Anda di halaman 1dari 16

STUDI KELAYAKAN DAN LAPORAN HASIL USAHA

PERAWAT PRAKTIK MANDIRI

Dosen Pembimbing :
Risky Asta. M.Kep

Disusun oleh :
Nama : St. Nikmatul Khoiriyah
Nim : 1702012372
Kelas : 6A Keperawatan

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH LAMONGAN
2020
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas terselesaikannya
penyusunan makalah yang berjudul “STUDI KELAYAKAN PENDIRIAN PRAKTIK
MANDIRI PERAWAT”. Penulisan makalah ini sebagai syarat untuk menyelesaikan tugas mata
kuliah Keperawatan Enterprenuer pada Program Studi S1 Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Lamongan.
Makalah ini dapat penulis selesaikan berkat dukungan dari berbagai pihak. Pada
kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terima kasih atas segala bantuan materi maupun non
materi, dorongan dan doa dalam menyelesaikannya. Penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1. Drs.H.Budi Utomo,M.Kes, selaku Rektor Universitas Muhammadiyah Lamonganyang telah
memfasilitasi kepada penulis untuk menempuh pendidikan di Program Studi S1 Keperawatan
Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Lamongan.
2. Arifal Aris, S.Kep.,Ns.,M.Kes, selaku Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan dan Dosen Fasilitator
mata kuliah Keperawatan keluarga yang senantiasa memberi inspirasi, motivasi, bimbingan,
dan penguatan dalam mengerjakan makalah ini.
3. Suratmi,S.Kep.,Ns.,M.Kep, selaku Ketua Program Studi S1 Keperawatan Fakultas Ilmu
Kesehatan Universitas Muhammadiyah Lamongan yang telah bersedia memberi arahan,
perhatian, memberikan fasilitas dan motivasi dalam menyelesaikan makalah ini.
4. Risky Asta. M.Kep selaku Dosen Penanggung Jawab Mata Kuliah yang senantiasa memberi
inspirasi, motivasi, bimbingan, dan penguatan dalam mengerjakan makalah ini.
Semoga Tuhan Yang Maha Esa membalas segala semua kebaikan yang telah memberikan
dukungan dalam menyelesaikan makalah ini. Besar harapan penulis semoga tesis ini
dapatmembawa manfaat.

Lamongan, 18 Maret 2020


DAFTAR ISI

PROPOSAL...................................................................................................................................i

KATA PENGANTAR..................................................................................................................ii

DAFTAR ISI................................................................................................................................iii

BAB 1 1

PENDAHULUAN.........................................................................................................................1

1.1 Latar Belakang........................................................................................................................1

1.2 Tujuan Studi Kelayakan Bisnis...............................................................................................1

BAB 2 2

DESKRIPSI USAHA....................................................................................................................2

2.1 kepemilikan.............................................................................................................................2

2.2 lokasi.......................................................................................................................................2

2.3 program...................................................................................................................................2

2.4 fasilitas.....................................................................................................................................3

BAB 3 4

ANALISIS USAHA......................................................................................................................4

3.1 Aspek Hukum..........................................................................................................................4

3.2 aspek sosial ekonomi dan budaya..........................................................................................7


3.3 aspek lingkungan.....................................................................................................................7

3.4 pasar dan pemasaran................................................................................................................8

3.5 aspek teknis dan teknologi......................................................................................................8

3.6 aspek manajemen dan sdm....................................................................................................10

3.7 aspek keuangan......................................................................................................................10

BAB 4 11

PENUTUP...................................................................................................................................11

4.1 Kesimpulan............................................................................................................................11

4.2 Saran......................................................................................................................................11
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kecamatan Laren berada di arah Barat Laut Ibu kota Kabupaten Lamongan, sekitar
36Km. Kecamatan Laren berada 5m di atas permukaan air laut, berbatasan
dengan Kecamatan Solokuro dan Kecamatan Brondong di sebelah utara, Kecamatan
Karanggeneng di sebelah selatan, Kabupaten Gresik di sebelah timur, dan Kabupaten
Tuban di sebelah barat .
Kecamatan Laren sebelum ada Sudetan Bengawan Solo merupakan daerah banjir,
dengan adanya Sudetan tersebut yang melintasi Desa Pelangwot Kecamatan
Laren sampai Desa Sedayu Lawas Kecamatan Brondong. Kecamatan Laren mulai ada
perkembangan perekonomian yang pesat baik sektor pertanian maupun industri. Kecamatan
Laren mempunyai 20 desa, 37 dusun, 266 RT dan 100 RW.
Desa-desa yang tergabung dalam kecamatan Laren adalah  Brangsi,  Bulubrangsi, 
Bulutigo,  Centini,  Dateng, Durikulon, Gampang Sejati, Gelap, Godog, Jabung, Karang
wungu Lor, Karang tawar,  Keduyung,  Laren,  Mojoasem,  Pelangwot,  Pesanggrahan, 
Siser,  Tejoasri, dan Tamanprijeg.
Fasilitas yang dimiliki kecamatan laren memiliki 1 puskesmas. Dan sejumlah praktek
dokter mandiri, dan beberapa perawat dan bidan yang melakukan praktik mandiri. Meskipun
penyelenggara pelayanan kesehatan di Kecamatan laren sudah banyak dan memadai, namun
sangat diperlukan sebuah penyelenggara kesehatan dengan mutu dan kualitas yang tinggi,
agar diharapkan dapat menekan AKI dan AKB di Provinsi lamongan, khususnya Kecamatan
laren.

1.2 Tujuan Studi Kelayakan Bisnis

Memberikan gambaran mengenai pendirian Bidan Praktik Mandiri (BPM) sehingga


investor dapat mempertimbangkan untuk menanamkan modal dalam usaha ini.
BAB 2
DESKRIPSI USAHA

2.1 kepemilikan

Edi Susanto ,. S.Kep.Ns

2.2 lokasi

Berdasarkan analisis yang telah dibuat dengan mempertimbangkan letak yang startegis,
Yang terletak ditengah perkampunagn sehingga memudahkan masyarakat dalam menjangkau
lokasi pelayanan dan memudahkan pelaksana menjangkau ke lokasi pelayanan. serta
membantu promosi pada masyarakat.

2.3 program

Beberapa kasus umum pasca perawatan di rumah sakit yang biasa dilakukan di praktik
mandiri atau home care adalah diantaranya sebagai berikut:

1. Pasien yang mengalami gangguan oksigenasi


2. Pasien yang mengalami penyakit obstruktif paru kronis
3. Pasien yang mengalami penyakit gagal jantung
4. Pasien yang mengalami luka dengan tingkat kronis
5. Pasien yang mengalami penyakit diabetes
6. Pasien yang mengalami gangguan pada fungsi kemih
7. Pasien yang mengalami gangguan pada fungsi syaraf
8. Pasien yang mengalami penyakit human immunodeficiency virus atau HIV AIDS
9. Pasien yang sedang mengalami pemulihan dan rehabilitasi

Sedangkan kasus khusus yang sering dijumpai pada beberapa komunitas yang biasa
dilakukan pada praktik mandiri atau home care adalah diantaranya sebagai berikut:

1. Pasien yang mengalami kondisi terminal


2. Pasien yang sudah dalam usia lanjut
3. Pasien yang mengalami gangguan kejiwaan atau kesehatan mental
2.4 fasilitas

1. Perlengkapan untuk tindakan asuhan keperawatan dan kunjungan rumah, antara lain:
Alat untuk mengukur tanda-tanda vital, timbangan, meteran badan.
Alat untuk mengukur gula darah, asam urat dan kolesterol jika ingin menambahkan,
tergantung kemampuan finansial masing-masing.
2. Obat-obatan
Obat bebas dan obat bebas terbatas.
3. Perlengkapan administrasi
Meliputi formulir catatan tindakan asuhan keperawatan serta formulir rujukan dan
formulir persetujuan tindakan keperawatan (inform consent)

Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor


279/MENKES/SK/IV/2006, perawat dapat menjalankan perannya, yaitu :
1. Upaya promotif yang dapat dilakukan perawat yaitu melakukan penyuluhan atau
pendidikan kesehatan, memberikan konseling keperawatan, dan ikut serta melaksanakan
dan memonitor kegiatan PHBS.
2. Upaya preventif yang dapat dilakukan yaitu mengidentifikasi keluarga rawan
kesehatan/keluarga miskin dengan masalah kesehatan di masyarakat, dan
mengidentifikasi faktor-faktor resiko terjadinya masalah kesehatan baik di kelompok
khusu maupun di suatu daerah.
3. Upaya kuratif/pengobatan yang dapat dilakukan dengan memberikan asuhan keperawatan
pada pasien kunjungan baik direct care maupun indirect care, memantau keteraturan
berobat sesuai program pengobatan, dan melakukan kunjungan rumah sesuai rencana
perawatan.
4. Upaya rehabilitatif yang merupakan upaya pemulihan kesehatan bagi pasien yang dirawat
dirumah, maupun kelompok-kelompok tertentu yang menderita penyakit yang sama.
BAB 3
ANALISIS USAHA

3.1 Aspek Hukum

Hampir dua dekade profesi perawat Indonesia mengkampanyekan perubahan paradigma.


Pekerjaan perawat yang semula vokasional digeser menjadi pekerjaan profesional. Perawat
berfungsi sebagai perpanjangan tangan dokter, kini berupaya menjadi mitra sejajar dokter
sebagaimana para perawat di negara maju.
Wacana tentang perubahan paradigma keperawatan bermula dari Lokakarya Nasional
Keperawatan I tahun 1983, dalam pertemuan itu disepakati bahwa keperawatan adalah
pelayanan profesional. Mengikuti perkembangan keperawatan dunia, perawat menginginkan
perubahan mendasar dalam kegiatan profesinya. Dulu membantu pelaksanaan tugas dokter,
menjadi bagian dari upaya mencapai tujuan asuhan medis, kini mereka menginginkan
pelayanan keperawatan mandiri sebagai upaya mencapai tujuan asuhan keperawatan.
Tuntutan perubahan paradigma ini tentu mengubah sebagian besar bentuk hubungan perawat
dengan manajemen organisasi tempat kerja. Jika praktik keperawatan dilihat sebagai praktik
profesi, maka harus ada otoritas atau kewenangan, ada kejelasan batasan, siapa melakukan
apa. Karena diberi kewenangan maka perawat bisa digugat, perawat harus bertanggung jawab
terhadap tiap keputusan dan tindakan yang dilakukan.
Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1239/Menkes/SK/XI/2001 merupakan kekuatan
hukum bagi perawat yang membuka praktik mandiri perawat. Menurut konsorsium ilmu-
ilmu kesehatan (1992), praktek mandiri perawat adalah tindakan mandiri perawat profesional
atau ners melalui kerjasama yang bersifat kolaboratif baik dengan klien maupun tenaga
kesehatan lain dalam upaya memberikan asuhan keperawatan yang holistic sesuai dengan
wewenang dan tanggung jawabnya pada berbagai tatanan, termasuk praktik keperawatan
individu dan berkelompok. Didalam Kepmenkes 1239/2001, telah diatur sedemikian rupa
tentang praktik keperawatan seperti perizinan dan praktek perawat.
Namun, dalam aplikasinya, masih terdapat perawat yang membuka praktik mandiri dan tidak
sesuai dengan apa yang telah ditetapkan dalam Kepmenkes 1239/2001. Bahkan banyak
perawat terutama di daerah yang tidak memiliki SIP dan SIP. Misalnya dari catatan Persatuan
Perawat Nasional Indonesia (PPNI) Babel, dari 300 perawat di Kota Pangkalpinang belum
satupun yang memiliki SIK dan SIPP, padahal banyak yang memberikan pengobatan medis
kepada masyarakat. Daerah-daerah yang lain juga memiliki kasus-kasus yang hampir serupa.
Hal ini dibuktikan dengan terdapatnya perawat yang ditangkap oleh polisi dan sweeping-
sweeping yang dilakukan oleh dinas kesehatan di beberapa daerah.
1. Perizinan
Pada Kepmenkes 1239/2001 Pasal 8 menyebutkan bahwa perawat dapat melaksanakan
praktek keperawatan pada saranan pelayanan kesehatan, praktek perorangan dan/atau
kelompok. Perawat yang melaksanakan praktek keperawatan pada sarana pelayanan
kesehatan harus memiliki SIK. Perawat yang melakukan praktek perorangan/kelompok
harus memiliki SIPP. Pada pasal 9 disebutkan, SIK diperoleh dengan mengajukan
permohonan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat. Selanjutnya,
pada Pasal 12, SIPP diperoleh dengan mengajukan permohonan kepada Kepala Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota setempat.
Keberadaan SIK dan SIPP merupakan hal yang wajib bagi seorang perawat yang
membuka praktik mandiri. SIK dan SIPP merupakan syarat untuk mengantongi izin
membuka praktik mandiri.
Pada Pasal 12 ayat (2) menyebutkan bahwa SIPP hanya diberikan kepada perawat yang
memiliki pendidikan ahli madya keperawatan atau pendidikan perawat dengan
kompetensi lebih tinggi. Hal ini berarti, yang berhak membuka praktek mandiri perawat
minimal perawat dengan pendidikan DIII.
Namun, ternyata terdapat kesenjangan antara kondisi ideal dengan kenyataan. Di
berbagai daerah di Indonesia melaporkan adanya perawat yang membuka praktik
mandiri tanpa mengantongi SIK dan SIPP. Misalkan, di salah satu daerah di Jawa
Tengah, banyak perawat-perawat yang membuka praktek mandiri, namun setelah
ditelusuri lebih lanjut mereka tidak memiliki SIPP. Ada sebagian yang menyatakan
bahwa prosedurnya terlalu rumit sehingga tidak sempat untuk mengurusnya.
Menurut Bangka Pos (2009), berdasarkan catatan Persatuan Perawat Nasional Indonesia
(PPNI) Bangka Belitung dari 300 perawat di Kota Pangkalpinang belum satupun yang
memiliki SIK dan SIPP, padahal banyak yang memberikan pengobatan medis kepada
masyarakat. Lebih lanjut, berdasarkan penelitian Rivai (2008), sebagian besar perawat
belum memiliki SIK. Diberitakan dalam Batam Pos (2009), seorang perawat ditangkap
oleh polsek setempat karena membuka praktik perawat tanpa izin dari Dina Kesehatan
Kabupaten atau Kota. Hal yang sama juga terjadi di Gunung Kidul Yogyakarta, banyak
perawat yang membuka praktik mandiri tertangkap oleh sweeeping yang dilakukan
dinas kesehatan. Lebih lanjut, menurut moderato FM (2009), seorang perawat membuka
praktek mandiri tanpa izin dari dinas kesehatan setempat dan harus berurusan dengan
pihak mapolres.
Tindakan perawat yang tidak mengantongi izin berupa SIK dan SIPP dapat mengarah
pada malpraktek. Malpraktek merupakan kelalaian seorang tenaga kesehatan untuk
mempergunakan tingkat ketrampilan dan lmu pengetahuan yang lazim dipergunakan
dalam mengobati pasien atau orang yang terluka menurut ukuran di lingkungan yang
sama. Malpraktek dapat terjadi karena tindakan yang disengaja, tindakan kelalaian,
ataupun sesuatu kekurangmahiran. Malpraktek dibagi dalam 3 kategori sesuai bidang
hukum yang dilanggar, yakni criminal malpractice, civil malpractice, dan administrative
malpractice.
Tindakan perawat yang tidak mengantongi izin berupa SIK dan SIPP termasuk
administrative malpractice. Pelanggaran hukum administrasi adalah sebagai jalan
menuju malpraktik.
2. Hak dan Kewajiban
Kewajiban perawat Salah satu kewajiban perawat berdasarkan Kepmenkes 1239/2001
menyebutkan bahwa perawat harus mencantumkan Surat Izin Praktek Perawat (SIPP)
di ruang praktiknya (Pasal 21). Penelitian yang dilakukan oleh Ahmad rivai dkk (2008)
menunjukkan bahwa sebagian perawat belum memiliki SIPP. Hal ini berarti, terdapat
perawat yang tidak memenuhi kewajiban perawat sebagaimana tercantum dalam
Kepmenkes 1239/2001 yaitu mencantumkan Surat Izin Praktek Perawat di ruang
praktiknya.
Dalam Kepmenkes Pasal 21 ayat (2), menyebutkan bahwa perawat yang menjalankan
praktek perorangan tidak diperbolehkan memasang papan praktek. Lain halnya dengan
yang terjadi di salah satu kota di Jawa Timur. Berdasarkan website alumni FIK-UI,
terdapat perawat yang membuka praktik mandiri perawat dengan memasang papan
nama. Walaupun, sudah memiliki SIPP, namun memasang papan nama tetap
diperbolehkan.
3. Hak Perawat
Pernyataan hak dalam Kepmenkes 1239/2001 tidak tertulis secara jelas. Dalam
Kepmenkes menentukan kewenangan dalam melaksanakan praktik keperawatan. Salah
satu kewenangan perawat yang terdapat dalam Pasal 15 kepmenkes 1239/2001 yaitu
pelayanan tindakan medik hanya dapat dilakukan berdasarkan permintaan tertulis dari
dokter. Perlu digaris bawahi, pada dasarnya perawat tidak diperkenankan
melaksanakan praktik medis. Hal ini mendapat perkecualian yaitu apabila terdapat
permintaan tertulis dari dokter dan dalam keadaan darurat yang mengancam jiwa
seorang pasien.

3.2 aspek sosial ekonomi dan budaya

Terbukanya lapangan kerja baru bagi tenaga kesehatan dan tenaga kerja lainnya.
Selain itu, dengan berdirinya perawat Praktik Mandiri ini, maka akan memberikan dampak
positif bagi lingkungan sekitar yakni bertambah ramainya orang yang berkunjung ke
daerah perawat Praktik Mandiri ini berdiri. Dengan ramainya orang yang berkunjung ,
maka dapat membuka kesempatan bagi masyarakat untuk membuka usaha kecil di
sekitar , seperti warung makan, warung klontong, mini market, jasa photocopy, bahkan jasa
tambal ban.
Selain hal yang telah disebutkan di atas ini dapat meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat yakni dengan cara mudahnya mengakses pelayanan kesehatan yang bermutu
tinggi dan sangat berkualitas.

3.3 aspek lingkungan

Analisa Dampak Lingkungan (AMDAL) sangat diperhatikan oleh pihak


penyelenggaran dari perawat Praktik Mandiri . Hal ini terbukti dengan adanya sanitarian di
desa ini yang akan mengorganisir pengelolaan limbah dan kebersihan lingkungan. Limbah
infeksius maupun non infeksius dari perawat Praktik Mandiri ini akan diolah sendiri.
Untuk limbah infeksius seperti spuit, flakon, ampul, akan diolah dalam insinerator.
Sementara jarum suntik dihancurkan dengan needle destroyer. Untuk sampah infeksius
berupa cairan, feses, urine, maupun duh tubuh lainnya akan dibuang ke dalam septic tank.
3.4 pasar dan pemasaran

1. Peluang Pasar
Pelayanan kesehatan terutama di bidang pelayanan kesehatan di Kecamatan laren,
masih sedikit Selain itu yang menjadi salah satu produk unggulan perawat Praktik
Mandiri merupakan satu-satunya yang ada di desa siser. Paket yang tersedia di
perawat Praktik Mandiri ini juga membuat masyarakat menjadi tak terbebani dengan
biaya. Selain itu memudahkan masyarat yang inggin memriksakan diri.
2. Daerah Pemasaran
Perawat Praktik Mandiri berada sangat dekat dengan pemukiman warga dan. Di
sekitar desa ini tidak terdapat rumah sakit, rumah bersalin, maupun praktik dokter,
sehingga warga masyarakat sekitar akan lebih mudah untuk mengakses kesehatan.
3. Pasar Sasaran
Sasaran yang dipilih praktek Praktik Mandiri dalam menawarkan jasa di antaranya:
Pasien yang mengalami gangguan oksigenasi

1. Pasien yang mengalami penyakit obstruktif paru kronis


2. Pasien yang mengalami penyakit gagal jantung
3. Pasien yang mengalami luka dengan tingkat kronis
4. Pasien yang mengalami penyakit diabetes
5. Pasien yang mengalami gangguan pada fungsi kemih
6. Pasien yang mengalami gangguan pada fungsi syaraf
7. Pasien yang mengalami penyakit human immunodeficiency virus atau HIV AIDS
8. Pasien yang sedang mengalami pemulihan dan rehabilitasi

3.5 aspek teknis dan teknologi

Alat yang disiapkan sebenarnya tergantung dari kekhususan dari masing-masing klinik
sesuai bidang keahlian teman-teman, misalnya perawat yang mempunyai sertifikat wound
care dan memiliki pengalaman sebagai perawat luka, bisa membuka klinik keperawatan
luka, atau mungkin ada yang sudah mendapatkan pelatihan keperawatan paliatif, bisa
berpikir untuk membuka klinik keperawatan khusus palliative care.
1. Fasilitas dasar adalah:
1) Perlengkapan untuk tindakan asuhan keperawatan dan kunjungan rumah, antara lain:
Alat untuk mengukur tanda-tanda vital, timbangan, meteran badan.
Alat untuk mengukur gula darah, asam urat dan kolesterol jika ingin menambahkan,
tergantung kemampuan finansial masing-masing.
2) Obat-obatan
Obat bebas dan obat bebas terbatas.
3) Perlengkapan administrasi
Meliputi formulir catatan tindakan asuhan keperawatan serta formulir rujukan dan
formulir persetujuan tindakan keperawatan (inform consent)

2. Perwatan perawat dalam berpraktik mandiri:


1) Melaksanakan proses keperawatan antara lain: pengkajian, diagnosa, intervensi,
implementasi dan evaluasi
2) Merujuk pasien ke rumah sakit
3) Memberikan tindakan pada keadaan gawat darurat sesuai dengan kompetensi
Misalnya memberikan bantuan hidup dasar, atau penanganan pertama pada kecelakaan
(lebih mudah jika kita sudah mendapatkan sertifikat BTCLS).
4) Berkolaborasi dengan dokter jika ada kasus yang tidak bisa ditangani sendiri.
5) Memberikan penyuluhan kesehatan dan konseling
Contohnya perawat yang sudah memiliki sertifikat konselor laktasi, dapat memberikan
konseling bagi ibu-ibu yang mengalami masalah pada saat menyusui.
6) Memberikan obat sesuai resep dokter
Pasien tuberkulosis rawat jalan yang harus mendapatkan obat injeksi setiap hari
selama dua bulan, bisa mendatangi klinik kita. Asal resep dari dokter jelas, dan
tentunya dokumentasi harus lengkap untuk menghindari kesalahan pemberian obat.
7) Memberikan obat bebas dan obat bebas terbatas.
3.6 aspek manajemen dan sdm

Kepemilikan praktek perawat mandiri ini yaitu Edi Susanto S.Kep.Ns. praktek perawat

mandiri ini adalah kepemilikan perorangan sehingga tidak terdapat struktur anggota karena

keseluruhannya dikelola sendiri.

3.7 aspek keuangan

1. modal
Modal pribadi = Rp. 20.000.000
Modal pinjaman =Rp. 10.000.000

Total = Rp. 30.000.000

2. pengeluaran perbulan
obat-obatan = Rp. 2.000.000
baramng habis pakai = Rp. 1.000.000

Total = Rp. 3.000.000


Pengeluaran pertahun = 3.000.000 x 12 = Rp. 36.000.000
BAB 4
PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Praktik Keperawatan Mandiri merupakan salah satu peluang, tetapi harus


dicermati dengan diundangkannya undang-undang perlindungan konsumen dan undang-
undang praktik keperawatan, pelaksanaan praktik keperawatan harus melaksanakan
praktiknya dengan bertanggung jawab dan berkualitas, sehingga dapat melindungi
keselamatan klien, dan akan terhindar dari tuntutan.
Pelayanan Keperawatan di rumah (Home Health Care) merupakan bentuk praktik
keperawatan mandiri yang dapat diberikan oleh seseorang perawat professional sesuai
dengan wewenang dan tanggung jawabnya. Praktik keperawatan mandiri ini merupakan
sumber yang paling memungkinkan dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada
masyarakat karena tenaga keperawatan adalah tenaga kesehatan professional yang paling
banyak tersebar sampai ke pelosok-pelosok.

4.2 Saran

Setiap perawat yang akan melakukan praktik keperawatan mandiri, harus


memenuhi kriteria dibawah ini :
1. Meningkatkan kompetensinya melalui pendidikan dan pelatihan keperawatan
berkelanjutan yang diselenggarakan oleh ogranisasi profesi dan lembaga lain yang
diakteditasi oleh organisasi profesi. (Sesuai RUU tentang praktik keperawatan pasal 26).
2. Mempunyai keterampilan intelektual, keterampilan teknikal, dan ketrampilan
interpersonal yang dapat memberikan kesehatan secara efektif dan terjangkau.
3. Dapat menjalankan perannya secara profesional dalam praktik keperawatan yaitu sebagai
pemberi asuhan keperawatan, komunikasi, kolaborasi, pendidik, advokat, konselor,
pembawa perubahan, pemimpin, manajemen dan peneliti.

Anda mungkin juga menyukai