Disusun oleh:
Dra.Yusnimar, MSi. MPhil
Suci Ramadhana, A.Md
JUDUL PERCOBAAN:.......................................
Kelompok : ............................
Nam Mahasiswa :
1. –
2. –
3.
BAB I. TEORI
Berisikan teori singkat dari objek yang dilaksanakan, teori ini dapat diambil dari
berbagai buku bacaan. Setiap buku bacaan dijadikan sumber pustaka, dan ditulis pada
DAFTAR PUSTAKA menurut urutan abjad PENGARANG. Pada bab ini hanya
dimasukkan no. pustakanya.
3.1. Hasil percobaan, dibuat hasil yang diperoleh dalam skala atau ukuran yang sesuai
3.2. Diskusi, berisikan penalaran saudara terhadap hasil bila dibandingkan terhadap
teoritis. Dapat juga dilengkapi dengan perhitungan kalau ada, gambar – gambar
yang dimaksud mendukung diskusi, grafik dsbnya.
BAB III. KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan berisikan kesimpulan yang ditulis singkat dan dimengerti, berkaitan
dengan judul percobaan
4.2 Saran, berisikan saran untuk kesempurnaan objek ini, tentunya dengan bahan
pertimbangan yang kuat
Peralatan gelas volumetric adalah: Silinder (tabung) ukur, buret, labu takar,
erlenmeyer dan lain-lain.
2. Buret
Suatu alat pengisi dengan volume tepat yang digunakan pada pekerjaan-pekerjaan titrasi.
Pembagian skala dari buret umumnya satu bagian skala sama dengan 0,1 ml, tetapi ada
yang sampai 0,001 ml. Pada pemakaian buret supaya diperhatikan waktu mengalirnya
tetesan terakhir waktu buret dikosongkan (nol) ml.
Bentuk : berupa sebuah tabung kaca yang bergaris dam mempunyai kran diujungnya,
untuk mengeluarkan volume cairan yang tertentu dengan debit berupa tetes sampai aliran
(lihat Gambar 2.) sbb;
Pembagian skala pada buret biasa sampai 0,1 ml. Untuk mengetahui perincian skala
tercantum pada dinding buret, lihat Gambar 2.
Volum tersedia : 25 ml ayau 50 ml dengan interval 0,1 ml satu tetes yang keluar dari
ujung buret kira-kira sampai dengan 0,03 ml
Kegunaan : untuk titrasi
Cara mengunakan : sebelum diisi, buret harus dibilas dahulu dua kali dengan jenis
cairan yang akan diisi kedlam buret, pengisisan buret dilalkukan dari atas dengan
menggunakan corong, bila titrasi akan dimulai, ujung buret tidak tidak boleh kosong
(harus terisi cairan), dan semua gelembung harus dihilangkan; tinggi cairan dalam buret
(titran) harus diketahui. Lebih mudah titrasi dimulai dari titik nol dengan pembacaan
yang benar yaitu meniscus cairan menyentuh garis nol tersebut.
3. Labu Takar
Suatu alat penakar volume tepat dengan ukuran : 25 ml, 50 ml, 100 ml, 250 ml dan
seterusnya. Memengang labu takar harus pada lehernya guna menghindarkan kesalahan
volume yang disebabkan pemuaian dan janga sekali-kali memanaskan labu takar.
Gambar 3. Labu Takar
Alat ini dapat dibedakan antara lain pipet penuh (vol.pipet) dan pipet ukur, dengan
ukuran 10 ml, 15 ml, dan seterusnya. Adanya semacam pipet yang mempunyai bola pada
bagian atas (seperti balon). Pipet ini terutama berguan memipet cairan-cairan yang
menggigit. Pengisapan cairan harus selalu diatas tand cairan-cairan yang mengigit.
Pengisapan cairan harus selalu tanda dan kelihatan. Cairan harus dikeluarkan hati-hati
melalui ujung pipet dengan jari telunjuk sebagai penutup mulut pipet. Setelah airan
mengalir semua maka setelah lebih kurang 15 detik tekanlah ujung pipet 3 kali pada
dinding dalam bejana sebagai akhir dari pemipetan. Jangan sekali-kali meniup atau
mencoba menghilangkan cairan yang menggantung pada ujung pipet. Pipet dengan
volume 10 ml dapat dikosongkan selama 10 detik dan pipet dengan volume 50 ml dapat
dikosongkan dalam waktu 50 detik, demikianlah seterusnya.
Bahan : terbuat dari kaca dengan dinding tebal, dapat menahan tekanan sampai 5
atmosfir.
Kegunaan : untuk memegang alat filtrasi
Cara menggunakan : biasanya bejana isap kedua dipasang antara yang pertama dengan
pompa untuk menangkap tetes air yang sebetulnya tidak boleh masuk kedalam pompa
vakum.
Bahan ; corong terbuat dari kaca, porselin, plastik. Filter terbuat dari fiber-fiber asbestos,
kertas atau membrane. Diameter serta sifat-sifatnya terlampir pada Tabel 1.2
Kegunaan : corong untuk tempat filter dan tempat menuang sample, filter berguna untuk
menyaring sample, menahan dan mengumpulkan endapan.
Cara menggunakan: filter kertas harus sesuai dengan bentuk corong yaitu ujung kerucut
kertas harus harus sampai dibawah bagian kerucut corong dan meliputi corong agar tidak
bocor, sebelum mulai penyaringan , filter harus dibasahkan dengan sedikit air suling
hingga menempel dengan baik pada dinding corong, kemudian sample ditungkan dengan
hati-hati kedalam corong.
3. Cawan Gooch
Bentuk; berupa beker kecil dengan 100 ml seperti tercantum pada Gambar 10.
Gambar 11. Cawan Gooch (a), Cincin karet untuk alat filtrasi (b) dan
Alat filtrasi lengkap (c).
4.Cawan Buchner
Bahan : panci dan penutup terbuat dari kaca tebal, rak terbuat dari porselin dan bahan
pengeringnya adalah silikagel atau CaCl2.
Kegunaan: untuk mengeringkan zat-zat kimia, zat padat beserta tempatnya (cawan,
cawan Gooch, dan lain-lain) karena kelembaban udara dalam desikator diserap oleh
bahan pengering.
Cara menggunakan ; butir-butir selikagel mengandung zat indicator : bila berwarna
biru, berarti berarti masih mampu menyerap kelembaban udara, bila warnanya telah
berubah menjadi merah muda berarti butir-butir telah jenuh dan harus diregenerasi
(dikeringkan lagi) butir-butir selikagelditempatkan dalam dan dimasukkan dalam
oven pada 1050 C selama 24 jam, sampai berwarna biru lagi, desikator harus tertutup
dengan baik karena bila tidak warna silikagel berubah menjadi merah muda dengan
cepat bila perlu permukaan panci yang berkontak dengan penutupnya dilumasi
dengan lemak silicon.
Catatan: Bila benda-benda sangat panas (baru keluar dari furnance dengan suhu lebih
dari 2000C dimasukkan kedalam desikator, dapt mengakibatkan tekannan udara
dalamdesikator menjadi rendah, sehingga setelah benda menjadi dingin tutup tidk
bias dilepaskan lagi dari panci, untuk mencegah terjadinya hal tersebut diatas, maka
benda-benda yang sangat panas harus dibiarkan dulu selama ±30 menit pada suhu
1050 C sebelum dimasukkan dalam desikator.
Juga tersedia desikator khusus denga lubang pipa yang dapat dihubungkan dengan
pompa vakum.
6. Tabung Reaksi
Bentuk : berupa suatu tabung agak tinggi dan tidak lebar, yang kadang-kadang
dilengkapi dengan tutup sekrup atau kelem.
Bahan : terbuat dari kaca atau boro silikat yang tahan panasnya sterilisasi
Volume tersedia : beberapa ml samapi ratusan ml
Kegunaan ; untuk tempat reaksi ,untuk analisa mikrobiologi
Cara menggunakan ; untuk analisa mikrobiologi perlu diserilkan dahulu
3. Pemanas
Pemanas dapat berupa pemanas listrik atau pemanas gas. Suhu yang dapat dicapai
tidak lebih dari 4000C. Pemanas gas disebut pembakar Bunsen yang memerlukan statip
untuk menempatkan bejana yang akan dipanaskan diatas api .
4. Oven
Ada bermacam-macam jenis dan ukuran oven. Oven pada umumnya digunakan
untuk mengeringkan peralatan, Lumpur (awas: bias berbau), zat kimia dan sebagainya.
Bila ventilasi tertutup oven tersebut juga dapat dipakai sebagai tempat untuk sterilisasi,
skala suhu adalah kira-kira dari 500 sampai 1800 namun suhu yang sering digunakan
adalah 1050C karena didalam oven udara yang panas naik, barang yang paling basah
sebaiknya diletakkan dibagian teratas dari oven
5. Furnace
Furnance adalah oven khusus dengan tinggi suhu yang dapat dicapai adalah 8000
sampai 12000C, namun biasanya digunakan suhu 5500 sampai 6000C. Kegunaan
furnance adalah untuk pembakaran zat-zat organis. Walaupun furnance agak besar dari
luar, namun dalamnya sempit karena memerlukan lapisan batu isolasi yang tebal.
Catatan: Untuk mengeluarkan atau memasukan barang, pakailah selalu sebuah
penjepit dengan panjangnya paling sedikit 30 cm! bacalah selalu buku petunjuk dengan
baik.
MODUL 1
PENENTUAN VISKOSITAS DAN BERAT JENIS
BERBAGAI JENIS CAIRAN
A. TUJUAN
1. Latihan menggunakan alat untuk menentukan viskositas kinematik dan berat
jenis suatu cairan/fluida.
2. Menentukan viskositas kinematik dan berat jenis suatu cairan/fluida
3. Mempelajari pengaruh temperatur terhadap viskositas kinematik dan berat
suatu cairan.
B. TEORI
Viskositas adalah besaran yang mengukur kekentalan fluida. Hingga saat ini,
kita anggap fluida tidak kental. Persamaan Bernolli yang telah kita bahas berlaku
untuk fluida yang tidak kental. Namun, sebenarnya, semua fluida memiliki
kekentalan, termasuk gas. Viskositas pertama kali diselidiki oleh Newton, yaitu
dengan mensimulasikan zat cair dalam bentuk tumpukan kartu, seperti gambar berikut
:
F dv
A
dx
Zat cair diasumsikan terdiri dari lapisan-lapisan molekul yang sejajar satu sama
lain. Lapisan molekul terbawah tetap diam, sedangkan lapisan diatasnya bergerak dengan
kecepatan konstan sehingga setiap lapisan memiliki kecepatan gerak yang berbanding
langsung dengan jaraknya terhadap lapisan terbawah. Pada Gambar 10.59. Fluida
diletakkan di antara dua pelat sejajar. Satu pelat digerakkan dengan kecepatan konstan v
arah sejajar ke dua pelat. Permukaan fluida yang bersentuhan dengan pelat yang diap
tetap diam sedangkan yang bersentuhan dengan pelat yang bergerak ikut bergerak
dengan kecepatan v juga. Akibatnya terbentuk gradien kecepatan. Lapisan fluida yang
lebih dekat dengan pelat bergerak memiliki kecepatan yang lebih besar. Untuk
mempertahankan kecepatan tersebut, diperlukan adanya gaya F/A yang memenuhi
tekanan geser ( shearing stress ).
𝑣
𝐹 = ηA
𝑙
Satuan viskositas adalah N s/m2. Jika dinyatakan dalam satuan CGS, satuan
viskositas adalah dyne s/cm2. Satuan ini disebut juga poise (P). Umumnya koefisien
viskositas dinyatakan dalam cP (centipoises = 0,001 P). Tabel 10.4 adalah koefisien
viskositas beberapa jenis fuida.
1 t
= 1 1
2 t2 2
Densitas
Densitas atau massa jenis adalah salah satu besaran fisis fluida yang penting
adalah massa jenis. Massa jenis adalah massa fluida per satuan volum. Untuk fluida yang
memiliki volume kecil massa jenis didefinisikan sebagai
𝒎
𝝆 =
𝑽
Fluida dengan volume satu gelas, satu ember, bahkan satu kolam dapat ditentukan
massa jenisnya dengan persamaan (10.1). Namun, jika volume fluida sangat besar,
misalnya dam, lautan, atau atmosfer maka massa jenis fluida tidak sama di setiap tempat.
Contohnya, pada lautan massa jenis makin besar jika masuk makin ke dalam. Pada
atmsofer massa jenis makin kecil jika makin jauh dari permukaan bumi. Oleh karena
itu, definisi umum massa jenis fluida adalah
𝒅𝒎
𝝆(𝒓) =
𝒅𝑽
Tabel 2, Massa jenis beberapa fluida
Fluida Massa Jenis (kg/m3)
Air (pada suhu 4 oC) 1,00 x 103
Air laut 1,025 x 103
Air raksa 13,6 x 103
Alkohol 0,79 x 103
Bensin 0,68 x 103
Udara (0 oC, 1 atm) 1,29
Helium (0 oC, 1 atm) 0,179
Karbon dioksida (0 oC, 1 atm) 1,98
Uap air (100 oC, 1 atm) 0,598
Asam asetat 1,049 x 103
aseton 0,785 x 103
Massa masing-masing fluida tersebut adalah m1 = < ρ1>V1, m2 = < ρ2>V2, ..., mN
= < ρN >VN. Jika N buah fluida tersebut dicampur maka massa jenis rata-rata hasil
campuran akan bergantung pada volum total hasil pencampuran. Jika fluida tidak
mengalami perubahan volum setelah pencampuran maka massa jenis rata-rata adalah
𝝆𝟏𝑽𝟏 + 𝝆𝟐𝑽𝟐
𝝆 =
𝑽𝟏 + 𝑽𝟐
Contoh soal;
Air dan alkohol masing-masing dengan volum 100 mL dan 300 mL dicampur.
Jika dianggap tidak ada perubahan volum selama pencampuran, berapa massa jenis rata-
rata hasil pencampuran?
Jawab
Dari Tabel 2, diperoleh
ρ1 = 1000 kg/m3 = 1 g/mL dan ρ2 = 790 kg/m3 = 0,79 g/mL.
𝝆𝟏𝑽𝟏 + 𝝆𝟐𝑽𝟐
𝝆 =
𝑽𝟏 + 𝑽𝟐
D. PROSEDUR KERJA :
𝑏−𝑎
Densitas =
𝑣
Dimana :
b = Berat piknometer yang berisi cairan sampel (gram)
a = Berat piknometer kosong (gram)
v = volume piknometer (ml)
ɳ1 𝜌1 𝑡1
=
ɳ2 𝜌2 𝑡2
Dimana :
ɳ1 = Viskositas cairan pembanding (mm2/s )
ɳ2 = Viskositas cairan sampel (mm2/s)
ρ1 = Densitas cairan pembanding (air suling = 0,979 gr/cm3 )
ρ2 = Densitas cairan sampel ( gr/cm3 )
t1 = Waktu cairan pembanding (detik)
t2 = Waktu cairan sampel (detik)
F. Daftar Pustaka
1. Mikrajuddin Abdullah. Fisika Dasar I.
file:///G:/BOOKS/Mikrajuddin%20Abdullah%20-
%20Fisika%20Dasar%20I%202016.pdf
2. Penentuan Viskositas Kinematik Cairan (ASTM D 445-65-1970)
4. Penentuan Densitas Cairan (ASTM D 1298-99-2005
MODUL 2
(TITRASI ASAM – BASA)
PENENTUAN ANGKA ASAM LEMAK BEBAS (FFA)
A. TUJUAN
a. Menentukan konsentrasi asam atau basa dari suatu larutan.
b. Menentukan angka asam lermak bebas pada minyak goreng
B. TEORI
Dengan titrasi secara Alkalimetri dapat menentukan konsentrasi larutan asam
dengan menggunakan larutan basa yang sudah diketahui konsentrasinya. Atau
sebaliknya titrasi secara Asidimetri adalah menentukan konsentrasi larutan basa
dengan menggunakan larutan asam yang telah diketahui konsentrasinya.
Basa dapat dititrasi dengan larutan baku asam, proses ini disebut asidimetri.
Sebaliknya asam dititrasi dengan larutan baku basa, proses ini disebut alkalimetri.
Titik akhir titrasi ditunjukan oleh adanya perubahan warna indikator, dimana
pada saat itu jumlah ekivalen asam sama dengan jumlah ekivalen basa, saat persamaan
ini tercapai disebut titik ekivalen.
Untuk menentukan konsentrasi suatu larutan asam atau basa diperlukan suatu
larutan baku, proses ini disebut standarisasi. Larutan baku ada dua macam yaitu :
larutan baku primer (contoh : Asam Oksalat) dan larutan baku sekunder (contoh :
NaOH).
C. PELAKSANAAN PERCOBAAN
1. Bahan-bahan kimia yang digunakan :
- Asam Oksalat 0,1 N
- Larutan NaOH 0,1 N dan HCl 0,1 N
- Indikator fenolftalein
- Minyak goreng ( baru atau jelanta)
2. Alat-alat yang dipakai :
- Erlemeyer 250 ml
- Gelas ukur
- Pipet ukur 10 ml
- Pipet tetes
- Burret
D. PROSEDUR PERCOBAAN
1) Penentuan konsentrasi larutan NaOH dengan larutan standar Asam Oksalat
(Standarisasi larutan standar sekunder dengan larutan standar primer)
Penentuan angka asam lemak bebas (FFA) pada minyak goreng sbb;
a. Aduk sampel minyak goreng sampai rata, dan berada dalam keadaan cair
b. Timbang sampel minyak goreng 5 gr masukkan dalam Erlenmeyer 250 ml
c. Tambahkan 25 ml alkohol dan panaskan hingga hangat 50oC
d. Tambahkan 3 tetes indikator pp
e. Titrasi dengan NaOH standar sampai muncul warna merah muda, catat
volume NaOH yang terpakai
f. Hitung asam lemak bebas sebagai % FFA.
E. PERTANYAAN
b. Apa yang dimaksud dengan standar primer dan skunder
c. Sebutkan 3 macam zat masing-masingnya sebagai standar primer dan sekunder
d. Apa yang dimaksud dengan indikator, kesalahan titrasi, titik ekivalen dan titik
akhir titrasi
e. Selain fenolftalein, jenis indikator apakah yang bisa dipergunakan untuk titrasi
asam basa, jelaskan apa sebabnya
f. Dari percobaan titrasi asam basa tersebut diatas, buatlah kurva titrasi (pH vs ml
NaOH)
g. Tentukan titik ekivalen titrasi melalui perhitungan dan kurva titrasi.
E.Daftar Pustaka.
h. R.A. Day Jr and A.L. Underwood. “Quantitative Analysis”.
i. I.M. Kolt Hoff and E.B. Sandel, “Text Book of Quantitative in Organic
Analysis”.
MODUL 3
TITRASI IODOMETRI – IODIMETRI
Penentuan kadar klorin pada pemutih (NaClO)
A. TUJUAN
B. Menetapkan normalitas Natrium Thio Sulfat (Na2S2O3) 0,1 N
C. Menentukan kadar Cu ( II ) dalam cupri sulfat
D. Menentukan kadar klorin pada pemutih bayclin (NaClO)
E. TEORI
Iodometri adalah proses titrasi terhadap iodium ( I2 ) bebas dalam larutan, sedang
proses iodimetri adalah proses titrasi menggunakan larutan I2 sebagai standar.
Titrasi iodometri (redoksimetri) termasuk dalam titrasi dengan cara tidak langsung,
dalam hal ini ion iodide sebagai pereduksi diubah menjadi iodium atau iodium ( I2 ) bebas
yang nantinya dititrasi dengan larutan baku Na2S2O3. Cara ini digunakan untuk
penentuan oksidator kuat H2O2, Cu (II), Fe (III).
Pada oksidator ditambahkan larutan KI dan asam (asam sulfat), maka zat
oksidator Cu (II) atau Fe (III) akan mengoksidasi iodida membentuk iodium. Iodium
yang terbentuk ditentukan dengan menggunakan larutan baku thio Na2S2O3 yang telah
diketahui konsentrasinya/normalitasnya. Dari jumlah pemakaian larutan thio, maka zat
yang dititrasi dapat dihitung.
Reaksi : 2 Cu++ + 4 I- H+
2 Cu I + I2
H+
I2 + 2 S2O3 2 I- + S4O62
Sebagai indikator, digunakan larutan kanji. Titik akhir titrasi pada iodometri apabila
warna biru telah hilang. Reaksi berlangsung dalam suasana asam atau netral. Indikator
yang sangat peka untuk titrasi adalah larutan kanji (amilum) yang memberikan warna
biru dengan I2. Titik akhir titrasi diamati tepat, lengkapnya warna biru berubah menjadi
warna putih susu.
V1 . N1 = V2 . N2
A. TUJUAN
Menentukan kadar ion Ca+2dan Mg+2 yang terdapat didalam air secara titrasi
kompleksometri menggunakan larutan standar garam EDTA.
B. TEORI
Titrasi kompleksometri adalah analisa volumetri yang berdasarkan reaksi
pengomplekan, disini dilakukan titrasi ion logam dengan pengompleks asam etilen
diamin tetra asetat (EDTA), yang biasa digunakan garam dinatriumnya. Rumus EDTA
diberikan berikut ini:
HOOC CH 2 CH 2 COOH
N CH 2 N
HOOC CH 2 CH 2 COOH
EDTA adalah zat pengompleks yang dapat membentuk kompleks kelat dengan
hampir semua logam (kecuali logam alkali) selalu dengan perbandingan 1:1
Contoh reaksi :
Titik akhir titrasi didapatkan dengan bantuan indikator logam yang berubah
warnanya antara kompleks logam dengan indikator bebas, contohnya EBT atau
eriochrom black T, yang strukturnya diberikan berikut ini;
OH
HO
O 3SNa N N
O 2N
Perlu diketahui bahwa EBT juga merupakan indikator asam basa yang berubah
warnanya bila pH lingkungannya berubah, karena zat ini merupakan asam berbasa 3 dan
sering juga ditulis singkatannya H3Er. EBT harus digunakan dalam selang pH sekitar 7
s/d 11, banyak titrasi EDTA dilakukan pada pH 8 s/d 10. Logam-logam yang banyak
dititrasi menggunakan indikator EBT ialah Ca+2, Mg+2, Ni+2 dan Zn+2. Untuk titrasi Ca+2
titik akhir timbul lebih awal, maka untuk mengatasinya, pada larutan Ca+2 ditambahkan
sedikit ion Mg+2 (terukur). Karena kelat MgEr lebih kuat dari CaEr, maka indikator akan
diikat oleh Mg+2, EDTA akan diikat oleh Ca+2 sampai habis, baru kemudian bereaksi
dengan MgEr, hingga titik akhir sampai pada waktunya.
Prinsip Analisa
Eriochrome Black T (Eriokrom Hitam T) adalah sejenis indicator yang berwarna
merah muda bila berada dalam larutan yang mengandung ion kalsium dan ion
magnesium dengan pH 10,0 ± 0,1
Sejenis molekul lain yaitu asam etilendiamintetraesetat dan garam-garam
natriumnya (EDTA), dapat membuat pasangan kimiawi (chelated complex) dengan ion-
ion kesadahan dan beberapa jenis ion lain. Pasangan tersebut lebih kuat dari pada
hubungan indikator dengan ion-ion kesadahan. Oleh karena itu pada pH 10 larutan akan
berubah menjadi biru yaitu disaat jumlah molekul EDTA yang ditambahkan sebagai
titran, sama (ekuivalen) dengan jumlah ion kesadahan dalam sampek, dan molekul
indicator terlepas dari ion kesadahan.
Perubahan semakin jelas bila pH tinggi, namum pH yang tinggi dapat
menyebabkan ion-ion kesadahan hilang dari larutan, karena terjadi pengendapan
Mg(OH)2 dan CaCO3. Pada pH >9 CaCO3 sudah mulai terbentuk sehingga titrasi harus
dselesi dalam waktu 5 menit. Pembentukan Mg(OH)2 pada sample air alam (air sungai,
air tanah) belum terjadi pada pH 10.
Gangguan
Selain dari Ca2+ dan Mg2+ beberapa kation seperti Al3+ , Fe3+ dan Fe2+ , Mn2+ dan
sebagainya bergabung dengan EDTA. Tetapi untuk air leding, air sungai atau danau,
kosentrasi ion-ion ini cukup rendah (kosentrasi kurang dari beberapa mg/l) dan tidak
mengganggu. Namun kadang-kadang air tanah dan air buangan industri mengandung
kosentrasi ion-ion tersebut lebih dari beberapa mg/l di mana dalam kasus ini sesuatu
inhibitor harus digunakan untuk menghilangkan gangguan tersebut (lihat ref.1,hal 197)
Kekeruhan juga mengurangi jelasnya warna sehingga sample yang terlalu keruh
harus disaring dahulu.
Pengendapan CaCO3 harus dicegah karena akan mengurangi kadar kesadahan
terlarut. Kalau kadar Ca2+ terlalu tinggi endapan dapat muncul dalam waktu titrasi 5
menit, sehingga sample harus diencerkan. Cara ini adalah dengan pembubuhan asam
terlebih dahulu serta pengadukan supaya semua CO2 lenyap keudara untuk sementara
dan pembentukan CO32- pada pH 10 dihindarkan. Tambahkan asam sampai pH larutan
menjadi ± 3 (cek dengan kertas pH) ; aduk 5 sampai 10 menit, kemudian tambahkan
buffer untuk mengubah pH menjadi 10,0 ± 0,1. Cara seperti ini juga dapat dilalukukan
pada sample dengan kadar Ca2+ rendah, untuk mengurangi risiko gangguan.
Ketelitian
Penyimpanan baku yang relative adalah sekitar 2%, untuk seorang laboran yang
berpengalaman dan teliti. Sampel yang telah diencerkan dapat mempunyai
penyimpanagan lebih tinggi karena kesalahan sistimatis buret akan dikalikan dengan
factor pengenceran. Metode melalui titrasi dengan EDTA ini dapat menganalisa sekecil
5 mg/l kesadahan sebagai CaCO3: untk kadar < 5 mg/l .
Pengawetan Sampel.
Ion Ca2+ dan Mg2+ tidak hilang selama pengawetan hanya dapat mengendap
sebagai CaCO3 dan Mg(OH)2 kalu pH terlalu tinggi (>9 ). Bila sample harus disimpan
lebih dari 2 hari, lebih baik diasamkan sampai pH ≤ 5 dahulu atau diasamkan 1 jam
sebelum analisa supaya semua endapan CaCO3 dan lain-lain terlarut kembali.
C. PELAKSANAAN PERCOBAAN
1. Bahan-bahan kimia
- garam natrium EDTA 0,1 M
- ZnSO4.7H2O 0,1 M
- CaCl2 (Ca+2) 0,1 M
- MgCl2 (Mg+2) 0,1 M
- NH4Cl
- NH4OH
- indikator EBT
2. Alat-alat
- buret + klem + statif
- erlenmeyer
- pipet gondok 10 ml
- pipet tetes
PERHITUNGAN
𝑨𝒓 𝑪𝒂
2. Kesadahan Ca 2+ (mg/L) = Kesadahan total x 𝑴𝒓 𝑪𝒂𝑪𝑶𝟑
Daftar Pustaka
[1] Badan Standar Nasional (BSNI), 2000. Revisi SNI 19-6775-2002. Standar Tata
Cara Pengoperasian dan Pemeliharaan Unit Paket Instansi Pengolahan Air (IPA).
Badan Litbang Departemen Pekerjaan Umum.
[2] KEP 907/MENKES/SK.VII. 2002. Tentang Standar Baku Mutu Air Minum.
Menurut PERMENKES
[3] Kusnaedi, 2002. Mengolah Air Gambut dan Air Kotor untuk Air Minum. Jakarta
: PT. Penebar Swadaya.
[4] Prawito, RH., 1998. Ekologi Pencemaran Lingkungan. Semarang : Satya
Wacana.
[5] Sandora, N. 1995. Kenali dan Pilih Air Sehat untuk Konsumsi. Riau Pos.
[6] Surawira, Unus. 2005. Air dalam Kehidupan dan Lingkungan yang Sehat.
Bandung : PT. Rineka Cipta.
[7] Sutrisno, Totok, C,. dan Eng Suciastuti. 1987. Teknologi Penyediaan Air Sehat.
Bandung : PT. Rineka Cipta.
[8] Tim Kimia Analisa Instrumentasi,. 2007. Penuntun Praktikum Kimia Anlitik
Intrumentasi. Pekanbaru : UNRI.