Anda di halaman 1dari 15

Pembelajaran Bangun Ruang di Sekolah Menengah Pertama

Melalui Handout Interaktif yang Berbasis CTL (Contextual Teaching And Learning)

Makalah
untuk memenuhi tugas matakuliah
Bahasa Indonesia Keilmuan
yang dibina oleh Dr. Sunoto, M.Pd.

oleh
Ahmad Ghufron
NIM 140311605918
Off A

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS MIPA
JURUSAN MATEMATIKA
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
November 2014
0

1. Pendahuluan
1.1 Latar Belakang Masalah
Matematika merupakan sistem aksiomatis deduktif formal. Sebagai suatu
sistem aksiomatis, matematika memuat komponen-komponen dan aturan
komposisi atau pengerjaan yang dapat menjalin hubungan secara fungsional antar
komponen. Matematika dapat berfungsi untuk mengembangkan kemampuan
menghitung, mengukur, menemukan, dan menggunakan rumus matematika dalam
kehidupan sehari-hari melalui pemakaian pengukuran, geometri, trigonometri,
serta aljabar. Dalam panduan standar kompetensi mata pelajaran matematika yang
diterbitkan Depdiknas, dijelaskan bahwa matematika berfungsi untuk
mengembangkan kemampuan mengomunikasikan gagasan melalui model
matematika yang dapat berupa kalimat, persamaan matematika, diagram, grafik,
atau tabel. Tujuan pembelajaran matematika adalah (1) melatih cara berpikir dan
bernalar dalam menarik kesimpulan, misalnya melalui kegiatan penyelidikan
eksplorasi, eksperimen, menunjukkan kesamaan, perbedaan, konsisten, serta
inkonsistensi; (2) mengembangkan aktivitas kreatif yang melibatkan imajinasi,
intuisi, dan penemuan dengan mengembangkan pemikiran divergen, orisinal, rasa
ingin tahu, membuat prediksi dan dugaan, serta mencoba-coba; (3)
mengembangkan kemampuan memecahkan masalah; (4) mengembangkan
kemampuan menyampaikan informasi atau mengkomunikasikan gagasan antara
lain melalui pembicaraan lisan, grafik, peta, dan diagram dalam menjelaskan
gagasan (Depdiknas, 2003:2). Oleh karena itu, dikembangkan sistem
pembelajaran yang inovatif.
Matematika yang diajarkan di sekolah terdiri atas geometri, aljabar,
peluang, statistik, kalkulus, dan trigonometri. Dalam mempelajari geometri
terdapat subbab bangun ruang, peserta didik terkadang mengalami kesulitan
ketika harus mempelajari subbab tersebut dikarenakan objek yang bersifat abstrak,
mengingat peserta didik masih dalam tahap belajar realistik. Bettencourt
menyatakan bahwa seorang yang belajar itu membentuk pengertian (dalam
Suparno, 1977:11). Pendapat tersebut dapat diartikan bahwa seseorang yang
belajar tidak hanya meniru atau mencerminkan apa yang telah diajarkan,

melainkan harus menciptakan pengertian sendiri tentang apa yang baru


dipelajarinya.
Kurikulum pendidikan di Indonesia berkembang seiring dengan ilmu
pengetahuan dan teknologi terus mengalami perubahan yang bertujuan untuk
menyesuaikan kurikulum dengan perkembangan zaman. Di Belanda berkembang
pembelajaran Realistic Mathematics Education (RME) yang telah berhasil,
sedangkan di Amerika Serikat berkembang pembelajaran Contextual Teaching
and Learning (CTL). Di Indonesia pembelajaran matematika juga mulai
menggunakan pembelajaran kontekstual sejak diberlakukannya kurikulum 2004
yang dikenal dengan kurikulum berbasis kompetensi (KBK) terutama pada
kurikulum 2013. Dalam kurikulum 2013 peserta didik harus aktif untuk mencari,
mengolah, dan menemukan dengan bimbingan proporsional dari guru dalam
menemukan suatu konsep oleh karena itu sistem handout interaktif yang berbasis
ctl (contextual teaching and learning) harus diterapkan sejak dini.
Handout interaktif yang dimaksud adalah buku ajar subbab geometri
bangun ruang untuk sekolah menengah pertama yang didesain sehingga
menimbulkan minat peserta didik untuk menemukan sendiri konsep-konsep pada
materi dengan cara mengisi handout. Handout ini telah dirancang untuk
membimbing peserta didik menemukan konsep dan tetap berpedoman pada
pembelajaran kontekstual. Dalam proses pembelajarannya juga digunakan alat
peraga yang disesuaikan dengan materi yang sedang disampaikan. Peserta didik
harus mengonstruksi pengetahuan di dalam benak mereka. Pada dasarnya
pengetahuan tidak dapat dipisah menjadi fakta-fakta atau proposisi yang terpisah,
tetapi mencerminkan keterampilan yang dapat diterapkan.

1.2 Rumusan Masalah


Rumusan masalah dalam makalah ini dijabarkan sebagai berikut.
a. Bagaimana konsep pembelajaran berbasis CTL?
b. Bagaimana karakteristik handout interaktif?
c. Bagaimana implementasi bangun ruang di smp dengan memanfaatkan

handout interaktif berbasis ctl?


1.3 Tujuan
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut.
a.

Untuk mengetahui bagaimana konsep pembelajaran berbasis contextual

b.

teaching and learning (CTL) itu.


Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh positif dari handout interaktif

c.

terhadap hasil belajar peserta didik.


Untuk meningkatkan aktivitas peserta didik dalam pembelajaran geometri
dengan memanfaatkan handout interaktif.

2. Pembahasan
2.1 Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching and Learning)
Sesuai dengan filsafat yang mendasarinya bahwa pengetahuan terbentuk
karena peran aktif subjek, maka dipandang dari sudut psikologis, CTL berpijak
pada aliran psikologis kognitif. Menurut aliran ini proses belajar terjadi karena
pemahaman individu akan lingkungan. Belajar bukanlah peristiwa mekanis seperti
keterkaitan Stimulus dan Respons. Belajar tidak sesederhana itu. Belajar

melibatkan proses mental yang tidak tampak seperti emosi, minat, motivasi dan
kemampuan atau pengalaman. Apa yang tampak, pada dasarnya adalah wujud dari
adanya dorongan yang berkembang dalam diri seseorang.
CTL sebagai suatu pendekatan pembelajaran memiliki 7 (tujuh) asas.
Asas-asas ini yang melandasi pelaksanaan proses pembelajaran dengan
menggunakan pendekatan CTL. Komponen tersebut antara lain konstruktivisme,
inkuiri, bertanya (questioning), masyarakat belajar (learning community),
pemodelan (modeling), refleksi (reflection), penilaian nyata (authentic
assessment). Konstruktivisme adalah proses membangun atau menyusun
pengetahuan baru dalam struktur kognitif siswa berdasarkan pengalaman.
Menurut konstruktivisme, pengetahuan itu memang berasal dari luar akan tetapi
dikonstruksi oleh dan dari dalam diri seseorang. Oleh sebab itu pengetahuan
terbentuk oleh dua faktor penting, yaitu objek yang menjadi bahan pengamatan
dan kemampuan subjek untuk menginterpretasi objek tersebut. Kedua faktor itu
sama pentingnya. Dengan demikian pengetahuan itu tidak bersifat statis akan
tetapi bersifat dinamis, tergantung individu yang melihat dan mengonstruksinya.
Piaget menyatakan hakikat pengetahuan sebagai berikut:
a. Pengetahuan bukanlah merupakan gambaran dunia kenyataan belaka, akan
tetapi selalu merupakan gambaran dunia kenyataan belaka, akan tetapi selalu
b.

merupakan konstruksi kenyataan melalui kegiatan subjek.


Subjek membentuk skema kognitif, kategori, konsep, dan struktur yang perlu

c.

untuk pengetahuan.
Pengetahuan dibentuk dalam struktur konsepsi seseorang. Struktur konsepsi
membentuk pengetahuan bila konsep itu berlaku dalam berhadapan dengan
pengalaman-pengalaman seseorang.
Pembelajaran melalui CTL pada dasarnya mendorong agar siswa dapat

mengonstruksi pengetahuan melalui proses pengamatan dan pengalaman. Asas


kedua dalam pembelajaran CTL adalah inkuiri. Artinya, proses pembelajaran
didasarkan pada pencarian dan penemuan melalui proses berpikir secara
sistematis. Pengetahuan bukanlah sejumlah fakta hasil dari mengingat, akan tetapi
hasil dari proses menemukan sendiri. Dengan demikian dalam proses
perencanaan, guru bukanlah mempersiapkan materi yang harus dihafal, akan
tetapi merancang pembelajaran yang memungkinkan siswa dapat menemukan
sendiri materi yang harus dipahaminya. Belajar pada dasarnya merupakan proses
4

mental seseorang yang tidak terjadi secara mekanis. Melalui proses mental itulah
diharapkan siswa berkembang secara utuh baik intektual, mental emosional
maupun pribadinya.
Apakah inkuiri hanya bias dilakukan untuk mata pelajaran tertentu saja?
Tentu tidak. Berbagi topik dalam setiap mata pelajaran dapat dilakukan melalui
proses inkuiri. Secara umum proses ikuiri dapat dilakukan melalui beberapa
langkah yaitu: merumuskan masalah, mengajukan hipotesis, mengumpulakn data,
menguji hipotesis berdasarkan data yang ditemukan dan membuat kesimpulan
Penerapan asas ini dalam pembelajaran CTL, dimulai dari adanya
kesadaran siswa akan masalah yang jelas yang ingin dipecahkan. Dengan
demikian siswa harus didorong untuk menemukan masalah. Apabila masalah telah
dipahami dengan batasan-batasan yang jelas, selanjutnya siswa dapat mengajukan
hipotesis atau jawaban sementara sesuai dengan rumusan masalah yang diajukan.
Hipotesis itulah yang akan menuntun siswa untuk melakukan observasi dalam
rangka mengumpulkan data. Manakala data telah terkumpul selanjutnya siswa
dituntun untuk mengui hipotesis sebagai dasar dalam merumuskan kesimpulan.
Ketiga, bertanya (questioning). Belajar pada hakikatnya adalah bertanya
dan menjawab pertanyaan. Bertanya dapat dipandang sebagai refleksi dari
keingintahuan setiap individu; sedangkan menjawab pertanyaan mencerminkan
kemampuan seseorang dalam berfikir. Dalam proses pembelajaran melalui CTL,
guru tidak menyampaikan informasi begitu saja, akan tetapi memancing agar
siswa dapat menemukan sendiri. Oleh sebab itu peran bertanya sangat penting,
sebab melalui pertanyaan guru dapat membimbing dan mengarahkan siswa untuk
menemukan setiap materi yang dipelajarinya. Dalam suatu pembelajaran yang
produktif kegiatan bertanya akan sangat berguna untuk: (1) menggali informasi
tentang kemampuan siswa dalam penguasaan materi pelajaran; (2)
membangkitkan motivasi siswa untuk belajar; (3) merangsang keingintahuan
siswa terhadap sesuatu; (4) memfokuskan siswa pada sesuatu yang diinginkan;
dan (5) membimbing siswa untuk menemukan atau menyimpulkan sesuatu.
Keempat, masyarakat belajar (learning community). Dalam CTL,
penerapan asas masyarakat belajar dapat dialukan dengan menerapkan
pembelajaran melalui kelompok belajar. Siswa dibagi dalam kelompok yang
anggotanya bersifat heterogen, baik dilihat dari kemampuan dan kecepatan
belajarnya, maupun dilihat dari bakat dan minatnya. Biarkan dalam kelompoknya
5

mereka saling membelajarkan; yang cepat belajar didorong untuk membantu yang
lambat belajar, yang memiliki kemampuan tertentu didorong untuk
menularkannya pada yang lain.
Kelima, pemodelan (modeling). Maksudnya adalah, proses pembelajaran
dengan menggunakan sesuatu contoh yang dapat ditiru oleh setiap siswa.
Misalnya guru memberikan contoh bagaimana cara mengoperasionalkan sebuah
alat, atau bagaimana cara melafalkan sebuah kalimat asing, guru olahraga
memberikan contoh bagaimana cara melempar bola, guru kesenian memberi
contoh bagaimana cara memainkan alat musik, guru biologi memberikan contoh
bagaimana cara mengggunakan thermometer dan lain sebagainya.
Proses modelling, tidak terbatas dari guru saja, akan tetapi dapat juga guru
memanfaatkan siswa yang dianggap memiliki kemampuan. Misalnya siswa yang
pernah menjadi juara dalam membaca puisi dapat disuruh untuk menampilkan
kebolehannya di depan teman-temannya, dengan demikian siswa dapat dianggap
sebagai model. Modeling merupakan asas yang cukup penting dalam
pembelajaran CTL, sebab melalui modelling siswa dapat terhindar dari
pembelajaran yang teoretis-abstrak yang memungkinkan terjadinya verbalisme.
Keenam, refleksi (reflection) adalah proses pengendapan pengalaman yang
telah dipelajari yang dilakukan dengan cara mengurutkan kembali kejadian atau
peristiwa pembelajaran yang telah dilaluinya. Melalui proses refleksi, pengalaman
belajar itu akan dimasukkan dalam struktur kognitif siswa yang pada akhirnya
akan menjadi bagian dari pengetahuan yang dimilikinya. Bisa terjadi melalui
proses refleksi siswa akan memperbarui pengetahuan yang telah dibentuknya, atau
menambah khazanah pengetahuannya.
Dalam setiap proses pembelajaran dengan menggunakan CTL, setiap
berakhir proses pembelajaran, guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk
merenung atau mengingat kembali apa yang telah dipelajarinya. Biarkanlah
secara bebas siswa menafsirkan pengalamannya sendiri, sehingga ia dapat
menyimpulkan tentang pengalaman belajarnya.
Ketujuh, penilaian nyata (authentic assessment) adalah proses yang
dilakukan guru untuk mengumpulkan informasi tentang perkembangan belajar
yang dilakukan siswa. Penilaian ini diperlukan untuk mengetahui apakah siswa
benar-benar belajar atau tidak; apakah pengalaman belajar siswa memiliki
pengaruh yang positif terhadap perkembangan baik intelektual maupun mental
6

siswa. Penilaian autentik dilakukan secara terintegrasi dengan proses


pembelajaran. Penilaian ini dilakukan secara terus menerus selama kegiatan
pembelajaran berlangsung.
2.2 Handout Interaktif
Soelistia (2001: 6) mengartikan Handout Interaktif adalah materi
sajian yang bentuknya seperti modul-modul mini, yang memuat sedikit
uraian materi, dan tempat-tempat kosong. Tempat-tempat kosong ini
dimaksudkan agar diisi siswa, sehingga siswa lebih aktif dalam
pembelajaran serta memberi peluang siswa membangun pengetahuannya
sendiri dan dapat menemukan sendiri konsep-konsep yang sedang
dipelajari. Handout Interaktif ini disusun dengan berbasis CTL (Contextual
Teaching and Learning).
handout dapat terdiri dari 2-5 halaman kuarto yang diberikan kepada
setiap peserta didik yang hadir dalam pembelajaran. setiap peserta didik yang
hadir terlambat tidak diberi handout, atau diberi halaman-halaman akhir saja,
karena halaman-halaman permulaan sudah terlebih dahulu dibicarakan dan
dikerjakan. handout dimulai dengan tujuan instruksional khusus agar diketahui
apa yang dicapai dalam pembelajaran. handout memuat inti materi pembelajaran
yang pada saat-saat tertentu informasi yang tersaji dalan handout dapat ditanyakan
kepada peserta didik (pada individu atau kelompok), mereka diberi waktu
setengah sampai satu menit untuk menulis jawabannya di tempat kosong atau
dapat juga diajukan pertanyaan lisan kepada mereka dan jawabannya sendiri
sebenarnya sudah ada di dalam handout, bagian dari handout ini dapat juga
digunakan untuk mengadakan revisi materi yang disajikan pada pembelajaran
sebelumnya tempat-tempat kosong dalam handout dapat diisi dengan kegiatankegiatan lain, seperti membuat grafik data, sketsa, atau kegiatan singkat lainnya
(soelistia, 2001:6).
Dari uraian di atas handout interaktif dapat memberi banyak kesempatan
kepada peserta didik untuk lebih aktif dalam kegiatan pembelajaran, karena
mereka dapat aktif mengerjakan berbagai kegiatan selama kegiatan pembelajaran.

Dengan masih adanya tempat kosong yang masih tersisa, peserta didik dapat
menjawab pertanyaan dengan mengisi handout tersebut.
2.3 Implementasi Bangun Ruang di Smp Dengan Memanfaatkan Handout
Interaktif Berbasis CTL
Untuk mengatasi masalah pembelajaran matematika di sekolah khususnya
di SMP berbagai pakar pendidikan matematika menyarankan agar siswa diarahkan
mempelajari matematika dalam konteks dimana mereka dapat melihat penerapan
matematika dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu pendekatan yang sesuai
dengan hal tersebut adalah pendekatan kontekstual. Pendekatan kontekstual
menggunakan dunia nyata sebagai titik awal untuk mengembangkan konsep dan
ide matematika, siswa diberikan kesempatan untuk mengkonstrusikan
pengetahuannya sendiri. Dalam konstruktivisme pengetahuan tumbuh dan
berkembang melalui pengalaman sehingga perkembangan kognitif sebagian besar
ditentukan oleh manipulasi dan interaksi aktif anak dengan lingkungan.
Pendekatan kontekstual dapat diterapkan dalam kurikulum apa saja,
bidang studi apa saja, dan kelas yang bagaimanapun keadaannya. Dalam proses
belajar mengajar dengan pendekatan kontekstual, proses pembelajaran dapat
dikaitkan dengan komponen-komponen CTL itu sendiri yaitu: kontrukstivisme
(constructivisme), menemukan (inquiry),bertanya (questioning), masyarakat
belajar (learning community), pemodelan (modelling), penilaian yang sebenarnya
(authentic assessment), dan refleksi (reflection).
Berdasarkan kurikulum yang dipakai pada peserta didik kelas VIII SMP
Bangun Ruang yang dibahas adalah Kubus, Balok, Prisma, dan Limas.
Tinjauan materi yang akan dibahas, adalah sebagai berikut.
a)

Nama-nama Bangun Ruang.

b) Unsur-unsur Balok dan Kubus.


1) Sisi Balok dan Kubus.
Sisi-sisi suatu Balok berbentuk persegi panjang.
Sisi-sisi suatu Kubus berbentuk persegi.

2) Rusuk Balok dan Kubus


Suatu Balok memiliki tiga jenis rusuk, yaitu panjang, lebar, dan tinggi
dengan ukuran yang tidak sama sedangkan kubus panjang, lebar, dan
tinggi mempunyai ukuran yang sama.
3) Titik sudut Balok dan Kubus
Titik sudut merupakan titik perpotongan dari tiga buah rusuk atau lebih.
4) Diagonal, diagonal sisi, diagonal ruang, dan bidang diagonal
Diagonal adalah garis yang menghubungkan dua titik sudut yang tidak
dihubungkan rusuk pada sebuah bangun.
Diagonal sisi adalah garis yang menghubungkan dua titik sudut yang
berhadapan pada sisi-sisi suatu bangun ruang.
Diaonal ruang garis yang menghubungkan dua titik sudut yang berhadapan
dan tidak terletak pada satu sisi suatu bangun ruang.
Bidang diagonal adalah bidang yang menghubungkan rusuk-rusuk yang
berhadapan, sejajar, dan tidak terletak pada satu sisi suatu bangun.

c)

Melukis Bangun Ruang.


1) Melukis balok dan kubus.
2) Jaring-jaring balok dan kubus.
3) Luas sisi balok dan kubus.
Untuk setiap Balok yang memiliki panjang = p, dan tinggi = t,
maka:
Luas seluruh sisi Balok 2(pl + lt + pt)

Untuk setiap Kubus yang panjang rusuk-rusuknya s, maka:


Luas seluruh sisi Kubus = 6s2

d) Menghitung Besaran-Besaran pada Bangun Ruang.


1) Volum Balok.
Pada sebuah Balok dengan panjang p, lebar l, dan tinggi t
berlaku:

9
Volum Balok = plt

2) Volum Kubus.
Pada sebuah Kubus dengan panjang sisi berlaku:
Volum Kubus = 3

3) Menyelesaikan persoalan Balok dan Kubus yang berkaitan dengan


kehidupan sehari-hari.
Contoh Pembelajaran Bangun Ruang Melalui handout interaktif berbasis
CTL
Komponen CTL
1.Konstruktivisme

Kegiatan Guru
a. Guru memberikan masalah nyata untuk menggali
pengetahuan siswa dengan mencari contoh benda-benda yang
berbentuk kubus dan balok yang ada disekitar siswa
b. Guru memberikan stimulus agar siswa mengungkapkan apa
yang ada dipikiran siswa mengenai benda-benda yang
berbentuk kubus dan balok
c. Guru menyadarkan siswa untuk menerapkan strategi mereka

2. Inkuiri

sendiri dalam belajar


a. Guru mengarahkan siswa dalam menemukan konsep
berdasarkan alat peraga
b. Guru menyuruh siswa menyajikan hasil observasinya pada
teman sekelas
c. Guru membimbing siswa jika ada yang melakukan kesalahan

3. Bertanya

dan terus memotivasi siswa untuk memperbaiki kesalahannya


a. Guru menggali pemahaman siswa dengan cara mengadakan
tanya jawab untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa
mengenai materi yang dibahas

b. Guru mendorong siswa untuk lebih banyak bertanya tentang


4. Masyarakat Belajar

materi yang akan dibahas


a. Guru membagi siswa ke dalam kelompok heterogen yang
anggotanya 4 sampai 5 orang
b. Guru menjelaskan kegiatan siswa yaitu secara berkelompok
siswa melakukan eksplorasi untuk menemukan pemecahan
masalah dari materi yang dibahas
c. Guru membagikan LKS kepada masing-masing kelompok dan
model bangun ruang kubus dan balok yang terbuat dari
karton

10

5. Pemodelan

a. Guru menggunakan alat peraga untuk menanamkan konsep


dan pemecahan masalah
b. Guru meminta masing-masing perwakilan kelompok untuk
menyampaikan hasil diskusinya dengan memperagakan
kembali model bangun ruang kubus dan balok di depan kelas
a. Guru menyuruh siswa menanyakan materi yang belum

6. Refleksi

dimengerti.
b. Guru membibing siswa untuk membuat kesimpulan dan
merangkum materi yang telah dipelajari.
a. Guru memberikan penilaian terhadap hasil presentasi yang

7. Penilaian Autentik

telah dilakukan oleh perwakilan masing-masing kelompok


b. Guru memberikan LKS untuk dikerjakan siswa untuk
mengetahui pemahaman siswa
c. Guru memberikan PR mengenai materi yang telah dibahas

Berdasarkan Tabel di atas, tampak bahwa proses pembelajaran


berlangsung dengan mengimplementasikan CTL dengan bantuan alat peraga.
Langkah-langkah pembelajaran dilaksanakan berdasarkan tujuh prinsip
pembelajaran efektif dalam pendekatan CTL, dimana siswa diarahkan untuk
mengkonstruksi pengetahuannya sendiri dengan menghubungkan materi pelajaran
dengan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari, terutama dalam pembelajaran
bangun ruang maka diperlukan adanya alat bantu pembelajaran yaitu dengan
penggunaan alat peraga.
Contoh handout interaktif Siswa
Sebuah kardus berbentuk kubus dengan rusuk 7 cm. Tentukan :
a.
b.

Luas permukaan kardus


Volume kardus

Penyelesaian :
G

a.
E

7 cm
C

7 cm
A

7 cm

7
cm

11

7cm

Karena panjang rusuknya sama maka:


L. Permukaan Kardus = 6 x r x r
=6x7x7
= 294

b.

C
A

7 cm
7 cm

L. Alas = 7 x 7 = 49
= L. Alas x t

7 cm

Alas Kardus

Tinggi = 7 cm

V. Kardus

7 cm

7 cm

= 49 x 7 = 343

12

3. Penutup
3.1 Simpulan
Berdasarkan beberapa penjelasan di atas maka dapat disimpulkan sebagai
berikut ini:
Pelaksanaan pembelajaran matematika dengan penerapan pembelajaran contextual
teaching and learning (CTL) akan dapat memberikan konstribusi dan sebagai
salah satu strategi yang tepat dalam penyampaian materi yang melibatkan siswa
secara aktif tanpa kesan bahwa matematika itu sulit dan kaku.
Pembelajaran CTL melibatkan tujuh komponen utama yaitu: konstruktivisme,
menemukan, bertanya, masyarakat belajar, pemodelan, refleksi, dan penilaian
sebenarnya. Ketujuh komponen tersebut membangun kerangka berfikir, dimulai
dari fakta, data dan konsep. Penggunaan pendekatan kontekstual dalam
pembelajaran matematika akan membantu siswa dan guru mencapai tujuan
pembelajaran secara maksimal jika guru
memiliki persyaratan berikut :
a.

menguasai dan memiliki kemampuan mengembangkan pendekatan


kontekstual dengan baik;

13

b. mempersiapkan pembelajaran dengan sungguh-sungguh;


c.

menciptakan suasana pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif dan


menyenangkan;

d. selalu menghargai kemampuan siswa;

e.

mampu menempatkan diri sesuai peran dan fungsinya.

3.2 Saran
Berdasarkan pembahasan dan simpulan di atas, maka disarankan
hal-hal berikut.
1.

Bagi pendidik, diharap mempertimbangkan penerapan pola pembelajaran


yang mampu memunculkan minat siswa.

2.

Bagi khalayak peminat dunia pendidikan, diharap menambah pengetahuan


dan wawasan tentang kondisi kemampuan berpikir anak didik khususnya
dalam pembelajaran matematika.
DAFTAR RUJUKAN

Adriyanto, M. 2007. efektivitas pembelajaran matematika bangun ruang dengan


strategi student team heroic leadership dan pemberian tugas terstruktur
pada peserta didik kelas viii smp n 15 semarang. Skripsi tidak diterbitkan.
Semarang: FMIPA UNS
Setyanty, D. R. 2007. Pembelajaran Geometri Di Sekolah Menengah Atas (Sma)
Dengan Memanfaatkan Handout Interaktif Yang Berbasis Ctl (Contextual
Teaching And Learning) Untuk Mempercepat Pencapaian Kompetensi
Peserta Didik Kelas X-1 Sma Negeri 14 Semarang. Skripsi tidak diterbitkan.
Semarang: FMIPA UNS
Yuliantari, N. K. S. 2014. Meningkatkan Aktivitas Dan Prestasi Belajar Siswa
Dalam Pembelajaran Bangun Ruang Sisi Datar Melalui Implementasi Ctl
Dengan Bantuan Alat Peraga Pada Siswa Kelas V A Sd Negeri 10 Kesiman
Tahun Pelajaran 2013 / 2014. Skripsi tidak diterbitkan. Denpasar: FKIP
UMD
Syahza, A. Peneliti dan Pengamat Ekonomi Pedesaan, Lembaga Peneliti
Universitas Riau. (Online), (http://almasdi.staff.unri.ac.id/pembelajarankontekstual/), diakses tanggal 22 November 2014.

14

Anda mungkin juga menyukai