Melalui Handout Interaktif yang Berbasis CTL (Contextual Teaching And Learning)
Makalah
untuk memenuhi tugas matakuliah
Bahasa Indonesia Keilmuan
yang dibina oleh Dr. Sunoto, M.Pd.
oleh
Ahmad Ghufron
NIM 140311605918
Off A
1. Pendahuluan
1.1 Latar Belakang Masalah
Matematika merupakan sistem aksiomatis deduktif formal. Sebagai suatu
sistem aksiomatis, matematika memuat komponen-komponen dan aturan
komposisi atau pengerjaan yang dapat menjalin hubungan secara fungsional antar
komponen. Matematika dapat berfungsi untuk mengembangkan kemampuan
menghitung, mengukur, menemukan, dan menggunakan rumus matematika dalam
kehidupan sehari-hari melalui pemakaian pengukuran, geometri, trigonometri,
serta aljabar. Dalam panduan standar kompetensi mata pelajaran matematika yang
diterbitkan Depdiknas, dijelaskan bahwa matematika berfungsi untuk
mengembangkan kemampuan mengomunikasikan gagasan melalui model
matematika yang dapat berupa kalimat, persamaan matematika, diagram, grafik,
atau tabel. Tujuan pembelajaran matematika adalah (1) melatih cara berpikir dan
bernalar dalam menarik kesimpulan, misalnya melalui kegiatan penyelidikan
eksplorasi, eksperimen, menunjukkan kesamaan, perbedaan, konsisten, serta
inkonsistensi; (2) mengembangkan aktivitas kreatif yang melibatkan imajinasi,
intuisi, dan penemuan dengan mengembangkan pemikiran divergen, orisinal, rasa
ingin tahu, membuat prediksi dan dugaan, serta mencoba-coba; (3)
mengembangkan kemampuan memecahkan masalah; (4) mengembangkan
kemampuan menyampaikan informasi atau mengkomunikasikan gagasan antara
lain melalui pembicaraan lisan, grafik, peta, dan diagram dalam menjelaskan
gagasan (Depdiknas, 2003:2). Oleh karena itu, dikembangkan sistem
pembelajaran yang inovatif.
Matematika yang diajarkan di sekolah terdiri atas geometri, aljabar,
peluang, statistik, kalkulus, dan trigonometri. Dalam mempelajari geometri
terdapat subbab bangun ruang, peserta didik terkadang mengalami kesulitan
ketika harus mempelajari subbab tersebut dikarenakan objek yang bersifat abstrak,
mengingat peserta didik masih dalam tahap belajar realistik. Bettencourt
menyatakan bahwa seorang yang belajar itu membentuk pengertian (dalam
Suparno, 1977:11). Pendapat tersebut dapat diartikan bahwa seseorang yang
belajar tidak hanya meniru atau mencerminkan apa yang telah diajarkan,
b.
c.
2. Pembahasan
2.1 Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching and Learning)
Sesuai dengan filsafat yang mendasarinya bahwa pengetahuan terbentuk
karena peran aktif subjek, maka dipandang dari sudut psikologis, CTL berpijak
pada aliran psikologis kognitif. Menurut aliran ini proses belajar terjadi karena
pemahaman individu akan lingkungan. Belajar bukanlah peristiwa mekanis seperti
keterkaitan Stimulus dan Respons. Belajar tidak sesederhana itu. Belajar
melibatkan proses mental yang tidak tampak seperti emosi, minat, motivasi dan
kemampuan atau pengalaman. Apa yang tampak, pada dasarnya adalah wujud dari
adanya dorongan yang berkembang dalam diri seseorang.
CTL sebagai suatu pendekatan pembelajaran memiliki 7 (tujuh) asas.
Asas-asas ini yang melandasi pelaksanaan proses pembelajaran dengan
menggunakan pendekatan CTL. Komponen tersebut antara lain konstruktivisme,
inkuiri, bertanya (questioning), masyarakat belajar (learning community),
pemodelan (modeling), refleksi (reflection), penilaian nyata (authentic
assessment). Konstruktivisme adalah proses membangun atau menyusun
pengetahuan baru dalam struktur kognitif siswa berdasarkan pengalaman.
Menurut konstruktivisme, pengetahuan itu memang berasal dari luar akan tetapi
dikonstruksi oleh dan dari dalam diri seseorang. Oleh sebab itu pengetahuan
terbentuk oleh dua faktor penting, yaitu objek yang menjadi bahan pengamatan
dan kemampuan subjek untuk menginterpretasi objek tersebut. Kedua faktor itu
sama pentingnya. Dengan demikian pengetahuan itu tidak bersifat statis akan
tetapi bersifat dinamis, tergantung individu yang melihat dan mengonstruksinya.
Piaget menyatakan hakikat pengetahuan sebagai berikut:
a. Pengetahuan bukanlah merupakan gambaran dunia kenyataan belaka, akan
tetapi selalu merupakan gambaran dunia kenyataan belaka, akan tetapi selalu
b.
c.
untuk pengetahuan.
Pengetahuan dibentuk dalam struktur konsepsi seseorang. Struktur konsepsi
membentuk pengetahuan bila konsep itu berlaku dalam berhadapan dengan
pengalaman-pengalaman seseorang.
Pembelajaran melalui CTL pada dasarnya mendorong agar siswa dapat
mental seseorang yang tidak terjadi secara mekanis. Melalui proses mental itulah
diharapkan siswa berkembang secara utuh baik intektual, mental emosional
maupun pribadinya.
Apakah inkuiri hanya bias dilakukan untuk mata pelajaran tertentu saja?
Tentu tidak. Berbagi topik dalam setiap mata pelajaran dapat dilakukan melalui
proses inkuiri. Secara umum proses ikuiri dapat dilakukan melalui beberapa
langkah yaitu: merumuskan masalah, mengajukan hipotesis, mengumpulakn data,
menguji hipotesis berdasarkan data yang ditemukan dan membuat kesimpulan
Penerapan asas ini dalam pembelajaran CTL, dimulai dari adanya
kesadaran siswa akan masalah yang jelas yang ingin dipecahkan. Dengan
demikian siswa harus didorong untuk menemukan masalah. Apabila masalah telah
dipahami dengan batasan-batasan yang jelas, selanjutnya siswa dapat mengajukan
hipotesis atau jawaban sementara sesuai dengan rumusan masalah yang diajukan.
Hipotesis itulah yang akan menuntun siswa untuk melakukan observasi dalam
rangka mengumpulkan data. Manakala data telah terkumpul selanjutnya siswa
dituntun untuk mengui hipotesis sebagai dasar dalam merumuskan kesimpulan.
Ketiga, bertanya (questioning). Belajar pada hakikatnya adalah bertanya
dan menjawab pertanyaan. Bertanya dapat dipandang sebagai refleksi dari
keingintahuan setiap individu; sedangkan menjawab pertanyaan mencerminkan
kemampuan seseorang dalam berfikir. Dalam proses pembelajaran melalui CTL,
guru tidak menyampaikan informasi begitu saja, akan tetapi memancing agar
siswa dapat menemukan sendiri. Oleh sebab itu peran bertanya sangat penting,
sebab melalui pertanyaan guru dapat membimbing dan mengarahkan siswa untuk
menemukan setiap materi yang dipelajarinya. Dalam suatu pembelajaran yang
produktif kegiatan bertanya akan sangat berguna untuk: (1) menggali informasi
tentang kemampuan siswa dalam penguasaan materi pelajaran; (2)
membangkitkan motivasi siswa untuk belajar; (3) merangsang keingintahuan
siswa terhadap sesuatu; (4) memfokuskan siswa pada sesuatu yang diinginkan;
dan (5) membimbing siswa untuk menemukan atau menyimpulkan sesuatu.
Keempat, masyarakat belajar (learning community). Dalam CTL,
penerapan asas masyarakat belajar dapat dialukan dengan menerapkan
pembelajaran melalui kelompok belajar. Siswa dibagi dalam kelompok yang
anggotanya bersifat heterogen, baik dilihat dari kemampuan dan kecepatan
belajarnya, maupun dilihat dari bakat dan minatnya. Biarkan dalam kelompoknya
5
mereka saling membelajarkan; yang cepat belajar didorong untuk membantu yang
lambat belajar, yang memiliki kemampuan tertentu didorong untuk
menularkannya pada yang lain.
Kelima, pemodelan (modeling). Maksudnya adalah, proses pembelajaran
dengan menggunakan sesuatu contoh yang dapat ditiru oleh setiap siswa.
Misalnya guru memberikan contoh bagaimana cara mengoperasionalkan sebuah
alat, atau bagaimana cara melafalkan sebuah kalimat asing, guru olahraga
memberikan contoh bagaimana cara melempar bola, guru kesenian memberi
contoh bagaimana cara memainkan alat musik, guru biologi memberikan contoh
bagaimana cara mengggunakan thermometer dan lain sebagainya.
Proses modelling, tidak terbatas dari guru saja, akan tetapi dapat juga guru
memanfaatkan siswa yang dianggap memiliki kemampuan. Misalnya siswa yang
pernah menjadi juara dalam membaca puisi dapat disuruh untuk menampilkan
kebolehannya di depan teman-temannya, dengan demikian siswa dapat dianggap
sebagai model. Modeling merupakan asas yang cukup penting dalam
pembelajaran CTL, sebab melalui modelling siswa dapat terhindar dari
pembelajaran yang teoretis-abstrak yang memungkinkan terjadinya verbalisme.
Keenam, refleksi (reflection) adalah proses pengendapan pengalaman yang
telah dipelajari yang dilakukan dengan cara mengurutkan kembali kejadian atau
peristiwa pembelajaran yang telah dilaluinya. Melalui proses refleksi, pengalaman
belajar itu akan dimasukkan dalam struktur kognitif siswa yang pada akhirnya
akan menjadi bagian dari pengetahuan yang dimilikinya. Bisa terjadi melalui
proses refleksi siswa akan memperbarui pengetahuan yang telah dibentuknya, atau
menambah khazanah pengetahuannya.
Dalam setiap proses pembelajaran dengan menggunakan CTL, setiap
berakhir proses pembelajaran, guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk
merenung atau mengingat kembali apa yang telah dipelajarinya. Biarkanlah
secara bebas siswa menafsirkan pengalamannya sendiri, sehingga ia dapat
menyimpulkan tentang pengalaman belajarnya.
Ketujuh, penilaian nyata (authentic assessment) adalah proses yang
dilakukan guru untuk mengumpulkan informasi tentang perkembangan belajar
yang dilakukan siswa. Penilaian ini diperlukan untuk mengetahui apakah siswa
benar-benar belajar atau tidak; apakah pengalaman belajar siswa memiliki
pengaruh yang positif terhadap perkembangan baik intelektual maupun mental
6
Dengan masih adanya tempat kosong yang masih tersisa, peserta didik dapat
menjawab pertanyaan dengan mengisi handout tersebut.
2.3 Implementasi Bangun Ruang di Smp Dengan Memanfaatkan Handout
Interaktif Berbasis CTL
Untuk mengatasi masalah pembelajaran matematika di sekolah khususnya
di SMP berbagai pakar pendidikan matematika menyarankan agar siswa diarahkan
mempelajari matematika dalam konteks dimana mereka dapat melihat penerapan
matematika dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu pendekatan yang sesuai
dengan hal tersebut adalah pendekatan kontekstual. Pendekatan kontekstual
menggunakan dunia nyata sebagai titik awal untuk mengembangkan konsep dan
ide matematika, siswa diberikan kesempatan untuk mengkonstrusikan
pengetahuannya sendiri. Dalam konstruktivisme pengetahuan tumbuh dan
berkembang melalui pengalaman sehingga perkembangan kognitif sebagian besar
ditentukan oleh manipulasi dan interaksi aktif anak dengan lingkungan.
Pendekatan kontekstual dapat diterapkan dalam kurikulum apa saja,
bidang studi apa saja, dan kelas yang bagaimanapun keadaannya. Dalam proses
belajar mengajar dengan pendekatan kontekstual, proses pembelajaran dapat
dikaitkan dengan komponen-komponen CTL itu sendiri yaitu: kontrukstivisme
(constructivisme), menemukan (inquiry),bertanya (questioning), masyarakat
belajar (learning community), pemodelan (modelling), penilaian yang sebenarnya
(authentic assessment), dan refleksi (reflection).
Berdasarkan kurikulum yang dipakai pada peserta didik kelas VIII SMP
Bangun Ruang yang dibahas adalah Kubus, Balok, Prisma, dan Limas.
Tinjauan materi yang akan dibahas, adalah sebagai berikut.
a)
c)
9
Volum Balok = plt
2) Volum Kubus.
Pada sebuah Kubus dengan panjang sisi berlaku:
Volum Kubus = 3
Kegiatan Guru
a. Guru memberikan masalah nyata untuk menggali
pengetahuan siswa dengan mencari contoh benda-benda yang
berbentuk kubus dan balok yang ada disekitar siswa
b. Guru memberikan stimulus agar siswa mengungkapkan apa
yang ada dipikiran siswa mengenai benda-benda yang
berbentuk kubus dan balok
c. Guru menyadarkan siswa untuk menerapkan strategi mereka
2. Inkuiri
3. Bertanya
10
5. Pemodelan
6. Refleksi
dimengerti.
b. Guru membibing siswa untuk membuat kesimpulan dan
merangkum materi yang telah dipelajari.
a. Guru memberikan penilaian terhadap hasil presentasi yang
7. Penilaian Autentik
Penyelesaian :
G
a.
E
7 cm
C
7 cm
A
7 cm
7
cm
11
7cm
b.
C
A
7 cm
7 cm
L. Alas = 7 x 7 = 49
= L. Alas x t
7 cm
Alas Kardus
Tinggi = 7 cm
V. Kardus
7 cm
7 cm
= 49 x 7 = 343
12
3. Penutup
3.1 Simpulan
Berdasarkan beberapa penjelasan di atas maka dapat disimpulkan sebagai
berikut ini:
Pelaksanaan pembelajaran matematika dengan penerapan pembelajaran contextual
teaching and learning (CTL) akan dapat memberikan konstribusi dan sebagai
salah satu strategi yang tepat dalam penyampaian materi yang melibatkan siswa
secara aktif tanpa kesan bahwa matematika itu sulit dan kaku.
Pembelajaran CTL melibatkan tujuh komponen utama yaitu: konstruktivisme,
menemukan, bertanya, masyarakat belajar, pemodelan, refleksi, dan penilaian
sebenarnya. Ketujuh komponen tersebut membangun kerangka berfikir, dimulai
dari fakta, data dan konsep. Penggunaan pendekatan kontekstual dalam
pembelajaran matematika akan membantu siswa dan guru mencapai tujuan
pembelajaran secara maksimal jika guru
memiliki persyaratan berikut :
a.
13
e.
3.2 Saran
Berdasarkan pembahasan dan simpulan di atas, maka disarankan
hal-hal berikut.
1.
2.
14