N.L.N Swasthi Wijaya Bandem atau N.L.N Swasthi Wijaya merupakan tokoh dibalik kemashyuran tari Puspanjali. Selain sebagai pencipta, ia juga merupakan orang yang pertama kali memperkenalkan tari Puspanjali pada masyarakat Bali. Berkat tangan dingin perempuan kelahiran Mei 1946 ini, terciptalah mahakarya yang bermakna “tarian penghormatan bagi para tamu” tersebut. Dalam penggarapannya, Swasthi Wijaya tidak hanya menyajikan koreografi semata, tetapi juga berkolaborasi dengan I Nyoman Windha sebagai penata musiknya. B. Jenis Tarian : a) Bentuk : Berkelompok oleh 5-7 penari wanita. Sebuah tari sekuler (balih-balihan) yang indah dalam kesederhanaan gerak, lembut dan dinamis. b) Jenis Tarian ini merupakan jenis tari kreasi baru yang jumlah penarinya berkelompok mulai dari 5 sampai 7 orang. c) Fungsi : sebagai tari penyambutan telah juga diisyaratkan namanya. puspa berarti bunga dan anjali yang berarti hormat. Jadi, Puspanjali “menghormati bagai bunga” atau yang pasti tarian ini menggambarkan besarnya penghormatan tuan rumah terhadap kedatangan tamu mereka. Meski berdurasi kurang dari 5 menit, perpaduan tari dan musiknya benar- benar anggun dan mempesona. C. Konsep Gerak : Untuk lebih lengkapnya tentang Konsep tersebut sebagai berikut:
1. Pespson, merupakan awalan sebuah gending atau lagu
yang disajikan sebelum mulainya tarian. 2. Pengawak, merupakan gending yang dimainkan setelah pepson adalah komposisi musik dengan alunan lembut dan pelan. 3. Pengecet, merupakan bagian komposisi yang menampilkan gerak-gerak tari bertempo pelan dan lemah lembut. 4. Pekaad, merupakan bagian komposisi yang diwarnai dengan gerak-gerak tari bertempo cepat, kemudian lebih pelan untuk mengakhiri tarian. D. Busana Tari : Busana yang digunakan dalam tarian ini dirancang sama seperti tarian tradisional Bali lainnya. Pakaiannya berupa tapih yang di prada bawahnya dan disarung, serta steples polos berwarna senada dengan tapih dan kain prada yang juga disarung. Rambut para penari disasak dan menggunakan "pusung lungguh magonjer". Pada bagian tengah depan pusung lungguh mgonjer diberikan hiasan berupa "onggar-onggar" dengan bunga yang sewarna pakaian penarinya. Onggar-onggar dilengkapi juga dengan beberapa bunga mas cempaka imitasi dan dua untaian semanggi di bagian kanan dan kirinya.