ii*
' $.,.. i'-
PENERBITANIDI
'
' *-'S .i
l"Jt
- - yry\z
p
;*.t td,
s!'
Eft$P10nl[$
TI [il01
ilalam
0Gl
PRoYHT fiolt$Rutrst
Wulfram I. Ervianto
Eksplorasi Teknologi
dalam
Ir \
\ I \\
\
Wulfram l. Ervianto
I>en erbit:
C.V ANDI OFFSDT (l)enerbit ANDt)
.ll. Bco 38-40, Telp. (0274) 561881 (tlunring). Fa"r. (0274) 588282 Yogyakarta 5528t
Perceta ka n:
ANDI OFFSET
Jl. Beo 38-40, Telp. (0274) 561881 (llunting), Fa.r. (0274) 588282 Yogyakorta 55281
Ervianto, Wulfian l.
Eksplorasi Teknologi dalam Proyek Konstruksi; lleton
Pracelak & Bekisting / LVul.fizn l. Ervianto;
- Ed. l, -Yogl'lhrr1a: ANDI,
09-08 't I n tu llis t r i fo t, D e zu aj ani
DDC'21 :693.5
KATAPEI\GANTAR
Penyusun
Wulfram I. Ervianto
erv ianto@ mail.uaj y. ac. id
mAFTAR H$I'.-
KATA PENGANTAR
BAB 1 PENDAHULTIAN 1
E Mengapa Pracetak 1
r Kendala Pracetak J
BAB 3 PERENCANAAN 39
E Pendahuluan 39
r Faktor Perencanaan 39
x Proses Penerapan Teknologi Pracetak 40
r Planning 41.
..'. Pengendalian Proyek 42
.! Perencanaan Modul 44
* Pengadaan 44
BAB6 PRODUKSI 65
I Pendahuluan ll1
r Pendahuluan 65
* Aspek Petencanaan 111
r Metode Pabrikasi 66
* Aspek Sistem Struktur ll2
r Pemilihan Metode Pabrikasi 67
{. Aspek Produksi ll2
r Cetakan 68
* Aspek Transportasi 1 13
r Kondisi di Lapangan 70
* Aspek Erection 113
* Aspek Koneksi ll4
BAB 7 SISTEM TRANSPORTASI t) t Aspek Perbaikan 1 15
r Sistem Transportasi 74
n Aspek Mutu 115
r Peralatan Erection 82
a Pendahuluan 125
r Persyaratan Umum \26
BAB 9 SIST'EM KONEKSI 85
I Material Cetakan 127
I Pendahuluan 85
r Pemilihan Sambungan 86
BAB 14 INSTALASI CETAKAN
r Sambungan Komponen Beton Pracetak 87
r Pendahuluan 133
.i. Sambungan Basah 87
r Cetakan untuk Pondasi 134
..'. Sambungan Kering 88
r Cetakan Dinding r37
r In Situ Concrete Joint
I Cetakan Kolom t43
r Sambungan Las dan Baut 92
r Tahap Pemasangan Cetakan Kolom 149
r SambunganPrestressed 96
r Cetakan untuk Balok 153
r Pendahuluan 101
r Pendahuluan 173
MENGAPA PRACETAK
Biaya konstruksi cenderung terus meningkat, seperti ditunjukkan oleh
hasil pengamatan yang dilakukan sejak tahun 1930 sampai dengan tahun
1980 (Gambar 1.1). Bila dibandingkan dengan biaya pada industri
manufaktur, biaya konstruksi telah melesat jauh ke depan. Salah satu
penyebab terjadinya hal tersebut adalah tingginya upah tenaga lapangan
dan proses konstruksi yang dilakukan secara tradisional.
Construction Cost Index
500
000
500
000
s00
000
500
0
^S
'.,9' e""Tsoo$'T
Gambar 1.1 Construction Cost Index
(Sumber: Larry W. Z, Glen D.H., 1982)
kasar yang dididik agar dapat mengoperasikan mesin-mesin yang KENDALA PRACETAK
digunakan untuk proses produksi sehingga upah yang diterima oleh
Dalam pengaplikasiaan metode beton pracetak, kunci keberhasilan
pekerja adalah upah tenaga kasar. Dengan mengaplikasikan teknologi
pelaksanaannya sedikit banyak dipengaruhi oleh aspek manajemen.
beton pracetak maka dengan sendirinya akan mengurangi pemakaian
jumlah tenaga kerja di lokasi proyek. Salah satu karakteristik tenaga
Akibat berbagai faktor yang berpengaruh dalam penggunaan beton
pracetak, maka sangat mungkin bahwa penerapan teknologi ini belum
kerja lapangan adalah harus mempunyai ketrampilan tertentu sehingga
memberikan hasil yang terbaik. Beberapa faktor dari aspek manajemen
upah yang diterimanya lebih besar dibanding tenaga kasar di pabrik
yang harus diperhatikan adalah:
(dengan produk sejenis). Hal lain yang menonjol dari penggunaan beton
pracetak adalah mutu pekerjaan yang menjadi lebih baik dan seragam.
r Teknologi
Salah satu material yang digunakan dalam teknologi pracetak adalah
Permasalahan utama dalam pengaplikasian metode ini adalah peng-
beton, yang dapat berupa komponen struktural seperti unit tangga, balok,
gabungan antara komponen satu dengan yang lain sehingga keutuhan
kolom, kerbs, kolom lampu, bantalan rel kereta api, konsol, plat lantai,
struktur dapat dicapai. Hal ini berbeda dengan metode in-situ yang secara
plat atap, penutup dinding, dan lain-lain. Produksi dari komponen-
umum sudah sangat dikenal dan dikuasai.
komponen ini dapat dilaksanakan di lokasi lingkungan pabrik yang
kemudian dikirim ke lokasi proyek. Atau bila produksi dalam jumlah
besar atau ada pertimbangan lain, maka produksi dapat dilaksanakan di
r Bahan
lingkungan lokasi proyek. Kebutuhan bahan untuk mendukung pembuatan komponen-komponen
beton pracetak sedemikian rupa sehingga dapat dihasilkan berat
Manfaat pabrikasi beton di lapangan ini harus jelas, terutama
komponen yang ringan (mis: beton ringan), tetapi tetap memenuhi
sehubungan dengan kemudahan pengawasan dan pengontrolannya.
persyaratan teknis yang lain.
Pemadatan dapat dilaksanakan dengan lebih efisien. Demikian juga
upaya untuk perawatan beton pada masa pemeliharaan.
r Sumber Daya Manusia
Namun demikian, sering pula terjadi pertentangan atas manfaat dari
Penggunaan metode yang baru tentu membutuhkan sumberdaya yang
metode ini. Pihak pemakai harus memeriksa dan menguji produk beton
mampu merancang dan melaksanakannya. Kemampuan ini dapat
pracetak dengan memperlakukannya seperti bilamana memakai beton
diperoleh dengan ikut serta secara aktif dalam kegiatan-kegiatan yang
yang dicetak di tempat.
berkaitan dengan pengembangan/pelaksanaan teknologi beton pracetak.
Secara umum produk dari beton pracetak dapat dikategorikan menjadi Faktor pengalaman sangat menentukan pelaksanaan dan pengembangan
lima kelompok, yaitu: metode ini.
l. Komponen-komponen untuk kepentingan arsitektur yang bersifat
r
ornamen.
Perencanaan
Pada tahap perencanaan, hal yang harus diperhatikan adalah usaha untuk
2. Komponen beton untuk lalu-lintas, paving, kerbs.
mendapatkan berat komponen yang ringan tanpa mengurangi syarat-
3. Komponen-komponen struktur yang mendukung beban, seperti tiang, syarat teknis. Selain itu bentuk komponen dan khususnya bagian
balok. kolom, bantalan rel, pipa, plat lantai. sambungan menjadi sangat penting artinya. Hal ini dimaksudkan untuk
4. Komponen penutup atap yang harus kedap air dan tahan terhadap cuaca. mempermudah transportasi dan instalasi. Pelaksanaan pemasangan
i
1
KoNSULTAN
PEREN.ANA BAB 2
BETON PRACETAK
/ PRODUSEN
i BEToN
nrecrrax
\ PENGERTIAN PRACETAK
Gambar 1.2 Hubungan kerja orgonisasi Sebenarnya beton pracetak tidak berbeda dengan beton biasa. Yang
pelaksonoan menggunakan teknologi beton menjadikannya berbeda adalah metode pabrikasinya. Pada umumnya
pracetak. penggunaan beton pracetak dianggap lebih ekonomis dibandingkan
dengan pengecoran di tempat dengan alasan mengurangi biaya pema-
kaian bekisting, mereduksi biaya upah pekerja karena jumlah pekerja
relatif lebih sedikit, mereduksi durasi pelaksanaan proyek sehingga
overhead yang dikeluarkan menjadi lebih kecil' Selain itu, bekerja di
permukaan tanah jauh lebih mudah dan lebih aman untuk dilakukan,
seperti persiapan cetakan, pengecoran, perapian permukaan, perawatan
dan penggunaan bekisting yang dapat berulang kali. Sampai saat rni pro
dan kontra penggunaan beton pracetak masih berlangsung. Masing-
masing pihak pendukung ataupun penentang metode ini mempunyai
argumen sendiri.
Pracetak dapat diartikan sebagai suatu proses produksi elemen
struktur/arsitektural bangunan pada suatu tempat/lokasi yang berbeda
dengan tempat/lokasi di mana elemen struktur/arsitektural tersebut akan
digunakan. Teknologi pracetak ini dapat diterapkan pada berbagai jenis
material, yang salah satunya adalah material beton. Beton pracetak
sebenarnya tidak berbeda dengan beton yang sering dijumpai dalam
bangunan pada umumnya. Yang membedakan hanyalah proses
produksinya. Beton pracetak dihasilkan dari proses produksi di mana
lokasi pembuatannya berbeda dengan lokasi di mana elemen akan
digunakan. Lawan dari pracetak adalah beton cor di tempat atau cast-in
place, di mana proses produksinya berlangsung di tempat elemen
tersebut akan ditempatkan.
8 Eksplorasi Teknologi dalanr proyek Konstruksi Beton Pracetak
Dibandingkan cast in place, teknologi beton pracetak mempunyai r Dibutuhkan peralatan lapangan dengan kapasitas angkat yang
beberapa keunggulan, yaitu sebagai berikut:
cukup untuk mengangkat komponen konstruksi dan
I Kecepatan dalam pelaksanaan pembangunannya. menempatkannya pada posisi tertentu.
r Dicapainya tingkat fleksibilitas dalam proses perancangannya r Biaya tambahan yang dibutuhkan untuk proses transportasi.
r Pekerjaan di lokasi proyek menjadi lebih sederhana. r Munculnya permasalahan teknis dan biaya yang dibutuhkan
r Pihak yang bertanggung jawab lebih sedikit. untuk menyatukan komponen-komponen beton pracetak.
r Mempunyai aspek positif terhadap skedul, terutama kemudahan r Diperlukan gudang yang luas dan fasilitas curing.
di dalam melakukan pengawasan dan pengendalian biaya serta
jadwal pekerjaan. r Diperlukan perencanaan yang detil pada bagian sambungan.
r Jumlah pekerja kantor proyek lebih sedikit. Demikian juga r Diperlukan lapangan yang luas untuk produksi dalam jumlah
tenaga lapangan yang dibutuhkan untuk setiap unit komponen yang besar.
yang lebih kecil karena pekerjaan dapat dilaksanakan secara seri. Dengan kondisi yang demikian maka tidak mudah untuk menentukan
r Menggunakan tenaga buruh kasar sehingga upah relatif lebih mana yang lebih ekonomis, menggunakan proses konstruksi tradisional
murah. atau menggunakan teknologi beton pracetak
r waktu konstruksi yang relatif lebih singkat karena pekerja Ditinjau dari pengalokasian dana dalam suatu proyek, distribusi biaya
lapangan (di lokasi proyek) hanya mengerjakan cast in-situ dan proyek sipil dan gedung dapat diperkirakan sebagai berikut: 6% - 8%
kemudian menggabungkan dengan komponen-komponen beton untuk biaya kantor pusat; 65%-70% biaya konstruksi; l0%-15o/, biaya
pracetak. mekanikal; l0%-15% biaya listrik; 10%-15% biaya kontingensi.
r Aspek kualitas, di mana beton dengan mutu prima dapat lebih Berdasarkan alokasi biaya dapat ditunjukkan bahwa distribusi pemakaian
mudah dihassilkan di lingkungan pabrik. biaya yang terbesar adalah anggaran untuk konstruksi bangunan. Oleh
r Produksinya hampir tidak terpengaruh oleh cuaca. sebab itu apabila ingin mereduksi biaya proyek maka harus dilakukan
I Biaya yang dialokasikan untuk supervisi relatif lebih kecil. Hal evaluasi pada bagian konstruksi. Salah satu metode yang mampu
ini disebabkan durasi proyek yang iebih singkat. mereduksi pemakaian biaya konstruksi adalah dengan mengaplikasikan
teknologi beton pracetak. Penghematan biaya dari penggunaan teknologi
r Kontinuitas proses konstruksi dapat terjaga sehingga beton pracetak diperoleh dari hal-hal sebagai berikut:
perencanaan kegiatan dapat lebih akurat.
Upah tenaga pabrik yang relatif lebih murah dibanding upah
r Mampu mereduksi biaya konstruksi.
tenaga lapangan (produktivitas di pabrik lebih konsisten).
r Dapat dihasilkan bangunan dengan akurasi dimensi dan mutu
I Pemakaian bekisting yang lebih hemat.
yang lebih baik.
I Pemakaian bekisting yang relatif lebih sedikit.
Dibandingkan cast in place, teknologi beton pracetak mempunyai
kelemahan-kelemahan sebagai berikut: ! Waktu penyelesaian proyek yang lebih cepat.
r Kerusakan yang mungkin timbul selama proses transportasi. I Produktivitas yang lebih besar dari pekerja karena sebagian besar
bekerja di permukaan tanah.
Tidak terpengaruh cuaca.
Beton Pracetak 11
t0 Eksplorasi Teknologi dalam Proyek Konstruksi
ffi nya. Salah satu hal yang patut diperhatikan adalah pemilihan material
konstruksi yang akan digunakan dalam pengaplikasian teknologi beton
pracetak itu. Beberapa persyaratan yang harus dipenuhi sebagai material
konstruksi adalah:
(a) Dua blok pracetak monolit
! mampu n-renghasilkan kekuatan yang tinggi.
r tidak memerlukan perawatan yang berlebih.
Z r
r
r
tahan api.
Material yang tepat dan dapat memenuhi kriteria di atas adalah beton
(b) Box pracetak bertulang yang telah dikenal ratusan tahun yang lalu. Material ini mampu
menyalurkan dengan baik gaya-gaya dalam yang diakibatkan oleh beban
Gambar 2.4 Beton procetak bcrdimensi ruang
luar yang bekerja pada struktur tersebut, tidak diperlukan perawatan
yang berarti, serta tahan terhadap api serta panas. Namun demikian
Elemen seperti yang tampak pada Gambar 2.4 (b) disebut box units,yang
beberapa hal yang kurang menguntungkan dari material ini adalah "berat
mempunyai dimensi sebesar ukuran sebuah ruang pada umumnya (ruang
sendiri" serta struktur sambungan yang tidak mudah untuk dikerjakan.
tidur, ruang makan, ruang tamu). Proyek yang menggunakan box units
sebagai elemen struktur dituntut untuk menyediakan peralatan berat
(kapasitas angkat besar) untuk keperTuan erectiorr, namun penggunaan KEUNGGULAI{ BETON PRACBTAK
elemen ini dapat mereduksi durasi kegiatan proyek secara mengejutkan.
Dengan penggunaan box u,its dimungkinkan penggunaan material r Durasi proyek rnenjadi lebih singkat
komposit, misalnya penggunaan aluminium sebagai rangka jendela, Dengan menerapkan teknologi beton pracetak, pekerjaan struktur yang
sehingga pihak pelaksana tinggal memasang ornamen sebagai bahan masih harus dilaksanakan di lapangan adalah pekerjaan struktur bawah
;finishing. (fondasi), di mana proses pelaksanaannya dapat bersamaan dengan
kegiatan produksi beton pracetak. Pengaturan jadwal produksi elemen
beton pracetak dapat diatur sedemikian rupa sehingga elemen-elemen
yang akan dipasang lebih awal dapat diproduksi lebih dahulu dan pada
saatnya nanti elemen tersebut telah cukup umur. pada saat pekerjaan
lJeton Pracetak t5
t4 Eksplorasi Teknologi dalant Proyek Konstruksi
berbeda-beda yang disesuaikan dengan keuntungan dan kerugian dari I TIANG PANCANG
tiap metode. Faktor-faktor yang menjadi pertimbangan adalah: (a) jumlah
elemen yang akan diproduksi, (b) jenis atau variasi elemen, (c) berat Tiang pancang pracetak dimanfaatkan dalam bangunan gedung sebagai
setiap elemen, dan (d) dimensi setiap elemen. Untuk memberikan komponen substnrktur. Bentuk dan dimensinya bervariasi tergantung dari
gambaran tentang jenis-jenis elemen tersebut, dijelaskan sebagai berikut:
jenis tanah dan kedalaman lokasi proyek. Tiang pancang ini antara lain
berbentuk segitiga dan bulat. Banyak produsen yang memproduksi
I KANSTEEN komponen ini mengingat kepraktisan dalam pengaplikasiannya.
Kansteen adalah komponen sistem modular yang digunakan untuk Keunggulan tiang pancang pracetak adalah:
pembatas pada pekerjaan landscape atau sebagai divider padajalan raya. I Konsistensi mutu terjamin karena dibuat di pabrik dengan
Berat dari komponen ini dirancan g agar mampu diangkat oleh satu orang kontrol kualitas prima.
dalam proses handlingnya. Bentuk dan dimensinya dapat disesuaikan
dengan permintaan pengguna. Komponen ini digolongkan dalam
r Waktu pemancangan lebih cepat, mudah, dan praktis.
kelompok sistem modular ringan.
I PAGAR PRACETAK
Gambar 2.5 Komponen kansteen
(Sumber: Retott Elemenindo Perkasa) Pagar pracetak mulai diproduksi oleh salah satu produsen. Hal ini dipicu
oleh tingkat kecepatan dan kepraktisan dalam pemasangannya. Pagar ini
Keunggulan kansteen pracetak adalah: terdiri dari dua komponen, yaitu kornponen kolom dan panel. Dimensi
dari panel dengan lebar 400 mm, tebal panel 50 mm panjang panel 2100
r Mutu bahan terjamin karena dibuat di pabrik dengan kontrol
mm dan 2400 mm.
kualitas prima.
Keunggulan pagar pracetak adalah:
r Permukaan kansteen yang halus/kualitas ekspose, tidak
memerlukan biaya "finishing". r Konsistensi mutu terjamin karena dibuat di pabrik dengan
kontrol kualitas prima.
I Fleksibilitas dalam bentuk dan dimensi.
20 Eksplorasi Telinologi dalant Prol,sli Konstruksi Beton Pracetak 2t
Sangat ideal untuk proyek-proyek dengan sistem knock down Keunggulan Ll Dff'CH adalah:
karena mudah dibongkar pasang. r Konsistensi mutu terjamin karena dibuat di pabrik dengan
Pennukaan yang halus/kualitas beton e"rpose, tidak memerlukan kontrol kualitas prima.
biaya finishing. r Permukaan yang halus/kualitas beton expose, tidak memerlukan
! Bisa digunakan di berbagai jenis lokasi dan berbagai jenis biaya finishing.
fondasi.
r Waktu pemasangan lebih cepat, mudah, dan praktis.
r Harga bersaing dengan sistem pagar konvensional yang saat ini
beredar di pasaran.
I GRC
Komponen ini termasuk dalam kelompok arsitektural, sering diperlukan
Gambar 2.7 Komponen pagar
(Sumber: Beton Elemeninclo Perkasa)
karena tuntutan perancang untuk memenuhi estetika bangunan.
Spesifikasi komponen ini adalah sebagai berikut: Bahan terdiri dari
campuran semen, pasir, dan fibreglass alkali resistant. Teknik produksi
sistem spray. Ukuran dan bentuk sesuai pesanan. Ketebalan 8mm-1Omm.
I U DITCI{ Keunggulan kulponen ini adalah:
Komponen ini digunakan untuk saluran air yang dapat ditempatkan di r Mutu bahan terjamin karena dibuat di pabrik dengan kontrol
sekeliling bangunan gedung, sebagai saluran drainase. Tingkat kesulitan
kualitas prima.
pemasangan U DITCH ini rendah atau tidak diperlukan usaha keras
untuk memasang. Waktu yang dibutuhkan untuk memasang cukup r Mudah dibentuk menjadi berbagai disain yang sesuai dengan
singkat sehingga dapat mereduksi durasi konstruksi secara keseluruhan. kondisi lapangan sehingga mampu memberikan solusi untuk
Dengan daya lateral yang tinggi, mampu menahan beban dari tanah dan mewujudkan berbagai disain secara mudah dan efisien baik,
dari alilan air. untuk eksterior sebagai selimut bangunan maupun interior seperti
ukiran, kaligrafi maupun elemen estetika lainnya. Selain itu juga
dapat digunakan pada bangunan infrastruktur seperti monumen,
saluran drainase, dan lainnya.
Beton Pracetak 23
Fr
__lr tL
Gambar 2.9 Komponen GRC
(Sumber: Ileton Elerlenindo Perkasa)
Itr-ill
(c)
r TANGGA PRACETAK
Skuktur tangga pracetak mulai diproduksi untuk bangunan gedung guna
mempercepat waktu konstruksi bangunan. Apabila struktur tangga
dikerjakan secara konvensional maka akan membutuhkan waktu yang
cukup lama, mengingat kerumitan dari struktur ini. Dengan adanya
struktur tangga pracetak maka akan lebih mempersingkat waktu karena
hanya perlu waktu untuk pemasangannya saja.
24 Eksplorasi Teknologi dalam Prq'ek Konstuksi Beton Pracetak 25
:tel.n k Gld
.;.iale ctsl ralo
*.tu
'=.
G=---++-s--!fi
A
rSKl angle
a I i*annE suilae
^
s"I ata ntoct prl
.ffi. trh !1cl ot brh
...tt
k nog pad--/l i jj.l
Slel qat?fi.ngp r-i Ii ne d.p ls dtf
haum,l di ,a@
s+{+ i.cld nth
;:od when he
a:.rrdr@ ,us
Ganrbar 2.12 Penampang balok girder L++l afo @aplae4
I KOLOM
Sebagai elemen struktur bangunan yang mempunyai fungsi meneruskan
beban dari lantai-lantai di atasnya, di mana dominasi gaya norrnal yang
bekerja maka secara teknis kolom dapat diproduksi secara pracetak.
Gambar 2.13 Perletakan balok pado kolont
(Sunrber: Edrvarcl Allen, 1985)
Elemen kolom pracetak ini sering dijumpai di toko-toko material
bangunan, termasuk ornamen arsitekturalnya. Dengan membeli elemen
kolom pracetak maka pelaksana proyek tinggal memasang dan
menyatukan dengan elemen lain di lokasi proyek. Biasanya elemen ini
digunakan untuk bangunan rumah tinggal satu lantai.
Jenis kolom beton yang dapat diproduksi secara pracetak tergantung dari
(a) ketinggian bangunan/jumlah tingkat; (b) metode erection yang akan
digunakan; (c) kemampuan angkat alat bantu/crane. Kolom pracetak
dapat diproduksi tanpa menyambung (kolom setinggi bangunan yang
direncanakan) atau dengan sambungan (dilakukan penyambungan di
antara tinggi bangunan). Untuk bangunan dengan ketinggian di bawah 30
meter, penggunaan kolom menerus (tanpa sambungan) masih dimung- l
l
Eksplorasi Teknologi dalan Proyek Konstruksi Belon Pracetak 27
E [l H E
Itl E]lil m
Gambar 2.L7 Stt"uktur rangka kolotn menerus
dengan tampang kolom tidak konstan
Gambar 2.18 Sambungan kolom dengan balok menggunakan I Hasil yang didapatkan lebih indah (estetis).
metode cor di tempat dalam dua tahap. Tahap pertama
Batasan seberapa lebar/bentang plat atap tersebut layak untuk
penyatuan balok serta rnenyiapkan soket untuk kolom di
otasnya. Tahap kedua menyatukan antarkolom dengan metode
diproduksi? Ukuran elemen plat ini sangat bergantung pada hal-hal
cor di tempat.
berikut: (a) kemampuan produksi pabrik; (b) kemampuan crane yang
(Sumber: Tihamer Koncz, 797 9) tersedia untuk handling serta erection; (c) kemampuan alat angkut ke
lokasi proyek; (d) peraturan tentang angkutan jalan raya yang berlaku
Kolom dengan letak sambungan di atas pertemuan kolom- dalam suatu daerah tertentu; (e) ketersediaan alat sambung untuk
menyatukan elemen sehingga menjadi satu kesatuan secara monolit. Pada
balok.
umunmya dimensi yang diproduksi berukuran lebar 2,5 meter hingga 3
meter, panjang 15 meter hingga 25 meter dan beratnya berkisar antara
120 kglm2. Plat atap dapat dibedakan menjadi dua: (a) waffte slabs; (b)
ribbed slabs.
1. Waffle slabs
Wo|fl" slabs adalah plat atap dengan rusuk (ribs) pada arah transversal
sebagai rangkanya, atau pada arah horisontal, atau kedua-duanya. plat
jenis ini dapat diproduksi dengan ukuran yang cukup pipih sehingga
didapatkan berat sendiri yang relatif lebih ringan. Dimensi dari plat ini
berkisar antara, lebar I m hingga 3 m sedangkan panjangnya 5 m hingga
12 m, dimensi rusuk arah transversal + 15 cm hingga 20 cm dan arah
Gambar 2.19 Sambungan antarkolom terpisah antara longitudinal + 20 cm hingga 65 cm.
sambungan balok-kolom, keduanya disatukan dengan metode
cor di tempat
(Sumber: Tihamer Koncz, 1979)
30 Eksplorasi Teknologi dalam Prq,ek Konstruksi Beton Pracetak 3t
I PLAT LANTAI
TrmPang
Sebagai elemen struktur yang langsung mendukung beban penghuni
rEl t[rl
sebuah bangunan gedung, plat lantai harus sesuai dengan ketentuan dan
peraturan yang berlaku. Eksistensi plat lantai dalam bangunan tinggi
membutuhkan material hingga 50o/o dari kebutuhan total material elemen
EI E] struktur. Oleh karena itu plat lantai merupakan elemen yang penting
untuk dikaji guna mendapatkan metode pengadaan yang efisien.
Berbagai cara digunakan untuk mengadakan plat lantai, dari yang
konvensional dengan melaksanakan cor di tempat di mana posisi elemen
tersebut berada hingga cara pabrikasi. Berbagai untung/rugi, keung-
gulan/kelemahan perlu dikaji secara seksama guna mencapai tujuan
efisiensi.
Gambar 2.20 Tampong, denah, v,afrle slab Para perencana bangunan akan melakukan perhitungan struktur,
khususnya untuk plat lantai, dengan memperhatikan gambar hasil disain
dari arsitek. Hal-hal yang menjadi bahan pemikiran dalam menetapkan
2. Ribbed slabs
asumsi antara lain adalah:
Ribbed slabs adalah plat yang dibentuk dengan rusuk sebagai perkuatan
(ribs) pada arah longitudinal. Ada dua jenis rusuk yang digunakan, yaitu:
r jarak antarbalok yang akan mendukung plat lantai.
r beban yang akan bekerja.
ambar 2.23 Macam-tnacum jenis plat lantai Gambar 2.25 Komponen pelot
(Sunrber: Beton Elemenir:do Perkasa)
Bentuk plat lantai wffie slabs dan ribbed s/aDs seperti pada plat atap di
atas, sedangkan gambar berikut adalah hollow beam Jloor unil
(lingkaran) pada saat proses produksi:
I CLADDING
Clodding adalah penutup dinding luar pada bangunan gedung yang
berfungsi untuk memisahkan dan rnelindungi dari pengaruh luar. Garnbar 2.29 Unit ond ntullion svstem Gambar 2,30 Panel svstem
Beberapa kriteria pemilihan material dari cladding adalah harus tahan
terhadap air, tahan terhadap pengaruh lingkungan di sekitarnya, serta (Surnber: Edrvard Allen, 1985)
memenuhi syarat estetika bangunan. Dalam menganalisis dan memilih
material yang akan digunakan harus dilakukan dengan cermat dengan
mempertimbangkan ketahanannya terhadap perubahan iklim, temperatur
yang tinggi, kelembaban, serta polusi yang ditimbulkan olel, kota besar
atau lingkungan industri. Sistem instalasi cladding yang dapat
diaplikasikan adalah stick $tstent, utit system, unit and mullion system,
panel slst€m, column cover snd spandrel system.
t.. -l
l-! \ '11
llr
=L\
i
\a
i\
t,\- i
I {\ I
I
-_xl
a i'i \
N
I
I
t--l! S, F.-
t-. '
rl
lxi; s- I \\
I6 tt\
ttil
Gambar 2.31 Colwrut cover and spandrel systetn
\ It: lil
\L
(Sumber: Edward Alterl 1985)
r Komponen-komponen Cladding panas dari luar yang masuk ke dalam gedung. Untuk keperluan
tersebut dapat digunakan material yang berfungsi sebagai peredam
Struktur cladding pada umumnya mempunyai enam komponen utama, panas, seperti plester sintetis atau beton pracetak yang dapat
yaitu:
diproduksi dengan sistem komposit (memasang material peredam
1. Material Eksternal dalam panel beton pracetak pada saat proses produksi).
Material yang dapat digunakan adalah semen, pasangan bata, 5. Material pada Joint
pasangan batu, metal, kaca, plastik. Pemilihan jenis material
Penggunaan joint pada cladding bertujuan: Pertama, untuk
disesuaikan dengan berbagai pertimbangan teknis dan estetis memudahkan pemasangan panel-panel (karena ukuran panel dapat
sehingga dihasilkan bangunan gedung yang memenuhi keinginan lebih kecil); Kedua, untuk mengantisipasi kemungkinan terjadinya
perencana, pemilik, dan pengguna.
kontraksi (memuai, memendek) dari panel.
2. Rangka Pendukung 6. Drainase Internal
Berkaitan dengan pemakaian exterior material cladding tentu Pemilik bangunan tentu tidak mengharapkan interior ruangannya
dibutuhkan suatu rangka. Rangka ini berfungsi sebagai penopang rusak oleh karena masuknya air dari luar ke dalam ruangan. Hujan
exterior material, beban yang diakibatkan oleh angin, beban mati, yang disertai angin sangat memungkinkan untuk menjadi penyebab
dan beban gempa. Beban-beban tersebut akan diteruskan ke struktur
masuknya air ke dalam ruangan. Gerakan air permukaan ini biasanya
rangka dari bangunan gedung tersebut. Support framing juga harus
berkumpul pada .joint. Berdasarkan pengalaman, penggunaan
dapat mengantisipasi perubahan-perubahan yang diakibatkan oleh
sealents tahan air temyata tidak cukup mampu untuk menahan
gerakan exterior material, support frarning itu sendiri, bertambah
gerakan air tersebut. Hal ini karena kurang sempurna pengerjaannya.
pendek/panjang struktur rangka yang disebabkan oleh perubahan
Untuk mengantisipasi hal tersebut maka dapat digunakan internal
temperatur serta perubahan rangka yang diakibatkan oleh beban
drainage. Sistem internal drainage direncanakan dengan asumsi
angin dan gempa. Salah satu jenis dari support frarning adalah grid-
bahwa dinding akan mengalami kebocoran, tetapi begitu hal itu
type frame.
terjadi maka air yang masuk dapat dikumpulkan sehingga tidak
Grid-type frame lebih umum digunakan untuk cladding dengan merusak interior dalam ruangan.
material yang terbuat dari kaca atau metal. Namun demikian dapat
juga digunakan untuk mengaitkan/meletakkan material yang lain,
misalnya pasangan batu, panel (pracetak) dari pasangan bata, plester
sintetis. Material yang digunakan dapat terbuat dari aluminium
ataupun besi dan kemudian dihubungkan dengan struktur rangka
bangunan gedung.
3. Material Penutup Interior
Untuk menutupi support framing dari cladding biasanya digunakan
material yang lebih bersifat arsitektural sehingga dihasilkan ruang
yang nyaman.
4. Insulasi
Untuk menambah kenyamanan pemakai gedung, pemakaian insulasi
adalah hal yang tepat. Fungsi dari insulasi adalah untuk mengurangi
BAB 3
PERENCANAAN
PENDAHULUAN
Meskipun teknologi beton pracetak telah berkembang dan sudah lama
digunakan, khususnya di Indonesia, efektivitas aplikasi tersebut masih
perlu dikaji dengan seksama. Kajian tersebut perlu dilakukan untuk
mengetahui dengan benar aatas manfaat dan keuntungan dari aplikasi
beton pracetak bagi industri konstruksi di Indonesia. Berbagai faktor
harus ditinjau dengan cermat agar dapat diyakinkan keuntungan yang
akan diperoleh, yang antara lain adalah perencanaan, sistem struktur,
sumberdaya manusia, produksi, transportasi. pemasangan, connection,
dan perbaikan. Teknologi beton pracetak layak digunakan jika
permasalahan yang ditimbulkan dari semua faktor tersebut di atas dapat
diatasi/diselesaikan.
FAKTOR PERENCANAAN
Perencanaan struktur dengan teknologi beton pracetak dilaksanakan
dalam tiga tahap. Tahap pertama adalah perencanaan yang dilaksanakan
oleh arsitek. Tahap yang kedua, perencanaan dilakukan oleh
konstruktor/ahli struktur. Tahap yang ketiga perencanaan dilakukan oleh
produsen/instalator, yang ditekankan pada kemudahan pelaksanaan di
lapangan.
Struktur organisasi dari tim proyek sangat menentukan keberhasilan
pengaplikasian teknologi beton pracetak. Koordinasi dari pemilik proyek
(owner), arsitek, ahli struktur, dan juga dari disiplin ilmu yang lain,
merupakan hal yang penting sehingga dibutuhkan kesinambungan
informasi pada setiap tahap pelaksanaan.
40 Eksplorasi Teknologi dalan Proyek Konstruksi Perencanaon 41
Teknologi pracetak adalah metode pelaksanaan pembangunan dengan biasanya dilaksanakan secara berturutan sangat memungkinkan dapat
memanfaatkan material atau komponen pabrikasi yang dibuat di luar dilaksanakan secara paralel (fabrikasi, pelaksanaan di lokasi). Rencana
lokasi proyek atau di dalam lokasi proyek namun perlu disatukan lebih dari beberapa kegiatan dapat dilaksanakan lebih awal, misalnya:
dahulu antar komponennya (erection) pada tempat yang seharusnya/ mengurus ijin untuk keperluan transportasi, handling, erection. Per-
posisi dari komponen tersebut. Beberapa pengertian sistem ini dapat bedaan penerapan teknologi pracetak dengan konvensional ditunjukkan
didefinisikan berdasarkan tingkatan metode pelaksanaan pembangunan, pada Gambar 3.1 dan3.2.
yaitu:
r Prefobrication,yaitu proses pabrikasi yang dilaksanakan dengan
menggunakan alat-alat khusus di mana berbagai jenis material
disatukan sehingga membentuk bagian dari sebuah bangunan.
r Preassembly, yaitu proses penyatuan komponen prafabrikasi di
tempat yang tidak pada posisi komponen tersebut berada.
Gambar 3,1 Ketergantungan antarpihak poda penerapan sistem konvensional
t Module, yaitu hasil dari proses penyatuan komponen
prafabrikasi, biasanya membutuhkan mode transportasi yang
cukup besar untuk memindahkannya ke posisi yang seharusnya.
Metode pelaksanaan pembangunan teknologi pracetak dimungkinkan
untuk diterapkan pada berbagai jenis proyek konstruksi, seperti jembatan,
bangunan industri, perumahan, pelabuhan, dan lain sebagainya. Berbagai
pihak yang terlibat dalam penerapan sistem ini adalah pabrikan, kepala
proyek, arsitek, konstruktor, instalator, kontraktor, dan konsultan.
r Transportasi
BAB 4
Pemindahan modul-modul pracetak merupakan kegiatan yang
mernbutuhkan peralatan yang spesifik dan memadai. Tahap perencanaan
transportasi harus mempertimbangkan jalur transportasi yang akan
SISTEM STRUKTUR
dilewati, metode pemindahan, dan peralatan yang dibutuhkan.
I Struktur Rangka Kolom Menerus dengan Sambungan Gambar 4,2 Sistem stt'uktur rangka, kolom menerus
Kaku (Sumber: Tihamer Koncz, 1979)
< 12.0
I..
4.0 - 9.0 4,0 - 9,0
STRUKTUR RANGKA DENGAN KOLOM r Sambungan Antarkolom Diletakkan Setiap Dua Lantai
SAMBUNGAN
Sistem struktur ini sesuai untuk bangunan gedung dengan ketinggian
antara 10 meter sampai 60 meter. Letak sambungan kolom dapat
ditempatkan pada berbagai keadaan:
TTTT
tlll
llaa
ITTI
Iiti
Gambar 4.9 Sistem struktw" rangka, kolont
sambungon setiop sotu lantoi
I Portal Berbentuk H
l'ada portal ini terdapat balok yang menggantung sebagai cantilever dari
rangka. Sambungan kolom diletakkan di tengah-tengah tinggi ruang atau
1 /3 tinggi antarlantai dan digunakan alat sambung berupa pin
joint.
r Rangka Portal
Sambungan dilakukan dengan alat sambung pin joint di mana salah satu
pin joint di atas yang lainnya.
Gambar 4.15 Sistem struktur rangka portal berbentuk T Gambar 4.17 Sistem struktur rangka portal T dan L
?
Jenis Struktur
BAB 5
SUMBERDAYA MANUSIA
PENDAHULUAN
Karakteristik pekerja yang bekerja dalam lingkungan pabrik berbeda
dengan mereka yang bekerja pada kondisi lingkungan kerja di lapangan
terbuka. Kondisi ini akan mempengaruhi produktivitas pekerja sehingga
kontinuitas hasil produksi tidak dapat diprediksi dengan tepat. Dalam
lingkungan pabrik, pekerjaan yang dilakukan merupakan suatu peng-
ulangan sehingga memperkecil kemungkinan terjadinya kegagalan yang
disebabkan oleh pekerja. Keberhasilan produk dari hasil produksi industri
konstruksi sangat tergantung pada kejelian dan kemampuan manajer
konstruksi dalam membuat perencanaan serta penggunaan metode yang
tepat untuk menyelesaikan permasalahan yang ada.
Secara umum perbedaan antara industri konstruksi dengan industri
manufaktur adalah sebagai berikut:
r Pada proyek konstruksi, waktu yang disediakan sangat terbatas.
Konsekuensi dari hal ini adalah tim manajemen harus dibentuk
secara cepat dan tepat. Juga pemilihan metode konstruksi serta
penggunaan alat untuk operasional hanya terjadi satu kali.
r Sifat dari lokasi proyek adalah tidak tetap. pada industri
manufaktur, lokasi kerja berada dalam satu lokasi dan bersifat
tetap. Kadang-kadang pekerja proyek harus melaksanakan
pekerjaannya dalam ruang yang terbatas sehingga akan mem-
pengaruhi produktivitasnya. Sedangkan untuk pekerja pabrik,
ruang gerak mereka dapat direncanakan sebaik mungkin agar
mereka dapat bekerja dengan nyaman agar produktivitasnya tidak
terganggu.
?
Sumber Daya Manusia 63
I Hasil produksi biasanya unik dan selalu berbeda dari lokasi r Pekerja tidak memerlukan bekal ketrampilan yang tinggi.
proyek yang satu dengan yang lain sehingga tidak dapat dibuat Awalnya adalah buruh kasar yang kemudian dilatih sehingga
itandarisasi penggunaan alat bantu dan metode konstruksi untuk upahnya relatif rendah.
berbagai proyek.
Karakter pekerja lapangan adalah:
r Dalam industri konstruksi lebih banyak dibutuhkan pekerja
r Sangat dipengaruhi perubahan cuaca.
dengan ketrampilan yang cukup dibandingkan dengan pekerja
yang tidak mempunyai ketrampilan. Pemilihan pekerja yang I Setiap kali lokasi pekerjaan berpindah maka hal itu akan
cakap akan sangat berpengaruh pada ketepatan rencana menyebabkan terjadinya perubahan pola kerja di lapangan.
pekerjaan, apakah sesuai dengan jadwal.
r Perubahan teknologi sering terjadi sehingga sangat berpengaruh
r Pekerjaan biasanya dilaksanakan berada di luar/lapangan terbuka terhadap pekerja.
dengan variasi yang timbul oleh hujan, panas serta kondisi
geografi s lokasi ProYek.
r Produktivitas pekerja tidak kontinu.
BAB 6
PRODUKSI
PENDAHULUAN
Produksi mutlak merupakan peran pabrikator. Sepanjang tidak terdapat
halangan yang berkaitan dengan logistik, masalah yang ada biasanya
berkaitan dengan hal-hal teknis, sehingga dengan menyerahkan pekerjaan
tersebut pada pabrikator yang profesional maka hambatan teknis itu akan
dapat diredam.
Hal penting dalam faktor produksi adalah penentuan prioritas, komponen
yang akan lebih dahulu dipabrikasi tentu harus disesuaikan dengan
rencana kerja dan metode kerja yang direncanakan. Untuk mencapai
kesesuaian pemilihan komponen yang harus diproduksi lebih dahulu
maka dibutuhkan koordinasi antara pabrikator dengan instalator. Area
produksi harus tertata dengan baik, mulai dari tempat penumpukan
material dasar, proses pengecoran, proses rawatan beton serta
penyimpanan komponen beton pracetak. Konsekuensi dari unit ini
(pabrikator) adalah harus menyediakan lahan kerja yang cukup luas
karena lahan penumpukan bahan dan komponen beton pracetak yang
diproduksi memiliki ukuran dan kuantitas yang besar.
Proses produksi beton pracetak tampak seperti pada Gambar 6.1.
Hakikat dari pabrikasi beton pracetak adalah:
r Kebutuhan akan tenaga kerja relatif lebih sedikit.
r Kecepatan proses produksi.
r Perbaikan kualitas produk.
Dibandingkan dengan proses konstruksi tradisional, hal yang menonjol
dalam produksi beton pracetak adalah penggunaan mesin dalam pabrik
untuk menghasilkan komponen beton pracetak. Selain membutuhkan
tenaga kerja lebih sedikit, penggunaan mesin akan mengurangi kesalahan
f
Produksi 67
Eksplorasi Teknologi dalam Prq,ek Konstruksi
r Slip-form Production
Metode pabrikasi dengan menggunakan cetakan yang dapat bergerak
sepanjang casting bed. Pelepasan cetakan tersebut dilakukan dengan
menggetarkan beton yang telah dipadatkan. Metode ini banyak dipakai
untuk memproduksi beton pracetak berupa plat.
I Flow-line Production
Gambar 6.1 Proses produksi beton pracetak
(Sumber: Tihamer Koncs, 1979) Metode pabrikasi untuk memproduksi komponen dalam jumlah banyak
(massal), misalnya komponen atap, dengan harapan dapat mempersingkat
waktu produksi.
METODE PABRIKASI
Beberapa metode yang dapat digunakan dalam lingkungan pabrik guna PEMILIHAN METODE PABRIKASI
menghasilkan komponen beton pracetak adalah Stationary Production, Pemilihan metode pabrikasi tergantung dari beberapa faktor, yaitu:
Sl ip-fon n P r o duc t i o n, dan F I ow- I i ne P r o duct i o n.
r Jumlah komponen yang akan diproduksi.
r Stationary Production r Dimensi dari komponen beton pracetak yang akan diproduksi.
Metode produksi di mana proses pabrikasinya dilakukan pada cetakan r Bentuk dari komponen beton pracetak, linierlflat (slab-type
yang bersifat tetap (tidak dapat bergerak) sampai pekerjaan selesai. component).
Cetakan yang digunakan harus direncanakan sedemikian rupa sehingga
I Sistem yang akan digunakan (prestressed atau konvensional).
mudah dibongkar. Beberapa alternatif pemilihan rancangan cetakan
adalah: r Komposisi produk dan material yang akan digunakan (light-
weight concrete component, multi layer slab).
I Rancangan cetakan sedemikian rupa sehingga pada bagian
samping dapat diputar ke bawah sehingga terlepas dari beton.
*I
r
:i
Jumlah komponen yang harus diproduksi mempunyai korelasi dengan kualitas beton sangat tergantung dari cetakannya. Persyaratan yang harus
kemampuan mesin. Untuk rangkaian kegiatan yang memproduksi dalam dipenuhi sebagai suatu cetakan beton pracetak adalah:
jumlah yang kecil, I 200 uniVtahun, metode yang tepat untuk digunakan I Mempunyai volume yang stabil, sehingga dapat dihasilkan
adalah stationary production. Jika produksi mencapai t 2000 unit/tahun dimensi beton pracetak yang akurat.
dimungkinkan untuk menggunakan metode slipforming production dan
r Dapat digunakan berulang kali tanpa mengeluarkan biaya
perawatan yang berarti.
production.
r Mudah dipindahkan dan rapat air sehingga tidak memungkinkan
Ukuran dari komponen yang akan diproduksi terbatas yang sesuai dengan air agregat keluar dari cetakan.
kemampuan dari mesin yang tersedia. Selain itu juga terdapat korelasi
antara. cetakan, crane, fasilitas transportasi dan ukuran dari komponen
r Mempunyai daya lekat yang rendah dengan beton dan mudah
beton pracetak itu sendiri. Kriteria dari ukuran ini adalah berapa besar membersihkannya.
biaya awal yang harus dikeluarkan untuk pembuatan cetakan, berapa r Dapat digunakan untuk memproduksi berbagai bentuk komponen
besar kapasitas mode transportasi yang tersedia dan berapa besar beton pracetak (fleksibel).
kapasitas crane yang harus disediakan untuk mengangkat komponen
Material yang dapat digunakan untuk membuat cetakan beton pracetak
yang lebih besar.
dapat berupa besi, kayu, atau plastik. Material dari besi merupakan bahan
Komponen beton pracetak dengan dimensi ukuran yang besar memang yang hampir memenuhi persyaratan di atas namun dari segi biaya relatif
dapat menekan penggunaan tenaga kerja serta waktu pemasangan dapat mahal. Cetakan dari besi cocok digunakan untuk memproduksi balok,
dicapai lebih cepat. Pada sisi lain produk seperti ini membutuhkan biaya kolom, plat, dan dinding. Sedangkan cetakan kayu sesuai digunakan
yang lebih besar untuk investasi peralatannya, sehingga timbul untuk memproduksi komponen beton pracetak dalam jumlah yang kecil.
pertanyaan seberapa ukuran komponen beton pracetak sehingga Namun demikian terkadang penggunaan cetakan kayu tidak lebih murah
keuntungan yang diperoleh sebanding dengan biaya tambahan yang dibandingkan dengan penggunaan cetakan besi. Daya lekat antara kayu
dikeluarkan? Umumnya biaya yang harus dikeluarkan untuk kepentingan dengan beton cukup besar sehingga diperlukan material lain sebagai
pemasangan t l0% dari total cost. pelapis untuk menghambat daya lekat keduanya (biasanya digunakan
plastik). Keuntungan penggunaannya adalah mudah dikerjakan karena
Bentuk komponen beton pracetak merupakan bagian penting dalam berat material yang ringan. Cetakan dari plastik dibuat dari bahan fiber
penentuan mekanisme proses produksi. Komponen balok dan kolom
glass yang mudah dimodifikasi serta memiliki berat material yang ringan.
lebih mudah diproduksi dengan metode stationary production, sedangkan
untuk memproduksi jenis slab adalah lebih cocok dengan metode
s Ii pfonn in g pr o duc ti o n.
CETAKAN (MOULDING)
Cetakan merupakan unsur yang sangat penting dalam mekanisme proses
produksi beton pracetak. Biaya yang dikeluarkan untuk pengadaan
cetakan menyerap porsi yang cukup besar dari total biaya yang
diperlukan. Persyaratan yang harus dipenuhi adalah dimensi yang akurat
guna menghasilkan komponen beton pracetak yang tepat. Dimensi serta Gambar 6.2 Cetakan untuk komponen beton pracetak.
(Sumber: Nilam Satrio, 2005)
?
BAB 7
SISTEM TRANSPORTASI
PENDAHULUAN
Tanggung jawab produsen beton pracetak tidak hanya pada masalah
produksi saja tetapi jugu bertanggung jawab terhadap masalah
pengiriman, bahkan kadang-kadang termasuk erection dari komponen
beton pracetak. Produsen beton pracetak biasanya memiliki mode
transportasi yang digunakan untuk mentransportasikan komponen beton
pracetak dari lokasi pabrikasi sampai lokasi pekerjaan, tetapi ada pula
yang mensubkontrakkan urusan transportasi tersebut ke subkontraktor
pengangkutan.
pelat pracetak harus didisain sedemikian rupa sehingga hollow core slab pengangkatan maka diperlukan lebih dari dua titik angkat, bahkan
dapat dengan aman diangkat pada 2 (dua) titik angkat.
diperlukan titik angkat pada bagian atas untuk keperluan erection. Jika
ukuran dari komponen beton pracetak (memerlukan lebih dari dua titik
Jarak yang masih layak antara lokasi pabrik dengan lokasi proyek angkat) maka sistem transportasi yang digunakan adalah rocker system.
berkisar + 200 km. Sedangkan kuat rencana komponen beton pracetak
agar layak ditransportasikan adalah berkisar antara 50% - 75%o darikuat
rencana. Pemilihan mode transportasi darat berupa truk disebabkan oleh
faktor keleluasaan bergerak ke segala arah dan tempat. Kapasitas angkut
truk maksimum dalam satu kali angkut adalah 20 ton.
Tidak digunakannya kereta api sebagai mode transportasi darat
disebabkan oleh terbatasnya jaringan jalan kereta api serta adanya
kebutuhan peralatan angkat tambahan di lokasi pemberhentian kereta api. Gambar 7.1 Typical two point support
Dengan kata lain untuk mentransportasikan komponen beton pracetak
dengan kereta api akan memerlukan tiuga tahap. Tahap satu, adalah
mentransportasikan komponen beton pracetak dari lokasi pabrik ke
tempat pemberhentian kereta api. Tahap dua, transportasi dilakukan oleh
kereta api sampai tempat pemberhentian yang terdekat dengan lokasi
proyek. Tahap tiga adalah mentransportasikan dari tempat pemberhentian
kereta api ke lokasi proyek. Tahap-tahap transportasi ini memerlukan
beberapa kali perpindahan mode transportasi sehingga dibutuhkan biaya
yang lebih besar. Dari segi waktu pun tentu dibutuhkan waktu yang lebih
banyak dibandingkan dengan trarsportasi darat dengan mode transportasi
truk. Selain itu juga harus menganggarkan biaya untuk tenaga kerja
handling berulang kali pada setiap pemberhentian serta pengurusan izin Gambar 7.2 Rocker system
pengangkutan di setiap pemberhentian. Dengan demikian dapat disim-
pulkan bahwa angkutan darat yang efisien untuk kegiatan transportasi
komponen beton pracetak adalah truk.
SISTEM TRANSPORTASI
Komponen beton pracetak biasanya diangkat dengan sistem dua titik
angkat untuk menghindari terjadinya tegangan yang disebabkan oleh
fleksibilitas dari truk pengangkut dalam perjalanan menuju lokasi
pekerjaan. Setiap unit beton pracetak harus didisain untuk dua titik
pengangkatan, yang difungsikan juga pada saat handling. Untuk Gambar 7.3lltall panel laidflot
keperluan erection, sistem dua titik angkat ini digunakan untuk
komponen berupa double T, L beam, hollow core slab' Jika komponen
berupa panel di mana kemungkinan besar akan terjadi rotasi pada saat
*
PENDAHULUAN
Proses penyatuan komponen bangunan yang berupa beton pracetak yang
telah diproduksi dan layak (cukup umur) untuk disatukan menjadi bagian
dari bangunan disebut dengan erection. Kegiatan ini merupakan salah
satu faktor kunci keberhasilan dalam pengaplikasian teknologi beton
pracetak. Pihak yang melaksanakan kegiatan erection ini dapat dari pihak
luar kontraktor atau bagian dari dalam organisasi kontraktoi, dan disebut
dengan erect orl instalator.
Pelaksana bangunan dapat kehilangan sebagian keuntungannya jika
pelaksanaan erection komponen beton pracetak tid;k efisien.
Pemahaman mengenai masalah yang terjadi serta penanganannya harus
benar-benar diperhitungkan secara matang agar tujuan utama peng-
gunaan teknologi pracetak tercapai, yaitu dapat mereduksi waktu
pelaksanaan pekerjaan serta biaya konstruksi. perencanaan yang matang
pada setiap tahap proses konstruksi sangat penting untuk mencapai
erection yang efisien. Juga harus didukung koordinasi yang baik antara
erector dengan kontraktor (jika keduanya tidak berada dalam satu pihak).
Setiap pihak yang terlibat dalam proyek harus memahami benar
pentingnya erection dan pengaruhnya terhadap faktor yang lain.
Perancang menentukan dimensi dan berat dari komponen beton pracetak
pada awal proyek. Berat komponen tidak lebih dari l l ton, termasuk
komponen arsitektur dan strukturnya. Jika melebihi berat tersebut
sebaiknya dibicarakan bersama dengan pihak lain yang terkait dalam
pelaksanaannya, misalnya pihak transporter dan erector.
Jumlah sumberdaya manusia yang dibutuhkan untuk satu team erection
rata'rata adalah lima orang: dua orang berada di permukaan tanah, dua
orang berada di lokasi komponen pracetak akan ditempatkan untuk
dalam Proyek Konstruksi Metode Erection 81
melakukan penyetelan atas unit pracetawprecast, dan satu orang sebagai yang mempunyai kolom menerus dari lantai dasar hingga lantai paling
pengendali crane. Jumlah tersebut akan bertambah jika dibutuhkan atas, yang dengan cara demikian maka sambungan-sambungan pada
pekerja las dan grouting. Dari pengalaman, kemampuan pelaksanaan lantai di atasnya harus dapat segera bekerja secara efisien. Pada
erection satu tim adalah seperti ditunjukkan dalam Gambar 8.1. bangunan yang mempunyai ketinggian tertentu, selama proses erection
harus ditambah/ditopang oleh struktur sementara (bracing) yang
Rate of Erection berfungsi untuk menahan gaya-gaya yang timbul selama erection.
Pemasangan bracing ini pada umumnya tidak mengalami kesulitan.
500 Namun demikian, hal ini membutuhkan waktu untuk pelaksanaannya
c
.9 400 sehingga akan menambah siklus waktu erection.
O>r
E9300
IJJ ; Komponen beton pracetak yang berbentuk panel/dinding disebut tilt-up
tEzoo
ov
construction Komponen ini dipasang dengan memiringkannya dan
E
g. 1oo kemudian menegakkannya dengan ditopang oleh steel support.
0 Pemasangan komponen ini termasuk vertical method karena sambungan-
24681012 sambungannya harus segera dapat berfungsi secara efektif.
Weight of Unit ( ton )
tahap 3 tahap 8
1ti/,, | / 22,,
r Sistemstrukturbangunan.
r Jenis alat sambung yang akan digunakan. Gambar 8.2 Metode erection arah vertikal
r Kapasitas angkat crane yangtersedia.
r Kondisi lapangan.
r Metode Horizontal
Penyatuan komponen beton pracetak dengan metode horizontal adalah
Metode yang dapat digunakan dibedakan menjadi dua, yaitu metode
proses erection yang pelaksanaannya tiap satu lantai (arah horizontal
vertikal (vertical method) dan metode horizontal (horizontal methoil.
bangunan). Metode ini digunakan untuk struktur bangunan yang terdiri
I Metode Vertikal dari komponen kolom precast dengan sambungan pada tempat-tempat
tertentu. Sambungan pada metode ini tidak harus segera dapat berfungsi
Erection dengan *dtode vertikal adalah kegiatan penyatuan komponen sehingga tersedia waktu yang cukup untuk pengerasan beton. Sambungan
beton pracetak yang dilaksanakan pada arah vertikal struktur bangunan yang cocok untuk metode ini adalah in-situ concrete joint.
tf
PERALATAN ERECTION 2. Bangunan menengah dengan jumlah tingkat lima sampai dengan
enambelas lantai, peralatan yang dapat digunakan adalah:
Pengadaan alat bantu yang dibutuhkan untuk pengaplikasian teknologi r Portable tower crane ataufixed tower crane.
beton pracetak di Indonesia selama ini tidak mengalami kesulitan yang r Crawler crane (140 sanipai dengan 200 ton).
berarti. Alat bantu yang digunakan untuk pemasangan adalah tower r Rubber-tired truck crane (125 sampai dengan 140 ton).
crane atau mobile crane dengan kapasitas angkat sampai dengan 2 ton.
Tower crane dipilih karena kemampuan angkat dan jangkauannya, baik 3. Bangunan rendah dengan jumlah tingkat maksimum 4 (empat) lantai,
arah vertikal maupun horizontal. Dengan pertimbangan kapasitas angkat peralatan yang dapat digunakan adalah:
tower crane, kemampuan produsen untuk memproduksi komponen, r Rubber-tired truck crane (50 sampai dengan 140 ton)
kemampuan mode transportasi, kemampuan jalur kansportasi, maka r Hydro (sampai dengan 50 ton)
berat maksimal satu unit komponen beton pracetak adalah2 ton. Peralatan erection dapat dikelompokkan berdasarkan kapasitas, kegu-
Kapasitas angkat mobile crane yang dimiliki salah satu produsen di naan, serta kemampuannya dalam satu hari seperti tampak dalam Tabel
Indonesia sampai dengan 20 ton sehingga jika pihak proyek 8.1 berikut ini.
menghendaki komponen pelat dengan panjang tertentu dan berat di atas 2
ton, maka hal tersebut masih mungkin dilaksanakan. Namun yang harus
diperhatikan adalah kemampuan dan kemudahan pengadaan mode
transportasi dan jalur transportasi menuju lokasi proyek. Jadi, penentuan
dimensi serta berat dari komponen beton pracetak didasarkan atas
beberapa hal yang semuanya harus dipenuhi.
Climbing
BAB 9
Type ofcrane Mobile crane Tower crane Goliath crane
Aplikasi one-offjob umum
crane
point blocks slab blocks
SISTEM KONEKSI
tower blocks great height
heaw loads
Kapasitas
angkat
30 ton 2-l0ton 2-10ton 5-30ton
Kemampuan
memindahkan 20-40 40-80 40-80 40-80 PENDAHULUAN
(Sumber: Tihamer Koncs,l 979) Proses penyatuan komponen-komponen struktur beton pracetak
menjadi
sebuah struktur bangunan yang monolit merupakan hal yang
amat
penting dalam pengaplikasian teknorogi beton pracetak. tvtaierial
yang
harus disatukan terdiri dari dua jenis. yang pertama adalah penyatuan
material beton dan yang kedua adarah penyatuan mateiiar
baja.
Sambungan antarkomponen pracetak tidak-hanya berfungsi
sebagai
penyalur beban tetapi juga harus mampu secara efektif meng[tegrasikan
komponen-komponen tersebut sehingga struktur secara keseluruhan
dapat berperilaku monolit. Gaya-gaya yang harus disalurkan dalam
struktur bangunan adalah gaya horizontal, yaitu gaya yangtimbul
akibat
beban horizontal (beban angin, beban gempa) au" guyu-uertikar,
yaitu
gayaya",g ditimbulkan akibat beban gravitasi (berat
,inoiri komponen).
Penempatan sambungan antarkomponen beton pracetak harus
diusahakan
sedemikian rupa sehingga terletak pada suatu tempat di mana
momen
yang terjadi relatif kecil dan hanya sedikit komponen yang
harus
disatukan. Mengingat mahalnya biaya dan waktu yuni aiuutrt kan
Gambar 8.4 Erection komponen pracetak untuk
pro_ses penyambungan, sebaiknya diusahakan sesedikit
(Sumber: Nilam Satrio, 2005) mungkin
melakukan penyambungan karena hal tersebut akan menambah
durasi
keseluruhan suatu proyek. salah satu contohnya adarahkomponen
beton
pracetak kolom. Jika memungkinkan (tergantung tinggi
bangunan),
sebaiknya kolom diproduksi secara
-"r"ru. (tanpa sJribungan)
kolom lantai dasar sampai dengan kolom lantai paling atas.
dari
PEMILIHAN SAMBUNGAN
Metode yang digunakan dalam usaha menyatukan komponen-komponen
beton pracetak dibedakan menjadi dua. yang pertama, dengan
meng-
86 Eksplorasi Teknologi dalam Proyek Konstruksi Sisten Koneksi
gunakan sambungan kering. Sedangkan yang kedua adalah dengan Sebuah sambungan diharapkan dapat menyalurkan beban-beban yang
sambungan basah. Metode sambungan kering adalah metode bekerja dengan sempurna. Hal tersebut dapat dicapai apabila sambungan
penyambungan komponen beton pracetak di mana sambungan tersebut tersebut bersifat kaku (rigid).
dapat segera berfungsi secara efektif. Yang termasuk dalam metode ini
adalah alat sambung berupa las dan baut. Sambungan basah adalah
metode penyambungan komponen beton pracetak di mana sambungan SAMBUNGAN KOMPONEN BETON
tersebut baru dapat berfungsi secara efektif setelah beberapa waktu
tertentu. Yang termasuk dalam jenis ini adalah sambungan in-situ
PRACETAK
concrete joints. Masing-masing metode tersebut di atas mempunyai cara penyambungan yang dapat dilakukan dibedakan menjadi dua yaitu
kelebihan dan kekurangan, sehingga pemanfaatannya disesuaikan dengan sambungan basah dan sambungan kering. Masing-masing sambungan
kondisi yang ada. mempunyai keuntungan dan kerugian sehingga penentuan jenis
sambungan tergantung dari berbagai faktor, yang di antaranya adalah
Pemilihan metode penyambungan dipengaruhi oleh beberapa hal, antara
faktor biaya.
lain:
Jenis sambungan ini dapat dibedakan menjadi dua, yaitu: Pelaksanaan dua tahap diaplikasikan pada penyatuan komponen-
komponen beton pracetak yang dapat dikerjakan menjadi dua tahap.
1. Sambungan Las Contoh keadaan ini adalah proses penyatuan kolom-kolom-balok, tahap
Alat sambung jenis ini menggunakan plat baja yang ditanam dalam yang pertama adalah pelaksanaan penyambungan antara kolom dengan
beton pracetak yang akan disambung. Kedua plat ini selanjutnya balok kemudian dilanjutkan pengecoran antara kolom dengan kolom
disambung dengan bantuan las. Melalui plat baja inilah gaya-gaya (Gambar 9.1).
akan diteruskan ke komponen yang terkait. Setelah pekerjaan
pengelasan dilanjutkan dengan menutup plat sambung tersebut
dengan adukan beton yang bertujuan untuk melindungi plat dari
korosi.
2. Sambungan Baut
Pada penyambungan dengan cara ini juga diperlukan plat baja di
kedua elemen beton pracetak yang akan disatukan. Kedua komponen
tersebut disatukan melalui plat tersebut dengan alat sambung berupa
baut dengan kuat tarik tinggi. Selanjutnya plat tersebut dicor dengan
, adukan beton guna melindungi dari korosi. Gambar 9.1 Sambungan antarkolom dengan balok
dengan cara in-situ concrete, pelaksanaan satu
tahap. Sambungan tulangon baja disatukan dengan
IN-SITU CONCRETE JOINTS las. Kesatuan balok dengan kolom dicapai dengan
menambahkan tulangan baja pada bagian atas dari
Penempatan sambungan antara kolom lantai bawah, kolom lantai di
ujung balok.
atasnya dengan balok dapat terjadi pada satu titik yang sama atau (Sumber: Tihamer Koncz, 1979)
berbeda. Pada penyambungan komponen-komponen beton pracetak
sebaiknya dihindari penyambungan dengan jumlah komponen yang besar
pada satu titik. Hal ini dapat diatasi dengan menempatkan sambungan
antarkolom di atas titik sambungan antara kolom dengan balok.
Pelaksanaan penyambungan in-situ concrete ioints berdasarkan tahap
pelaksanaannya dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:
r Penyambungan Baja
Penyambungan baja tulangan dapat dilaksanakan dengan dua cara. Yang
pertama adalah dengan menggunakan coupler sedangkan cara yang
kedua dengan perpanjangan tulangan baja. Pada penyambungan
antarkolom, tulangan bagian bawah pada kolom atas dan tulangan bagian
atas pada kolom bawah dipasang coupler atau connector.
---1. l---
Gambar 9.5 Sambungan dengan menggunakan Gambar 9.6 Sambungan kaku antara balok dengan
lapped bars dan grouting kolom menerus dengan alat sambung las
(Sumber: Tihamer Koncz, 1979) (Sumber: Tihamer Koncz, 197 9)
SAMBUNGAN LAS DAN BAUT Jika karena sesuatu hal maka pada kolom tidak dikehendaki adanya
corbel maka untuk menyatukan kedua komponen tersebut dapat
Alat sambung kering dalam menyatukan komponen beton pracetak digunakan baja siku yang ditempatkan pada balok (Gambar 9.7).
menggunakan plat baja yang ditanamkan dalam beton dan ditempatkan
pada ujung-ujung yang akan disatukan. Fungsi dari plat baja ini adalah
untuk meneruskan gaya-gaya sehingga plat baja ini harus benar-benar
menyatu dengan material betonnya. Dalam penyatuan komponen-
komponen beton pracetak dapat digunakan alat sambung berupa baut
atau las. Untuk menghindari terjadinya korosi pada plat baja, setelah
proses penyambungan selesai maka lubang sambungan tersebut harus di-
grouting.
struktur yang monolit sehingga struktur bangunan menjadi lebih kaku. r Pelaksanaan pekerjaan open frame dilaksanakan pada setiap
Sedangkan alasan yang lain adalah karena sistem ini mudah dikerjakan lantai (arah horizontal) sehingga pekerjaan beton yang dikerjakan
oleh pelaksana konstruksi serta biaya yang dibutuhkan relatif lebih lebih awal akan mengeras lebih cepat kemudian diikuti pekerjaan
murah. Pemakaian jenis sambungan ini memerlukan setting time bagi selanjutnya. Pelaksanaan pemasangan pelat pracetak harus
beton sehingga sambungan pada lantai tidak dapat segera be.fr.rgsi. mengikuti urutan pelaksanaan balok-kolom.
Konsekuensi dari pemakaian sambungan basah adalah harus meng-
gunakan metode pemasangan secara horizontal. Hal ini dilakukan untuk r Lantai setelah pekerjaan balok-kolom (cara tradisional) harus
memberi cukup waktu bagi pengerasan sambungannya. Namun demikian segera berfungsi, karena lantai ini harus segera Snendukung
harus dipertimbangkan pula luas bangunan yang akan dipasang karena bekisting balok dan kolom lantai selanjutnya. Untuk memper-
dengan luas yang relatif sempit maka pekerjaan pemasangan akan selesai cepat pelaksanaan struktur bangunan maka pekerjaan pemasang-
kurarig dari jam kerja setiap harinya. Jika kondisi demikian terjadi maka an lantai pracetak selalu mengikuti pekerjaan balok-kolom cara
pemakaian sambungan basah tidak elektif sehingga harus dipilih tradisional (tentunya menunggu sampai kekuatannya layak
alternatif lain. dibebani).
Penggunaan sambungan kering pada penyatuan komponen beton Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan pekerjaan
pracetak terutama pelat lantai dengan balok sampai saat ini jarang bangunan gedung yang menggunakan pelat pracetak harus selalu meng-
digunakan. Hal ini karena monolitas struktur kurang dapat dicapai. Lai gunakan metode pemasangan secara horizontal jika hendak mereduksi
hanya digunakan pada penyatuan tulangan pelat lantai (baik arah durasi konstruksinya.
longitudinal maupun transversal), dan selanjutnya dilakukan pengecoran Sistem sambungan basah yang diaplikasikan pada struktur pelat pracetak
untuk melindungi tulangan dari korosi. Keunggulan dari sistem (HCS) dibedakan menjadi 2 (dua) lokasi, yaitu lokasi pada perletakan
sambungan ini adalah langsung dapat berfungsi secara efektif sehingga dan lokasi sambungan arah langitudinal. Sambungan pada daerah
metode pemasangan yang digunakan dapat dipilih antara metode perletakan bertujuan untuk memindahkan/meneruskan beban vertikal
horizontal atau vertikal atau kombinasi dari keduanya. Metode sam- dari pelat lantai ke balok, untuk kondisi normal ataupun tidak normal
bungan ini efektifuntuk bangunan gedung dengan luas iantai yang relatif (bila terjadi kebakaran). Sistem ini dapat diaplikasikan pada balok yang
kecil karena dengan sambungan ini kegiatan pemasangan dimungkinkan terbuat dari beton ataupun dari baja. Untuk menyatukan komponen pelat
untuk mencapai beberapa lantai dalam satu hari (iika sumberdaya dengan balok, pada ujung pelat terdapat celah yang berfungsi untuk
memungkinkan). pengecoran beton. Jumlah celah ini dapat dibedakan menjadi 2 (dua).
Karena jenis komponen beton pracetak yang digunakan Pertama, celah normal dan yang kedua, celah banyak.
di Indonesia
terbatas hanya pada pelat lantai, sedangkan struktur rangka yang Sambungan longitudinal adalah sambungan yang berada pada sisi
digunakan adalah open frame (pelaksanaan di lapangan dengan cara memanjang (tegak lurus perletakan) pelat. Sambungan ini menyatukan
tradisional) maka tidak terjadi korelasi antara pemilihan jenis sambungan antara pelat beton pracetak dengan balok ataupun dinding. Tujuan utama
dengan pemilihan metode pemasangan. Kondisi demikian sangat sambungan longitudinal pelat dengan balok ataupun dinding adalah
dipengaruhi oleh kemampuan kontraktor dalam menyelesaikan rangka untuk mengatasi gaya-gaya geser yang terjadi.
bangunan sehingga layak dibebani oleh pelat pracetak. Dengan sistem
yang ini metode pemasangan yang harus digunakan oleh kontraktor
adalah metode horizontal. Pertimbangan pemakaian ini didasarkan oleh
hal-hal sebagai berikut:
iiiF
FAKTOR BIAYA
Faktor-faktor yang mempengaruhi ekonomis tidaknya aplikasi teknologi
beton pracetak dapat diidentifikasi sebagai berikut:
I Kebutuhan material untuk seluruh bangunan.
I Biaya produksi, yang ditentukan oleh waktu pelaksanaan serta
investasi peralatan yang diperlukan.
r Biaya yang dibutuhkan untuk transportasi.
I Biaya yang dibutuhkan untuk pemas an gan.
I Biaya untuk penyelesaian.
ib
Distribusi biaya dalam suatu bangunan gedung ditunjukkan Tabel 10.1 Perbandingan bicya konstruksi antara teknologi beton
skematis seperti pada Gambar 10.1. pracetak dengan proses konstruksi konvensional.
Material
box nit 3 315 401
Other material 2 661 726 2 661 726
Buildins Worker's W
box nit I 111 112
Other 1 914 600
Sub-Contractors
st box unit 2 812 980 3 198 3s8
Other sub-contractors
Gambar l0,l Komponen biaya dalam proyek gedung dengan Site costs
teknologi beton procetak. (l) perencanaan; (2) boja tulangan; (3) r 570 000
sambungan struktur; (4) beton; (5) insulator panas; (6) external Desi
joints; (7) depresiasi & suku bunga; (8) upah; (9) transportasi;
(10) pemasongon; (ll) material; (12) monufaktn; (13) Construction & r6 389 r98
komponen; (14)finishing. [ &unber: Tihqmer Koncs,l979J. Municipal fees
Land & other
Contoh pelaksanaan pembangunan gedung dengan menggunakan dua tor costs
metode, yaitu satu gedung dengan teknologi beton pracetak sedangkan Value added tax
yang lain menggunakan proses konstruksi konvensional. perbandingan Credit costs
biaya yang dibutuhkan antara kedua metode tersebut ditunjukkan dalam Total Production
Tabel 10.1. Dalam tabel tersebut diperlihatkan biaya total pelaksanaan Costs il 3r8
dengan teknologi beton pracetak adalah 10.302 sedangkan dengan (Sumber: Bengt Hansson, Lund University, Sweden)
metode site build membutuhkan biaya 11.318 sehingga didapatkan
penghematan sebesar 9,9o%.
Comparative cost of industrialised system (umumnya berkisar antara zo -looh), sedangkan penghematan
for high, medium and low rise building terhadap
biaya struktur pelat mencapai di atas ts"z". gesamya reduksi
biaya
o6 konskuksi dalam suatu proyek dipengaruhi oleh berbaiai har,
misarnya:
f;.s
Eo,En
oo
high rise
persentase penggunaan beton pracetak terhadap totar
cost, ketinggian
nedium bangunan, luas bangunan, dan lokasi proyek.
O -r,
q540 rise
low rise Tabel 10.2 dapat digunakan untuk menggambarkan hubungan
antara
EE ro penghematan biaya dengan luas rantai ataupun jumrah
ranlai. Secara
EEzo rasional jika penggunaan pelat pracetak mampu mereduksi biaya
3g10
o,o konstruksi maka semakin luas lantai bangunan berakibat
semakin besar
go
(r5 0 reduksi biaya yang dihasilkan. Sedangkan semakin tinggi
insitu precast tinber steel
bangunan
reduksi biaya semakin kecil, hal ini disebabkan karena"[roduktifitas
<o concrete concrete system system pemasangan semakin kecil.
system system
Tabel 10.2 Perbandingan biaya proses konvensionar dengan pracetak.
Gambar 10.2 Komparasi biaya berbagai sistem patla bangunan
gedung tinggi, sedang, dan renda& (Sumber: Seeley I.H.) Lab.
Nama Proyek Gedung Mesjid Raya Gedung
Pentarikhan
IUC-ITB Samarinda PT.BEP
Geolosi
r Reduksi Jumlah Pekerja L"^ I"rrtr, - 13.400 m' 3700 m' 1575 m' I 700
Penerapan teknologi beton pracetak mampu mereduksi jumlah tenaga Jumlah Lantai 8 lantai 4 lantai 2 lantai 2 lantai
kerja lebih dari l\oh. Pengurangan ini khususnya terjadi karena untuk tan antara konvensional - pracetak :
memasang pelat lantai hanya membutuhkan satu tim yang terdiri atas Terhadap Struktur
Total s..99 % s.38 % 1.52% 9.32%
lima tenaga ahli dengan pendidikan minimum STM (harus mengerti dan
Terhadap Pelat
memahami sifat-sifat beton). Dengan demikian terjadi pengurangan 14.92 % 18.9 % 18.9 %
Pracetak 12.01%
jumlah pekerja, terutama tukang kayu untuk pekerjaan bekisting, tukang
besi untuk pekerjaan perbesian, tukang batu untuk pelaksanaan
(Sumber: Pribadi K.S, Fatima,fno-* S. tlef,
pengecoran pelat lantai. sejumlah pekerja yang relatif banyak tersebut
Reduksi durasi konstruksi yang mencapai 2s% dibanding proses
hanya digantikan oleh satu tim pemasang yang minimum terdiri dari lima
konvensional sangat berpengaruh terhadap biaya yang
orang. dikeruarkan
selama waktu reduksi tersebut. Biaya-biaya yang seharusnla
dikeluarkan
adalah overhead proyek dan overhead tantor pusat. Keuntungan
r Reduksi Biaya Konstruksi lain adalah dalam reduksi waktu tersebut kontraktor dapat memulai
yang
Penerapan teknologi beton pracetak mampu mereduksi biaya konstruksi. kegiatan proyek baru sehingga menghasilkan profit yang
baru.
Hal ini disebabkan oleh karena adanya reduksi durasi konstruksi yang Lebih dari 10% jumlah pekerja rapangan dapat dikurangi.
mengakibatkan terjadinya pengurangan biaya overhead proyek, reduksi 'biaya Hal ini
berpengaruh terhadap pengeruaran konstruksi teruiama upah
jumlah pekerja, reduksi kebutuhan bekisting (untuk menyatakan tenaga kerja' Pengurangan pekerja hanya terjadi untuk
besamya reduksi ditinjau dari pelat pracetak dan terhadap biaya struktur tukang dan
pembantunya (tukang kayu, tukang besi, tukang
total). Pengurangan biaya konstruksi struktur total tidak terlalu besar batu) sedangkan tenaga
profesional jumlahnya sama seperti proses konstruksi
kolnvensionar.
$
rt
Pada Gambar 10.3 terlihat selisih waktu yang didapatkan dari peng- r Durasi waktu yang dibutuhkan lebih cepat + 40%o dibandingkan
gunaan beton pracetak. Meskipun demikian perlu diperhatikan waktu proses konvensional.
t08 Eksplorasi Teknologi dalam Prqtek Konstntksi
Biaya transportasi komponen beton pracetak dalam jarak rata- Faktor yang berpengaruh terhadap reduksi ini adalah faktor produksi dan
rata antara 30 lan - 50 km lebih tinggi sebesar 8 - 18% diban- instalasi komponen beton pracetak. Untuk memproduksi pelat lantai
dingkan proses konvensional. (Hollow core slab) dengan lebar 120 cm dan panjang lintasan + 700m'
dibutuhkan waktu + 16 jam dengan jumlah pekerja 5 orang. Setiap satu
Grafik Perbandingan jam, satu orang mampu memproduksi pelat HCS seluas :|0,2 m x 700
m) / 16 jam /5 orangl : 10,5 m2 1^, 0,0952 jarn/oranglm2).
120
untuk melakukan instalasi pelat lantai seluas + 150 m2 dibutuhkan waktu
^ 100 + 8 jam dengan 5 orang pekerja. Dengan demikian setiap satu jam/satu
*80 orang mampu memasang pelat lantai seluas : (150 m' / g jam / 5 0rang)
0oo
E40 = 3,75 m' (* 0,2667 jant/oranglm2). Berat lm3 beton piacetak antara
ozo l,392ton(* 1,4 ton) - 1,704 ton (=1,/ ton). Jika tebal pelat rata_rata20
0 cm maka berat lmz pelat adalah (p,2 x 1,7 ton) : 0,34 ton/m2. Setiap hari
0 1 2 3 4 5 6 7 8 910 111213 mampu memasang seluas 150 m2, sehingga berat komponen yang dapat
dipasang adalah 150 m2 x 0,34 tonlm2 = 5l ton.
Time(month)
Total waktu yang dibutuhkan untuk ppduksi dan pemasangan komponen
Gambar 10.4 Perbandingon penggunaan teknologi beton Hollow core slab (rycs) seluas I m2 adalah (o,og5z jarr/orang/m) +
procetak dengan proses konstruksi konvensional. (0,2667 jam/ oranglm') : 0,36 I 9 jam/orang.
(Sumber: Hansson B.)
FAKTOR MUTU
Tabel 10.3 Waktu konstruksi pada bangunan dengan volume rata+ata 9500 m3
Dalam industri manufaktur, masalah pengendalian kualitas produk yang
Luas Bangunan dihasilkan dapat terpantau dengan jelas. Dengan metode statistik dan
Waktu konstruksi
Teknologi per lantai (%) teknik pengendalian yang tepat akan dapat diperoleh informasi dini
(m2)
per lantai (hari)
tentang produk yang dihasilkan. Jika terjadi penyimpangan kualitas dari
Konvensional 54,4 l 1.3 100 produk maka manajemen dengan segera dapat melakukan tindakan
Pracetak 6l 6.5 58 tertentu sehingga kualitas produk dapat sesuai dengan standar yang
[Sumber: Cervenka V., l97l] disyaratkan.
Produk yang dihasilkan mempunyai akurasi dimensi yang tinggi sehingga
r Reduksi Durasi Konstruksi dalam pelaksanaannya di lapangan menjadi relatif lebih mudah serta
mempunyai kenampakan yang lebih baik.
Berdasarkan hasil kajian di Indonesia terlihat bahwa penerapan teknologi
beton pracetak mampu mereduksi durasi konstruksi sampai dengan 25Yo Kelayakan dalam penerapan teknologi beton pracetak harus dipandang
bila dibandingkan dengan proses konstruksi konvensional. dari berbagai aspek. Baik yang bersifat teknis maupun ekonomis,
keduanya harus dipenuhi. Tinjauan aspek ekonomis lebih ditentukan oleh
pencapaian tujuan utama dari proyek, yaitu tepat biaya, tepat mutu, dan
tepat waktu.
il0 Eksplorasi Teknologi dalant Proyek Konstruksi
hanya 2 ton, karena pertimbangan kemampuan produsen dalam mempro- ASPBK PERBAIKAN
duksi, kapasitas peralatan handling, kemampuan jalur transportasi,
peralatan pemasangan yang tersedia, dan mudah didapatkan. Jika kendala Tidak jarang komponen beton pracetak mengalami kerusakan yang
ini dapat diatasi maka berat komponen tentu dapat ditingkatkan. timbul pada saat produksi, transportasi, ataupun erection. Jika hal ini
terjadi maka direkomendasi untuk tidak digunakan. Dengan kata lain
Tentang aspek alat yang digunakan juga terladi perbedaan yang cukup komponen yang telah rusak tidak dapat diperbaiki; atau kerusakan
besar, yaitu dalam hal jenis dan kapasitasnya. Di negara maju digunakan komponen pracetak dapat diperbaiki jika menurut penilaian tenaga ahli
fixed tower crane, monorailsystem, guy derrick, mobile crane; kapasitas tipe kerusakan itu dinyatakan tidak membahayakan.
maksimum 30 ton. Sedangkan di Indonesia digunakan tower crane,
mobile crane; kapasitas maksimum 20 ton. Pemilihan jenis peralatan
ASPBK BIAYA
berupa tower crane didasarkan pada kemudahan pengadaan, jangkauan
yang memadai baik secara vertikal maupun horisontal, dan kapasitas Efisiensi pemakaian teknologi pracetak jika dibandingkan dengan cara-
angkat yang mencukupi. cara konvensional dalam ha1 reduksi biaya konstruksi adalah sebagai
berikut: Di negara maju, teknologi ini mampu mereduksi sebesar 10o%
Kemampuan untuk menyatukan komponen-komponen beton pracetak
sedangkan di Indonesia diyakini bahwa teknologi ini mampu mereduksi
juga berbeda. Negara maju + 150 ton/hari sedangkan di Indonesia + 51
biaya. Hanya saja sampai sekarang belum terdapat kejelasan tentang
ton/hari. Hal ini terjadi karena perbedaan dalam kemampuan peralatan
besarnya reduksi. Reduksi biaya terjadi karena reduksi pemakaian
yang tersedia; perbedaan variasi komponen yang di-erection. Di
bekisting; reduksi jumlah pekerja; reduksi biaya overhead karena
Indonesia, jenis komponen yang di-erection hanya komponen pelat lantai
kecepatan pelaksanaannya.
saja sedangkan di negara maju berupa komponen balok, kolom, peIat,
unit tangga; dan tingkat produktivitas pekerja yang berbeda. Jumlah
pekerja yang dibutuhkan untuk proses erection untuk kedua negara ASPEK WAKTU
adalah sama, yaitu lima orang untuk setiap tim ke4'a
Efisiensi pemakaian teknologi pracetak jika dibandingkan dengan cara-
cara konvensional dalam hal reduksi waktu konstruksi adalah sebagai
ASPEK KONEKSI berikut: Di negara maju teknologi ini mampu mereduksi sebesar ! 50%
Cara menyatukan dua atau lebih komponen beton pracetak dibedakan sedangkan di Indonesia diyakini bahwa teknologi ini mampu mereduksi
menjadi dua. Pertama, cara menyatukan material beton dan yang kedua sebesar f 25%. Reduksi waktu hanya 25% disebabkan tipe komponen
adalah cara menyatukan material baja tulangan. Proses penyatuan beton pracetak yang diproduksi hanya pelat lantai saja sementara di
material beton di negara maju adalah sambungan basah (in-situ concrete negara maju hampir semua komponen diproduksi secara pracetak.
joint), sambungan kering (las, baut, pin, prestress), sedangkan di Reduksi waktu pelaksanaan didapatkan dari kegiatan pemasangan
Indonesia digunakan sambungan basah (in-situ concrete joint) dan komponen.
sambungan kering (las). Pemilihan sambungan basah disebabkan oleh
kemudahan pengadaan materialnya, menghasilkan struktur yang monolit
dan kemudahan dalam pengerjaannya. Proses penyatuan material baja di
ASPEK MUTU
negara maju overlapping, coupler, las sedangkan di Indonesia adalah 1as Mutu bangunan yang dihasilkan dari kedua teknologi jika ditinjau dari
karena kemudahan pengerjaannya dan murah. tingkat kerusakannya adalah sebdgai berikut: Di negara maju, teknologi
pracetak tidak menimbulkan kerusakan sedangkan di Indonesia kerusakan
yang ditimbulkan akibat teknologi pracetak adalah + 5o/oper tahun.
BAB 12
ASPEKMANAJEMEN
PENDAHULUAN
Berdasarkan kajian tentang penggunaan komponen beton pracetak serta
kondisi sesungguhnya yang ada di Indonesia saat ini maka dapat
digambarkan seperti dalam Tabel 12.1. Tabel tersebut dapat memberikan
gambaran bagi pihak-pihak yang akan mengaplikasikan teknologi beton
pracetak, baik tentang permasalahan yang mungkin dihadapi pada saat
perencanaan maupun pada pelaksanaan pekerjaan.
Tabel l2.l memperlihatkan pengaruh antarfaktor manajemen pada
pengaplikasian teknologi beton pracetak. Pengaruh masing-masing faktor
disajikan dalam bentuk diagram matriks, di mana sisi sebelah kiri
menunjukkan variabel "terpengaruh" sedangkan sisi bagian atas
menunjukkan variabel "pengaruh". Hubungan yang terjadi antarfaktor
adalah hubungan timbal-balik, yaitu hubungan di mana suatu variabel
dapat menjadi sebab dan juga akibat dari variabel lain. yang dimaksud
dengan suatu variabel dapat menjadi sebab dan juga akibat dari variabel
lain adalah pada suatu waktu variabel X mempengaruhi variabel y, pada
waktu yang lain variabel Y mempengaruhi variabel X. Dengan demikian
variabel "terpengaruh" dapat pula menjadi variabel ..pengaruh" pada
waktu lain. Hubungan antarvariabel dapat bersifat hubungan antara dua
variabel saja (bivariat) atau hubungan antara lebih dari dua variabel
(ntultivariat).
Dalam Tabel 12.2 sampai dengan Tabel 12.9 menggambarkan hubungan
antara faktor "terpengaruh" dengan faktor "pengaruh" bersifat bivariat.
Tabel tersebut merupakan gambaran sederhana hubungan antara faktor
"terpengaruh" dengan faktor "pengaruh". Namun demikian tidak
menutup kemungkinan terjadinya hubungan multivariat dalam kasus
Teknologi dalam Proyek Konstruksi
Aspek Manajemen lt9
tertentu (misal, untuk memproduksi komponen pracetak dipengaruhi oleh "kuat" dan "lemah" adalah sebagai berikut: Dalam
Penjelasan definisi
transportasi dan c o nne c t i on).
upaya memenuhi kebutuhan pelat pracetak pada sebuah proyek
Hubungan antarfaktor dibedakan menjadi 2 (dua) kondisi, yaitu konstruksi, kontraktor utama mengadakan pabrikasi pelat pracetak di
hubungan kuat dan hubungan lemah. Hubungan dinyatakan kuat jika lokasi proyek. Kemampuan produksi adalah: Dalam waktu 7 (tujuh) hari
faktor "pengaruh" langsung mempengaruhi faktor "terpengaruh". Dalam diproduksi pelat 504 m'. Ukuran pelat: panjang4 m,lebar 2 m sedangkan
hal ini akibat pengaruh tersebut dapat lebih terukur. Sedangkan hubungan tebalnya 8 cm, sehingga luas setiap pelat adalah 8 m2. Setiap kali
dinyatakan lemah jika faktor "pengaruh" tidak langsung mempengaruhi dilakukan pengecoran dihasilkan 63 buah pelat. Berat setiap pelat
faktor "terpengaruh". Cara pembacaan tabel adalah sebagai berikut: pracetak berkisar t 1500 kg. Di lokasi proyek tersedia 4 (empat) buah
Produsen hendak memproduksi komponen beton pracetak maka harus tower crane dengan kapasitas angkat 2 ton, traktor penartkflatbed urfiuk
memperhatikan faktor-faktor "pengaruh", yaitu faktor transportasi, mentransportasikan pelat pracetak. Sistem struktur yang mendukung
pemasangan, sambungan, sistem struktur, sumberdaya manusia, adalah rangka terbuka. Sistem sambungan yang digunakan adalah
teknologi, material. sambungan basah. Pada kenyataannya terdapat puluhan komponen yang
telah siap dipasang namun belum dapat dipasang pada tempatnya. Hal ini
disebabkan oleh belum siapnya lokasi di mana komponen tersebut
Tabel 12.1 Hubungan antarfaktor
dalam pengaplikasian teknologi beton pracetak
seharusnya terpasang. Koordinasi yang baik antara pelaksana rangka
bangunan dengan pelaksana produksi pelat pracetak sangat diperlukan
dalam masalah ini. Di antara kedua hal tersebut, penyebab utama
& terjadinya kasus ini adalah terlambatnya jadwal pelaksanaan rangka yang
Keterangan: D
a F mendukung pelat.
. Korelasi terhadap dirinya z )V
K kore'lasi kuat F U
L korelasi lemah (A d
t H F
a
J Jika dilihat dalam diagram matriks Tabel 12.1, hubungan antara
v (n
o
= U
t{
J
a pemasangan dengan sistem struktur adalah "kuat" sehingga tercapai
N
H z (-) u.l
F zV q.l
F keseimbangan antara rencana pelaksanaan struktur pendukung dengan
o JF =
JL!)
t{ 8 2 !
a F 2 rencana pemasangan. Dalam kasus ini tidak terjadi keseimbangan antara
Berat dan dimensi
PRODI.]KSI K K K K K K K
dua faktor tersebut yang mengakibatkan menumpuknya pelat pracetak di
komnonen
lapangan dengan jumlah tidak sesuai dengan renc?na semula. Akibat
Kapasitas angkut K K I- K K K K
TRANSPORTASI yang lain adalah terbatasnya lahan penumpukan yang berpengaruh
Jalur transportasi K K I, K K K K
Metode vertikal K K
terhadap kegiatan produksi.
K K K K K
Metode horisontal ERECTION K K K K K K K Hubungan antara faktor conneclion dengan transportasi adalah "lemah"
Kapasitas loy)er crane K K K K K K K (lihat Tabel 9.1). Hal ini karena apapun sistem sambungan yang
Sambungan basah K L K K K K K
CONNECTION digunakan tidak berpengaruh terhadap faktor transportasi. Pada proyek
Sambungan kering K L K K K K
Open frame dan plat
K
ini sambungan yang digunakan adalah sambungan basah, sistem
SISTEM STRUKTUR K K K K K K K
nracefak transportasi yang digunakan untuk mentransportasikan pelat adalah
skiil SDM K K K K K K K sistem dua titik angkat. Jika sambungan yang digunakan adalah
TEKNOLOGI K K K K K K K sambungan kering maka sistem yang digunakan untuk mentransportasi-
MATERIAL K K K K K K K kannya tetap sistem dua titik angkat. Hubungan seperti ini didefinisikan
sebagai hubungan yang tidak secara langsung mempengaruhi faktor
"terpengaruh" dan disebut hubungan "lemah".
?
Pada tinjauan aspek manajemen, semua ketergantungan antarfaktor uh Item Pertimbanean Hubungan Keteran
diperlihatkan pada Tabel 12.2 sampai dengan tabel72.9. tentang beton saat ditransportasikan
pracetak
Teknologi I sistem transportasi kuat cara mentransportasikan
Tabel 12.2 Faktor terpengaruh produksi komponen agar aman
Pen Item Pertimbanean Hubunsan ^ii,ffi;;i- "- I jenis komponen
sampai tuiuan
kuat hal ini akan mempengaruhi
Transportasi I bentuk komponen kuat komponen beton pracetak
(berat yang kemampuan transportasi
I ukuran konrponen harus dapat
r berat komponen ditransportasikan ke lokasi
berbeda) komponen ke lokasi.
. P-r-o-v-g.K.................
Pemasangan I bentuk komponen kuat komponen harus dapat Tabel 12.4 Faktor terpengaruh pemasangan
I ukuran komponen dipasang pada tempatnya
I berat komponen dengan crane yang tersedia Pen Item Pertimbansan Hubunsan K n
Connection I sistem sambungan kuat iffiil#;ilp;ffiii;Gil;i Produksi I bentuk komponen kuat dapat/tidaknya pelaksanaan
I jenis alat sanrbung dengan jenis alat sambung I ukuran komponen pcmasangan tergantung dari
.-s-Tt.?.-q!.:l-e-m..9.?.nh.y.t9.e.1......
I berat kon-rponen produksi
Sistem I kolom menerus kuat komponen diproduksi sesuai I jadwal pengirinran kuat p;ffiilffi a;p;;- - -"
Struktur I kolom sambungan dengan sistem yang di laksanakan j ika komponen
I unit portal digunakan telah ditransportasikan
Sumber Daya I pengendalian mutu kuat p;ili'kil ffi;;aia;ril;g"- Connection I jenis alat sambung kual pemakaian alat sambung
Manusia pekerja agar dihasilkan I sistenr connection sangat menentukan metode
-;ili;"i
i;ffiilih h;ilJ dikajf
lebih lanjut
t
E
E
BAB 13
CETAKAN BETON
berfungsi sebagai struktur sementara yang mampu memikul berat sendiri, r Tidak berubah bentuk
berat beton basah, beban hidup dan beban peralatan kerja selama proses r Memenuhi persyaratan permukaan
pengecoran.
Dalam proses disain cetakan perlu diperhatikan hal-hal berikut ini:
MATERIAL CETAKAN BETON
r Kualitas material cetakan yang digunakan harus mampu meng-
hasilkan permukaan beton yang baik, ketepatan dimensi. Material yang dapat digunakan untuk pembuatan cetakan adalah besi,
kayu, plywood, aluminium, fi bre gl ass.
r Keamanan dari cetakan harus diperhitungkan akibat beban tidak
menentu dari pembebanan aggregat beton. r Material Besi
I Memperhatikan faktor ekonomis dari cetakan agar dapat Material besi merupakan bahan yang hampir memenuhi seluruh
mereduksi biaya. persyaratan umum cetakan di atas, hanya saja dari segi biaya relatif
Selanjutnya akan dipaparkan berbagai macam penggunaan fonnwork, mahal. Material jenis ini biasanya diproduksi secara pabrikasi dalam
material, dan metode pelaksanaannya. bentuk dan disain khusus. Elemen struktur yang sering menggunakan
cetakan besi/baja adalah plat lantai. Seringkali cetakan besi tidak diambil
kembali setelah pencoran dan bahkan didisain untuk ikut memikul beban
PERSYARATAN UMUM konstruksi. Karena kemampuan material besi/baja dalam memikul beban
yang besar maka kadang-kadang sama sekali tidak memerlukan perancah
Cetakan merupakan unsur yang sangat penting dalam mekanisme
pendukung.
pencoran beton. Biaya persyaratan yang harus dipenuhi adalah dimensi
yang akurat guna menghasilkan beton yang tepat dimensi.
r Material Kayu
Persyaratan umum yang harus dipenuhi bagi suatu cetakan beton adalah:
Jenis kayu yang dapat dimanfaatkan untuk cetakan dapat dibedakan
I Mempunyai volume stabil sehingga dapat dihasilkan dimensi berdasarkan kekerasan kayu. Kayu lunak digunakan sebagai cetakan
beton yang akurat. beton pada umurrrnya, sedangkan kayu keras dapat digunakan jika hasil
r pencoran beton diharapkan memenuhi standar tertentu, misalnya dalam
Dapat digunakan berulang kali.
pembuatan alur/celah dalam beton; diharapkan untuk mendapatkan
r Mudah dibongkar pasang serta dipindahkan. sudut-sudut yang tajam dari hasil pencoran; dihasilkan permukaan yang
r Rapat air sehingga tidak memungkinkan air agregat keluar dari halus sehingga persyaratan yang harus dipenuhi adalah bahwa kayu harus
cetakan. bebas dari mata kayu, cetakan harus mampu manahan goyangan,
dihindarkan terjadinya puntir, dan lain sebagainya yang dapat menye-
r Mempunyai daya lekat rendah dengan beton dan mudah babkan cetakan menjadi rusak.
membersih-kannya.
Kelembaban kayu yang digunakan untuk cetakan beton menjadi hal yang
Perencanaan formwork harus dapat memenuhi aspek bisnis (biaya) dan sangat penting. Pada musim kemarau kayu akan menjadi kering dan
aspek teknologi (strength, workability). Oleh karena itu harus memenuhi menjadi lembab pada musim hujan.
hal-hal berikut:
Penggunaan cetakan kayu terkadang tidak lebih mudah dibandingkan
r Ekonomis cetakan besi. Daya lekat antara kayu dengan beton cukup besar sehingga
r Kuat dan kokoh diperlukan material lain sebagai pelapis untuk menghambat daya lekat
t28 Eksplorasi Teknologi dalam Proyek Konstruksi Cetakan Beton 129
r Material Aluminium
Cetakan jenis ini merupakan pengembangan dari cetakan besi/baja.
Kelebihan aluminium adalah ringan dan tidak berkarat. Cetakan
papan
p€lapls aluminium dapat digunakan untuk berbagai bentuk dan ukuran beton.
Pada umumnya penguat dan penyokong untuk cetakan ini adalah profil
papln. bajalaluminium. Cetakan jenis ini biasanya diproduksi secara pabrikasi
p?figuat
berupa panel-panel berukuran tertentu dan dirangkai satu dengan yang
lain dengan menggunakan baut.
ploel pap*fi palapk uyduk railan kolorn
denoan pengudl darl papan
r Material Fiberglass
Cetakan jenis ini sesuai untuk pelaksanaan beton arsitektural atau untuk
beton pracetak, akan menghasilkan beton dengan permukaan halus. Pada
Gambar l3.l Cetakan kayu umumnya ketebalan bahan yang digunakan antara 3 mm s/d 15 mm.
Karena sifat material jenis cetakan ini, maka bentuk cetakan jenis ini
I Material Plywood mudah mengikuti bentuk yang diinginkan. Keunggulan cetakan
fiberglass di antaranya adalah sebagai berikut:
Cetakan ini digunakan karena tuntutan kualitas permukaan beton yang
dihasilkan. Banyak digunakan untuk cetakan kolom, balok, dinding, dan r Sangat fleksibel dengan disain yang diinginkan
plat. Plywood lebih kuat dan lebih ekonomis jika dibandingkan dengan r Dapat menghasilkan tekstur yang beraneka ragam
papan kayu.
r Dapat dipakai berulang kali
r
Cetakan Beton t3t
rN
\i/-
1.00m Taftpan a
Ptrt€.i{
I
Gambar 13.4 Cetakan dengan menggunakan kcu'ton
Gambar 13.3 Cetakan menggunakan bahon fiberglass
I Material PVC
r Material Karton Cetakan beton dengan menggunakan PVC khusus diaplikasikan pada
Karton yang berbentuk tabung sudah banyak dipakai untuk menggulung kolom bulat. Biasanya digunakan pipa PVC tipis (untuk saluran air kotor
kain dan kertas atau bahan tipis lainnya. Bahan dasar karton terbuat dari yang tidak bertekanan) agar diperoleh harga yang murah. Dalam
krafliner board yang seratnya memiliki kekuatan tarik yang cukup kuat prakteknya pipa ini harus diiperkuat dengan kayu dan ditopang di
sehingga kemudian dicoba sebagai alternatif untuk bahan cetakan untuk beberapa tempat. Cetakan jenis ini dapat digunakan berulang-ulang.
beton kolom bulat.
Cetakan jenis ini hanya dapat dimanfaatkan satu kali saja dan
menghasilkan permukaan beton yang kasar.
Saat ini ukuran yang diproduksi di lndonesia adalah dengan diameter 20
cms/d 55 cm dengan panjang 10 meter dan ketebalan 3 mm s/d 5 mm.
Untuk memanfaatkan cetakan ini diperlukan klem/pengaku untuk tiap
jarak I meter, untuk mengatur kelurusan vertikal dan memperkuatnya.
?
BAB 14
INSTALASI CETAKAN
PENDAHULUAN
Pembentukan elemen bangunan yang terbuat dari agregat beton dengan
tekstur dan bentuk yang diinginkan sangat tergantung pada cetakannya.
Pembuatan dan instalasi cetakan (formwork) dipengaruhi oleh berbagai
faktor, di antaranya adalah:
r Kualitas bahan yang digunakan
r Kualitas tenaga kerja yang tersedia
r Peralatan konstruksi yang tersedia
I Tuntutan kualitas beton yang dihasilkan
r Anggaran biaya yang tersedia
r Sistem yang dikehendaki
Selain faktor-faktor tersebut di atas juga perlu dipertimbangkan berbagai
aspek lain, di antaranya adalah biaya yang akan diserap agar tidak terlalu
mahal atau cukup ekonomis; waktu yang dibutuhkan untuk pembuatan
dan instalasinya dapat memenuhi jadwal yang telah direncanakan; dan
dapat memenuhi persyaratan kualitas.
beton pracetak merupakan satu kesatuan dalam proses produksi di mana dapat dianggap sebagai metode yang sederhana dan tidak membutuhkan
penempatan cetakan tidak pada posisi komponen bangunan akan biaya yang besar. Metode ini biasanya digunakan dalam pelaksanaan
ditempatkan namun dapat di mana saja (di lokasi proyek, di pabrik, atau pekerjaan fondasi, dinding penahan tanah (rendah) dalam proyek
tempat lain yang telah direncanakan). pembangunan rumah tinggal. Kedalaman galian tentunya disesuaikan
dengan tekanan tanah yang ditimbulkan.
Selanjutnya pembahasan akan lebih difokuskan pada cetakan untuk beton
cor di tempat (cast in-place), terutama untuk elemen struktural bangunan: Kekurangan dari metode ini adalah bidang singgungan antara agregat
pekerjaan fondasi, dinding, kolom, balok, dan pelat. beton dengan dinding tanah yang dapat mengakibatkan bercampumya
agregat beton dengan tanah. Untuk menghindari hal tersebut sebaiknya
bidang persinggungan tersebut dilapisi material lain yang kedap air
CETAKAN UNTUK FONDASI namun berbiaya murah.
Gaya yang bekerja pada cetakan beton untuk pekerjaan fondasi adalah
gaya tekan arah horizontal yang ditimbulkan oleh beton basah. Pemilihan
alternatif cetakan fondasi dapat didasarkan atas asumsi bahwa cetakan
akan dipasang seterusnya dan cetakan akan dibongkar setelah beton
Dinding sebagai
mengeras. Pengelompokan ini sering dibedakan menjadi dua, yaitu:
I Cetakan yang bersifat sementara, dan
r Cetakan yang bersifat permanen. Lartai kerJa
Material yang dapat digunakan untuk cetakan beton permanen adalah pengecoran dan pembongkaran bekisting. Tidak menutup kemungkinan
pasangan bata merah, yang tidak memerlukan biaya yang besar. Efisiensi bahwa hasil pengecoran membutuhkan pe-rapi-an atau bahkan
finishing.
cetakan perrnanen dapat dihitung dengan mengasumsikan jika yang
digunakan adalah cetakan yang dapat diambil kembali.
Beberapa keuntungan penggunaan cetakan perrnanen adalah:
r Volume galian secukupnya
I Lebih rapi dan bersih
r Lebih rapat dari kebocoran Lantai kerja
Pembagi gaya
r Dinding Basement
Pembuatan cetakan dinding basement secara konvensional dapat dilaku-
kan dengan cara kombinasi antara kayu dan pasangan bata. Urutan
pelaksanaan setelah pabrikasi cetakan dibuat adalah sebagai berikut:
Gambar 14.4 Tampak samping cetakan dinding 5. Pemasangan beton decking (spacer)
7.
Pembagi gaya
Pemasangan form tie untuk menjaga ketebalan dinding
8. Pemasangan perkuatan horizontal sesuai perencanaan
ffi
Gambar 14.7 Cetakan dinding basement
Gambar 14.8 Tahap l, pengecoran kaki dinding
dinding rencana
r Pembuatan pabrikasi cetakan dinding secara lengkap (pelapis
cetakan, penguat tegak, penguat datar, penyokong, pembagi
gaya)
Ditinjau dari bentuk penampangnya, kolom dapat dibedakan menjadi kolom atau lantai dengan cara dipaku. Selain material kayu dapat pula
tiga, yaitu: menggunakan cor beton setinggi + 5 cm atau menggunakan besi siku atau
r Kolom dengan sisi-sisi lurus (segi tiga, segi empat, segi enam, aluminiu-. Tujuan utama pemasangan kicker ini adalah untuk
segi delapan, dll) menempatkan cetakan kolom pada posisi yang tepat. contoh sebuah
kicker adalah seperti tampak dalam gambar berikut:
I Kolom dengan sisi-sisi lengkung (kolom bulat, kolom elips, dll)
I Kolom dengan bentuk khusus
v4-T--TIn
Gambar 14,16 Kicker tampang kolom segiempat
G..ir @,kire
Dalam upaya membersihkan dari segala kotoran yang dapat memberikan Hal yang perlu diperhatikan dalam pengecoran kolom adalah batas
efek kurang baik pada beton, pada salah satu panel sebaiknya disiapkan pengecoran kolom pada pertemuan dengan balok. Keuntungan batas
lubang pada dasar panel. Lubang itu memungkinkan untuk member- pengecoran di atas dasar balok (setebal beton decking) adalah:
sihkan bagian dasar kolom sebelum pengecoran dilakukan. Lubang ini
dinamakan cleanout hole. Dimensi cleanout hole ini disesuaikan dengan
r Hubungan antara balok dengan kolom akan tampak rapi. Hal ini
sangat penting bila balok tidak tertutup oleh plafon.
kebutuhan.
3. Penyangga(Braching)
r Lebih mudah dalam pembersihan cetakan sebelum pengecoran.
terjadinya perubahan posisi" terutama pada saat pengecoran. Material Hal-hal yang disarankan tersebut di atas memerlukan ketelitian elevasi
yang dapat digunakan adalah balok kayu, pipa besi, dan pipa-pipa penghentian/batas cor, yaitu tidak boleh lebih tinggi dari ketebalan beton
scaffolding. decking. Untuk penghentian/batas cor di bawah dasar balok memang
tidak memerlukan ketelitian (lebih dalam atau kurang dalam tidak
menjadi masalah akan tetapi tidak akan memberikan keunggulan tersebut
Klflr peogalur Ny'urbaut
di atas).
Balok Batas pengecoran
I 2,5 cm
-?/
Gambar 14.23 Tahap I, pembuaton kicker
$
Panel cetakan r Balok yang Menyatu dengan Pelat
Sistem lain yang mungkin digunakan dalam pelaksanaan pengecoran
Perrguat tegak Penyokong balok dan pelat adalah struktur cetakan antara balok menjadi satu-
kesatuan dengan struktur cetakan pelat. Artinya bahwa cetakan untuk
kedua komponen tersebut tidak dapat dipisahkan satu sama lain.
Panel cetakan
Penyokong
Peilgual tegak
Balok urelintang
Gambar 14.29 Cetakan balok sistem balok penyokong
Balok menranjang
Steel Prop
Penyokong
Balok melintang
Balok memanjang
Steel Prop
Gambar 14.30 Cetakan balok dengan pengatur baut dan balok penyokong
Gambar 14.33 Struktur cetakan balok mendukung sebagian cetakan pelal
Panel cctakan
Spacer
Penguat tegak
Balok melintang
Balok memanjang
Steel Prop
Pergerakan sffuktur cetakan ini ada dua, yaitu arah horizontal dan
vertikal. Pergerakan horizontal dibantu dengan roda untuk menempatkan
posisinya sesuai dengan as-nya, sedangkan pergerakan arah vertikal
dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu:
r pergerakan vertikal di tempat untuk mencapai elevasi yang
diperlukan
r Pergerakan vertikal pindah lantai di atasnya untuk melayani
pekerjaan cetakan yang serupa pada lantai di atasnya. Pergerakan
Gambar 14.45 Tahap 6, pemasangan precast concrete half slab $i ini cukup besar sehingga perlu kehati-hatian agal struktur tidak
rusak dan untuk melaksanakannya diperlukan tower crane'
\ZNZNZNT
Gambar 14.48 Tahap I , posisi table form setelah pengecoran
Tahap 2, setelah beton yang dicor cukup umur maka cetakan yang
berupa table form dilepaskan dari tempatnya, dengan cara memutar
pengatur tinggi yang terletak pada bagian bawah sedemikian rupa
sehingga secara perlahan table form mulai terlepas. Elevasi turunnya
nbte-firm.u,,pui dengan ujung paling atas dari tablefonn berada di
bawair elevasi balok dengan tujuan cetakan ini dapat dikeluarkan dari
ruang iri. Perlu juga disiapkan beberapa roda sebagai alas untuk
pergerati.im tablefonn ke arah horizontal'
?xzz/z/z&
Tahap 3, table forrz diyakinkan telah terletak pada posisi di atas roda
dengan benar dan stabil.
t67
lnstalasi Cetakan
ffi
VZMZNZN
\ZNZNZNT Gambar 14.52 Tahap 5' pergerakan table
,qo
Tahap 6, bila elevasi telah sesuai maka table form diatahkan secara
Gambar 14.50 Tahap 3, meletakan table form di atas roda penggerak
horiztntal pada posisi yang direncanakan' Sebelum table fornt
sebagai
tersebut diletakkan mat<a ierlebih dahulu disiapkan roda-roda
alat bantu pergerakan horizontal dengan
jumlah secukupnya'
Tahap 4, bila tahap 3 telah selesai maka dilanjutkan dengan
mendorong ke arah horizontal sehingga table form terbebas dari
hambatan. Di samping itu, pada tahap ini perlu mulai dipasang
-
pengikat yang berupa sling atau kawat baja untuk menahan struktur
manakala terlepas dari lantai yang menahannya. Sling ini diikatkan
pada tower crane dengan kapasitas yang memadai sebagai alat bantu. KilSZNZN]
Gambar 14.53 Tahap 6, pergerakan tableform
\ZNZNZNZ
meman-
Tahap 7, dilanjutkan dengan pergerakan horizontal dengan
faatkan roda yang telah disiapkan'
t-l tl I I
--r
L-l Ll t--l
\Zt\ZNZNV \ZNZNZNZ
Gambar 14.57 Tahap 10, melaksanakan pengecoran beton
Gambar 14.55 Tahap 8, memposisikan table form
\ZNZNZNT
Gambar 14.58 Aplikasi tableform di lokasi proyek
Gambar 14.56 Tahap 9, mengatur elevosi tableform
*s
$
T
FORMWORKPABRIK
}+
*
*I
PENDAHULUAN
For"ntwork sebagai struktur yang bersifat sementara dalam pelaksanaan
pdmbangunan hampir selalu ada dan dibutuhkan, terutama dalam proses
pembentukan komponen bangunan yang terbuat dari beton. Berbagai
*uru- material dapat digunakan namun pemilihan jenisnya lebih
ditentukan oleh pertimbangan teknis dan ekonomis. Sementara ini
struktur secara tidak langsung menentukan kecepatan dalam menyele-
saikan proyek konstruksi.
!
Berdasarkan cara pengadaannya, fonnwork dapat dibentuk secara
konvensional di lokasi proyek yang dikerjakan oleh tukang kayu di mana
I
,l
': bentuk dan dimensinya disesuaikan dengan dimensi komponen sesuai
rl
dengan gambar rencana. Selain cata-aatapengadaan secara konvensional,
,urfut dimungkinkan bahwa formwork diproduksi secara pabrikasi
I
:l pelaksanaan
fonnw ork pabrlkasi ini terj adi pada tatakelola
dengan adanya *lupurgur.
I
pekJrjaan di Pengelolaan pemanfaatan formwork dalam
till proyek akan menambah jumlah pihak yang terlibat di
pelaksanaan
dalamnya, khusus untuk menangani pemasangan dan pembongkaran
formwirk sebelum dan setelah pengecoran. Hal ini akan berakibat
bertambahnya sub-kontrak dalam kontrak utama'
Beberapa namaformworkpabrlkyang berada di Indonesia adalah PERI,
DOKA. Pada prinsipnya kedua produsen fonnwork ini mempunyai
sistem yang hampir sama. Berbagai macam bentuk disesuaikan dengan
kegunaantrya, misalnya untuk kolom, balok, pelat lantai dan atap, dan
ke[entingan lainnya yang sangat bervariasi. Ragam dari formworft pabrik
ini mergituti gaya dan corak bangunan, karena pada prinsipnya
eksistensinya harus mampu mengakomodasi ide-ide dari para perancang
bangunan yang selalu berubah dalam periode waktu tertentu'
I
I 74 Eksplorasi Teknologi dalant proyek Konstruksi 175
Formwork Pabrik
F'ORMWORK PELAT
Perancah pabrikasi merupakan bagian dari sistem penyangga
lantai darr
balok yang terbuat dari bahan baja serta kayu. Sistem Penyangga
rrlr
diatur. Untuk menjamin seruice life yang panjang maka sebualt .lltt'tr
176 Eksplorasi Teknologi dalam Proyek Konstruksi 177
Fornmork Pabrik
prop digalvanis bagian dalam dan luarnya agar tahan terhadap cuaca, Susunan sistem penyangga ini terdiri dari komponen paling bawah
bahkan yang terburuk sekalipun. hingga komponen paling atas adalah penyangga lantai yang dibantu atau
tidak dibantu kaki tiga, dudukan balok memanjang, balok memanjang.
Komponen-komponen utama lain yang membentuk sistem penyangga
balok melintang, kemudian ditutup oleh papan setebal 18 mm. Untuk
lantai adalah sebagai berikut ini:
penyangga yang diletakkan di bawah bekisting balok, susunannya hampir
Balok yang terbuat dari kayu yang ringan namun memiliki daya ,ama dengan susunan penyangga lantai, tanpa komponen balok dan
dukung tinggi, digunakan untuk balok melintang dan balok papan. Sebagai tempat dudukan dasar balok digunakan komponen
memanjang. Berat setiap meter panjang adalah 5 kilogram, yang dud,rtan cetakan balok yang digalvanis. Lebar sisi atas komponen ini
setara dengan setengah dari berat rata-rata kayu biasa dengan adalah 60 cm.
kekuatan yang sama. Seluruh permukaan balok ini dapat dipaku,
dimensinya dibuat sedemikian rupa agar mampu mendukung
beban secara stabil, memiliki umur pemakaian yang panjang,
serta tersedia untuk bentang di atas 12 meter. Jenis kayu untuk
balok adalah jenis Damar yang diproses melalui tekanan tinggi.
Komponen balok ini memiliki tingkat keawetan tinggi dan tahan
terhadap segala cuaca karena kedua ujungnya dilapisi atau
dikeling dengan bahan plastik untuk mencegah retak atau patah.
l)udukan balok, komponen ini berfungsi sebagai dudukan yang
stabil untuk balok memanjang, terbuat daribaja yang digalvanis.
Keberadaan komponen ini memungkinkan balok dipasang secara
tunggal maupun ganda dengan overlapping, karenanya
pengaturan panjang-pendek bentang dengan mudah dapat
dilakukan. Persyaratan overlapping yang diperkenankan (syarat
minimum) adalah 500 mm untuk tiap sisi.
Gambar 15.5 Sistem formwork pabrikasi untuk kolom
Komponen berbentuk kaki tiga yang terbuat dari baja, mudah (Surnber: PERI Handbook, 2000)
dilipat dan dilepas, berfungsi untuk menahan penyangga lantai.
Penggunaan komponen ini memungkinkan penyangga lantai
dapat berdiri sendiri sehingga memudahkan perakitan dan
memberi stabilitas sistem struktur.
Selain keempat komponen utama yang telah dijelaskan di atas, sistem
penyangga ini juga terdiri dari bermacam-macam komponen pendukung,
seperti dudukan berbentuk huruf U. Komponen ini memiliki fungsi yang
sama seperti dudukan balok. Perbedaannya terletak pada bentuk yang
berupa pelat U. Komponen tambahan yang berfungsi sebagai alat
sambung antara komponen dudukan balok dengan penyangga lantai dan
masih banyak lagi pelengkap lainnya.
Formwork Pabrik t79
178 Eksplorasi Teknologi dalam Proyek Konstruksi
SCAFFOLDING
Pada mulanya scaffolding yang terbuat dari pipa mngka baja didisain
untuk menyu"ggi'beban ringan dalam area kerja seperti pekerja.
Kontraktor kemudian mulai mencoba menggunakan scaffulding untuk
menyangga bekisting karena memiliki bentuk yang menguntungkan dan
Gambar 15.6 Sistemformwork pabrikasi untuk kolom sistem jick yarg dapat mengatur ketinggiannya' Setelah penggunaan
(Sumber: PERI Handbook, 2000) scaffbliing sebagai p".,yu.,ggu bekisting semakin banyak dilakukan,
ma'ka dira-sakan perlu untuk memperoleh data mengenai kaphsitas daya
dukungnya sebagai suatu sistem karena beban-beban beton dan .bahan
lainnyi jauh lebih berat dari beban yang dapat didukung sebuah. rangka
scffiling Qnain frame). Data tentang kapasitas daya dukung sistem
,"igotaifitelah dikembangkan oleh Scffilding, Shoring, and Fonning
tniittute melalui serangkaian tes dan uji coba pada bangunan tinggi.
Komponen utama dari sistem penyangga scaffolding terdiri_dari rangka
bracing atau
(maii frame) dengan berbagai bentuk dan ukuran, diagonal
'cross-brace,
lock clamps, acljustable jack atau iack base, u-heads, dan
coupling/join pin. selain komponen-komponen utama di atas, pemakaian
scffiliiig di lapangan biasanya dibantu dengan beberapa komponen
tamUat anlang birfungsi untuk meningkatkan kegunaan atau menjamin
kekuatan alat ini.
Main Frame atav rangka scaffulding terdiri dari berbagai tipe dengan
ukuran dan berat yang berbeda-beda.
PENDAHULUAN
cetakan khusus adalah cetakan yang dirancang secara khusus untuk
keperluan tertentu. cetakan ini dapat digunakan di tempat lain sejauh
masih memiliki kesamaan struktur beton yang akan dicor. Cetakan ini
dikembangkan umumnya untuk pengecoran dinding beton yang tinggi.
Berbagai jenis cetakan khusus, yaitu:
r Climbing Fonnwork
r Slip Form
r Auto Jump Form
r Traveler Form
CLIMBING FORMWORK
Formwork jenis ini biasanya digunakan untuk pembentukan struktur
beton dinding yang cukup tinggi (misalnya shear wall), di mana
penyokong/support mengalami berbagai macam kendala jika diberikan
dari lantai dasar atau berasal dari struktur lain. Pemindahan climbing
fonnwork pada arah vertikal guna pengecoran dinding yang terletak di
atasnya dilayani oleh tower crane. Guna menyatukan climbingforruwork
dengan komponen bangunan yang sedang dibentuk maka digunakan
angker baut yang sengaja ditanam pada pada saat pengecoran. Posisi
angker ini diletakkan pada tempat yang sesuai dengan posisi pada
clitnbing formwork. Beberapa macam bentuk angker yang mungkin
digunakan adalah sebagai berikut:
Forntwork Khusus t8s
i'
i
I
i
i
,a}fi; ffidb r
pelaksanaan berikutnya.
SLIP FORM
Slipformada|ahfonnworkyangdigeraktanvertikalkeatasdenganjack
bersamaan dengan proses plngl.o^. Jack
bertumpu pada batang baja
Jackldongfuak dapat
bulat atau pipa baja yang'ter;anam dalam beton'
Penggunaan slipform
dioperasikan secara rnu.,u"ut, elektrik atau hidrolik.
struktur
puiu ,*r*ya diaplikasikan untuk pelaksanaan pengecoran
teton pada Silo, Pier, Menara, Cerobong'
sebagai berikut:
Tahap pelaksanaan menggunakan slipform adalah
Tahap 7, bekisting ke atas Tahap 8, bekisting diposisikan dipergunakan
r Bagian bawah dari dinding dicor seperlunya untuk
Gambar 16.5 Tahapan pelaksanaan climbing formwork sedagai pedoman as dan menanam
jack rod sejak dari dasar
dinding.
langsung
r Seluruh permukaan panelformwork yang berhubungan
dengan beton, diolesi minyak formwork'
-__ _, +---
ll
1..---i
Traveler form merupakan struktur rangka baja yang beratnya sekitar 30% Long Beanr Support
dari berat segmen beton yang dipikulnya. Struktur formwork ini duduk
pada segmen beton yang telah selesai di-cor dengan sistem baut dan
angker.
Urutan pemasangan dapat dilihat pada gambar berikut: Gambar 16.13 Tahap 2, pasang long beam support atas
Hammer Head
Gambar 16.15 Tahap 4, pasang bekisting bagian bawah Gambar 16.17 Tahap 6, pasang bekisting dinding bagian dalam
Tahap 5, setelah bekisting bagian bawah terpasang dengan benar Tahap 7, setelah bekisting semua terpasang dengan baik dan bcrr||r
maka dilanjutkan dengan pemasangan bekisting dinding bagian luar maka dapat dilakukan pengecoran agregat beton'
seperti tampak pada Gambar 16.16.
i
198 Eksplorasi Teknologi dalam proyek Konstruksi Fornwork Klrusus t99
Harrrrrrer Head
Bekislillg
dhrding dalam
-
Gambar 16.20 Tahap 9' bekisting dinding luar dilepas
Gambar 16,18 Tahap 7, pengecoran agregat beton
Tahap 10, setelah bekisting terlepas dari beton yang telah cukup
Tahap 8, setelah pengecoran satu segmen diselesaikan dan beton umui maka dilanjutkan dengan menggerakkan traveler rangka maju
telah cukup umur maka dapat dilakukan pengecoran untuk segmen bersama-sama dengan bekisting yang telah terlepas seperti pada
berikutnya. Mula-mula traveler digerakkan maju sesuai dengan Gambar 16.21.
rencana seperti tampak pada Gambar 16.19.
Hanrmer Head +
Hammer Head
o
s
.ong Beanl Support (atas)
Gambar 16.21 Tahap 10, traveler bersama bekisting luar bergerak maju
DAFTARPUSTAKA
15. Murdock, Brook, 1979, Concrete Materials and Practice, Edwar 31. Sunito, F.S., Singkali W., 1990, "Optimasi Struktur Melalui
Arnold Ltd., London. Pengg:unaan Betoi Pracetak pada Bangunan Gedung", Seminar
Optimasi Struktur Lab. Struktur ITB, Bandung'
16. Nawawi H.H., Martin, H.M., 1996, Penelitian Terapan, Gadjah
Mada University Press, Yogyakarta. 32. Suprobo P., 1996, "Rumah susun sederhana Pracetak'' Stadium
General Himpunan Mahasiswa Sipil universitas Muhamadiyah,
17. Oglesby, 1 98 9, P roductivity Improvenxent in C ons truction, McGraw - Yogyakarta.
Hill Book Company, New York.
33. Waddell, Dobrowski, lgg3, concrete construction Handbook,
18. PCI,1965, Connections in Precast Concrete Structures Strength of
McGraw-Hill Book Company, New York'
Corbels, Prestressed Concrete Institute, Chicago, Illinois.
34. Warszawski A., 1990, Industrialization and Robotics in Building,
t9. PERI,2000, Handbook.
Harper & Row, Publishers, New York'
20. Pribadi K.S., Fatima I., Thomas S.,1991, "Penerapan pelat
35. Wilson, F., 1984, Building Material Evaluation Handbook,Yan
Berongga Prategang Pracetak dalam Rangka (Jsaha Rasionalisasi
Nostrand Reinhold Company, New York'
dan Standarisasi Pernbangunan di Indonesia", Seminar Universitas
Parahyangan, Bandung. 36. Winter, Nilson, 1979, Design of Concrete Structure,Tokyo'
21. Richardson, Precast Concrete Production, Cement and Concrete
Association.
22. Ryan, W.I, Samarin A., 1992, Australian Concrete Technology,
Sydney.
23. Schmid T., Testa C., 1969, System Building Constructions
Mo dul a i r e s, Artemis Zurich.
28. Snow, F., 1965, Formwork for Modern Structures, Chapman and
Hall Ltd., London.
29. Soeharto Iman, 1995, Manajemen Proyek, Penerbit Erlangga, Jakarta.
30. Sumanth, D.J., 1985, Productivity Engineering and Management,
McGraw-Hill Book Company, New York.
CATATAN:
BIOGRAFI