Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

ALLAH SWT adalah Tuhan Maha Pencipta. Dia menciptakan alam semesta dengan
segala isinya. Dia pula yang menciptakan manusia serta berbagai kebutuhan dan
kehidupan manusia, Dia juga yang mematikan dan menghidupkan manusia.

ALLAH SWT membagi kehidupan menjadi dua bagian yakni kehidupan dunia dan
akhirat. Apa yang dilakukan manusia di dunia akan berdampak dalam kehidupan
akhirat.Enak dan tidaknya kehidupan seseorang sangat bergantung pada bagaimana ia
menjalani kehidupan di dunia ini. Manakala manusia beriman dan beramal shaleh dalam
kehidupan di dunia ia pun akan mendapatkan kenikmatan dalam kehidupan di akhirat.
Karena itu ketika seseorang berorientasi memperoleh kebahagiaan di akhirat maka ia
akan menjalani kehidupan di dunia ini sebaik-baiknya sebagaimana ditentukan oleh
Allah dan rasulya.Ketika manusia berorientasi kepada kehidupan akhirat bukan berarti
ia tidak boleh menikmati kehidupan di dunia. hal ini karena segala hal-hal yang bersifat
duniawi sangat disukai oleh manusia,karenanya islam tidak pernah mengharamkan
manusia untuk menikmati kehidupan dunia selama tidak melanggar ketentuan Allah
SWT apalagi sampai melupakan Allah SWT sebagai pencipta dan pengatur dalam
kehidupan ini.Manusia memang memandang indah segala hal yang bersifat dunia dan
itu wajar-wajar saja selama ia tidak mengabaikan tempat kembalinya.

Satu hal terpenting yang harus diingat dan diimplementasikan oleh manusia selama
hidup di dunia adalah tiap-tiap manusia mempunyai pandangan terhadap hidup ini, asal
mula kejadiannya, kemana ia akan pergi, kehidupannya kembali terhadap keabadian
kebaikan dan keburukan. Islam pada dasarnya tidak mengenal adanya perbedaan antara
sesama manusia kecuali atas dasar ketakwaan kepada Allah dan kebaikan prilaku dalam
kehidupan. Islam memandang sesama manusia adalah sama. Oleh sebab itu islam
mengajarkan bagaimana hidup dan kehidupan manusia.

1
1.2 Rumusan Masalah

1. Apa pengertian hidup?

2. Bagaimana Bermulanya kehidupan?

3. Bagaimana konsep islam tentang kehidupan?

1.3 Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui pengertian hidup

2. Untuk mengetahui Asal Usul kehidupan

3. Untuk mengetahui konsep islam tentang kehidupan

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Defenisi Hidup

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia kata hidup memiliki arti bertempat
tinggal, masih ada, bergerak, dan bekerja. Sebagai contoh : “hidup di desa lebih
tenang dari pada hidup di kota”,“neneknya masih hidup,tapi kakeknya sudah
meninggal”, “ulat itu masih hidup”, penduduk di sekitar pelabuhan itu hidup dari
berniaga; . Kata hidup juga berarti masih berjalan, bernyawa, dan berlangsung ;
“walaupun ekonomi melemah akan tetapi perusahaan itu masih hidup”, “setiap yang
hidup pasti akan mati, kecuali Tuhan”, “yayasan tersebut hidup dari sumbangan
masyarakat”[1]

Dalam bahasa arab hidup berasal dari kata “hayya-yahya-hayatan”, yaitu


hidup, tinggal, kehidupan, Ia merupakan lawan kata dari “maata-yamuutu-mautan”
yang artinya mati dan kematian.[2] Sedangkan dalam bahasa inggris hidup berasal
dari kata live yaitu tinggal, langsung dan bergerak.[3]

Berdasarkan dari beberapa makna tersebut maka dapat dikatakan bahwa


hidup adalah bergerak,berjalan,bernyawa,berdiam diri,tinggal,berlangsung dan
bekerja.

2.2 Asal Usul Kehidupan

Hingga saat ini, masih terjadi perdebatan panjang antara para ahli mengenai
asal usul kehidupan. Para ahli telah memberikan beberapa defenisi atau teori tentang
kehidupan berdasarkan bidang bidang keilmuan mereka, antara lain :

1. Teori Abiogenesis

Menurut teori ini, kehidupan terjadi secara spontan dan berasal dari materi tak
hidup. Teori ini beranggapan bahwa kehidupan berawal dari benda mati. Contohnya,
seekor cacing yang keluar dari dalam tanah, maka cacing tersebut berasal dari tanah.

3
Contoh lainnya, katak yang keluar dari lumpur, maka katak tersebut berasal dari
lumpur.

Teori ini pertama kali dikemukakan oleh aristoteles, seorang ahli filsafat
Yunani, kemudian didukung oleh John Needham yang merupakan ahli biologi.

2. Teori Biogenesis

Teori ini merupakan kebalikan dari teori abiogenesis bahkan ia merupakan


bantahan dari teori tersebut. Menurut teori ini kehidupan berasal dari kehidupan
sebelumnya. Pendapat ini didukung oleh Lazzaro Spazzalani, ia membuktikan
dengan percobaan yang serupa dengan percobaan needham. Hanya saja spazzalani
membuat dua tabung reaksi, pada satu tabung ia biarkan terbuka dan pada tabung
lainnya ia tutup dengan kain kasa yang dipanaskan, berbeda dengan tabung needham
yang ditutup dengan gabus.

Teori ini juga didukung oleh Francesco Redi dengan percobaan sekerat
dagingnya dan didukung pula oleh Louis Pasteur dengan percobaan tabung leher
angsanya yang mana mereka semua adalah merupakan Pakar Biologi Itali.[4]

3. Teori Evolusi

Pada teori ini para Ilmuwan menyatakan bahwa kehidupan berasal dari
senyawa organik dan kimia di atsmosfer yang kemudian berkumpul membentuk
materi hidup (berevolusi). Pendapat ini pertama kali diajukan oleh A.I Oparin ,
seorang ahli biokimia Rusia. A. I. Oparin menyatakan bahwa makhluk hidup terjadi
dari senyawa kimia, dan pada waktu itu di atmosfer belum ada oksigen bebas.
Pendapat Oparin mendapat dukungan dari J. B. S. Haldane ahli biologi
berkebangsaan Inggris. Oparin berpendapat bahwa makhluk hidup terjadi dari hasil
reaksi kimia antara molekul- molekul di dalam lautan yag panas.Lautan yang
terbentuk pada mulanya bersuhu tinggi sehingga energinya dapat digunakan untuk
berlangsungnya reaksi kimia.

Hasil reaksi kimia membentuk semacam uap yang terdiri atas bahan organik,
yaitu sebagai bahan pembentuk sel. Kemudian seorang peneliti berkebangsaan
Amerika, Stanley Miller berhasil membuktikan teori tersebut, ia menyatakan bahwa

4
asal-usul kehidupan diawali dengan adanya senyawa organik di atmosfer yang
berupa gas-gas seperti metana (CH4), Hidrogen(H2), Uap air (H2O), dan amonia
(NH3) yang bereaksi dengan bantuan energi dari sinar kosmis dan kilatan listrik
halilintar sehingga terbentuk asam amino. Ia membuktikannya dalam laboratorium
dengan menggunakan seperangkat alat dengan nama Stanley Mer - Harold Urey.
Alat ini disimpan pada suatu kondisi yang diperkirakan sama dengan kondisi pada
waktu sebelum ada kehidupan. Ke dalam alat tersebut dimasukkan bermacam gas,
seperti uap air yang dihasilkan dari air yang dipanaskan, hidrogen , metana, dan
amonia. Selanjutnya pada alat tersebut diberikan aliran listrik75.000 volt (sebagai
pengganti kilatan halilintar yang selalu terjadi di alam padawaktu itu). Setelah
seminggu,ternyata Miller mendapatkan zat organik yang berupa asam amino. Zat ini
merupakan bahan dasar pembangunan kehidupan. Berdasarkan percobaan ini
Ilmuwan menyebutnya sebagai Teori Evolusi Kimia. Teori evolusi pada awalnya
juga telah dikembangkan para ilmuwan seperti mutasi makhluk hidup dan seleksi
alam. Seorang. Ilmuwan yang mengembangkan teori ini ialah Charles Darwin. Ia
merupakan seorang Naturalis berkebangsaan Inggris. Menurut Darwin manusia dan
semua makhluk hidup berasal dari nenek moyang yang sama yang berupa makhluk
bersel satu. Makhluk bersel satu tersebut terus berevolusi hingga menjadi kera, dari
kera menjadi manusia dalam waktu yang lama.

Teori evolusi inilah yang banyak diterima oleh Pakar Biologi Modern. Akan
tetapi teori ini dibantah oleh seorang Ilmuwan muslim kebangsaan Turki yang
bernama Adnan Oktar atau lebih dikenal dengan nama Harun Yahya. Beberapa
bantahannya ialah :

1. Darwin berasumsi bahwa makhluk hidup yang ada sekarang berasal dari hal
yang sama, yaitu makhluk bersel satu. Setelah mengalami berbagai variasi kecil
dan bertahap, ia berevolusi menjadi makhluk yang lebih kompleks, hingga
menjadi seperti makhluk yang ada saat ini. Jika Darwin berkata bahwa makhluk
hidup, termasuk manusia adalah hasil evolusi yang berasal dari makhluk bersel
satu, dengan sendirinya ia menafikan kepercayaan bahwa manusia sebenarnya
adalah ciptaan Tuhan yang disempurnakan sendiri oleh-Nya, terbuat dari tanah

5
yang lantas turun ke Bumi karena melakukan sebuah kesalahan. Itu secara
keyakinan agama.

2. Secara ilmiah, bukti tentang makhluk hidup bersel satu yang sedang
berevolusi menjadi makhluk hidup lain yang lebih kompleks (seharusnya sampai
saat ini pun makhluk itu harus terus berevolusi), tidak pernah ditemukan. Sampai
saat ini belum ada ilmuwan dari pihak pembela teori evolusi yang berhasil
membuat sel tunggal yang dipercaya terjadi secara kebetulan oleh teori Darwin.
Dengan bukti ini saja telah meyakinkan kita bahwa sebenarnya teori evolusi
adalah kesalahan dalam memahami fakta sebenarnya tentang alam dan kehidupan.
Belum ada orang yang mampu menghidupkan kembali yang mati terkecuali atas
kehendak Allah lewat para Nabi-nya.

3. Sebuah tengkorak "Manusia Piltdown" yang diklaim sebagai bentuk


peralihan dari monyet ke manusia oleh pendukung teori evolusi, ternyata setelah
melalui "uji fluorin" diketahui umurnya baru beberapa ratus tahun saja. Dan yang
mengejutkan, terungkap bahwa tengkorak itu rekayasa tengkorak manusia yang
dipadukan dengan rahang tengkorak monyet. Sebuah penipuan untuk mendukung
teori sesat.

4. Teori evolusi menurut Harun Yahya adalah dasar filsafat "Materialisme",


tentang menuhankan materi dan tidak mempercayai adanya Tuhan di segala
bidang kehidupan manusia. Karena teori itu percaya bahwa segalanya berjalan
dengan sendirinya. Teori itu dapat menyesatkan pemikiran orang awam yang tidak
mengetahui tujuan adanya teori tersebut.Teori evolusi menurut Harun Yahya
hakikatnya adalah perang terhadap kepercayaan tentang adanya Tuhan pencipta
alam semesta.[5]

Dari beberapa bantahan tersebut, maka beragam teori diatas, belum dapat
menunjukkan bukti bukti yang konkrit tentang asal mula kehidupan.

2.3 Konsep Islam Tentang Kehidupan

6
ALLAH SWT membagi kehidupan menjadi dua bagian yakni kehidupan dunia
dan akhirat. Apa yang dilakukan manusia di dunia akan berdampak dalam
kehidupan akhirat.Enak dan tidaknya kehidupan seseorang sangat bergantung pada
bagaimana ia menjalani kehidupan di dunia ini. Manakala manusia beriman dan
beramal shaleh dalam kehidupan di dunia ia pun akan mendapatkan kenikmatan
dalam kehidupan di akhirat.

Karena itu ketika seseorang berorientasi memperoleh kebahagiaan di akhirat


maka ia akan menjalani kehidupan di dunia ini sebaik-baiknya sebagaimana
ditentukan oleh Allah dan rasulya.Ketika manusia berorientasi kepada kehidupan
akhirat bukan berarti ia tidak boleh menikmati kehidupan di dunia. hal ini karena
segala hal-hal yang bersifat duniawi sangat disukai oleh manusia,karenanya islam
tidak pernah mengharamkan manusia untuk menikmati kehidupan dunia selama
tidak melanggar ketentuan Allah SWT apalagi sampai melupakan Allah SWT
sebagai pencipta dan pengatur dalam kehidupan ini.

1) Kehidupan di Dunia

Pandangan manusia terhadap kehidupan beragam, mulai dari pandangan


optimistis hingga pandangan pesimistis. Demikian, penjelasan tentang kehidupan
dan peranannya dalam Islam menjadi sesuatu yang sangat penting.

Tentang hidup dan kehidupan manusia sering menjadi perdebatan banyak


orang. Sudah banyak para ilmuwan (scientist) yang merumuskan teori-teori tentang
kehidupan manusia. Salah satunya adalah teori yang dikemukakan oleh ilmuwan
berkebangsaan Inggris yang bernama Charles Darwin yang terkenal dengan Teori
Evolusinya. Menurut seorang cendekiawan muslim bernama Prof. DR.
M.Mutawalli Asy-Sya‟rawi dalam bukunya “Al-Hayatu Wal Maut” yang
diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia menjadi ”Esensi Hidup dan Mati”
dikatakan bahwa sesungguhnya indera manusia tidak memiliki kemampuan untuk
melihat esensi hidup dan kalaupun bisa hal itu hanyalah praduga semata, sedangkan
praduga akan cenderung menghasilkan suatu kesimpulan yang salah pada akhirnya.
Memang benar yang dikemukakan beliau tersebut, hal ini terbuktikan dengan
adanya praduga yang fatal dari Teori Evolusi Charles Darwin. Dalam teori

7
evolusinya ia mengatakan bahwa manusia berasal dari seekor kera, yang berhasil ia
temukan fosilnya dan diberi nama Loisy. Perhatikan Firman Allah yang
diterangkan dalam Al-Qur’ an sebagai berikut : Artinya : Ingatlah ketika Tuhanmu
berfirman kepada para malaikat, “Sesungguhnya Aku akan menjadikan seorang
manusia dari tanah liat kering yang berasal dari lumpur hitam yang diberi bentuk.”
(QS. Al-Hijr, 15 : 28) Maka dengan demikian, Teori Evolusi Darwin secara
otomatis langsung terbantahkan dan terpatahkan. Demikianlah, melalui Firman
Allah tersebut menjelaskan bahwasannya manusia diciptakan langsung sebagai
manusia, bukannya sebagai kera terlebih dahulu. Masih banyak lagi Firman Allah
yang menegaskan bahwa manusia diciptakan langsung oleh Allah sebagai manusia
seutuhnya, seperti pada Al-A’raf (7) : 11 dan Hud (11) : 61. Begitulah, Allah Sang
Pencipta seluruh alam semesta telah menerangkan dengan sejelas-jelasnya tentang
asal-usul kejadian manusia, namun mereka kebanyakan masih mencari bukti-bukti
lain selain penjelasan Allah tersebut. Naudzubillahi min dzalik.

Baru kemudian di awal abad ke-21 atau di awal milenium ke-3 ini muncul
seorang cendekiawan dan ilmuwan muslim yang bernama Adnan Oktar dari Turki
yang dalam tulisan-tulisan ilmiahnya lebih dikenal dengan nama Harun Yahya.
Beliau telah memiliki bukti-bukti sebagai sanggahan secara ilmiah berdasarkan cara
berpikir logika modern terhadap Teori Evolusi Darwin. Diperkuat pula secara
arkeologi yang menjelaskan bahwasannya tidak ada satu pun bukti yang berhasil
ditemukan yang dapat memperkuat argumentasi bahwa Teori Evolusi itu benar
adanya. Harun Yahya jelas-jelas mengatakan bahwa Teori Evolusi telah
menyesatkan umat manusia, bahkan beliau mengatakan bahwa Teori Evolusi
Darwin telah membahayakan Aqidah Islam, sehingga bagi umat Islam yang
mempercayai Teori Evolusi tersebut dikategorikan telah melanggar Aqidah Islam.
Bagaimana mungkin mereka bisa menduga bahwa manusia (yang juga termasuk
dirinya Darwin) itu berasal dari seekor kera, sedangkan kera adalah spesies
binatang bukan manusia. Allah Sang Pencipta manusia itu sendiri menyatakan
bahwa manusia adalah makhluk yang sebaik-baik ciptaan-Nya, sebagaimana yang
dijelaskan melalui Firman-Nya : Artinya : Sesungguhnya Kami telah menciptakan
manusia itu dalam bentuk/rupa yang sebaik- baiknya. (QS. At-Tin, 95 : 4)
Perhatikan Firman Allah berikut : Artinya : Dan segala sesuatunya Kami ciptakan

8
berpasang-pasangan agar supaya kamu mengingat kebesaran Allah. (QS. Adz-
Dzariyat, 51 : 49) Ayat di atas begitu gamblang menjelaskan bahwa Allah
menciptakan segala sesuatunya secara berpasang-pasangan, yakni laki-laki dan
perempuan (untuk manusia), jantan dan betina (untuk fauna), bahkan berlaku pula
untuk tumbuh-tumbuhan (flora).

Dahulu kala orang mengasosiasikan jenis kelamin hanya untuk manusia dan
hewan, serta tidak berlaku untuk tumbuh-tumbuhan. Namun, seiring dengan
perkembangan ilmu pengetahuan di akhir abad ke-20, orang sudah tahu bahwa
dalam dunia tumbuh-tumbuhan (flora) pun terdapat yang namanya “jenis kelamin”,
yakni yang disebut sebagai serbuk sari (jantan) dan kepala putik (betina). Jadi maha
benarlahapa-apa yang dikatakan Allah dalam Firman-Nya. Dalam penciptaan
manusia pertama (Adam), setelah Allah meniupkan ruh ke dalam tubuh Adam,
bersamaan dengan itu pula Allah telah menciptakan bahan dasar (substansi)
keturunan manusia pada punggung Adam, dalam bentuk material substansi calon
manusia (ciptaan) yang amat teliti dan teramat kompleks yang tercermin dalam
DNA (Deoxyribo Nucleic Acid) pada tiap-tiap manusia yang dilahirkan kemudian.
Sementara itu, Siti Hawa (isteri Adam) diciptakan langsung oleh Allah dari tulang
rusuk Adam. Hal ini diterangkan Allah dalam Firman-Nya : Artinya : Wahai
sekalian manusia, bertaqwalah kepada Tuhanmu yang telah menciptakan kamu dari
seorang diri, dan daripadanya Allah menciptakan isterinya (Hawa) dari (diri)nya;
dari keduanya Allah memperkembangbiakkan laki-laki dan perempuan yang
banyak. Bertakwalah kepada Allah yang dengan nama-Nya kamu saling meminta,
dan (peliharalah) hubungan kekeluargaan. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan
mengawasimu. (Q.S. An-Nisa, 4 : 1).

Sejak awal, Allah SWT telah memperlihatkan eksistensi Dzat-Nya kepada


semua makhluk ciptaan-Nya, dari yang pertama diciptakan sampai yang terakhir,
termasuk kepada manusia. Sebab tanpa persaksian ini, manusia tidak akan pernah
mampu mencerna dan menangkap dengan panca inderanya atas pemahaman hal-hal
yang bersifat ghaib (tidak nyata). Dari awal kejadian manusia itu, sebenarnya
manusia sudah meyakini bahwa Allah itu ada. Inilah yang disebut sebagai Fitrah
Iman kepada Allah yang terdapat di dalam Af-idah (Akal & Hati nurani) manusia

9
itu sendiri. Hati nurani manusia senantiasa akan selalu mendekatkan jiwa dan diri
manusia itu sendiri kepada Sang Penciptanya, yakni Allah SWT. Hati nurani akan
selalu melekat pada diri manusia sejak ia dilahirkan hingga ajal menjemputnya,
bahkan hingga manusia dibangkitkan kembali oleh Allah SWT pada hari kiamat
nanti.

Di antara ilmu-ilmu fisiologi yang sudah begitu jauh berkembang sampai


dengan pengenalan mekanisme dan fungsi organ-organ tubuh manusia, ditambah
lagi dengan temuan-temuan di bidang ilmu genetika manusia yang sedemikian
spektakuler pada milenium ketiga ini, namun hingga saat ini masih sangat banyak
manusia yang belum sepenuhnya mengerti tentang hakikat (esensi) dirinya sendiri,
karena memang ilmu pengetahuan tentang esensi hidup manusia masih sangat
jarang dibicarakan dan masih sangat jauh dari kemajuan sehingga sampai kini
masih berada pada tahap awal pengenalan sisi-sisi penting kehidupan manusia.
Islam memandang eksistensi manusia sebagai suatu kesatuan utuh yang tidak dapat
dipisahkan antara jasmani, rohani, serta akal dan budi. Akal dan budi tersebut
sebagai Af-idah yang telah dikaruniakan Allah kepada manusia. Budi itulah yang
disebut sebagai hati nurani. Antara jasmani, rohani, dan akal budi (Af-idah) saling
terkait serta membentuk suatu ikatan yang saling menguatkan satu dengan yang
lainnya (interdependensi). Pandangan Islam terhadap manusia dalam hal ini adalah
seimbang (tawazun). Oleh karena manusia tidak mampu membuat sistem bagi
kehidupannya sendiri, maka yang paling kompeten (kuasa) membuat sistem
kehidupan manusia adalah Allah SWT. Maka dari itu, untuk mengungkap esensi
hidup manusia di dunia ini haruslah melalui wahyu-wahyu Allah yang diturunkan
kepada Rasulullah SAW berupa Al-Qur’an dan Hadits yang dapat menjelaskan
tentang hakikat manusia itu sendiri. Dia-lah yang paling menguasai tentang
manusia karena Dia (Allah) yang menciptakannya. Perhatikan Firman Allah berikut
ini : Artinya : Apakah Allah yang menciptakan itu tidak mengetahui (yang kamu
lahirkan dan kamu rahasiakan)? (QS. Al-Mulk, 67 : 14).

Kehidupan Manusia di Dunia yang Fana’ ini pada Hakikatnya adalah : 1.


Kesenangan yang Menipu atau Memperdaya. …dan tidaklah kehidupan dunia itu
melainkan hanyalah kesenangan yang menipu/memperdaya. (QS. Ali Imran, 3 :

10
185) 2. Permainan dan Sesuatu yang Melalaikan. Ketahuilah bahwa sesungguhnya
kehidupan dunia itu hanyalah permainan dan sesuatu yang melalaikan, …. (QS. Al-
Hadid, 57 : 20) 3. Kesenangan yang Teramat Sedikit Sekali. … kenikmatan hidup
di dunia ini bila dibandingkan dengan akhirat amatlah sedikit sekali. (QS. At-
Taubah, 9 : 38) 4. Rangkaian Ujian dan Cobaan Hidup.

Dan Kami akan menguji kalian dengan keburukan dan kebaikan sebagai suatu
cobaan. Dan hanya kepada Kamilah kalian dikembalikan. (QS. Al-Anbiya, 21 : 35)
Allah akan memberi cobaan hidup kepada manusia dengan bermacam-macam
cobaan yang bisa berupa kesulitan atau kesusahan hidup, himpitan ekonomi,
penyakit dan kesedihan-kesedihan lainnya, tetapi bisa pula berupa kesenangan
hidup, rizki yang berlimpah, isteri yang sangat cantik, anak yang banyak, perhiasan
dari emas dan perak, ternak yang banyak atau hasil sawah, kebun dan hasil
pertanian yang berlimpah. Semua itu dimaksudkan Allah SWT untuk menguji
manusia serta untuk menyeleksi mana di antara manusia tersebut yang paling baik
perbuatannya, paling baik akhlaqnya, paling baik imannya, dan yang paling tinggi
kesabarannya. Dengan memberikan cobaan-cobaan dan ujian kepada manusia
tersebut, Allah ingin mendengar sendiri secara langsung dari manusia yang diuji-
Nya tentang reaksi dan komentar atas cobaan itu.

2) Kehidupan di Akhirat

a. Alam Barzah

Mengenai kehidupan sesudah mati, Al-Qur’an tidak menjelaskan tentang


hari akhir saja, tetapi juga memberikan banyak informasi menyangkut kejadian
dan peristiwa saat kematian, kehidupan barzah, dan peristiwa-peristiwa
sesudahnya. Dengan kematian, seseorang memasuki tahap pertama kehidupan
akhirat. Hal ini dinyatakan oleh hadist Nabi yang diriwayatkan oleh Turmuzi,
Ibn Majah dan hakim melalui Usman, yang artinya: Sesungguhnya kubur itu
adalah tahap pertama untuk alam akherat. Jika seseorang telah selamat dalam
menempuh tahap pertama ini, maka dalam menempuh tahap-tahap berikutnya
akan lebih ringan. Jika ia tidak selamat dalam menempuh tahap pertama, maka
dalam menempuh tahap-tahap berikutnya, ia akan lebih berat. Tahap pertama

11
setelah kematian disebut dengan alam barzah atau alam kubur. Dalam tahap ini
semua orang yang telah mati akan “hidup” dalam satu alam penantian datangnya
hari kiamat. Tahap ini dimulai sejak seseorang meninggal dunia hingga hari
kebangkitan. Hal ini diungkapkan dalam Al-Mu’minuun (23) : 99-100 sebagai
berikut : Artinya : Hingga apabila datang kematian kepada seseorang dari
mereka, dia berkata, “Ya Tuhanku, kembalikanlah aku (ke dunia), agar aku
berbuat amal yang shaleh terhadap yang telah aku tinggalkan.” Sekali-kali tidak.
Sesungguhnya itu adalah perkataan yang diucapkannya saja. Dan di hadapan
mereka ada dinding sampai hari mereka dibangkitkan. (QS. Al-Mu’minun, 23 :
99-100).

b. Hari Kiamat (Yaum al-Qiyamah)

Kehidupan akhirat dimulai dengan peniupan sangkakala yang pertama.


Dengan peniupan sangkakala itu, alam raya dan dunia seisinya menjadi hancur,
matahari digulung, bulan terbelah, bintang-bintang pudar cahayanya, dan
gunung-gunung dihancurkan menjadi debu yang beterbangan bagaikan kapas.
Itu semua merupakan kehancuran total. Dalam Al Qur’an peristiwa itu disebut
kiamat. Hal ini diungkapkan, misalnya, dalam Al-Haqqah (69); 13-16 sebagai
berikut. Artinya: Maka apabila sangkakala ditiup sekali tiup, dan diangkatlah
bumi dan gunung-gunung, lalu dibenturkan keduanya sekali bentur. Maka pada
hari itu terjadilah kiamat, dan terbelahlah langit, karena pada hari itu langit
menjadi lemah. (Qs Al-haqqah (69); 13-16). Dalam An-Naba’ (78) : 17-20 juga
dipaparkan kejadian dan peristiwa pada hari kiamat seperti berikut. Artinya :
Sesungguhnya hari keputusan (baca: hari kiamat) adalah suatu waktu yang
ditetapkan, yaitu hari (yang pada waktu itu) ditiup sangkakala lalu kamu datang
berkelompok-kelompok dan dibukalah langit, maka terdapatlah beberapa pintu
dan dijalankanlah gunung-gunung maka menjadi fatamorganalah ia. (QS An-
Naba (78):17-20) Ayat di atas menginformasikan bahwa datangnya hari kiamat
itu telah ditetapkan oleh Tuhan. Tuhan sendirilah yang mengetahui kapan
datangnya. Tuhan hanya memberi sinyal bahwa hari kiamat itu ditandai dengan
peniupan sangkakala. Dalam Az-Zumar (39) : 68 diungkapkan proses peniupan
sangkakala oleh malaikat seperti berikut. Artinya : Dan ditiuplah sangkakala

12
maka matilah siapa yang di langit dan di bumi, kecuali siapa yang dikehendaki
Allah. Kemudian ditiup sangkakala itu sekali lagi maka tiba-tiba mereka berdiri
menunggu (putusannya masing-masing). (QS. Az-Zumar, 39 : 68) Ayat di atas
menginformasikan bahwa peniupan sangkakala itu tidak hanya sekali saja. Pada
peniupan sangkakala yang pertama tidak seluruh makhluk akan hancur dan
binasa. Namun, ada yang dikehendaki oleh Allah untuk tidak hancur, yakni
Malaikat Izrofil yang bertugas meniup sangkakala. Pada peniupan sangkakala
yang kedua manusia seisi bumi dan langit bangun dan hidup kembali. Peristiwa
kiamat dikemukakan oleh Al-Qur’an dengan kedahsyatannya yang hebat.
Kedahsyatannya itu tidak hanya berbentuk materi-fisik, seperti kehancuran
langit, bumi dan gunung, melainkan juga berbentuk mental-psikologis.
Goncangan mental-psikologis ini diungkapkan dalam Al-Hajj (22) : 1-2 sebagai
berikut. Artinya : Hai manusia, bertakwalah kepada Tuhanmu; Sesungguhnya
kegoncangan hari kiamat itu adalah suatu kejadian yang sangat besar (dahsyat).
Ingatlah pada hari (ketika) kamu melihat kegoncangan itu, lalailah semua wanita
yang menyusui anaknya dari anak yang disusukannya dan gugurlah segala
wanita yang hamil, dan kamu lihat manusia dalam keadaan mabuk, padahal
sebenarnya mereka tidak mabuk, akan tetapi azab Allah itu sangat kerasnya.
(QS. Al-Hajj, 22 : 1-2) Dalam ayat di atas juga diinformasikan terjadinya
perubahan perilaku kejiwaan manusia. Diantaranya, para ibu yang tidak
memikirkan keselamatan dan kesehatan bayinya sehingga lupa menyusui.
Goncangan mental-psikologis lainnya ialah gugurnya kandungan semua wanita
yang hamil.

Banyak sekali ayat Al-Qur’an yang menginformasikan peristiwa kehancuran


alam secara total pada hari kiamat, tetapi tidak ada informasi sedikitpun kapan
hari kiamat datang dan terjadi. Bahkan secara tegas dalam berbagai ayat
dinyatakan bahwa tidak seorangpun yang mengetahui kapan hari kiamat itu
datang. Dalam An-Nazi’at (79) : 42-44, yang artinya : (Orang-orang kafir)
bertanya kepadamu (Muhammad) tentang hari berbangkit, “Kapankah
terjadinya?” “Siapakah kamu, (maka) dapat menyebutkan (waktunya)?” Kepada
Tuhanmulah dikembalikan kesudahannya (ketentuan waktunya). (QS. An-
Nazi’at, 79 : 42-44) Walaupun demikian, Al-Qur’an menginformasikan bahwa

13
waktu datangnya kiamat itu sudah dekat. Hal ini diungkapkan dalam Al-Anbiya’
(21) : 1 berikut. Artinya : Telah dekat kepada manusia hari menghisab segala
amalan mereka (baca : kiamat), sedang mereka berada dalam kelalaian lagi
berpaling (daripadanya). (QS. Al-Anbiya’, 21 : 1) Waktu datangnya kiamat
tetaplah misteri, meskipun ada sejumlah ayat Al-Qur’an dan hadist yang
menginformasikan tanda-tandanya. Karena informasi itu banyak bersumber dari
hadist, sebagian ulama meyakini dan sebaliknya, dan sebagian lagi menolaknya.
Tanda-tanda yang berasal dari informasi hadis, antara lain:

1. Terbitnya matahari dari arah barat. Informasi ini diungkapkan dari hadis
yang diriwayatkan oleh Bukhari, Muslim, dan Abu Dawud melalui Abu
Hurairah;

2. Datangnya imam mahdi. Kedatangan imam Mahdi ini diungkapkan melalui


berbagai hadis nabi, seperti yang diungkapkan oleh Abu Dawud dan Turmuzi.
Namun, hadis-hadis yang menginformasikan datangnya Imam Mahdi itu dinilai
oleh sebagian ulama sebagai hadis yang lemah (daif);

3. Datangnya Dajjal. Hadis yang menginformasikan kedatangan Dajjal ini


dinilai oleh sebagian ulama sebagai hadis sahih, seperti yang diriwayatkan oleh
Turmuzi, Bukhari, Muslim, Nasa’i, dan Ibnu Majah melalui ‘Aisyah;

4. Turunnya Nabi Isa ke dunia. Sekian banyak hadis nabi yang


menginformasikan turunnya nabi Isa, seperti yang diriwayatkan oleh Bukhari
dan Muslim melalui Abu Hurairah. Bahkan, As Suyuthi melengkapi dengan
sekian banyak hadis yang dinilainya sebagai hadis yang sahih. Walaupun
demikian, sebagian ulama menyatakan bahwa hadis-hadis yang
menginformasikan turunnya Nabi Isa menjelang kiamat itu adalah hadis yang
lemah (daif):

5. Rusaknya kakbah. Hadis tentang rusaknya kakbah sebagai tanda kiamat


diriwayatkan oleh Muslim melalui Abu Hurairah;

6. Lenyapnya Al Qur’an dari hati manusia. Diinformasikan oleh hadis yang


diriwayatkan oleh Ibnu Majah melalu Huzaifah;

14
7. Kafirnya semua manusia yang hidup di muka bumi. Hadis mengenai hal ini
diriwayatkan oleh muslim melalui Anas. Kualitas hadis-hadis yang
menginformasikan tanda-tanda kiamat di atas memang menjadi polemik para
ulama. Sebagian ulama menyatakan sebagai hadis sahih, tetapi sebaian yang lain
menyatakan sebagai hadis yang lemah (daif).

Tanda-tanda kiamat yang diinformasikan oleh Al-Qur’an setidaknya ada tiga.


Pertama, munculnya binatang ajaib yang biasa disebut dabbah al-ard, seperti dalam
An-Naml (27) : 82, yang artinya : Dan apabila perkataan telah jatuh atas mereka,
Kami keluarkan sejenis binatang melata dari bumi yang akan mengatakan kepada
mereka bahwa sesungguhnya manusia dahulu tidak yakin kepada ayat-ayat Kami.
(QS. An-Naml, 27 : 82). Berdasarkan makna harfiah ayat di atas, tanda kiamat adalah
munculnya binatang yang bernama dabbah al-ard. Binatang ini mempunyai
keistimewaan, yaitu dapat berbicara kepada orang-orang kafir. Hanya tidak diketahui
bagaimana bentuk dan wujud binatang itu karena Al-Qur’an sendiri tidak
menginformasikan lebih jauh tentang binatang itu.

Kedua, munculnya Yakjuj dan Makjuj, seperti terdapat dalam Al-kahfi (18) :
94. Artinya : Mereka berkata, “Hai Zulqarnain, sesungguhnya Yakjuj dan Makjuj itu
orang-orang yang membuat kerusakan di bumi, maka dapatkah kami memberikan
sesuatu pembayaran kepadamu, supaya kamu membuat dinding antara Kami dan
mereka.” (QS. Al-Kahfi, 18 : 94). Yang dimaksud Yakjuj dan Makjuj ialah dua
bangsa yang membuat kerusakan di muka bumi, sebagaimana yang dilakukan oleh
bangsa Tortor dan Mongol.

Ketiga, adanya kabut atau asap yang menutupi semua manusia, seperti
terdapat dalam Ad-Dukhan (44) : 10-12, yang artinya : Maka tunggulah hari ketika
langit membawa kabut (asap) yang nyata, yaitu meliputi manusia. Inilah azab yang
pedih. (mereka berdoa), “Ya Tuhan kami, lenyapkanlah kami dari azab itu.
Sesungguhnya kami akan beriman.” (Qs Ad-Dukhan, 44 : 10-12) Sebagian ulama
meyakini bahwa “hari” yang dimaksud adalah hari kiamat. Namun, sebagian ulama
yang lain tidak sependapat bahwa “hari” pada ayat di atas tidak secara tegas mengacu
pada hari kiamat. Informasi tanda-tanda yang bersumber dari Al-Qur’an bukan
merupakan informasi yang tegas (zanny ad dalalah).

15
c. Hari Kebangkitan (Yaum Al-Ba’as)

Hari kebangkitan (yaum al-ba’as) ditandai dengan peniupan sangkakala


yang kedua. Jika dengan peniupan sangkakala yang pertama manusia dan
seluruh alam raya hancur dan binasa, dengan peniupan sangkakala yang kedua
manusia bangkit dari kubur mereka. Tidak diinformasikan bagaimana wujud dan
bentuk manusia yang bangkit dan hidup kembali itu, apakah seperti manusia
pada waktu di dunia ataukah dalam bentuk lain. Situasi dan kondisi manusia
pada saat dibangkitkan kembali diungkapkan dalam Al-Qamar (54) : 6-8, yang
artinya : Maka berpalinglah kamu dari mereka. (Ingatlah) hari (ketika) seorang
penyeru (malaikat) menyeru kepada sesuatu yang tidak menyenangkan (hari
pembalasan), sambil menundukkan pandangan-pandangan mereka keluar dari
kuburan seakan-akan mereka belalang yang beterbangan, mereka datang dengan
cepat kepada penyeru itu. Orang-orang kafir berkata, “Ini adalah hari yang
berat.” (QS.Al-Qamar, 54 : 6-8) Ayat di atas menginformasikan bahwa manusia
hidup kembali dari kematiannya seraya menundukkan pandangannya. Ini
disebabkan manusia baru menyadari kekerdilan dan ketidakmampuannya saat
menghadapi situasi yang berat. Sementara itu, mengenai cara bangkit dan
keluarnya manusia dari kubur diungkapkan dalam Qaf (50) : 41-44, yang artinya
: Dan dengarlah (seruan) pada hari penyeru (malaikat) menyeru dari tempat yang
dekat. (Yaitu) pada hari mereka mendengar teriakan dengan sebenar-benarnya,
itulah hari keluar (kubur). Sesungguhnya Kami menghidupkan dan mematikan
dan hanya kepada Kamilah tempat kembali (semua makhluk). (Yaitu) pada hari
bumi terbelah-belah menampakkan mereka (lalu mereka keluar) dengan cepat.
Yang demikian itu adalah pengumpulan yang mudah bagi Kami. (QS. Qaf, 50 :
41-44.

Ketika semua makhluk telah hancur dan meninggal, termasuk malaikat


Izrafil, Tuhan berseru dan bertanya, “Kepunyaan siapakah kerajaan atau
kekuasaan hari ini?” kemudian Tuhan menjawab sendiri, “Kepunyaan Allah
Yang Maha Esa lagi Maha Mengalahkan.” Dialog tersebut diungkapkan dalam
Gafir (40) : 16. Artinya : (Yaitu) hari (ketika) mereka keluar (dari kubur); tiada
suatu pun dari keadaan mereka yang tersembunyi bagi Allah. (Lalu Allah

16
berfirman) “Kepunyaan siapakah kerajaan pada hari ini?” “Kepunyaan Allah
Yang Maha Esa lagi Maha Mengalahkan.” (QS. Gafir, 40 : 16).

d. Hari Berkumpul (Yaumul-Hasyr)

Setelah dibangkitkan, seluruh manusia digiring dan dikumpulkan ke


Mahsyar (tempat berkumpul). Informasi ini diungkapkan dalam Al-Ma’arij
(70) : 8-14, yang artinya : Pada hari ketika langit menjadi seperti luluhan perak.
Dan gunung-gunung menjadi seperti bulu (yang beterbangan). Dan tidak ada
seorang teman akrab pun yang menanyakan temannya, sedang mereka saling
melihat. Orang-orang kafir ingin kalau sekiranya dia mendapat menebus
(dirinya) dari azab hari itu dengan anak-anaknya, istrinya dan saudaranya, dan
kaum familinya yang melindunginya (di dunia), dan orang-orang di atas bumi
seluruhnya; kemudian (mengharapkan) tebusan itu dapat menyelamatkannya.
(QS. Al-Ma’arij, 70 : 8-14) Pada berkumpulnya manusia di Mahsyar, menurut
ayat di atas, kondisi alam dalam keadaan hancur, yang diibaratkan gunung
seperti bulu yang beterbangan dan langit seperti luluhan perak. Situasi dan
kondisi Mahsyar yang menakutkan dan menyeramkan itu menyebabkan manusia
tidak saling kenal. Bahkan orang-orang kafir rela mengorbankan orang-orang
yang dicintainya, (kalau bisa) untuk menebus dirinya. Bagi orang yang
bertawakal hari itu sangat menyenangkan karena mereka menjadi “duta” dari
Tuhan sebagaimana diinformasikan dalam Maryam (19) : 85 sebagai berikut.
Artinya : (Ingatlah) hari (ketika) kami mengumpulkan orang-orang yang taqwa
kepada Tuhan Yang Maha Pemurah sebagai perutusan yang terhormat. (QS.
Maryam, 19 : 85) Kondisi orang-orang kafir pada saat berkumpul di Mahsyar di
ungkapkan dalam An-Naml (27) : 83-85, yang artinya: Dan (ingatlah) hari
(ketika) Kami kumpulkan dari tiap-tiap umat segolongan orang-orang yang
mendustakan ayat-ayat Kami. Lalu mereka dibagi bagi (dalam kelompok-
kelompok). Hingga apabila mereka datang, Allah berfirman, “Apakah kamu
telah mendustakan ayat-ayat-Ku, padahal ilmu kamu tidak meliputinya, atau
apakah yang telah kamu kerjakan?” dan jatuhlah perkataan (azab) atas mereka
disebabkan kezaliman mereka, maka mereka tidak dapat berkata (apa-apa). (QS.
An-Naml, 27 : 83-85)

17
e. Hari Pengadilan (Yaum Al-Hisab)

Setelah manusia berkumpul di mahsyar diadakanlah suatu Pengadilan


Agung yang dilakukan oleh Tuhan untuk menghitung (menghisab) amal
perbuatan yang telah dilakukan setiap manusia di muka bumi. Saat berlangsung
penghitungan amal itu biasa disebut yaum al-hisab (hari perhitungan). Pada hari
perhitungan itu semua makhluk secara sendiri-sendiri menghadap Tuhan untuk
ditimbang amal perbuatannya secara teliti dan penuh kecermatan. Informasi ini
diungkapkan dalam Maryam (19) : 93-95, yang artinya : Tidak ada seorangpun
di langit dan di bumi kecuali akan datang kepada Tuhan Yang Maha Pemurah
selaku seorang hamba. Sesungguhnya Allah telah menentukan jumlah mereka
dan menghitung dengan hitungan yang teliti. Dan tiap-tiap mereka akan datang
kepada Allah pada hari kiamat dengan sendiri-sendiri. (QS. Maryam, 19 : 93-
95).

Mahkamah Tuhan (Pengadilan Illahi) pada yaum al-hisab menjunjung tinggi


keadilan dan keobjektifan sehingga tidak satu amal perbuatan pun yang
tertinggal untuk dipertanggungjawabkan. Setiap amal perbuatan manusia akan
dibalas walau sekecil zarrah. Ini diungkapkan dalam Al-Zalzalah (99) : 7-8, yang
artinya : Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat zarrah pun, niscaya
dia akan melihat (balasan)nya. Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan
seberat zarrah pun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya pula. (QS. Al-
Zalzalah, 99 : 7-8) Sebagai tolok ukur keadilan, Tuhan membuat alat pengukur
amal perbuatan manusia yang disebut al-mizan. Mengenai al-mizan ini Tuhan
menginformasikan adanya dua substansi. Pertama, al-mizan itu akurat dan pasti
terpercaya ketepatannya. Ini diungkapkan dalam Al-Anbiya’ (21) : 47 sebagai
berikut. Artinya : Kami akan memasang timbangan yang tepat pada hari kiamat,
maka tiadalah dirugikan seseorang barang sedikit pun. Dan jika (amalan itu)
hanya seberat zarrah pasti Kami mendatangkan (pahala)nya. Dan cukuplah Kami
sebagai pembuat perhitungan. (QS. Al-Anbiya’, 21 : 47). Kedua, al-mizan
menjunjung tinggi keadilan sehingga tingkat kebenarannya mutlak. Ini
diungkapkan dalam Al-A’raf (7) : 8-9, yang artinya : Timbangan pada hari itu
ialah kebenaran (keadilan) maka barangsiapa berat timbangan kebikannya maka

18
mereka itulah orang-orang yang beruntung. Dan barangsiapa yang ringan
timbangan kebaikannya, maka itulah orang-orang yang merugikan dirinya
sendiri, disebabkan mereka selalu mengingkari ayat-ayat Kami. (QS. Al-A’raf, 7
: 8-9)

e. Surga dan Neraka.

Surga dan neraka merupakan kelanjutan alami dari perbuatan baik dan jahat
manusia. Secara logis manusia memerlukan keduanya sebagai balasan amal
mereka di dunia. Bentuk dan hakekat kehidupan surga dan neraka masih
merupakan polemik bagi para ulama sehingga dalam ajaran Islam pun umat
tidak dituntut untuk meyakini bentuk dan hakikat kehidupan surga dan neraka.
Ajaran dasar Islam hanya menuntut agar setiap Muslim meyakini adanya
kehidupan surga dan neraka.

3) Keseimbangan Kehidupan Dunia dan Akhirat.

Kehidupan yang sesungguhnya adalah kehidupan setelah mati, yakni akhirat.


Sayangnya, banyak manusia yang lupa atau bahkan melupakan diri. Meraka
mengabaikan tujuan penciptan manusia untuk beribadah kepada Allah (QS. Adz-
Dzariyat, 51 : 56). Perkembangan zaman yang semakin maju tidak diiringi oleh
peningkatan iman kepada-Nya. Geliat perekonomian yang semakin berkembang
justru memalingkan perhatian manusia untuk lebih mencari harta, bahkan
mendewakannya. Dalam mencari keridhoan Allah, harus melalui pintu pengabdian
kepada orang tua. Sayang sekali hal ini sering terlupakan oleh kebanyakan manusia
di muka bumi ini. Akibatnya kita banyak menyaksikan fenomena yang memilukan
hati. Fenomena tersebut diantaranya di suatu sisi kita melihat si anak hidup kaya
raya, tetapi membiarkan orang tua terlantar, dan lain sebagainya. Dapat
disimpulkan bahwa anak seperti ini tidak akan mendapatkan ridha Allah. Dari
kehidupan di dunia ini kita hendaknya juga jangan melupakan kehidupan di akhirat
kelak. Kalau kiranya yang menjadi pusat perhatian manusia untuk mengisi
kehidupan hanya urusan dunia saja, mungkin bisa tercapai, tapi sungguh merugi,
karena belum lebih dari tingkat mahluk yang lain. Mahluk hidup lain selain
manusia itu banyak, ada yang berbentuk kambing, sapi, cacing, ulat, kucing, dan

19
lain sebagainya. Makhluk-mahluk tersebut makan, minum dan berkembang biak,
tetapi manusia seharusnya lebih dari itu. Memang banyak manusia yang hanya
memikirkan hdupnya di dunia ini, tidak memikirkan bagaimana nanti di akhirat,
dalam Al – Baqarah (2) : 200, Allah berfirman : Maka diantara manusia ada orang
yang berdoa : “Ya Tuhan kami, berilah kami (kebaikan) di dunia.” dan tidalah
baginya bagian (yang menyenangkan) di akhirat. Jika orang hanya memikirkan
hidupnya yang sekarang di dunia ini saja, di akhirat ia tidak mendapatkan bagian.
Maka dari itu difirmankan oleh Allah supaya kita berdoa yang baik. Dalam Al-
Baqarah (2) : 201, telah ditunjukkan doa yang baik : Dan di antara meraka ada
orang yang berdoa : “Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan
di akhirat dan periharalah kami dari siksa neraka” Inilah doa yang sebaik – baiknya
bagi seorang muslim. Jadi, yang harus kita cari dan kita perjuangkan bukan
enaknya di dunia ini saja tapi harus selalu berusaha untuk kebaikan dunia dan
akhirat, keuntungan dunia dan keuntungan akhirat.

20
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dari pemaparan makalah yang telah penulis susun, maka dapat disimpulkan bahwa :

1. Asal usul kehidupan masih berada dalam perdebatan panjang para Ilmuwan hingga
kini.

2. Teori Kehidupan yang dikemukakan dan dipercayai Pakar Kimia dn Biologi


Modern banyak bertentangan dengan keyakinan ummat islam.

3. Islam Mengajarkan dalam kehidupan manusia untuk menjadi pribadi yang Solih
ritual dan Solih Sosial.

4. Manusia memiliki bermacam ragam kebutuhan batin maupun lahir akan tetapi,
kebutuhan manusia terbatas karena kebutuhan tersebut juga dibutuhkan oleh
manusia lainnya. Karena manusia selalu membutuhkan pegangan hidup yang
disebut agama karena manusia merasa bahwa dalam jiwanya ada suatu perasaan
yang mengakui adanya yang maha kuasa tempat mereka berlindung dan memohon
pertolongan. Sehingga keseimbangan manusia dilandasi kepercayaan
beragama.Agama sangatlah penting dalam kehidupan manusia karena Agama :
Sumber moral, Merupakan petunjuk kebenaran, Merupakan sumber informasi
tentang masalah metafisika, Memberikan bimbingan rohani bagi manusia, baik di
kala suka maupun dikala duka.

3.2 Saran

Membahas peran islam dalam kehidupan individu, kelompok dalam perspektif islam itu
sangat lah luas cakupan nya, makalah ini hanya bisa menjelas kan sebagian peran islam
dalam kehidupan manusia dalam hal ilmu pengetauan dan sosial semata, sedang kan

21
dalam hal ekonomi, politik di butuhkan peninjauan yang lebih luas lagi, demi
tercapainya akurasi ilmu pengetahuan ini.

DAFTAR PUSTAKA

Hasbi Ash-shiddieqi, Al-Islam, Jakarta:Bulan bintang,1997.

Atang abdul hakim, Jaih mubarok, Metodeologi Studi islam,Bandung:Remaja Rosda


karya,2011.

Barmawie umary, Materia Akhlak, Solo:Ramdani:2000.

Nasr sayyed tasser, The Heart Of Islam, Bandung:PT.MizanPustaka,2007.

Nurcholis madjid, Islam Doktrin & Peradaban, Bandung:Remgia resada karya,2011.

Aminuddin, dkk, Pendidikan Agama Islam, Bogor: Ghalia Indonesia, 2005.

Abuddin Nata, Metodologi Studi Islam, Yogyakarta: Gama Media, 2005.

Hendropuspito, Sosiologi Agama, Yogyakarta: Kanisius, 2006.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia,


(Jakarta:Balai Pustaka, 1989).

Dra. Irnaningtyas,Biologi Sma/Ma ,Yogyakarta : Erlangga, 2015

Kusnadi, S.Pd., M.Si., Soni Muhsinin, S.Si., Yayan Sanjaya, S.P., M.Si, Buku Saku
Biologi SMA 1,2,3,Bandung : KawanPustaka, 2009.

K.H ahmad Warson Munawwir, Kamus Indonesia-Arab, Surabaya : Pustaka Progresif,


cet 1, 1984.

John M. Echols, Hassan Shadily, Kamus Inggris-Indonesia, Jakarta : Gramedia Pustaka


Utama,Cet XXX, 2012.

22

Anda mungkin juga menyukai