View Isometri
Ilustrasi beban pada jembatan
1. Allan Truss
Allan Truss dirancang oleh Percy Allan. Sebagai contoh Hampden Bridge ( Waga-
waga),
New South Wales, Australia, yang merupakan proyek pertama dari jembatan truss
Allan, pada awalnya dirancang sebagai jembatan baja.
Untuk mengurangi biaya, jebatan ini dibuat dengan kayu. Dalam desainnya, Allan
menggunakan ironbark Australia untuk kekuatannya. Sebuah jembatan yang sama
juga yang dirancang oleh Percy Allen adalah Jembatan Victoria di Prince Street
Picton, New South Wales. Juga dibangun dari ironbark, jembatan ini masih
digunakan sampai sekarang untuk pejalan kaki dan lalu lintas ringan.
Hampden Bridge
2. Bailey Bridge
Bailey Bridge dibangun di atas Sungai Meurthe, Perancis , yang Dirancang untuk
penggunaan militer. Elemen prefabrikasi dan rangka batang standar dapat dengan
mudah dikombinasikan dalam berbagai konfigurasi untuk beradaptasi dengan
kebutuhan di lokasi. Dalam gambar dibawah dapat diperhatikan penggunaan
prefabrications dua kali lipat untuk beradaptasi dengan rentang dan persyaratan
beban.
Bailey Bridge
3. Lattice truss(Town’s lattice truss)
Lattice Truss
4. Fink Truss
Fink Truss t dirancang oleh Albert Fink dari Jerman pada 1860-an. Jenis jembatan
ini dipopulerkan pada Jalan rel Baltimore dan Ohio.
Jalan rel Baltimore dan Ohio.
5. Pratt truss
Pratt Truss memiliki anggota batang berbentuk vertikal dan diagonal yang melandai
turun ke arah tengah, kebalikan dari truss Howe. Model ini dapat dibagi lagi dengan
menciptakan pola yang berbentuk Y dan K .Truss Pratt diciptakan pada tahun 1844
oleh Thomas dan Kaleb Pratt. Truss Ini praktis untuk digunakan dengan rentang
hingga 250 kaki dan merupakan konfigurasi umum untuk jembatan kereta api.
Berikut ini contoh design Pratt Truss .
Waddell truss
Contoh jembatan dengan tipe Warren adalah Anderson Hill RoadBridge, Adams
County, Ohio, Amerika Serikat. Dibangun padatahun 1921 dan direhab pada tahun
2007, jembatan ini memiliki panjang total 91,9 feet dan lebar 15,1 feet.Rata–rata
dilalui oleh400 kendaraan dalam satu harinya.
http://fiancivilian.blogspot.com/2012/07/jembatan-rangka-batang-truss-bridge.html
Jembatan Rangka Batang(Truss)
Jembatan Rangka Batang terdiri dari dua rangka bidang utama yang diikat bersama
dengan balok-balok melintang dan pengaku lateral. Rangka batang pada umumnya
dipakai sebagai struktur pengaku untuk jembatan gantung konvensional, karena memiliki
kemampuan untuk dilalui angin (aerodinamis) yang baik. Beratnya yang relatif ringan
merupakan keuntungan dalam pembangunannya, dimana jembatan bisa dirakit bagian
demi bagian.
Jembatan rangka batang jarang terlihat memiliki estetika yang baik, namun untuk
jembatan rangka yang panjang dan besar faktor itu tidak begitu kentara karena pengaruh
visual dalam skala besar. Contoh terkenal dari jembatan rangka batang baja yang artistik
adalah jembatan Sydney Harbour di Australia dan jembatan New River George di West
Virginia (USA), dimana keduanya merupakan jembatan rangka batang yang berbentuk
pelengkung.
Disamping itu, ukuran yang tinggi juga mengurangi lendutan sehingga struktur lebih
kaku. Keuntungan ini diperoleh sebagai ganti dari biaya pabrikasi dan pemeliharaan yang
lebih tinggi. Jembatan rangka batang yang konvensional paling ekonomis untuk bentang
sedang.
Efisiensi rangka batang tergantung dari panjang bentangnya, artinya jika jembatan
rangka batang dibuat semakin panjang, maka ukuran dari rangka batang itu sendiri
juga harus diperbesar atau dibuat lebih tinggi dengan sudut yang lebih besar untuk
menjaga kekakuannya, sampai rangka batang itu mencapai titik dimana berat
sendiri jembatan terlalu besar sehingga rangka batang tidak mampu lagi
mendukung beban tersebut.
Rangka batang adalah susunan elemen-elemen linier yang membentuk segitiga atau
kombinasi segitiga, sehingga menjadi bentuk rangka yang tidak dapat berubah bentuk bila
diberi beban eksternal tanpa adanya perubahan bentuk pada satu atau lebih batangnya. Setiap
elemen tersebut dianggap tergabung pada titik hubungnya dengan sambungan sendi.
Sedangkan batang-batang tersebut dihubungkan sedemikian rupa sehingga semua beban dan
reaksi hanya terjadi pada titik hubung.
Prinsip utama yang mendasari penggunaan rangka batang sebagai struktur pemikul beban
adalah penyusunan elemen menjadi konfigurasi segitiga yang menghasilkan bentuk stabil.
Pada bentuk segiempat atau bujursangkar, bila struktur tersebut diberi beban, maka akan
terjadi deformasi masif dan menjadikan struktur tak stabil. Bila struktur ini diberi beban,
maka akan membentuk suatu mekanisme runtuh (collapse), sebagaimana diilustrasikan pada
gambar berikut ini. Struktur yang demikian dapat berubah bentuk dengan mudah tanpa
adanya perubahan pada panjang setiap batang. Sebaliknya, konfigurasi segitiga tidak dapat
berubah bentuk atau runtuh, sehingga dapat dikatakan bahwa bentuk ini stabil (Gambar 4.1).
Pada struktur stabil, setiap deformasi yang terjadi relatif kecil dan dikaitkan dengan
perubahan panjang batang yang diakibatkan oleh gaya yang timbul di dalam batang sebagai
akibat dari beban eksternal. Selain itu, sudut yang terbentuk antara dua batang tidak akan
berubah apabila struktur stabil tersebut dibebani. Hal ini sangat berbeda dengan mekanisme
yang terjadi pada bentuk tak stabil, dimana sudut antara dua batangnya berubah sangat besar.
Pada struktur stabil, gaya eksternal menyebabkan timbulnya gaya pada batang-batang. Gaya-
gaya tersebut adalah gaya tarik dan tekan murni. Lentur (bending) tidak akan terjadi selama
gaya eksternal berada pada titik nodal (titik simpul). Bila susunan segitiga dari batang-batang
adalah bentuk stabil, maka sembarang susunan segitiga juga membentuk struktur stabil dan
kukuh. Hal ini merupakan prinsip dasar penggunaan rangka batang pada gedung. Bentuk
kaku yang lebih besar untuk sembarang geometri dapat dibuat dengan memperbesar segitiga-
segitiga itu. Untuk rangka batang yang hanya memikul beban vertikal, pada batang tepi atas
umumnya timbul gaya tekan, dan pada tepi bawah umumnya timbul gaya tarik. Gaya tarik
atau tekan ini dapat timbul pada setiap batang dan mungkin terjadi pola yang berganti-ganti
antara tarik dan tekan.
Penekanan pada prinsip struktur rangka batang adalah bahwa struktur hanya dibebani dengan
beban-beban terpusat pada titik-titik hubung agar batang-batangnya mengalami gaya tarik
atau tekan. Bila beban bekerja langsung pada batang, maka timbul pula tegangan lentur pada
batang itu sehingga desain batang sangat rumit dan tingkat efisiensi menyeluruh pada batang
menurun.
Perilaku gaya-gaya dalam setiap batang pada rangka batang dapat ditentukan dengan
menerapkan persamaan dasar keseimbangan. Untuk konfigurasi rangka batang sederhana,
sifat gaya tersebut (tarik, tekan atau nol) dapat ditentukan dengan memberikan gambaran
bagaimana rangka batang tersebut memikul beban. Salah satu cara untuk menentukan gaya
dalam batang pada rangka batang adalah dengan menggambarkan bentuk deformasi yang
mungkin terjadi. Mekanisme gaya yang terjadi pada konfigurasi rangka batang sederhana
dapat dilihat pada Gambar 4.2. Metode untuk menggambarkan gaya-gaya pada rangka batang
adalah berdasarkan pada tinjauan keseimbangan titik hubung. Secara umum rangka batang
kompleks memang harus dianalisis secara matematis agar diperoleh hasil yang benar.
4.1.2. Analisa Rangka Batang
a. Stabilitas
Langkah pertama pada analisis rangka batang adalah menentukan apakah rangka batang itu
mempunyai konfigurasi yang stabil atau tidak. Secara umum, setiap rangka batang yang
merupakan susunan bentuk dasar segitiga merupakan struktur yang stabil. Pola susunan
batang yang tidak segitiga, umumnya kurang stabil. Rangka batang yang tidak stabil dan akan
runtuh apabila dibebani, karena rangka batang ini tidak mempunyai jumlah batang yang
mencukupi untuk mempertahankan hubungan geometri yang tetap antara titik-titik
hubungnya (Gambar 4.3).
Penting untuk menentukan apakah konfigurasi batang stabil atau tidak stabil. Keruntuhan
total dapat terjadi bila struktur tak stabil terbebani. Pola yang tidak biasa seringkali
menyulitkan penyelidikan kestabilannya. Pada suatu rangka batang, dapat digunakan batang
melebihi jumlah minimum yang diperlukan untuk mencapai kestabilan. Untuk menentukan
kestabilan rangka batang bidang, digunakan persamaan yang menghubungkan banyaknya
titik hubung pada rangka batang dengan banyaknya batang yang diperlukan untuk mencapai
kestabilan (lihat sub bab 3.6).
Aspek lain dalam stabilitas adalah bahwa konfigurasi batang dapat digunakan untuk
menstabilkan struktur terhadap beban lateral. Gambar 4.4 menunjukan cara menstabilkan
struktur dengan menggunakan batangbatang kaku (bracing). Kabel dapat digunakan sebagai
pengganti dari batang kaku, bila gaya yang dipikul adalah gaya tarik saja. Tinjauan stabilitas
sejauh ini beranggapan bahwa semua elemen rangka batang dapat memikul gaya tarik dan
tekan dengan sama baiknya. Elemen kabel tidak dapat memenuhi asumsi ini, karena kabel
akan melengkung bila dibebani gaya tekan. Ketika pembebanan datang dari suatu arah, maka
gaya tekan atau gaya tarik mungkin timbul pada diagonal, sesuai dengan arah diagonal
tersebut. Suatu struktur dengan satu kabel diagonal mungkin tidak stabil. Namun bila kabel
digunakan dengan sistem kabel silang, dimana satu kabel memikul seluruh gaya horisiontal
dan kabel lainnya menekuk tanpa menimbulkan bahaya terhadap struktur, maka kestabilan
dapat tercapai.
b. Gaya Batang
Prinsip yang mendasari teknik analisis gaya batang adalah bahwa setiap struktur atau setiap
bagian dari setiap struktur harus berada dalam kondisi seimbang. Gaya-gaya batang yang
bekerja pada titik hubung rangka batang pada semua bagian struktur harus berada dalam
keseimbangan, seperti pada Gambar 4.5. Prinsip ini merupakan kunci utama dari analisis
rangka batang.
Beberapa metode digunakan untuk menganalisa rangka batang. Metode-metode ini pada
prinsipnya didasarkan pada prinsip keseimbangan. Metode-metode yang umum digunakan
untuk analisa rangka batang adalah sebagai berikut :
Pada analisis rangka batang dengan metode titik hubung (joint), rangka batang dianggap
sebagai gabungan batang dan titik hubung. Gaya batang diperoleh dengan meninjau
keseimbangan titik-titik hubung. Setiap titik hubung harus berada dalam keseimbangan.
Perbedaan antara kedua metode tersebut di atas adalah dalam peninjauan keseimbangan
rotasionalnya. Metode keseimbangan titik hubung, biasanya digunakan apabila ingin
mengetahui semua gaya batang. Sedangkan metode potongan biasanya digunakan apabila
ingin mengetahui hanya sejumlah terbatas gaya batang.
???? Gaya Geser dan Momen pada Rangka Batang Metode ini merupakan cara khusus untuk
meninjau bagaimana rangka batang memikul beban yang melibatkan gaya dan momen
eksternal, serta gaya dan momen tahanan internal pada rangka batang.
Agar keseimbangan vertikal potongan struktur dapat dijamin, maka gaya geser eksternal
harus diimbangi dengan gaya geser tahanan total atau gaya geser tahanan internal (VR), yang
besarnya sama tapi arahnya berlawanan dengan gaya geser eksternal. Efek rotasional total
dari gaya internal tersebut juga harus diimbangi dengan momen tahanan internal (MR) yang
besarnya sama dan berlawanan arah dengan momen lentur eksternal. Sehingga memenuhi
syarat keseimbangan, dimana :
E R M = M atau ? = 0 E R M M (4.1)
Rangka batang statis tak tentu tidak dapat dianalisis hanya dengan menggunakan persamaan
kesimbangan statika, karena kelebihan banyaknya tumpuan atau banyaknya batang yang
menjadi variabel. Pada struktur statis tak tentu, keseimbangan translasional dan rotasional
(????Fx=0, ????Fy=0, dan ????Mo=0) masih berlaku. Pemahaman struktur statis tak tentu
adalah struktur yang gaya-gaya dalamnya bergantung pada sifat-sifat fisik elemen
strukturnya.
Selain elemen batang yang sudah dibahas di atas, ada elemen lain yang berguna, yaitu elemen
kabel, yang hanya mampu memikul tarik. Secara fisik, elemen ini biasanya berupa batang
baja berpenampang kecil atau kabel terjalin. Elemen ini tidak mampu memikul beban tekan,
tetapi sering digunakan apabila hasil analisis diketahui selalu memikul beban tarik. Elemen
yang hanya memikul beban tarik dapat mempunyai penampang melintang yang jauh lebih
kecil dibanding dengan memikul beban tekan.
Kestabilan yang ada pada pola batang segitiga dapat diperluas ke dalam tiga dimensi. Pada
rangka batang bidang, bentuk segitiga sederhana merupakan dasar, sedangkan bentuk dasar
pada rangka batang ruang adalah tetrahedron. Prinsip-prinsip yang telah dibahas pada analisis
rangka batang bidang secara umum dapat diterapkan pada rangka batang ruang. Kestabilan
merupakan tinjauan utama. Gaya-gaya yang timbul pada batang suatu rangka batang ruang
dapat diperoleh dengan meninjau keseimbangan ruang potongan rangka batang ruang
tersebut. Jelas bahwa persamaan statika yang digunakan untuk benda tegar tiga dimensi, yaitu
:
Apabila diterapkan langsung pada rangka batang ruang yang cukup besar, persamaan-
persamaan ini akan melibatkan banyak titik hubung dan batang. bahkan tidak dikehendaki.
Apabila kondisi titik hubung aktual sedemikian rupa sehingga ujung-ujung batang tidak
bebas berotasi, maka momen lentur lokal dan gaya aksialnya dapat timbul pada batang-
batang. Apabila momen lentur itu cukup besar, maka batang tersebut harus didesain agar
mampu memikul tegangan kombinasi akibat gaya aksial dan momen lentur. Besar tegangan
lentur yang terjadi sebagai akibat dari titik hubung kaku umumnya ?? 20% dari tegangan
normal yang terjadi. Pada desain awal, biasanya tegangan lentur sekunder ini diabaikan.
Salah satu efek positif dari adanya titik hubung kaku ini adalah untuk memperbesar kekakuan
rangka batang secara menyeluruh, sehingga dapat mengurangi defleksi. Merencanakan titik
hubung yang kaku biasanya tidak akan mempengaruhi pembentukan akhir dari rangka
batang.
a. Tujuan
Kriteria yang digunakan untuk merancang juga menjadi sangat bervariasi. Ada beberapa
tujuan yang menjadi kriteria dalam desain rangka batang, yaitu :
Tujuan efisiensi struktural biasa digunakan dan diwujudkan dalam suatu prosedur desain,
yaitu untuk meminimumkan jumlah bahan yang digunakan dalam rangka batang untuk
memikul pembebanan pada bentang yang ditentukan. Tinggi rangka batang merupakan
variabel penting dalam meminimumkan persyaratan volume material, dan mempengaruhi
desain elemennya.
Alternatif lain, kriteria desain dapat didasarkan atas tinjauan efisiensi pelaksanaan
(konstruksi) sehubungan dengan fabrikasi dan pembuatan rangka batang. Untuk mencapai
tujuan ini, hasil yang diperoleh seringkali berupa rangka batang dengan konfigurasi eksternal
sederhana, sehingga diperoleh bentuk triangulasi yang sederhana pula. Dengan membuat
semua batang identik, maka pembuatan titik hubung menjadi lebih mudah dibandingkan bila
batang-batang yang digunakan berbeda.
b. Konfigurasi
Beberapa bentuk konfigurasi eksternal rangka batang yang umum digunakan seperti
ditunjukan pada Gambar 4.6. Konfigurasi eksternal selalu berubah-ubah, begitu pula pola
internalnya. Konfigurasi-konfigurasi ini dipengaruhi oleh faktor eksternal, tinjauan struktural
maupun konstruksi. Masing-masing konfigurasi mempunyai tujuan yang berbeda. Beberapa
hal yang menjadi bahasan penting dalam konfigurasi rangka batang adalah :
Faktor-faktor eksternal memang bukanlah hal yang utama dalam menentukan konfigurasi
rangka batang. Namun faktor eksternal juga dapat mempengaruhi bentuk-bentuk yang terjadi.
Ditinjau dari segi struktural maupun konstruksi, bentuk–bentuk dasar yang digunakan dalam
rangka batang merupakan respon terhadap pembebanan yang ada. Gaya-gaya internal akan
timbul sebagai respon terhadap momen dan gaya geser eksternal. Momen lentur terbesar pada
umumnya terjadi di tengah rangka batang yang ditumpu sederhana yang dibebani merata, dan
semakin mengecil ke ujung. Gaya geser eksternal terbesar terjadi di kedua ujung, dan
semakin mengecil ke tengah.
Pada rangka batang dengan batang tepi sejajar, momen eksternal ditahan terutama oleh
batang-batang tepi atas dan bawah. Gaya geser eksternal akan dipikul oleh batang diagonal
karena batangbatang tepi berarah horisontal dan tidak mempunyai kontribusi dalam menahan
gaya arah vertikal. Gaya-gaya pada diagonal umumnya bervariasi mengikuti variasi gaya
geser dan pada akhirnya menentukan desain batang.
Rangka batang yang dibentuk secara funicular menunjukan bahwa secara konsep, batang nol
dapat dihilangkan hingga terbentuk konfigurasi bukan segitiga, namun tanpa mengubah
kemampuan struktur dalam memikul beban rencana. Batang-batang tertentu yang tersusun di
sepanjang garis bentuk funicular untuk pembebanan yang ada merupakan transfer beban
eksternal ke tumpuan. Batangbatang lain adalah batang nol yang terutama berfungsi sebagai
bracing. Tinggi relatif pada struktur ini merupakan fungsi beban dan lokasinya.
c. Tinggi Rangka Batang
Penentuan tinggi optimum yang meminimumkan volume total rangka batang umumnya
dilakukan dengan proses optimasi. Proses optimasi ini membuktikan bahwa rangka batang
yang relatif tinggi terhadap bentangannya merupakan bentuk yang efisien dibandingkan
dengan rangka batang yang relatif tidak tinggi. Sudut-sudut yang dibentuk oleh batang
diagonal dengan garis horisontal pada umumnya berkisar antara 300 – 600 dimana sudut 450
biasanya merupakan sudut ideal. Berikut ini pedoman sederhana untuk menentukan tinggi
rangka batang berdasarkan pengalaman. Pedoman sederhana di bawah ini hanya untuk
pedoman awal, bukan digunakan sebagai keputusan akhir dalam desain.
Beberapa permasalahan yang umumnya timbul pada desain elemen menyangkut faktor-faktor
yang diuraikan berikut ini.
Pada rangka batang, setiap batang harus mampu memikul gaya maksimum (kritis) yang
mungkin terjadi. Dengan demikian, dapat saja terjadi setiap batang dirancang terhadap
kondisi pembebanan yang berbeda-beda.
Untuk batang tekan, harus diperhitungkan adanya kemungkinan keruntuhan tekuk (buckling)
yang dapat terjadi pada batang panjang yang mengalami gaya tekan. Untuk batang tekan
panjang, kapasitas pikul-beban berbanding terbalik dengan kuadrat panjang batang. Untuk
batang tekan yang relatif pendek, maka tekuk bukan merupakan masalah sehingga luas
penampang melintang hanya bergantung langsung pada besar gaya yang terlibat dan
teganagan ijin material, dan juga tidak bergantung pada panjang batang tersebut.
Bila batang tepi atas dirancang sebagai batang yang menerus dan berpenampang melintang
konstan, maka harus dirancang terhadap gaya maksimum yang ada pada seluruh batang tepi
atas, sehingga penampang tersebut akan berlebihan dan tidak efisien. Agar efisien, maka
penampang konstan yang dipakai dikombinasikan dengan bagian-bagian kecil sebagai
tambahan luas penampang yang hanya dipakai pada segmen-segmen yang memerlukan.
Ketergantungan kapasitas pikul beban suatu batang tekan pada panjangnya serta tujuan
desain agar batang tekan tersebut relatif lebih pendek seringkali mempengaruhi pola segitiga
yang digunanakan, seperti ditunjukan pada Gambar 4.7 berikut.
(5) Pengaruh Tekuk Lateral pada desain batang dan susunan batang.
Jika rangka berdiri bebas seperti pada Gambar 4.8, maka ada kemungkinan struktur tersebut
akan mengalami tekuk lateral pada seluruh bagian struktur. Untuk mencegah kondisi ini
maka struktur rangka batang yang berdiri bebas dapat dihindari. Selain itu penambahan balok
transversal pada batang tepi atas dan penggunaan rangka batang ruang juga dapat mencegah
tekuk transversal (Gambar 4.9).
Rangka batang bidang memerlukan material lebih sedikit daripada rangka batang tiga
dimensi untuk fungsi yang sama. Dengan demikian, apabila rangka batang digunakan sebagai
elemen yang membentang satu arah, sederetan rangka batang bidang akan lebih
menguntungkan dibandingkan dengan sederetan rangka batang ruang (tiga dimensi).
Sebaliknya, konfigurasi tiga dimensi seringkali terbukti lebih efisien dibandingkan beberapa
rangka batang yang digunakan untuk membentuk sistem dua arah. Rangka batang tiga
dimensi juga terbukti lebih efisien bila dibandingkan beberapa rangka batang yang digunakan
sebagai rangka berdiri bebas (tanpa balok transversal yang menjadi penghubung antar rangka
batang di tepi atas). Hal ini seperti ditunjukan pada Gambar 4.9.
Sumber :
Ariestadi, Dian, 2008, Teknik Struktur Bangunan Jilid 2 untuk SMK, Jakarta : Pusat
Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional, h. 181 – 193.
http://pustaka-ts.blogspot.com/2010/11/struktur-rangka-batang.html
Beban-beban yang bekerja pada KRB berupa beban mati, beban hidup, dan beban
sementara (beban angin atau beban gempa). Beban hidup adalah satu beban yang bersifat
bergerak. Beban-beban bergerak yang sering dijumpai bekerja pada KRB berbentuk struktur
jembatan. Beban hidup yang bekerja pada struktur jembatan adalah kendaraan-kendaraan
yang berjalan diatas lantai jembatan melalui roda-rodanya. Beban-beban kendaraan tersebut
diatas disebut tekanan roda kendaraan (P).
Susunan tekanan roda kendaraan bekerja pada lantai kendaraan selanjutnya melalui
gelagar memanjang, melintang, sehingga menjadi beban hidup pada gelagar-gelagar KRB
yang pada akhirnya didukung oleh perletakan-perletakan di pangkal jembatan.
Apabila sebuah KRB berupa jembatan bekerja susunan beban hidup seperti
pada Gambar 1.2, maka setiap batang pada KRB menerima beban. Gaya-gaya batang
akibat beban hidup akan selalu berubah besarnya karena beban hidup tersebut
posisinya berubah-ubah. Sehingga sangat sulit menentukan gaya batang yang paling
maximum.
Penyelesaian :
Garis pengaruh reaksi perletakan di A (RA) dan di B (RB).
Garis pengaruh (G.p). RA.
Untuk mencari besarnya RA akibat beban P = 1t berjalan diatas bentang AB, dimisalkan
posisi P = 1t berjarak xm dari A dengan menggunakan MB = 0, maka RA dapat ditentukan
yang besarnya
Disini terlihat bahwa besarnya RA tergantung dari besarnya harga x dan berubah secara
liniair.
x semakin besar, RA bertambah kecil
x semakin kecil, RA bertambah besar
untuk x = 0 RA = 1t
untuk x = l RA = 0t
Dari besaran-besaran RA pada posisi-posisi P = 1t tertentu, maka garis pengaruh R A dapat
digambar. Dengan jalan yang sama untuk gambar garis pengaruh RB (Gambar 1.3.a dan
1.3.b).
, akan tetapi cara yang terakhir perhitungannya lebih mudah dari pada cara yang pertama.
Jadi dapat disimpulkan : menentukan gaya batang dengan metode potongan, perhitungannya
lebih mudah :
- Bila P = 1t berada sebelah kiri potongan, maka perhitungannya ditinjau sebelah kanan.
- Bila P = 1t berada sebelah kanan potongan, maka perhitungannya ditinjau sebelah kiri.
Beban P = 1t berjarak xm dari A dan berada sebelah kanan potongan I-I.
MII = 0 (ditinjau sebelah kiri potongan I-I : Gambar 1.4.b)
RA . 2 + A2 . h = 0
Persamaan GP . A2
Gambar 1.5.
Lihat Gambar 1.5, P = 1t terletak di sebelah kanan potongan I-I, maka untuk mempermudah
perhitungan gaya batang B3 ditinjau sebelah kiri potongan I-I :
MIII = 0. RA . 3 - B3 . h = 0
Grafik G.P. B3 lihat gambar 1.3.d.
Garis Pengaruh Gaya Batang D3
Batang D3 mempunyai kondisi yang tidak sama dengan batang-batang A 2 dan B3 (batang
horizontal). Batang D3 merupakan batang diagonal. Gaya batang D3 akan lebih mudah
ditentukan dengan menggunakan metode potongan memakai V = 0.
Dari perhitungan gaya-gaya batang A2 dan B3 ternyata gaya batang maximum terdapat pada P
= 1t terletak di titik-titik simpul terdekat dengan potongan I-I sehingga hasil tersebut diatas
dapat digunakan sebagai dasar untuk menentukan gaya batang maximum D3. Ditinjau dari
potongan I-I jelas bahwa gaya-gaya batang maximum akan terletak pada P = 1t di titik simpul
II dan III.
Gambar 1.6
Ternyata gaya batang D3 mempunyai 2 harga yang berbeda tandanya artinya, akibat P =1t
berjalan, gaya batang D3 dapat berupa batang tarik atau batang tekan tergantung posisi beban
P, sehingga terdapat satu titik perubahan gaya batang D 3, dari gaya batang tarik menjadi gaya
batang tekan, titik perubahan tersebut terletak di daerah potongan I-I atau antara titik simpul
II dan III. Jadi grafik garis pengaruh gaya batang D3 merupakan 2 segitiga dengan puncak di
bawah titik-titik simpul II dan III (Gb. 1.3.e).
Dengan cara yang sama, bila P = 1t berjalan diantara titik simpul III dan IV. Jadi grafik garis
pengaruh gaya batang V3 merupakan segitiga dengan puncak dibawah titik simpul III dengan
alas dibawah titik simpul II sampai dengan titik simpul IV (Gambar : 1.3.f).
Garis Pengaruh Gaya Batang V2
Pada Gambar 1.3 batang V2 adalah batang vertical dan bertemu tegak lurus dengan batang-
batang atas yang horizontal di titik simpul IX. Batang V2 ini kondisinya serupa dengan
batang V3. Ditinjau P =1t berjalan di bentang jembatan AB melalui titik-titik simpul I, II, III,
IV dan V. Dan titik-titik simpul VI, VII, VIII, IX, dan X tidak pernah dilalui oleh P = 1t.
Batang V2, ujung-ujungnya terletak pada titik-titik simpul II dan IX. Untuk menentukan gaya
batang V2 akan lebih mudah ditinjau pada titik simpul IX dengan menggunakan V = 0. Oleh
karena titik simpul IX tidak pernah dilalui oleh beban P = 1t berjalan sepanjang gelagar AB,
maka gaya batang Vz = 0 pada setiap posisi beban P = 1t pada gelagar AB.
Jadi gambar grafik garis pengaruh gaya batang V2 = 0 sepanjang gelagar AB (Gambar :
1.3.g).
http://shantyshilvieandut.blogspot.com/2013/04/garis-pengaruh-konstruksirangka-
batang.html
Pembangunan dan bentuk pada konstruksi rangka batang dengan konstruksi rangka
batang
Jika kita mulai membangun suatu konstruksi rangka batang dengan konstruksi rangka
batang yang paling sederhana, yaitu suatu segitiga dan akan memasang dua batang laigi dengan satu
titik simpul bersama, sehingga mendapat jaring yang terdiri dari segitiga-segitiga. Tiap-tiap titik
simpul yang kita tambahkan, diikuti oleh dua persamaan keseimbangan dan dengan begitu
konstruksi rangka batang selalu menjadi statis tertentu dan juga stabil.
Dimana :
D: batang diagonal
V: batang vertikal
1. Konstruksi rangka batang dengan tepi atas dan bawah sejajar
Terdiri dari:
antara lain:
Konstruksi rangka batang berbentuk parabola paling rumit pembuatannya dalam praktek, sehingga
jarang digunakan.
Konstruksi ini merupakan konstruksi paling ekonomis pada jembatan dengan lebar bentang sama.
Menurut ketentuan keseimbangan yang bisa dilakukan secara grafis dengan menggambar
satu poligon batang tarik untuk setiap titik simpul, kita dapat menentukan gaya batang pada suatu
titik simpul sembarang, jika kita ketahui satu gaya batang dan dapat mencari dua gaya batang.
Dengan memperhatikan ketentuan keseimbangan secara garafis ini kita dapat menutup poligon
batang tarik pada tiap-tiap titik simpul
Menurut Cremona kita dapat menggunakan pengetahuan ini dengan memperhatikan suatu
jurusan permasalahan gaya pada poligan batang tarik, seperti selalu searah dengan jarum jam, dan
untuk poligon batang tarik pada titik simpul diunakan sebagian dari poligon tarik sebelumnya.
Dengan begitu diperoleh gambar poligon batang tarik yang tertutup (seimbang) dan bisa diketahui
hasilnya betul atau salah.
1. penentuan tumpuan masing-masing seperti pada balok tunggal dengan gambar situasi dan gambar
gaya (poligon batang tarik) atau secara analitis.
2. Penentuan jurusan yan akan dilakukan pada penyelesaian pekerjaan. Menurut pengetahuan
keseimbangan secara grafis dapat kita gambar satu poligon batang tarik pada setiap titik simpul.