanah basah,
dalam keadaan kering. Pemanfaatan dinding potongan tanah tersebut
'1

I 36 Eksplorasi Teknologi dalant proyek Konstruksi


c
B Instalasi Cetakan t37

Material yang dapat digunakan untuk cetakan beton permanen adalah pengecoran dan pembongkaran bekisting. Tidak menutup kemungkinan
pasangan bata merah, yang tidak memerlukan biaya yang besar. Efisiensi bahwa hasil pengecoran membutuhkan pe-rapi-an atau bahkan
finishing.
cetakan perrnanen dapat dihitung dengan mengasumsikan jika yang
digunakan adalah cetakan yang dapat diambil kembali.
Beberapa keuntungan penggunaan cetakan perrnanen adalah:
r Volume galian secukupnya
I Lebih rapi dan bersih
r Lebih rapat dari kebocoran Lantai kerja

r Lebih cepat (tidak memerlukan waktu pembongkaran dan penim-


bunan kembali) Gambar 14.3 Cetakan sementara
r Lebih memudahkan pekerjaan pembesian dan pengecoran
Kekurangan cetakan permanen adalah:
CETAKAN DINDING
r Relatif lebih mahal dibanding cetakan sementara,
Salah satu elemen utama pembentuk bangunan gedung adalah dinding.
r Hanya sesuai untuk pekerjaan fondasi ground beam. Menurut letak elemen struktur, dinding dapat dibedakan menjadi dua,
yaitu: dinding yang letaknya di bawah permukaan tanah (misalnya
dinding basement) dan dinding struktur atas (misalnya shear wall, core
wall).
Bermacam cara dapat digunakan untuk melaksanakan pembentukan
Dinding sebagai
elemen ini. Salah satunya adalah menggunakan cara konvensional, yaitu
memasang cetakan dan menuangkan agregat beton ke dalamnya. Setelah
cukup waktu maka cetakan pembentuk elemen tersebut dapat dibongkar
Lantai kerja kembali. Untuk mendapatkan hasil yang baik (mengingat proses
pembentukannya) dapat dikatakan bahwa ketepatan dimensi dan
Gambar 14.2 Cetakan permanen menggunakan material pasangan bata permukaannya sangat bergantung pada alat cetaknya. cetakan dinding
secara umum memiliki lima bagian utama, yaitu:
r Cetakan Sementara 1. Pelapis cetakan (sheating), berfungsi menahan dan membentuk
Cetakan sementara adalah cetakan yang sifatnya tidak tetap, di mana permukaan beton dalam proses pengerasan, umumnya menggunakan
cetakan tersebut akan diambil kembali dari
tempatnya setelah bahan kayu, p lyw o o d, p eTat baj a, aluminium, dll.
pelaksanaan pengecoran agregat beton selesai. Keputusan untuk meng- 2. Penguat tegak atau rangka panel (stud), berfungsi sebagai
gunakan cetakan sementara harus mempertimbangkan beberapa faktor, perkuatan atau perangkai bagian pelapis, biasanya merupakan satu-
terutama dalam pelaksanaannya di lapangan. Salah satunya adalah ruang kesatuan dengan pelapis.
gerak untuk pekerja dalam melakukan kegiatannya, baik pada saat
pemasangan cetakan beton, pelaksanaan pembesian, pelaksanaan 3. Penguat datar, berfungsi untuk menopang penguat tegak dan
menjaga alinyemen dari cetakan.
!r

t38 Eksplorasi Teknologi dalam Proyek Konstruksi


Instalasi Cetakan t39

4. Penyokong (brace), berfungsi menjaga agar cetakan tidak berubah


posisi selama menerima tekanan horizontal.
5. Pembagi g ya (spleader) atau unit ikat, berfungsi menjaga
ketebalan dinding beton sesuai dengan rencana.

Pembagi gaya

Gambar 14,6 Sistem pembagi gaya pada cetakan dinding

r Dinding Basement
Pembuatan cetakan dinding basement secara konvensional dapat dilaku-
kan dengan cara kombinasi antara kayu dan pasangan bata. Urutan
pelaksanaan setelah pabrikasi cetakan dibuat adalah sebagai berikut:

1. Pekerjaan pasangan bata pada tempat dinding akan dibuat


2. Pelapisan dinding pasangan bata dengan material water proofing

3. Pengecoran kaki dinding secukupnya (t 20 cm)


4. Pemasangan besi tulangan secara lengkap

Gambar 14.4 Tampak samping cetakan dinding 5. Pemasangan beton decking (spacer)

6. Pemasangan panel cetakan yang permukaannya telah diolesi minyak

7.
Pembagi gaya
Pemasangan form tie untuk menjaga ketebalan dinding
8. Pemasangan perkuatan horizontal sesuai perencanaan

9. Pemasangan steel support sesuai perencanaan

10. Penimbunan tanah di belakang pasangan bata (sebaiknya digunakan


pasir urug agar pemadatan dapat lebih mudah dilakukan)
I l. Pengecekan dimensi dan elevasi cetakan

12. Pelaksanaan pengecoran sesuai dengan rencana


13. Setelah beton cukup umur dilakukan pelepasan panel untuk
digunakan di tempat lain.

Gambar 14.5 Tampak depan cetakan dinding


Instalasi Cetakan t4t
t40 EkspIorasi Tehtologi dalam Proyek Konstruksi

6. Pasangan penyokong (steel supporl) secukupnya

7. Pengecekan vertikalitas cetakan dinding

8. Pada saat pelaksanaan pengecoran posisi cetakan harus selalu


diperiksa terhadap kemungkinan terjadinya perubahan dimensi dan
volume cetakan.
Lanrai terja

ffi
Gambar 14.7 Cetakan dinding basement
Gambar 14.8 Tahap l, pengecoran kaki dinding

r Dinding Struktur Atas


Komponen struktur bangunan jenis ini sering digunakan pada bangunan
gedung bertingkat tinggi, misalnya shear wall, core. Proses pembentukan
komponen ini sama saja dengan dinding di basement atau tempat lain.
Yang membedakannya adalah lokasi dindingnya. Pemilihan material
cetakan yang dapat digunakan dalam pembentukan dinding ini adalah
kayu, plywood, pelat baja, aluminium, yang tentunya sangat dipengaruhi
oleh pertimbangan teknis dan ekonomisnya. Persiapan yang perlu
dilakukan sebelum cetakan dinding dilaksanakan adalah sebagai berikut:
r Pembuatan alinyemen dinding dengan berpedoman pada as Gambar 14.9 Tahap 2, pemasangan tulangan dinding

dinding rencana
r Pembuatan pabrikasi cetakan dinding secara lengkap (pelapis
cetakan, penguat tegak, penguat datar, penyokong, pembagi
gaya)

Urut-urutan pemasangan cetakan dinding adalah sebagai berikut:


1. Pengecoran kaki dinding berdasarkan alinyemen yang telah
ditentukan
2. Pemasangan tulangan dinding minimal setinggi panel cetakan
a
Pemasangan panel salah satu sisi dilengkapi dengan spacer untuk
menjamin tulangan tidak rapat dengan cetakan
Gambar 14.10 Tahap 3, pemasangan cetakan satu sisi
4. Pemasangan panel pada sisr-sisi yang lain yang kemudian dikuti
dengan pemasangan spacer

5. Pemasangan form tie sesuai dengan perencanaan


t42 Eksplorasi Teknologi dalam Proyek Konstruksi Instalasi Cetakan t43

Gambar l4.ll Tahap 4, pemasangan cetakon sisi lainrya

Gambar 14.14 Stereontetri cetakan dinding struktur atas

Gambar 14.12 Tahap 5, pemasangan pembagi gaya


CETAKAN KO{-OM
Tinggi kolom pada sebuah bangunan umumnya berkisar 3 atau 4 meter.
Hal ini dapat diartikan bahwa tinggi kolom sama dengan tinggi ruang
dari bangunan. Dalam kondisi wajar secara umum kolom mempunyai
dimensi arah tinggi berukuran lebih besar dibanding dimensi lainnya
(panjang dan lebar kolorn).

Untuk mendapatkan struktur kolom yang monolit disarankan agar proses


pengecoran struktur kolom ini dilakukan dalam kesatuan waktu tertentu.
btrt karenanya kemainpuan cetakan kolorn harus direncanakan
sedemikian rupa sehingga rnampu menahan gaya-gaya yang timbul
selama proses pengecoran, terutama yang ditimbulkan oleh agregat beton
basah. Ferencanaan cetakan kolom sangat tergantung dari volume aglegat
Gambar 14.13 Tahap 6, pengecoran beton yang akan mengisi dan mengakibatkan timbulnya gaya-gaya
tertentu yang harus ditahan oleh cetakan.
Instalasi Cetakan 145

Ditinjau dari bentuk penampangnya, kolom dapat dibedakan menjadi kolom atau lantai dengan cara dipaku. Selain material kayu dapat pula
tiga, yaitu: menggunakan cor beton setinggi + 5 cm atau menggunakan besi siku atau
r Kolom dengan sisi-sisi lurus (segi tiga, segi empat, segi enam, aluminiu-. Tujuan utama pemasangan kicker ini adalah untuk

segi delapan, dll) menempatkan cetakan kolom pada posisi yang tepat. contoh sebuah
kicker adalah seperti tampak dalam gambar berikut:
I Kolom dengan sisi-sisi lengkung (kolom bulat, kolom elips, dll)
I Kolom dengan bentuk khusus

v4-T--TIn
Gambar 14,16 Kicker tampang kolom segiempat

Gambar 14.15 Stereometri cetakan kolom

Bagian-bagian Cetakan Kolom Multipleks


Kayu
Secara umum bagian-bagian dari cetakan kolom adalah: sepatu kolom,
panel cetakan, penguat tegak, penguat datar, klem pengatur, balok
penunjang, lubang untuk membersihkan kotoran di dalam kolom Gambar 14.17 Kicker tampong kolom lingkaran
(cleanout).
1. Sepatu Kolom (Kicker)
Pembuatan sepatu kolom disesuaikan dengan rencana bentuk tampang
kolom. Material yang digunakan biasanya kayu dan sebagai penyambung
sambung dapat digunakan paku atau baut atau keduanya sehingga
dihasilkan bentuk yang benar-benar kalu. Kicker dipasang pada dasar
s,
$r
f

Instalasi Cetakan t47

2. Panel Cetakan (Shutter)


Berbagai macam material dapat digunakan sebagai panel cetakan. Tetapi
yang sering digunakan adalah plywood karena pertimbangan antara lain
aspek ekonomis, karena penggunaannya dapat berulang kali (empat atau
lima kali) dan permukaan beton yang dihasilkan relatif lebih halus.
Pembuatan panel-panel untuk sisi-sisi cetakan kolom diperkuat dengan
balok kayu dengan arah tegak dan diperkuat secara horizontal dengan
penguat horizontal yang berupa klem yang sesuai dengan
Unlrt G{.gth bffi
l.dr s6be0cad drtdi1g
perencanaannya. Bagian yang perlu diperhatikan adalah bagaimana
Pl)*aa lt folorrl dip.*ai t et fn f pertemuan antarpanel yang membentuk sudut dapat bertemu dengan baik.
UntutE(4rrbd
F.dr d.g lo{q\ dio.t i Balok penguat tegak secara konvensional menggunakan balok kayu
t t{ lm.t d! trrbJa lE 6
$tv LSOxSOd dengan ukuran dan jarak sesuai perencanaan. Saat ini balok penguat
t
d&rl:n p.dr
ul. iA. u OGI tegak banyak digunakan oleh perusahaan/pabrik cetakan yang
^ir
mempunyai hak paten (misalnya PERI dan DOKA). Keuntungan
Gr.a rytng penggunaan balok pabrikan adalah: relatif lebih ringan, lebih lurus,
Ep.tu Lolqn.
dimensi seragam, lebih kuat dan awet, dapat dipakai berulang-ulang'
Balok penguat horizontal (klem) secara konvensional menggunakan
balok kayu yang dipres dan dikunci/dimatikan dengan paku. Balok
horizontal ini mengikat erat cetakan sekeliling kolom, dan akan berfungsi
Gambar 14.18 Stereometri sepatu kolom baja siku
pada saat pengecoran, di mana berat agfegat basah akan menekan panel
plywood diteruskan pada penguat tegak dan pada akhirnya akan ditahan
ol.h bulok horizontal ini. Material lain yang mungkin digunakan adalah
g.rd d@. .atin9lri klembaja.
56

G..ir @,kire

Gambar 14.19 Stereometri sepatu kolom dengan beton cor

Gambar 14.20 Klem baja


I
!

t48 Eksplorasi Teknologi dalan Pro.vek Konstruksi lnstalasi Cetakan 149

Dalam upaya membersihkan dari segala kotoran yang dapat memberikan Hal yang perlu diperhatikan dalam pengecoran kolom adalah batas
efek kurang baik pada beton, pada salah satu panel sebaiknya disiapkan pengecoran kolom pada pertemuan dengan balok. Keuntungan batas
lubang pada dasar panel. Lubang itu memungkinkan untuk member- pengecoran di atas dasar balok (setebal beton decking) adalah:
sihkan bagian dasar kolom sebelum pengecoran dilakukan. Lubang ini
dinamakan cleanout hole. Dimensi cleanout hole ini disesuaikan dengan
r Hubungan antara balok dengan kolom akan tampak rapi. Hal ini
sangat penting bila balok tidak tertutup oleh plafon.
kebutuhan.
3. Penyangga(Braching)
r Lebih mudah dalam pembersihan cetakan sebelum pengecoran.

Cetakan kolom harus ditopang pada berbagai arah untuk menghindari


r Sambungan cetakan antara balok dan kolom lebih mudah.

terjadinya perubahan posisi" terutama pada saat pengecoran. Material Hal-hal yang disarankan tersebut di atas memerlukan ketelitian elevasi
yang dapat digunakan adalah balok kayu, pipa besi, dan pipa-pipa penghentian/batas cor, yaitu tidak boleh lebih tinggi dari ketebalan beton
scaffolding. decking. Untuk penghentian/batas cor di bawah dasar balok memang
tidak memerlukan ketelitian (lebih dalam atau kurang dalam tidak
menjadi masalah akan tetapi tidak akan memberikan keunggulan tersebut
Klflr peogalur Ny'urbaut
di atas).
Balok Batas pengecoran

I 2,5 cm

Gambar 14.22 Pemberhentiut pengecoran kolont

TAHAP PEMASANGAN CETAKAN


KOLOM
1. Penetapanposisi as kolom dengan alat ukur.
2. Pembuatan tanda untuk sepatu kolom sesuai dengan ukuran kolom
yang direncanakan dengan menarik benang yang dibasahi dengan cat
dan kemudian ditarik dari ujung-ujung kolom. Dilakukan
'.r7//,,',r,/1',, z 'z
,/ /. /r',2,/ 1',' ,2, pengontrolan kelurusan atas posisi kolom-kolom lain.

Gambar 14.21 Bagian-bagian cetakan kolom 3. Pemasangan sepatu kolom.


t50 Eksplorasi Teknologi dalam Proyek Konstruksi
Instalasi C.etakan t5l

4. Memasang dan melengkapi tulangan kolom, termasuk memasang


beton decking pada sisi-sisi luar tulangan.
5. Pasang panel cetakan yang telah dilapisi minyak. Pasang penutup
pada bagian sudut pertemuan panel untuk mengantisipasi terjadinya
kebocoran.
6. Pasang klem kolom sesuai rencana.

7. Stel posisi cetakan agar vertikal dan ditopang kuat (sebaiknya


digunakan thedolile).
8. Bersihkan kotoran maupun sisa-sisa potongan kawat, kayu, atau
lainnya yang ada di dalam cetakan (melalui cleanout hole). pada sisi'sisi kolom
Gambar 14.25 kthap 3, pemasangan cetakan
9. Cor beton sampai dengan ketinggian yang direncanakan (+ 2,5 cm di
atas elevasi dasar balok).

10. Setelah beton cukup umur maka cetakan dapat dilepas.

-?/
Gambar 14.23 Tahap I, pembuaton kicker

Garnbar 14.26 Tahap 4, pemasangan klem pengatur dan penwnjang

Gambar 14.24 Tahap 2, pemasangan tulangan kolom

Garnbar 14.27 Tahap 5, cek vertikalitas kolont


d al a n P royek lnstalasi Cetakan t 53
Konstruks i

I Kolom dengan Sisi-sisi Lurus r Kolom dengan Bentuk Khusus


Cetakan kolom dengan sisi-sisi lurus dapat memiliki berbagai macam Kolom dengan tampang yang lain daripada yang lain membutuhkan
bentuk, di antaranya adalah kolom segi tiga, segi empat, segi lima, segi cetakan beton yang lain pula. Pengadaan cetakan beton dengan berbagai
enam, segi delapan, atau yang lainnya. Pada prinsipnya pembuatan kolom macam tipe, dimensi, dan tampang yang berbeda-beda dalam satu
ini tidak berbeda, hanya saja banyak sedikitnya panel cetakan disesuaikan bangunan akan mengakibatkan peningkatan biaya, khususnya dalam hal
dengan segi yang telah direncanakan, sementara proses pelaksanaannya pengadaan cetakan beton. Nantun demikian tidak menutup kemungkinan
sama seperti pembuatan kolom pada umumnya. hal tersebut terjadi jika hal itu merupakan tuntutan arsitektur.

r Kolom dengan Sisi-sisi Lengkung


Cetirkan besi biasanya digunakan untuk membentuk kolom bulat.
CETAKAN UNTUK BALOK
Cetakan ini dibagi menjadi dua bagian yang kemudian disatukan dengan Hal penting yang perlu mendapatkan perhatian pada pembuatan balok
menggunakan baut-baut penyatu. Pengadaan cetakan besi ini harus adalah tempat peftemuan antara ujung akhir balok dengan kolom.
mendapat perhatian khusus terutama dalam memutuskan untuk membuat Permukaan balok pada ujungnya harus benar-benar menyatu/monolit
sendiri atau menyewa untuk menekan biaya. Pengembangan material dengan kolom terutama pada bidang persentuhan kedua komponen
cetakan dengan menggunakan .fiberglus.r sangat dimungkinkan, namun tersebut. Pelaksanaan yang hati-hati dan teliti dibutuhkan untuk
cetakan jenis ini mentpunyai beberapa kekurangan terutama untuk menghindari terjadinya kebocoran oleh air, yang apabila terjadi akan
pembentukan kolom dengan diameter besar. menj adi sulit untuk mernperbaikinya.
di antaranya adalah: Balok bebas berdiri
Terdapat beberapa tipe balok,
sendiri; Balok yang menyatu dengan pelat; Balok dengan dimensi
tampang tidak sama di bagian memanjangnya.

r Balok Bebas Berdiri Sendiri


Komponen bangunan jenis ini pelaksanaan pembuatannya tidak
bergantung pada komponen lain. Sebagai pendukung beban pelat lantai,
jenis balok ini paling umum digunakan. Dalam usaha membangun
komponen balok, ada berbagai cara untuk membuat cetakannya. seperti
tampak pada Gambar 14.29 sampai dengan Gambar 14.31.

Gambar 14.28 Cetakan kolom bulat


lnstalasi Cetakan t55
t54 Eksplorosi Teknologi dalam Proyek Konstruksi

$
Panel cetakan r Balok yang Menyatu dengan Pelat
Sistem lain yang mungkin digunakan dalam pelaksanaan pengecoran
Perrguat tegak Penyokong balok dan pelat adalah struktur cetakan antara balok menjadi satu-
kesatuan dengan struktur cetakan pelat. Artinya bahwa cetakan untuk
kedua komponen tersebut tidak dapat dipisahkan satu sama lain.
Panel cetakan

Penyokong
Peilgual tegak

Balok urelintang
Gambar 14.29 Cetakan balok sistem balok penyokong
Balok menranjang

Steel Prop

Gambar 14.32 Struktur cetakan balok terpisah dengan cetakan pelat


Penguat tegak

Penyokong

Balok melintang
Balok memanjang

Steel Prop

Gambar 14.30 Cetakan balok dengan pengatur baut dan balok penyokong
Gambar 14.33 Struktur cetakan balok mendukung sebagian cetakan pelal
Panel cctakan
Spacer

Penguat tegak

Balok melintang
Balok memanjang

Steel Prop

Gambar 14.34 Struktur cetakqn balok mendukung cetakan pelat


Gambar 14.31 Cetakan balok dengan pengatur baut
156 Eksplorasi Teknologi dalan Proyek Konstruksi t57
lnstalasi Cetakan

CETAKAN PELAT 3. Marking as-kolom dapat digunakan sebagai pedoman untuk


menetapkan as-balok.
Dalam sebuah bangunan gedung, elemen sebagai pendukung beban hidup
lantai tertentu sepenuhnya didukung oleh pelat lantai. Pelat lantai ini 4. pasang scafolding balok dengan pedoman marking as-balok. Bila
dapat dibedakan berdasarkan materialnya, misalnya terbuat dari material untuk cetakan pelat juga memerltkan scdolding maka pemasangan-
kayu, beton, atau yang lain. nya dilakukan bersamaan agar bracing-nya dapat dirangkai menjadi
satu-kesatuan.
Terdapat banyak jenis atau tipe struktur pelat lantai beton, antara laian:
r Pelat lantai yang didukung oleh sistem struktur balok. 5. Pasang panel cetakan dasar balok sesuai dengan elevasinya dengan
cara menaik-turunkan scafolding atau adjuster frame.
I Pelat lantai rata, tebalnya sama tanpa balok (pelat cendawan).
r Pelat lantai sistem waftle atau grid. 6. Penyetelan elevasi scafolding untuk pelat dengan memperhatikan
balok yang akan digunakan untuk menahan cetakan (balok kayu,
r Pelat lantai rata, tebal sama didukung oleh struktur baja. balok Peri/Doka).
Pada umumnya struktur pelat lantai dan balok menjadi satu kesatuan 7. Pasang panel dinding balok dengan memperhatikan as-balok yang
yang monolit, sehingga cetakan balok dan pelat lantai juga harus menjadi bersangkutan.
satu kesatuan. Dalam hal tersebut di atas, ada dua hal penting untuk
diperhatikan, yaitu: 8. Pasang cetakan pelat dan seluruh permukaan cetakan dengan dilapisi
minyak khusus untuk cetakan.
t Elevasi dasarbalok,
g. Dilakukan recheck as dan elevasi untuk meyakinkan bahan
r Elevasi dasar pelat. penulangan dan pengecoran dapat mulai dilaksanakan.
Hal yang penting untuk diperhatikan adalah bagaimana agar proses Untuk memperjelas urutan pelaksanaannya, lihat gambar berikut ini.
pembongkaran cetakan dapat dengan mudah dilaksanakan dan menganti-
sipasi sekecil mungkin bagian yang rusak, terutama bagian pertemuan r Tahapl, komponen bangunan yang harus diselesaikan lebih awal
antara balok dan pelat lantai. adalah kolom, yang nanti akan berfungsi sebagai pendukung
komponen balok. Tatacata pelaksanaannya seperti apa yang telah
Terdapat dua macam sistem struktur cetakan pelat dan balok, yaitu: dijelaskan.

r Sistem Tetap (Fixed)


Dipasang dan dibongkar untuk tiap lantai. Sistem ini dikembangkan
dengan penggunaan beton pracetak Qtrecast concrete half slab) sebagai
pengganti cetakan pelat.
Urut-urutan pemasangan cetakan pelat dan balok dapat diuraikan sebagai
berikut:
1. Pabrikasi cetakan sesuai dengan kebutuhan, baik jumlah maupun
bentuk cetakan sesuai perencanaan.
2. Pemberian tanda (marking) elevasi dasar balok dan pelat pada kolom Gambar 14.35 Tahap l, pengecoran kolom
yang telah dicor.
Instalasi Cetakan 159
1,,58 Eksplorasi Teknologi dolan prq;ek Konsrruksi

r Tahap 2, setelah kolom terbentuk maka dilanjutkan dengan


pemasangan perancah. Macam dan jenis perancah sangat beraneka
ragam. Salah satunya adalah scaffolding. perancah ini disusun sesuai
dengan ketentuan teknis yang berlaku.

Gambar 14.38 Tuhap 4, pemasangan cetakun pelat lontai


Ii

Gambar 14.36 Tuhap 2, pemasangan scaffolding

r Tahap 3, adalah pemasangan cetakan balok pada posisi dan elevasi


yang direncanakan. Untuk balok yang langsung didukung oleh
kolom, pemasangan cetakannya berbeda dengan balok yang
menggantung. Tepat pada perlemuan antara balok dengan kolom
membutuhkan ketelitian dalam pelaksanaannya agar pertemuan
keduanya terlihat rapi.

Gambar 14.37 Tuhap 3, pemasangan cetqkan balok

Gambar 14.39 Stereometri cetakan balok, kolom dan pelat


Tahap 4, dilanjutkan dengan pemasangan cetakan pelat. pemilihan
bahan dan jenis cetakan (konvensional atau pabrikasi) perlu
mendapatkan perhatian khusus mengingat pertimbangan efisiensi.
lnstalasi Cetakan t6t

cetakan pelat dan balok sistem tetap (conventional) ini dapat


dikombinasi dengan penggunaan precast concrete hatf siab, di mana
struktur pelat dicetak lebih dahulu dengan ketebalan ietengahnya dan
kemudian setengahnya lagi diselesaikan dengan cara cor di tempat (casl
in-place) bersamaan dengan pengecoran balok. Metode ini sering
digunakan karena menghemat cetakan dan menghemat penggunaan
scafolding. Yang perlu diperhatikan adalah:
I Precast concrete half slab diproduksi secara massal di pabrik.
r Sistem transportasi precast concrete half slab perlu dipikirkan Gambar 14.42 Tahap 3, pemasutgttn cetakan balok
untuk menghindari retak/pecahnya precas t.
t Precast concrete half slab dipasang sesuai dengan perencanaan
dengan rapi dan rapat, dengan beberapa pendukung yang
diperlukan.
contoh penggunaan metode ini dapat dilihat pada gambar berikut ini.

Gambar 14.43 Tahap 4, pernasangan tulangan balok

Gambar 14.40 Tahap l, pengecoran kolom

Gambar 14.44 Tahap 5, pengecoran balok

Gambar 14.41 Tahap 2, pemasangan scaffokling


t62 Eksplorasi Teknologi dalam Proyek Konstruksi
Instalasi Cetakan t63

Precast concrcte half slab

Pergerakan sffuktur cetakan ini ada dua, yaitu arah horizontal dan
vertikal. Pergerakan horizontal dibantu dengan roda untuk menempatkan
posisinya sesuai dengan as-nya, sedangkan pergerakan arah vertikal
dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu:
r pergerakan vertikal di tempat untuk mencapai elevasi yang
diperlukan
r Pergerakan vertikal pindah lantai di atasnya untuk melayani
pekerjaan cetakan yang serupa pada lantai di atasnya. Pergerakan
Gambar 14.45 Tahap 6, pemasangan precast concrete half slab $i ini cukup besar sehingga perlu kehati-hatian agal struktur tidak
rusak dan untuk melaksanakannya diperlukan tower crane'

Tahap -tahap pergerakan tableform adalah sebagai berikut:


Tahap awal adalah menurunkan ketinggian table fonn sampai permukaan
paling atas pada posisi di bawah elevasi balok dengan cara memutar tuas
p"rrgutut yang berada di bagian bawah dan dilanjutkan dengan
*"rrdororg table form ke arah luar bangunan untuk memindahkannya
secara r..iikul ke lantai berikutnya dengan bantuan tower crane. Setelah
table form diletakkan pada lantai yang dituju maka dilanjutkan dengan
meletakkannya pada posisinya dan dilanjutkan dengan mengatur elevasi
cetakan sesuai dengan elevasi komponen bangunan yang akan dicor.
Gambar 14.46 Tahap 7, beton hasil cetokan Demikian seterusnya, satu per satu table forrn dipindahkan'

SISTEM BONGKAR PASANG (KNOCK


DOWN)
Saat ini banyak dikembangkan disain struktur tipikal. Hal ini dimaksud-
kan untuk menekan biaya konstruksi. Penurunan biaya dapat diperoleh
dengan menekan biaya cetakan beton/bekisting. Salah satu upayanya
adalah dengan memanfaatkan cetakan dengan sistem knock down yang
merupakan pengembangan sistem konvensional untuk melayani struktur
pelat dan balok tipikal.
Salah satu pengembangan cetakan sistem knock down adalah tahle form,
di mana cetakan tersebut merupakan satu-kesatuan struktur seperti meja
yang dapat dipindah-pindahkan. Disain cetakan disesuaikan dengan
disain dari bangunan yang akan dilaksanakan.
lant Proyek Konstruksi 165
do Instalasi Cetakan

\ZNZNZNT
Gambar 14.48 Tahap I , posisi table form setelah pengecoran

Tahap 2, setelah beton yang dicor cukup umur maka cetakan yang
berupa table form dilepaskan dari tempatnya, dengan cara memutar
pengatur tinggi yang terletak pada bagian bawah sedemikian rupa
sehingga secara perlahan table form mulai terlepas. Elevasi turunnya
nbte-firm.u,,pui dengan ujung paling atas dari tablefonn berada di
bawair elevasi balok dengan tujuan cetakan ini dapat dikeluarkan dari
ruang iri. Perlu juga disiapkan beberapa roda sebagai alas untuk
pergerati.im tablefonn ke arah horizontal'

?xzz/z/z&

Gambar 14.47 Perget"akan cetakan tableform \ZNZNZNT


Selain bentuk table fonn seperti di atas, dalam dimensi yang lebih besar
sangat dimungkinkan bentuk yang lain. Tahap instalasi table form dalam
dimensi yang lebih besar adalah sebagai berikut:
r Tahap l, table fonndalam posisi setelah dilakukan pengecoran pergerakan tableform arah vertikal
Gambar 14.49 Tahap 2,

Tahap 3, table forrz diyakinkan telah terletak pada posisi di atas roda
dengan benar dan stabil.
t67
lnstalasi Cetakan

ffi
VZMZNZN
\ZNZNZNT Gambar 14.52 Tahap 5' pergerakan table
,qo

fortn menuju lantai di atasnya

Tahap 6, bila elevasi telah sesuai maka table form diatahkan secara
Gambar 14.50 Tahap 3, meletakan table form di atas roda penggerak
horiztntal pada posisi yang direncanakan' Sebelum table fornt
sebagai
tersebut diletakkan mat<a ierlebih dahulu disiapkan roda-roda
alat bantu pergerakan horizontal dengan
jumlah secukupnya'
Tahap 4, bila tahap 3 telah selesai maka dilanjutkan dengan
mendorong ke arah horizontal sehingga table form terbebas dari
hambatan. Di samping itu, pada tahap ini perlu mulai dipasang
-
pengikat yang berupa sling atau kawat baja untuk menahan struktur
manakala terlepas dari lantai yang menahannya. Sling ini diikatkan
pada tower crane dengan kapasitas yang memadai sebagai alat bantu. KilSZNZN]
Gambar 14.53 Tahap 6, pergerakan tableform

\ZNZNZNZ
meman-
Tahap 7, dilanjutkan dengan pergerakan horizontal dengan
faatkan roda yang telah disiapkan'

t-l tl I I

Gambar 14.51 Tahap 4 pergerakan table form arah horizontal


XZNZNIZNZ
Tahap 5, table fonn yang telah terikat erat pada tower crane dengan
sling kemudian dipindahkan ke lantai di atasnya/pergerakan vertikal
sampai pada elevasi yang direncanakan. meletakan table form tliatas roda penggerak
Gambar 14.54 Tahap 7,

Tahap 8, menempatkan letak table Jbrm pada posisi


yang diren-
canakan.
d a I a m P rovek Konst ruks i Instalasi Cetakan t69

--r
L-l Ll t--l

\Zt\ZNZNV \ZNZNZNZ
Gambar 14.57 Tahap 10, melaksanakan pengecoran beton
Gambar 14.55 Tahap 8, memposisikan table form

Tahap 9, setelah posisi table fonn sesuai, maka dapat dilanjutkan


dengan melakukan pergerakan vertikal guna mendapatkan ilevasi
yang diinginkan dengan cara memutar tuas pengatur ketinggiannya.
Pada tahap ini dibutuhkan ketelitian terutama pengecekan elevasi
guna mendapatkan hasil dengan kualitas prima.

\ZNZNZNT
Gambar 14.58 Aplikasi tableform di lokasi proyek
Gambar 14.56 Tahap 9, mengatur elevosi tableform

r Tahap 10, melaksanakan pengecoran beton.


170 E ks p I o ra s i Tekno I o gi tla I am P royek Ko ns t ru ks i 171
Instalasi Cetakan

Gambar 14.61 Sistem angkat table form di lokasi proyek


Gambar 14.59 Pergerakan arah horizontal table form di lokasi proyek (Sumber: PERI Handbook, 2000)
(Sumber: PERI Handbook, 2000)

Gambar 14.60 Pergerakan arah vertikal table form di lokasi proyek


(Sumber: PERI Handbook, 2000)
:rl
BAB 15
i;

*s
$
T
FORMWORKPABRIK
}+
*
*I

PENDAHULUAN
For"ntwork sebagai struktur yang bersifat sementara dalam pelaksanaan
pdmbangunan hampir selalu ada dan dibutuhkan, terutama dalam proses
pembentukan komponen bangunan yang terbuat dari beton. Berbagai
*uru- material dapat digunakan namun pemilihan jenisnya lebih
ditentukan oleh pertimbangan teknis dan ekonomis. Sementara ini
struktur secara tidak langsung menentukan kecepatan dalam menyele-
saikan proyek konstruksi.
!
Berdasarkan cara pengadaannya, fonnwork dapat dibentuk secara
konvensional di lokasi proyek yang dikerjakan oleh tukang kayu di mana
I

,l
': bentuk dan dimensinya disesuaikan dengan dimensi komponen sesuai
rl
dengan gambar rencana. Selain cata-aatapengadaan secara konvensional,
,urfut dimungkinkan bahwa formwork diproduksi secara pabrikasi
I

denlan berbagai keuntungan dan kerugiannya. Perubahan yang mendasar


I

:l pelaksanaan
fonnw ork pabrlkasi ini terj adi pada tatakelola
dengan adanya *lupurgur.
I
pekJrjaan di Pengelolaan pemanfaatan formwork dalam
till proyek akan menambah jumlah pihak yang terlibat di
pelaksanaan
dalamnya, khusus untuk menangani pemasangan dan pembongkaran
formwirk sebelum dan setelah pengecoran. Hal ini akan berakibat
bertambahnya sub-kontrak dalam kontrak utama'
Beberapa namaformworkpabrlkyang berada di Indonesia adalah PERI,
DOKA. Pada prinsipnya kedua produsen fonnwork ini mempunyai
sistem yang hampir sama. Berbagai macam bentuk disesuaikan dengan
kegunaantrya, misalnya untuk kolom, balok, pelat lantai dan atap, dan
ke[entingan lainnya yang sangat bervariasi. Ragam dari formworft pabrik
ini mergituti gaya dan corak bangunan, karena pada prinsipnya
eksistensinya harus mampu mengakomodasi ide-ide dari para perancang
bangunan yang selalu berubah dalam periode waktu tertentu'
I
I 74 Eksplorasi Teknologi dalant proyek Konstruksi 175
Formwork Pabrik

Gambar l5.l Formwork pabrikasi untuk dinding


(Sumber: PERI Handbook, 2000)
Gambar 15.3 Formwork pabrikasi untuk kolom
(Sumber: PERI Handbook, 2000)

Gambar 15.4 Sistem formwork pabrikasi untuk kolonr


Gambar 15,2 Formwork pabrikasi untuk kolom (Sumber: PERI Handbook, 2000)
(Sumber: PERI Handbook, 2000)

F'ORMWORK PELAT
Perancah pabrikasi merupakan bagian dari sistem penyangga
lantai darr
balok yang terbuat dari bahan baja serta kayu. Sistem Penyangga
rrlr

menggunakan komponen utama berbentuk pipa baja yang lazim


discbttt
sebagai pipe supportlsteel prop(loor prop di mana ketinggiannYa dirp:rt

diatur. Untuk menjamin seruice life yang panjang maka sebualt .lltt'tr
176 Eksplorasi Teknologi dalam Proyek Konstruksi 177
Fornmork Pabrik

prop digalvanis bagian dalam dan luarnya agar tahan terhadap cuaca, Susunan sistem penyangga ini terdiri dari komponen paling bawah
bahkan yang terburuk sekalipun. hingga komponen paling atas adalah penyangga lantai yang dibantu atau
tidak dibantu kaki tiga, dudukan balok memanjang, balok memanjang.
Komponen-komponen utama lain yang membentuk sistem penyangga
balok melintang, kemudian ditutup oleh papan setebal 18 mm. Untuk
lantai adalah sebagai berikut ini:
penyangga yang diletakkan di bawah bekisting balok, susunannya hampir
Balok yang terbuat dari kayu yang ringan namun memiliki daya ,ama dengan susunan penyangga lantai, tanpa komponen balok dan
dukung tinggi, digunakan untuk balok melintang dan balok papan. Sebagai tempat dudukan dasar balok digunakan komponen
memanjang. Berat setiap meter panjang adalah 5 kilogram, yang dud,rtan cetakan balok yang digalvanis. Lebar sisi atas komponen ini
setara dengan setengah dari berat rata-rata kayu biasa dengan adalah 60 cm.
kekuatan yang sama. Seluruh permukaan balok ini dapat dipaku,
dimensinya dibuat sedemikian rupa agar mampu mendukung
beban secara stabil, memiliki umur pemakaian yang panjang,
serta tersedia untuk bentang di atas 12 meter. Jenis kayu untuk
balok adalah jenis Damar yang diproses melalui tekanan tinggi.
Komponen balok ini memiliki tingkat keawetan tinggi dan tahan
terhadap segala cuaca karena kedua ujungnya dilapisi atau
dikeling dengan bahan plastik untuk mencegah retak atau patah.
l)udukan balok, komponen ini berfungsi sebagai dudukan yang
stabil untuk balok memanjang, terbuat daribaja yang digalvanis.
Keberadaan komponen ini memungkinkan balok dipasang secara
tunggal maupun ganda dengan overlapping, karenanya
pengaturan panjang-pendek bentang dengan mudah dapat
dilakukan. Persyaratan overlapping yang diperkenankan (syarat
minimum) adalah 500 mm untuk tiap sisi.
Gambar 15.5 Sistem formwork pabrikasi untuk kolom
Komponen berbentuk kaki tiga yang terbuat dari baja, mudah (Surnber: PERI Handbook, 2000)
dilipat dan dilepas, berfungsi untuk menahan penyangga lantai.
Penggunaan komponen ini memungkinkan penyangga lantai
dapat berdiri sendiri sehingga memudahkan perakitan dan
memberi stabilitas sistem struktur.
Selain keempat komponen utama yang telah dijelaskan di atas, sistem
penyangga ini juga terdiri dari bermacam-macam komponen pendukung,
seperti dudukan berbentuk huruf U. Komponen ini memiliki fungsi yang
sama seperti dudukan balok. Perbedaannya terletak pada bentuk yang
berupa pelat U. Komponen tambahan yang berfungsi sebagai alat
sambung antara komponen dudukan balok dengan penyangga lantai dan
masih banyak lagi pelengkap lainnya.
Formwork Pabrik t79
178 Eksplorasi Teknologi dalam Proyek Konstruksi

Gambar 15.8 Susunan sistem penyangga lantai dan balok

SCAFFOLDING
Pada mulanya scaffolding yang terbuat dari pipa mngka baja didisain
untuk menyu"ggi'beban ringan dalam area kerja seperti pekerja.
Kontraktor kemudian mulai mencoba menggunakan scaffulding untuk
menyangga bekisting karena memiliki bentuk yang menguntungkan dan
Gambar 15.6 Sistemformwork pabrikasi untuk kolom sistem jick yarg dapat mengatur ketinggiannya' Setelah penggunaan
(Sumber: PERI Handbook, 2000) scaffbliing sebagai p".,yu.,ggu bekisting semakin banyak dilakukan,
ma'ka dira-sakan perlu untuk memperoleh data mengenai kaphsitas daya
dukungnya sebagai suatu sistem karena beban-beban beton dan .bahan
lainnyi jauh lebih berat dari beban yang dapat didukung sebuah. rangka
scffiling Qnain frame). Data tentang kapasitas daya dukung sistem
,"igotaifitelah dikembangkan oleh Scffilding, Shoring, and Fonning
tniittute melalui serangkaian tes dan uji coba pada bangunan tinggi.
Komponen utama dari sistem penyangga scaffolding terdiri_dari rangka
bracing atau
(maii frame) dengan berbagai bentuk dan ukuran, diagonal
'cross-brace,
lock clamps, acljustable jack atau iack base, u-heads, dan
coupling/join pin. selain komponen-komponen utama di atas, pemakaian
scffiliiig di lapangan biasanya dibantu dengan beberapa komponen
tamUat anlang birfungsi untuk meningkatkan kegunaan atau menjamin
kekuatan alat ini.

Garnherr 1.5"'l Susunan sistem penyangga lantai


(Surnber: FERI Handbook, 2000)
Formwork Pabrik t8t

Scaffolding memiliki beberapa kelebihan dibanding penyangga


tradisional yang menggunakan kayu dolken. Scaffolding dapat digunakan
berulang kali, dapat digunakan di luar ataupun di dalam ruangan, lebih
ekonomis karena mengurangi upah tukang kayu, memiliki bentuk yang
relatif lebih rapi. Dengan kelebihan-kelebihan tersebut di atas maka
penggunaan scaffolding sebagai alat bantu serta alat penyangga dan
penopang semakin luas dan disukai kontraktor.

Gambar 15.9 Sistem penyangga scaffolding

Main Frame atav rangka scaffulding terdiri dari berbagai tipe dengan
ukuran dan berat yang berbeda-beda.

Tabel 15.1 Jenis, dimensi dan berat main frame


JENIS TINGGI (m) LEBAR (m) BERAT
A-1219 1.93 1.219 21.5
A-1217 B 1.7 t.219 16.5
A-t2ts 1.524 1.219 11.5
A-1217 A 7 1.219 14.5
A-917 A 7 0.914 t4
A-717 S 7 0.162 t4
A-617 S 7 0.610 t2
A-617 F 7 0.610 11
A-617 R 7 0.610 t2
A-617 1 0.610 t6
A-717 7 0.762 t7
A-617 C 7 0.914 19
A-717 B '7
t.219 T4
BAB 16
FORMWORKKHUSUS

PENDAHULUAN
cetakan khusus adalah cetakan yang dirancang secara khusus untuk
keperluan tertentu. cetakan ini dapat digunakan di tempat lain sejauh
masih memiliki kesamaan struktur beton yang akan dicor. Cetakan ini
dikembangkan umumnya untuk pengecoran dinding beton yang tinggi.
Berbagai jenis cetakan khusus, yaitu:
r Climbing Fonnwork
r Slip Form
r Auto Jump Form
r Traveler Form

CLIMBING FORMWORK
Formwork jenis ini biasanya digunakan untuk pembentukan struktur
beton dinding yang cukup tinggi (misalnya shear wall), di mana
penyokong/support mengalami berbagai macam kendala jika diberikan
dari lantai dasar atau berasal dari struktur lain. Pemindahan climbing
fonnwork pada arah vertikal guna pengecoran dinding yang terletak di
atasnya dilayani oleh tower crane. Guna menyatukan climbingforruwork
dengan komponen bangunan yang sedang dibentuk maka digunakan
angker baut yang sengaja ditanam pada pada saat pengecoran. Posisi
angker ini diletakkan pada tempat yang sesuai dengan posisi pada
clitnbing formwork. Beberapa macam bentuk angker yang mungkin
digunakan adalah sebagai berikut:
Forntwork Khusus t8s

i'

i
I
i
i

Gambar 16.3 Salah satu bentuk angker


(Sumber: PERI Handbook, 2000)

Tahap pelaksanaan pengecoran menggunakan climbing formwork ini


adalah sebagai berikut:
r Dinding bagian bawah dicor dengan menggunakan cetakan
dinding biasa, tetapi angker baut untuk climbing formwork
dipasang pada posisi yang sesuai dengan letak angker yang
berada pada cetakan.

I Climbing formwork satu sisi dipasang pada angker baut yang


telah dicor dan dilakukan penyetelan.
Gambar 16.l Penempatan angker pado ctintling
r Pasang besi tulangan dinding, blockout yang diperlukan pada
angker baut.
r Climbing formwork sisi lain dipasang pada angker baut untuk

,a}fi; ffidb r
pelaksanaan berikutnya.

Setelah pengecoran selesai climbing formwork dilepas ikatannya


dari angker baut dan ditahan oleh tower crane untttk dipindah ke
atas pada tahap pengecoran berikutnya.

Gambar 16.2 Bentuk angker


E ks p loras i Tekno I ogi dalant Fonnwork Khusus t87

r Tahap 7, bekisting dipindahkan dengan arah vertical sesuai


dengan elevasi dinding yang akan dicor.
I Tahap 8, penyetelan bekisting pada posisi yang direncanakan dan
dilanj utkan den gan proses pengecoran
Demikian seterusnya pergerakan datiformwork sistem ini bekerja sampai
pekerjaan selesai. Keuntungan dari sistem ini adalah tidak diperlukan
penyangga, terutama untuk dinding yang tinggi.

Tahap 1, siap cor Tahap 2, selesai cor


Gambar 16.4 Climbing formwork

Bentuk lain dari clirnbing fonnwork di mana pergerakan vertikalnya


dilakukan tanpa bantuan tower crane adalah sebagai birikut:
I Tahap l,formwork pada posisi siap untuk dilakukan pengecoran.
t Tahap 2, setelah pekerjaan pengecoran selesai.
r Tahap 3, bagian penggerak dilepaskan dari sistem angker yang
ditanam dalam dinding.
r Tahap 4, bagian penggerak dipindahkan arah vertikal sampai
posisi lubang angker tepat pada lubang yang telah disiapkan pada
dinding di atasnya.
r Tahap 5, formwork diangker pada dinding sehingga posisi
penggerak terikat erat dengan dinding beton. Tahap 3, penggerak dilePas Tahap 4, penggerak keatas

r Tahap 6, bekisting dilepaskan dari beton yang telah cukup umur


l8e
I 88 Eksplorasi Teknologi dalam proyek Konstruksi Formwork Khusus

Tahap 5, penggerak diangker Tahap 6, bekisting dilepas

Gambar 16.6 Aplikasi climbing formwork


(Sumber: PERI Handbook, 2000)

SLIP FORM
Slipformada|ahfonnworkyangdigeraktanvertikalkeatasdenganjack
bersamaan dengan proses plngl.o^. Jack
bertumpu pada batang baja
Jackldongfuak dapat
bulat atau pipa baja yang'ter;anam dalam beton'
Penggunaan slipform
dioperasikan secara rnu.,u"ut, elektrik atau hidrolik.
struktur
puiu ,*r*ya diaplikasikan untuk pelaksanaan pengecoran
teton pada Silo, Pier, Menara, Cerobong'
sebagai berikut:
Tahap pelaksanaan menggunakan slipform adalah
Tahap 7, bekisting ke atas Tahap 8, bekisting diposisikan dipergunakan
r Bagian bawah dari dinding dicor seperlunya untuk
Gambar 16.5 Tahapan pelaksanaan climbing formwork sedagai pedoman as dan menanam
jack rod sejak dari dasar
dinding.
langsung
r Seluruh permukaan panelformwork yang berhubungan
dengan beton, diolesi minyak formwork'

r Slipform di-stel dan bertumpu pu!? i!:k rod (setelah


pemasan gan irtu,, gu" dan b I o ckout y arrg d iperlukan dipasang)'
Formwork Khusus l9t

Setelah seluruhnya diperiksa maka pengecoran dapat dimulai


dengan bantuan alat, misal concrete pump. Bila pekerjaan telah
dimulai, supply beton dan besi harus dijamin lancar.
Selama proses pengecoran, slipform digerakkan ke atas dengan
jackdengan kecepatan 15-30 cm/jam.

Pekerja di working platform bawah memeriksa dan memperbaiki


permukaan beton baru.

Gambar 16.8 TamPak dePan sliP form

AUTO JUMP FORM


Formwork ini merupakan pengembangan dari climbing fonnwork, di
mana formwork ini dapat bergerak ke atas sendiri tanpa bantual
tower
crane". Seperti slipform,jenis ini juga merupakan satu-kesatuan
struktur
yang lengkap. Aito iump form biasanya digunakan untuk pengecoran
core wall beton bertingkat.
Sistem ini digunakan di Indonesia untuk pertama kalinya pada tahun
1992 pada proyek Puri Exim di Jakarta. Cara kerja Auto Jump Fonn
secara garis besar adalah sebagai berikut:
I Sebelum pemasangan perlu perencanaan tentang jumlah hidrolis
Gambar 16.7 Tampak samping slip form
.jack(kapasrtastertentu)yangdiperlukansertaletakjackdart
Pocket.
r form dilapangan'
Perakitan seluruh komponen auto jump
I Kaki dinding beton dicor seperlunya dengan menggunaklttt
cetakan beton biasa' Disamping untuk pedoman pengecorurr
berikutnya dan penyetelan formwork, jtga untuk menyediakirtr
po cket untuk keperluan operasional'
193
Formwork Khusus

Sel,uruh struktur fonnwork di-stel dan bertumpu pada pocket


melalui shear key.
TRAVELER FORM
Salah satu panel (tetap) pada dinding di stel pada kedudukannya Traveler form mumnya digunakan untuk pengecoran balok-jembatan
(panel tersebut telah dilengkapi dengan shear key pocket). sistem segmental. Formwork jenis ini bergerak maju secara horisontal
sehingga iisebut traveler form, didisain khusus untuk keperluan tertentu
I Pemasangan besi tulangan, blockout yang diperlukan dan spacer.
dan i-apat diaplikasikan di tempat lain sejauh sama bentuk dan
I Panel dinding yang lain dipasang sehingga tertutup dan di-stel ukurannya. Namun demikian formwork ini dapat dimodifikasi untuk
serta dipasangi form ties. jembatan ukuran lain tetapi dengan penggunaan yang terbatas'
Pengecoran dinding dimulai setelah dilakukan pemeriksaan
secara keseluruhan.
Setelah enam jam panel tetap direnggangkan dan panel geser
dibuka dengan cara menggeser.
Setelah struktur formwork diangkat dengan tumpuan dipindah
pada kaki jack rod dengan hidrolis jack ke atas sampai mencapai
pocket di atas.
Tumpuan struktur fonnwork dipindahkan ke pocket dengan shear
key, dst.

-__ _, +---

Gambar 16.10 Sistem traveler form


(Sumber: PERI Handbook, 2000)

ll
1..---i

Gambar 16,9 Auto Jump Form


(Sumber: PERI Handbook, 2000)
195
Formwork Khusus

Gambar 16.12 Tahap l, pergerakan travelerform

Tahap 2, dilakukan pemasangan long beam support bagian atas


dengan cara digantungkan pada traveler form sehingga terikat erat
pada posisi yang dikehendaki seperti tampak pada Gambat 16.13.
hurgri dari long beam support adalah untuk mendukung bekisting
yang nanti akan dipasang.

Gambar 16.ll Stereometri sistem travelerform


(Sumber: PERI Handbook, 2000)

Traveler form merupakan struktur rangka baja yang beratnya sekitar 30% Long Beanr Support
dari berat segmen beton yang dipikulnya. Struktur formwork ini duduk
pada segmen beton yang telah selesai di-cor dengan sistem baut dan
angker.
Urutan pemasangan dapat dilihat pada gambar berikut: Gambar 16.13 Tahap 2, pasang long beam support atas

r Tahap l, posisi dari traveler (berupa rangka baja yang dilengkapi


dengan rel atau sejenisnya untuk kemudahan pemindahan arah Tahap 3, setelah long beam support bagian atas terpasang kemudian
horisontal) ditempatkan di atas dari segmen beton yang telah dicor dilanlutkan dengan p"*uturrgutt long beam support bagian-bawah
lebih dahulu seperti tampak pada Gambar 16.12. dengan digantungkan pada traveler form seperti tampak pada Gambar
rc.l4.Fungsi loig beam support bagian bawah ini untuk mendukung
bekisting dinding luar dan bagian bawah.
196 Eksplorasi Teknologi dalam proyek Konstruksi Formwork Khusus 197

Long Beanr Support (atas)

Long Beam Support (bawah)

Bekisting bagian bawah


Gambar 16.14 Tahap 3, pasang long beam support bagian bawah

Gambar 16.16 Tahap 5, pasong bekisting dinding bagian luar


Tahap 4, setelah long beam support bagian bawah terpasang dengan
baik dilanjutkan dengan pemasangan bekisting bagian bawah yang
diletakkan di atasnya. Sistem bekisting yang akan digunakan tentu Tahap 6, setelah bekisting dinding bagian luar terpasang kemudian
telah dirancang sedemikian rupa sehingga mudah dipasang, seperti dilanjutkan dengan pemasangan bekisting dinding bagian dalam
tampak pada Gambar 16.15. seperti tampak pada Gambar 16.17.

Hammer Head

Long Beam Support (atas)

Beam Suppon (bawah)

Bekisting bagian bau'ah


Bekisting bagian bawah

Gambar 16.15 Tahap 4, pasang bekisting bagian bawah Gambar 16.17 Tahap 6, pasang bekisting dinding bagian dalam

Tahap 5, setelah bekisting bagian bawah terpasang dengan benar Tahap 7, setelah bekisting semua terpasang dengan baik dan bcrr||r
maka dilanjutkan dengan pemasangan bekisting dinding bagian luar maka dapat dilakukan pengecoran agregat beton'
seperti tampak pada Gambar 16.16.
i
198 Eksplorasi Teknologi dalam proyek Konstruksi Fornwork Klrusus t99

Harrrrrrer Head

Bekislillg
dhrding dalam

Bekisting bagian bawah Bekisting bagian luar Bekisting bagian barvah

-
Gambar 16.20 Tahap 9' bekisting dinding luar dilepas
Gambar 16,18 Tahap 7, pengecoran agregat beton

Tahap 10, setelah bekisting terlepas dari beton yang telah cukup
Tahap 8, setelah pengecoran satu segmen diselesaikan dan beton umui maka dilanjutkan dengan menggerakkan traveler rangka maju
telah cukup umur maka dapat dilakukan pengecoran untuk segmen bersama-sama dengan bekisting yang telah terlepas seperti pada
berikutnya. Mula-mula traveler digerakkan maju sesuai dengan Gambar 16.21.
rencana seperti tampak pada Gambar 16.19.
Hanrmer Head +
Hammer Head
o
s
.ong Beanl Support (atas)

+ Beam Support (bawah)


Bean Suppon (atas)

Beam Support (bawah)


Bekisting bagian luar I B.ki.ting bagim bawah

Bekisting bagian luar


Bekisting bagian bawah

Gambar 16.21 Tahap 10, traveler bersama bekisting luar bergerak maju

Gambar 16,19 Tahap 8, trayeler digerakkan maju


Tahap 11, bekisting luar dipasang sesuai dengan rencana sedangkan
bekisting dalam masih pada posisi awal.
Tahap 9, setelah traveler pada posisi yang dikehendaki dilanjutkan
dengan pelepasan bekisting bagian luar seperti tampak pada Gambar
16.20.
200 i
E ltsp I oras Te kno lo gi da Ia m p roye k Kon st ruks i

DAFTARPUSTAKA

1. ACI, 1996, Design Recommendations fo, Precast Concrete


Structures.
2. Allen E., 198 5, The Professional Handbook of Building Construction,
John Wiley & Sons, New York.
Gambar 16.22 Tahap I l, bekisting luar dipasang
3. Antill J.M., 1988, Civil Engineering Construction, McGraw-Hill
Book Company, New York.
12, bekisting bagian dalam bergerak maju setelah pembesian Beton-Verla g, 1978, Precast Concrete Connection Details.
lahp
diselesaikan
4.
seperti taampak pada Gamb ar 16.23.
5. Beton Elemenindo Perkasa, Bandung
6. Dunham, C.W., 1984, The Theory and Practice of Reinforced
Concrete,McGraw-Hill Book Company, New York.
7. Elliott, K.S., Tovey, A.K., Precast Concrete Frame Building.
8. FIP Recommendation, 1986, Design of Precast Concrete Structures,
(at6) London.
(bawah) 9. Gerwick, 1993, Construction of Prestressed Conrete Structure, Joltn
Wiley & Sons, New York.
Bekisting bagian luar
Bekisling bagian bawah
10. Hansson 8., 1996, Precast Concrete Box Units - A Case Study,
Gambar 16.23 Tahap Departement of Construction Management, Lund University, Lund,
12, bekisting bagian clalam bergerak maju
Sweden.

ll. Koncs T.,1979, Manual of Precast Concrete Construction, Berlin'


t2. Kriswandono, 1996, "Telaah dan Kendala Aplikasi Unitized
System", Kons trul<s i, Februari, hal 29.
13. Langford D., Hancock M.R., 1995, Human Resources Management
in Construction,Longman Scientific & Techncal, UK.
14. Lewicki B., 1966, Building with Large Prefabricates, Elsevier
Publishing Company, Amsterdam.
202 Eksplorasi Teknologi dalam prq,ek Konstruksi

15. Murdock, Brook, 1979, Concrete Materials and Practice, Edwar 31. Sunito, F.S., Singkali W., 1990, "Optimasi Struktur Melalui
Arnold Ltd., London. Pengg:unaan Betoi Pracetak pada Bangunan Gedung", Seminar
Optimasi Struktur Lab. Struktur ITB, Bandung'
16. Nawawi H.H., Martin, H.M., 1996, Penelitian Terapan, Gadjah
Mada University Press, Yogyakarta. 32. Suprobo P., 1996, "Rumah susun sederhana Pracetak'' Stadium
General Himpunan Mahasiswa Sipil universitas Muhamadiyah,
17. Oglesby, 1 98 9, P roductivity Improvenxent in C ons truction, McGraw - Yogyakarta.
Hill Book Company, New York.
33. Waddell, Dobrowski, lgg3, concrete construction Handbook,
18. PCI,1965, Connections in Precast Concrete Structures Strength of
McGraw-Hill Book Company, New York'
Corbels, Prestressed Concrete Institute, Chicago, Illinois.
34. Warszawski A., 1990, Industrialization and Robotics in Building,
t9. PERI,2000, Handbook.
Harper & Row, Publishers, New York'
20. Pribadi K.S., Fatima I., Thomas S.,1991, "Penerapan pelat
35. Wilson, F., 1984, Building Material Evaluation Handbook,Yan
Berongga Prategang Pracetak dalam Rangka (Jsaha Rasionalisasi
Nostrand Reinhold Company, New York'
dan Standarisasi Pernbangunan di Indonesia", Seminar Universitas
Parahyangan, Bandung. 36. Winter, Nilson, 1979, Design of Concrete Structure,Tokyo'
21. Richardson, Precast Concrete Production, Cement and Concrete
Association.
22. Ryan, W.I, Samarin A., 1992, Australian Concrete Technology,
Sydney.
23. Schmid T., Testa C., 1969, System Building Constructions
Mo dul a i r e s, Artemis Zurich.

24. Seeley, LH., 1972, Building Econornics,McMillan.


25. Sheppard, Phillips, 1989, Plant-Cast Precast and Prestressed
Concrete, McGraw-Hill Book Company,New York.
26. Short, A., 1968, Lightweight Concrete, CR Books Ltd, London.

27. Sigalov, E., Strongin, 1962, Reinforced Concrete Foreign, Moscow.

28. Snow, F., 1965, Formwork for Modern Structures, Chapman and
Hall Ltd., London.
29. Soeharto Iman, 1995, Manajemen Proyek, Penerbit Erlangga, Jakarta.
30. Sumanth, D.J., 1985, Productivity Engineering and Management,
McGraw-Hill Book Company, New York.
CATATAN:

BIOGRAFI

Wulfram I. Ervianto, lulus sarjana Strata 1 dari Jurusan


Sipil Fakultas Teknik Universitas Atma Jaya
Yogyakarta tahun 1990. Bekerja di p.T. Waskita Karya
Jakarta sejak 1990 dan ditempatkan di Cabang VII Jawa
Tengah, Semarang. Selama bekerja terlibat di beberapa
proyek sebagai site engineer dan Kepala proyek
diantaranya Proyek PLTA Tulis di Banjamegara,
Proyek Perum Perumnas cabang v di Semarang, proyek pembangunan
Jembatan Rangka Baja di Bantarsari cirebon, proyek Irigasi Jawa
Tengah (PIJT) Paket 12 di Pati Jawa Tengah.
Mulai bulan Juni 1993 bekerja sebagai staf pengajar di Fakultas Teknik
Universitas Atma Jaya Yogyakarta, mengasuh mata kuliah antara lain
Manajemen Konstruksi, Mekanika Rekayasa. Tahun 1995 melanjutkan
studi lanjut di Institut Teknologi Bandung konsentrasi Manajemen dan
Rekayasa Konstruksi. Melakukan penelitian tentang Kajian potensi
Penggunaan Beton Pracetak di Indonesia sebagai bahan Tesis. program
ini diselesaikan tahun 1997 kemudian kembali mengajar di Strata I dan
Magister Teknik, Konsentrasi Manajemen Konstruksi program
Pascasaqjana Universitas Atma Jaya yogyakarta sampai sekarang.

Buku yang pernah diterbitkan adalah Analisis Struktur Statik Tertentu,


Manajemen Proyek Konstruksi, Teori-Aplikasi Manajemen proyek
Konstruksi, Soal Penyelesaian Analisis Struktur Statik Terientu.

Anda mungkin juga menyukai