KAJIAN TEORI
A. Eksplorasi
Dalam Kamus Bahas Indonesia, eksplorasi diartikan sebagai penjelajahan
lapangan dengan tujuan memperoleh pengetahuan lebih banyak tentang keadaan terutama
sumber-sumber alam yang terdapat di tempat itu. Eksplorasi mempunyai sebuah arti yaitu
suatu kegiatan yang dilakukan dalam rangka pembelajaran dan mengacu pada sebuah
penelitian (penjajakan), dengan tujuan memperoleh pengetahuan lebih banyak tentang
keadaan atau suatu benda dengan cara pengumpulan data untuk menghasilkan suatu
bentuk perupaan yang baru (Indriyani, 2018). Menurut Purwadi dalam Desmawati
(2018:10) menyatakan bahwa eksplorasi adalah suatu aktivitas yang dilakukan dengan
menggali infromasi atau alternatif yang sebanyak-banyaknya untuk hal yang berkaitan
dengan kepentigan masa mendatang. Eksplorasi adalah kegiatan mencari dan menggali
pengetahuan mengenai suatu benda atau keadaan secara mendalam dengan tujuan
memperoleh suatu pengalaman yang baru (Lestari, 2019).
Berdasarkan penjelasan di atas maka penulis menyimpulkan bahwa Ekplorasi
adalah suatu kegiatan untuk mencari, menggali atau meneliti informasi dari sumber-
sumber tertentu lebih dalam lagi untuk mengetahui lebih banyak mengenai suatu masalah
yang berkembang dalam masyarakat dengan cara melakukan pengumpulan data.
B. Pembelajaran Matematika
Pembelajaran dapat didefinisikan sebagai suatu sistem atau proses membelajarkan
subjek didik/pembelajar yang direncanakan atau didesain, dilaksanakan, dan dievaluasi
secara sistematis agar subjek didik/pembelajar dapat mencapai tujuan pembelajaran
secara efektif dan efisisen Komalasari (2006 : 3). Pembelajaran juga merupakan upaya
yang dilakukan untuk membantu seseorang atau sekelompok orang sedemikian rupa
dengan maksud supaya di samping tercipta proses belajar juga sekaligus supaya proses
belajar menjadi lebih efesien dan efektif.
Kata matematika berasal dari perkataan Latin mathematika yang mulanya diambil
dari perkataan Yunani mathematike yang berarti mempelajari. Perkataan itu mempunyai
asal katanya mathema yang berarti pengetahuan atau ilmu (knowledge, science). Kata
mathematike berhubungan pula dengan kata lainnya yang hampir sama, yaitu mathein
atau mathenein yang artinya belajar (berpikir). Jadi, berdasarkan asal katanya, maka
perkataan matematika berarti ilmu pengetahuan yang didapat dengan berpikir (bernalar).
Dalam KBBI, mengatakan matematika adalah ilmu tentang bilangan, hubungan antara
yakni matematika adalah pengetahuan tentang penalaran logik dan berhubungan dengan
guru dan siswa mengaitkan antara materi pembelajaran dengan situasi dunia nyata siswa
dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan
penerapannya dalam kehidupan sehari-hari yang melibatkan pengembangan pola berfikir
dan mengolah logika pada suatu lingkungan belajar yang sengaja diciptakan oleh guru
agar program belajar matematika tumbuh dan berkembang secara optimal dan siswa
a. Kontruktivisme (constructivisme)
pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit yang hasilnya diperluas
melalui kontek yang terbatas. Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta, konsep atau
kaidah yang siap untuk diambil dan diingat. Manusia harus membangun pengetahuan
dari dua faktor yaitu, objek yang menjadi bahan pengamatan dan kemampuan subjek
b. Menemukan (inquiry)
telah lama diperkenalkan pula dalam pembelajaran inquiri and discovery (mencari
dan menemukan).
Secara umum proses inquiri dapat dilakukan melalui beberapa langkah yaitu:
1) Merumuskan masalah
2) Mengajukan hipotesis
3) Mengumpulkan data
5) Membuat kesimpulan
pengetahuan yang baru akan lebih terarah dan tampak dalam pendekatan CTL.
c. Bertanya (questioning)
proses pembelajaran melalui CTL , guru tidak menyampaikan informasi begitu saja,
akan tetapi memancing agar siswa dapat menemukan sendiri. Karna itu peran
Dalam pembelajaran yang produktif kegiatan bertanya aan sangat berguna untuk:
pembelajaran.
pengetahuan dan pemahaman anak ditopang banyak oleh komunikasi dengan orang
lain. Konsep masyarakat belajar (learning community) dalam CTL menyarankan agar
hasil pembelajaran diperoleh melalui kerja sama dengan orang lain. Hasil belajar
dapat diperoleh dari hasil sharing dengan orang lain, antar teman, dan antar
kelompok. Dalam kelas CTL, penerapan asas masyarakat belajar dapat dilakukan
kemampuan dan kecepatan belajarnya, maupun dilihat dari bakat dan minatnya.
Proses pembelajaran memerlukan proses kerja sama antara guru dan siswa,
sesama siswa atau siswa dengan lingkungannya. Komponen ini akan menciptakan
e. Pemodelan (Modeling)
Pemodelan merupakan salah satu komponen CTL yang dapat dilakukan guru
dalam proses pembelajaran yang kemudian dapat ditiru oleh siswa guna
mempermudah dalam mengkonstruksi pengetahuan. Akan tetapi proses ini lebih
tujuan. Dalam CTL ini, model dapat dirancang dengan melibatkan partisipasi dari
f. Refleksi (Reflektion)
pembelajaran yang telah dilaluinya. Refleksi merupakan bagian terpenting dari CTL,
karna pada akhir pembelajaran merupakan waktu yang tepat untuk merefleksi
pembelajaran. Adapun hal yang dapat dilakukan dalam proses ini adalah memberikan
pernyataan langsung terhadap apa yang diperoleh hari itu, melakukan pencatatan
terhadap apa yang menjadi pengetahuan baru, menyatakan kesan dan saran mengenai
tradisonal adalah cara-cara berpikir tentang seuatu yang telah dipelajari oleh siswa.
Dalam proses pembelajaran dengan CTL, setiap berakhir proses pembelajaran, guru
memberikan kesempatan kepada siswa untuk merenung dan mengingat kembali apa
sehingga data yang dikumpulkan harus diperoleh dari kegiatan nyata yang dikerjakan
siswa pada saat melakukan proses pembelajaran. Adapun penjelasan mengenai
berlangsung.
2) Aspek yang diukur adalah keterampilan dan performasi, bukan mengingat fakta
apakah peserta didik belajar atau apa yang sudah diketahui peserta didik.
dan periodik, sesuai dengan tahapan waktu dan bahasannya, baik dalam bentuk
kontekstual.
C. Budaya
Koentjanigrat mengartikan kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta yaitu
buddhayah. Kata buddhayah merupakan bentuk jamak dari budi, yang dapat diartikan
sebagai budi atau akal. Jadi, kebudayaan dapat diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan
dengan akal (Sidin, 2018).
Menurut ilmu antropologi, budaya merupakan keseluruhan sistem gagasan,
tindakan, dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan
milik diri manusia dengan belajar (Koentjaraningrat, (Rachmawati, 2012)). Hal tersebut
mengartikan bahwa hampir seluruh aktivitas manusia merupakan budaya atau
kebudayaan karena hanya sedikit sekali tindakan manusia dalam rangka kehidupan
masyarakat yang tidak memerlukan belajar dalam membiasakannya. Sedangkan ahli
sejarah budaya mengartikan budaya sebagai warisan atau tradisi suatu masyarakat
(Rachmawati, 2012).
Dominikus, (2018) mendefinisikan kebudayaan mencakup dua hal. Pertama,
istilah budaya digunakan untuk mengacu pada pola kehidupan masyarakat, kegiatan dan
pengaturan material dan sosial yang berulang secara teratur yang merupakan kekhususan
suatu kelompok masyarakat tertentu. Dalam hal ini pengertian budaya mengacu pada
benda-benda dan peristiwa-peristiwa yang bisa diamati atau diindrai di lingkungan hidup.
Kedua, istilah budaya dipakai untuk mengacu pada sistem pengetahuan dan kepercayaan
yang disusun sebagai pedoman manusia dalam mengatur pengalaman dan persepsi
mereka, menentukan tindakan dan memilih di antara alternatif yang ada.
Berdasarkan penjelasan di atas maka penulis menyimpulkan bahwa Budaya
adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia sebagai warisan
atau tradisi yang mengacu pada pola kehidupan masyarakat secara turun temurun tentang
benda-benda, peristiwa-peristiwa, sistem pengetahuan dan kepercayaan.
Gambar 2.1 Motif Loti (Sotis) Gambar 2.2 Motif Noel (Buna)
Gambar 2.3 Motif Loti (Sotis) Gambar 2.4 Motif Noel (Buna)
Pembuatan bunga Loti Pembuatan bunga Noel
menggunakan alat Sial Loti/Keta menggunakan alat Hau loti.
loti.
Digunakan untuk simbolis atau Digunakan untuk menyambut
penghargaan. orang besar.
Warna dasar di bawah motif Warna dasar dibawah motif
bunga Loti selalu memiliki bunga Noel selalu memiliki satu
paduan warna. Contoh seperti warna. Contoh seperti gambar 2.4
gambar 2.3 warna dasarnya warna dasarnya hanya merah
kuning dan orange. muda.
Bentuk motif Loti (Sotis) dan motif Noel (Buna) juga terdapat bentuk
geometri Aflolo (bela ketupat) dan Akne Teun (segi tiga). Motif lain yang dibentuk
tergantung dari kreatif penenun kelompok Tolfe’u.
Dan juga zat pewarna lainnya yaitu zat pewarna belerang. Zat pewarna
belerang ada dua yakni belerang hitam dan belerang coklat. Dan bahan yang
digunakan yaitu: belerang (tergantung ingin warna coklat atau hitam), Natrium
sulfide, soda as, TRO dan garam dapur.
‘‘He taun abas paek faut ana. (Gulung benang menggunakan batu
kecil)’’.
‘‘He naiti moen sela in he hotj, noen paek loan. (Angkat benang,
membuat sela untuk jemur menggunakan bambu)’’.
‘‘Talal oelan na lot atao in masan. (Masak air sampai panas, kemudian
masukan benang dengan pewarna yang di inginkan)’’.
Gambar 2.8 Mewarnai Benang
‘‘Ta poitan mat boe tek oe meu abas nak nino. (Keluarkan benang, cuci
benang dengan air dingin sampai bersih)’’.
‘‘Taloit tan heu het non mau ai tais, ai beti. Non paek suak nua hen tahan
abas, anbi le au he non in afane abas huma fauk le au paek he non neu atis,
heknat, sial, ut, keta loti/sial loti nok hau loti. (Bentang benang untuk buat
kain tenun perempuan, kain tenun laki-laki. Gunakan suak untuk tahan
benang, siapkan berapa warna benang di afane, siapkan atis, tali senar/tali
gewang, sial, ut, keta loti/sial loti, dan hau loti)
b) Senu
‘‘Paek senu le nan he otet tenu na hel. (Gunakan senu untuk
memotong, meratahkan, dan memadatkan benang)’’.
e) Atis
‘‘Atis le nan an habi abas le au teun he naik an peun. (Atis
untuk menjepit atau menahan benang agar tetap kencang)’’.
f) Ut
‘‘Ut le nan he na soel abas fafon ma pin. (Ut untuk untuk
memisahkan benang bagian atas dan bagian bawah)’’.
Gambar 2.19 Ut
g) Sauban
‘‘Sauban le nan he na tenu ina nan oeta helan nok senu,
tamepan lulat ina tunan abas. (Sauban untuk alat untuk
memutar atau menggulung benang yang dimasukan dalam kain
lalu rapikan oleh senu, dan membentuk bunga menjadi rapih
dan kuat)’’.
h) Sial
‘‘Sial hen panat abas he kais na san on mese lail mese. (Sial
untuk menahan benang agar kuat dan tak tercecer.
i) Hau Loti
‘‘Hau loti hen panat abas atun noel abas fafon ma pin kais na
tuan. (Hau loti untuk menahan benang bunga buna atas bawah
agar pembuatannya bunga buna tidak tercampur.
Gambar 2.22 Hau loti
Atis
E. Etnomatematika
Pendidikan dan kebudayaan adalah salah satu hubungan antara proses dengan isi.
Pendidikan ialah proses pengoperasian kebudayaan dalam arti membudayakan manusia.
Sardijiyo Paulina Pannen (dalam Wahyuni, dkk,2013:3) mengatakan bahwa pembelajaran
berbasis budaya merupakan suatu model pendekatan pembelajaran yang lebih
mengutamakan aktivitas siswa dengan berbagai ragam latar belakang budaya yang
dimiliki,diintegrasikan dalam proses pembelajaran bidang studi tertentu dan dalam
penilaian hasil belajar dapat menggunakan beragam perwujudan penilaian. Salah satu
yang dapat menjabatani antara budaya dan pendidikan matematika adalah
etnomatematika.
Menurut Prabwati[CITATION Meg16 \p 25 \n \t \l 1057 ] dalam jurnalnya bahwa
beragam kajian mengenai ethno telah dikenal seperti ethnomusicology, ethnobotany,
ethnopsychology. Ethnoscinece dimaknai sebagai kajian scientific berkaitan dengan
fenomena-fenomena teknologi yang berkaitan langsung dengan latar belakang sosial,
ekonomi dan budaya. Ethnolanguage dimaknai sebagai kajian bahasa dalam hubungan
dengan keseluruhan budaya dan kehidupan sosial, sehingga dengan analogi yang sama
ethnomathematics dimaknai sebagai kajian matematika (ide matematika) dalam
hubungan keseluruhan budaya dan kehidupan sosial.
Ubiratan D’Ambrosio seorang matematikawan Brasil dalam Prabawati [CITATION
Meg16 \p 27 \n \t \l 1057 ] menyatakan bahwa secara istilah etnomatematika diartikan
sebagai: The mathematics which is practiced among identifiable cultural groups such as
national-tribe societies, labour groups chlidern of certain age brackets and professional
classes. Artinya: metematika yang dipraktekkan di antara kelompok budaya diidentifikasi
seperti masyarakat nasional suku, kelompok buruh, anak-anak dari kelompok usia
tertentu dan kelas professional.
Ubiratan D’Ambrosio pada tahun 1999 menyempurnakan definisinya yang pernah
diungkapkannya dalam Puspadewi [CITATION Kad14 \p 80 \n \t \l 1057 ] menjadi I have
been using the word ethnomathematics as modes, styles and techniques (tics) of
explanation, of understanding and of coping with the nurutal and cultural environment
(mathema) in distinct cultural systems (ethno). Artinya: saya telah menggunakan kata
etnomatematika sebagai mode, gaya, dan teknik menjelaskan, memahami, dam
menghadapi lingkungan alam dan budaya dalam sistem budaya yang berbeda.
Pendapat Ubiratan D’Ambrosio pada tahun 1999 menyempurnakan definisinya
yang pernah diungkapkannya dalam Puspadewi, bahwa etnomatematika terbentuk dari
kata ethno, maathema, dan tics. Awalnya etho mengacu pada kelompok kebudayaan yang
dapat dikenali, seperti perkumpulan suku di suatu Negara dan kelas-kelas profesi di
masyarakat, termasuk pula bahasa dan kebiasaan mereka sehari-hari..Kemudian,
mathema disini berarti menjelaskan, mengerti, mengukur, mengklasifikasi, mengurutkan,
dan memodelkan suatu pola yang muncul pada suatu lingkungan. Akhiran tics
mengandung arti seni dalam teknik.
Ascher dalam Tandililing [CITATION Pit15 \p 40 \n \t \l 1057 ] mendefinisikan
etnomatematika sebagai suatu studi tentang ide-ide matematika dalam masyarakat
literasi. Artinya, Secara tidak sadar karya seni yang dibuat oleh kelompok masyarakat
atau suku-suku tertentu yang tidak mengenyam pendidikan formal mengandung konsep-
konsep matematika. Pernyataan-pernyataan yang sudah diungkapkan maka
etnomatematikan dapat diartikan sebagai matematika yang dipraktikan oleh kelompok
budaya yang berada di lingkungan masyarakat semua kalangan.
Dominikus (2018) mengemukakan bahwa etnomatematika berkaitan dengan
praktik matematika, ide-ide matematika, dan pengetahuan matematika dari suatu
kelompok sosial-budaya masyarakat yang berhubungan dengan perhitungan,
pengelompokkan, pengurutan, penyimpulan, dan pemodelan.
Etnomatematika menggunakan konsep matematika secara luas. Etnomatematika
merupakan kajian matematika yang terintegrasi dengan budaya pada kehidupan
masyarakat. Etnomatematika jika disadari masyarakat semua kalangan maka masyarakat
akan berpikir bahwa matematika itu merupakan ilmu dari segala ilmu pengetahuan yang
tidak bisa dihindari dalam kehidupan nyata. Masyarakat sudah berpikir seperti itu maka
masyarkat akan menggunakan matematika dalam kehidupannya. Seperti pengrajin kain
tenun ketika ingin membuat kain tenun sepanjang yang diinginkan oleh pengrajin maka
pengrajin kain tenun harus memperhitungkan benang yang akan di butuhkan dalam
proses ini pola pikir pengrajin tersebut menggunakan pola pikir matematika agar benang
yang dibutuhkan tidak melebihi batas agar sesuai dengan panjang kain tenun yang
dinginkan jika melebihi batas maka pengrajin tersebut akan mengalami kerugian karena
modal yang dikeluarkan lebih besar dari pada keuntungan yang di dapatkan.
Etnomatematika dalam dunia pendidikan juga dapat dianggap sebagai sebuah
program yang bertujuan untuk mempelajari siswa memahami, mengartikulasikan,
mengolah dan akhirnya menggunakan ide-ide matematika, konsep dan praktek-praktek
yang dapat memecahkan masalah yang berkaitan dengan aktivitas kebudayaan sehari-hari
dalam masyarakat pendidikan. Seperti dalam penelitian yang dilakukan oleh Theresia
Laurens [CITATION The16 \p 10 \n \t \l 1057 ] bahwa setalah siswa belajar pada proses
pembelajaran dengan berbasis etnomatematika dapat meningkatkan hasil belajar dan
sebelum pembelajaran berbasis etnomatematika rerata hasil belajar siswa berada pada
katagori rendah. Pernyataan Theresia Laurens tersebut sama halnya dengan pernyataan
Euis Fajriyah [CITATION Faj18 \p 116 \n \t \l 1057 ] bahwa hadirnya etnomatematika dalam
pembelajaran matematika memberikan nuansa baru bahwa belajar matematika tidak
hanya didalam kelas tetapi juga bisa diluar kelas dengan mengunjungi atau berinteraksi
dengan kebudayaan setempat dapat digunakan sebagai media pembelajaran matematika.
Sementara itu, dilihat dari sisi pendeketan pembelajaran, maka etnomatematika selaras
dengan pendekatan pembelajaran matematika yang cocok jika diterapkan dalam
kurikulum 2013.