ALAT VOLUMETRIK
A. Tujuan
1. Mengetahui kegunaan dari berbagai macam alat gelas volumetrik dan bisa
menggunakannya dengan benar.
2. Dapat memilih alat volumetrik yang tepat sesuai dengan kebutuhan untuk
menghindari kesalahan dalam pengukuran volume.
B. Dasar Teori
Kalibrasi merupakan proses verifikasi bahwa suatu akurasi alat ukur sesuai
dengan rancangannya (Rouessac 2007) Kalibrasi biasa dilakukan dengan
membandingkan suatu standar yang terhubung dengan standar nasional maupun
internasional dan bahan-bahan acuan tersertifikasi (Morris 2001). Alat ukur volume
merupakan bagian dari perangkat peralatan yang digunakan dalam praktikum kimia
analitik.
Kalibrasi alat ukur volume dilakukan untuk menyesuaikan keluaran atau indikasi
dari suatu perangkat pengukuran volume agar sesuai dengan besaran dari standar yang
digunakan dalam akurasi tertentu (Pyzdek 2003) Prinsip kalibrasi alat ukur volume
dilakukan dengan mengukur bobot suatu volume air destilata yang dikeluarkan oleh alat
ukur volume. Bobot ini kemudian dibandingkan dengan bobot jenis air pada suhu
pengukuran volume tersebut dilakukan, sehingga dapat ditentukan nilai ketepatannya.
1. Erlenmeyer
Berupa gelas yang diameternya semakin ke atas semakin kecil dengan skala
sepanjang dindingnya. Ukurannya mulai dari 10 mL sampai 2L.Berfungsi untuk
menyimpan dan memanaskan larutan,menampung filtrat hasil penyaringan, menampung
titran (larutan yang dititrasi) pada proses titrasi, tempat pembiakan mikroba (pada
pengujian mikrobiologi).
Kelebihan : Terbuat dari bahan khusus untuk menghindari adanya reaksi antara
erlenmeyer dengan larutan.
Kekurangan : unit skala tidak terlalu teliti tetapi cukup memadai untuk penggunaan
pengukuran yang tidak memerlukan ketelitian tinggi.
Gambar 1. Erlenmeyer
Kelebihan : terbuat dari bahan gelas pyrex, sehingga tahan panas apabila
digunakan untuk pemanasan larutan.
Kekurangan : tidak dapat digunakan untuk mengukur larutan atau cairan dalam
kondisi panas
Gambar 3. Gelas ukur
Berupa pipa kecil terbuat dari plastik atau kaca dengan ujung bawahnya
meruncing serta ujung atasnya ditutupi karet.Fungsinya adalah untuk mengambil cairan
dalam skala tetesan kecil.
( Sumber: )
5. Pipet Volum/ Gondok (Volume pipette)
Fungsinya adalah untuk mengambil larutan dengan volume tepat sesuai dengan
label yang tertera pada bagian yang menggelembung (gondok) pada bagian tengah
pipet.
Kelebihan : terdapat tabung silinder di antara ujung pipa kaca bagian atas dan
bawah, berfungsi sebagai wadah untuk menampung cairan.
6. Makropipet
Kekurangan : harganya mahal dan tidak dapat mengukur larutan atau cairan lebih
dari 10 ml.
Gambar 6. Makropipet
Berupa labu dengan leher yang panjang dan bertutup; terbuat dari kaca dan tidak boleh
terkena panas karena dapat memuai. di bagian leher terdapat lingkaran graduasi,
volume, toleransi, suhu kalibrasi dan kelas gelas. Ukurannya mulai dari 1 mL hingga 2
L.Fungsinya adalah untuk membuat larutan dengan konsentrasi tertentu dan
mengencerkan larutan dengan keakurasian yang tinggi.
Kelebihan :dapat menunjukkan dengan tepat volume cairan pada suhu tertentu
kerena leher labu ukur di buat relative sempit hingga sedikit perubahan volume cairan
akan menyebabkan perbedaan ketinggian cairan. Dengan demikian kesalahan yang di
buat pada penyesuaian meniskus cairan dengan tanda batas volume akan sangat kecil.
Adanya tutup dan jarak antara tanda batas volume dan mulut labu ukur adalah relatif
besar agar masih terdapat cukup ruang untuk mengocok cairan dalam labu itu.
8. Buret (Burette)
Terbuat dari gelas. Mempunyai skala dan kran. Zat yang digunakan untuk
menitrasi (titran) ditempatkan dalam buret, dan dikeluarkan sedikit demi sedikit melalui
kran. Volume dari zat yang dipakai dapat dilihat pada skala. Ukurannya mulai dari 5 dan
10 mL (mikroburet) dengan skala 0,01 mL, dan 25 dan 50 mL dengan skala 0,05
mL.Fungsinya adalah untuk melakukan titrasi
Kelebihan :Terdapat kran dan lubang yang lurus untuk membuka dan menutup
celah pada ujung buret sehingga cairan di dalam buret dapat keluar sedikit demi sedikit
untuk memperoleh titik titrasi suatu zat.
Alat
Bahan
D. Prosedur Kerja
1. Pengukuran volume air menggunakan labu ukur 50 ml
Air sebanyak 50 ml ditampung dalam beaker glass 250 ml, labu erlenmeyer 125 ml,
dan gelas ukur 100 ml
Air dihisap dengan pipet berskala 10 ml dan karet penghisap sampai batas maksimal
1 ml air diambil dengan menggunakan makropipet 1 ml, 2 ml, 5 ml, dan 10 ml.
Masing-masing air yang telah diambil, dimasukkan ke dalam gelas ukur 10 ml. Bila
terjadi kekurangan/kelebihan volume, menambah/ mengurangi dengan menggunakan
pipa tetes.
Dilakukan titrasi larutan vitamin C IPI dengan IKI sampai berubah warna menjadi
biru permanen.
Catatan : mengkonversikan kadar vitamin C dengan volume larutan IKI yang diperlukan
untuk membirukan larutan ahan yang diuji. Setiap 1 ml larutan 0,01 N setara dengan
0,88 mg vitamin C.
E. Data Pengamatan
1. Pengukuran volume air menggunakan labu ukur 50 ml
No Jumlah Tetesan
Alat Volumetrik
Lebih Kurang
1 Beaker glass 250 ml - 168
2 Labu erlenmeyer 125 ml 40 -
3 Gelas ukur 100 ml - 4
No Jumlah Tetesan
Alat Volumetrik
Lebih Kurang
1 Pipet gondok 5 ml 4 -
2 Pipet gondok 10 ml 6 -
3. Pengukuran volume air menggunakan mikropipet 1 ml, 2 ml, 5 ml, dan 10 ml.
No Jumlah Tetesan
Alat Volumetrik
Lebih Kurang
1 Makropipet 1 ml 7 -
2 Makropipet 2 ml 9 -
3 Makropipet 5 ml 10 -
4 Makropipet 10 ml 11 -
F. Analisis Data
Berdasarkan tabel pengamatan pengukuran volume air 50 ml menggunakan labu
ukur 50 ml menunjukkan hasil yang berbeda-beda untuk setiap alat ukur. Pada saat air
dituangkan ke dalam beaker glass 250 ml, ternyata volume air tersebut kurang dari 50
ml, sehingga perlu penambahan air sebanyak 168 tetes. Hal ini berbanding terbalik
dengan 50 ml air yang dituangkan pada labu erlenmeyer 125 ml. Terjadi kelebihan
volume air, sehingga air perlu dikurangi 40 tetes untuk mencapai volume 50 ml. Hasil
pengukuran yang paling sesuai yakni pada gelas ukur 100 ml, karena hanya kurang 4
tetes air untuk mencapai volume 50 ml.
Berdasarkan tabel pengamatan pengukuran volume air 10 ml menggunakan
pipet gondok 5 ml dan 10 ml pada gelas ukur 10 ml menunjukkan bahwa pada saat air
dari pipet gondok 5 ml dituangkan sebanyak 2 kali ke dalam gelas ukur 10 ml terjadi
kelebihan volume, sehingga perlu dikurangi 4 tetes untuk mencapai volume 10 ml. Hal
ini terjadi pula pada pipet gondok 10 ml. Pada saat air dituangkan ke dalam gelas ukur
10 ml, terjadi kelebihan volume air sebanyak 6 tetes.
Berdasarkan tabel pengamatan pengukuran volume air 1 ml menggunakan
mikropipet 1 ml, 2 ml, 5 ml, dan 10 ml pada gelas ukur 10 ml menunjukkan bahwa
semua air yang berasal dari mikropipet ketika dituangkan pada gelas ukur 10 ml
mengalami kelebihan volume. mikropipet 1 ml menunjukkan kelebihan volume
sebanyak 7 tetes. Mikropipet 2 ml menunjukkan kelebihan volume sebanyak 9 tetes.
Mikropipet 5 ml menunjukkan kelebihan volume sebanyak 10 tetes. Dan yang terakhir,
mikropipet 10 ml menunjukkan kelebihan volume sebanyak 11 tetes.
Berdasarkan tabel pengamatan Pengujian kandungan vitamin C dengan metode
titrasi menunjukkan bahawa kandungan vitamin C IPI yang tertera pada kemasan adalah
50 mg. Akan tetapi pada kandungan vitamin C IPI yang merupakan hasil percobaan
adalah 72,16 mg dengan volume IKI yang digunakan sebanyak 3,608 ml.
G. Pembahasan
Berdasarkan data pada tabel pengamatan bahwa terjadi kekurangan yang cukup
signifikan untuk pengukuran volume air dengan menggunakan beaker glass yaitu 168
tetes. Untuk pengukuran dengan labu Erlenmeyer juga tidak mencapai titik akurat dan
berbanding terbalik dengan hasil pengukuran beaker glass. Hasil dari pengukuran
dengan labu Erlenmeyer memiliki kelebihan tetesan sebanyak 40 tetes. Hasil yang
paling akurat adalah menggunakan gelas ukur. Hal ini sesuai dengan fakta praktikum
bahwa gelas ukur hanya menghasilkan kekurangan sebanyak 4 tetes. Secara teoritis
kekurangan dan kelebihan tetesan pada alat ukur beaker glass dan labu Erlenmeyer
seharusnya tidak sebesar yang tertera pada tabel pengamatan. Hal ini dimungkinkan
terjadi kesalahan kecil pada saat menakar air pada masing-masing alat volumetric.
Memang kesalahan ini tergolong kecil dan sepele, akan tetapi dapat mempengaruhi hasil
pengukuran atas kelebihan atau kekurangan tetesan. Alat pengukur volume merupakan
alat bantu yang penting untuk setiap penentuan kualitatif. Dari sifat dan fungsi dapat
dibedakan atas pipet, labu ukur, buret dan gelas ukur. Dalam penggunaan alat ukur
volume ini dapat terjadi kesalahan. Salah satunya adalah kesalahan kalibrasi karena
volume yang tertera tidak sesuai dengan volume yang sebenarnya (Beni dalam Roth,
1998).
Pada proses pengukuran ini ada dua jenis alat volumetric yang digunakan, yaitu
pipet gondok (pipet volume) dan pipet berskala. Pada pengukuran pertama yang
menggunakan pipet gondok (pipet volume) 5 ml menghasilkan pengukuran yang kurang
teliti. Pada pengukuran ini terjadi kelebihan 4 tetes. Hasil ini menunjukkan bahwa pipet
gondok masih memiliki kemungkinan untuk menghasilkan pengukuran volume yang
kurang teliti. Pengukuran kedua menggunakan pipet berskala 10 ml dilakukan dua kali
pemindahan sebesar 5 ml. Berdasarkan hasil pengukuran tersebut terjadi kelebihan 6
tetes. Hal ini menunjukkan bahwa hasil pengukuran dengan pipet berskala memiliki
ketelitian yang tinggi.
Praktikan melakukan pengujian kadar vitamin C IPI yang dilarutkan pada akuades
200 ml. Metode yang digunakan adalah metode titrasi. Pada proses ini digunakan pula
larutan yodium IKI. Vitamin yang digunakan telah diberi amilum 1% sebanyak 3 tetes.
Pada proses titrasi larutan IKI yang dikeluarkan untuk membentuk warna biru terang
pertama adalah 4.10 ml dengan demikian didapat kadar vitamin C yaitu 72,16 mg.
seharusnya kadar vitamin C pada saat dihitung ada selisih sebesar 37.2 mg. Hal ini
termasuk kesalahan hasil praktikum yang cukup fatal. Kesalahan ini diduga terjadi
karena beberapa faktor yaitu:
Diskusi
1. Macam-macam alat volumetric
a) Erlenmeyer
Berupa gelas yang diameternya semakin ke atas semakin kecil dengan skala sepanjang
dindingnya. Ukurannya mulai dari 10 mL sampai 2L.Berfungsi untuk menyimpan dan
memanaskan larutan,menampung filtrat hasil penyaringan, menampung titran (larutan
yang dititrasi) pada proses titrasi, tempat pembiakan mikroba (pada pengujian
mikrobiologi).
b) Gelas Kimia
Berupa gelas tinggi, berdiameter besar dengan skala sepanjang dindingnya. Terbuat dari
kaca borosilikat yang tahan terhadap panas hingga suhu 200 oC atau terbuat dari plastik.
Gelas kimia yang digunakan untuk bahan kimia yang bersifat korosif terbuat dari PTPE.
Ukuran alat ini ada yang 50 mL, 100 mL dan 2 L.Fungsinya untuk mengukur volume
larutan yang tidak memerlukan tingkat ketelitian yang tinggi, menampung zat kimia,
memanaskan cairan, media pemanasan cairan.
c) Gelas Ukur
Digunakan untuk mengukur volume zat kimia d, mulai dari 10 mL sampai 2 L. Tidak
boleh digunakan untuk mengukur larutan alam bentuk cair. Alat ini mempunyai skala,
tersedia bermacam-macam ukuran. /pelarut dalam kondisi panas. Perhatikan meniscus
pada saat pembacaan skala.Fungsinya adalah untuk mengukur volume larutan dalam
jumlah tertentu dengan tingkat ketelitian yang cukup tinggi.
d) Pipet Tetes
Berupa pipa kecil terbuat dari plastik atau kaca dengan ujung bawahnya meruncing serta
ujung atasnya ditutupi karet.Fungsinya adalah untuk mengambil cairan dalam skala
tetesan kecil.
e) Pipet Volume
Fungsinya adalah untuk mengambil larutan dengan volume tepat sesuai dengan label
yang tertera pada bagian yang menggelembung (gondok) pada bagian tengah pipet.
f) Makropipet
Secara umum, pipet digunakan untuk mengambil atau memindahkan suatu larutan
sesuai ukuran yang dikehendaki. an 1000 ul (1 ml). Sedangkan pipet untuk ukuran
lebih dari 1 ml dikenal dengan istilah Makropipet. Ada 3 jenis dasar mikropipet sesuai
ukurannya, yaitu P1000, P200, dan P20. P1000 digunakan untuk memipet cairan
berukuran lebih dari 200 ul sampai 1000 ul, P200 untuk volume cairan antara 21 ul
sampai 200 ul, dan P20 digunakan untuk volume dibawah 20 ul. Saat ini ada banyak
sekali pilihan mikropipet yang dijual oleh perusahaan-perusahaan yang bergerak di
bidang biotek, biokimia, bahkan bidang kedokteran.Fungsinya adalah untuk mengambil
atau memindahkan suatu larutan sesuai ukuran yang dikehendaki.
g) Labu Ukur
Berupa labu dengan leher yang panjang dan bertutup; terbuat dari kaca dan tidak boleh
terkena panas karena dapat memuai. di bagian leher terdapat lingkaran graduasi,
volume, toleransi, suhu kalibrasi dan kelas gelas. Ukurannya mulai dari 1 mL hingga 2
L.Fungsinya adalah untuk membuat larutan dengan konsentrasi tertentu dan
mengencerkan larutan dengan keakurasian yang tinggi.
h) Buret
Terbuat dari gelas. Mempunyai skala dan kran. Zat yang digunakan untuk menitrasi
(titran) ditempatkan dalam buret, dan dikeluarkan sedikit demi sedikit melalui kran.
Volume dari zat yang dipakai dapat dilihat pada skala. Ukurannya mulai dari 5 dan 10
mL (mikroburet) dengan skala 0,01 mL, dan 25 dan 50 mL dengan skala 0,05
mL.Fungsinya adalah untuk melakukan titrasi.
2. jelaskan faktor faktor yang menentukan tingkat ketelitian dari suatu alat
volumetrik!
Pembacaan skala pada alat ukur volumetri (buret, pipet gondok, labu takar, labu
ukur) harus benar-benar diperhatikan, dalam hal melihat skala, kedudukan badan, jenis
alat maupun jenis larutan. Saat melihat skala pada alat volumetrik usahakan posisi
badan tepat berada lurus dengan alat volumetrik tersebut, begitu juga dengan mata
pengamat harus tepat berada lurus dengan alat volumetrik tersebut. Selain itu jenis
larutan juga mempengaruhi proses pembacaan skala. Misalnya air, pada air bagian yang
menunjukkan skala ialah permukaan yang cekung, sedangkan pada raksa bagian yang
menunjukkan skala ialah permukaan yang cembung.
3. Hal-hal yang dapat menimbulkan kesalahan saat mengukur volume suatu cairan
Cairan menempel pada alat ukur, sehingga dapat mengurangi volume saat diukur di alat
selanjutnya.
Kurang hati-hati saat menuangkan cairan, sehingga tumpah dan mengurangi volume
cairan.
Kurangnya kemampuan membaca alat ukur.
Daftar Rujukan
Akfari. 2012. Volumetrik. (online)
(https://akfari.wordpress.com/2012/12/10/volumetrik/),diakses pada 18 Oktober
2015.
Saputra, Beni. 2014. Praktikum Dasar-Dasar Kimia Analitik Peneraan Volumetri. Jurnal
Ilmu Pendidikan, (Online), 16(1): 12-21,
(http://journal.fmipaunesa.ac.id/nju/index.php/kemas), diakses 30 November
2015.
Suryono, Amaliah, Ariani, Luciandika. 2015. Cerdas Kaya Ilmiah. Malang: Gunung
Samudera
Lampiran