Anda di halaman 1dari 11

KASUS THE GAP

Mata Kuliah Etika Bisnis & Profesi


Dosen Pengampu : Firman Rahmadoni, S.E., M.Acc

Disusun Oleh :

Nama : Irfan Afendi (3011611040)


Iswiranto (3011611041)
Lebri Agung P (3011611049)
M. Iqbal (3011611056)
M. Ranu Widonarko (3011611063)
Nelly Yusnia (3011611065)
Nindri Oviani (3011611067)

Kelas : 16 AK 2

JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
TAHUN AJARAN 2018-2019
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami
tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam
semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang
kita nanti-natikan syafa’atnya di akhirat nanti.

Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya, baik itu
berupa sehar fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk menyelesaikan
pembuatan makalah sebagai tugas akhir dari mata kuliah Etika Bisnis dan Profesi tentang
‘KASUS THE GAP”

Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih
banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis mengharapkan
kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi
makalah yang lebih baik lagi. Demikian, dan apabila terdapat banyak kesalahan pada
makalah ini penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak khususnya kepada Dosen
Pengampu Mata Kuliah Etika Bisnis dan Profesi kami Bapak Firman Rahmadoni, S.E.,
M.Acc yang telah membimbing kami dalam menulis makalah ini.

Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.

Pangkapinang, 11 April 2019

Penulis

BAB I
PENDAHULUAN

Etika pada dasarnya adalah standar atau moral yang menyangkut benar-salah, baik-
buruk seperti apa yang dikatakan oleh perasaan sesorang, tetapi anggapan seseorang atas
perasaannya yang menganggap bahwa sesuatu yang dianggap benar belum tentu perasaan
orang lain menganggap bahwa hal itu benar atau sesuai dengan etika.  Dalam kerangka
konsep etika bisnis terdapat pengertian tentang etika perusahaan, etika kerja dan etika
perorangan, yang menyangkut hubungan-hubungan sosial antara perusahaan, karyawan dan
lingkungannya. Etika perusahaan menyangkut hubungan perusahaan dan karyawan sebagai
satu kesatuan dengan lingkungannya, etika kerja terkait antara perusahaan dengan
karyawannya, dan etika perorangan mengatur hubungan antar karyawan.
Masalah etika sangat kompleks, tersebar di berbagai disiplin ilmu. Perusahaan dalam
hal ini, dalam kelangsungan hidupnya menghadapi berbagai pengaruh baik dari luar maupun
dalam perusahaan. Dari dalam perusahaan adalah yang berhubungan dengan karyawan.
Khususnya bagaimana pelaksanaan etika hubungannya dengan hak dan kewajiban karyawan
terhadap perusahaan dan sebaliknya.
Dalam etika bisnis terdapat kewajiban dua pihak, yaitu pada karyawan dan pada
perusahaan, awalnya kita mulai dengan menyoroti kewajiban karyawan pada perusahaan
kemudian kita selanjutnya membalikan perspektifnya dengan memfokuskan kewajiban
perusahaan terhadap karyawan. Karyawan sebagai individu ketika memasuki perusahaan
akan membawa kemampuan, kepercayaan pribadi, pengharapan-pengharapan, kebutuhan dan
pengalaman masa lalunya sebagai karakteristik individualnya. Karakteristik individual
menurut Thoha (1983), akan berinteraksi dengan tatanan organisasi seperti: peraturan dan
hirarki, tugas-tugas, wewenang dan tanggung jawab, sistem kompensasi dan sistem
pengendalian dalma perusahaan. Hasil interaksi tersebut akan membentuk perilaku-perilaku
tertentu individu dalam organisasi. Oleh karena itu penting bagi manajer untuk mengenalkan
aturan-aturan perusahaan kepada karyawan.
Dengan demikian maka dalam ringkasan ini akan dibahas kasus mengenai individu
dalam organisasi, The Gap.

BAB II
RINGKASAN KASUS

THE GAP

Senin, 24 Juli 1995, Stanley Raggio, wakil direktur senior untuk sumber dan logistic
internasional The Gap,Inc., membaca The New York Times dan menemukan artikel tentang
Gap. Di sana, dalam cerita oleh Bob Herbert, dia melihat atasannya, Donald G.Fisher,
dihukum karena melakukan praktek sourcing yang menjadi tanggung jawabnya (Stan
Raggio).
Ratusan ribu pegawai muda (umunya perempuan) di Amerika Tengah dengan
pengahasilan yang sangat minim dan hidup dalam kemiskinan merupakan anugerah mutlak
bagi para eksekutif perusahaan seperti Donald G.Fisher, pimpinan eksekutif Gap dan Banana
Republic, yang hidup mewah dengan penghasilan lebih dari $2 juta tahun lalu.
Judith Viera, seorang gadis 18 tahun, bekerja di pabrik maquiladora di El Salvador
yang membuat pakaian untuk Gap dan perusahaan-perusahaan lain. Dia memperoleh upah 56
sen per jam. Gap didirikan tahun 1969 saat Donald Fisher dan istrinya Doris, membuka
sebuah toko pakaian kecil dekat San Francisco State University. Menjelang tahun 1971,
mereka sudah memiliki enam toko Gap. Toko-toko pakaian seperti Gap membeli produk dari
pabrik-pabrik Amerika dan seluruh dunia. Sekitar 20.000 kontraktor Amerika, yang sebagian
besar mempekerjakan 5 sampai 50 pegawai, mensuplai produk pakaian untuk perusahaan-
perusahaan seperti Gap. Industri pakaian di Amerika mengalami tekanan berat dari produk
impor karena industry ini padat karya dan ketentuan upah tenaga kerja di negara-negara
sedang berkembang sangat rendah, yang dalam hal ini sangat memberatkan upah dan kondisi
kerja di Amerika.
Diperkirakan bahwa di Cina, upah dalam industry pakaian seper dua puluh upah di
Amerika. Satu penelitian dilakukan tahun 1989 oleh General Accounting Office menemukan
bahwa dua per tiga dari 7.000 toko pakaian New York adalah sweatshop. Pemeriksaan yang
dilakukan Departemen Tenaga Kerja di California Selatan menemukan bahwa 93 persen toko
yang diperiksa terbukti melakukan pelanggaran peraturan kesehatan dan keselamatan kerja.
Gap menjalin kontrak dengan lebih dari 500 produsen di seluruh dunia yang membuat
pakaian-pakaian private-label menurut spesifikasi Gap. Gap membeli sekitar 30 persen
produknya dari produsen Amerika dan 70 persen lainnya dibeli dari perusahaan-perusahaan
di 46 negara. Gap menerapkan serangkaian Prinsip dan Pedoman sourcing. Pedoman ini
memberikan standar-standar yang harus dipenuhi, yaitu : tidak melakukan diskriminasi dalam
bentuk apa pun, tidak menggunakan tenaga kerja paksa atau para narapidana, tidak
mempekerjakan anak-anak di bawah 14 tahun, memberikan lingkungan yang aman,
memberikan upah minimum atau menurut standar industry lokal, memenuhi semua peraturan
lingkungan dan standar-standar lingkungan yang lebih ketat dari Gap, tidak mengancam atau
menghukum pegawai saat mereka berusaha mengatur atau melakukan tawar menawar secara
kolektif, dan menjunjung tinggi semua hukum dan peraturan setempat.
Untuk menjamin bahwa semua criteria tersebut terpenuhi, Gap mengirim Gap Field
Representative untuk melaksanakan wawancara dengan calon pemasok Gap sebelum
penandatanganan hubungan bisnis. Di antara para pemasok Gap, salah satunya berada di El
Salvador dan dioperasikan oleh Mandarin Internasional, sebuah perusahaan Taiwan yang
mengoperasikan pabrik asembli di seluruh dunia. Sejumlah masalah muncul di pabrik
Mandarin, yang terletak di salah satu zona perdagangan bebas, awal Februari, dan langsung
ditanggapi dengan menutup pabrik keesokan harinya. Selanjutnya, komisi darurat dibentuk
dan melakukan pertemuan, perusahaan menyetujui untuk mengakhiri masalah tersebut,
mengakui serikat pekerja, dan menerima peraturan ketenagakerjaan El Salvador.
Namun, beberapa hari kemudian Mandarin memecat lebih dari 150 pekerja yang
menjadi anggota serikat pekerja dan pendukungnya. National Labor Relation Committee,
sebuah koalisi yang terdiri dari 25 serikat pekerja berencana melakukan kampanye nasional
awal musim semi tahun 1995 untuk memprotes kondisi kerja yang dialami para pekerja
pabrik pakaian di Karibia dan Amerika Tengah. Mereka memutuskan untuk memfokuskan
perhatian pada usaha para pekerja membentuk serikat pekerja di Mandarin, nilai upah yang
sangat minim di wilayah tersebut, serta kondisi kerja di pabrik.
Selama musim panas tahun 1995, National Labor Committee berencana membawa
dua pekerja maquiladora-Judith Viera, seorang pegawai berusia 18 tahun di Mandarin, dan
Claudia Molina, bekas pegawai di Orion Apparel, sebuah maquiladora milik perusahaan
Korea di Choloma, Honduras, mengunjungi 20 kota untuk mengkritik Gap dan perusahaan-
perusahaan lain dalam konferensi pers, dan melakukan pertemuan public. Saat konfrensi pers,
kedua perempuan ini bersama perwakilan dari National Labor Committee menuduh Gap
menutup-nutupi situasi yang terjadi di Mandarin, mereka secara detail menjelaskan jam kerja
yang panjang dengan upah hanya 56 sen per jam, tentang tindak kekerasan terhadap para
pendukung serikat pekerja, pelecehan seksual dari atasan, tidak adanya fasilitas air bersih
untuk minum, tidak diizinkan menggunakan kamar kecil, dan dipaksa menyapu halaman
pabrik di bawah sengatan matahari sebagai hukuman.
Para pejabat serikat pekerja menuntut Gap melakukan investigasi bersama, dengan
National Labor Relation Committee, atas situasi di Mandarin, menekan Mandarin untuk
mempekerjakan kembali para karyawan yang telah dipecat, dan menuntut dilakukan
pengawasan dari pihak ketiga untuk memastikan bahwa pedoman Gap telah dilaksanakan.

II.1 Permasalahan
II.1.1 Tindakan apa yang Anda rekomendasikan pada Stanley Raggio? Apakah Gap
harus menyerah pada tuntutan serikat pekerja untuk “melakukan investigasi
bersama, dengan National Labor Relation Committee, atas situasi di Mandarin,
menekan Mandarin untuk memekerjakan kembali para pegawainya yang telah
dipecat, dan menuntut dilakukan pengawasan dari pihak ketiga untuk memastikan
bahwa pedoman Gap telah dilaksanakan”?
II.1.2 Apakah perusahaan-perusahaan seperti Gap perlu berusaha agar para pemasoknya
memberikan gaji lebih besar dibandingkan standar industri setempat jika nilai
tersebut tidak memadai? Apakah mereka harus membayar gaji yang sama untuk
para pekerja di negara Dunia Ketiga dengan gaji pekerja Amerika? Apakah
mereka perlu memberikan jaminan kesehatan yang sama seperti yang diberikan di
Amerika? Tingkat keselamatan kerja yang sama?
II.1.3 Apakah perusahaan seperti Gap secara moral bertanggung jawab atas cara
pemasoknya memperlakukan para pekerja mereka? Jelaskan jawaban Anda.

II.2 Pembahasan
II.2.1 Tindakan yang Direkomendasikan kepada Stanley Raggio.
Stanley Raggio secara tidak langsung mempunyai tanggung jawab untuk
mengatasi permasalahan tersebut. Tindakan yang direkomendasikan pada Stanley
Raggio, terlepas dari menyerah atau tidak pada tuntutan serikat pekerja, adalah
melakukan investigasi bersama dengan National Labor Relation Committee atas
situasi yang terjadi di Mandarin, karena dengan melakukan investigasi bersama
dengan National Labor Relation Committee menunjukkan bahwa dalam hal ini
Gap bersifat netral, terbuka, adil, dan tidak ada yang perlu ditutup-tutupi atau
bermaksud melindungi perusahaan, walaupun tuduhan yang dilontarkan oleh
kedua pekerja tersebut secara jelas menyatakan bahwa perusahaan Gap telah
melakukan pelanggaran tentang ketenagakerjaan, sehingga apabila memang benar
ditemukan kasus yang menguatkan adanya pelanggaran tentang ketenagakerjaan
seperti jam kerja yang panjang dengan upah hanya 56 sen per jam, tentang tindak
kekerasan terhadap para pendukung para serikat pekerja, pelecehan seksual dari
atasan, tidak adanya fasilitas air bersih untuk minum, tidak diijinkan
menggunakan kamar kecil dan dipaksa menyapu halaman pabrik dibawah
sengatan matahari sebagai hukuman, pihak Gap harus menerima konsekuensi
yang terjadi baik dari pihak pemerintah maupun publik, karena dalam teori Hak
Pegawai dan Penutupan Pabrik, hukum yang sama juga menyebutkan bahwa para
pegawai / pekerja juga memiliki hak untuk berpartisipasi (melalui serikat pekerja)
dalam keputusan menutup perusahaan.
Hal ini dilakukan dalam kaitannya untuk menuntaskan kasus tersebut,
memberikan kejelasan atas situasi di Mandarin, para pekerja yang diberhentikan
bisa bekerja kembali dan memperoleh hak-hak sesuai dengan ketentuan dan untuk
memastikan bahwa pedoman Gap dapat dilaksanakan
.
II.2.2 Pembayaran Gaji, Pemberian Jaminan Kesehatan serta Keselamatan Kerja.
Bila dikaitkan dengan teori gaji dengan faktor pertimbangan biaya hidup lokal
dimana gaji yang diberikan haruslah cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarga
pekerja (dengan mempertimbangkan apakah wilayah tersebut umumnya dihuni
pekerja yang memiliki satu atau dua penghasilan sekalipun nilai gaji tersebut
diatas gaji minimum). Secara umum, semakin tinggi keuntungan perusahaan,
semakin besar gaji yang bisa di bayarkan pada pekerja, semakin kecil
keuntungannya, semakin kecil pula yang bisa diberikan.
Perusahaan yang sudah terkenal seperti Gap tidak perlu menekan pemasok
untuk menghasilkan keuntungan yang terlalu berlebihan. Tentunya harus
disesuaikan dengan standar industri setempat apakah standar yang dilakukan
tersebut telah memadai atau tidak untuk dilaksanakan menurut standar perusahaan
Gap.
Perusahaan Gap tidak harus membayar gaji yang sama untuk para pekerja di
negara Dunia Ketiga dengan gaji pekerja Amerika, karena dalam hal ini harus
mempertimbangkan situasi dimana perusahaan berada, posisi permintaan dan
penawaran tenaga kerja dan biaya hidup pekerja tersebut, kondisi ekonomi tempat
perusahaan berada, dan sebagainya. Namun jika struktur gaji dalam suatu
organisasi ingin dianggap adil maka para pekerja yang melakukan pekerjaan-
pekerjaan yang kurang lebih sama haruslah diberi gaji yang sebanding.
Untuk masalah gaji tentunya harus disesuaikan dengan kondisi negara atau
daerah setempat dan bisa mencukupi kebutuhan pegawai dan melalui proses yang
adil sesuai dengan produktifitasnya. Jika produktifitasnya bagus, maka mereka
layak untuk mendapatkan gaji yang sepantasnya mereka terima.
Mengenai pemberian jaminan kesehatan dan tingkat keselamatan kerja perlu
diberikan yang sama seperti yang diberikan di Amerika, karena pada dasarnya
keselamatan dan kesehatan pekerja tidak boleh dikorbankan untuk kepentingan
ekonomi, bahkan perusahaan perlu (secara individual ataupun bersama perusahaan
lain) mengumpulkan informasi tentang bahaya kesehatan/risiko yang terdapat
dalam suatu pekerjaan dan menyebarkan informasi tersebut keseluruh pekerja
untuk menjamin pekerja terhadap bahaya yang diketahui dan perusahaan perlu
memberikan program asuransi kesehatan yang sesuai.

II.2.3 Gap Secara Moral Bertanggung Jawab atas Cara Pemasoknya Memperlakukan
Para Pekerja
Secara moral tentu saja Gap bertanggungjawab karena sebagai perusahaan
yang mempekerjakan pemasok tersebut di bawah labelnya (yang terikat oleh
kontrak) tentunya perusahaan Gap mengetahui pasti perusahaan yang sudah
diajaknya bekerja sama apakah perusahaan tersebut sudah melaksanakan
pekerjaannya sesuai dengan ketentuan dan kesepakatan.
Perusahaan Gap telah mengeluarkan pedoman mengenai tata cara
ketenagakerjaan antara lain tidak melakukan diskriminasi dalam bentuk apa pun,
tidak menggunakan tenaga kerja paksa atau para narapidana, tidak
mempekerjakan anak-anak di bawah 14 tahun, memberikan lingkungan yang
aman, memberikan upah minimum atau menurut standar industry lokal,
memenuhi semua peraturan lingkungan dan standar-standar lingkungan yang lebih
ketat, tidak mengancam atau menghukum pegawai saat mereka berusaha mengatur
atau melakukan tawar menawar secara kolektif, dan menjunjung tinggi semua
hukum dan peraturan setempat.  
Jika pemasok melanggarnya tentu ada sanksi yang harus menunjukkan
simpatinya jika terjadi perlakuan yang tidak sesuai atau tidak manusiawi oleh
pemasok terhadap pegawainya. Dalam kasus ini kami menyebutkan sebagai
diskriminasi pekerja. Karena perusahaan mungkin dalam operasinya tidak akan
terhindar dari tindakan diskriminasi khususnya dalam hal membeda-bedakan
pekerja, baik pekerja yang ingin membentuk serikat pekerja maupun yang tidak
bergabung.
Selain itu diskriminasi terhadap gaji yang diberikan juga marak terjadi, salah
satunya dari kasus ini adalah penetapan oleh pemerintah yang menerapkan enam
zona perdagangan bebas, dimana disebutkan perusahaan-perusahaan asing yang
beroperasi dalam zona perdagangan bebas memberikan gaji lebih baik
dibandingkan perusahaan diluar zona perdagangan bebas. Yang menjadi masalah
dalam kasus ini adalah pemasok Mandarin yang salah satunya termasuk bagian
dari enam zona perdagangan bebas justru tidak mematuhi aturan yang telah
ditetapkan pemerintah El Salvador, sehingga Gap pun dalam hal ini terkena
imbasnya dalam mepertanggungjawabkan secara moral tindakan diskriminasi itu.
BAB III
SIMPULAN

Berdasarkan pembahasan diatas pada BAB II maka dapat diambil kesimpulan sebagai
berikut:
a. Tindakan yang menurut kelompok kami rekomendasikan pada Stanley Raggio adalah
melakukan investigasi bersama dengan National Labor Relation Committee atas situasi di
Mandarin, karena dengan melakukan investigasi bersama dengan National Labor Relation
Committee menunjukkan bahwa dalam hal in tidak ada yang perlu ditutup-tutupi atau
bermaksud melindungi perusahaan, semua itu bertujuan untuk memberikan kejelasan
situasi di Mandarin.
b. Pembayaran gaji pegawai seharusnya harus disesuaikan dengan kondisi negara atau
daerah setempat dan bisa mencukupi kebutuhan pegawai dan melalui proses yang adil
sesuai dengan produktifitasnya. Dan begitu pula mengenai kecelakaan kerja yang sering
terjadi selain itu tentunya terkadang dalam melakukan pekerjaan bisa saja memperngaruhi
kesehatan pegawai jika tenaganya terlalu dipaksakan dan terkuras karena harus memenuhi
pesanan.
c. Secara moral tentu saja Gap harus bertanggungjawab karena sebagai perusahaan yang
mempekerjakan pemasok tersebut di bawah labelnya tentunya perusahaan Gap
mengetahui pasti perusahaan yang sudah diajaknya bekerja sama apakah perusahaan
tersebut sudah melaksanakan pekerjaannya sesuai dengan ketentuan dan kesepakatan.
DAFTAR PUSTAKA

1. Dewi, Sutrisna. 2011. Etika Bisnis: Konsep Dasar Implementasi & Kasus.
Udayana University Press. Denpasar.
2. Velasquez, Manuel G. 2005. Etika Bisnis: Konsep dan Kasus. Penerbit Andi.
Yogyakarta

Anda mungkin juga menyukai