Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah penduduk

terbanyak di dunia. Jika dilihat dari urutan di dunia, Indonesia merupakan

negara dengan jumlah penduduk terbanyak keempat di dunia. Berdasarkan

data yang dipublikasikan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2017.

Jumlah Penduduk Indonesia adalah sebanyak 258.704.900 jiwa pada tahun

2016. Angka tersebut lebih tinggi sekitar 8,5% atau bertambah sebanyak

20.186.200 jiwa dibandingkan dengan tahun 2015 yang berjumlah

238.518.800 jiwa. Salah satu wilayah yang ada di indonesia bagian barat

yaitu Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).

DIY memiliki jumlah penduduk sebanyak 3.720.912 jiwa terbagi di 5

kabupaten, Kulonprogo memiliki 416.683 jiwa, Bantul 983.527 jiwa,

Gunungkidul 722.479 jiwa, Sleman 1.180.479 jiwa, Kota Yogyakarta

417.744 jiwa menurut Badan Pusat Statistik (2017). Jumlah PUS (Pasangan

Usia Subur) di DIY sebesar 535.615,00 jiwa terbagi di 5 kabupaten, bantul

mempunyai jumlah PUS sekitar 143.861 jiwa, kota Yogyakarta 45.795 jiwa,

sedangkan pada Kabupaten Sleman sebesar 154.299, Kulonprogo 67,797

jiwa, Gunung kidul ada 119,953 (Profile Kesehatan 2017). Dari jumlah

tersebut Kabupaten Sleman dengan jumlah penduduk terbanyak yaitu

1.180.479 juta jiwa dengan jumlah pasangan usia subur terbanyak 154.299

jiwa. Untuk menekan laju pertumbuhan penduduk salah satunya dengan

program Keluarga Berencana (KB).

1
2

Pada tahun 2017 Jumlah peserta program KB baru dan aktif menurut

Kecamatan Dan Puskesmas Kabupate/Kota Sleman sebesar 8.580 jiwa

(5,6%) pada peserta KB baru dan 123.539 jiwa (80.06%) pada peserta KB

aktif. Peserta KB aktif terdiri dari peserta dengan Metode Kontrasepsi Jangka

Panjang (MKJP) sebanyak 48.760 orang (39,5%) dan Non Metode

Kontrasepsi Jangka Panjang (Non MKJP) sebanyak 74.779 orang (60,5%).

Sementara itu peserta dengan MKJP meliputi: IUD, implant, MOW dan

MOP. Sedangkan akseptor NonMKJP meliputi : suntik, kondom, pil

(Depkes, 2017). Salah satu puskesmas yang berada di Kabupaten Sleman

dengan pengguna alkon suntik tertinggi yaitu di wilayah Puskesmas Kalasan

Sleman Yogyakarta sejumlah 3.327 akseptor suntik (Dinkes Sleman, 2018)

Sasaran program Keluarga Berencana (KB) yaitu Pasangan Usia Subur

(PUS) yang lebih dititik beratkan pada kelompok Wanita Usia Subur (WUS)

yang berada pada kisaran usia 20-35 tahun (Saifuddin, 2014). Salah satu alat

kontrasepsi (Alkon) yang dapat digunakan adalah suntik, alkon suntik

memiliki kelebihan dan kekurangan. Kekurangan dari kontrasepsi suntik

adalah terganggunya pola haid diantaranya adalah amenorhea, menoragia dan

muncul bercak (spotting), terlambatnya kembali kesuburan setelah

penghentian pemakaian. Beberapa efek samping dari penggunaan alkon

suntik DMPA yaitu gangguan haid, depresi, keputihan, jerawat, dan

perubahan berat badan (Saifuddin, 2014). Salah satu efek samping yang

dialami oleh sebagian wanita saat menggunaan alkon suntik ialah terjadi

kenaikan berat badan setiap tahunnya. Peningkatan berat badan pada tahun

pertama sebanyak 1-2 kg serta 4-10 kg setelah 3-5 tahun (Nault, A et al,

2013).
3

Dampak dari penggunaan jangka panjang alkon suntik hingga 2 tahun

berturut-turut memicu terjadinya peningkatan berat badan, kanker,

kekeringan vagina, gangguan emosi (Haryati, 2010). Hal ini yang membuat

perlu adanya pertimbangan jika menggunakan alkon suntik, karena kenaikan

berat badan secara terus menerus dapat menyebabkan overweight, jika terjadi

overweight yang berkelanjutan dapat menyebabkan obesitas. Obesitas

merupakan faktor risiko terjadinya berbagai penyakit metabolik dan

degeneratif seperti penyakit kardiovaskuler, diabetes mellitus, kanker,

osteoartritis, dll. Pada wanita, kegemukan dan obesitas juga dapat

mengakibatkan berbagai masalah kesehatan yang sangat merugikan kualitas

hidup seperti, gangguan tidur, sleep apnea (henti napas sesaat) dan gangguan

pernafasan lain. (Kemenkes RI, 2012). Dengan adanya permasalahan yang

terjadi pada masyarakat pemerintah memberikan kebijakan- kebijakan untuk

mengatasi permasalahan yang ada.

Perhatian pemerintah mengenai kesehatan reproduksi khususunya

program keluarga berencana tertuang dalam PP NOMOR 87 TAHUN 2014

Tentang Perkembangan Kependudukan Dan Pembangunan Keluarga,

Keluarga Berencana, Dan Sistem Informasi Keluarga. Terdapat pada pasal 18

ayat 1 tentang tujuan keluarga berencana yaitu mengatur kehamilan,

menurunkan AKI dan AKB, meningkatkan akses infomasi, mempromosi

penyusuan bayi sebagai upaya menjarangkan kehamilan. Pada pasal 19 ayat 1

yaitu upaya keluarga berencana dilakukan melalui promosi, perlindungan,

serta bantuan sesuai hak reproduksi. Untuk terlaksananya kebijakan,

pemerintah bekerjasama dengan seluruh tenaga kesehatan salah satunya

adalah bidan dalam menjalankan program tersebut.


4

Peran bidan dalam menjalankan program keluarga berencana tertuang

pada PERMENKES RI NOMOR 28 TAHUN 2017 Tentang Izin Dan

Penyelenggaraan Praktik Bidan. Terdapat pada pasal 13 ayat 1 tentang bidan

berwenang untuk memberikan alat kontrasepsi suntikan, alat kontrasepsi

dalam rahim, dan memberikan pelayanan alat kontrasepsi bawah kulit. Bidan

juga memberikan konseling terkait kelebihan, kekurangan, indikasi,

kontraindikasi, serta efek samping penggunaan alat kontrasepsi. Alat

kontrasepsi yang banyak digunakan oleh masyarakat khususnya wanita usia

subur adalah suntik.

Masyarakat beranggapan bahwa penggunaan alkon suntik dinilai mudah

karena hanya perlu menggunakan 3 bulan sekali dan tidak perlu melalui

proses trauma seperti pada pemasangan implant atau IUD. Alkon suntik juga

dinilai efektif, pemakaiannya yang praktis, harganya relatif murah dan aman,

serta tidak mempengaruhi proses menyusui, tidak bergantung pada faktor

senggama, bisa digunakan oleh semua wanita yang usia reproduktif . Efek

samping yang diketahui masyarakat setelah menggunakan alkon suntik

adalah kenaikan berat badan, untuk mengatasi kenaikan berat badan

masyarakat melakukan pola gaya hidup sehat, serta melakukan aktivitas fisik

untuk menjaga berat badan agar tidak naik secara signifikan. Tidak hanya

dari segi masyarakat bagaimana menanganggapi persoalan program keluarga

berencana, agama juga ikut didalamnya membahas tentang keluarga

berencana.

Pandangan Islam dalam membatasi keturunan dengan jalan yang

sewajarnya diperbolehkan. Salah satu tujuan perkawinan adalah reproduksi/

regenerasi yaitu untuk mengembangbiakkaan ummat manusia (reproduksi) di


5

bumi. Di dalam Al- Qur’an juga memberikan petunjuk kepada kita untuk

memperhatikan kesejahteraan keturunan, agar tidak menjadi umat dan bangsa

yang lemah. Dalam rangka membina keluarga bahagia dan sejahtera serta

mengembangkan keturunan, Islam memberikan pedoman kepada manusia

tentang cara-cara berketurunan yang terkandung dalam Q.S Al- Baqarah (1):

233 dan Q.S Al- Ahqaf (46): 15, bahwa dalam mengembangkan keturunan

harus berdasarkan hasil rencana, baik jarak antara satu kelahiran dengan

kelahiran berikutnya maupun dalam jumlah keluarga yang disesuaikan

dengan kemampuan keluarga.

Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilaksanakan pada tanggal 3

januari 2019 di Puskesmas Kalasan Sleman Yogyakarta diperoleh data untuk

jumlah keseluruhan akseptor alkon suntik DMPA sebanyak 260. Menurut

hasil wawancara dengan bidan koordinator KB, di dapatkan hasil bahwa

akseptor alkon suntik DMPA yang mengalami kenaikan berat badan

sebanyak 193 (74%) akseptor, serta dengan berat badan tetap sebanyak 67

(26%) akseptor dengan usia 20-45 tahun.

Berdasarkan uraian diatas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian

yang berjudul “Gambaran Karakteristik Akseptor Alkon Suntik DMPA

Dengan Kenaikan Berat Badan Di Puskesmas Kalasan Sleman Yogyakarta

Tahun 2019”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka masalah dalam penelitian ini

yaitu “Bagaimana Gambaran Karakteristik Akseptor Alkon Suntik DMPA

Dengan Kenaikan Berat Badan Di Puskesmas Kalasan Sleman Yogyakarta

Pada Bulan Januari - April 2019”.


6

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan umum

Diketahui karekteristik Akseptor Alkon Suntik DMPA Dengan Kenaikan

Berat Badan

2. Tujuan khusus

a. Diketahui usia ibu yang menggunakan alkon suntik DMPA yang

mengalami kenaikan berat badan

b. Diketahui paritas ibu yang menggunakan alkon suntik DMPA yang

mengalami kenaikan berat badan.

c. Diketahui pekerjaan ibu yang menggunakan alkon suntik DMPA

yang mengalami kenaikan berat badan.

d. Diketahui lama pemakaian alkon suntik DMPA yang mengalami

kenaikan berat badan.

e. Diketahui kenaikan berat badan ibu akseptor alkon suntik DMPA.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

a. Sebagai tambahan pengetahuan dan pemahaman penulis dibidang

penelitian.

b. Menambah referensi penelitian dan menunjang pengembangan

wawasan keilmuan yang selanjutnya.

c. Mengaplikasikan ilmu yang diperoleh dalam perkuliahan khususnya

bidang penelitian serta memberi bahan masukan dan perbandingan

bagi penelitian lanjut.

2. Manfaat Aplikatif

a. Bagi Kepala UPT Puskesmas Kalasan Sleman Yogyakarta


7

Diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai salah satu

bahan pertimbangan dalam menetapkan suatu kebijakan baru.

b. Bagi Bidan Puskesmas Kalasan Sleman Yogyakarta

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tambahan

dalam melakukan penyuluhan kepada masyarakat terkait pola hidup

sehat.

E. Ruang Lingkup Penelitian

1. Lingkup Materi

Ruang lingkup materi pada penelitian ini yaitu kesehatan reproduksi

yang mengkhususkan pada kenaikan berat badan akseptor alkon suntik

DMPA dikarenakan dampak dari penggunaan kontrasepsi suntik DMPA

salah satunya dapat menyebabkan kenaikan berat badan (Haryati. 2010)

2. Lingkup Responden

Subyek penelitian ini yaitu ibu dengan usia 20-45 tahun yang

menggunakan alkon suntik DMPA dengan kenaikan berat badan di

Puskesmas Kalasan Sleman Yogyakarta.

3. Lingkup Waktu

Waktu untuk penelitian ini dimulai dari bulan Desember 2018 – Juli

2019 yaitu mulai dari konsul judul sampai dengan selesai penelitian,

adapun proses pengambilan data dilakukan pada tanggal 11 Mei 2019 dan

16 Mei 2019.

4. Lingkup Tempat

Tempat pada penelitian ini dilakukan di Puskesmas Kalasan Sleman

Yogyakarta dikarenakan jumlah pengguna alkon suntik DMPA tertinggi

yaitu sebanyak 260 akseptor.


8

F. Keaslian Penelitian

1. Mentari Moloku, dkk (2016) yang berjudul “Hubungan Lama Pemakaian

Kontrasepsi Suntik 3 Bulan Dengan Perubahan Berat Badan Di

Puskesmas Ranomuut Manado”. Metode penelitian ini menggunakan

observasional analitik dengan menggunakan pendekatan cross sectional.

Jumlah sampel penelitian adalah ibu yang menggunakan kontrasepsi

suntik 3 bulan dengan jumlah sampel 42. Tehnik pengambilan sample

pada penelitian dilakukan secara purposive sampling. Instrumen

penelitian menggunakan kuesioner dan timbangan berat badan (injak).

Analisa data yang digunakan menggunakan uji chi-square. Hasil

penelitian didapatkan tingkat kemaknaan 95% (a ≤ 0,05) menunjukan

nilai p=0,004 nilai ini lebih kecil dari a=0,05. Ada hubungan lama

pemakaian kontrasepsi suntik 3 bulan dengan perubahan berat badan pada

ibu di Puskesmas Ranomuut Manado.

Perbedaan dengan peneliti sebelumnya yaitu terletak pada judul

penelitian, tempat penelitian, metode penelitian, instrument penelitian,

analisis data.

2. Sekar Wulan Sari, 2015 yang berjudul “Gambaran Efek Samping

Kontrasepsi Suntik Pada Akseptor KB Suntik”. Metode penelitian ini

menggunakan deskriptif dengan menggunakan pendekatan cross-

sectional. Jumlah sampel penelitian adalah semua ibu akseptor KB suntik

dengan kriteria suntikan ulang ke-3 dan bersedia menjadi responden

dengan jumlah sampel 41. Instrument penelitian menggunakan angket.

Analisa data yang digunakan menggunakan analisis univariat. Hasil

penelitian yaitu karekteristik akseptor KB suntik berdasarkan umur dan


9

paritas tidak memenuhi pola penggunaan kontrasepsi rasional dalam

pemilihan alat kontrasepsi. Sebagian besar responden menggunakan jenis

kontrasepsi suntik DMPA. Efek samping gangguan menstruasi,

perubahan berat badan, pusing dan sakit kepala mayoritas dialami oleh

pengguna suntik DMPA. Sedangkan, efek samping mual mayoritas

dialami oleh pengguna suntik cyclofem.

Perbedaan peneliti sebelumnya dengan peneliti sekarang terdapat pada

judul, pendekatan pada metode penelitian yang diambil, subyek

penelitian, dan instrument penelitian.

3. Triloka W (2017), yang berjudul “Depo Medroksi Progesteron Asetat

(DMPA) Increases Body Mass Index Of Acceptors But Decreases Their

Libido”. Desain penelitian menggunakan cross sectional, tehnik

pengambilan sampel purposive sampling. Jumlah sampel dalam

penelitian ini adalah 29 akseptor dari KB suntik DMPA di Wilayah Kerja

Kesehatan Masyarakat Pusat. Analisis data menggunakan uji kendal tau,

hasil penelitian ditemukan adanya penurunan libido, dan kehilangan

keinginan untuk berhubungan seks. Penelitian ini menemukan ada

korelasi signifikan antara menggunakan DMPA dan menambahan berat

badan dengan nilai p = 0,002, r = 0,460 dimana semakin tinggi akseptor

kontrasepsi, semakin tinggi tingkat gangguan libido. Terdapat perbedaan

penelitian ini yaitu pada judul penelitian, desian penelitian, teknik

sampling, serta analisis data.

Anda mungkin juga menyukai