Monitoring Hemodinamik Invasif
Monitoring Hemodinamik Invasif
Oleh:
I Gede Juliarta
dr. I Ketut Wibawa Nada, SpAn KAKV
Halaman
KATA PENGANTAR...................................................................................................... i
DAFTAR ISI ................................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................... 1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Monitoring tekanan darah arteri ...........................................................................2
2.2 Monitoring tekanan darah vena sentral.................................................................7
2.3 Monitoring tekanan darah arteri pulmonal...........................................................13
BAB III SIMPULAN ..................................................................................................... 18
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2 2
b) pasien dengan status hemodinamik tidak stabil
c) pasien yang mendapat terapi vasopressor dan vasodilator
d) pasien yang tekanan intrakranialnya dimonitor secara ketat
e) pasien dengan hipertensi krisis, dengan overdiseksi aneurisma
aorta
2. Pemeriksaan serial Analisa Gas Darah3
a) pasien dengan gagal napas
b) pasien yang terpasang ventilasi mekanik
c) pasien dengan gangguan asam basa (asidosis/ alkalosis)
d) pasien yang sering dilakukan pengambilan sampel arteri
e) secara rutin
Kontra indikasi relatif3
1. Pasien dengan perifer vascular disease
2. Pasien yang mendapat terapi antikoagulan atau terapi trombolitik
3. Penusukan kanulasi arteri kontraindikasi relatif pada area yang mudah
terjadi infeksi, seperti area kulit yang lembab, mudah berkeringat, atau
pada area yang sebelumnya pernah dilakukan bedah vascular
3
2.1.4 Lokasi pemasangan kateter arteri
Lokasi penempatan kateter intraarteri meliputi arteri radialis, brachialis,
femoralis, dorsalis pedis, dan arteri axilaris. Pertimbangan penting pada
penyeleksian lokasi insersi kateter meliputi, adanya sirkulasi darah kolateral yang
adekuat, kenyamanan pasien, dan menghindari area yang beresiko tinggi mudah
terjadi infeksi3.
4
3. Atur posisi tidur yang nyaman untuk pasien
4. Lakukan kalibrasi
5. Membaca nilai yang tertera di layar monitor, pastikan morfologi
gelombang tidak underdamped atau overdamped
6. Mengkorelasi nilai yang tertera pada monitor dengan kondisi klinis pasien
7. Dokumentasikan nilai tekanan dan laporkan bila ada trend perubahan
hemodinamik
2.1.7 Komplikasi
1. Hematoma
2. Perdarahan
3. Gangguan neurovaskuler
4. Iskemik atau nekrosis pada bagian distal dari pemasangan kateter
5. Emboli
6. Insuffisiensi vaskuler
7. Infeksi
5
Trouble shooting pada gelombang overdamped
6
Trouble shooting pada gelombang underdamped
7
hubungan antara volume intravascular, tonus vena, dan fungsi ventrikel
kiri.
3. Menentukan fungsi ventrikel kiri
Pada orang-orang yang tidak menderita gangguan jantung, CVP
berhubungan dengan tekanan diastolik akhir ventrikel kiri dan merupakan
sarana untuk mengevaluasi fungsi ventrikel
kiri.
4. Menentukan dan mengukur status volume intravascular.
Pengukuran CVP dapat digunakan untuk memeriksa dan mengatur
status volume intravaskuler karena tekanan pada vena besar thorak ini
berhubungan dengan volume venous return.
5. Memberikan cairan, obat obatan, nutrisi parenteral
Pemberian cairan hipertonik seperti KCL lebih dari 40 mEq/L
melalui vena perifer dapat menyebabkan iritasi vena, nyeri, dan phlebitis.
Hal ini disebabkan kecepatan aliran vena perifer relatif lambat dan sebagai
akibatnya penundaan pengenceran cairan IV. Akan tetapi, aliran darah
pada vena besar cepat dan mengencerkan segera cairan IV masuk ke
sirkulasi. Kateter CVP dapat digunakan untuk memberikan obat vasoaktif
maupun cairan elektrolit berkonsentrasi tinggi.
6. Kateter CVP dapat digunakan sebagai rute emergensi insersi pacemaker
sementara.
8
3. Monitoring kit, monitor
4. Manometer line
5. Tranduser
6. 3 way
7. Benang Mersilk 338, bisturi
8. Sarung tangan steril, gaun steril, tutup kepala, masker, kassa, betadhin,
9
Gambar 4. Lokasi kateter vena sentral
10
3) Gelombang x descent : gelombang ini mungkin disebabkan gerakan ke
bawah ventrikel selama kontraksi sistolik. Terjadi sebelum timbulnya
gelombang T pada EKG
4) Gelombang v : gelombang v timbul akibat pengisisan atrium selama
injeksi ventrikel (ingat bahwa selama fase ini katup AV normal tetap
tertutup) digambarkan pada akhir gelombang T pada EKG
5) Gelombang y descendent : diakibatkan oleh terbukanya tricuspid valve
saat diastol disertai aliran darah masuk ke ventrikel kanan. Terjadi
sebelum gelombang P pada EKG.
11
2.2.7 Komplikasi
Adapun komplikasi-komplikasi yang mungkin terjadi adalah3,5:
1. Perdarahan
2. Erosi (pengikisan) vaskuler. Cirinya terjadi 1 sampai 7 hari setelah
insersi kateter. Cairan iv atau darah terakumulasi di mediastinum atau
rongga pleura
3. Aritmia ventrikel atau supraventrikel
4. Infeksi local atau sistemik. Biasanya kebanyakan kontaminasi
mikrooorganisme seperti s. avirus, s. epidermidis, gram negative –
positif basil, dan intrococcus.
5. Overload cairan.
6. Pneumothoraks
2.2.8 Trouble shooting monitoring tekanan CVP
12
2.3 Monitoring tekanan arteri pulmonal
2.3.1 Definisi
Pemantauan hemodinamik secara invasif melalui pembuluh vena dengan
menggunakan sistem tranduser tekanan yang digunakan untuk mengetahui
tekanan di arteri pulmonal2,3.
2.3.2 Jenis-jenis kateter arteri pulmonal
Berikut merupakan jenis-jenis kateter arteri pulmonal yang sering
digunakan:3
13
jantung akan menentukan “spot”. Pengukuran curah jantung mengikuti
injeksi dari cairan indikator dingin oleh pengukuran besarnya suhu tubuh
yang berubah setiap saat.
14
2. Kontraindikasi realtif misalnya dengan gangguan koagulasi, prostetik
jantung kanan, pace maker endokardial, penyakit vaskuler berat.
15
Gambar 6. Perubahan gelombang pada saat pemasangan kateter arteri pulmonal
16
5. Perhatikan nilai yang ada pada monitor dan dikorelasikan dengan
morfologi gelombang yang tampak pada monitor dengan klinis pasien.
6. Dokumentasikan data yang ada
7. Cuci tangan
2.3.6 Komplikasi
Berikut merupakan komplikasi-komplikasi yang mungkin terjadi3,6:
1. Kateter arteri pulmonal yang terpasang merupakan wadah yang baik
untuk mikroorganisme. Prinsip close sistem dan perawatan area tusukan
serta steril harus diperhatikan.
2. Kerusakan pembuluh darah oleh kateter yang keras, dan pemasangan
yang lama
3. Aritmia : VES atau SVT, migrasi secara spontan
4. Perdarahan saat pemasangan kateter
5. Tromboemboli oleh bekuan darah pada sebagaian atau seluruh kateter
dan bermigrasi ke tempat lain
17
BAB III
SIMPULAN
18 18
DAFTAR PUSTAKA
19