Anda di halaman 1dari 10

Satuan Tiga dalam Literatur Penganggaran

A. Pendahuluan

Dalam pelatihan E-Learning Dasar-dasar Penyusunan APBN mata pelatihan

Hubungan Perencanaan Nasional dengan Penganggaran, banyak peserta yang

menanyakan terkait dokumen Satuan Tiga. Diantaranya pertanyaan tersebut

adalah, apakah dokumen Satuan Tiga itu hasil dari Pertemuan Tiga Pihak?

Apakah pertanyaan tentang Satuan Tiga tersebut muncul karena penanya menduga

ada kaitannya dengan kata Tiga yang ada pada Pertemuan Tiga Pihak, entahlah.

Pertanyaan tentang Satuan Tiga ini mengingatkan pada informasi yang beredar

beberapa tahun lalu, dimana Komisi DPR meminta Kementerian/Lembaga (K/L)

menyerahkan dokumen atau lembar Satuan Tiga dalam pembahasan anggaran.

Penulis pernah bekerja di Direktorat Jenderal Anggaran dari tahun 2009

sampai 2014, dan terlibat langsung dalam proses penelaahan Rencana Kerja

Anggaran Kementerian Lembaga (RKAKL) istilah Satuan Tiga tidak pernah

digunakan. Kemudian penulis melakukan studi atas berbagai peraturan terkait

untuk mencari tahu dari mana istilah Satuan Tiga berasal, dan apa maksud dari

istilah Satuan Tiga.

Sampai saat ini, istilah Satuan Tiga tidak ditemukan dalam peraturan

perencanaan dan penganggaran, begitu pula dalam buku-buku referensi tentang


perencanaan dan penganggaran. Demikian pula dalam dokumen penganggaran

juga, tidak ada formulir yang namanya lembar Satuan Tiga. Yang ditemukan

hanya pemberitan-pemberitaan di media massa yang memakai istilah Satuan Tiga.

Diantaranya yang disampaikan Oleh Ketua Bappenas, Bambang Brodjonegoro

“…Caranya adalah dengan menyusun proyek prioritas pembangunan hingga

level teknis proyek atau satuan 3. Hal itu dilakukan untuk memastikan

perencanaan dijalankan dengan baik

(https://nasional.kontan.co.id/news/bappenas-rancang-proyek-hingga-satuan-3

Kamis, 27 April 2017 / 09:55 WIB). Kemudian kata Presiden Joko Widodo. “…

Sekali lagi satuan tiga itu ada di eksekutif, jangan sampai ada K/L

(kementerian/Lembaga) yang masih berbicara masalah satuan tiga dengan DPR.

Ini bisa menyalahi UU yang ada. Ini perlu saya ingatkan," tegas Jokowi saat

membuka sidang kabinet paripurna di Istana Negara, Jakarta,

(https://finance.detik.com/berita-ekonomi-bisnis/d-3207152/peringatan-jokowi-

jangan-ada-yang-bahas-anggaran-sampai-satuan-tiga-di-dpr Selasa 10/5/2016)

Pemberitaan lain menyebutkan bahwa Mahkamah Konstitusi menganulir

kewenangan DPR untuk membahas anggaran sampai Satuan Tiga. Ketika

ditelusuri pada dokumen Putusan Makahkamah Agung, kata Satuan Tiga

ditemukan pada Putusan Mahkamah Konstitusi (MK) Nomor 35/PUU-XI/2013

dalam perkara pengujian Undang Undang Nomor 27 Tahun 2009 tentang Majelis

Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah,

dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, dan Undang Undang Nomor 17 Tahun
2003 tentang Keuangan Negara terhadap Undang Undang Dasar Negara Republik

Indonesia Tahun 1945.

Istilah Satuan Tiga salah satunya ditemukan pada halaman 34 Putusan MK

dimaksud pada paragrap kedua kalimat terakhir, menyatakan “Transaksi liar itu

terjadi disebabkan oler terlalu kuatnya kewenangan DPR dalam menentukan

anggaran hingga Satuan Tiga (unit organisasi, fungsi, program, kegiatan dan

jenis belanja)”. Melihat kalimat ini, ada kemungkinan bahwa istilah Satuan Tiga

merujuk pada 3 (tiga) hal yaitu:

1) Formulir pada RKAKL Lama,

2) Form III RKAKL baru

3) Kode Jenis Belanja. Berikut penjelasannya.

1. Form 1.3 RKAKL Lama

Buku 4 Format Baru Rencana Kerja Anggaran Kementerian/Lembaga

menyatakan bahwa format RKA‐KL yang digunakan sampai dengan tahun

anggaran 2009 terdiri dari 13 form. Format tersebut dikelompokkan dalam

form belanja dan form pendapatan. Form‐form yang terdapat dalam dokumen

RKA‐KL dimaksud adalah sebagai berikut:

a. Anggaran satker (form 1.1 – 1.5)

Form 1.1 Rincian kegiatan dan penjelasan output, beserta target besaran
volume yang ingin dicapai;

Form 1.2 Rincian anggaran belanja per kegiatan beserta prakiraan maju 2
tahun ke depan;

Form 1.3 Rincian anggaran belanja per kegiatan dan jenis belanja;
Form 1.4 Rincian anggaran pendapatan (PNBP/Pajak) beserta prakiraan
maju 2 tahun ke depan;

Form 1.5 Rincian anggaran perhitungan biaya per kegiatan, subkegiatan,


dan akun belanja.

b. Anggaran Unit Eselon I (form 2.1 – 2.4)

Form 2.1 Uraian kegiatan dan penjelasan output, beserta target besaran
volume yang ingin dicapai;

Form 2.2 Uraian anggaran belanja per kegiatan beserta prakiraan maju 2
tahun ke depan;

Form 2.3 Uraian anggaran belanja per kegiatan dan jenis belanja;

Form 2.4 Uraian anggaran pendapatan (PNBP/Pajak) beserta prakiraan maju


2 tahun ke depan.

c. Anggaran Departemen (form 3.1 – 3.4)

Form 3.1 Ringkasan kegiatan dan penjelasan output, beserta target besaran
volume yang ingin dicapai;

Form 3.2 Ringkasan anggaran belanja per kegiatan beserta prakiraan maju 2
tahun ke depan;

Form 3.3 Ringkasan anggaran belanja per kegiatan dan jenis belanja

Form 3.4 Ringkasan anggaran pendapatan (PNBP/Pajak) beserta prakiraan


maju 2 tahun ke depan

Dari daftar formulir diatas, istilah satuan tiga sangat mungkin mengacu

pada form 1.3. Form 1.3 merupakan rincian anggaran belanja per kegiatan dan

per jenis belanja. Tapi form 1.3 hanya memuat informasi rincian anggaran per

satuan kerja. Sedangkan informasi Uraian anggaran belanja per kegiatan dan
jenis belanja untuk tingkat eselon I ada pada Form 2.3, dan untuk tingkat

Kementerian/Lembaga ada pada Form 3.3 Ringkasan anggaran belanja per

kegiatan dan jenis belanja.

2. Formulir III RKAKL Baru

Dalam Format Baru RKAKL yang berlaku mulai Tahun Anggaran 2010,

informasi kinerja tertuang dalam hanya dalam tiga formulir, yaitu:

Formulir I: Rencana Pencapaian Sasaran Strategis pada Kementerian

Negara/Lembaga. ….

Formulir II: Rencana Pencapaian Hasil (Outcome) Unit Organisasi. Biaya

Program. ….

Formulir III: Rincian Biaya Pencapaian Hasil (Outcome) Unit Organisasi.

Merupakan formulir RKA‐KL pada Unit Eselon I juga yang memuat:

 Alokasi Anggaran untuk setiap Kegiatan yang dirinci menurut:

Kelompok Biaya, Jenis Belanja dan Sumber Dana.

 Rekapitulasi Kelompok Biaya, Jenis Belanja dan Sumber Dana untuk Unit

Eselon I (Program).

 Operasionalisasi pelaksanaan kegiatan yang mencerminkan implementasi

Program dan pencapaian Outcome.

 Rincian Pendapatan Untuk masing‐masing Kegiatan

Informasi yang tersaji pada Formulir III RKAKL ini lebih mendekati

pada pada informasi yang terkandung pada satuan tiga, yaitu unit organisasi,
program, kegiatan, dan jenis belanja. Hanya tidak ada informasi fungsi pada

Formulir III ini, sebagaimana gambar berikut.

belanja subsidi, belanja bantuan social, belanja hibah, dan belanja lain-lain.
3. Kode Jenis Belanja

Bila istilah Satuan Tiga mengacu pada Kode Jenis Belanja, maka hal

tersebut mengacu pada Bagan Akun Standar. Jenis belanja yang digunakan oleh

kementerian/lembaga adalah Belanja Pegawai, Belanja Barang, Belanja Modal

dan Belanja Bantuan Sosial. Dalam Peraturan Dirjen Perbendaharaan Nomor Kep-

211/PB/2018 tentang Kodefikasi Segmen Akun pada Bagan Akun Standar, Kode

jenis belanja dimulai dengan angka 5 (lima) dan lengkapnya sampai enam angka

atau enam digit ke belakang. Dua angka pertama menunjukan jenis belanja, 51:

Belanja Pegawai, 52: Belanja Barang, 53: Belanja Modal, 57: Belanja Bantuan

Sosial.

Bila Satuan Tiga merujuk kode jenis belanja atau mata anggaran sampai tiga

angka, maka terdapat informasi lebih rinci dari jenis belanja tersebut. Untuk jenis

belanja barang (52), maka akun sampai satuan ke-tiganya adalah 521: Belanja

Barang, 522: Belanja Jasa, 523: Belanja Pemeliharaan, 524: Belanja Perjalanan

Dinas, 525: Belanja Badan Layanan Umum (BLU), 526: Belanja Barang Untuk

Diserahkan Kepada Masyarakat/Pemda Dan 527: Belanja Barang Untuk

Diserahkan Kepada Mantan Presiden/Manta Wakil Presiden.

Untuk Jenis Belanja Modal (53), Maka Akun Sampai Satuan Ke-Tiganya

Adalah 531: Belanja Modal Tanah, 532: Belanja Modal Peralatan Dan Mesin,

533: Belanja Modal Gedung Dan Bangunan.

Sedangkan untuk belanja bantuan social (57), akun sampai satuan ke-

tiganya adalah 571: belanja bantuan sosial untuk rehabilitasi sosial, 572: belanja
bantuan sosial untuk jaminan sosial, 573: belanja bantuan sosial untuk

pemberdayaan sosial, 574: belanja bantuan sosial untuk perlindungan sosial, 575:

belanja bantuan sosial untuk penanggulangan kemiskinan, dan 576: belanja

bantuan sosial untuk penanggulangan bencana.

KESIMPULAN

Satuan Tiga adalah istilah yang digunakan pada Putusan Mahkamah

Konstitusi dalam perkara pengujian Undang Undang Nomor 27 Tahun 2009

tentang Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan

Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, dan Undang Undang

Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara terhadap Undang Undang Dasar

Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

Salah satu saksi ahli yang tercantum namanya dalam Putusan Mahkamah

Agung, Rimawan Pradiptyo - Dosen di Fakultas Ekonomi dan Bisnis UGM -

menyatakan Eksekutif diperkenankan menyusun RAPBN sampai Satuan Tiga

dan legislatif memastikan atau mengawasi efektivitas dan efisiensi APBN,

maksimal hingga ke Satuan Dua saja. Hanya yang mengucapkannya yang paling

tahu tahu apa yang dimaksud dengan Satuan Tiga dan Satuan Dua.

Kemanapun merujuknya istilah Satuan Tiga dimaksud, apakah ke Formulir

1.3 RKAKL Format Lama, ke Formulir III RKAL Format Baru, atau Ke Kode

Jenis Belanja sampai tiga digit, yang jelas informasi yang terkandung dalam
Satuan Tiga berupa Unit Organisasi, Fungsi, Program, Kegiatan, dan Jenis

Belanja sesungguhnya sudah tercantum dalam RKAKL.

Daftar Pustaka

Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

Undang Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara

Undang Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan

Pembangunan Nasional

Undang Undang Nomor 27 Tahun 2009 tentang Majelis Permusyawaratan

Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan

Perwakilan Rakyat Daerah

Buku 4 Format Baru RKAKL, 2009, Kementerian Keuangan dan

Kementerian Negara Perencanaan Pembangunan Nasional Badan Perencanaan

Pembangunan Nasional (Bappenas),

Lampiran Awal RKP Tahun 2015, Buku I: Tema, Prioritas Pembangunan

Dan Kerangka Ekonomi Makro, Kementerian Perencanaan Pembangunan

Nasional/ Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas), 2014

Peraturan Menteri Keuangan Nomor: 208 Tahun 2019 tentang Petunjuk

Penyusunan dan penelaahan RKAKL dan DIPA

Peraturan Menteri Keuangan Nomor: 214/PMK.05/2013 tanggal 31

Desember 2013 tentang Bagan Akun Standar


Keputusan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor Kep-211/PB/2018

tanggal 29 Maret 2018 tentang Kodefikasi Segmen Akun pada Bagan Akun

Standar

Keputusan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor Kep-531/PB/2018 Tgl

25 Oktober 2018 tentang Pemutakhiran Kodefikasi Segmen Akun pada Bagan

Akun Standar

Dokumen Kesepakatan Tiga Pihak Bappenas-Kementerian Keuangan-KPK

Tahun 2014

Dokumen Kesepakatan Tiga Pihak Bappenas-Kementerian Keuangan-BPKP

Tahun 2014

Anda mungkin juga menyukai