Anda di halaman 1dari 299

Sambutan: Prof. Ir. Nizam, M.Sc, DIC, Ph.

D
Plt Dirjen Dikti Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

21 Refleksi
EM B ELAJARAN DARING
P
DI MASA DARURAT

Editor:
Prof. Dr. F. Ridwan Sanjaya, MS.IEC
UNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATA
UNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATA
21 Refleksi Pembelajaran Daring di Masa Darurat
Editor : Prof. Dr. F. Ridwan Sanjaya, MS.IEC

Hak Cipta dilindungi undang-undang. Dilarang


memperbanyak atau memindahkan sebagian
atau seluruh isi buku ini dalam bentuk apapun,
baik secara elektronis maupun mekanis,
termasuk memfotocopy, merekam atau dengan
sistem penyimpanan lainnya, tanpa izin tertulis
dari Penulis dan Penerbit.

©Universitas Katolik Soegijapranata 2020

ISBN elektronis : 978-623-7635-13-0 (PDF)

Desain Sampul : Theresia Putri Manggar


Perwajahan Isi : Ignatius Eko

PENERBIT:
Universitas Katolik Soegijapranata
Anggota APPTI No. 003.072.1.1.2019
Jl. Pawiyatan Luhur IV/1 Bendan Duwur Semarang 50234
Telpon (024)8441555 ext. 1409
Website : www.unika.ac.id
Email Penerbit : ebook@unika.ac.id

ii
T
idak ada gading yang tak retak. Perumpamaan ini bukan
hanya sebagai permintaan maaf jika penyusunan buku ini
tidaklah sempurna, tetapi juga berlaku bagi usaha-usaha
yang dilakukan oleh kampus, dosen, maupun tenaga kependidikan
dalam berjaga- jaga, menjalankan tanggung jawabnya, maupun
mengondisikan kuliah tatap muka menjadi kuliah daring dalam
waktu yang sangat singkat dan dilakukan secara massal ketika
wabah Covid-19 akhirnya masuk ke Indonesia. Dosen maupun
tenaga kependidikan yang juga ditugaskan menjadi dosen
mungkin merasa dikejutkan dengan perubahan yang mendadak
dan radikal ini. Tetapi untuk memberikan pelayanan yang terbaik
kepada stakeholder dan mewujudkan mimpi-mimpi mahasiswa
agar tidak tertunda, dosen- dosen akhirnya jungkir balik atau
tunggang langgang (istilah dalam tulisan Pak Benny) untuk
berubah menjadi sosok yang berbeda dari sebelumnya.
Namun selalu ada sisi positif dan reflektif yang dapat ditemukan
oleh setiap dosen dalam menghadapi kondisi sulit dan wabah yang
sedang terjadi. Bukan hanya soal kemampuannya memanfaatkan
teknologi dalam pembelajaran daring, tetapi juga refleksi akan
nilai-nilai kemanusiaan yang dicoba untuk diinsersikan ke dalam
pembelajaran daring, praktek integritas yang mungkin sulit
dilakukan dalam kondisi darurat, usaha-usaha untuk tampil prima
dalam kondisi darurat, maupun strategi-strategi yang disusun
berdasarkan keilmuan masing-masing dosen dalam menjalankan
pembelajaran daring. Ke-21 refleksi ini disusun oleh 21 dosen
setelah 21 hari kampus Unika Soegijapranata mulai menerapkan

iii
pembelajaran daring pada 16 Maret 2020 untuk mengantisipasi
penyebaran Covid-19.
Semua refleksi ini sekaligus menggambarkan seberapa besar
kecintaan dosen dalam menjalankan tugasnya sebagai pengajar,
sebagai orangtua bagi mahasiswanya di kampus, maupun tanggung
jawabnya sebagai pendidik professional kepada stakeholder.
Melalui ke-21 tulisan ini, semoga dapat menjadi bahan literasi
maupun refleksi dalam menjalankan peran kita masing-masing
ketika kondisi darurat menghadang. Buku ini juga diharapkan
dapat menjadi bahan bacaan bagi semua pihak untuk melihat
kembali pergulatan batin dosen-dosen semasa Kondisi Luar Biasa
(KLB) Covid-19 menerjang Indonesia. Semoga dapat bermanfaat
bagi kita semua.

Semarang, 8 April 2020

Prof. Dr. F. Ridwan Sanjaya, MS.IEC


Rektor Universitas Katolik (Unika) Soegijapranata

iv
B
ersama setiap kesulitan selalu banyak jalan kemudahan
yang terbuka. Pandemi Covid-19 yang melanda hampir
semua negara di dunia, tak terkecuali Indonesia, memaksa
kita untuk melakukan adaptasi secara cepat. Sejak awal Maret
2020, Mendikbud telah mengeluarkan surat edaran kepada kepala
sekolah dan pimpinan perguruan tinggi untuk melakukan
pembelajaran dari rumah. Sebelum masa pandemi ini, beberapa
kampus telah melakukan pembelajaran daring dalam bentuk
blended learning atau bentuk-bentuk pengayaan pembelajaran
lainnya. Bahkan sejak awal tahun 2000 sudah lahir GDLN
Indonesia dan Inherent (Indonesia Higher Education and Research
Network) sebagai jejaring pembelajaran lintas perguruan tinggi
berbasis teknologi informasi terutama melalui widya tele wicara
(video tele conference). Bahkan kalau kita runut ke belakang, tahun
1984 Universitas Terbuka telah berdiri dan menyelenggarakan
pembelajaran jarak jauh. SPADA sebagai platform nasional utk PJJ
daring juga telah dikembangkan sejak 2014. Namun pertumbuhan
dan adaptasi ke pembelajaran daring di perguruan tinggi berjalan
sangat lambat.
Tetapi keadaan pandemi Covid-19 ini memaksa semua perguruan
tinggi tiba-tiba harus melakukan pembelajaran jarak jauh. Dengan
segala keterbatasan dan keterpaksaan, dosen dan mahasiswa dalam
waktu singkat beradaptasi melakukan pembelajaran dari rumah
berbasis teknologi. Blessing in disguise, wabah pandemi ini
memaksa kita melakukan lompatan transformasi secara cepat
menuju pembelajaran daring. Selama masa pandemi ini Direktorat

v
Jenderal Pendidikan Tinggi mendorong perguruan tinggi untuk
saling berbagi dalam pembelajaran daring. Platform bersama
SPADA kita perkuat dengan berbagai sistem manajemen
pembelajaran, baik Moodle maupun Google Suite, serta diperkaya
dengan sumber belajar gratis dari perguruan tinggi di dalam dan
luar negeri. Berbagai kisah dan pengalaman menarik kita dapatkan
melalui transformasi revolusioner ini. Buku 21 Refleksi
Pembelajaran Daring di Masa Darurat ini merupakan bunga rampai
yang ditulis oleh rekan-rekan dosen Universitas Katolik
Soegijapranata. Saya mengucapkan selamat dan menyambut baik
atas inisiatif Rektor Unika Soegijapranata untuk menuliskan
berbagai pengalaman dosen selama pembelajaran dari rumah.
Sesuai judulnya, semoga buku ini dapat menjadi refleksi dan
pembelajaran bagi kita semua para pendidik, dalam memanfaatkan
teknologi pembelajaran jarak jauh.
Kecepatan beradaptasi serta semangat berbagi di antara perguruan
tinggi yang kita lihat selama masa pandemi ini semoga tetap terjaga
dan terus berlanjut di masa mendatang. Melalui kecepatan adaptasi
dan gotong royong, kemajuan pendidikan tinggi kita akan semakin
cepat untuk membangun kemajuan dan kejayaan Indonesia.

Prof. Ir. Nizam, M.Sc, DIC, Ph.D


Plt Dirjen Dikti
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

vi
Pengantar Editor iii

Sambutan Dirjen Dikti v

Daftar Isi vii

1. Bahtera Dunia Pendidikan di Masa Pandemi................................ 1

Ridwan Sanjaya

2. BDR – Beratkah untuk orang IT? ................................................... 11

R. Setiawan Aji Nugroho

3. Akuntansi dalam Kuliah Daring dan Seni Belajar Mengajar .. 21

B. Linggar Yekti Nugraheni

4. Belajar Di Rumah, Mengajak Mahasiswa Berbenah .................. 35

Christin Wibhowo

5. “Can I answer the question, Ma’am?”: Dinamika Partisipasi


Mahasiswa Dalam Pembelajaran Daring ..................................... 49

Cecilia Titiek Murniati

6. Eksplorasi Prinsip Andragogi untuk Metode Pembelajaran


Daring .................................................................................................. 69

Kristiana Haryanti

7. Pembelajaran Daring dan Merdeka Belajar ................................. 99

Eny Trimeiningrum

vii
8. Pembelajaran Daring dan Nilai-Nilai Mgr. Soegijapranata ... 105

B. Lenny Setyowati

9. Never Too Old to Learn: Dosen Gen-X Menjawab Tantangan


Mengajar Daring.............................................................................. 113

Angelika Riyandari

10. Menjawab Tantangan Teknologi Daring Menuju Kelulusan


Tepat Waktu ..................................................................................... 135

Victoria Kristina Ananingsih

11. Library 5.0: Pemanfaatan Moodle Untuk Layanan Rujukan


Informasi Ilmiah dan Pendampingan Literasi Informasi Online
............................................................................................................. 145

Rikarda Ratih Saptaastuti

12. Work from Heart: Menjaga Integritas dan Humanisme dalam


Kuliah Daring .................................................................................. 155

Elizabeth Lucky Maretha Sitinjak

13. Minus Malum Kebijakan Pembelajaran Daring di Tengah


Kondisi Darurat ............................................................................... 169

Antonius Suratno

14. Dunia Tunggang Langgang: Belajar untuk Mengajar ............. 183

Benny D Setianto

15. Pendidikan Karakter dalam Pembelajaran Daring................... 201

Ign. Dadut Setiadi

viii
16. Kuliah Daring, Kecerdasan Jamak, dan Belajar Mandiri ........ 211

Meiliana

17. Strategi Kuliah Daring Berbasis Video Conference ................. 225

Albertus Dwiyoga Widiantoro

18. Pandemi dan Revolusi Proses Desain Arsitektur ..................... 233

Christian Moniaga

19. Menghitung Hari dari Dalam Rumah ......................................... 247

Antonius Maria Laot Kian

20. Lain Ladang Lain Belalang, Lain Generasi Lain Adaptasi ...... 261

Tjahjono Rahardjo

21. Dinamika Pendidikan Dalam Kemandirian Belajar ................ 269

Theresia Dwi Hastuti

Indeks 285

ix
1.

Ridwan Sanjaya1

“Clayton Christensen (1997) telah mengingatkan kita jauh-jauh


hari akan datangnya masa perubahan yang radikal tersebut.
Mereka yang tidak siap akan kelabakan, panik, gagap, berbuat
ceroboh, dan merasa cukup dengan memberikan rasa nyaman
dan penghiburan”

T
entunya kita tidak pernah ada yang menginginkan
kondisi menjadi seperti sekarang ini, dimana aktivitas
menjadi terbatas, rencana yang telah dipersiapkan tidak
lagi bisa dijalankan, bahkan pilihan terbaik tidak lagi tersedia.
Ibarat berlayar dengan kapal, pilihan yang terbaik hanyalah semua
yang berhasil terangkut ke dalam kapal sebelum badai datang. Kita
tidak bisa berandai-andai memiliki pilihan yang tersedia di daratan,
meskipun dipandang cukup ideal menemani perjalanan sampai
badai berlalu.
Seperti analogi di atas, beberapa kampus mungkin termasuk yang
beruntung memiliki kondisi dimana teknologi pembelajaran daring

1
Prof. Dr. F. Ridwan Sanjaya, MS.IEC adalah Rektor dan Guru Besar Sistem Informasi
Unika Soegijapranata

1
telah siap digunakan, meskipun belum pernah digunakan secara
massal dan massive seperti saat ini. Namun mengatasi kondisi yang
timbul akibat penambahan pengguna bisa dilakukan dengan lebih
mudah karena waktu yang tersedia tidak lagi dipakai untuk
mempersiapkan infrastruktur, sosialisasi maupun pelatihan, atau
aturan teknis pelaksanaannya. Waktu yang ada bisa dipakai untuk
memaksimalkan fasilitas, melengkapi aturan main, dan
memastikan penjaminan mutu.
Pertanggungjawaban kepada stakeholder termasuk yang harus
dipastikan dalam penjaminan mutu, yaitu dengan cara memberikan
hak-hak mahasiswa dalam menerima ilmu dan pengetahuan
melalui media yang bisa digunakan pada masa darurat.
Ketidaksiapan mempersiapkan kuliah secara daring jangan
kemudian memunculkan kompensasi finansial atau penetapan nilai
minimal sebelum masa evaluasi. Pada satu atau dua minggu awal,
mungkin banyak dosen yang repot belajar dan jungkir balik untuk
mewujudkan itu semua, namun pada umumnya mereka merasakan
lancar setelah menginjak minggu ketiga. Kepercayaan diri dosen
dan mahasiswa meningkat apabila mereka melihat kondisi baru
berjalan dengan normal, meskipun normalitas yang berbeda
dengan sebelumnya.
Tentunya hal ini bisa dimungkinkan ketika minimal teknologi
pembelajaran daring telah tersedia sebelumnya. Jika “kapal” belum
sempat mengangkutnya sebelum badai datang, maka kondisi dan

2
perlakuannya bisa saja akan berbeda. Namun konsep Disruptive
Innovation yang disampaikan oleh Clayton Christensen (1997)
telah mengingatkan kita jauh-jauh hari akan datangnya masa
perubahan yang radikal tersebut. Mereka yang tidak siap akan
kelabakan, panik, gagap, berbuat ceroboh, dan merasa cukup
dengan memberikan rasa nyaman dan penghiburan. Jika tidak
disadari sebagai hal yang keliru, maka tindakan tersebut akan
membawanya tergulung oleh ombak perubahan. Saat ini, laju
perubahan lebih dari sekedar konstan; perubahan adalah status quo
yang baru (Kranz, 2016). Bahkan menurut Kotler & Caslione
(2009), berbagai perubahan ini nantinya akan berubah menjadi
kebiasaan baru.
Namun bagi yang mungkin terlambat dalam menyikapi, selalu
tersedia kesempatan untuk memperbaiki. Sambil berlayar, awak
kapal bisa mendapatkan ikan, burung, dan berbagai hal dalam
perjalanannya untuk menjadi bekal tambahan ketika bertahan
dalam perjalanan. Berbagai teknologi informasi yang sudah
disediakan oleh pihak ketiga dan seringkali tidak berbayar, bisa
digunakan sementara waktu sambil mempersiapkan antisipasi yang
lebih jangka panjang. Seperti halnya himbauan pemerintah dan
tokoh masyarakat akan pentingnya bersatu melawan Corona, kita
juga harus bersatu memberikan yang terbaik untuk dunia
pendidikan. Bukan saatnya menebar kebencian pada teknologi,
menyebarkan berita lama yang dikemas seakan-akan baru, atau

3
berbuat acuh tak acuh, minimalis, dan ala kadarnya dengan merasa
esensi pendidikan telah tercapai.

Hal ini bisa dipelajari dari kisah salah satu


perusahaan taksi di Indonesia yang berusaha
keras menghadapi era disrupsi (silahkan
snap QR Code di samping untuk melihat
videonya). Mereka menyadari perubahan
tidaklah mudah dilakukan karena
perusahaannya bisa diibaratkan sebagai
kapal besar yang baru bisa berbelok beberapa kilometer setelah
kemudi diputar oleh nahkodanya (Sanjaya, 2019). Meskipun berat
dan lamban, usaha untuk mengejar ketertinggalan terus dilakukan,
berani untuk melakukan perubahan, dan mau mencari berbagai
inovasi yang bisa menjadi pembeda dibandingkan lainnya. Alhasil,
taksi tersebut terbukti bisa bertahan dalam era disrupsi dan dinilai
sebagai perusahaan taksi yang terdepan dalam hal inovasi layanan
transportasi bertenaga listrik. Kuncinya adalah bergerak dan tidak
malas untuk beradaptasi.
Kapal Sudah Disiapkan
Masih segar dalam ingatan, pada saat serah terima jabatan Rektor
Unika Soegijapranata pada tahun 2017 Prof Budi Widianarko
menyampaikan ibarat bahwa kapal telah disiapkan tidak jauh dari
pantai (Luhur, 2017). Diharapkan kapal tersebut bisa berlayar
4
mencapai tujuan di tengah gempuran teknologi. Meskipun pada
saat itu tengah dicari bentuk yang tepat untuk sebuah universitas,
namun telah dipersiapkan beberapa kemungkinan yang
dibutuhkan. Jangan sampai kampus seperti dinosaurus yang punah
gara-gara teknologi, melainkan harus tetap terus bertahan seperti
manusia.
Hal tersebut mengandung makna bahwa “kapal” yang juga dipakai
saat ini untuk berlayar di tengah badai (wabah Corona), memang
sudah disiapkan jauh-jauh hari, bukan sebuah respon yang
mendadak dan terburu-buru. Tersedia waktu yang cukup panjang
untuk belajar, beradaptasi, dan membiasakan diri dengan beberapa
produk teknologi informasi yang dikembangkan untuk pendidikan.
Waktu yang cukup tersebut pada akhirnya dibatasi ketika wabah
Covid-19 masuk ke tanah air. Kita mau tidak mau, bisa tidak bisa,
semuanya harus berpindah ke mode daring agar tanggungjawab
kepada stakeholder dapat diberikan.
Platform e-learning sudah dipersiapkan untuk bisa dipakai
kapanpun dibutuhkan, pelaporan kinerja akademik juga sudah
disiapkan secara digital agar tidak harus ada berkas fisik yang perlu
diserahkan, surat-surat dan dokumen yang dibutuhkan mahasiswa
juga sudah bisa diperoleh dalam hitungan detik, begitu pula
pendaftaran mahasiswa baru yang sudah bisa dilakukan melalui
gadget.

5
Inovasi teknologi informasi terus
ditambahkan dari waktu ke waktu. Beberapa
hal dikembangkan untuk melengkapi dan
menyempurnakan fasilitas yang ada.
Tercatat ada 14 inovasi terkait akademik 2
dan 14 inovasi terkait administrasi kerja 3
yang telah dikembangkan sampai dengan
tahun 2018 (silahkan snap QR Code di
samping untuk melihat videonya). Seperti contohnya presensi
online yang secara otomatis terhubung ke rekap kehadiran
mahasiswa dan laporan kinerja dosen, akhirnya benar-benar
dibutuhkan pada kondisi darurat ini. Presensi mahasiswa saat
kuliah daring dapat dilakukan melalui gadget-nya masing-masing
dan langsung dilaporkan melalui Sistem Informasi Terpadu
Akademik (Sintak) mahasiswa, dosen, dan orangtua pada saat yang
sama (real time)4. Tenaga kependidikan tidak harus merekap secara
manual lagi, semuanya diperbarui secara otomatis.
Bagi kampus yang sebelumnya cukup nyaman dengan model

2
Artikel “14 Digitalisasi yang Bikin Kampus Unika Makin Asyik” bisa diakses melalui
https://www.unika.ac.id/digitalisasi/
3
Artikel “14 Digitalisasi Kerja di Unika Menghadapi Era Disruptif” dapat diakses
melalui http://www.unika.ac.id/cloud/
4
Liputan mengenai presensi online menggunakan QR Code dapat dibaca melalui
http://news.unika.ac.id/2018/04/mahasiswa-tak-bisa-lagi-titip-presensi/

6
pembelajaran tatap muka dan tidak memiliki perencanaan dalam
pembelajaran daring, KLB Covid-19 telah membuat mereka
kocar-kacir tidak berdaya ketika dipaksa tidak mungkin bertatap
muka secara langsung. Bagi mereka yang telah mempersiapkan,
bisa langsung siap mengalihkan menjadi pembelajaran dalam
jaringan (daring). Namun ada juga kampus yang kemudian baru
bergegas mempersiapkan infrastruktur, ada pula yang mencari-
cari cara tercepat dan paling praktis untuk menyampaikan
perkuliahan ke anak-anak didiknya, namun ada pula yang hanya
sekedar memberi tugas seperti tidak pernah ada akhirnya.
Infrastruktur, budaya, dan pengetahuan yang telah dipersiapkan
sebelumnya ibarat kapal yang siap meninggalkan pantai untuk
menuju ke tujuan berikutnya. Ibarat bahtera yang dibangun untuk
membawa dan menyelamatkan banyak orang dan mahkluk hidup
lainnya pada saat bencana datang.
Peningkatan dan Adaptasi
Setelah pelaksanaan Belajar dari Rumah (BDR) juga diterapkan
oleh Unika Soegijapranata, berbagai peningkatan dan adaptasi
terus dilakukan. Kesiapan teknologi pembelajaran hanyalah sebuah
awal dan bukan merupakan kondisi yang statis. Berbagai
peningkatan dan adaptasi terus terjadi dalam 3 (tiga) minggu di
awal. Sebagai contoh, semula fasilitas kuliah video conference
(vicon) BigBlueButton harus menggunakan web browser yang
didukung oleh plug-in Adobe Flash sehingga tidak bisa dijalankan
7
melalui web browser di dalam smartphone,
kemudian segera diganti dengan program
BigBlueButton berbasis HTML5 yang
lebih ramah untuk telepon seluler (silahkan
snap QR Code di samping untuk melihat
videonya).
Dengan begitu, mahasiswa yang tidak
mempunyai laptop atau komputer dapat
mengikuti perkuliahan dari layar ponselnya. Pembelajaran baru
dan instalasi ulang tidak terhindarkan.
Beberapa tips dan tutorial tambahan juga kemudian dibuat untuk
memudahkan dosen dalam mengatur perkuliahan yang lebih
hemat. Apabila mahasiswa lebih memahami penjelasan melalui
slide dan suara, maka vicon dapat diatur tanpa melibatkan kamera.
Selain itu, Power Point juga dapat ditambahkan dengan suara di
dalamnya. Sehingga ketika dibagikan dan diminta untuk dibaca
terlebih dahulu, mahasiswa tidak perlu menggunakan kuota yang
besar. Diskusi selanjutnya bisa dilakukan melalui fitur forum, chat,
maupun vicon tanpa kamera. Hanya pada saat dibutuhkan saja,
maka kamera ataupun layar komputer baik sisi dosen maupun
mahasiswa dapat diminta untuk diperlihatkan. Pada saat berbagi
slide, penyaji dapat memberikan catatan-catatan di layar sehingga
presentasi dapat berjalan lebih interaktif.
Fitur vicon yang digunakan saat pembelajaran daring ternyata

8
menarik hati dan perhatian banyak pihak untuk keperluan
bimbingan dan ujian tugas akhir. Sistem informasi pencatatan
aktivitas tugas akhir yang telah ada, yaitu DELTA atau
Dokumentasi Elektronik Tugas Akhir, akhirnya secara khusus
diintegrasikan dengan vicon agar dapat digunakan pada saat
dibutuhkan untuk bertatap muka secara virtual. Ketika mahasiswa
dinyatakan layak untuk ujian, maka tautan menuju halaman vicon
akan ditampilkan untuk kepentingan ujian. Perubahan demi
perubahan bisa terjadi karena platform dikembangkan sendiri
sehingga dapat disesuaikan sewaktu-waktu.
Pengembangan ini juga dilihat sebagai salah satu opsi untuk
konseling psikologi. Jika awalnya banyak layanan Psikologi tidak
dapat menjalankan aktivitasnya akibat wabah Covid-19, kini bisa
dimungkinkan karena teknologi informasi yang tersedia bisa
diintegrasikan dengan sistem yang telah dimiliki sebelumnya.
Pusat Psikologi Terapan (PPT) Soegijapranata melakukan
terobosan dengan membuka layanan baru berbasis daring, terutama
untuk layanan konseling rumah tangga dan anak berkebutuhan
khusus. Jika selama ini klien hanya bisa melakukan konseling
melalui pertemuan secara fisik, kini sudah bisa konseling dengan
memanfaatkan platform daring yang dikembangkan universitas 5.

5
Liputan mengenai layanan Konseling Daring oleh Pusat Psikologi Terapan dapat
dibaca melalui http://news.unika.ac.id/2020/04/pusat-psikologi-terapan-unika-buka-
layanan-konsultasi-daring/

9
Dalam waktu dekat, Centre for Language Training (CLT) Unika
Soegijapranata juga akan melakukan metamorfosa seperti halnya
PPT. Meskipun saat ini telah menyediakan layanan pelatihan
Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing (BIPA) secara daring,
layanan lain akan juga diubah menjadi mode pembelajaran daring,
termasuk di dalamnya pertemuan dan evaluasi yang membutuhkan
tatap muka secara virtual. Melalui kondisi yang sulit ini,
pertanggungjawaban kita kepada stakeholder tetap bisa dilakukan
dengan sungguh-sungguh. Perubahan radikal ke arah yang lebih
baik hanya bisa dilakukan jika kita mau melakukannya. Masa
depan pendidikan ada di tangan kita semua yang siap berubah!

Sumber Bacaan
Christensen, C. M. (1997). The Innovator’s Dilemma: When New
Technologies Cause Great Firms to Fail. Business. Boston,
Massachusetts, USA: Harvard Business School Press.
https://doi.org/10.1515/9783110215519.82
Kotler, P., & Caslione, J. A. (2009). Chaotics: The Business of Managing
and Marketing in the Age of Turbulence. New York, NY: Amacom.
Kranz, M. (2016). Building the Internet of Things: Implement New Business
Models, Disrupt Competitors, Transform Your Industry. Hoboken, New
Jersey: John Wiley & Sons.
Luhur, P. A. (2017, September 2). Transformasi Unika Soegijapranata.
Suara Merdeka. Retrieved from
http://news.unika.ac.id/2017/09/transformasi-unika-soegijapranata/
Sanjaya, R. (2019, May 18). Menemukan Keseimbangan di Era Disruptif.
Tribun Jateng, p. 2. Retrieved from
http://jateng.tribunnews.com/2019/05/18/opini-ridwan-sanjaya-
menemukan-keseimbangan-di-era-disruptif

10
2.
R. Setiawan Aji Nugroho6

“Tidak boleh ada kata tidak siap dalam menghadapi situasi


darurat seperti ini. Kreativitas dan komunikasi menjadi dua hal
penting dalam memastikan berbagai tujuan pembelajaran dapat
tercapai”

M
asih segar dalam ingatan, bagaimana kami, para
dosen di lingkungan Fakultas Ilmu Komputer, sangat
bergairah untuk memasuki tahun baru, tahun 2020.
Ruangan baru yang ditata lebih apik dan lega mampu menginisiasi
diskusi ringan sampai berat terkait banyak hal. Ide-ide kolaborasi
pengajaran, riset, maupun pengabdian kepada masyarakat mulai
muncul. Ruang layanan akademik yang juga ditata sedemikian
rupa, diharapkan mampu memberikan pelayanan yang berkualitas
kepada mahasiswa. Mahasiswa pun cukup antusias dengan
berbagai perubahan ini.

Pertengahan tahun 2019 yang lalu, Program Studi Teknik


Informatika (TI) memantapkan diri untuk bergerak maju dengan

6
Robertus Setiawan Aji Nugroho, ST., MCompIT, Ph.D. adalah dosen dan Dekan
Fakultas Ilmu Komputer

11
memperbaharui kurikulum dan meluncurkan 4 konsentrasi baru: AI
& Big Data Analytics, Bio Informatics, Cyber Security, dan Digital
Innovation. Progdi TI juga menawarkan model baru pembelajaran
dengan 3+1 (3 tahun kuliah + 1 tahun internship, student exchange
ke luar negeri, ataupun research). Program Studi Sistem Informasi
(SI), beserta program-program lain seperti E-Commerce, Game
Technology, maupun AKSI bersiap diri untuk menghadapi proses
reakreditasi dengan semangat tinggi. Kerja sama dengan institusi
luar negeri juga ditingkatkan, mulai dari bidang penelitian sampai
dengan kemungkinan double degree dengan universitas lain di luar
negeri. Pendek kata, tahun 2020 kami persiapkan dengan matang,
dengan gerak yang cepat, sejalan dengan konsep kampus merdeka
dari Menteri Pendidikan dan Kebudayaan yang baru.

Memasuki bulan pertama di tahun 2020, gairah dan semangat


segenap Civitas Academica sangat nampak. Para dosen bergotong-
royong menata ruang baru, geliat kegiatan kemahasiswaan mulai
muncul melalui berbagai rapat, laboratorium kembali hidup dengan
interaksi antar dosen dan mahasiswa yang melakukan penelitian
bersama. Ruang-ruang kelas, yang sebelumnya hening karena libur
Natal dan tahun baru, kembali penuh dengan aktivitas belajar-
mengajar di semester pendek, bak musim semi yang kembali
mewarnai pepohonan dengan bunganya. Suasana kerja sangat

12
bersahabat. Dengan semangat baru di tahun baru, semua unsur
bahu-membahu saling dukung untuk bergerak maju.

Situasi dunia mulai bergejolak dengan adanya isu penyakit menular


yang diakibatkan oleh virus corona. WHO (World Health
Organization) menyebut penyakit ini sebagai Coronavirus Disease
(Covid-19). Namun, negara-negara lain di Asia Tenggara sudah
mulai meningkatkan kewaspadaan. Beberapa perjalanan dinas ke
luar negeri yang sudah terjadwal sebelumnya, dengan terpaksa
harus diundur. Hasil monitoring yang dilakukan terus-menerus
terhadap isu-isu yang bersifat sindromik melalui media sosial di
Laboratorium Big Data Fakultas Ilmu Komputer mulai
menunjukkan peningkatan volume unggahan yang sangat
signifikan. Media sosial sangat ramai dengan berbagai topik
tentang wabah ini.

Awal semester genap di minggu pertama bulan Maret 2020,


mahasiswa berderap memenuhi kampus dengan semangat tinggi
menyemai ilmu yang tersaji dalam struktur kurikulum baru. Kelas-
kelas untuk mata kuliah tentang masa depan seperti Artificial
Intelligence (AI), Internet of Things (IoT), Data Mining, bahkan
Geopositioning and Information System (GIS), sesak dipenuhi
dengan gelora dan antusiasme mahasiswa dalam memperoleh
pengetahuan baru. Suasana akademis semakin hidup dengan
berbagai kegiatan seperti internship fair dan kuliah umum. Namun,

13
situasi berubah total. Wabah Covid-19 semakin merebak.
Indonesia tidak luput darinya. Universitas, mau tidak mau, suka
tidak suka, harus bergerak, turut mengatasi keadaan. Kampus harus
dikosongkan sebagai upaya mengurangi persebaran virus tersebut.
Kuliah, dari tatap muka secara langsung, dalam waktu singkat
harus berubah menjadi jarak jauh secara daring. Tak lama
kemudian, sekolah-sekolah juga mulai dikosongkan secara massal.
Belajar, bekerja dari rumah menjadi sebuah keniscayaan untuk
memutus mata rantai Covid-19.

“Changes is the only constant in life” (Heraclitus)

Heraclitus benar, filsuf Yunani yang terkenal dengan konsep


‘Panta Rhei’ ini mengatakan bahwa yang konstan di dunia ini
hanyalah perubahan itu sendiri. Perkembangan teknologi secara
cepat dan eksponensial telah membawa peradaban ini menuju ke
revolusi industri 4.0. Saat ini, kita berada di jaman di mana
teknologi dan internet menyokong berbagai lini kehidupan. Istilah
disrupsi menggema, manusia saling kejar mengejar dengan
kecerdasan yang dibuatnya sendiri melalui teknologi. Tiba-tiba
saja, ketika wabah Covid-19 menyerang, kita, dosen-mahasiswa,
yang sebelumnya masih bisa tawar-menawar dengan pemanfaatan

14
teknologi, dipaksa untuk menggunakannya. Perubahan drastis ini
tentunya tidak mudah diterima bagi sebagian pihak, namun, hanya
teknologilah yang saat ini mampu menjadi jembatan untuk tetap
berlangsungnya proses transfer dan pengembangan ilmu.

Dalam situasi seperti ini, semua unsur perlu beradaptasi dengan


cepat. Memilih platform komunikasi yang paling tepat, melakukan
upgrade sistem supaya memiliki kapasitas memadai, dan
menentukan berbagai kebijakan harus dilakukan tanpa dapat
menunggu lagi. Seharusnya, dosen-mahasiswa di bidang
Teknologi Informasi (TI) dan komunikasi tidak lagi gagap dengan
pemanfaatan teknologi dalam proses belajar mengajar.
Pembelajaran melalui audio-visual digital telah biasa dilakukan
sehari-hari, baik di kelas maupun di rumah. Mencari informasi di
Internet dengan cepat melalui mesin pencari sudah seperti ritual
yang dilakukan saban hari. Menggunakan platform E-Learning
untuk mengunduh materi perkuliahan, presensi daring,
mengumpulkan tugas, maupun mengerjakan kuis bukan barang
baru bagi mahasiswa maupun dosen TI. Namun, status ‘tahanan’
rumah (dalam arti positif) saat ini tetap bukanlah tanpa tantangan.

Pertemuan pertama pembelajaran daring mata kuliah AI, dari 123


mahasiswa yang terdaftar, 111 di antaranya hadir dalam kelas tatap
muka virtual yang kita adakan. Sarana yang kita gunakan adalah
BigBlueButton, sebuah plugin dari platform pembelajaran daring

15
Moodle. Secara umum, kelas virtual tersebut berjalan dengan
lancar. Materi dapat tersampaikan dengan baik dan interaksi terjadi
secara natural. Tantangan mulai muncul di pertemuan kedua.
Pertemuan ini mulai membahas beberapa hal teknis, yang
menuntut mahasiswa untuk memahami konsep bagaimana
kecerdasan buatan dapat memecahkan masalah dengan langkah
algoritmik. Beberapa studi kasus perlu didiskusikan mendalam,
mahasiswa perlu memahami langkah pikir yang terstruktur.
Penjelasan dan diskusi tentang materi tersebut tentu saja tidak
mudah hanya dilakukan secara daring.

Proses belajar mengajar di mata kuliah lain pun tak kalah


menantang. Berbagai aktivitas yang telah dirancang sebaik
mungkin agar mahasiswa mendapatkan hands on experience
seperti praktek di laboratorium, tidak dapat dilaksanakan. Dosen
ditantang berkreasi sedemikian rupa agar mahasiswa tidak
kehilangan kesempatan dan pengalaman tersebut. Mahasiswa juga
dituntut belajar lebih keras dan mandiri dengan hilangnya
kesempatan bertatap muka secara langsung.

Kuota internet dan infrastruktur yang terbatas juga menjadi


hambatan utama dalam proses belajar secara daring ini. Dosen
harus menyiapkan dan menyampaikan materi dalam kurun waktu
yang pas sehingga efisien dalam penggunaan kuota. Di sisi lain,
mekanisme evaluasi sejauh mana materi dapat diterima mahasiswa

16
tanpa memberikan beban tambahan perlu dilakukan secara rutin
dan terukur. Tantangan-tantangan seperti ini barangkali belum
pernah masuk dalam rencana kontinjensi. Dosen harus siap dengan
komunikasi yang intens dengan mahasiswa. Berbagai kanal
percakapan di Whatsapp Messenger, forum, telepon, sampai video
call seperti tak pernah berhenti, dan dosen, tidak boleh tidak, harus
melayani. Dengan gerak seperti ini, kami yakin, proses
pembelajaran yang berkualitas akan bisa tetap terwujud.

Pekerjaan dosen bukan hanya terbatas pada proses belajar


mengajar. Penelitian dan pengabdian masyarakat juga tidak boleh
terhenti, menyerah pada situasi. Proses monitoring topik-topik
sindromik sebagai salah satu aktivitas penelitian terus dilakukan.
Beberapa server yang dirangkai untuk menjalankan algoritma
analisis Big Data terus berjalan. Studi literatur menjadi aktivitas
yang paling memungkinkan untuk dilakukan ketika akses ke dalam
sistem terbatas. Dua mahasiswa memutuskan untuk memilih
analisis Big Data terkait dengan isu Covid-19 sebagai topik tugas
akhir yang akan dikerjakan. Optimisme harus selalu dibangun
dalam segala hal.

Tidak boleh ada kata tidak siap dalam menghadapi situasi darurat
seperti ini. Kreativitas dan komunikasi menjadi dua hal penting
dalam memastikan berbagai tujuan pembelajaran dapat tercapai.
Kerja keras dan kesetiaan pada proses menjadi semangat yang tidak

17
boleh lekang. Di satu sisi, wabah Covid-19 ini memberi beban
cukup berat bagi kita semua. Namun, di sisi lain, banyak sekali
pelajaran yang bisa kita dapatkan. Mahasiswa, yang terlahir
sebagai digital native, jauh lebih siap dibandingkan dengan dosen,
yang kebanyakan masuk dalam golongan digital migrant.
Perjalanan masih panjang. Semoga daya juang selalu beserta kita.

“Banyak orang yang mengatakan, -- ah kuliah daring rempong.


Dosennya gak asik karena cuma memberi tugas, tugas, dan tugas
tapi enggak ngajar --.

Tapi hal ini menurut saya pribadi tidak berlaku pada mata kuliah
AI. Di mata kuliah AI, dosen memberi materi, mengajar dan
memberi kesempatan bagi mahasiswa untuk bertanya “bebas”. Di
sisi lain, dosen mendengarkan keluh kesah mahasiswa dan
merealisasikan saran mahasiswa yang dianggap baik. Tiap
pertemuannya ada sesuatu upgrade yang dosen berikan, sehingga
kuliah daring tidak monoton” (Stephen, TI 2018)

“Kelas AI merupakan salah satu matkul yang saya inginkan


semenjak saya masuk ke Unika, saya tahu matkul ini dari buku
pedoman bahwa matkul ini merupakan matkul pilihan. Setelah
baca demi baca tentang AI, saya pun menunggu moment dimana

18
saya akan mendapatkan kelas ini suatu saat kelak. Selama kelas
onlen AI 4x ini saya merasa tertantang untuk belajar AI ini lebih
mendalam. Melalui metode literasi maupun youtube membuat saya
tertantang untuk mencoba sendiri codingan dan mencoba-coba
beberapa algoritma. Saya selalu bersemangat ketika kelas akan
dimulai, bahkan ketika jam 10 pagi kelas dimulai, saya sudah siap
pukul 9.55. Di tengah pandemik ini, pembelajaran selama daring
harus memberikan waktu untuk memahami apa yang telah
disampaikan oleh dosen. Selama 4x ini, penyampaian dalam
pembelajaran daring saya rasa masih terlalu cepat. Sehingga
sewaktu sedang memahami, sudah tertinggal oleh bagian materi
yang dijelaskan selanjutnya. Mungkin untuk beberapa orang,
sangat cocok dengan belajar seperti ini. Namun, saya sudah survey
ke beberapa orang dan mereka juga belum jelas mengenai apa
yang disampaikan secara daring. Sehingga diperlukan
pembelajaran ulang melalui literasi maupun youtube dan itupun
tidak semua cocok. Saya berharap kelas AI yang merupakan
matkul penting di industri 4.0 ini dapat menjadi sarana bagi kita
untuk lebih lagi menyalurkan bakat kita dalam belajar AI.”
(Samuel, TI 2018)

“kuliah online ini menurut saya cukup inovatif dimana sedang


terjadi wabah seperti ini unika sendiri menurut saya sudah

19
mempersiapkan kuliah online dengan baik dengan adanya kuliah
tatap muka menggunakan Big Blue Button/Cyber Unika soalnya
setau saya kampus lain biasanya menggunakan aplikasi seperti
WA, Line, Zoom. Lalu absen nya pun juga inovatif sudah online
tapi saya tidak tau sih kalo kampus lain online apa tidak, lalu untuk
kuota dengan adanya wabah ini kan ada gratis kuota 30gb itu pak
sebagian yg saya dengar telkomsel ada yg jaringan nya lambat
sehingga mahasiswa harus mengeluarkan uang lebih agar bisa
kuliah online apalagi yg rumah nya tidak dilengkapi dengan
WiFi.” (Alvian, 2017)

“Menurut saya, pembelajaran jarak jauh ini lumayan


menyenangkan, bisa dikatakan lumayan karena untuk waktu kita
bisa lebih efisien karena tidak perlu datang ke Kampus yang
memakan waktu cukup lumayan juga. Tapi disisi lain, kadang
dalam kuliah jarak jauh ini merasa kurang energi dan sangat
bosan sekali, karena tidak ada tatap muka dan variasi keadaan di
sekitarnya. Yang ada hanyalah laptop, aplikasi, dan secangkir kopi
saja setiap harinya. Ditambah jaringan yang tidak mungkin bisa
fit setiap hari, membuat suasana kelas menjadi kantuk dan cukup
membosankan.” (Aron, TI 2018)

20
3.

B. Linggar Yekti Nugraheni7

“Sebagai pengajar Akuntansi, kita membagikan sebuah ilmu seni kepada mahasiswa;
seni dalam ilmu Akuntansi. Untuk itu, konsep the joy of learning harus terus dihidupi
dalam kegiatan belajar mengajar, apapun dan bagaimanapun metode dan sarananya.”

“A
ccounting is an art..” Mungkin itulah yang akan
kita ingat ketika kita bicara mengenai sejarah
ilmu Akuntansi. Ilmu Akuntansi merupakan
seni; seni untuk memberikan penilaian professional (professional
judgement), seni untuk memilih metode Akuntansi yang
digunakan, seni untuk mengklasifikasikan transaksi, serta seni
untuk meringkas dan mencatat transaksi. Jadi, ilmu Akuntansi
bukanlah ilmu hitam putih. Proses pembelajaran akan lebih banyak
mendiskusikan kemampuan mahasiswa untuk “berseni” di dalam
proses-proses Akuntansi. Ilmu Akuntansi mengajarkan kepada
mahasiswa untuk meningkatkan kemampuan analisis mereka untuk
memberikan penilaian professional atas transaksi bisnis.

7
B. Linggar Yekti Nugraheni, M.Comm., Ph.D., CA. adalah dosen Fakultas Ekonomi
dan Bisnis (FEB) dan Sekretaris Program Studi Magister Akuntansi

21
Pembelajaran Akuntansi selama ini di-desain untuk dilakukan
secara luring, atau melalui tatap muka secara langsung kepada
mahasiswa. Dosen sebagai “entertainer”, menularkan seni
Akuntansi kepada mahasiswa melalui diskusi tatap muka. Dengan
melalui tatap muka, seni Akuntansi tersebut lebih mudah
ditularkan kepada mahasiswa. Interaksi dilakukan secara langsung.
Dosen melakukan pembahasan materi, diskusi kasus, sampai
implementasi professional judgement dalam menganalisis sebuah
transaksi bisnis di dalam kelas. Meskipun demikian, Unika
Soegijapranata selama ini sudah memberikan kebijakan berupa
pilihan untuk menyelenggarakan perkuliahan secara daring
sebanyak 3 kali pertemuan. Perkuliahan daring tersebut dilakukan
dengan media e-learining yang sudah disediakan oleh pihak
universitas.

Covid-19 telah merubah cara pembelajaran yang selama ini sudah


dilakukan. Jika sebelumnya, perkuliahan daring adalah merupakan
pilihan, maka tidak demikian adanya dengan situasi saat ini. Kami,
sivitas akademika “diharuskan” melakukan proses belajar
mengajar secara jarak jauh, dengan menggunakan media teknologi.
Tidak dipungkiri, mahasiswa merupakan kerumunan yang akan
sulit diawasi satu persatu, sehingga pimpinan universitas
mengambil kebijakan untuk menyelenggarakan kegiatan belajar
mengajar dari rumah masing-masing. Ya, sivitas akademika

22
melakukan physicial distancing dan working from home. Dan
apakah yang kemudian terjadi? Gegar teknologi, gegar budaya dan
juga “gumunan” kalau orang Jawa bilang. Tidak semua orang siap
dengan perubahan!!!

Semua pihak yang menjalani proses belajar mengajar secara daring


mengalami kepanikan; guru, dosen, murid, mahasiswa. Masalah
teknis hanya merupakan satu kendala dari sekian banyak kendala
dan problem dalam proses belajar mengajar secara daring. Masalah
teknis yang ditemui di lapangan sangat beragam, mulai dari teknis
pengoperasian komputer atau smartphone, kecukupan kuota,
sampai dengan menjalankan aplikasi pembelajaran daring. Selain
masalah teknis, banyak kendala yang ditemui antara lain
menyesuaikan materi perkuliahan sesuai dengan kondisi yang “luar
biasa”.

Disiplin ilmu Bisnis dan Akuntansi merupakan salah satu disiplin


ilmu yang turut merasakan dampak belajar daring. Dosen
pengampu merancang siabus perkuliahan untuk melaksanakan
pembelajaran selama 14 minggu atau 14 kali tatap muka.
Penugasan, kuis, metode pengajaran juga dirancang dalam kondisi
normal. Ketika dihadapkan pada situasi yang tidak normal, maka
banyak hal yang seharusnya menjadi hak dan kewajiban
mahasiswa menjadi disesuaikan. Pengajar berusaha keras untuk
bisa menyampaikan topik-topik Akuntansi tanpa bertemu

23
langsung. Jika dalam kuliah luring mahasiswa diberikan
penjelasan, kuis dan tugas secara tatap muka langsung, bagaimana
dengan kuliah daring? Bagaimana hak dan kewajiban mahasiswa?
Bagaimana hak dan kewajiban dosen? Banyak pihak menjadi
kalang-kabut memikirkan bagaimana bisa memberikan hak
mahasiswa sebagaimana kuliah luring. Di sisi lain, pengajar juga
memiliki tuntutan dan harapan terhadap mahasiswa untuk bisa
memahami materi kuliah yang disampaikan secara daring, dan
mengumpulkan kuis dan tugas tepat waktu. Inilah tantangannya.

Unika Soegijapranata menyediakan sarana e-learning yang bisa


dimanfaatkan dosen dan mahasiswa untuk bisa melaksanakan
perkuliahan secara daring (www.cyber.unika.ac.id). Fasilitas yang
disediakan aplikasi tersebut mampu menjembatani kebutuhan-
kebutuhan dosen untuk berkomunikas dengan mahasiswa,
menyampaikan materi secara daring, mengunggah materi,
mendesain kuis dan penugasan, mencatat kehadiran (attendance),
melakukan diskusi tertulis maupun lesan dan masih banyak lagi
fitur-fitur yang bisa disediakan oleh aplikasi tersebut.

Dalam kondisi normal, 14 kali tatap muka mahasiswa akan


membahas cakupan topik yang sangat beragam di bidang
Akuntansi. Capaian pembelajaran harus bisa diwujudkan sesuai
dengan Rencana Pembelajaran Semester (RPS). Dalam
perkuliahan secara daring, capaian harus terpenuhi dengan

24
mempertimbangkan situasi karena penyelenggaraan perkuliahan
tidak dilakukan secara tatap muka.

Gambar 1. Silabus Mata Kuliah Akuntansi Keuangan Menengah 2

Dalam ilmu Akuntansi, mahasiswa dituntut memahami standar


Akuntansi keuangan Indonesisa (PSAK), standar audit, teori-teori
di bidang Akuntansi serta kemampuan teknis. Kemampuan
memahami standar Akuntansi merupakan kemampuan dasar yang
harus dimiliki. Standar tersebut berisi tentang bagaimana sebuah
transaksi harus diperlakukan dan diukur. Analisis transaksi
merupakan keahlian utama yang harus dimiliki oleh seorang
mahasiswa Akuntansi. Sebagai contohnya, ketika menjelaskan
25
mengenai penghitungan nilai kini (present value) dari sebuah
investasi jangka panjang, mahasiswa harus mampu memahami
bagaimana menghitungnya, bagaimana jurnalnya dan bagaimana
penyajiannya dalam laporan keuangan. Dalam perkuliahan dengan
metode daring, pengajar memiliki tantangan untuk memastikan
bahwa mahasiswa paham dengan topik yang dibicarakan dan
mampu menguasai keahlian-keahlian tersebut.

Akuntansi memiliki beberapa jalur peminatan yang terdiri dari


Akuntansi Keuangan, Pengauditan, Sistem Akuntansi dan
Akuntansi Manajemen dan Keperilakuan. Sebagai sebuah seni,
semua jalur peminatan tersebut menuntut mahasiswa yang belajar
ilmu Akuntansi untuk bisa melakukan professional judgement,
mampu melakukan analisis dan tidak hanya berhenti pada
kemampuan debit dan kredit.

Jalur peminatan Akuntansi keuangan akan mengajarkan


mahasiswa mengenai makna angka-angka Akuntansi dan
pelaporan keuangan bagi para pemangku kepentingan. Dalam mata
kuliah dengan jalur peminatan audit, mahasiswa fokus mempelajari
mengenai standar auditing di Indonesia, prosedur audit,
pelaksanaan sampai memecahkan kasus di bidang auditing. Pada
mata kuliah peminatan sistem Akuntansi, mahasiswa belajar
mengenai bagaimana menganalisis dan merancang sebuah sistem
Akuntansi atau menganalisis efektivitas sistem Akuntansi Pada

26
mata kuliah dengan jalur peminatan Akuntansi manajemen dan
keperilakuan, mahasiswa fokus untuk mempelajari mengenai
bagaimana proses penganggaran dan pengendalian biaya dilakukan
dan bagaimana melakukan keputusan-keputusan manajerial
(internal perusahaan) dengan didukung oleh angka-angka dan
analisis Akuntansi.

Dalam perkuliahan disiplin ilmu Akuntansi dengan metode daring,


pengajar harus memberikan tips and trick bagaimana membaca dan
memahami standar Akuntansi, standar audit dan teori Akuntansi
dengan cara tepat dan cepat serta membekali mereka dengan
kemampuan teknis (menghitung dan mencatat transaksi) dengan
cara yang mudah dimengerti. Pengajar dapat melakukan penjelasan
secara daring, memberikan Power Point dengan rekaman suara,
atau memberikan rekaman di youtube yang bisa diakses oleh
mahasiswa. Pengajar juga harus interaktif dengan mahasiswa
sehingga setiap pertanyaan bisa terjawab dengan baik.

E-learning Unika Soegijapranata menyediakan fitur yang


dinamakan “Big Blue Button”, yang dapat digunakan untuk
melakukan kuliah daring, menggunakan fasilitas webcam dan
secara daring berdiskusi dengan media suara maupun chatting.
Materi dapat ditampilkan dalam fitur tersebut sehingga mahasiswa
bisa melihat materi topik diskusi. Fitur tersebut juga dapat direkam
sehingga mahasiswa yang memiliki problem koneksi, kurang

27
paham dengan penjelasan pengajar atau dengan alasan tertentu
tidak bisa menghadiri kuliah daring bisa memutar ulang diskusi
yang sudah terjadi.

Gambar 2. Kuliah Daring Mata Kuliah Analisis Laporan Keuangan dan


Valuasi Magister Akuntansi

Meskipun ilmu Akuntansi memiliki jalur peminatan yang beragam,


namun dasar keilmuan adalah pemahaman atas analisis transaksi.
Dalam menjelaskan mengenai analisis transaksi, pengajar juga
harus memberikan pemahaman dasar mengenai bagaimana
memperlakukan dan mencatat transaksi serta teknik penilaian.
Penjelasan tersebut harus disertai dengan ilustrasi-ilustrasi yang

28
sederhana sehingga mahasiswa mampu menyerap topik dengan
cepat. Pengajar diharapkan banyak memberi wawasan dan kasus-
kasus nyata dalam hal transaksi bisnis sehingga mahasiswa mampu
menghubungkan konsep yang diberikan dengan kasus-kasus yang
nyata secara lebih mudah. Mata kuliah pada umumnya di ampu
oleh beberapa dosen dengan kelas paralel. Kelas paralel akan
digabung menjadi satu dalam aplikasi e-learning agar pengajar dan
koordinator mata kuliah mengetahui materi dan metode
perkuliahan yang sudah dijalankan. Hal ini akan memudahkan
koordinasi dan kontrol antar pengajar.

Gambar 3. Materi Mata Kuliah Akuntansi Analisis Laporan Keuangan dan


Valuasi

Coba bayangkan, apa yang bisa dilakukan mahasiswa seandainya


konsep dan keahlian dasar ilmu Akuntansi tersebut bisa dikuasai.
Mahasiswa dengan jalur peminatan auditing akan mampu memiliki

29
kemampuan audit dengan baik, karena dia tahu bagaimana sebuah
transaksi harus diperlakukan. Selain itu, mahasiswa dengan jalur
peminatan sistem Akuntansi akan mampu merancang sistem
Akuntansi dengan benar karena mahasiswa tersebut sudah
memahami analisis transaksi. Hal ini juga berlaku untuk
mahasiswa Akuntansi dengan jalur peminatan Akuntansi keuangan
ataupun manajemen.

Melihat luasnya ilmu Akuntansi, mungkin kita semua bertanya-


tanya, apakah mahasiswa mampu memahami topik yang sedang
dibicarakan ketika menjalani kuliah daring. Kami akan
memberikan gambaran bagaimana kuliah daring ini sudah kami
lakukan. Pada tahap awal, kami memberikan materi dan bahan
kuliah dalam bentuk Power Point, pdf, Excell atau MS Word.
Materi kami unggah dalam e-learning dan mahasiswa bisa yang
terdaftar dalam mata kuliah tertentu dapat mengakses bahan-bahan
perkuliahan tersebut. Pada tahap selanjutnya, dosen pengampu
akan men-setting perkuliahan daring sesuai dengan jadwal kuliah
yang telah ditentukan. Perkuliahan daring yang dimaksud adalah
perkuliahan dengan metode video conference yang terdapat dalam
e-learning.

Kuis, ujian tengah, dan akhir semester kami selenggarakan secara


daring. Soal kami rancang dalam bentuk pilihan ganda, benar salah,
penjelasan singkat dan uraian. Kuis dengan pilihan ganda kami

30
lakukan dengan mengacak soal dan mengacak pilihan jawaban. Hal
ini dilakukan untuk meminimalisasi mahasiswa melakukan
kerjasama dalam mengerjakan soal kuis. Soal kuis kami organisasi
melalui fitur “question bank” yang bisa kita gunakan untuk
menyimpan semua pertanyaan kuis.

Kuis bidang studi Akuntansi didesain untuk mengevaluasi


pemahaman mengenai teori dan kemampuan teknis mahasiswa di
bidang Akuntansi. Selain kemampuan teknis, mahasiswa juga
diberikan soal mengenai kemampuan penilaian professional di
bidang keilmuan Akuntansi. Mahasiswa diberikan beberapa
alternatif kasus yang harus dipecahkan sesuai dengan kemampuan
analitis mereka.

Gambar 4. Question Bank

31
Hasil kuis atau evaluasi akhir semester dalam bentuk pilihan ganda,
benar salah dan jawaban singkat bisa secara langsung didapatkan
melalui sistem sehingga memberikan keringanan pekerjaan dosen.
Untuk soal dengan jawaban uraian panjang, mahasiswa akan
diminta untuk mengirimkan pekerjaan mealui e-learning dan
pengajar akan melakukan penilaian secara manual, kemudian
mengunggah hasil penilaian di e-learning.

Gambar 5. Hasil Kuis Mahasiswa

Metode belajar mengajar daring bukan suatu hal yang menghambat


dalam menyampaikan keilmuan Akuntansi yang cenderung
menuntut kemampuan seni. Mahasiswa harus menguasai konsep
dasar, selebihnya mahasiswa dituntut untuk menggunakan
professional judgement. Jadi tantangannya adalah, bagaimana
supaya dalam kuliah daring tersebut, pengajar mampu

32
menyampaikan konsep dasar yang harus dimiliki mahasiswa,
menumbuhkan kemampuan seni mahasiswa dalam keilmuan
Akuntansi untuk melakukan analisis dan penilaian.

Selain digunakan untuk proses pengajaran, e-learning Unika


Soegijapranata juga dapat digunakan untuk menyelenggarakan
ujian skripsi dan thesis. Ujian thesis disenggarakan melalui fasilitas
fitur “Big Blue Button”. Fasilitas tersebut mampu merekam semua
aktivitas yang dilakukan sehingga validitas dan reliabilitas
kegiatan ujian skripsi bisa dipertanggung jawabkan dan bisa
menjadi bukti otentik penyelenggaraaan ujian.

Gambar 5. Ujian Skripsi Program Studi Akuntansi

Sebagai penutup, pembelajaran ilmu Akuntansi dengan metode


daring harus dilakukan dengan cara menyenangkan. Kita harus
ingat bahwa Covid-19 telah menciptakan kondisi yang luar biasa,
termasuk menciptakan beban bagi mahasiswa dan pengajar.
Sebagai pengajar Akuntansi, kita membagikan sebuah ilmu seni

33
kepada mahasiswa; seni dalam ilmu Akuntansi. Untuk itu, konsep
the joy of learning harus terus dihidupi dalam kegiatan belajar
mengajar, apapun dan bagaimanapun metode dan sarananya.
Pengajar harus fleksibel dan memiliki kesabaran dan kebesaran
hati untuk menyadari kekurangan yang mungkin terjadi selama
kuliah diselenggarakan secara daring. Kendala yang dihadapi harus
diselesaikan secara bijaksana, baik kendala teknis maupun non-
teknis. Dengan demikian, tujuan perkuliahan bisa dicapai dengan
baik dengan segala keterbatasan yang ada.

-Ω-

34
4.

Christin Wibhowo8

“Membaca keluhan-keluhan tersebut (terkesan) seolah-olah


mahasiswa tidak terbiasa dengan gawai dan daring. Hal ini
seakan tidak sesuai dengan data dari BPS dan keadaan di
lapangan”

B
adan Pusat Statistik (2018) menyatakan penggunaan
Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) oleh
masyarakat Indonesia kini berkembang pesat, khususnya
pada lima tahun terakhir. Persentase penduduk yang menggunakan
telepon selular terus mengalami peningkatan, hingga pada tahun
2018 mencapai 62,41 persen. Penggunaan internet juga mengalami
peningkatan. Persentase penduduk yang mengakses internet pada
tahun 2014 sekitar 17,14 persen menjadi 39,90 persen pada tahun
2018. Pada tahun 2014, persentase penduduk usia 5 tahun ke atas
yang pernah mengakses internet dalam tiga bulan terakhir sekitar
17,14 persen dan meningkat menjadi 39,90 persen pada tahun
2018.
Melihat data tersebut dapat diasumsikan bahwa penggunaan
internet sudah menjadi hal biasa bagi masyarakat, terlebih
mahasiswa. Akan tetapi saat pembelajaran daring (dalam

8
Dr. Christin Wibowo, S.Psi, MSi adalah dosen Fakultas Psikologi Unika
Soegijapranata

35
jaringan/online) diberlakukan, banyak yang menjadi kaget dan
tidak siap. Hal ini terbukti dengan banyak perbincangan pro kontra
tentang hal tersebut di media sosial. Beberapa mahasiswa juga
mengeluh, “Sulit memahami materi yang disampaikan lewat
online.“ “Sejak kuliah daring, saya tidak paham materi kuliah.”
“Lebih enak tatap muka, kuliah daring bikin tidak paham.” “Mata
sakit melihat monitor terus.”
Membaca keluhan-keluhan tersebut tentu mengherankan, karena
seolah-olah mahasiswa tidak terbiasa dengan gawai dan daring.
Hal ini seakan tidak sesuai dengan data dari BPS dan keadaan di
lapangan. Akhir-akhir ini banyak orangtua mengeluh karena anak-
anaknya tidak bisa lepas dari gawai dan internet. Seminar-seminar
dilakukan dengan tema berkisar tentang cara mencegah kecanduan
internet pada anak/remaja/orang dewasa. Artinya semua suka
internet. Lantas mengapa saat pembelajaran daring malah muncul
keluhan? Pertanyaan lain yang kemudian muncul yaitu selama ini
internet digunakan untuk apa saja? Apakah pembelajaran tidak
cocok dilakukan dengan daring?
Cara Belajar Dari Masa Ke Masa
Sebelum tahun 2000 pendidikan identik dengan belajar di kampus.
Guru atau dosen disebut sebagai pengajar. Jika bertemu dengan
seorang dosen/guru, biasanya orang akan menyapa dengan
pertanyaan,” Mengajar dimana, Pak/Bu?” Bisa juga sering
terdengar guru/dosen yang berpamitan dengan keluarganya, “Ibu
pergi mengajar dulu ya, Nak?”
Pengertian mengajar membuat guru/dosen menjadi pusat dan aktif
dalam memberikan ilmu kepada murid. Sementara murid menjadi
pasif mendengarkan ajaran guru/dosen. Tanpa kehadiran
guru/dosen, proses belajar mengajar tidak dapat dilakukan. Sering

36
terdengar di masa itu, mahasiswa pulang ke kos atau ke rumah,
dengan alasan, “Kuliahnya kosong, karena dosen tidak hadir.”
Mahasiswa sangat bergantung pada dosen (Gambar 1).

DOSEN MAHASISWA

Gambar 1. Mahasiswa pasif mendengar ajaran dosen

Seiring dengan perkembangan zaman, maka dibutuhkan individu


yang memiliki ide-ide kreatif, visioner dan inovatif. Mahasiswa
tahun 2000-an (lahir sekitar tahun 1980) mulai akrab dengan
teknologi informasi (TI). Dengan adanya TI maka ilmu
pengetahuan tidak lagi berpusat pada dosen saja, melainkan dapat
dicari dengan bantuan TI. Guru/dosen dapat bekerja sama dengan
TI untuk menambah pengetahuan bagi murid/mahasiswa.
Harapannya mahasiswa sudah mengenal TI sebagai pendamping
belajar (Gambar 2).

DOSEN +
MAHASISWA
TI

Gambar 2. Mahasiswa pasif mendengarkan dosen yang menggunakan TI

37
Pada sekitar tahun 2013, anak muda yang menjadi mahasiswa yaitu
yang lahir setelah tahun 1995. Angkatan ini sering disebut sebagai
generasi Z yaitu generasi yang melek teknologi. Tantangan zaman
juga mengharuskan mereka untuk berpikir lebih cepat Dengan
demikian, maka pengetahuan dosen tidak lagi cukup untuk
memenuhi kebutuhan mereka. Dosen dituntut untuk tidak sekedar
sebagai pengajar namun sebagai orang yang menyediakan
pembelajaran.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) disebutkan bahwa
pengajar adalah orang yang mengajar. Sedangkan pembelajaran
adalah perbuatan menjadikan orang atau makhluk hidup belajar.
Sebagai dosen yang wajib menjadikan mahasiswa mampu belajar,
memang dibutuhkan penguasaan materi dan ketrampilan
menguasai teknologi sehingga mahasiswa antusias untuk belajar
mandiri.

DOSEN

MAHASISWA

TI

Gambar 3. Dosen dan TI menjadi sumber pengetahuan bagi mahasiswa


(Diedit dari : Riyana, C. diunduh dari http://www.pustaka.ut.ac.id/lib/wp-
content/uploads/pdfmk/TPEN4401-M1.pdf )

Di sisi lain, mahasiswa seharusnya berusaha untuk terbiasa belajar


sendiri dengan tidak terlalu bergantung pada penjelasan dosen. Ia
38
dapat mengakses informasi dari berbagai sumber (Gambar 3). Saat
bertemu dengan dosen di kelas yang terjadi ialah proses diskusi
interaktif, bukan pasif.
Pendidikan di Masa Digital
Pada tanggal 16 Maret 2020 terkait dengan adanya Kejadian Luar
Biasa (menyebarnya virus Covid-19), maka bangsa Indonesia
menerapkan adanya peraturan untuk Belajar Di Rumah (BDR).
Oleh karena itu proses belajar menjadi 100% pembelajaran dalam
jaringan (daring). Tentu saja perubahan ini dirasa mendadak, tetapi
seharusnya tidak menjadi persoalan bagi mahasiswa yang telah
belajar mandiri (seperti Gambar 3). BDR menjadi masalah besar
ketika mahasiswa belum menerapkan cara belajar mandiri.
Sama dengan mahasiswa, beberapa dosen yang telah menerapkan
pembelajaran seperti yang ditunjukkan pada Gambar 3, tentu tidak
terlalu terkejut. Ia hanya perlu sedikit menambah ketrampilan
untuk lebih menguasai TI sehingga mahasiswa mudah memahami
materi. Menurut Riyana, pada pembelajaran daring (dalam
jaringan/online), dosen tidak menjadi peran utama sebagai pemberi
materi, namun menjadi fasilitator yang memberi kesempatan
mahasiswa untuk lebih aktif dan mandiri dalam belajar dengan
bantuan media/TI Menurut istilah Rhenald Kasali, dosen berubah
job-nya. Dosen tidak lagi sebagai pengajar, namun sebagai
fasilitator. (ditunjukkan dengan garis putus-putus pada Gambar. 4)

39
TI/
DOSEN MAHASISWA
MEDIA

Gambar 4. Dosen fasilitator, mahasiswa aktif-mandiri dibantu media

Fasilitator yaitu seseorang yang menyediakan sesuatu agar lebih


mudah sehingga fungsinya tercapai. Kira-kira demikian definisi
tentang fasilitator dalam KBBI. Dengan begitu, dosen diharapkan
membuat mahasiswa semakin mudah memahami materi kuliah
dengan bantuan TI/media. Jika ada yang kurang dipahami, maka
mahasiswa bisa berdiskusi dengan dosen.
Tidak hanya dosen yang berubah job nya, namun mahasiswa juga
harus berubah. Mahasiswa tidak perlu bergantung pada cara dosen
mengajar. Keluhan seperti, ” Dosen menjelaskannya tidak enak,
dosennya bikin ngantuk.” harusnya tidak terdengar lagi. Dosen
akan berfungsi secara maksimal sebagai fasilitator jika mahasiswa
juga aktif dan mandiri.
Apakah mahasiswa menjalani masa BDR ini dengan maksimal?
Berikut ini disampaikan tentang hasil jajak pendapat kepada
mahasiswa.
Hasil Jajak Pendapat Terkait BDR
Jajak pendapat dilakukan terhadap mahasiswa aktif dari Fakultas
Psikologi Unika Soegijapranata Semarang, pada tanggal 4 Maret
2020, melalui aplikasi Instagram. Dipilihnya mahasiswa Psikologi

40
untuk mengikuti jajak pendapat karena penulis merupakan anggota
Fakultas Psikologi Unika Soegijapranata. Alasan lain yaitu
mahasiswa Psikologi bukan orang yang ahli dalam bidang TI,
namun menggunakan TI dalam pembelajaran daring. Terdapat 52
pendapat mahasiswa yang hasilnya disampaikan pada Tabel 1.
Jumlah tersebut dirasa cukup karena suara yang masuk memiliki
kemiripan.
Tabel 1. Hasil jajak pendapat tentang pembelajaran daring
KOMENTAR POSITIF % KOMENTAR NEGATIF %

(dari seluruh partisipan) (dari seluruh partisipan)

Bisa santai sambil rebahan 20 Tugas lebih banyak 80


daripada saat kuliah di luar
jaringan (luring/off line)

Jadi aktif bertanya karena 8 Penjelasan materi kurang, 56


tidak malu sehingga tidak paham

Lebih fokus, tidak 8 Tidak bisa diskusi, 14


terganggu situasi kelas prosedurnya repot

Hemat transport 2 Dosen tidak menguasai TI 14

Keterikatan emosi kurang 12

Mata sakit, karena menatap 12


layar terus

Koneksi jaringan tidak 9


stabil

Menguras kuota internet 8

Kaget, tidak terbiasa 2


dengan daring

41
Berbenah Saat Belajar di Rumah
Berdasarkan hasil jajak pendapat kepada mahasiswa, maka dapat
disimpulkan bahwa memang mahasiswa masih menerapkan cara
belajar pasif (seperti ditunjukkan pada Gambar 1 dan 2), padahal
mereka merupakan generasi yang seharusnya paham TI. Dengan
kata lain, mahasiswa masih bergantung pada peran dosen sebagai
pengajar. Akibatnya, saat dosen kurang bisa menjelaskan materi
dengan baik, mahasiswa menjadi bingung. Sudah tentu, ini tidak
salah mahasiswa saja, namun kondisi ini membuktikan bahwa
selama ini mahasiswa belum dibiasakan dengan cara belajar
mandiri.
Kesulitan yang dihadapi para dosen saat harus menjadi fasilitator
di pembelajaran daring yaitu karena para dosen kebanyakan
merupakan generasi X yang kadang gagap teknologi. Banyak
diantaranya yang bertahan dengan pola mengajar yang lama
(seperti yang ditunjukkan pada Gambar 1 dan 2). Keadaan ini
membuat para dosen menggunakan media dengan sangat minimal
atau media yang hanya bisa untuk berkomunikasi seadanya.
Akhirnya, untuk memastikan mahasiswanya mengikuti kuliahnya,
dosen sekedar memberi tugas di setiap pertemuan, yang harus
dikumpulkan segera. Tentu saja peran dosen sebagai fasilitator
menjadi gagal.
Saling menyalahkan di situasi BDR bukan sikap yang bijaksana.
Semua pihak wajib berubah. Dosen memang perlu melengkapi diri
dengan ketrampilan dan seni sebagai fasilitator dalam
pembelajaran daring ini. Sikap antipati dan sikap pasif terhadap
perkembangan TI harus dibuang jauh-jauh demi keberhasilan
pembelajaran daring. Di Unika Soegijapranata telah tersedia media
untuk pembelajaran daring. Manual untuk menggunakannya juga

42
sudah lengkap sehingga para dosen bisa memanfaatkannya untuk
membuat mahasiswa mudah memahami materi.
Bagaimana dengan mahasiswa? Tulisan ini memang lebih
memusatkan perhatian kepada hal-hal yang bisa dilakukan oleh
mahasiswa. Dari sisi mahasiswa, memang perlu disadari bahawa
sebagai mahasiswa walaupun masih siswa, tapi cara belajarnya
harus maha. Maha mandiri, maha aktif dan maha kreatif. Ada
beberapa hal yang dapat dilakukan oleh mahasiswa :
1. Fokus pada masalah yang dapat diubah
Setiap menghadapi masalah, yang perlu dilakukan yaitu memilah
masalah menjadi dua. Masalah dipilah menjadi masalah yang dapat
diubah dan masalah yang tidak dapat diubah karena terkait dengan
pihak lain. Dari Tabel 1 tentang hasil jajak pendapat, maka masalah
dapat dipilah seperti yang ditunjukkan pada Tabel 2.
Dari Tabel 2 dapat diketahui bahwa masalah yang dapat diubah
lebih banyak daripada masalah yang tidak dapat diubah.
Mahasiswa harus lebih fokus pada masalah yang dapat diubah. Jika
seseorang hanya fokus pada masalah yang tidak bisa diubah maka
hasilnya hanya frustrasi.
Misalnya pada masalah “Tidak bisa diskusi, prosedurnya repot”,
maka mahasiswa harus belajar prosedur untuk bisa mengikuti
diskusi tanpa repot. Koneksi jaringan dan kuota internet dapat
diatasi dengan menambah kuota atau mengusulkan kepada dosen
untuk menggunakan media yang hemat kuota tanpa mengurangi
makna kuliah.

43
Tabel 2. Pemilahan masalah
Masalah yang Masalah yang

tidak dapat diubah dapat diubah

Tugas lebih banyak daripada Tidak bisa diskusi, prosedurnya


saat kuliah di luar jaringan repot
(luring/offline)

Penjelasan materi kurang, Keterikatan emosi kurang


sehingga tidak paham

Dosen tidak menguasai TI Mata sakit, karena menatap


layar terus

Koneksi jaringan tidak stabil

Menguras kuota internet

Kaget, tidak terbiasa dengan


daring

Bahkan pada masalah yang tidak bisa diubah pun sebenarnya tetap
dapat dilakukan negosiasi. Keluhan terbanyak dari mahasiswa
yaitu pembelajaran daring membuat tugas kian menumpuk.
Mahasiswa akan semakin tertekan jika hanya mengeluh dan
menunggu dosen berubah. Apalagi jika hanya bisa mengeluh lewat
media sosial. Hal itu tidak akan memperbaiki kondisi. Kondisi
akan lebih baik jika mahasiswa tetap mengerjakan tugas dan
menyampaikan keluhannya kepada dosen yang bersangkutan.
Keluhan yang berdasar data bisa juga disampaikan kepada wakil
dekan bagian kurikulum atau kemahasiswaan. Fakultas Psikologi
memiliki beberapa wadah untuk menampung keluhan dan
pertanyaan mahasiswa terkait masalah akademis maupun pribadi.

44
Memanfaatkan layanan tersebut merupakan suatu sikap yang
proaktif.
2. Miliki mentalitas driver dan bukan passenger
Menurut Kasali (2018), seseorang dengan mentalitas passenger
akan cepat menyerah, kurang mandiri dan mengeluh. Selain itu ia
mudah frustrasi jika menghadapi masalah. Dalam menghadapi
perubahan zaman yang cepat, mahasiswa harus memiliki
mentalitas seorang driver, yaitu berani mengambil insiatif, suka
belajar hal-hal yang baru dan tetap rendah hati. Dalam kaitannya
dengan pembelajaran daring, mahasiswa harus antusias mencoba
fasilitas yang ditawarkan oleh dosen. Tentu ada kelemahan di sana
dan di sini, namun mentalitas seorang driver akan semangat
memecahkan masalah bersama-sama tanpa meninggikan hati.
Beberapa mahasiswa menyampaikan bahwa pada saat dilakukan
kuliah daring, mereka kesulitan mengikutinya karena sinyal
internet tidak baik. Mereka tidak menyerah begitu saja dan tidak
mengritik pembelajaran daring, namun menyampaikan kepada
dosen tentang permasalahannya. Mahasiswa tersebut juga
memberikan usulan solusi kepada dosen, untuk meminta tolong
temannya merekam semua kegiatan saat kuliah online tersebut.
Beruntung, karena Unika Soegijapranata memiliki platform
pembelajaran daring yang memiliki fasilitas untuk merekam
kegaitan pembelajaran yang dapat diunduh kapanpun. Selain itu
beberapa dosen juga merekam suara mereka di slide presentasi,
sehingga mahasiswa dapat mengunduhnya. Intinya selalu ada jalan
bagi orang yang mau berusaha.

45
Gambar 5. Platform perkuliahan video conference yang interaktif di Unika
Soegijapranata

3. Internet tidak hanya untuk game


Mahasiswa kaget dengan pembelajaran daring karena awalnya
mereka menganggap bahwa kegiatan online itu sama dengan
bermain game. Mereka jelas ingat bahwa saat masih sekolah,
mereka tidak diperkenankan mengaktifkan telepon genggam saat
pelajaran. Mereka baru bisa bermain handphone saat selesai
belajar. Kondisi ini menimbulkan pemikiran bahwa internet untuk
game bukan untuk belajar. Ketika BDR diberlakukan, maka
mahasiswa kaget karena harus belajar menggunakan alat yang
digunakan untuk bermain. Selain kaget, mahasiswa juga merasa
aneh dengan hal ini.
Itulah sebabnya banyak mahasiswa yang mengikuti pembelajaran
daring seperti sikapnya saat bermain game online. Mereka terekam
mengikuti pembelajaran daring dari tempat tidur atau kondisi yang
tidak siap untuk menerima materi pelajaran. Bagaimana mahasiswa
bisa konsentrasi, fokus dan siaga mengikuti diskusi jika posisinya

46
merebah di tempat tidur? Oleh karena itu mahasiswa harus
menyiapkan diri untuk menerima pembelajaran dengan sikap yang
siap seperti saat harus ke kampus, walau di rumah saja.
4. Hangatkan hubungan tanpa sentuhan
Banyak yang mengira bahwa pembelajaran daring akan membuat
hubungan dosen-mahasiswa menjadi tidak personal dan dingin.
Memang kontak langsung tanpa dibatasi layar monitor bisa
meningkatkan energi psikis seseorang. Mahasiswa menyampaikan,
bahwa melihat langsung dosennya saat menjelaskan materi di
depan kelas, melihat teman-temannya yang juga sedang kuliah dan
melihat lingkungan kampus, dapat membuat semangat belajarnya
meningkat. Dalam kondisi BDR, hal itu tidak ia rasakan.
Walau demikian bukan suatu hal yang mustahil jika hubungan
hangat juga bisa diciptakan dalam pembelajaran daring.
Mahasiswa bisa saling melempar komentar di saat chatting dengan
teman dan bahkan dengan dosennya. Seringkali saling memberi
komentar dengan tulisan menjadikan hubungan lebih luwes. Selain
itu tanpa perlu mengaktifkan kamera, mahasiswa justru bisa lebih
aktif dalam mengikuti diskusi tanpa malu seperti di dalam kelas
Berbenah atau “Punah”
Dari uraian sebelumnya maka dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran daring tidak bertentangan dengan makna pendidikan.
Pemberian materi, tugas dan diskusi tetap dapat dilakukan melalui
daring. Perpaduan kuliah tatap muka dan daring membuat proses
pembelajaran makin sempurna.
Jika selama ini mahasiswa belum terbiasa balajar mandiri, maka
saat diberlakukannya pembelajaran daring dan BDR ini adalah saat

47
tepat untuk mengubah diri. Mahasiswa tidak bisa bergantung pada
dosen saja, namun harus aktif dalam belajar.
Beberapa mahasiswa justru antusias menghadapi situasi BDR ini
karena ia lebih bisa fokus belajar mandiri. Bahkan mereka bisa
memanfaatkan jurnal-jurnal online yang dibuka gratis di masa
BDR ini. Saat bertemu dengan dosen di pembelajaran daring,
waktu untuk berdiskusi menjadi efektif karena dosen tidak harus
menjelaskan dari nol. Situasi ini sangat menguntungkan dalam
pembelajaran daring karena hemat waktu, hemat tenaga, hemat
biaya dan hemat kuota (internet). Pilihannya memang ada di tangan
kita semua, yaitu mau berbenah atau “punah”.
Selamat berbenah sehingga belajar di rumah dapat dilakukan
dengan sukacita yang melimpah! 

Sumber Bacaan
Badan Pusat Statistik. 2018. Statistik Telekomunikasi Indonesia 2018.
Diunduh dari
https://www.bps.go.id/publication/2019/12/02/6799f23db22e9bdcf52c8e0
3/statistik-telekomunikasi-indonesia-2018.html
Kasali, R. 2018. Self Disruption. Jakarta: Penerbit Mizan Anggota IKAPI
Riyana, C. Konsep Pembelajaran Online. Produksi Bahan Pembelajaran
Berbasis Online.
diunduh dari http://www.pustaka.ut.ac.id/lib/wp-
content/uploads/pdfmk/TPEN4401-M1.pdf, 4 April 2020.

48
5.

Cecilia Titiek Murniati9

“KLB Covid-19 memaksa siswa dan dosen untuk merangkul


sistem pembelajaran daring dan melakukan yang terbaik terlepas
dari semua keterbatasan yang ada”

Pendahuluan

S
elama tiga bulan terakhir, universitas di seluruh dunia
telah diminta untuk melakukan isolasi mandiri dan
pembatasan gerak karena wabah virus Corona. Di banyak
negara, universitas diminta pemerintah untuk menutup kampus
mereka. Tenaga kependidikan dan dosen diminta untuk bekerja
dari rumah demi mencegah penyebaran virus Corona. Universitas
di Indonesia tidak terkecuali. Pada 15 Maret 2020, Menteri

9
Dra. Cecilia Titiek Murniati, MA., Ph.D. adalah dosen Fakultas Bahasa dan Seni (FBS)
dan Wakil Rektor bidang Akademik Unika Soegijapranata

49
Pendidikan menghimbau universitas untuk memindahkan kelas
mereka ke pembelajaran daring. Terlepas dari kesiapan
infrastruktur dan sumber daya manusia di masing-masing
universitas, pembelajaran daring pun menjadi satu-satunya pilihan
agar kegiatan belajar mengajar berjalan dengan semestinya.

Pemerintah Indonesia sebenarnya telah mengembangkan


pembelajaran daring sejak 2013. Direktorat Pembelajaran dan
Kemahasiswaan telah mengadakan banyak pelatihan dan lokakarya
tentang pembelajaran daring serta memberlakukan peraturan
tentang penjaminan mutu pembelajaran daring. Ini menunjukkan
bahwa pemerintah memandang pembelajaran daring sebagai
proses yang tak terhindarkan dalam menanggapi kemajuan
teknologi. Meskipun pemerintah berupaya untuk mempromosikan
pembelajaran daring dalam kurikulum pendidikan tinggi, banyak
universitas di Indonesia yang belum mengadopsi kebijakan
tersebut sepenuhnya. Mewabahnya virus Corona telah memaksa
universitas untuk melakukan proses pembelajaran secara daring.
Physical dan social distancing merupakan kata yang populer, dan
universitas, dalam upaya untuk melindungi siswa, tenaga
kependidikan, dan dosen dari penyebaran virus Corona, merangkul
pembelajaran daring.

Dalam literatur pembelajaran daring ada banyak perdebatan


tentang peran teknologi untuk pembelajaran siswa. Clark (2001)

50
mengatakan bahwa teknologi digital hanyalah alat yang membantu
guru menyampaikan instruksi mereka, tetapi teknologi itu sendiri
tidak secara langsung mempengaruhi prestasi siswa. Siswa
mendapatkan manfaat dari multimedia yang ditawarkan oleh
teknologi digital. Namun, manfaat tersebut bukan semata-mata
hasil dari media pengajaran, tetapi lebih dari strategi pembelajaran
untuk menyampaikan materi. Kemajuan teknologi informasi saat
ini bisa sangat membantu dosen untuk memilih materi dan
menyampaikannya dengan lebih baik. Materi kuliah bisa
dilengkapi dengan gambar atau bahkan video untuk lebih menarik
minat mahasiswa. Para mahasiswa sekarang adalah kaum muda
generasi Z yang lebih tertarik dengan segala sesuatu yang berbasis
visual dan audio. Kalau dosen hanya menjelaskan materi kuliah di
depan kelas dengan berbicara terus tanpa henti dan mahasiswa
hanya diam, ini merupakan sinyal bahaya karena hal tersebut tidak
akan mampu meningkatkan peran aktif para mahasiswa. Tetapi
kalau dosen menyajikan materi dan menyampaikannya dengan
lebih bervariasi dengan menggunakan gambar dan video, para
mahasiswa yang merupakan kaum muda akan lebih tertarik untuk
berpartisipasi.

Pertanyaannya adalah apakah kalau kelas tradisional ini


diubah menjadi kelas virtual dengan menggunakan perangkat
teknologi sehingga mahasiswa dan dosen tidak berinteraksi secara

51
langsung dan para mahasiswa juga tidak bertemu melainkan di
tempat mereka masing-masing, akan membuat mereka lebih aktif
berpartisipasi? Makalah ini akan membahas dinamika partisipasi
mahasiswa dalam kelas virtual sejak pembelajaran daring dimulai
di Unika Soegijapranata tanggal 14 Maret 2020 yang lalu sampai
saat ini serta implikasinya terhadap strategi pengajaran di kelas
daring.

Pembelajaran Daring

Pembelajaran daring bisa didefinisikan sebagai bentuk


pendidikan jarak jauh yang penyampaian materinya dilakukan
lewat internet secara synchronous atau asynchronous. (Bates,
2018). Pembelajaran daring biasanya dikenal dengan e-learning,
pembelajaran virtual, pembelajaran dengan mediasi komputer,
pembelajaran berbasis web, dan pembelajaran jarak jauh. Semua
istilah ini menyiratkan bahwa pelajar dan pengajar berasa dalam
lokasi yang berbeda, menggunakan media teknologi digital
(biasanya komputer) untuk mengakses materi pembelajaran dan
berkomunikasi dengan dosen dan teman kapan saja mereka bisa.
Pembelajaran daring memungkinkan fleksibilitas akses. Materi
kuliah dan sumber pustaka bisa diakses dari mana saja dan kapan
saja (Cole, 2000). Materi pembelajaran juga harus menarik
sehingga mahasiswa mau aktif berpartisipasi.

52
Menurut Roblyer & Doering (2014), ada tujuh syarat agar
pembelajaran daring sukses. Tujuh syarat itu adalah visi pengelola
yang baik, dukungan kurikulum, kebijakan internal, akses ke
perangkat keras dan lunak, personel yang baik, dukungan teknis,
metoda pengajaran dan asesmen yang tepat, serta komunitas yang
saling mendukung. Tanpa ketujuh syarat ini, integrasi teknologi
dalam pembelajaran tidak akan berjalan efektif.

Penelitian saat ini tentang dampak teknologi terhadap


prestasi siswa menunjukkan bahwa teknologi berpengaruh positif
terhadap pembelajaran siswa terutama partisipasi dan keterlibatan
siswa. Dalam lingkungan pembelajaran daring, keterlibatan siswa
sangat penting untuk menaikkan tingkat kepuasan siswa (Martin &
Bolliger, 2018). Keterlibatan siswa didefinisikan sebagai upaya
siswa untuk belajar, memahami, atau menguasai pengetahuan dan
keterampilan melalui proses akademik (Newmann, Wehlage, &
Lamborn, 1992, hal. 12). Keterlibatan siswa dalam kegiatan belajar
mengajar penting karena hal ini erat kaitannya dengan upaya
mengembangkan kemampuan kognitif siswa, menciptakan
pengetahuan baru, dan akhirnya membantu mereka untuk
mencapai keberhasilan akademis (Britt, Goon, & Timmeman,
2015). Pembelajaran daring dan kemajuan teknologi memberi
banyak peluang bagi siswa untuk mengakses berbagai macam
informasi dari seluruh penjuru dunia untuk meningkatkan

53
pengetahuan dan keterampilan mereka. Karena tidak adanya atau
sedikitnya pertemuan tatap muka dengan pengajar, siswa
pembelajar daring harus dapat merencanakan program
pembelajaran mereka, mengatur jadwal untuk belajar, dan
menyeimbangkan waktu belajar dan waktu untuk rekreasi. Dengan
demikian, belajar dengan sistem daring memerlukan tingkat
motivasi yang tinggi, koordinasi multitasking, dan kemampuan
untuk belajar secara mandiri.

Partisipasi Mahasiswa Dalam Kelas Tradisional

Banyak literatur mengatakan bahwa mahasiswa Asia lebih pasif


dalam mengemukakan gagasannya. Dibandingkan dengan
mahasiswa dari Amerika Utara, Eropa, atau Australia, mahasiswa
yang berasal dari Asia Pasifik, termasuk Indonesia, tidak banyak
berperan aktif dalam pembelajaran. Sebenarnya, pasifnya
mahasiswa Asia, termasuk Indonesia, dalam partisipasi mereka di
kelas tidak selalu berarti mereka tidak memahami materi
melainkan karena faktor kebudayaan.

Sekalipun kebudayaan tiap masyarakat atau bangsa tidak


sama, secara umum kebudayaan Asia dan kebudayaan Barat
berbeda. Nilai-nilai kebudayaan yang menonjol dalam masyarakat
Asia secara umum adalah kepatuhan kepada orang tua (termasuk
guru), filial piety, dan pentingnya pendidikan. Budaya Asia yang
menaruh guru pada posisi yang terhormat dan tinggi, menyebabkan

54
mahasiswa sungkan untuk berpendapat dan mengemukakan
perbedaan argumentasi. Implikasi nilai kebudayaan ini di dalam
pembelajaran sangat besar. Para siswa dan mahasiswa kita menjadi
‘anak manis’ alias diam di kelas. Tidak berarti bahwa dengan diam
mereka tidak memahami apa yang dijelaskan oleh guru dan dosen.
Bahkan anak yang paling cerdas sekalipun bisa jadi merupakan
anak pendiam di kelas. Sementara, nilai kebudayaan yang
menonjol di kebudayaan barat adalah individualisme dan
demokrasi. Sejak kecil, anak-anak Asia dididik untuk patuh dan
hormat pada orang tua. Pendapat pribadi tidak begitu mendapat
tempat dalam masyarakat Asia. Di barat, anak dididik untuk
mandiri dan bisa mengekspresikan pemikiran mereka (Lee, 2007).

Dalam konteks internasional pun, salah satu karakteristik


mahasiswa Asia adalah rendahnya partisipasi dalam kelas (Tani,
2005). Rendahnya partisipasi dalam kelas merupakan salah satu
hambatan terbesar dalam meningkatkan ketrampilan belajar
mandiri, salah satu aspek terpenting dalam pembelajaran daring
(Sivan, Leung, Woon and Kember, 2000). Partipasi yang rendah
bisa disebabkan oleh beberapa hal misalnya pengaruh budaya
seperti yang sudah diuraikan di atas. Sebab lain adalah hambatan
bahasa. Dalam beberapa penelitian di Amerika Serikat, sekalipun
mahasiswa dari Asia memiliki penguasaan bahasa Inggris yang
baik secara lisan maupun tertulis, sebagai mahasiswa baru mereka

55
membutuhkan waktu untuk adaptasi sehingga merasa nyaman
untuk bisa berpartisipasi aktif dalam kuliah yang mereka ikuti.
Oleh sebab itu, mahasiswa Asia juga dinilai tidak asertif dalam
mengemukakan pendapat. Di samping terkait dengan nilai-nilai
budaya—asertif bisa dianggap sebagai tidak sopan, mereka juga
membutuhkan waktu untuk beradaptasi itu tadi. Semakin lama
seorang mahasiswa Asia kuliah di Amerika Serikat, dia akan
menjadi semakin aktif. Proses penyesuaian diri ini juga merupakan
proses asimilasi atau akulturasi.

Di atas juga sudah diuraikan bahwa diamnya mahasiswa


Asia tidak selalu berarti bahwa mereka tidak menguasai atau tidak
memahami materi perkuliahan atau penjelasan dosen. Mereka diam
tetapi menyimak dengan baik dan memproses semua informasi
yang mereka peroleh. Dalam penelitiannya terhadap partisipasi
mahasiswa pasca sarjana di universitas di Amerika, Kim (2008)
mengatakan bahwa menyimak dengan penuh perhatian juga
merupakan bentuk partisipasi dalam kelas. Penelitian Kim ini
menarik untuk dicermati karena memang di Amerika Serikat,
mahasiswa keturunan Asia ternyata memang banyak yang brilian
dan memilik prestasi akademik yang sangat baik di Amerika
Serikat. Bahkan di tingkat pendidikan dasar, ada anggapan bahwa
anak-anak Asia adalah whizkids atau anak-anak jenius (Feng,
1994). Feng membicarakan tentang anak-anak imigran Asia yang

56
masuk sekolah di Amerika Serikat. Sebagian anak imigran tersebut
memang cerdas luar biasa. Nilai-nilai mereka mengalahkan nilai
anak-anak kulit putih. Tetapi ada juga yang menganggap bahwa
kejeniusan anak-anak Asia ini hanyalah mitos karena kenyataanya
banyak sekali anak imigran yang memiliki berbagai masalah
sehingga tidak bisa belajar dengan baik dan pada akhirnya tidak
memiliki prestasi akademik yang baik. Tetapi tidak bisa dipungkiri
bahwa anak-anak Asia, baik mereka yang cerdas maupun tidak,
lebih banyak yang pendiam dibandingkan dengan anak-anak kulit
putih Amerika atau kelompok etnis lainnya.

Bagaimana situasi pembelajaran di universitas di Indonesia?


Di Indonesia sendiri, banyak sekali mahasiswa yang juga tidak
berpartisipasi secara aktif dalam pebelajaran di kelas (Noviyanti &
Setyaningtyas, 2017). Banyak dosen mengeluh bahwa hanya
sedikit mahasiswa yang aktif berpartisipasi dalam setiap
perkuliahan dan mereka yang aktif adalah para mahasiswa yang
memiliki tingkat kemampuan akademik yang lebih baik. Hasil
penelitian memang menunjukkan bahwa para siswa dan mahasiswa
dengan kemampuan kognitif yang baiklah yang justru rajin
bertanya di dalam kelas. Sebaliknya, para mahasiswa yang kita
anggap kurang cerdas justru pasif (Sudarma & Sakdiyah, 2007).

Dalam konteks pembelajaran bahasa Inggris di Indonesia


khususnya, partisipasi mahasiswa sangat dipengaruhi oleh

57
speaking anxiety. Banyak mahasiswa cemas untuk berpartisipasi di
dalam kelas dengan menggunakan bahasa Inggris karena mereka
takut melakukan kesalahan (Zhang & Head, 2010). Takut membuat
kesalahan ini sebenarnya lebih disebabkan oleh ketidakmampuan,
bukan oleh nilai-nilai budaya. Menghadapi mahasiswa seperti ini
dan jumlahnya banyak, tugas dosen menjadi sangat berat. Di
samping dosen harus memberikan materi yang lebih menarik agar
para mahasiswa memiliki keinginan untuk berpartisipasi, dosen
juga harus memotivasi mereka agar memiliki keinginan untuk
berbicara. Di dalam kelas tradisional, artinya kelas tatap muka dan
ada interaksi langsung (bukan virtual), hal ini bukan persoalan
mudah untuk dipecahkan. Menghadapi mahasiswa seperti ini,
dosen harus sangat hati-hati. Kalau seorang dosen salah mengelola
kelas, mahasiswa yang memiliki kemampuan kurang sehingga
merasa takut ini akan semakin dalam terjerumus dalam ketakutan
mereka yang mengakibatkan semakin rendahnya partisipasi
mereka.

Kemajuan teknologi informasi saat ini bisa sangat


membantu dosen untuk memilih materi dan menyampaikannya
dengan lebih baik. Materi kuliah bisa dilengkapi dengan gambar
atau bahkan video untuk lebih menarik minat mahasiswa. Para
mahasiswa sekarang adalah kaum muda generasi Z yang lebih
tertarik dengan segala sesuatu yang visual dibandingkan dengan

58
audio. Kalau dosen hanya menjelaskan materi kuliah di depan kelas
dengan ngomong terus tanpa henti, ini merupakan sinyal bahaya
karena hal tersebut tidak akan mampu meningkatkan peran aktif
para mahasiswa. Tetapi kalau dosen menyajikan materi dan
menyampaikannya dengan lebih bervarias dengan menggunakan
gambar dan video, para mahasiswa yang merupakan kaum muda
akan lebih tertarik untuk berpartisipasi.

Dinamika Partisipasi Mahasiswa Dalam Pembelajaran Daring

Kemauan untuk berinteraksi

Berbicara tentang pembelajaran di perguruan tinggi,


keberhasilan pembelajaran ditentukan oleh kedua belah pihak,
pembelajar dan dosen. Dosen yang brilian pun belum menjadi
jaminan bahwa pengajaran yang dilakukannya akan berhasil kalau
tidak didukung atau diimbangi oleh peran aktif para
mahasiswanya. Dalam pembelajaran daring, partisipasi mahasiswa
merupakan aspek yang menarik untuk diamati. Walaupun interaksi
secara fisik antara dosen dan mahasiswa tidak terjadi, sebenarnya
interaksi yang terjadi dalam dunia maya tidak berbeda dari atau
bahkan lebih dinamis daripada pembelajaran secara tatap muka.
Jika dalam kelas luring mahasiswa enggan berpartisipasi, dalam
kelas daring mahasiswa ternyata sangat antusias dalam
berinteraksi. Bahkan dalam minggu pertama kuliah daring,
mahasiswa menunjukkan sikap yang positif dengan mengajukan

59
pertanyaan jika ada pembahasan yang tidak dimengerti. Tidak
adanya tatap muka secara langsung tidak menghalangi mereka
untuk bergurau dengan temannya dan memberi komentar yang
jenaka.

Dari sudut pandang nilai budaya yang sudah diuraikan di


depan, kita bisa memiliki gambaran yang lebih jelas bahwa rasa
malu untuk berbicara bagi para mahasiswa kita lebih terjadi di
kelas tradisional. Dalam kebudayaan Jawa, kita selalu diajari untuk
tidak menonjolkan diri sendiri. Dalam kelas tradisional (tatap muka
antara dosen dan mahasiswa), nilai budaya ini boleh jadi sangat
berpengaruh sehingga para mahasiswa, baik yang paham maupun
tidak, enggan untuk berpartisipasi. Tetapi dalam kelas daring,
secara fisik dosen dan setiap mahasiswa sendirian sehingga para
mahasiswa merasa lebih bebas untuk mengemukakan pendapat
atau bertanya.

Hal lain yang menarik untuk dicatat adalah partisipasi


mahasiswa dalam memecahkan masalah teknis yang dihadapi
temannya. Misalnya saja, salah satu mahasiswa melaporkan bahwa
mikrofonnya tidak bisa menyala, mahasiswa lain langsung
memberi solusi untuk keluar (log out) dan kemudian masuk
kembali (log in). Ada banyak contoh di mana mahasiswa yang
biasa diam di dalam kelas menjadi aktif karena mereka menjadi
orang pertama yang ditanya jika ada kendala teknis. Dalam situasi

60
ini, tampak bahwa mahasiswa yang diam pun mempunyai
kontribusi agar aktifitas perkuliahan daring berjalan dengan baik.

Keberanian untuk berpendapat

Mahasiswa lebih berani berkomentar karena tidak harus berbicara


langsung di antara teman-teman mereka dan di hadapan dosen.
Dalam kelas tradisional, mereka tidak memiliki ruang untuk
memikirkan terlebih dahulu apa yang ingin mereka ungkapkan
karena, sekali lagi, kebersamaan mereka dalam satu kelas
merupakan situasi yang membuat mereka memiliki banyak
hambatan. Sementara itu, di dalam kelas daring, kalau mereka
memberi komentar, mereka bisa berpikir terlebih dahulu dan
kemudian menuliskan gagasan yang mereka miliki. Hal ini tidak
akan terjadi di dalam kelas tradisional. Meskipun mahasiswa
memiliki gagasan, mereka tidak mengungkapkannya dengan
alasan yang sudah diuraikan di atas: bahwa nilai budaya tidak
memungkinkan mereka untuk tampil, dengan adanya teman-teman
di kanan kiri atau depan dan belakangnya mereka juga tidak
memiliki keinginan untuk menuliskan gagasannya terlebih dahulu.
Sebaliknya, dalam kelas daring, banyak mahasiswa yang
berpartisipasi aktif karena tidak adanya tekanan sosial dan budaya
tersebut. Yang sering terjadi adalah mereka mengatakan “Wait,
Ma’am” (saat layar menunjukan mereka mengetik pendapat atau
jawaban). Kesempatan untuk berpikir sebelum mengemukakan

61
pendapat dan tidak adanya orang lain yang bersamanya membuat
mahasiswa lebih berani menjawab pertanyaan dosen. Jika ada
kalimat yang salah, mereka bisa mengkoreksi dengan ungkapan
“Oppps, sorry, Ma’am. I misspelled the word”. Dalam kelas tata
bahasa, adanya kesempatan untuk melihat jawaban secara tertulis
sangat mendukung mahasiswa untuk memahami materi. Misalnya
dalam latihan, salah satu mahasiswa mengerjakan satu nomor dan
dia harus menuliskan jawabannya di chat, dosen dan teman-
temannya akan langsung mengkoreksi jika jawabannya salah.
Mahasiswa sendiripun juga langsung bisa melihat kata atau frasa
mana yang salah dan kemudian melakukan koreksi. Jika di kelas
tatap muka dosen sering kali harus menunjuk seseorang untuk
menjawab pertanyaan, di kelas daring semua mahasiswa bersedia
menjawab pertanyaan tanpa ditunjuk oleh dosen.

Faktor bahasa dalam pembelajaran daring

Pembelajaran daring yang dilakukan secara intensif di


banyak perguruan tinggi saat ini bisa disebut sebagai fenomena
baru dalam dunia pendidikan tinggi di Indonesia. Memang benar
bahwa selama ini sebagian perguruan tinggi sudah melakukannnya.
Tetapi karena adanya force majeur atau KLB pandemic Covid-19,
yang membuat Otoritas Pendidikan Tinggi mengambil kebijakan
dengan mewajibkan para mahasiswa belajar di rumah dengan
menggunakan pembelajaran daring, banyak perguruan tinggi

62
kemudian dengan begitu cepat (dan terbata-bata) beralih ke
pembelajaran model ini. Kemajuan teknologi informasi yang
memang seharusnya digunakan untuk meningkatkan kualitas hidup
manusia terasa begitu bermanfaat. Pembelajaran daring menjadi
satu-satunya pilihan. Perlu diuraikan di sini mengenai faktor
bahasa dalam pembelajaran daring. Paling tidak, dua hal penting
dalam hal ini adalah kesantunan berbahasa dan ragam bahasa.

Kesantunan bahasa

Pembelajaran daring memungkinkan mahasiswa mengikuti


kuliah secara live-streaming serta sekaligus menggunakan fitur
chat. Seperti bahasa chat di media sosial, mahasiswa menggunakan
bahasa formal dan informal. Saat mereka memberikan komentar
atau saran kepada teman, mereka menggunakan bahasa informal,
baik untuk mengungkapkan ketidaksetujuan, argumentasi, dan
memberi komentar jawaban temannya. Kenyataan ini sama dengan
situasi dalam pembelajaran luring. Sebaliknya, ketika
beromunikasi dengan dosen, mereka menggunakan bahasa formal.
Tetapi dosen harus tegas kepada semua mahasiswa bahwa
komunikasi baik kepada dosen maupun antarteman harus tetap
dalam batas-batas kesopanan dan sesuai dengan etika yang berlaku
di masyarakat maupun etika akademik. Penggunaan bahasa yang
tidak sopan tidak boleh mendapat tempat dalam pembelajaran
daring.

63
Kesantunan bahasa ini tercermin dari cara mereka menyela,
bertanya, atau berpendapat. Jika dosen bertanya, mahasiswa juga
banyak yang sukarela untuk menjawab. “Can I answer the
question?, I have a question, Ma’am”. Dalam beberapa
kesempatan mahasiswa minta ijin untuk ke kamar kecil atau
mengambil buku atau bolpen untuk mencatat. Bahkan dalam setiap
akhir pertemuan, mahasiswa selalu mengucapkan terima kasih
“Thank you, Ma’am. Bye”.

Ragam bahasa

Kata-kata seperti “C’mon guys, Santuyyyy oi” merupakan


contoh bagaimana interaksi di ruang chat sama dengan
pembelajaran di kelas sesungguhnya. Kalimat-kalimat seperti ini
adalah kalimat yang mereka ucapkan ketika mereka berinteraksi di
antara mereka sendiri. Sebaliknya, ketika mereka berkomunikasi
dengan dosen, mereka akan menggunakan kosa kata yang berbeda.
Jadi, sekali lagi, bahwa dalam budaya Asia guru memiliki tempat
terhormat atau posisi yang istimewa masih sangat tercermin dari
interaksi antara mahasiswa dan dosen dalam pembelajaran daring.

Selain menggunakan kosa kata seperti di atas, para


mahasiswa juga menggunakan emotikon untuk mengemukakan
rasa senang, marah, atau bingung, misalnya :), :(, -_-, huruf besar,
tanda seru, atau tanda lain. Dalam interaksi dengan dosen dan
temannya, mereka menambah kalimat dengan emotikon yang

64
mempunyai beragam fungsi mulai dari menggoda, memberi saran,
mengkritik temannya. Jika ada temannya yang tidak melakukan
sesuatu sesuai perintah dosen mereka juga bisa mengungkapkan
kejengkelannya seperti “*internal screaming*, aarggghhh, “A,
MATIIN MICROPHONENYA…FEEDBACK DI SINI :(, A, it’s
B’s turn, not yours >:(, Astagafirulloh!! I mean break, Ma’am, not
brake.”

Kejadian luar biasa (KLB) Covid-19 memaksa siswa dan


dosen untuk merangkul sistem pembelajaran daring dan melakukan
yang terbaik terlepas dari semua keterbatasan yang ada.
Pengalaman mengajar dan berinteraksi dengan mahasiswa selama
KLB Covid-19 menunjukkan bahwa mahasiswa mempunyai
kemauan yang tinggi untuk terlibat di kegiatan pembelajaran. Dari
interaksi di ruang chat, live streaming, dan di Learning
Management System, banyak mahasiswa menunjukkan motivasi
tinggi untuk memahami materi pembelajaran, bertanya jika tidak
mengerti, menanggapi komentar temannya, memberi saran jika ada
kendala teknis dan interaksi lain yang sama dengan interaksi pada
pertemuan tatap muka biasa. Penggunaan bahasa dalam interaksi
di ruang mayapun menarik untuk diamati. Kesantunan dan
penggunaan ragam bahasa mirip dengan yang digunakan di dalam
kelas tradisional. Partisipasi aktif dalam kelas memang tidak
menjanjikan apakah seorang siswa mencapai kompetensi yang

65
diharapkan. Namun demikan, partisipasi aktif menunjukkan
tingkat kemandirian, tanggung jawab belajar, dan motivasi belajar.
Dosen dalam hal ini perlu melihat karakteristik pembelajar,
struktur aktifitas pembelajaran, tujuan mata kuliah, dan
komunikasi strategis sehingga pembelajaran daring bisa berjalan
dengan optimal. Salah satu strategi yang bisa dilakukan dosen
adalah memberi masukan secara kontinyu dan memberikan umpan
pertanyaan yang bisa menarik mahasiswa untuk berkontribusi
dalam aktifitas di kelas maya. Strategi lain adalah dengan
merancang kegiatan yang membutuhkan kolaborasi. Hal ini
dimaksudkan agar mahasiswa yang aktif bisa mendukung
mahasiswa yang tidak begitu aktif. Merancang aktifitas
pembelajaran daring yang berpusat pada siswa harus menjadi hal
yang paling penting agar komunikasi dan interaksi kelas terjalin
dengan baik dan materi pembelajaran tersampaikan.

Kesimpulan

Di masa depan, pembelajaran daring akan semakin dibutuhkan


dalam konteks formal maupun informal, terlebih dalam kondisi
yang tidak memungkinkan pelajar dan pengajar untuk bertemu
secara langsung melalui tatap muka. Karenanya desain aktifitas
pengajaran di kelas daring serta strategi penyampaian materi
menjadi penting agar semua mahasiswa, yang aktif mapun tidak
aktif, bisa terlibat. Secara tidak langsung, mahasiswa dalam kelas

66
online telah menjadi komunitas belajar. Mahasiswa saling
mendukung tidak hanya pada materi yang diberikan, tapi juga pada
kesulitan teknis yang terjadi saat belajar. Dengan kata lain,
mahasiswa yang mungkin secara akademis tidak begitu baik
prestasinya bisa membantu mahasiswa lain yang secara akademis
unggul tapi terkendala oleh masalah teknis dalam pengoperasian
teknologi digital.

Referensi
Bates, T. (2018). The 2017 national survey of online learning in Canadian
post-secondary education: methodology and results. International
Journal of Educational Technology in Higher Education, 15(1), 29.

Britt, M., Goon, D., & Timmerman, M. (2015). How to better engage online
students with online strategies. College Student Journal, 49(3), 399-
404.

Clark, J. (2001). Stimulating collaboration and discussion in online learning


environments. The Internet and Higher Education, 4(2), 119-124.
Cole, R. A. (2000). Issues in Web-based pedagogy: A critical primer.
Westport, CT: Greenwood Press.
Feng, J. (1994). Asian-American: What teachers should know. ERIC
Clearinghouse on Elementary and Early Childhood Education Urbana
IL.
Kim, S. (2008). Silent Participation: East Asian International Graduate
Students' Views on Active Classroom Participation. Journal on
Excellence in College Teaching, 19, 199-220.
Lamborn, S., Newmann, F., & Wehlage, G. (1992). The significance and
sources of student engagement. Student engagement and achievement in
American secondary schools, 11-39.

67
Lee, E. L. (2007). Linguistic and cultural factors in East Asian students' oral
participation in US university classrooms. International
Education, 36(2), 27.
Martin, F., & Bolliger, D. U. (2018). Engagement matters: Student perceptions
on the importance of engagement strategies in the online learning
environment. Online Learning, 22(1), 205-222.
Noviyanti, A. K., & Setyaningtyas, E. W. (2017). Partisipasi Pembelajaran
Siswa Dalam Pembelajaran Dengan Classroom Rules. Journal of
Education Research and Evaluation, 1(2), 65-72.
Roblyer, M. D., & Doering, A. H. (2014). Integrating educational technology
into teaching. Pearson Inc.

Tani, M. (2005). Quiet, but only in class: Reviewing the in-class participation
of Asian students. In Higher Education Research and Development
Society of Australia Conference, Sydney, New South Wales. Retrieved
September (Vol. 5, p. 2007).
Sivan, A., Leung, R. W., Woon, C. C., & Kember, D. (2000). An
implementation of active learning and its effect on the quality of student
learning. Innovations in education and training international, 37(4),
381-389.

Sudarma, K., & Sakdiyah, E. M. (2007). Pengaruh motivasi, disiplin, dan


partisipasi siswa dalam pembelajaran terhadap prestasi belajar
akuntansi. Dinamika Pendidikan, 2(2).

Zhang, X., & Head, K. (2010). Dealing with learner reticence in the speaking
class. ELT journal, 64(1), 1-9.

68
6.

Kristiana Haryanti10

“Komitmen terhadap praktek pembelajaran secara daring dan


kreativitas yang kita miliki akan meningkatkan kemampuan
pengajaran secara efektif dan memperkuat proses untuk mencapai
dan mempertahankan pendidikan yang berkuatitas”

P
endidikan adalah hal yang umum dalam masyarakat yang
memiliki budaya yang maju. Di banyak negara, ada
tuntutan agar semua rakyatnya dapat menempuh dan
menyelesaikan pendidikan dasar. Kemampuan rakyat dalam
membaca dan menulis bahkan dikaitkan dengan kondisi kemajuan
sebuah negara. Negara yang makmur dapat dilihat dari banyaknya
masyarakat yang memiliki pendidikan yang tinggi. Pada beberapa
penelitian yang terkait dengan pendidikan, ditemukan bahwa
tingkat pendidikan yang tinggi sangat berpengaruh pada
kesejahteraan orang tersebut dalam menjalani kehidupannya.
Kesejahteraan yang dmaksud adalah kesejahteraan finansial karena

10
Dr. Kristiana Haryanti, MSi adalah Dosen Fakultas Psikologi Fakultas Psikologi
Unika Soegijapranata dan Direktur Pusat Psikologi Terapan (PPT) Soegijapranata

69
biasanya orang dengan pendidikan tinggi akan lebih memiliki
peluang untuk mendapatkan pekerjaan yang layak.

Kualitas pendidikan yang baik banyak dicari oleh masyarakat.


Orang tua dalam hal ini sangat memperhatikan kualitas pendidikan
bagi anak-anaknya. Oleh sebab itu, tidak jarang orang tua bersedia
membayar biaya perkuliahan yang mahal baik itu di dalam negeri
maupun di luar negeri demi mendapatkan kualitas pendidikan yang
terbaik.

Penyelenggaraan pendidikan yang dilaksanakan di Indonesia dan


di dunia, hingga beberapa bulan yang lalu (Januari 2020) mayoritas
dilaksanakan dengan tatap muda di kelas-kelas. Pembelajaran
metode tatap muka ini sudah dilakukan sejak ratusan tahun yang
lalu dan menjadi metode pembelajaran yang paling banyak
diminati dan digunakan. Meskipun sebenarnya beberapa puluh
tahun yang lalu manusia sudah menemukan teknologi informasi
yang dapat menghubungkan satu dengan yang lain dalam
berkomunikasi dan dapat digunakan dalam proses pembelajaran
jarak jauh.

Bukan tanpa alasan mengapa pembelajaran metode tatap muka


(face to face) ini menjadi metode yang favorit dan banyak dipilih.
Metode tatap muka ini memiliki banyak kelebihan dibanding
metode yang lain, seperti terjadinya interaksi langsung antara
pengajar dengan mahasiswa, dapat langsung bertemu, bertanya dan

70
melakukan diskusi. Selain itu, proses komunikasi dalam metode
tatap muka juga dapat berjalan dengan lancar sehingga dapat
meminimalisir adanya perbedaan persepsi dan pemahaman tehadap
materi yang diajarkan. Metode tatap muka juga memungkinkan
dilaksanakannya kuliah praktikum, praktek ataupun pengamataan
secara langsung.

Situasi terbaru yang dihadapi saat ini membuat banyak universitas


dan mahasiswa di seluruh dunia dengan terpaksa menggunakan
metode pembelajaran yang berbeda dengan yang biasa dilakukan.
Pandemi Covid-19 yang saat ini melanda di hampir seluruh dunia,
memaksa semua lembaga pendidikan untuk melakukan
pembelajaran dengan metode jarak jauh. Metode jarak jauh ini
seringkali disebut dengan metode on-line atau biasa juga disebut
dengan kata “daring” yang merupakan singkatan dari “dalam
jaringan” atau bisa juga disebut sebagai e-learning.

Komunikasi daring menurut Warschauer (2001) adalah


komunikasi yang mengarahkan pada membaca, menulis dan
berkomunikasi dengan menggunakan jaringan komputer.
Cavanaugh, Barbour, dan Clark (2009) mendefinisikan
pembelajaran on-line sebagai pembelajaran yang terjadi melalui
cara digital daripada analog. Ahli lain yaitu Kramer (2002)
mendefinisikan pembelajaran jarak jauh sebagai suatu sistem dan
proses yang menghubungkan peserta didik dengan sumber belajar

71
di sebuah ruang elektronik yang sama pada waktu yang sama.
Sementara tokoh lain yang bernama Gross, Muscarella, dan Pirkl
(1994) memberikan definisi pembelajaran jarak jauh sebagai
memperluas pembelajaran atau instruksi ke situs yang jauh dari
ruang kelas atau lokasi lain melalui penggunaan berbagai teknologi
seperti: video, audio, komputer, komunikasi multimedia, atau
kombinasi dari teknologi tersebut. Berdasarkan pendapat para ahli
tersebut maka metode pengajaran jarak jauh atau disebut sebagai
metode pengajaran daring adalah metode pengajaran yang
menggunakan jaringan untuk berkomunikasi, membaca, dan
menulis yang dilakukan pada waktu yang sama namun tidak dalam
ruang yang sama dengan menggunakan berbagai teknologi dan
multimedia (komputer, video, audio, smartphone, dan lain
sebagainya).

Metode daring ini harus dilakukan dikarenakan adanya antisipasi


pada pencegahan penyebaran virus Corona (Covid-19) agar
terputus mata rantai penularannya. Hingga saat tulisan ini dibuat,
sudah jutaan orang terinveksi virus ini dan ratusan ribu orang
meninggal di seluruh dunia. Penularan Covid-19 dapat terjadi
melalui sentuhan tangan maupun usapan ke mulut, hidung dan
mata serta kemampuan virus untuk hidup beberapa hari di luar
tubuh manusia menjadikannya berbahaya bagi kelangsungan hidup
umah manusia. Situasi ini membuat pemerintah memberikan

72
perintah untuk bekerja dari rumah (Work From Home/WFH),
tinggal di rumah saja, tidak melakukan perjalanan ataupun
mengikuti kegiatan-kegiatan yang melibatkan banyak orang.
Keadaan ini juga berimbas pada bidang pendidikan, dimana semua
pendidikan tidak dapat dilakukan secara tatap muka seperti yang
biasanya dilakukan baik itu di sekolah ataupun universitas.
Pendididkan “dipaksa” untuk dilakukan di luar kelas dan di rumah
masing-masing pribadi. Hanya dengan cara physical distancing ini
para ahli kesehatan percaya dapat memutus mata rantai penyebaran
virus Covid-19.

Pada metode pembelajaran daring ini, antara pengajar dengan


murid tidak bertemu dalam satu (1) ruangan. Mereka dapat terpisah
dalam jarak dan waktu namun dapat saling bertemu dalam sebuah
media/program yang dapat diakses melalui jaringan internet. Saat
ini masih banyak pengajar dan mahasiswa yang masih kesulitan
dalam melaksanakan pembelajaran secara daring dikarenakan
ketidaktahuan dan tidak biasa dalam melakukannya. Secara
kapasitas intelektual, mereka tentulah memiliki intelegensi yang
termasuk cukup. Sehingga, hanya dengan sedikit latihan dan
praktek bisa membuat mereka segera melakukan pembelajaran
secara daring.

Beberapa universitas negri terkemuka seperti Universitas Gadjah


Mada, Universitas Indonesia sudah memiliki program menyangkut

73
pembelajaran secara daring ini. Universitas swasta terkemuka di
Jawa Tengah seperti Universitas Katolik Soegijapranata bahkan
sudah mulai menyiapkan metode pembelajaran secara daring ini
sejak tahun 2009 yang lalu. Namun karena nampaknya banyak
pengajar yang belum sadar akan kegunaannya, sebelum pandemi
Covid-19 terjadi penggunaan pembelajaran daring di universitas
masih jarang dilakukan karena belum familiar dan belum terbiasa.

Pembelajaran melalui metode daring ini sebenarnya memiliki


beberapa keuntungan, antara lain:

Pengajar dapat meningkatkan kemampuan profesionalismenya.

Contohnya dalam situasi yang darurat dalam situasi pandemi


Covid-19 ini pembelajaran masih dapat dilakukan. Atau bisa juga
ketika pengajar sedang mendapatkan tugas di luar kampus untuk
penelitian atau mengikuti seminar, di sela-sela waktu dapat tetap
melakukan pembelajaran secara daring. Fleksibilitas dalam
pembelajaran daring dapat menjaga profesionalitas dosen dalam
mengajar dan para mahasiswa tidak dirugikan.

Mahasiswa dapat mengulang materi pembelajaran

Apabila pembelajaran secara daring ini dilakukan perekaman,


maka kapanpun mahasiswa akan belajar dapat mengulang kembali
materi yang diberikan secara mandiri.

74
Meningkatkan kemampuan pendidik dan mahasiswa dalam
menggunakan Teknologi Informasi

Pengajar ataupun mahasiswa dapat belajar dan trampil dalam


memanfaatkan multimedia secara efektif dalam melaksanakan
proses pembelajaran dan tujuan mata kuliah.

Meningkatkan akses belajar dan wawasan

Dengan ketrampilan yang dimiliki, baik pengajar atau mahasiswa


akan terbiasa menggunakan teknologi informasi melalui internet.
Segala akses pengetahuan ada disana. Tentu saja keterbukaan ini
harus dilihat dari sisi pandang positif. Melakukan akses informasi
ilmiah yang dibutuhkan sebagai bahan pengajaran ataupun belajar.
Ini merupakan salah satu cara dalam meningkatkan kualitas
pembelajaran sehingga negara kita tidak kalah dengan negara lain
dan memiliki kemampuan bersaing secara global.

Tempat pelaksanaan fleksibel

Pelaksanaan pembelajaran daring dapat dilakukan dimana saja dan


kapan saja sejauh pengajar dan mahasiswa memiliki fasilitas
internet. Tentu saja waktu pelaksanaan pembelajaran daring ini
perlu disepakati oleh kedua belah pihak. Selain itu dalam
pembelajaran daring tidak membutuhkan transportasi dan para
peserta dapat mengikuti dengan melakukan hal-hal lain yang
disukai seperti makan dan minum sambil mengikuti pelajaran.

75
Tidak semua pengajar ataupun mahasiswa menganggap bahwa
metode pembelajaran daring ini sebagai suatu keuntungan. Ada
juga yang memiliki pendapat bahwa pembelajaran daring ini
sebagai beban dan kesulitan. Kebanyakan di antara pengajar yang
merasa tidak cocok menggunakan metode pembelajaran daring ini
adalah mereka yang masih “gaptek” (gagap teknologi). Pengajar
yang seperti ini biasanya adalah pengajar senior sehingga sudah
merasa nyaman mengajar/belajar dengan metode konvensional
tatap muka. Meskipun tidak juga menutup kemugkinan pengajar
yang yunior juga lebih memilih mengajar dengan metode tatap
muka. Kebanyakan permasalahan sebenarnya adalah adanya
perasaan tidak mampu belajar sesuatu yang baru padahal seperti
yang sudah disebutkan bahwa para pengajar ini memiliki kapasitas
intelektual yang memadai sehingga dapat belajar hal-hal yang baru
termasuk belajar menggunakan metode pengajaran daring.

Segala sesuatu yang baru tentu saja membutuhkan waktu untuk


dapat terampil menggunakannya. Jadi permasalahan yang
sebenarnya adalah hanya kemauan dan kesabaran para pengajar ini
untuk belajar metode mengajar yang baru dengan menggunakan
daring. Sudah banyak cara dan pemberian informasi bagaimana
secara teknis melakukan pebelajaran secara daring ini dapat
dilakukan baik melalui universitas masing-masing maupun belajar
secara mandiri melalui informasi yang didapatkan melalui internet.

76
Oleh sebab itu, sebenarnya tidak ada kata tidak bisa. Selama masih
ada kemauan, para pengajar ini pasti dapat melakukan
pembelajaran secara daring.

Permasalahan selanjutnya yang dihadapi oleh para pengajar ini


adalah bagaimana cara mempersiapkan pengajaran daring yang
menarik bagi mahasiswa sehingga mereka merasa senang belajar
meskipun tidak dapat bertemu langsung dengan rekannya sesama
mahasiswa ataupun dengan pengajarnya. Selain itu juga bagaimana
pembelajaran daring ini juga menyenangkan para pengajar.

Prinsip Pembelajaran Andragogi

Sebelum kita membicarakan materi pengajaran daring yang


menarik, kita seharusnya memiliki pemahaman terlebih dahulu
tentang karakteristik “mahasiswa” ini. Mahasiswa yang belajar di
perguruan tinggi memiliki rentang usia antara 18 sampai 23 tahun.
Usia ini masuk dalam kategori dewasa awal. Menurut Hurlock
(2009) kategori manusia dewasa berusia antara 18 sampai 40 tahun.
Jika mengacu pada pendapat Hurlock tersebut maka mahasiswa
termasuk pada masa dewasa awal. Masa dewasa awal adalah masa
transisi dari remaja menuju dewasa. Pada masa ini terjadi banyak
penyesuaian/transisi yang harus dilakukan baik itu secara fisik
(perubahan hormonal dan tubuh), transisi secara intelektual dan
transisi peran social (Santrock, 1999). Pada masa dewasa awal ini
seseorang juga beralih dari pandangan egosentris menjadi sikap

77
yang lebih empati yang akhirnya menuju pada kedewasaan.
Kebutuhan berelasi pada masa dewasa awal ini sangat penting dan
dapat berpengaruh pada masa selanjutnya.

Perlu dikatahui, pada masa dewasa awal ini, pola pendidikan agak
berbeda dengan pola pendidikan pada masa remaja atau anak-anak.
Hal ini berarti bagaimana cara kita mendidik dan mengajar juga
seharusnya berbeda. Menurut Knowles (Mariyat, 2009) ada
perbedaan yang signifikan antara paedagogy dan andragogy.
Paedagogy berasal dari Bahasa Yunani ‘paid’ yang berarti anak-
anak dan ‘agogos’ yang berarti memimpin. Paedagogy berarti seni
dan ilmu mengajar untuk anak-anak (the art and science of teaching
children). Pada model pengajaran paedagogis pengajar
bertanggung jawab penuh untuk semua keputusan tentang
pembelajaran dan menempatkan siswa dalam peran yang
tergantung, mengikuti instruksi pengajarnya. Sedangkan
andragogy berasal dari Bahasa Yunani yang terdiri dari ‘aner’ atau
‘andra’ yang berarti orang dewasa dan ‘ago’ atau ‘agogos’ yang
berarti memimpin/membimbing. Jadi Andragogy adalah seni dan
ilmu untuk membantu orang dewasa belajar (the art and science of
helping adults learn). Proses pendidikan dalam andragogy yang
tidak terbatas dengan kelas atau kurikulum formal. Dalam
Andragogy, pelajaran yang diberikan cenderung mengatasi
problem hidup bukan kemampuan yang ideal (teori), dan

78
dilaksanakan berdasar kondisi dan situasi. Kurikulum dibuat
berdasarkan kebutuhan, kecenderungan dan pengalaman orang-
orang yang belajar. Tabel 1 berikut ini adalah perbandingan antara
paedagogy dan andragogy menurut Knowles:

Tabel 1. Perbandingan Paedagogy dan Andragogy


Paedagogy Andragogy
Peserta didik Ketergantungan peserta Menuju kebebasaan
didik terhadap pengajar Pengajar mendorong dan
tinggi. memelihara kemandirian
Pendidik mengarahkan peserta didik
bagaimana, kapan,
mengapa peserta didik
belajar dan melakukan
pengetesan pada apa yang
diajarkan pendidik
Pengalaman Pengalaman yang dimiliki Peserta didik memiliki
peserta didik sangat sedikit maka banyak sumber belajar.
metode pembelajaran Metode pengajaran
menggunakan didaktik menggunakan diskusi,
problem solving, case
study, dll.
Kesiapan belajar Belajar sesuai dengan Belajar yang perlu
standar, mempelajari apa diketahui dan sesuai
yang diharapkan dengan kebutuhan
masyarakat mereka.
Kurikulum terstandar Program pembelajatan
disesuaikan dengan
penerapannya dalam
kehidupan
Orientasi belajar Menguasai materi Pengalaman belajar harus
pelajaran didasarkan pada
Kurikulum disusun pengalaman selama
berdasar mata pelajaran kinerja yang dihadapkan
sesuai dengan
pembelajaran
Sumber: Jarvis 1985: 51

79
Menurut Knowles (Smith, 2002) konsep andragogy dibagi ke
dalam lima (5) konsep dasar yang sesuai dengan karakteristiknya
sebagai gaya belajar orang dewasa. Kelima konsep itu adalah:

Konsep diri: Ketika seseorang menjadi dewasa, konsep dirinya


bergerak dari konsep menjadi orang yang tergantung menuju
manusia yang memiliki kepribadian mandiri.

Pengalaman: Saat seseorang beranjak dewasa, ia mengumpulkan


kumpulan pengalaman menjadi sumber pembelajaran yang
meningkat.

Kesiapan untuk belajar. Ketika seseorang matang, kesiapannya


untuk belajar menjadi semakin berorientasi pada tugas
perkembangan dari peran sosialnya.

Orientasi belajar. Ketika seseorang dewasa, perspektif waktunya


berubah ke kedekatan aplikasinya di lapangan dan sesuai dengan
orientasinya menuju pembelajaran yang bergeser pada pusat
masalah.

Motivasi untuk belajar: Ketika seseorang dewasa, motivasi untuk


belajar adalah berasal dari internal

Untuk mewujudkan agar pembelajaran orang dewasa itu dapat


berfungsi secara efektif, diperlukan langkah-langkah untuk dapat
mewujudkannya. Langkah-langkah kegiatan dan pengorganisasian

80
program pengajaran yang menggunakan asas-asas pendekatan
andragogy, melibatkan tujuh proses sebagai berikut:

1. Menciptakan iklim untuk belajar


2. Menyusun suatu bentuk perencanaan kegiatan secara bersama
dan saling membantu
3. Menilai atau mengidentifikasikan minat, kebutuhan dan nilai-
nilai
4. Merumuskan tujuan belajar
5. Merancang kegiatan belajar
6. Melaksanakan kegiatan belajar
7. Mengevaluasi hasil belajar (menilai kembali pemenuhan
minat, kebutuhan dan pencapaian nilai-nilai)
Agar supaya proses pembelajaran orang dewasa ini dapat
berhasil dengan baik, maka ada beberapa pendekatan yang dapat
dipakai untuk dapat memenuhi kebutuhan dan minat orang
dewasa. Untuk itu, sangat diperlukan proses pembelajaran yang
melibatkan peserta didik untuk aktif dan terlibat dalam proses
pembelajaran. Berikut ini ada beberapa metode pembelajaran
yang dapat dipakai menurut Mariyat, (2009) yaitu:
1. Problem Centered Approach (Pendekatan Pemusatan
Masalah).
Pembahasan materi perkuliahan akan menjadi sangat
menarik apabila juga mendasarkan pada kehidupan yang

81
dialami oleh peserta didik. Dengan cara ini, diharapkan
motivasi peserta didik menjadi meningkat sehingga
antusiasmenya terhadap materi belajar menjadi terbangun
dengan baik. Pelibatan pengalaman peserta didik yang
diapresiasi akan membuat peserta didik menjadi lebih
percaya diri. Para peserta didik ini perlu diberi stimulus dan
dirangsang agar memiliki kesempatan mengunakan
pemikirannya untuk belajar berpikir dan berperan secara
aktif dalam proses pembelajaran yang akhirnya terjadi
komunikasi yang menyenangan antara peserta didik dengan
pengajarnya.
2. Projective Approach (Pendekatan proyektif)
Pada pendekatan ini, pengajar memberikan gambaran atau
cerita yang berkaitan dengan permasalahan yang dialami
oleh peserta didik. Mendiskusikan tentang seorang tokoh
atau cerita yang terkait dengan materi yang dapat diambil
dari informasi yang didapat dari radio, televisi, Facebook,
Instragram, pengalaman pribadi pendidik, dan lain
sebagainya. Akan lebih menarik apabila pendidik
memberikan kesempatan para peserta didik untuk mencoba
memecahkan permasasalahan dalam cerita sehingga para
peserta didik dapat berlatih untuk menganalisa permasalahan
tersebut.

82
3. Self Actualization Approach (Pendek at an Per wujudan
Diri)
Pendekatan ini dikemukakan oleh Abraham Maslow.
Pendekatan self-actualization menggunakan metode dan
materi yang menjadikan peserta didik belaj ar secara
mandiri d a n mampu menemukan cara penyelesaian
masalah. Pengajar mengarahkan peserta didik untuk
dapat berkomunikasi dan belajar dari pengalaman sesama
peserta. Memberikan dorongan kepada peserta didik untuk
menggunakan segala yang ada menjadi sumber belajar, di
manapun dan kapanpun, sehingga terlaksana pendidikan
seumur hidup.
Pendekatan self actualization ini memiliki ciri-ciri utama sebagai
berikut:
a. Pendekatan berpusat pada peserta didik dengan
memberikan dasar pada peningkatan kepercayaan
kepada kemampuan diri sendiri untuk dapat mengatur
kehidupan kesehaaariannya. Dalam hal ini pengajar
berperan sebagai fasilitator yang bertugas memberikan
kesempatan kepada peserta didik untuk dapat
mengembangkan diri.
b. Peer learning (belajar kelompok)
Dilandasi oleh rasa saling percaya antar peserta didik.
Pengajar menempatkan diri sebagai fasilitator yang

83
memberlakukan anak didik sebagai rekan yang sederajat,
saling berdisuksi, memberikan ide dan pendapat diantara
mereka.
c. Pengajar membantu tumbuhnya self-concept (konsep
diri).
Peserta didik diajak untuk merasa ikut andil dalam
melakukan suatu perubahan. Dalam hal ini peserta didik
dirangsang untuk berani mengemukakan pendapat dan
prakarsa yang konstruksi dan bukan tanggapan pasif.

Jika kita melihat secara teori tentang pendidikan untuk orang


dewasa (andragogy) tersebut di atas, kita menjadi tahu bagaimana
cara mengajar para mahasiswa yang termasuk pada usia dewasa.
Ada baiknya jika semua pembelajaran diarahkan pada metode cara
mengajar orang dewasa. Pemahaman ini tentu akan sangat
membantu para pengajar dalam menyiapkan materi kuliah secara
daring agar proses pembelajaran dapat berlangsung dengan lebih
baik.

Sebelum kita membahas tentang bagaimana sebaiknya perkuliahan


secara daring dapat dilakukan dengan sukses, ada beberapa
informasi yang terkait dengan keluhan dari mahasiswa. Dari
keluhan-keluhan yang muncul, kita dapat merencanakan
pembelajaran daring dengan lebih baik dan mengurangi keluhan

84
mahassiswa. Berikut ini adalah rangkuman keluhan-keluhan
mahasiswa yang banyak muncul terkait dengan perkuliahan daring,
di luar permasalahan kuota internet, kelancaran jaringan internet
serta kepemilikan peralatan saat mengikuti pembelajaran daring.

Merasa bosan karena pengajar kurang menggunakan intonasi yang


bervariasi, terlalu monoton, power point tidak menarik, kurang
menggunkan media yang lain seperti video/film

Tidak bisa bertemu teman. Kuliah daring membuat mahasiswa


kurang dapat berinteraksi dengan temannya yang lain karena
mereka berada di lokasi yang berbeda-beda.

Banyaknya tugas. Bagi sebagian pengajar, banyak yang merasa


lebih mudah memberikan tugas, tanpa berpikir bahwa ada
kemungkinan yang memberikan tugas tidak hanya pada satu materi
yang diajarkan tapi pada materi yang lain. Akibatnya, para
mahasiswa menjadi terlalu banyak diberi tugas.

Sistem pembelajaran yang kurang sistematis dan efektif,


penyampaian materi sulit di pahami.

Kuliah praktek sulit dilakukan.

Komunikasi kurang lancar. Mahasiswa merasa agak kesulitan


dalam berkomunikasi dan kemungkinan pemahaman terhadap
materi.

85
Adanya kekhawatiran akan proses penilaian akhir yang diberikan
oleh pengajar.

Strategi Prinsip Andagogi dalam Pembelajaran Daring


Permasalahan yang dihadapi oleh mahasiswa tersebut di atas,
sebenarnya dapat diatasi oleh para pengajar dengan melakukan
strategi pembelajaran yang cocok digunakan dalam pembelajaran
dengan menggunakan metode daring. Salah satunya adaalah
dengan menggunakan metode pembelajaran orang dewasa
(andragogy). DeVine, 2013 (Crew, dkk, 2015) telah
mengidentifikasi strategi mengajar yang dapat membuat sukses
mengikuti pembelajaran daring. Strateginya meliputi: 1).
Komunikatif dengan mahasiswa; 2) Lebih berperan sebagai
pelatih; 3) Fleksibel dalam mengajar; 4) Memberikan umpan balik;
dan 5) Mengembangkan rasa kebersamaan.

Guidera (2004) mengatakan bahwa ada tujuh prinsip praktek yang


baik untuk pendidikan di universitas (Seven Principles of Good
Practice in undergraduate) yang dikemukakan oleh Chickering &
Gamson (1991) yang biasanya digunakan dalam pertemuan di
kelas dan dapat di transfer ke dalam pembelajaran daring. Dalam
studi yang telah dilakukan oleh Grant & Thornton (2007),
identifikasi terhadap pendidikan orang dewasa (andragogy) di
lingkungan pembelajaran daring telah dilakukan dengan tujuan
untuk mendapatkan metode pendidikan pembelajaran yang sesuai

86
untuk orang dewasa. Studi ini juga memberikan informasi dasar
dan wawasan dalam mengajar orang dewasa melalui daring baik
itu dalan merencanakan dan mengimplementasikan program
pengembangan fakultas untuk memenuhi kebutuhan
pembelajaran daring di fakultas dan institusi dalam
mempertahankan standar kualitas pengajaran dan integritas
organisasi yang tinggi. Grand & Thornton (2007) telah
membuktikan ke-7 (tujuh) prinsip ini berhasil
diimplementasikan dalam pembelajaran daring. Ke-7 prinsip
tersebut adalah:

1. Perlu adanya kontak antara mahasiswa dan fakultas


Mencakup kegiatan-kegiatan yang menciptakan lingkungan
untuk interaksi dan komunikasi. Sebagian besar fakultas
menggunakan email dan diskusi untuk membuat komunitas
online di mana mahasiswa merasa disambut, nyaman dan aman
dan di mana kemajuan mahasiswa dapat dipantau dan
dievaluasi. Interaksi antara mahasiswa dan infrastruktur yang
disiapkan oleh fakultas (universitas) adalah dasar untuk
membangun komunitas di lingkungan daring (Stein & Glazer,
2003).
Pembelajaran diisi dengan dialog dan diskusi dalam suasana
konstruktif mempromosikan pembelajaran yang diperluas dan
menumbuhkan pemikiran kritis yang relevan dengan

87
pengalaman kehidupan sehari-hari. Saba (2000)
merekomendasikan bahwa model pembelajaran virtual harus
dipusatkan pada peserta didik dan berbasis dialog. Hasilnya
dapat menunjukkan bahwa fakultas, sadar akan "jarak",
menciptakan jembatan komunikasi untuk memperluas peran
mereka sebagai fasilitator dan mentor, dan mempertahankan
kehadiran sosial dan pengajaran yang "terlihat". Anderson, dkk
(2001) merekomendasikan agar pengajar daring dapat "dilihat"
dan membangun kehadiran di lingkungan pembelajaran daring
untuk memperkuat konektivitas dengan mahasiswa. Mayoritas
mahasiswa menanggapi dengan adanya kehadiran pengajar
daring akan memungkinkan interaksi mahasiswa lebih banyak.
Email dan forum diskusi ditempatkan sebagai cara terbaik untuk
terhubung ke pengajar dan mahasiswa lain, serta untuk
mendapatkan informasi dan umpan balik tentang tugas yang
diberikan.
2. Mengembangkan timbal balik dan kerjasama di antara
mahasiswa
Pada prinsip kedua ini termasuk kegiatan-kegiatan yang
memberikan peluang untuk tinjauan antar rekan mahasiswa
terkait berbagai penugasan dan dalam posting diskusi. Proses
peer review sering digunakan bersama dengan tugas tim di
mana mahasiswa didorong untuk berbagi pengalaman dan
sumber informasi. Prinsip ini sesuai dengan Gibbons dan

88
Wentworth (2001) yang menyatakan bahwa pembelajaran
orang dewasa memiliki orientasi terpusat pada pembelajaran
yang relevan dan berbasis aplikasi. Dapat disimpulkan bahwa
semakin banyak mahasiswa (siswa dewasa) membawa
pengalaman hidup ke dalam lingkungan daring, fakultas (dalam
hal ini pengajar) harus memasukkan pengalaman otentik yang
berlaku untuk situasi dunia nyata.
Mahasiswa diberi ruang untuk berkomentar sehingga
memiliki peningkatan dalam kebebasan berekspresi dengan
teman sekelas dan pengajar. Beberapa mahasiswa juga mencatat
bahwa diskusi itu berharga dalam memahami perspektif lain
dan diberi ijin untuk mendapat waktu tambahan untuk
memproses informasi. Mahasiswa yang berpartisipasi dalam
peer review tugas menulis akan mendapatkan peningkatan
keterampilan menulis sebagai hasil dari kegiatan ini dan lebih
percaya diri pada kemampuan mereka sendiri untuk
memberikan umpan balik dan dukungan kepada mahasiswa
yang lain.
3. Mendorong pembelajaran aktif
Pemberian dan penggunaan tugas yang mendorong refleksi
dan mengharuskan siswa untuk menghubungkan isi materi
pembelajaran dengan kehidupan pribadi mereka. Ini
menunjukkan bahwa fakultas (dalam hal ini pengajar)
mengenali perlunya variasi ketika menugaskan kegiatan belajar

89
untuk memotivasi minat mahasiswa dan mendorong kontrol
atas lingkungan belajar mereka sendiri. Hasil ini sejalan dengan
teori konstruktivisme dan keterlibatan yang memungkinkan
mahasiswa untuk memilih tugas yang relevan, menarik dan
bermanfaat bagi mereka (Kearsley & Schneiderman, l999).
Lingkungan pembelajaran daring menguntungkan untuk
memberikan kesempatan bagi mahasiswa dapat mencari
referensi di luar materi pembelajaran yang diberikan dan
membangun pengetahuan mereka sendiri.
Penyelesaian pembelajaran daring menghasilkan
peningkatan keterampilan berpikir kritis yang meningkatkan
kemampuan menulis pada mahasiswa. Banyak yang menjawab
bahwa materi yang diambil menarik. Selain itu, banyak
mahasiswa mengungkapkan bahwa mereka lebih banyak
mengarahkan diri dan memotivasi diri sendiri daripada yang
mereka pikirkan.
4. Memberikan umpan balik segera
Prinsip keempat mencakup praktek menetapkan waktu dan
jadwal untuk umpan balik pada diskusi dan tugas lainnya,
termasuk tes dan pembuatan makalah. Ini menunjukkan bahwa
memberikan umpan balik tepat waktu, akan memunculkan
pengakuan dan informasi yang cepat. Graham et al. (2001) yang
menemukan bahwa pengajar memiliki niat yang baik untuk
memberikan umpan balik pada awal pembelajaran, mereka

90
sering menjadi lemah dalam merespons karena pada masa
perkuliahan semester menjadi lebih sibuk. Oleh sebab itu, pada
pertengahan dan akhir semester sebaiknya pengajar tetap
memberikan respon yang cepat terhadap hasil tes/tugas yang
masuk.
Umpan balik memainkan peran penting pada mahasiswa
dalam menyampaikan berbagai jenis informasi yang
dibutuhkan oleh mahasiswa untuk tetap terlibat dan terhubung
dalam lingkungan pembelajaran daring. Mahasiswa lebih sering
berinteraksi dengan pengajar dalam perkuliahan daring
daripada perkuliahan tatap muka di kelas. Selain itu juga merasa
ada peningkatan interaksi dan dukungan pribadi yang diterima
dari rekan mahasiswa yang lain serta dengan pengajar
dibanding pembelajaran tatap muka.
5. Menekankan waktu dalam tugas
Prinsip kelima ini menekankan tercapainya pengulangan
jadwal waktu dan tenggat waktu untuk penugasan. Sifat dari
lingkungan pembelajaran daring adalah bermata dua untuk
pelajar dewasa. Di satu sisi lingkungan kondusif untuk
menunda-nunda karena mahasiswa memiliki fleksibilitas dan
kebebasan untuk belajar dalam ruang dan waktu mereka sendiri.
Di sisi lain, fleksibilitas ini memungkinkan mahasiswa untuk
mengakses lingkungan belajar ketika mereka siap dan secara
mental hadir untuk melakukannya. Posting rutin tanggal jatuh

91
tempo pengumpulan tugas, penggunaan kalender pengingat dan
tes terjadwal membantu pelajar dewasa (mahasiswa) tetap focus
pada tugas dan rencana belajarnya. Para ahli teori belajar orang
dewasa awal menyatakan bahwa orang dewasa yang sibuk
menginginkan lebih banyak arahan dalam proses belajar
(Knowles, 1984) dan bahwa kesiapan mereka untuk belajar
adalah faktor signifikan yang mempengaruhi prestasi akademik
(Gibbons & Wentworth, 2001). Hal yang perlu dilakukan
pengajar adalah memberikan mahasiswa kesempatan
mengulangi tes dan merevisi makalah, dan mengatur kelompok
belajar, meningkatkan isi materi pembelajaran dengan
menambah waktu belajar. Mahasiswa mengakui bahwa
pembelajaran daring memerlukan lebih banyak disiplin diri dan
membantu meningkatkan keterampilan manajemen waktu.
6. Mengkomunikasikan harapan yang tinggi pada mahasiswa
Prinsip keenam paling sering dicapai oleh pengajar melalui
silabus mata kuliah mereka. Dimasukkannya tujuan
pembelajaran dan rubrik tertentu untuk tugas perkuliahan dan
menjelaskan harapan untuk keberhasilan akademik dalam
mengikuti perkuliahan. Menurut Newlin dan Wang (2002)
pengajar harus mengkomunikasikan harapan dengan jelas
melalui tujuan dan sasaran pembelajaran dan menentukan
bagaimana mereka dapat mencapainya.

92
Pengajar perlu melakukan klarifikasi harapan dengan cara
memodelkan perilaku yang diharapkan, menyoroti dan
mengomentari kinerja mahasiswa dan memberikan umpan balik
terperinci untuk peningkatan kemampuan mahasiswa.
Pembelajaran daring menurut mahasiswa lebih ketat jika
dibandingkan dengan pembelajaran tatap muka. Pembelajaran
daring lebih fokus pada persyaratan partisipasi dan harapan
kehadiran daripada pembelajaran tatap muka.
7. Menghargai beragam bakat dan cara-cara belajar
Prinsip ke tujuh disarankan oleh sebagian besar pengajar yang
dalam prakteknya menggabungkan berbagai cara untuk
mempresentasikan materi pembelajaran, tugas desain, dan
format penilaian dalam “suasana terbuka” untuk pembelajaran.
Ini menunjukkan penghormatan terhadap perbedaan gaya
belajar orang dewasa dan “demokratisasi” dari lingkungan
pembelajaran daring. Diaz dan Cartnal (l999) menyatakan
bahwa kesadaran akan gaya belajar yang berbeda membantu
dalam desain pengajaran dan pada mahasiswa. Juga
disimpulkan bahwa paparan gaya belajar yang berbeda, sudut
pandang dan perspektif berbeda meningkatkan fleksibilitas
mahasiswa dan kemampuan untuk beradaptasi dengan situasi
dunia nyata.
Mahasiswa merasakan lingkungan belajar daring
memungkinkan lebih banyak waktu untuk memproses,

93
merefleksikan, dan merespons. Banyak mahasiswa mengalami
peningkatan dalam kepercayaan diri ketika berpartisipasi dalam
diskusi kelas dan menghargai lingkungan anonim.
Pembelajaran daring memiliki lebih banyak variasi metode
yang dapat dipakai. Pembelajaran dapat diperluas melalui
sumber daya yang dapat diperoleh melalui internet, aktivitas
berbasis web, dan sumber perluasan konten lainnya.

Implikasi Pembelajaran daring Masa Depan


Pembelajaran melalui daring memiliki implikasi praktis
dalam pengembangan Universitas, Fakultas, pengajar, mahasiswa
dan implementasi kebijakan. Transisi dari mengajar di ruang kelas
tradisional (tatap muka) ke lingkungan pembelajaran daring
bukanlah tugas yang mudah bagi sebagian besar
Universitas/Fakultas/Pengajar/Mahasiswa. Terutama pada
universitas yang telah terbiasa melakukan pengajaran dalam mode
tradisional (tatap muka dalam kelas) selama puluhan tahun.
Kita semua sebagai manusia tidak dapat menghentikan dan
melawan waktu. Kemajuan teknologi tidak dapat dibendung. Cepat
atau lambat, suka atau tidak suka, siap atau tidak siap, era teknologi
informasi dan globalisasi dunia akan datang dan kita semua perlu
bersiap mulai dari sekarang. Komitmen terhadap praktek
pembelajaran secara daring dan kreativitas yang kita miliki akan
meningkatkan kemampuan pengajaran secara efektif dan

94
memperkuat proses untuk mencapai dan mempertahankan
pendidikan yang berkuatitas dengan tujuan mempertahankan
akuntabilitas lembaga dalam pengukuran dan evaluasi hasil belajar
mengajar.
Universitas/Fakultas/Pengajar perlu membuat keputusan
secara sadar untuk melalui proses transisi yang mungkin terasa
sangat singkat untuk dapat menyesuaikan diri di tengah pandemi
Covid-19 ini. Respon yang cepat terhadap perubahan akan
memberikan kesempatan yang lebih banyak untuk belajar,
menyesuaikan diri dan mengatur mekanisme yang terbaik dalam
pembelajaran daring serta memberikan keuntungan persaingan
yang kompetitif di bidang kemajuan pendidikan dalam era modern
dan globalisasi dunia.
Era pendidikan masa depan akan membutuhkan
pengembangan program pendidikan yang menuntut kesiapan
semua instalasi teknologi informasi dan pengajar yang mampu
menjawab tantangan kemajuan teknologi dan tantangan standar
yang tinggi dalam system pembelajaran. Pengaplikasian dan
eksplorasi pada prinsip-prinsip pembelajaran andragogy (orang
dewasa) ini diharapkan dapat menjadi salah satu cara dalam
mempersiapkan pembelajaran era masa depan melalui daring.
Dari sisi dosen, pembelajaran secara daring yang terjadi saat
ini juga menjadi awal bagi para pengajar senior untuk mencoba
sesuatu yang benar-benar baru. Hikmahnya, seluruh pengajar

95
senior bahkan harus bersedia untuk belajar kembali dari titik nol.
Situasi pembelajaran daring ini adalah tes sebenarnya, apakah
benar para pengajar itu sebenarnya memiliki jiwa “pembelajar”
atau tidak. Sebagai pengajar, kita kan sering mengatakan bahwa
belajar tidak mengenal usia. Sebagai pengajar kita seharusnya
selalu belajar. Perubahan mind set dan niat adalah kunci untuk
belajar hal-hal baru termasuk membiasakan diri melakukan
pembelajaran daring dengan mengaplikasikan prinsip andragody
dan tujuh prinsip praktek yang baik untuk pendidikan di universitas
(Seven Principles of Good Practice in undergraduate). Pertanyaan
refleksi penting bagi kita semua adalah, apakah pembelajaran
daring ini memang sulit atau karena pengajar/dosen sudah tidak
bisa atau tidak mau berubah??? Ketangguhan kita sebagai pengajar
yang pembelajar diuji di sini.

Referensi
Anderson, T., Rourke, L., Garrison, D. R., & Archer, W. (2001). Assessing
teaching presence in a computer conferencing context. Journal of
Asynchronous Learning Networks, 5(2). Retrieved January 21, 2007
from http: / / www. al n. org/ publi cati ons/ jal n/v 5n2/v
5n2_anderson. a sp
Cavanaugh, C., Barbour, M., & Clark, T. (2009). Research and practice in K-
12 online learning: A review of open access literature. The International
Review of Research in Open and Distant Learning, 10(1),1-22
Chickering, A. W., & Gamson, Z. F. (1991). Applying the seven principles for
good practice in undergraduate education. New directions for teaching
and learning. 47. San Francisco, CA: Jossey- Bass.
Crew, B Tena; Wilkinson, K; Neill, K Janson. (2015). Principles for Good
Practice in Undergraduate Education: Effective Online Course Design to
Assist Students’ Success, MERLOT Journal of Online Learning and
Teaching; Vol. 11, No. 1, March

96
DeVine, C. (March 27, 2013). The skills both online students and
teachers must have. Edudemic: Connecting Education and
Technology, Retrieved November 11, 2013 from
http://www.edudemic.com/2013/03/the-skills-both-online-
students-and-teachers-must-have/
Diaz, D., & Cartnal, R. (l999). Student learning styles in two classes. College
Teaching, 47(4), 130-141.
Gibbons, H., & Wentworth, G. (2001). Andrological and pedagogical
training differences for online instructors. Online Journal of
Distance Learning Administration, 4(3), 1-5. Proceedings of the
Distance Learning Administration, USA.
Graham, C., Cagiltay, K., Lim, B., Craner, J., & Duffy, T. M. (2001,
March/April). Seven principles of effective teaching: A practical
lens for evaluating online courses. The Technology Source, 1-7.
Retrieved November 6, 2006 from ht t p: // www. t echnol
ogysource. org/ art i cl e/ sev en_pri nci ples_of _ef f ectiv e_t eachi
ng/
Grand, MR., Thornton, HR. (2007). Best Practices in Undergraduate Adult-
Centered Online Learning: Mechanisms for Course Design and Delivery.
MERLOT Journal of Online Learning & Teaching. Vol.3, No. 4, Dec

Gross, R., Muscarella, D., & Pirkl, R. (1994). New connections: A college
president’s guide to distance education. Washington, DC: Instructional
Telecommunication Council.
Guidera, S. (2004). Perceptions of the effectiveness of online instruction in terms
of the seven principles of effective undergraduate education. Journal for
Educational Technology Systems, 32(2-3), 139-178.
Hurlock. 2009. Psikologi Perkembangan Rentang Kehidupan. Jakarta: EGC.
Jarvis, P. (1987a) 'Malcolm Knowles' in P. Jarvis (ed.) Twentieth Century Thinkers
in Adult Education, London: Croom Helm
Kearsley, G., & Schneiderman, B. (l999). Engagement theory: A
framework for technology-based learning and teaching.
Retrieved January 19, 2007 from htt p: // hom e. sprynet . com/ ~
gkearsl ey/ engage. htm
Knowles, M. (l984). The adult learner: A neglected species (3rd ed.). New York:
Cambridge Books
Kramer, C. (2002). Success in on-line learning. Albany, NY: Delmar – A
Division of Thomson Learning.
Mariyat, A. (2009). Mengenal Andagogy. At-Ta’dib. Vol. 5. No. 1 Shafar 1430. Fakultas
Tarbiyah, Institut Studi Islam Darussalam (ISID) Gontor
Mustofa, MI., Chodzirin, M., Sayekti, L. (2019). Formulasi Model Perkuliahan
daring Sebagai Upaya Menekan Disparitas Kualitas Perguruan Tinggi (Studi
terhadap Website pditt.belajar.kemdikbud.go.id). Walisongo Journal of
Information Technology, Vol. 1 No. 2 (2019): 151-160

97
Newlin, M., & Wang, A. (2002). Integrating technology and pedagogy:
Web instruction and seven principles of undergraduate education.
Teaching of Psychology, 29(4), 325-330.
Nicol, D; Macfarlane, D. (2006). Formative Assessment and Self-
Regulated Learning: A Model and Seven Principles of Good
Feedback Practice. Studies in Higher Education, Vol. 31, No. 2, April,
pp. 199–218
Radovan, M., & Makovec, D. (2015). Adult learners’ learning environment
perceptions and satisfaction in formal education-case study of four East-
European countries. International Education Studies, 8(2), 101–112
Saba, F. (Ed.). (2000). Sifting the focus from teaching to learning. Distance
Education Report, 4(13), 4.
Santrock, John W. (2002). Life - Span Develompment (Perkembangan Sepanjang
Hidup), Jilid I, (Jakarta : Erlangga, hal.60
Smith, M.K.. (2002) 'Malcolm Knowles, informal adult education, self-direction and
andragogy', The Encyclopedia of Informal Education,
www.infed.org/thinkers/et-knowl.htm.
Stein, D. & Glazer, H. R. (2003). Mentoring the adult learner in academic
midlife at a distance education university. The American Journal of
Distance Education, 17(1), 7-23. Retrieved January 24, 2007 from ht t
p: // www. l eaonl i ne. com / doi / pdf / 10. 1207/ s15389 286aj de1701_2
Warschauer, M. (2001). On-line communication. In R. Carter & D. Nunan (Eds.),
The Cambridge guide to teaching English to speakers of other languages (pp.
207–212). Cambridge, UK: Cambridge University Press.

98
7.

Eny Trimeiningrum11

“Dosen tidak hanya sekedar memberikan materi dan tugas tetapi


harus memberikan konfirmasi dan umpan balik kepada
mahasiswa”

P
ada tanggal 24 Januari 2020, Nadiem Anwar Makarim,
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia
mengeluarkan Paket Kebijakan bagi Pendidikan Tinggi di
Indonesia. Paket Kebijakan tersebut adalah “Merdeka Belajar:
Kampus Merdeka”. Sebelumnya pada tanggal 11 Desember 2019,
telah dikeluarkan paket kebijakan pendidikan satuan pendidikan
dasar yaitu “Merdeka Belajar”. Pokok-pokok kebijakan Merdeka
Belajar: Kampus Merdeka adalah: (1) pendirian program studi
baru bagi Perguruan Tinggi Negeri (PTN) dan Perguruan Tinggi
Swasta (PTS) dengan Akreditasi A dan B; (2) re-akreditasi
bersifat otomatis untuk seluruh peringkat, dan bersifat sukarela
bagi Perguruan Tinggi dan Program Studi yang sudah siap naik
peringkat; (3) kebebasan bagi PTN BLU (PTN Badan Layanan

11
Eny Trimeiningrum, SE., MSi. Adalah dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB)
dan Kepala Lembaga Pengkajian dan Pengembangan Pendidikan (LPPP) Unika
Soegijapranata

99
Umum) dan PTN Satker (PTN Satuan Kerja Kementerian) untuk
menjadi PTN BH (PTN Berbadan Hukum); (4) hak mengambil
mata kulih di luar prodi dan perubahan definisi satuan kredit
semester (SKS) yang hanya berlaku bagi S1 dan Politeknik.
Konsep Merdeka Belajar diluncurkan untuk menyiapkan
mahasiswa siap memasuki dunia usaha dan dunia industri. Konsep
link and match antara pendidikan tinggi dan dunia usaha
nampaknya menjadi bagian yang penting dari paket kebijakan ini.
Cara yang diharapkan untuk memenuhi kebutuhan tersebut adalah
perguruan tinggi diharapkan dapat merancangkan dan
mengimplementasikan proses pembelajaran yang inovatif dengan
harapan Capaian Pembelajaran (CP) yang ditetapkan oleh program
studi mampu diraih oleh mahasiswa secara optimal. Perguruan
tinggi didorong untuk semakin otonom dan fleksibel, dan mampu
menciptakan kultur belajar yang inovatif, tidak mengekang, serta
sesuai dengan kebutuhan mahasiswa.
Konsep kebijakan ini juga menekankan kegiatan
pembelajaran di luar perguruan tinggi, meliputi magang atau
praktik kerja, proyek di desa, mengajar di sekolah, pertukaran
pelajar, penelitian, kegiatan kewirausahaan, studi atau praktik
independen, dan proyek kemanusiaan yang semua aktivitas
tersebut harus di bawah bimbingan dosen. Hal ini dimaksudkan
supaya mahasiwa mempunyai pengalaman yang riil dan
kontekstual sehingga mendorong kesiapan memasuki dunia kerja.

100
Lalu apa kewajiban perguruan tinggi? Perguruan tinggi
mempunyai kewajiban untuk memberikan hak kepada mahasiswa
untuk secara sukarela mengambil SKS di luar perguruan tinggi
sebanyak 2 semester (setara dengan 40 SKS) dan dapat
mengambil SKS di luar program studi yang berbeda di perguruan
tinggi yang sama sebanyak 1 semester (setara dengan 20 sks).
Atau dengan kata lain SKS yang wajib diambil mahasiswa di
program studi asal adalah sebanyak 5 (lima) semester dari total
SKS yang harus dijalani. Hal ini tidak berlaku bagi Program Studi
Kesehatan. Sekali lagi perguruan tinggi wajib memfasilitasi
pelaksanaan program tersebut.
Bila dilihat dari tujuannya, Merdeka Belajar bermaksud
untuk mengembangkan kemandirian mahasiwa agar memenukan
pengalaman dari apa yang ada di masyarakat maupun dunia kerja
sehingga berkembanglah kapasitas, kreativitas, kemampuan
beradaptasi dan kolaborasi, pengelolaan diri (manajemen diri),
serta kepribadian yang utuh melalui afiliasi dan interaksi sosial
yang mereka alami.
Bila menilik model-model pembelajaran yang saat ini
dikembangkan dan diimplementasikan oleh perguruan tinggi,
maka konsep Merdeka Belajar sangat relevan dengan Model
Pembelajaran Student Centered Learning (SCL), dimana
mahasiswa adalah pusat kegiatan pembelajaran sehingga dosen
hanya bertindak sebagai fasilitator dan motivator serta tidak lagi

101
berperan sebagai satu-satunya sumber pengetahuan yang utama.
Sejalan dengan konsep Merdeka Belajar, SCL mempunyai maksud
agar mahasiswa mampu mengembangkan diri untuk menemukan
dan mencari pengetahuan secara mandiri. Sehingga dalam upaya
penemuan ini, kemampuan, kapasitas, dan kreativitas mahasiwa
akan terbangun.

Pembelajaran Daring, Metode Pendukung Dalam Konsep


Merdeka Belajar
Salah satu metode pembelajaran untuk mendukung Model
Pembelajaran SCL dan Konsep Merdeka Belajar adalah Sistem
Pembelajaran dalam Jaringan (Sistem Pembelajaran Daring).
Metode pembelajaran jarak jauh ini memungkinan mahasiswa dan
dosen melakukan tatap muka dan berkomunikasi melalui video
conference, mahasiswa bisa mengunduh materi dosen,
mengunggah hasil tugas mahasiswa lewat internet.
Salah satu dukungan Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan dalam sistem pembelajaran daring adalah sistem
berbasis teknologi yang disebut dengan SPADA (Sistem
Pembelajaran Daring). Namun demikian banyak perguruan tinggi
yang telah mengembangan Learning Management System (LMS)
untuk implementasi perkuliahan daring di perguruan tinggi
masing-masing. Salah satunya Unika Soegijapranata Semarang
yang telah mengembangkan LMS dengan laman cyber.unika.ac.id.

102
Hal yang sangat penting untuk dilakukan dalam
pembelajaran daring adalah komunikasi yang efektif antara dosen
dan mahasiswa. Komunikasi yang efektif harus dibangun melalui
komunikasi dua arah antara dosen dan mahasiswa. Dosen tidak
hanya sekedar memberikan materi dan tugas tetapi harus
memberikan konfirmasi dan umpan balik kepada mahasiswa.
Proses evaluasi bagi hasil kerja mahasiswa harus dilakukan oleh
dosen, sehingga hubungan yang bersifat dialogis tercipta.
Bila dikaitkan dengan Industry 4.0 skills, Trending 2022,
Top Ten seperti dikutip dari Future of Jobs Reports, World
Economic Forum, 2018 menyebutkan ketrampilan yang harus
dimiliki di Era Revolusi Industri 4.0, antara lain Active Learning
dan learning strategies; creativity, originality and initiative;
technology design and programming; critical thinking and
analysis, maka pembelajaran daring merupakan salah satu bentuk
pembelajaran mengembangkan ketrampilan tersebut.

Pembelajaran Daring dalam Pandemi Global

Saat ini dunia dihebohkan dengan mewabahnya virus yang


bernama Covid-19, yang awalnya mewabah di Kota Wuhan
Ibukota Provinsi Hubei China. Tidak menunggu waktu lama, virus
tersebut menyebar hampir seluruh daratan negeri China dan ke
sejumlah negara di dunia. Pada tanggal 30 Januari 2020, World
Health Organization (WHO) mengumumkan kasus pandemi

103
Covid-19 sebagai status darurat kesehatan global atau sering
dikenal dengan istilah Public Health Emergency of International
Concern. Seperti negara-negara lain yang terkena pandemi ini,
Pemerintah Indonesia memberi aturan bagi masyarakat untuk
bekerja dari rumah, belajar dari rumah, dan beribadah dari rumah.
Maka mau tidak mau dan tidak ada metode pembelajaran lain yang
ditempuh oleh semua lembaga Pendidikan di Indonesia kecuali
pembelajaran daring.

Namun demikian di tengah situasi yang sangat darurat saat


ini, evaluasi dari implementasi pembelajaran daring harus tetap
dilakukan guna memastikan proses pembelajaran sesuai dengan
yang diharapkan dan berjalan optimal. Tidak hanya kesiapan
jaringan dan platform LMS yang memadai tetapi kesiapan dan
kemampuan mengoperasikan teknologi baik dosen dan mahasiswa.
Pembelajaran daring mungkin terasa tidak se-ideal seperti
pembelajaran tatap muka secara fisik. Meskipun demikian, dengan
upaya yang keras dari segenap pihak-pihak yang berkepentingan,
kita pasti mampu mewujudkan Capaian Pembelajaran (CP) yang
telah ditetapkan oleh program studi melalui pembelajaran daring.
Selamat mengimplementasikan pembelajaran daring bagi seluruh
Lembaga Pendidikan di Indonesia.
Referensi:
Industry 4.0 skills, Trending 2022, Top Ten, Future of Jobs Reports, World Economic Forum,
Tahun 2018.
Buku Saku Panduan Merdeka Belajar Kamus Merdeka, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Tahun 2020.

104
8.

B. Lenny Setyowati12

“Hidup adalah sebuah proses pembelajaran terus-menerus untuk


menjadi pribadi-pribadi yang lebih maju dan lebih baik”

P
ada bulan Januari sampai dengan Februari 2020 telah
dilaksanakan pelatihan kepribadian Arising The Grateful
Winner (ATGW) bagi mahasiswa angkatan 2019, dalam
pelatihan tersebut ditekankan kepada para mahasiswa pentingnya
mempunyai nilai-nilai luhur dari Mgr. Albertus Soegijapranata, SJ
yang menjadi patron Unika Soegijapranata, beberapa nilai tersebut
adalah Kritis, Kreatif, Visioner, Peduli dan Tangguh (KKVPT).
Pelatihan dibagi dalam 13 gelombang, masing-masing gelombang
dilaksanakan dalam waktu 2 hari, para peserta yang mayoritas
mahasiswa angkatan 2019 dibekali materi oleh trainer dan co-
trainer agar selama mereka kuliah nilai-nilai KKVPT dapat
terasah, sehingga pada saatnya nanti mereka lulus dan menjadi

12
B. Lenny Setyowati, S.S., M.I.Kom. adalah Dosen Tidak Tetap Prodi Ilmu
Komunikasi, Sekretaris The Soegijapranata Institute, dan Kepala Biro Administrasi
Akademik Unika Soegijapranata Semarang

105
alumni, nilai-nilai KKVPT tetap muncul dan membawa dampak
bagi diri sendiri, lingkungan sekitar dan bagi Indonesia.
Jika hal tersebut dikaitkan dengan situasi sekarang ini, di mana ada
himbauan dari pemerintah terkait meluasnya pandemik virus
Covid-19 untuk menyelenggarakan pembelajaran dalam jaringan
(daring). Unika Soegijapranata mengikuti himbauan tersebut
dengan melaksanakan proses belajar mengajar semester genap TA
2019/2020 yang baru berlangsung secara tatap muka sekitar 2
minggu secara daring, menurut penulis banyak fenomena-
fenomena yang menarik dapat kita pelajari dan ambil hikmahnya
dalam proses pembelajaran daring sebagai civitas akademika, baik
sebagai dosen, mahasiswa dan tenaga pendidikan yang berbeda
secara generasi dan terkait dengan nilai-nilai luhur dari Mgr.
Soegija terutama tentang nilai-nilai KKVPT.
Dalam proses pembelajaran daring yang terjadi di Unika
Soegijapranata melibatkan dua jenis generasi: digital native dan
digital immigrant. Howe dan Strauss dalam bukunya Millenials
Rising: The Next Great Generation (2000) memperkenalkan
generasi yang lahir di masa pembangunan dan perkembangan
internet, antara tahun 1982 hingga 2003 sebagai generasi milenial.
Generasi milenial menurut Howe dan Strauss mempunyai sebutan
lain yaitu N-gen (N generation). Huruf “N” mengacu pada NET
singkatan dari internet, disebut pula dengan D-gen (D generation),
huruf “D” singkatan dari Digital. Mereka juga adalah generasi

106
pertama “Digital Native” dengan hubungan mereka dengan
internet, bagaimana gaya berbelanja mereka, bagaimana mereka
mengkakses dengan cepat perbandingan harga, informasi produk,
ulasan peer group. Digital native di Unika Soegijapranata diwakili
oleh seluruh mahasiswa program diploma, mahasiswa program
sarjana dan sebagian mahasiswa program pasca sarjana, juga
diwakili oleh sebagian kecil para dosen dan tenaga kependidikan
Unika Segijapranata.
Marck Presnky dalam jurnal On the Horizon (NBC University
Press, Vol.9 No 5, October 2001) menyebut generasi milenial
dengan sebutan Digital Native, mereka sebagai penutur asli dari
Bahasa digital komputer, internet. Mereka yang dari lahir, sudah
bawaan dari lahir berada dalam lingkungan digital. Komputer
games, email, internet, telepon seluler dan instant messaging
menjadi bagian yang tak terpisahkan dalam kehidupan generasi
digital native. Sedangkan sebagian besar para dosen, tenaga
kependidikan yang pada saat lahir tidak berada pada lingkungan
digital, tetapi tertarik oleh dan mengadopsi beberapa atau banyak
aspek dari teknologi baru dan selalu akan membanding-
bandingkannya menurut Marck Presnky disebut sebagai digital
immigrant. Para digital immigrant seperti halnya para imigran pada
suatu tempat, mencoba belajar megadopsi teknologi baru ke dalam
kehidupannya, mereka sebagian dapat mengadopsi dengan baik,
sebagian tidak.

107
Pada situasi saat ini terkait secara khusus dengan pembelajaran
daring yang mulai dilaksanakan tanggal 16 Maret s.d. 29 Mei 2020,
dapat saya amati bahwa nilai-nilai KKVPT dari Mgr. Soegija
tercermin dan terlaksana oleh mahasiswa, dosen dan tendik. Para
mahasiswa yang sebagian besar adalah digital native, sedangkan
para dosen dan tendik yang sebagian besar adalah digital
immigrant bagaimana mereka menyikapi situasi pembelajaran
daring ini dengan berbagai macam tindakan mereka.
Pembelajaran daring di Unika dimulai dari e-learning yang
dikembangkan oleh Unit Pelaksana Teknis Manajemen Sistem
Informasi (UPT MSI) pada tahun 2009 yang kemudian hanya aktif
dari sisi teknisnya saja. Pada tahun 2013 Unit Pelaksana Teknis
Perpustakaan (UPT Perpustakaan) mencoba mengelola e-learning
bersama UPT MSI dengan menekankan pada aspek pembelajaran
dan kekayaan pustaka, namun masih sedikit dari para dosen yang
sudah memanfaatkannya untuk proses belajar mengajar.
Pengembangan Cyber Learning mulai digiatkan lagi sekitar tahun
2015. Pada tahun 2017, Lembaga Pengkajian dan Pengembangan
Pendidikan (LP3) mengadakan berbagai kegiatan pelatihan
terstruktur tentang penggunaan cyber.unika.ac.id dan para dosen
makin bertambah banyak yang berminat untuk memanfaatkannya
dalam proses pembelajaran, fasilitas tambahan plug-in pindai anti
plagiasi.

108
Sebelum terjadi wabah pendemi Covid-19, tidak semua dosen
menggunakan fasilitas pembelajaran ini secara maksimal dalam
arti belum semua dosen menggunakan Cyber Learning, seringkali
Cyber Learning hanya dimanfaatkan sebagai media untuk
mengunggah materi kuliah, dan sebagai media penugasan kepada
mahasiswa. Setelah 16 Maret 2020, para dosen dan mahasiswa
diwajibkan menggunakan fasilitas ini sebagai media utama pada
proses pembelajaran daring.
Jika melihat di Unika Soegijapranata ada 2 kelompok generasi
yaitu digital native dan digital immigrant dan diakitkan dengan
nilai-nilai Mgr Soegija sebagai patron Unika, maka dapat penulis
sampaikan sebagai berikut:
 Kritis, mampu melihat realitas di sekeliling kita. Salah satu
contohnya adalah dosen dan mahasiswa menyampaikan
pendapat dan masukan tentang pelaksanaan kuliah daring
melalui saluran-saluran media yang ada seperti: whatsapp
group, line group, rapat secara daring baik di tingkat program
studi maupun fakultas. Masukan-masukan demi perbaikan
pembelajaran daring disampaikan oleh pejabat terkait kepada
pimpinan di tingkat Universitas.
 Kreatif, mencari solusi yang tepat, layak dan bermanfaat.
Masukan-masukan guna perbaikan pembelajaran daring dalam
waktu yang relatif cepat ditindak lanjuti oleh pimpinan
Universitas dan bagian terkait seperti LP3, UPT MSI dan UPT

109
Perpustakaan, sudah ada solusinya seperti contoh penambahan
menu-menu baru dalam cyber.unika.ac.id yang lebih
menyempurnakan dan memberikan kemudahan dalam proses
pembelajaran daring. Tentu proses penyempurnaan dan
perbaikan program di Cyber Learning akan terus berjalan dan
bertumbuh sesuai perkembangan kebutuhan.
 Tindakan menggandeng provider internet seperti Telkomsel
dan Indosat sebagai bentuk tanggung jawab sosial mereka untuk
memberikan kuota gratis selama 30 hari bagi civitas akademika
pengguna provider tersebut untuk mengkakses
cyber.unika.ac.id juga merupakan tindakan dalam rangka
mencari solusi bagi para mahasiswa yang mungkin merasakan
dampak pembelajaran daring yaitu kuota internet menjadi lebih
cepat habis dan mengalami kesulitan atas hal ini.
 Visioner, mampu melihat berbagai kemungkinan. Proses
pembelajaran daring di Unika, tidak muncul secara tiba-tiba
sebagai sikap reaktif atas himbauan dari pemerintah, jika dari
perkembangan Cyber Learning, Unika sudah merintisnya sejak
tahun 2009 dan dapat dimanfaatkan sampai sekarang.
Penambahan menu dan fasilitas tambahan terus dilakukan untuk
mnejawab tantangan yang ada. Pelaksanaan pembelajaran
daring pada saat wabah Covid-19 menjadi lebih mulus dari
kampus-kampus lain karena visi dan kesiapan jangka panjang
yang telah dibangun sebelumnya.

110
 Peduli, rencana tindakan nyata yang merupakan solusi atas
permasalahan yang terjadi. Selain sudah adanya
cyber.unika.ac.id sebagai bentuk kepedulian untuk menyikapi
pembelajaran jarak jauh dalam situasi meluasnya pandemik
virus Covid-19, dari yang saya amati ada bentuk-bentuk
kepedulian lain di beberapa fakultas seperti: pengumpulan
donasi untuk membantu para mahasiswa yang mengalami
kesulitan keuangan khususnya dalam penyediaan kuota internet
selama pembelajaran daring yang akan berlangsung sampai
tanggal 29 Mei 2020. Kepedulian yang lain adalah para dosen
yang sudah lebih mampu menggunakan fasilitas-fasilitas di
Cyber Learning memberikan bantuan tutorial kepada rekan
dosen lainnya yang membutuhkan bantuan, selain pihak
Universitas menyediakan help desk resmi.
 Tangguh, mampu menaklukkan rintangan dalam mencapai
tujuan. Pembelajaran daring juga memunculkan sikap tangguh
baik untuk para digital native dan digital immigrant dimana
tujuannya adalah supaya proses pembelajaran daring sama
berkualitasnya dengan proses pembelajaran di luar jaringan.
Bagi para digital native muncul dalam bentuk usulan alternatif
media pada saat cyber.unika.ac.id mengalami kendala atau
kurang support terhadap laptop, smart phone mahasiswa.
Sedangkan bagi para digital immigrant berusaha untuk
menaklukkan hambatan dalam menggunakan Cyber Learning

111
terutama untuk para dosen yang sama sekali belum pernah
menggunakannya, maka dalam waktu yang relatif singkat untuk
segera beradaptasi dengan menu, fasilitas yang ada dalam
cyber.unika.ac.id dan juga untuk menggunakan usulan media
lainnya yang mendukung tercapainya proses pembelajaran yang
berkualitas walaupun daring.

Pembelajaran daring yang saat ini sedang berlangsung membuat


kita baik dari generasi digital native maupun digital immigrant
untuk terus menjadi pembelajar, karena hidup adalah sebuah proses
pembelajaran terus-menerus untuk menjadi pribadi-pribadi yang
lebih maju dan lebih baik.

-Ω-

112
9.

Angelika Riyandari13

“Agar pembelajaran daring ini dapat berjalan dengan baik dan


tidak membuat tertekan, maka harus disiasati dengan beberapa
strategi pribadi”

P
enguasaan teknologi informasi pada masa sekarang ini
adalah suatu keniscayaan, termasuk penguasaan teknologi
informasi untuk pengembangan pendidikan (Uden,
Liberona, & Liu, 2017). Teknologi informasi memberikan lebih
banyak pilihan bagi guru maupun siswa untuk mengajar dan belajar
sehingga diharapkan pembelajaran dapat berjalan lebih optimal.
Sebagai contoh, teknologi informasi memberi dukungan kepada
guru dan siswa dalam bentuk fasilitas pendukung akademik seperti
perpustakaan daring atau sumber daring untuk mengakses jurnal,
buku, video dan rekaman sehingga guru dan siswa dapat dengan
mudah mengakses sumber pustaka tanpa harus datang ke
perpustakaan atau ke toko buku. Teknologi informasi juga

13
Angelika Riyandari, SS, MA, PhD adalah dosen Fakultas Bahasa dan Seni (FBS) dan
Sekretaris Program Studi Sastra Inggris

113
memungkinkan adanya perubahan dalam proses pembelajaran
yang semula berorientasi pada guru ke proses pembelajaran yang
lebih berorientasi pada siswa. Pada proses pembelajaran yang
berorientasi pada siswa ini, guru tidak lagi mendominasi kelas
dengan pengajaran yang monoton dan satu arah namun guru
berperan sebagai fasilitator dan meditator bagi siswa selama proses
belajar (Weimer, 2002). Penerapan teknologi informasi pada
bidang pendidikan sangat jelas terlihat dalam pembelajaran daring
atau setidaknya pembelajaran hybrid/blended yang merupakan
campuran antara pembelajaran konvensional dan pembelajaran
daring. Pembelajaran daring ataupun pembelajaran hybrid/blended
ini didukung oleh ketersediaan sistem manajemen pembelajaran
(Learning Manajement System/LMS) baik yang berbayar maupun
yang bebas bayar seperti Moodle, Schoology, atau Edmodo. LMS
ini diadopsi oleh banyak perguruan tinggi dan mendorong para
dosen untuk menggunakan sistem ini untuk mengajar.

Perjalanan Penulis untuk belajar Pembelajaran Daring

Sebagai dosen program studi Sastra Inggris di Unika


Soegijapranata, penulis mulai mengenal pembelajaran daring yang
pada tahun 2009 diperkenalkan dengan nama e-learning Unika.
Pada awal perkenalannya dengan pembelajaran daring ini, penulis
belajar cara membuat kelas di e-learning Unika dan mengunggah
presentasi Power Point atau file berbentuk pdf ke sistem

114
manajemen pembelajaran ini. Selama empat tahun setelah itu,
penulis tidak belajar lebih banyak tentang pembelajaran daring ini
karena penulis studi lanjut. Setelah kembali mengajar pada tahun
2013, penulis melanjutkan belajar menggunakan e-learning Unika.
Alasan penulis belajar menggunakan e-learning Unika tesebut
sederhana, bukan karena kesadaran atau keinginan untuk
mengembangkan pembelajaran daring, namun lebih kepada
memudahkan penulis untuk mengumpulkan dan menyusun secara
lengkap materi pengajaran selama satu semester. Sebagai bagian
dari generasi X, generasi yang lahir antara tahun 1965-1979,
penulis mengalami euforia ketersediaan sumber pengajaran yang
dapat diunduh melalui internet, terutama sumber pengajaran
bahasa Inggris. Banyaknya sumber pengajaran menyebabkan
penulis kesulitan untuk mengatur begitu banyak file yang
digunakan untuk pengajaran di komputer pribadi maupun di laptop.
Oleh karena itu, penulis memanfaatkan sistem manajemen
pengajaran yang disebut e-learning Unika ini untuk mengatur
kegiatan pengajaran baik materi maupun aktifitasnya.
Pennggunaan sistem ini memungkinkan penulis melihat secara
lengkap rencana pengajaran setiap mata kuliah yang diampu
selama satu semester. Dalam proses belajar e-learning Unika ini,
penulis banyak dibantu oleh tim e-learning dari perpustakaan.
Setelah sebelumnya belajar tentang membuat kelas dan
mengunggah file ppt dan pdf, penulis selanjutnya belajar membuat

115
kuis dalam bentuk pilihan ganda, true/false, dan mengisi titik-titik.
Penulis tertarik belajar pembuatan kuis ini supaya lebih mudah
melakukan evaluasi terhadap pemahaman peserta kuliah pada
setiap topik pengajaran. Penulis sangat mungkin menggunakan
kuis yang berbentuk pilihan ganda untuk evaluasi pemahaman
peserta kuliah terhadap mata kuliah ketrampilan bahasa Inggris
seperti menyimak (listening), membaca (reading), dan menulis
(writing) yang membutuhkan latihan yang intensif (drilling).
Penulis juga menggunakan bentuk kuis ini untuk secara lebih
terbatas mengevaluasi pemahaman peserta kuliah atas topik yang
diajarkan di mata kuliah analisis. Namun sekali lagi, penulis
menggunakan e-learning Unika bukan untuk pembelajaran daring
atau pembelajaran hybrid/blended, namun lebih untuk membantu
manajemen kelas. Seluruh pertemuan dalam satu semester masih
berbentuk pertemuan tatap muka di kelas dengan pengecualian kuis
yang dapat dikerjakan di luar kelas dengan pembatasan waktu
pengerjaan.
Pada tahun 2018, penulis mulai menggunakan
cyber.unika.ac.id yang menurut universitas menawarkan lebih
banyak fasilitas. Secara visual, tampilan Cyber Learning Unika
jauh lebih menarik dan kekinian dibandingkan tampilan e-learning
Unika. Penggunaan Cyber Learning tersebut sesuai dengan misi
Universitas Katolik Soegijapranata tahun 2017-2021 yang
menekankan pada pemanfaatan teknologi informasi untuk

116
pengembangan pembelajaran digital (Universitas Katolik
Soegijapranata, 2017, hal. 24). Penggunaan Cyber Learning oleh
Unika Soegijapranata tersebut juga sejalan dengan misi
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan yang dikenal dengan 5K
(Ketersediaan, Keterjangkauan, Kualitas dan Relevansi,
Kesetaraan dan Kepastian) bagi pendidikan di Indonesia
(Pendidikan Jarak Jauh (PJJ) Kemenristekdikti, 2016). Sama
seperti ketika belajar e-learning Unika, penulis mendapat
pendampingan dari tim Universitas ketika belajar menggunakan
Cyber Learning. Pada kesempatan ini penulis mulai belajar
menggunakan fasilitas Forum, Assignment dan plagscan, dan
attendance yang ditawarkan oleh Cyber Learning. Fasilitas tersebut
kecuali plagscan sebenarnya ada dalam e-learning Unika namun
belum digunakan oleh penulis. Selain fasilitas tersebut, ada satu
fasilitas di Cyber Learning yang sebelumnya tidak ada di situs e-
learning Unika yaitu fasilitas untuk web conference bernama
BigBlueButton. Penulis pada awalnya tidak tertarik pada fasilitas
web conference ini karena membutuhkan sambungan internet yang
stabil. Selain itu, Flash player tidak didapat pada telepon genggam
sehingga hanya peserta kuliah yang mempunyai laptop atau
komputer pribadi yang dapat terlibat dalam web conference melalui
BigBlueButton ini. Alih-alih menggunakan fasilitas
BigBlueButton, penulis mencoba melakukan pembelajaran daring
melalui fasilitas Forum di Cyber Learning. Dalam pembelajaran

117
daring, Forum dapat digunakan sebagai ajang diskusi antara dosen
pengampu dan peserta kuliah. Diskusi ini dibuka dengan
pertanyaan dari dosen yang ditanggapi oleh peserta kuliah lewat
fasilitas reply. Fasilitas reply ini dapat juga digunakan dosen untuk
memberikan komentar atau tanggapaan terhadap pendapat peserta
kuliah. Diskusi ini diharapkan dapat menjadi ajang tukar pikiran
antara dosen dan peserta kuliah serta antar peserta kuliah tentang
topik yang dibicarakan.
Penulis belajar lebih banyak lagi tentang pembelajaran
daring ketika pada tahun 2018 penulis menjadi anggota tim
penerima hibah SPADA dari Kemenristekdikti. Hibah SPADA
adalah hibah untuk pengembangan penyelenggaran sistem
pembelajaran daring. Dalam pelatihan pembuatan sistem
pembelajaran daring ini, penulis belajar membuat Rencana
Pembelajaran Semester (RPS) untuk pembelajaran
daring/hybrid/blended learning. Meskipun menggunakan nama
yang berbeda, pada intinya RPS pembelajaran hybrid maupun
blended learning memasukkan didalamnya pembelajaran daring.
Penulis belajar untuk mengubah cara berpikir pembelajaran
konvensional yang berdasarkan pada pertemuan (tatap muka)
dengan pembelajaran daring yang berdasarkan topik. Penggunaan
topik ini memudahkan evaluasi pemahaman peserta kuliah atas
setiap topik yang diajarkan seperti disyaratkan dalam pembelajaran
daring. Selama pelatihan ini, penulis juga belajar untuk membuat

118
informasi dan instruksi di setiap topik pembelajaran daring
komunikatif dan mudah sehingga peserta didik yang tidak dapat
bertemu langsung dapat memahami langkah-langkah yang harus
dilakukan selama pembelajaran. Penulis belajar untuk
menampilkan tujuan pengajaran, metode pengajaran, durasi
pengajaran, dan evaluasi pengajaran yang sudah tersedia dalam
Rencana Pembelajaran Semester (RPS) di setiap topik
pembelajaran daring. Selama pelaksanaan hibah SPADA ini,
penulis belajar menyiapkan video original (yang dibuat sendiri,
tidak mengambil dari sumber lain yang sudah ada) yang berisi
rekaman dosen yang sedang menerangkan materi yang diajarkan
(pre-recorded video). Penulis belajar bahwa video pembelajaran
sebaiknya mengikuti urutan tertentu yang dimulai dari salam
pembuka, perkenalan nama dosen, pemaparan tujuan pengajaran,
isi pengajaran, review singkat materi yang telah diajarkan, dan
salam penutup. Penulis juga belajar untuk menggunakan animasi
untuk menerangkan materi yang ada dengan urutan yang sama.
Dengan segala keterbatasan yang ada, termasuk diantaranya
keterbatasan sumber daya manusia untuk memahami pembelajaran
daring yang ideal (Direktorat Pembelajaran dan Kemahasiswaan,
2014), keterbatasan penguasaan teknologi, dan keterikatan pada
kebijakan pengajaran yang ada (yang membatasi jumlah pertemuan
pembelajaran daring), tim hibah SPADA dapat menyusun topik
pembelajaran hybrid/blended yang memadukan pembelajaran

119
daring dan luring untuk mata kuliah “Introduction to Indonesian
Folklore”.
Peran universitas dalam mempromosikan penggunaan Cyber
Learning ini semakin terlihat dengan diterbitkannya kebijakan
pembelajaran daring oleh Lembaga Pengkajian dan Pengembangan
Pendidikan (LP3) Unika Soegijapranata. Dalam kebijakan ini, satu
mata kuliah diperbolehkan dan didorong untuk dapat
mengakomodasi maksimal tiga kali pembelajaran daring. Dalam
penerapan kebijakan ini, dukungan dari LP3 melalui penyediaan
manual penggunaan Cyber Learning dan pelatihan yang
diselenggarakan serta dukungan dari tim manajemen sistem
informasi Unika menjadi penting dalam penggunaan Cyber
Learning sebagai sistem manajemen pembelajaran baik secara
daring maupun luring. Pelatihan jemput bola dan pelatihan
terstruktur dengan melibatkan dosen muda, yang menurut
pengamatan penulis lebih cepat beradaptasi dengan pembelajaan
daring, yang diselenggarakan oleh LP3 Unika Soegijapranata
memberi dorongan pada penulis untuk mencoba berbagai fasilitas
yang ada pada Cyber Learning.

120
Tantangan Pembelajaran Daring
Beralih dari salah satu metode belajar ke metode yang lain
tidaklah mudah karena artinya bersedia keluar dari zona nyaman.
Metode daring sebenarnya dimaksudkan untuk memudahkan
proses pembelajaran baik bagi peserta kuliah dan dosen karena
pembelajaran ini menawarkan akses belajar kapan saja, dimana
saja dan darimana saja (Direktorat Pembelajaran dan
Kemahasiswaan, 2014). Dalam hal kesiapan teknologi, pada
dasarnya Unika Soegijapranata sudah siap dengan sistem
pembelajaran daring dengan adanya Cyber Learning Unika. Pada
sistem ini peserta kuliah tidak lagi harus mendaftar karena sudah
otomatis ditempatkan oleh Universitas di mata kuliah yang diambil
berdasarkan KRS peserta kuliah. Cyber Learning Unika dapat
diakses melalui telepon genggam, laptop, komputer, maupun iPad
atau tablet sehingga peserta kuliah dapat dengan mudah
menggunakan Cyber Learning. Cyber Learning Unika juga
dilengkapi dengan fasilitas BigBlueButton yang dapat digunakan
untuk video conference, chat untuk mengirimkan pesan dan
fasilitas standard lain seperti Forum, Quiz, dan Assignment.
Namun, seperti juga hal yang baru lain, selalu ada tantangan
pengembangan pembelajaran daring ini. Tantangan pembelajaran
ini dapat dilihat pada hasil evaluasi pengembangan pembelajaran
daring pada mata kuliah “Introduction to Indonesian Folklore”
yang dibiayai hibah SPADA (Wohangara, Riyandari, Dukut, &

121
Aydawati, 2018). Hasil evaluasi terhadap empat dosen yang
terlibat dalam pengembangan pembelajaran daring mata kuliah
kuliah “Introduction to Indonesian Folklore” menunjukkan bahwa
para dosen menganggap pengembangan pembelajaran daring ini
penting karena dirasa lebih sesuai dengan kondisi alamiah peserta
kuliah pada saat ini yang adalah digital native. Alasan lain yang
membuat dosen mendukung pengembangan pembelajaran daring
ini adalah karena pembelajaran daring lebih fleksibel secara tempat
dan waktu. Di samping hal-hal positif tersebut, para dosen
menyadari bahwa ada tantangan yang harus dihadapi dalam
pengembangan pembelajaran daring ini. Tantangan yang utama
adalah perlu waktu dan usaha yang terus menerus untuk mengubah
mindset dari pengajaran konvensional secara tatap muka ke
penggunaan aplikasi teknologi, terutama bagi dosen Gen-X yang
tidak akrab dengan teknologi. Tantangan yang kedua adalah
keterbatasan ketrampilan dosen untuk mengakses media
pembelajaran seperti web-conference dan membuat media belajar
seperti video dan animansi sehingga dosen tergantung pada
mahasiswa atau tenaga dari luar untuk membantu pembuatan video
dan animasi yang cukup berkualitas sebagai media pengajaran
yang akan diakses umum. Ketiga, keterbatasan ketrampilan dosen
untuk berbicara di depan kamera. Tidak semua dosen dapat dengan
mudah berbicara di depan kamera sehingga proses pengajaran
lewat web-conference maupun pembuatan video dan animasi

122
pembelajaran menjadi lebih memakan waktu. Keempat,
keterbatasan waktu dan tenaga untuk mempelajari fasilitas yang
ada di Cyber Learning Unika dan untuk mengadaptasinya dalam
pembelajaran. Waktu dan tenaga dosen juga terbatas untuk
persiapan materi kuliah, kuis, dan tugas yang harus disesuaikan
dengan pembelajaran daring termasuk pembuatan instruksi yang
jelas dan mendetail pada setiap materi, kuis dan penugasan. Dalam
pelaksanaan pembelajaran daring, persiapan mencakup juga
penyesuaian Rencana Perkuliahan Semester (RPS) dan
pengunggahan semua materi yang telah disiapkan ke
cyber.unika.ac.id.
Pengembangan pembelajaran daring memang membutuhkan
komitmen dan sumber daya yang besar (Anderson, 2008; Carliner
& Shank, 2008; Smith, 2006). Namun, pembelajaran daring
mempunyai kelebihan yaitu mampu menghilangkan kendala jarak
dan waktu. Peserta kuliah dapat mengakses materi kuliah, kuis, dan
penugasan kapan saja dan darimana saja. Mereka tidak lagi harus
datang ke tempat perkuliahan pada jam tertentu untuk
mendapatkan materi kuliah, melakukan kuis, dan mendapat
penugasan. Selain itu, kelebihan yang lain dari pembelajaran
daring adalah dosen dapat melakukan pengajaran kapan saja tanpa
terikat tempat (Anderson, 2008; Carliner & Shank, 2008). Dosen
juga dapat selalu memperbaharui materi yang perubahannya dapat
segera dilihat oleh peserta kuliah tanpa harus menunggu pertemuan

123
selanjutnya (Khosrow-Pour, 2002). Karena pembelajaran daring
adalah pengajaran yang menitikberatkan pada peran peserta kuliah,
maka materi kuliah, kuis, dan tugas yang diberikan harus dirancang
untuk menarik peserta kuliah (Anderson, 2008). Materi yang
disajikan pada pembelajaran daring harus kontekstual dan
interaktif serta memungkinkan peserta kuliah bekerja sama saling
mengisi dengan peserta yang lain (Anderson, 2008, hal. 16).
Pembelajaran daring harus menyediakan aktifitas yang dapat
memacu peserta kuliah untuk menggabungkan informasi baru yang
mereka dapat dengan informasi yang telah mereka miliki sehingga
peserta kuliah dapat memahami materi yang diajarkan secara lebih
utuh dan lebih baru. Sekalipun menawarkan banyak kemudahan,
namun pembelajaran daring harus dilakukan secara benar
(Anderson, 2008, hal. 16), artinya bahwa materi pembelajaran
daring harus dirancang dengan cermat agar tidak meninggalkan
prinsip-prinsip pembelajaran. Pada intinya, teknologi dapat
digunakan untuk mendukung pengembangan pembelajaran namun
kualitas pembelajaran tetap tergantung pada rancangan pengajaran
yang dibuat oleh pengampu mata kuliah dan pada keterlibatan
peserta kuliah dalam proses pembelajaran.
Penggabungan model daring dan luring yang sering disebut
pembelajaran hybrid atau pembelajaran blended sebenarnya
merupakan bentuk yang paling ideal untuk mengadopsi
pembelajaan daring. Pembelajaran hybrid atau blended ini belum

124
meninggalkan perkuliahan tatap muka yang konvensional tetapi
sudah menggunakan sistem daring. Olapiriyakul and Scher (2006)
menyebutkan bahwa peserta kuliah memberikan tanggapan positif
tentang penggunaan pembelajaran hybrid. Model ini juga
menjadikan peserta kuliah menjadi lebih aktif karena pembelajaran
hybrid menggunakan materi yang berbentuk presentasi visual,
bentuk materi yang lebih disukai oleh generasi muda dibandingkan
dengan kuliah verbal. Kelas hybrid memungkinkan dosen dan
peserta kuliah untuk bertemu dalam bentuk tatap muka sekaligus
berinteraksi lewat daring. Hasil evaluasi pada peserta kuliah
“Introduction to Indonesian Folklore” menunjukkan bahwa peserta
kuliah menganggap pembelajaran hybrid/blended sebagai
terobosan yang menarik (Wohangara et al., 2018). Mereka merasa
bahwa menggunakan teknologi dalam pembelajaran lebih
menyenangkan, lebih sesuai untuk anak muda dan lebih bergengsi.
Peserta kuliah juga merasa diuntungkan dengan penerapan
pembelajaran daring ini karena mereka bisa mengakses materi
yang diunggah di Cyber Learning tanpa harus datang ke universitas
sehingga peserta kuliah tidak harus mengeluarkan uang transport.
Selain itu peserta kuliah mengatakan bahwa pembelajaran daring
dapat mengurangi kebosanan mereka belajar di dalam kelas. Di
samping hal-hal yang menguntungkan tersebut, peserta kuliah
peserta pembelajaran daring memberikan masukan tentang
kesulitan yang mereka hadapi ketika menggunakan pembelajaran

125
daring. Keluhan utama yang disampaikan peserta kuliah adalah
kesulitan dengan koneksi internet yang menurut mereka tidak dapat
diandalkan. Yang kedua, peserta kuliah merasa bahwa
pembelajaran daring membuat mereka mengeluarkan uang
tambahan untuk membeli paket data. Yang ketiga adalah peserta
kuliah belum terbiasa dengan pembelajaran daring sehingga
mereka khawatir akan kehilangan informasi yang berharga jika
tidak datang ke universitas. Yang keempat, peserta kuliah
mengatakan bahwa mereka belum bisa terlalu mengandalkan
Cyber Learning Unika yang menurut mereka metode ini baru dan
mereka belum terbiasa menggunakannya.

Dosen Gen-X Menjawab Tantangan Pembelajaran Daring

Pembelajaran daring sebagai bagian dari pembelajaran


hybrid/blended yang semula merupakan pilihan bagi dosen
(maksimal tiga kali pertemuan dalam satu semester) berubah
drastis menjadi pembelajaran daring penuh yang mau tidak mau
harus dilakukan oleh dosen Unika Soegijapranata akibat
pembatasan sosial untuk memutus rantai virus Convid-19. Selama
tiga minggu lebih pelaksanaan perkuliahan daring penuh (16 Maret
2020 – 7 April 2020), penulis melihat bahwa meskipun telah
diperkenalkan sejak tahun 2009, dosen Unika Soegijapranata
termasuk penulis pada awalnya gagap dan tidak siap menanggapi
perubahan yang mendadak ini. Berdasarkan pengalaman pribadi,

126
penulis membutuhkan waktu yang cukup panjang untuk dapat
menguasai satu jenis saja fasilitas Cyber Learning untuk
pembelajaran daring. Contohnya adalah fasilitas kuis. Dengan
sering mencoba dan belajar dari kesalahan yang dilakukan, penulis
membutuhkan waktu lebih dari tiga semester untuk menguasai cara
membuat kuis di Cyber Learning. Berdasarkan refleksi pribadi dan
pengamatan dan diskusi informal terhadap dosen satu angkatan,
penulis menyimpulkan bahwa faktor usia dan beda generasi
memang sering menjadi penentu kecepatan mempelajari
penggunaan teknologi. Ketika penulis lupa cara mengakses kuis,
peserta kuliah langsung tahu apa yang harus dilakukan untuk
mengerjakan kuis.
Dalam situasi yang darurat ini, penulis yang semula
mengadaptasi pembelajaran daring dengan perlahan harus
langsung mengebut di jalur cepat pembelajaran daring sehingga
detak jantung menjadi lebih cepat dan bernafas menjadi sulit.
Dalam hal ini, penulis tidak sendirian karena penulis yakin bahwa
banyak dosen yang lain mengalami hal yang sama. Mengingat
penulis mempunyai banyak keterbatasan seperti yang telah
disampaikan pada bagian tulisan sebelumnya, maka agar
pembelajaran daring ini dapat berjalan dengan baik dan tidak
membuat tertekan, maka harus disiasati dengan beberapa strategi
pribadi.

127
Strategi pribadi yang pertama adalah one at a time. Ketika
Unika Soegijapranata memutuskan untuk meniadakan perkuliahan
tatap muka dan menggantikannya dengan pembelajaran daring
penuh, yang pertama kali penulis lakukan adalah membuka Cyber
Learning dan melakukan pemetaan terhadap mata kuliah yang
diampu. Penulis lalu memilah dan memutuskan pembelajaran
daring seperti apa yang tepat untuk topik yang akan diajarkan.
Penulis berusaha untuk menggunakan fasilitas Cyber Learning
sevariatif mungkin untuk menghindari beban yang terlalu berlebih
pada diri sendiri dan peserta kuliah. Contohnya untuk satu topik
yang akan diselesaikan dalam tiga pertemuan, penulis memilih
untuk menggunakan web conference atau chat pada pertemuan
pertama. Web conference atau chat ini sangat berguna untuk
menerangkan apa tujuan belajar topik tersebut, untuk melakukan
brainstorming, dan menjelaskan apa yang harus dilakukan peserta
kuliah pada dua pertemuan yang berikutnya. Tentu saja pada
pertemuan pertama ini penulis mengunggah materi kuliah dalam
bentuk ppt atau pdf. Pada pertemuan kedua, penulis memberikan
latihan dan memberikan pertanyaan di Forum untuk didiskusikan
bersama. Dan pada pertemuan ketiga, penulis memberikan kuis
dalam bentuk pilihan ganda atau penugasan dalam bentuk esai.
Dengan variasi tersebut, peserta kuliah yang tidak dapat bergabung
dalam web conference dengan berbagai alasan dapat berpartisipasi
dalam chat, latihan soal, forum, penugasan atau kuis. Khusus untuk

128
forum, penulis diuntungkan dengan mata kuliah di program studi
bahasa Inggris yang pada dasarnya memungkinkan pemanfaatan
video yang tersedia di YouTube. Penggunaan video tersebut sangat
membantu untuk menjadi bahan diskusi. Secara umum, strategi
pribadi ini berjalan dengan baik meskipun tidak selamanya mulus.
Strategi pribadi yang kedua adalah being open to change.
Pada dasarnya strategi pribadi ini digunakan penulis untuk
membangun pikiran positif selama melakukan pembelajaran
daring. Penulis berusaha untuk selalu terbuka dan tidak alergi
terhadap ide baru yang dimunculkan oleh teman sejawat atau ide
baru yang difasilitasi oleh tim pembelajaran daring universitas.
Jika dalam situasi normal penulis menunggu sampai punya waktu
untuk menguji coba ide baru, saat ini mau tidak mau harus
meluangkan waktu untuk menguji coba ide baru misalnya
penggunaan fasilitas web conference seperti Zoom Cloud Meeting
(yang kemudian disarankan untuk tidak digunakan), Google Meet,
Microsoft Team, atau BigBlueButton yang sudah diperbarui.
Penulis juga mulai menguji coba semua fasilitas yang ditawarkan
oleh Cyber Learning pada bagian add an activity and resource
seperti chat, open meetings, workshop. Uji coba yang dilakukan
tidak selalu berjalan baik, ada saatnya penulis tidak tahu apa yang
harus dilakukan seperti pada saat penulis ingin menampilkan
presentasi atau menampilkan screen pada BigBlueButton yang
telah diperbarui. Penulis pada akhirnya harus meluangkan waktu

129
tambahan untuk mempelajari penggunaan BigBlueButton karena
ada perbedaan antara versi lama dan versi baru. Being open to
change juga berarti terbuka untuk menerima kritik dari peserta
kuliah tentang pilihan cara pengajaran yang kurang pas. Penulis
pada mulanya meletakkan web conference untuk mengevaluasi
pemahaman peserta kuliah terhadap materi yang sudah diunggah
pada pertemuan sebelumnya. Peserta kuliah mengatakan bahwa
web conference lebih cocok diletakkan pada awal topik sebagai
medium untuk menjelaskan materi yang diajarkan dan
menyarankan penulis untuk mencari cara lain untuk evaluasi.
Singkatnya, strategi ini membuat penulis lebih terbuka dan sabar
dalam menghadapi perubahan yang terjadi dengan cepat.
Strategi pribadi yang ketiga adalah collaborate. Dalam
menguji coba ide baru, penulis benar-benar merasakan arti kata
“kolaborasi”. Bekerja sama dengan peserta kuliah dalam menguji
coba beberapa ide baru pembelajaran daring termasuk menguji
coba semua fasilitas yang ditawarkan oleh Cyber Learning pada
bagian add an activity and resource, penulis mendapat banyak
masukan. Masukan yang muncul contohnya tentang penggunaan
web conference dan chat pada web conference pada saat yang
bersamaan untuk meminimalisir gangguan suara. Pada awal
penggunaan web conference, penulis dan peserta kuliah
menyalakan microphone. Akibatnya berbagai macam suara yang
ada di latar belakang peserta kuliah muncul, misalnya suara

130
kendaraan lewat, suara binatang peliharaan (ayam, anjing, burung),
suara televisi, suara adzan, maupun suara anggota keluarga lain.
Suara tersebut menganggu jalannya perkuliahan. Untuk
mengurangi gangguan, peserta kuliah memberi masukan untuk
mematikan microphone peserta kuliah, microphone yang menyala
adalah milik pengajar. Tanggapan atau pertanyaan terhadap isi
mata kuliah dilakukan dengan fasilitas chat yang ada. Jika pengajar
menghendaki agar peserta kuliah menanggapi secara lisan, maka
pengajar akan meminta mahasiswa tertentu untuk menyalakan
microphone-nya untuk menjawab pertanyaan. Dalam
pelaksanaannya, cara ini berhasil meningkatkan kelancaran
pengajaran.
Strategi pribadi yang keempat adalah prepare mental SOP
(Standard Operating Procedure) for emergency. Sebagai generasi
X yang bukan digital native, penulis cenderung panik ketika
mengalami kesulitan teknis yang berhubungan dengan teknologi.
Dalam pembelajaran daring yang berhubungan intensif dengan
teknologi ini, penulis belajar untuk tidak panik ketika mengalami
gangguan teknis. Untuk menghilangkan kepanikan, penulis
menyiapkan prosedur operasi standard yang tidak tertulis tentang
bagaimana mengatasi gangguan teknis tersebut. Contohnya, jika
tiba-tiba koneksi dengan Cyber Learning Unika putus pada saat
web conference, pertama yang harus dilakukan oleh penulis adalah
memeriksa koneksi internet. Jika internet tidak bermasalah, penulis

131
akan memuat ulang halaman dengan menekan tombol refresh. Jika
setelah memuat ulang halaman penulis tetap tidak dapat mengakses
Cyber Learning Unika, penulis akan menghubungi peserta kuliah
yang merupakan koordinator kelas untuk mengumumkan kepada
yang lain bahwa Cyber Learning Unika sedang bermasalah dan
penulis akan kembali mencoba 15 atau 30 menit kemudian. Jika
dalam rentang waktu tersebut Cyber Learning Unika tetap belum
dapat di akses, penulis akan menggunakan media yang lain seperti
Google Meet atau Zoom untuk melanjutkan pemberian materi.
Strategi pribadi yang kelima adalah meyakini bahwa to err
is human. Strategi ini diperlukan oleh penulis supaya tidak
menyerah dan putus asa ketika melakukan kesalahan dalam
pelaksanaan pembelajaran daring. Uji coba yang berulang kali
harus dilakukan agar dapat melakukan pembelajaran daring dengan
baik. Kesalahan-kesalahan yang dilakukan penulis selama
pelaksanaan pembelajaran daring, meskipun menghabiskan waktu
dan tenaga, namun diyakini oleh penulis sebagai satu langkah
maju. Jika tidak pernah salah, penulis tidak akan pernah belajar
untuk memperbaiki kesalahan dan tidak akan pernah berkembang.
Pada akhirnya, tiga minggu adalah waktu yang sangat
singkat untuk mempelajari banyak hal. Oleh karena itu, tentunya
apa yang dipelajari dalam waktu singkat tersebut tidak dapat
menghasilkan pembelajaran daring yang ideal. Dalam menuju
pembelajaran daring yang ideal, masih banyak perbaikan yang

132
harus dilakukan. Oleh karena itu, hal yang harus kita lakukan di
kemudian hari adalah membuka diri dalam menerima dan
mempraktekkan ide baru terutama dalam bidang pendidikan karena
kita tidak pernah tahu apa yang akan terjadi di masa depan, seperti
juga kita tidak tahu bahwa pandemi yang disebabkan oleh virus
covid-19 ini akan merevolusi cara pengajaran kita.

Daftar Pustaka
Anderson, T. (2008). The Theory and Practice of Online Learning. Edmonton:
AU Press, Athabasca University.
Carliner, S., & Shank, P. (2008). The E-Learning Handbook: Past Promises,
Present Challenges. San Fransisco: Pfeiffer.
Direktorat Pembelajaran dan Kemahasiswaan. Panduan dan Penyelenggaraan
Kuliah Daring Indonesia Terbuka dan Terpadu (2014). Indonesia.
Khosrow-Pour, M. (2002). Web-based Instructional Learning. Hershey,
London, Melbourne, Singapore, Beijing: IRM Press.
Olapiriyakul, K., & Scher, J. M. (2006). A Guide to Establishing Hybrid
Learning Courses : Employing Information Technology to Create a New
Learning Experience , and a Case Study. The Internet and Higher
Education, 9, 287–301. https://doi.org/10.1016/j.iheduc.2006.08.001
Pendidikan Jarak Jauh (PJJ) Kemenristekdikti. Panduan Pelaksanaan PJJ
(Pendidikan Jarak Jauh) 2016 (2016). Indonesia.
Smith, S. S. (2006). Web-Based Instruction: A Guide for Libraries. Chicago:
American Library Association.
Uden, L., Liberona, D., & Liu, Y. (2017). Learning Technology for Education
Challenges: Beijing: Springer.
Universitas Katolik Soegijapranata. Rencana Strategis Universitas Katolik
Soegijapranata 2017-2021 (2017). Indonesia.

133
Weimer, M. (2002). Learner Centered Teaching: Five Key Changes to
Practice. San Fransisco: Jossey-Bass.
Wohangara, R., Riyandari, A., Dukut, E. M., & Aydawati, E. N. (2018).
Laporan Penyelenggaraan Mata Kuliah Blended Learning “Introduction
to Indonesian Folklore” Unika Soegijapranata Semarang. Semarang.

134
10.

Victoria Kristina Ananingsih 14

“Pelaksanaan kuliah, praktikum, bimbingan, dan ujian skripsi


dengan menggunakan teknologi daring harus didukung dengan
komitmen yang kuat”

P
emberlakukan perkuliahan e-learning sudah mulai
diterapkan di UNIKA Soegijapranata sekitar 11 (sebelah)
tahun yang lalu. Dengan penggunaan aplikasi tersebut,
pada saat kondisi KLB Covid-19, penerapan kuliah e-learning
bukan menjadi sesuatu hal yang baru. Bahkan setiap dosen
mempunyai kemampuan untuk dapat menggunakannya secara
lebih maksimal. Beberapa pelatihan juga telah diadakan oleh LP3
UNIKA bagi dosen yang akan memberikan kuliah online melalui
cyber.unika.ac.id. Bimbingan online menggunakan DELTA
(Dokumen Elektronik Tugas Akhir) juga sudah ditetapkan 6
(enam) bulan sebelum pemberlakuan kuliah online karena KLB
Covid-19. Namun, penggunaan teknologi daring (dalam jaringan)

14
Dr. Victoria Kristina Ananingsih, ST., MSc adalah dosen Fakultas Teknologi
Pertanian dan Wakil Rektor bidang Kemahasiswaan Unika Soegijapranata

135
selama KLB Covid-19 memberikan pertanyaan: Apakah
memungkinkan mahasiswa lulus tepat waktu? Untuk mendukung
kelulusan tepat waktu, beberapa tantangan perlu dijawab, yaitu
dalam pelaksanaan mata kuliah tertentu (antara lain aplikasi
matematika), praktikum, bimbingan dan ujian skripsi.

Tantangan Perkuliahan Aplikasi Matematika

Kuliah daring mempunyai banyak tantangan terutama pada


perkuliahan materi eksakta, seperti pada pengajaran kuliah aplikasi
matematika dengan analisa perhitungan. Sebagai contoh, dalam
pengajaran mata kuliah pemodelan matematika, materi harus dapat
disampaikan dengan jelas dan tepat. Dimana pada kuliah regular,
alat bantu yang dapat digunakan adalah white board selain LCD
proyektor. Lalu bagaimana kuliah daring dapat digunakan sebagai
metode yang tepat. Dalam setiap perkuliahan, mahasiswa harus
mempelajari materi dengan membaca handout terlebih dahulu
sebelum perkuliahan. Oleh karena itu, dosen harus mengunggah
materi untuk dapat diakses dan dipelajari oleh mahasiswa. Materi
dibuat dengan pemberian audio (suara) atau berupa video agar
mahasiswa lebih memahami materi. Selanjutnya, tetap diadakan
kegiatan perkuliahan tatap muka melalui cyber atau metode yang
lain. Sedangkan untuk evaluasi, mahasiswa diberikan latihan soal
dan tugas oleh dosen, dengan ditambahkan penjelasan jawaban
oleh dosen melalui forum diskusi atau chat. Pada bagian akhir,

136
setelah beberapa pertemuan berjalan, dosen memberikan kuis
dengan tujuan untuk evaluasi lanjut dan menyiapkan ujian. Dosen
harus memperhatikan kesulitan mahasiswa seperti keterbatasan
akses internet dan kesulitan untuk memahami materi. Dosen dapat
membuka grup melalui media sosial untuk koordinasi penyiapan
perkuliahan. Penambahan jam diskusi juga perlu dilakukan,
apabila mahasiswa belum memahami materi perkuliahan atau
penyelesaian latihan soal dan tugas sebelum dilaksanakannya
ujian.

Tantangan Pelaksanaan Praktikum


Pelaksanaan praktikum sebagai bagian perkuliahan di bidang
eksakta juga memberikan tantangan tersendiri. Sebagai contoh,
Praktikum Teknologi Pengolahan Pangan yang seharusnya
mengolah bahan pangan dengan menggunakan alat proses yang ada
di laboratorium harus dilakukan secara online. Keterlibatan asisten
sangat diperlukan untuk menunjang keberhasilan praktikum.
Dosen dibantu oleh asisten mengadakan asistensi online untuk
semua mahasiswa peserta praktikum. Asistensi praktikum
dilaksanakan dengan pembagian kloter supaya jumlah tidak terlalu
banyak. Tiap kloter diupayakan terdiri dari maksimal 10
mahasiswa. Kemudian mahasiswa diberikan modul praktikum
terlebih daluhu untuk dibaca sebelum asistensi. Materi asistensi
adalah tata tertib praktikum online dan penjelasan materi
praktikum. Pada pelaksanaan praktikum, kuis tetap dilakukan
137
sebelum praktikum. Untuk menjembatani pelaksanaan praktek di
laboratorisum, penggunaan video tentang proses pengolahan
pangan dapat diberikan kepada mahasiswa. Setelah itu, mahasiswa
dapat diberikan tugas untuk membuat diagram alir pengolahan
produk pangan tersebut secara lengkap. Mahasiswa juga mencari
literatur yang terkait dengan proses pengolahan dan kualitas dari
produk olahan tersebut.
Dosen dapat memberikan studi kasus yang dimungkinkan terjadi
terkait dengan topik praktikum tersebut. Kegagalan yang mungkin
terjadi selama praktikum dapat dijadikan studi kasus dan mahasiwa
mendapatkan tugas untuk menganalisa. Jadi tujuan praktikum tetap
dapat tercapai, walaupun mahasiswa belum melaksanakan secara
langsung aktivitas di laboratorium. Data hasil praktikum dapat
diberikan oleh dosen untuk diolah mahasiswa. Data yang dianalisa
dapat juga diambil dari praktikum tahun sebelumnya. Mengajarkan
mahasiswa bekerja kelompok menjadi tujuan praktikum dan
kurang maksimal pencapaian dengan praktikum online. Namun
mahasiswa tetap dapat bekerja dalam kelompok dan berdiskusi
menggunakan forum online yang ada walaupun dalam pelaporan
praktikum harus dilakukan secara mandiri/personal.

Tantangan dalam Bimbingan Skripsi


Bimbingan skripsi juga dapat dilakukan dengan sistem daring.
Skripsi diawali dengan pembahasan topik skripsi antara mahasiswa
dan dosen pembimbing lewat email atau media sosial yang
138
dilanjutkan dengan penulisan proposal. Bimbingan proposal masih
harus dilakukan melalui email, karena penggunaan DELTA baru
dapat dilakukan setelah mahasiswa lulus ujian propal skripsi.
Selanjutnya dilakukan ujian proposal skripsi secara online yang
diawali dengan presentasi mahasiswa dilanjutkan tanya jawab.
Aplikasi yang dapat digunakan antara lain Team Viewer, Zoom,
Google Meet, dan telah dikembangkan ujian online berbasis video
conference melalui DELTA. Setelah lulus ujian skripsi, bimbingan
dilanjutkan secara online melalui DELTA.
Pelaksanaan kegiatan penelitian di laboratorium memberikan
tantangan tersendiri. Kegiatan ini harus disesuaikan, karena
mahasiswa tidak diijinkan ke kampus untuk beraktivitas di
laboratorium. Namun, mahasiswa tetap dimungkinkan bekerja di
laboratorium secara bergantian dengan pembatasan waktu. Dosen
harus langsung meminta mahasiswa untuk mengirimkan data hasil
penelitian setelah melakukan aktivitas di laboratorium untuk bisa
segera ditanggapi dan direvisi oleh dosen. Apabila mahasiswa
melakukan prosedur yang belum tepat atau bila ada
ketidaksesuaian hasil penelitian dibandingkan hipotesa dapat
diketahui dengan segera. Waktu di luar kegiatan laboratorium
dapat dimanfaatkan oleh mahasiswa untuk melakukan analisa data
dan segera dilaporkan kepada dosen pembimbing. Mahasiswa
dapat juga memulai untuk melihat tren hasil penelitian dan mencari
literatur untuk pembahasan. Waktu yang ada harus digunakan

139
secara efektif oleh mahasiswa. Log book juga harus diisi rutin oleh
mahassiwa, sehingga dosen dapat selalu memantau kegiatan
mahasiswa. Pada saat bimbingan melalui DELTA, dimungkinkan
ada kendala ketika membahas suatu gambar atau perhitungan. Pada
saat ini, dosen dapat mengadakan tatap muka online untuk
menjelaskan, menggunakan kalimat lisan atau gambar dan foto
yang dikirimkan ke mahasiswa. Dalam kondisi KLB Covid-19,
mahasiswa yang baru mengajukan tugas akhir disarankan
melakukan penelitian survey, studi literatur atau analisa
menggunakan data penelitian yang ada. Yang perlu diperhatikan
adalah waktu untuk melakukan skripsi secara keseluruhan dari
pengajuan sks sampai dengan ujian skripsi diusahakan tetap harus
dilaksanakan tidak lebih dari 2 (dua) semester. Jika mahasiswa
dipantau dan didampingi oleh dosen dengan baik, niscaya periode
waktu 2 (dua) semester untuk penyelesaian skripsi ini akan dapat
tercapai. Mahasiswa juga dapat menyelesaikan studinya dan lulus
tepat waktu.

Tantangan dalam Ujian Skripsi


Pelaksanaan ujian skripsi secara online juga memberikan tantangan
tersendiri. Seperti ujian proposal sebelumnya, ujian skripsi dapat
dilakukan menggunakan program Team Viewer, Zoom, Google
Meet atau penggunaan fitur DELTA. Harus ada standar yang
diberlakukan dengan adanya ujian skripsi online. Yang pertama,
mahasiswa dan dosen harus menggunakan baju formal seperti saat
140
ujian skripsi tatap muka. Selanjutnya, mahasiswa diberikan
kesempatan untuk menyampaikan hasil penelitian skripsinya
secara langsung menggunakan sistem daring yang digunakan.
Selama mahasiswa menyajikan presentasi hasil penelitian
menggunakan Power Point, dosen bisa melihat ekspresi mahasiswa
secara langsung dan memberikan penilaian presentasi. Pada sesi
tanya jawab, dimungkinkan mahasiswa mengakses internet
mencari jawaban pertanyaan dosen. Hal ini seharusnya tidak boleh
dilakukan saat ujian skripsi. Untuk menghindarinya, dosen harus
memberikan waktu yang terbatas bagi mahasiswa untuk menjawab
dan melakukan klarifikasi. Terkadang saat ujian berlangsung, ada
kendala dalam kejelasan suara yang dapat diterima oleh
mahasiswa, sehingga dosen harus menyampaikan pertanyaannya
dengan suara yang cukup keras, jelas dan pelan. Mahasiswa juga
perlu mencatat apa yang ditanyakan dan disarankan oleh dosen.
Mahasiswa mungkin merasakan lebih gugup dalam pelaksanaan
ujian skripsi dengan sistem online, karena adanya kendala dalam
audio dan internet. Sebelum ujian skripsi, mahasiswa harus
melakukan pengecekan kuota internet dan jaringan WiFi dengan
baik. Mahasiswa juga harus menempatkan diri di ruangan yang
sesuai, semisal di ruang tamu, dengan background ruangan yang
rapi. Ada baiknya, ujian skripsi ini didokumentasi dengan
screenshot foto sebagai salah satu bukti terlaksananya ujian skripsi

141
online. Dosen juga harus mendapat pembekalan memadai tentang
penggunaan media yang dipilih untuk kelancaran ujian online.
Dosen pembimbing atau ketua penguji harus selalu siap sedia
menggunakan mobile phone, untuk koordinasi dengan mahasiswa
bila ada kendala jaringan. Bila salah satu dari tim penguji atau
mahasiswa terputus jaringan bisa langsung diketahui untuk
melanjutkan koneksi. Mahasiswa dimungkinkan pula berbuat tidak
baik dengan secara sengaja memutus jaringan apabila soal yang
diberikan oleh dosen penguji dirasa sulit. Dosen pembimbing harus
langsung kontak mahasiwa melalui video call untuk mengetahui
kondisi yang ada.
Dalam pengaturan ujian skripsi online dimungkinkan adanya
tambahan waktu yang diberikan. Hal ini terjadi bila ada kendala
dalam pengaturan Power Point, terputusnya jaringan sehingga
harus ada pengulangan, atau dibutuhkan waktu yang lebih bagi
mahasiswa untuk mendengar dan menjawab pertanyaan dosen.

Gambar 1. Ujian Skripsi dengan fitur video conference di Cyber Learning


Unika
142
Kendala yang lain adalah keterbatasan waktu ujian skripsi,
terutama untuk penyampaian revisi format dari penulisan. Ketika
sudah ada revisi dosen di laporan, sebenarnya tidak perlu
disampaikan secara rinci pada saat ujian. Revisi laporan dapat
diambil oleh mahasiswa melalui kantor Tata Usaha dengan tetap
menjaga protocol KLB Covid-19 dan ijin penjaga keamanan
kampus atau dapat dikirimkan ke alamat rumah mahaiswa lewat
paket pengiriman. Mahasiswa dapat memperbaiki berdasarkan
revisi dosen, tidak hanya berdasar dari catatan yang ditulis saat
ujian karena mungkin catatan tersebut tidak selengkap koreksi
dosen pada laporan penelitian.
Melalu DELTA dapat dipilih aktivitas untuk bimbingan skripsi,
antiplagiasi, approval ujian dan bimbingan revisi. Hal ini
memungkinkan dilakukan pada jarak yang tanpa batas. Dosen
dapat langsung memberikan tanggapan dan revisi pada laporan
mahasiswa yang diunduh dari DELTA. Pada saat cek plagiasi,
ketika dosen memberikan persetujuan, sistem langsung
tersambung dengan Perpustakaan UNIKA, yang otomatis menjadi
tugas Perpustakaan UNIKA untuk melakukan cek plagiasi. Hal ini
akan mempermudah mahasiswa untuk memperpendek jalur
pengajuan dan antrian yang bisa terjadi saat cek plagiasi. Namun,
program DELTA ini juga memerlukan peran aktif dari dosen
pembimbing untuk menunjang kelancaran bimbingan dan
penulisan laporan mahasiswa sehingga dapat lulus tepat waktu.

143
Peluang Lulus Tepat Waktu
Kondisi KLB Covid-19 berdampak pada kegiatan belajar mengajar
yang harus dilakukan secara online. Namun, dukungan teknologi
dapat diterapkan untuk tercapainya tujuan pembelajaran mata
kuliah dengan baik, sejauh dosen mengikuti arahan yang harus
dilakukan dalam perkuliahan online. Untuk praktikum, mahasiswa
tetap dapat melaksanakan kegiatan secara online dengan
pendampingan khusus dari dosen koordinator praktikum dan
asisten praktikum. Pelaksanaan bimbingan dan ujian skripsi tetap
dapat dilakukan secara online dengan tetap menjaga standar
kualitas pelaksanaan ujian dan kelulusan tugas akhir skripsi
mahasiswa. Pelaksanaan kuliah, praktikum, bimbingan, dan ujian
skripsi tetap dapat dilakukan menggunakan teknologi daring pada
kondisi khusus belajar mengajar online karena KLB Covid-19 saat
ini. Pelaksanaannya harus didukung dengan komitmen yang kuat
untuk menjawab dan menyelesaikan semua tantangan yang ada.
Hal ini sangat mendukung kelulusan mahasiswa tepat waktu sesuai
jadwal yang direncanakan dengan kualitas kelulusan yang tetap
baik dan terjaga.

-Ω-

144
11.

Rikarda Ratih Saptaastuti15

“Perpustakaan harus berani melakukan perubahan,


memunculkan inovasi, dan cara baru untuk memberikan layanan
kepada mahasiswa dan dosen pada situasi pandemi Corona saat
ini”

Pendahuluan

P
andemi Corona ternyata berdampak pada semua sektor,
salah satunya adalah pendidikan. Kebijakan meliburkan
siswa sebagai upaya pencegahan dan meminimalisir
penularan virus Corona, menjadi salah satu cara yang efektif saat
ini. Kebijakan yang diambil oleh pemerintah pusat dan daerah
tersebut membuat lembaga pendidikan dalam hal ini Perguruan
Tinggi harus menerapkan kebijakan kegiatan belajar mengajar dari
jarak jauh atau online.

15
Rikarda Ratih Saptaastuti, SSos, M.I.Kom adalah Kepala Perpustakaan Unika
Soegijapranata

145
Bagaimana dampak pandemi Corona bagi perpustakaan?
Pandemi Corona ternyata tidak membuat aktifitas layanan
perpustakaan menjadi terhenti. Sebelum terjadi pandemi Corona,
sebenarnya perpustakaan sudah “terbiasa” dihadapkan pada
berbagai tantangan, misalnya perubahan sikap masyarakat dalam
penelusuran informasi (tercetak ke online), berkurangnya
peminjaman koleksi tercetak karena adanya koleksi digital dan
sejenisnya. Perpustakaan menghadapi “shifting” atau pergeseran
yang jika tidak segera diantisipasi berdampak pada terdisrupsinya
fungsi dan peran perpustakaan.

Layanan Perpustakaan dan Peran Pustakawan di Tengah


Pandemi Corona
Aktifitas layanan perpustakaan yang semula mengandalkan
lokasi, layanan, kelengkapan koleksi tercetak, saat ini dipastikan
ditutup sampai pandemi Corona berakhir. Layanan peminjaman
dan pengembalian koleksi, pemanfaatan area belajar, dan lain-lain
tidak dapat diselenggarakan oleh perpustakaan. Sebagai gantinya
perpustakaan membuka layanan peminjaman online (e-book, e-
journal) bagi mahasiswa dan dosen yang melakukan aktifitas
pembelajaran secara online. Perpustakaan sangat dipengaruhi oleh
tekanan eksternal termasuk pandemi Corona, yang mendorong
perpustakaan untuk tetap bertahan dan berkembang, termasuk
mengadopsi teknologi informasi dan mengandalkan layanan
berbasis web.

146
“Kemudian bagaimana dengan peran pustakawan di tengah
pandemi Corona saat ini?”
Peran strategis dimiliki oleh pustakawan perguruan tinggi dimana
kebutuhan dan keterampilan akses literatur yang mendukung
pelaksanaan pembelajaran juga bergantung pada pustakawan.
Revolusi Industri 4.0 dengan implementasi berupa digitalisasi, IoT
(internet of things) dan Big Data berperan penting di berbagai
bidang kehidupan manusia. Kondisi tersebut tentunya juga sangat
berpengaruh pada tugas dan fungsi pustakawan yang tidak hanya
fokus pada aspek teknis perpustakaan saja tetapi juga memiliki
kompetensi dan mengambil peran dalam aktifitas manajemen
sistem informasi perpustakaan (Library 4.0).
Bahkan perkembangan saat ini juga sudah mengarah pada library
5.0, di samping peran perpustakaan dan pustakawan sebagai
fasilitator konten lokal pembelajaran, menjadi keniscayaan di
tengah pandemi Corona saat ini bahwa perpustakaan dan
pustakawan juga mampu memberikan layanan kepada dosen dan
mahasiswa secara real-time berbasis Learning Management
Systems (LMS).

147
Layanan Rujukan Informasi Ilmiah dan Pendampingan
Literasi Informasi Online menggunakan Moodle
Pandemi Corona yang berdampak pada terhentinya aktifitas
pustakawan untuk memberikan layanan rujukan informasi ilmiah
dan pendampingan literasi informasi secara tatap muka kepada
mahasiswa, membuat perpustakaan perlu melakukan inovasi dan
pengembangan layanan berbasis Learning Management Systems
(LMS) Moodle. Shank dan Dewald dalam Kampa (2017)
menguraikan dua model integrasi perpustakaan ke dalam Learning
Management Systems (LMS):
1. Tingkat Makro: kolaborasi perpustakaan dengan tim IT
Universitas untuk mengintegrasikan aplikasi perpustakaan
ke dalam platform LMS.
2. Tingkat Mikro: melibatkan pustakawan sebagai individu
untuk membuat konten layanan maupun pelatihan online
yang disesuaikan dengan kebutuhan fakultas atau program
studi.
Moodle digunakan oleh Unika Soegijapranata sejak tahun
2009 untuk mendukung pembelajaran online atau e-learning.
Moodle ternyata tidak hanya aplikasi yang digunakan untuk
pembelajaran secara online saja tetapi aplikasi tersebut bisa
dikolaborasikan dan diintegrasikan dengan berbagai aplikasi
perpustakaan digital. Sejak tahun 2014 perpustakaan Unika
Soegijapranata telah mengintegrasikan e-resources dengan web e-

148
learning (e-learning.unika.ac.id) yang digunakan dalam
pembelajaran blended learning. Tujuan dari integrasi e-resources
perpustakaan dengan e-learning tersebut adalah upaya mendukung
pembelajaran blended learning antara dosen dan mahasiswa
dengan menyediakan e-resources yang diperlukan untuk rujukan
dan sumber belajar dalam satu platform. Ketika dosen memberikan
materi dan tugas di e-learning, maka mahasiswa bisa langsung
akses materi dan tugas tersebut bersamaan dengan sumber-sumber
rujukan digital koleksi perpustakaan melalui link dan widget
penelusuran koleksi yang dipasang di dalam Moodle.
Aplikasi Moodle sangat fleksibel, mendukung aktifitas
belajar tatap muka secara online. Aplikasi Moodle juga dapat
ditambahkan dengan berbagai plugin pendukung seperti kuis,
tugas, sistem penilaian, live chat, forum, video conference dan anti
plagiasi.
Menjadi lebih efektif ketika aktifitas layanan rujukan informasi
ilmiah dan pendampingan literasi informasi yang biasanya
diberikan langsung kepada pemustaka di perpustakaan, bisa
disampaikan real-time dan online menggunakan Learning
Management Systems (LMS) Moodle.
1. Layanan Rujukan Informasi Ilmiah Online
Layanan rujukan merupakan layanan perpustakaan yang
membantu pemustaka dengan menjawab pertanyaan
menggunakan koleksi rujukan dan memberikan bimbingan

149
supaya pemustaka dapat menemukan dan menggunakan
koleksi perpustakaan untuk rujukan sumber belajar. Layanan
rujukan dilakukan secara online berupa aktivitas bantuan
penelusuran informasi ilmiah digital, rekomendasi dan
pengarahan.
a. Aktivitas layanan rujukan informasi ilmiah elektronik
menggunakan Live Chat. Pustakawan dengan dosen dan
mahasiswa dapat berkomunikasi secara real-time via web.
Dosen dan mahasiswa dapat mengajukan pertanyaan,
permintaan penelusuran sumber informasi kepada
pustakawan yang akan memberikan rekomendasi sampai
mendapatkan informasi rujukan elektronik yang
dibutuhkan.

Gambar 1. Aktivitas Chat Layanan Rujukan Informasi Ilmiah Elektronik

150
b. Komunikasi antara pustakawan berkaitan dengan
penelusuran rujukan informasi ilmiah elektronik juga bisa
dilakukan melalui Forum. Sama dengan chat, pada Forum,
pustakawan dan mahasiswa dapat berkomunikasi secara
real-time. Namun tidak seperti live chat, pada forum
interaksi yang dilakukan dapat secara asinkron. Setiap
partisipants yang tergabung dalam Forum akan menerima
salinan posting di email mereka.

Gambar 2. Aktivitas Forum Layanan Rujukan Informasi Ilmiah Elektronik

2. Aktifitas ViCon (Video Conference) BigBlueButton untuk


pendampingan literasi informasi.
Literasi informasi merupakan serangkaian kemampuan individu
dalam mengenali informasi yang dibutuhkan dan memiliki
pengetahuan dan keterampilan untuk menemukan,

151
mengevaluasi dan menggunakan informasi secara efektif.
Pustakawan dalam menjalankan tugas profesinya memberikan
pendampingan literasi informasi kepada mahasiswa dan
pemustaka, supaya memiliki kemampuan untuk dapat:
- mengetahui informasi yang dibutuhkan
- mengakses informasi yang dibutuhkan dengan efektif dan
efisien
- melakukan evaluasi informasi beserta sumbernya secara
kritis
- menggabungkan informasi yang diperoleh dalam basis
pengetahuan seseorang
- menggunakan informasi yang diperoleh secara efektif
- menggunakan informasi secara legal dan etis
Aktivitas pendampingan literasi informasi secara menggunakan
ViCon BigBlueButton di Moodle untuk memudahkan
pustakawan dalam memberikan materi dan bertelekomunikasi
sesuai dengan waktu yang direncanakan dari tahap pengantar,
materi, praktek, dan evaluasi.

152
Gambar 3. Aktivitas ViCon BBB Pendampingan Literasi Informasi Online

Penutup
Perpustakaan sebagai paru-paru pengetahuan perguruan
tinggi tentunya harus tetap mampu mempertahankan posisinya,
dengan berani melakukan perubahan, memunculkan inovasi dan
cara baru untuk memberikan layanan kepada mahasiswa dan dosen
pada situasi pandemi Corona saat ini.
Integrasi e-resources dan layanan perpustakaan ke dalam Learning
Management Systems (LMS) Moodle memfasilitasi interaksi yang
kreatif, inovatif dan fleksibel antara pustakawan, dosen dan
mahasiswa. Penggunaan aktifitas Live Chat, Forum dan ViCon
BigBlueButton untuk layanan rujukan informasi ilmiah elektronik
dan pendampingan literasi informasi wujud inovasi dan
pengalaman baru perpustakaan yang diharapkan dapat memberi
nilai tambah dan manfaat dalam proses pembelajaran online.

153
Daftar Pustaka
Araceli, G., Vargas, T., & Vanderkast, E. J. S. (2015). The Blended Librarian
and the Disruptive Technological Innovation in the Digital World. Open
Access Library Journal, 2(January).
https://doi.org/10.4236/oalib.1101764
Daryono. (2017). Literasi Informasi Digital: Sebuah Tantangan Bagi
Pustakawan. Tik Ilmeu: Jurnal Ilmu Perpustakaan Dan Informasi, 1(2).
Retrieved from
https://www.researchgate.net/publication/322204781_Literasi_Informas
i_Digital_Sebuah_Tantangan_bagi_Pustakawan
Kampa, R. K. (2017). Bridging the gap: integrating the library into Moodle
learning management system a study. Library Hi Tech News, 34(4), 16–
21. https://doi.org/10.1108/LHTN-11-2016-0055
Sanjaya, R. (2019). Shifting The Library Paradigm. Retrieved August 25,
2019, from bit.ly/2019jpa

154
12.

Elizabeth Lucky Maretha Sitinjak16

“Work From Heart (WFHe) memiliki maksud juga agar tetap


menjaga integritas dan sisi humanis dalam memberikan kuliah
secara daring”
PENGANTAR

K
uliah secara daring di Unika Soegijapranata sudah
dilakukan sejak 2011 dari diberikannya fasilitas e-
learning (elearning.unika.ac.id) sampai dengan cyber
(cyber.unika.ac.id). Di samping itu juga, ada juga pengalaman
pribadi selama dua tahun terakhir menjalani praktek mengajar
secara daring di Magister Manajemen Universitas Terbuka (UT)
Jakarta. Awal pertama mengenal fasilitas perkuliahan secara daring
ini, secara pribadi saya merasakan akan banyak terbantu secara
administrasi dosen dalam mengumpulkan tugas dan menilainya
(assignment, quiz), serta memberikan sumber bahan perkuliahan
berupa Power Point, e-book, sampai tautan di Youtube. Selanjutnya
kebutuhan belajar mengajar kemudian tercipta dan meningkat

16
Dr. Elizabeth Lucky Maretha Sitinjak, SE., MSi. adalah dosen Fakultas Ekonomi dan
Bisnis (FEB) dan Ketua Program Studi Magister Akuntansi

155
menjadi tempat menggali gagasan dan pendapat. Kebutuhan ini
muncul karena ingin meningkatkan partisipasi mahasiswa dalam
mempelajari topik yang disampaikan. Wadah dalam kuliah daring
untuk kebutuhan ini berada di chat room atau forum diskusi. Forum
diskusi menjadi tempat mahasiswa dalam memberikan pendapat
dari sudut pandang mereka dan belajar memberikan masukkan
kepada temannya dengan tema diskusi yang sama. Berlanjut lagi
menjadi kebutuhan akan perkuliahan secara daring.

Hal ini muncul dikarenakan waktu itu ditugaskan ke acara di luar


kampus, sehingga fasilitas tatap muka secara daring menjadi
dibutuhkan. Pada saat itu ada acara Simposium Nasional Akuntansi
(SNA) XXI oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) di Samarinda
tahun 2018 sebagai pemakalah. Pada saat itulah, kuliah secara
daring menggunakan BigBlueButton (3B) pertama kali dilakukan.
Namun karena koneksi yang tidak stabil di Samarinda, akhirnya
kuliah direkam dengan fasilitas 3B dan setelah itu dibagikan ke
mahasiswa. Semakin lama, kuliah secara daring semakin terasa
dapat membantu kita untuk tetap dapat menjalankan kewajiban
mengajar, disamping kita juga melakukan kegiatan Tri Dharma
lainnya. Hal ini juga kembali dirasakan pada tahun 2019, saat
menghadiri Call For Essay and Paper yang diselenggarakan oleh
Institut Akuntan Manajemen Indonesia (IAMI) di Universitas
Katolik Atmajaya Jakarta sebagai pemakalah. Pada saat itu saya

156
memilih untuk merekam dengan smartphone, mengunggahnya ke
cyber.unika.ac.id, membuka forum diskusi topik terkait saat itu,
dan tentu saja menambahkan Power Point dengan topik terkait.
Pada saat itu belum banyak dosen yang menggunakan fasilitas
yang telah disediakan oleh Unika Soegijapranata. Peraturan
tentang pelaksanaan perkuliahan secara daring pun secara resmi
baru muncul di tahun 2019 diantaranya perkuliahan secara daring
maksimum tiga kali dalam satu semester dan perkuliahan secara
daring telah diatur sebelum perkuliahan dimulai sebagai bagian
dari Rencana Perkuliahan Semester (RPS). Cerita-cerita di atas
merupakan kronologi awal mula penggunaan kuliah secara daring
secara pribadi sebelum surat edaran Work From Home (WFH)
diberlakukan (per 16 Maret 2020 sampai dengan batas yang
kemungkinan bisa berubah melihat kondisi dampak virus Covid-
19 di Kota Semarang). Hal ini dikarenakan adanya Surat Edaran
Sekretaris Jenderal Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Nomor 36603/A.A5/OT/ 2020 tanggal 15 Maret 2020,
ditindaklanjuti dengan Surat Edaran Rektor Nomor
00489/B.1.1/Rek/III/ 2020 terkait pelaksaaan pembelajaran daring
sampai dengan 12 April 2020, kemudian diperbaharui lagi Surat
Edaran Rektor No. 0502/ E.4/Rek/III/ 2020 tentang Pelaksanaan
Bekerja di Rumah di Lingkungan Universitas Katolik
Soegijapranata, yang di dalamnya pembelajaran secara daring
diperpanjang lagi sampai denga 29 Mei 2020.

157
WFH yang diberlakukan sejak Hari Senin, 16 Maret 2020, dimana
mahasiswa baru mengetahui dua hari sebelumnya. Saya mengajar
lima kelas dengan mata kuliah Manajemen Keuangan dengan
melakukan praktek langsung dengan hitungan di Excel. Kami
diplot menggunakan laboratorium komputer di lantai lima Gedung
Justinus Lab. Komputer, agar dapat secara langsung mengerjakan
topik yang kami bahas. Namun kami hanya bisa melakukannya di
minggu kedua. Minggu ketiga sampai dengan Ujian Tengah
Semester (UTS) kami masih menggunakan perkuliahan secara
daring. Hal ini sejak berlakunya Surat Edaran Rektor Unika
Soegijapranata No. 0524/E.4/Rek/IV/ 2020 tentang Evaluasi
Pelayanan Pembelajaran Daring Selama Masa KLB Covid-19 per
1 April 2020. Pada saat tulisan ini dibuat, sudah tiga minggu kami
berinteraksi dengan mahasiswa, tulisan chat bermunculan
mengungkapkan kerinduan mereka untuk kuliah kembali ke
kampus. Mahasiswa punya keinginan kembali ke kampus untuk
kuliah secara tatap muka. Mereka terbiasa bertemu dengan
temannya, berinteraksi secara langsung dengan dosen dan
semuanya bergerak secara dinamis. Namun karena kita bersama-
sama mau memutus perkembangan pandemi Covid-19. Maka kita
semua saling bahu-membahu agar dapat melakukan proses bekerja,
belajar, dan beribadah di rumah. Pada kesempatan ini, penulis
mengangkat tema Work From Home (WFH) menjadi Work From
Heart (WFHe) bekerja dimanapun kita berada, mari kita selalu

158
menggunakan hati. WFHe memberikan kuliah untuk
menyampaikan materi dan pembelajaran sambil menyemangati
dengan menyapa mahasiswa agar mereka tetap sehat, makan yang
bergizi, dan memiliki hati yang bergembira dalam menerima ilmu
yang diberikan. WFHe memiliki maksud juga agar tetap menjaga
integritas dan sisi humanis dalam memberikan kuliah secara
daring.

MENJAGA INTEGRITAS KULIAH DARING

Kuliah Daring membantu Administrasi Dosen

Work From Home (WFH) yang diberlakukan sejak hari Senin, 16


Maret 2020, merupakan awal kepanikan bagi mahasiswa maupun
dosen yang mengajar. Kepanikan sisi mahasiswa sebagai yang
menerima pelajaran daring, banyak dikarenakan kurangnya kuota
dan jaringan internet yang kurang stabil. Kepanikan dari sisi dosen
sebagai pengajar, dikarenakan belum familiarnya memberikan
kuliah daring. Namun ini semua dirasakan hanya minggu pertama.
Minggu berikutnya hampir semua dapat beradaptasi. Kuota dapat
tertolong dari program bebas kuota 30 GB baik provider Telkomsel
dan Indosat serta program Tetulung dari teman-teman FEB.
Minggu kedua, baik mahasiswa maupun para dosen sudah lebih
familiar dengan kuliah daring dan sudah mengerti apa yang harus
dilakukan pada saat kuliah daring tersebut. Tahap pertama pada
saat WFH adalah mahasiswa mencocokkan cyber.unika.ac.id

159
dengan mata kuliah yang sudah mereka ambil. Kemudian
melakukan presensi melalui attandance di cyber serta melakukan
presensi sekali lagi dengan menggunakan aplikasi Dimas. Hal ini
dilakukan agar ada back-up kehadiran mahaiswa dalam
perkuliahan secara daring. Presensi secara daring dapat terlihat di
gambar 1 dan 2.

Gambar 1. Persensi dengan Sintak.unika.ac.id

Tahap kedua, mahasiswa dapat men-download materi-materi


diskusi berupa Power Point dan e-book yang dapat diperoleh pada
setiap sesi atau pertemuan. Diskusi dapat dilakukan di forum, serta
saling memberikan pendapat dari sudut pandang masing-masing
dengan permasalahan yang diangkat. Bila ada presentasi dari
mahasiswa, maka mereka atau kelompok dapat membagikan
bahannya ke kelas daring. Tentu saja hal ini dapat berjalan dengan
baik, karena pada pertemuan pertama kita telah membahas dan
berdiskusi tentang silabus atau Rencana Pembelajaran Semester
(RPS). Topik setiap pertemuan serta tujuan pembelajaran setiap

160
pertemua tertuang dalam RPS, sehingga kuliah secara daring pun
dapat dilakukan terarah dan terstruktur. Kuliah daring
menggunakan cyber Unika dapat membantu para dosen untuk
mengkoreksi tugas-tugas serta hasil diskusi secara daring juga.
Cyber Unika ini dapat dikatakan sebagai membantu administrasi
dosen dalam hal tampungan tugas-tugas, kuis yang langsung dapat
menilai, serta memberikan bahan-bahan sesuai dengan topik yang
dibahas pada saaat pertemuan tersebut. Di samping itu kita juga
dibantu untuk melihat keaktifan mahasiswa dalam hal diskusi di
forum atau di chat yang disediakan. Aktivitas yang ditawarkan oleh
Cyber Unika dapat terlihat pada gambar 2, semua merupakan alat
bantu dosen dalam melakukan kuliah daring serta menjadi sarana
administrasi perkuliahan bagi dosen yang mengajar.

Gambar 2. Cyber Unika, Attendance, Sumber Aktivitas yang dapat


ditambahkan

161
Topik Pembelajaran Tersampaikan
Cyber Unika juga membantu untuk menyampaikan pembelajaran
secara daring. Bahan-bahan yang diberikan dapat berupa Power
Point, Excel, Word, rekaman video, bahkan presentasi topik dapat
melihat wajah mahasiswa, atau sebaliknya presentasi mahasiswa
secara daring dapat langsung kita dengar dan perhatikan (gambar
3). Bila ada yang salah pengertian dan maksud penyampaiannya,
langsung dapat kita koreksi sehingga penyemapaian materi
pemeblajaran pun dapat berlangsung dengan baik dan benar.
Kuliah secara daring, memang ada plus dan minusnya, terutama
dalam penyempaian pembelajaran terkadang terkendala pada saaat
mati lampu di rumah. Walaupun masih bisa menggunakan smart
phone, namun cukup berat untuk membuka fasilitas
bigBlueButtonBN. Hal-hal teknis seperti ini, akhirnya fasilitas
kuliah daring lainnya dipergunakan agar tetap dapat
menyempaikan materi perkuliahan.

Gambar 3. Cyber Unika dengan BigBlueButtonBN

162
Evaluasi Pembelajaran Dilakukan

Bentuk evaluasi pembelajaran kuliah daring yang dapat kita


lakukan adalah dengan memberikan kuis-kuis. Bentuk kuis dapat
berupa pilihan ganda atau esai. Cyber Unika membantu menilai
sehingga para dosen dapat dengan cepat mengetahui apakah
mahasiswa mengerti akan topik yang dibahasa minggu-minggu
sebelumnya. Kuliah daring memang agak susah untuk mengamati
secara langsung penerimaan akan peyampaian materi atau topik
perkuliahan. Oleh karena itu kita rajin-rajin untuk memberikan
kuis agar dapat key point pembelajaran sebelumnya tidak
terlewatkan begitu saja.

Gambar 4. Kuis di Cyber Unika

Pada gambar 4 dapat dilihat bentuk kuis-kuis yang diberikan


sebagai umpan balik serta evaluasi pembelajaran secara daring.
Rata-rata nilai kuis memang lebih rendah dari pada rata-rata kuis
bila tidak melakukan kuliah secara daring. Hal ini dikarenakan
kuliah secara daring tidak dapat melihat keseluruhan ekspresi
163
mahasiswa dalam memperhatikan materi kuliah yang disampaikan.
Walaupun secara tatap muka secara daring dapat kita lakukan,
hanya kita tidak bisa memperhatikan lingkungan sekitar mereka,
mendukung untuk pembelajaran secara daring atau tidak. Sejauh
pengamatan selama masa WFH, rata-rata mereka mengikuti
perkuliahan di ruang terbuka yang setiap orang di rumah atau kost
bisa membuat mereka kurang fokus dalam menerima pembelajaran
tersebut. Inilah tantangan kita sebagai pengajar agar poin-poin
penting pengajaran itu dapat tersampaikan dengan cara
memberikan kuis-kuis sebelum atau sesudah pembelajaran
berlangsung dengan materi dari awal sampai dengan materi
seminggu sebelumnya atau materi terakhir yang telah dibahas.

Hal ini pun kita lakukan sebagai WFHe, karena menginginkan


mahasiswa dapat menerima pembelajaran dengan baik dan benar.
Integritas yang dijaga adalah hasil kuis-kuis ini merupakan
evaluasi pembelajaran secara daring, sebagai umpan balik baik
sebagai pengajar yang menyampaikan atau mahasiswa yang
menerima materi pembelajaran tersebut. Bila rata-rata kelas di atas
60 point, dapat dijadikan indikator penerimaan pembelajaran sudah
baik dan benar. Sebaliknya bila kurang dari 60 point, maka akan
lebih baik kita selalu mengingatkan poin-poin penting dalam setiap
topik pembelajaran yang sudah kita berikan atau pembelajaran
yang akan kita berikan. Semoga kita dapat melakukan pelayanan

164
terbaik dalam pembelajaran secara daring ini, agar tujuan
pembelajaran yang kita tulisakan di Rencana Pembelajaran
Semester (RPS) dapat tercapai.

Penilaian Tugas dan Diskusi

Wadah lainnya selain kuis-kuis yang diberikan adalah assignment,


forum diskusi, dan chat room. Sarana-saran ini dapat kita lihat pada
gambar 5. Pada gambar tersebut terlihat instruksi yang diberikan
kepada mahasiswa untuk mengerjakan tugas-tugasnya. Banyak
keluhan mahasiswa tentang tugas-tugas yang diberikan, namun bila
kita memberikan pengertian akan tugas tersebut dengan baik,
hasilnya mereka dapat menerima dan mengerjakan dengan baik
pula. Tugas-tugas ini diberikan dengan maksud agar mahaiswanya
dapat melakukan pembelajaran secara mandiri dengan
mengerjakannya setelah disampaikan materi tersebut disertai
diskusi-diskusi dengan chat room atau di forum diskusi. WFHe
dengan menjaga integritas pun tersampaikan dengan cara
memberikan umpan balik dengan nilai-nilai tugas dan masukkan-
masukkan di dalam penilaian tugas tersebut.

165
Gambar 5. Tugas-Tugas di wadah Assigment dan Chat Room

MENJAGA HUMANISME KULIAH DARING

Kuliah secara daring sering dikeluhkan oleh pengajar maupun


mahasiswa, karena tidak mendapatkan rohnya dalam pengajaran.
Dengan kata lain dianggap kurang humanis dalam penyampaian
pengajarannya. Berikut ini sudut pandang dalam menjaga siswa
humanis dalam pengajaran secara daring.

Kuliah Tetap Tatap Muka secara Daring

Work from Heart (WFHe) menjadi bagian untuk menjaga kuliah


secara daring tetap humanis. Nah.. karena WFHe, maka kita pun
melakukan perkuliahan secara daring dengan tatap muka. Tatap
muka secara daring memberikan kita kesempatan untuk dapat
melihat kondisi masing-masing mahasiswa yang berada di kos-
kosan atau rumah di luar kota Semarang. Di samping itu juga
melihat ekspresi mereka dalam menerima perkuliahan, namun ada

166
kendala bila kita melakukan perkuliahan sepanjang waktu dua atau
tiga sks dengan tatap muka secara daring, memakan kuota serta
terkadang tergangu dengan sinyal internet yang tidak stabil. Oleh
karena itu, saya biasanya melakukan tatap muka secara daring pada
awal dan akhir perkuliahan, saat menyapa akan kondisi kesehatan
mereka dan kondisi sekitar mereka. Bila ada kesulitan mereka
dapat memberitahukan melalui WhatsApp Group (WAG) kelas
atau melalui komting kelas mereka. Sedangkan pada saat ada yang
presentasi, maka wajah yang presentasi tetap muncul, agar saya
dapat melakukan dialog tentang apa yang dipresentasikan, bila ada
poin-poin yang ditekankan maka saya akan menerangkan dan
memberikan contoh-contohnya. Sejauh pengajaran secara daring
sampai minggu ketiga ini semua berjalan dengan lancar.

Gambar 6. Cyber Unika dan Aplikasi Video Conference Daring Lainnya

Namun perlu kita pikirkan juga untuk dapat melewati perkuliahan


secara daring selama dua bulan ke depan. Rasa kejenuhan dan
kebosanan mungkin akan muncul baik dari sisi yang mengajar atau

167
yang diberikan pengajaran. Oleh karena itu, saya mulai membuat
kuis yang bersifat seperti games, agar perkuliahan dan topiknya
tetap jalan, poin-poinnya tersampaikan, maka saya menggunakan
kuis dengan games yang difasilitasi oleh Kahoots.com. Hal ini
hanya sekali-sekali, memberikan perbedaan pada proses
pembelajaran. Kuis resmi tetap menggunakan fasilitas yang ada di
Cyber Unika.

KESIMPULAN

Work From Home (WFH) yang dilakukan dengan hati penuh


sukacita dan sungguh-sungguh akan berubah menjadi Work From
Heart (WFHe) dimanapun kita berada. WFHe memungkinkan kita
memberikan kuliah untuk menyampaikan materi dan
pembelajaran, memberikan kuis untuk mengingatkan poin-poin
penting pembelajaran sebelumnya, memberikan ujian tengah
semester sampai dengan ujian proposal, skripsi, tesis secara daring
dengan tetap menjaga integritas dan sisi humanis. Diharapkan
kuliah secara daring ini dapat berkontribusi menghambat perluasan
Pandemi Covid-19. Tetap saling menjaga kesehatan dan tetap
saling mendoakan agar semua dapat melaluinya dengan sehat
senantiasa. Mari kita lakukan WFHe dimana pun kita berada.
Salam sehat dan tetap semangat.

-Ω-

168
13.

Antonius Suratno17

“Penerapan kebijakan pembelajaran daring seharusnya tidak


boleh dilaksanakan dengan terburu-buru. Persiapan dan
pelatihan perlu dilakukan sebelum keputusan penerapan
pembelajaran daring dilaksanakan”

S
tatus pandemi Covid-19 merupakan peristiwa langka yang
secara serentak mengguncang zona nyaman manusia.
Tidak pernah terbayangkan oleh siapapun bahwa efek
penyebaran Virus Covid-19 begitu menggoncang dunia
mengakibatkan seolah dunia seketika berhenti berputar dan semua
menyadari betapa semua harus bekerja sama mencari solusi untuk
kembali memutar dunia dengan memerangi ancaman
penyebarannya dengan tindakan luar biasa. Dunia pendidikan yang
terbiasa dengan rancangan aktivitas akademik yang terjadwal dan
teragendakan secara teratur di masa normal seketika harus
menjalani suatu aktivitas baru yang di luar kebiasaan. Covid-19
telah secara radikal mengubah keteraturan dan menciptakan

17
Drs. Antonius Suratno, MA., Ph.D adalah dosen Fakultas Bahasa dan Seni (FBS)
Unika Soegijapranata

169
kondisi darurat di segala lini kehidupan, tidak terkecuali di dalam
dunia pendidikan.
Mungkin karena kapasitas pemberian Tuhan berupa kemampuan
memanfaatkan “alter ego” (aku yang lain), orang dalam suasana
demikian drastis dan radikal, sadar-sesadarnya dalam kapasitas diri
masing-masing menjadi mampu secara proaktif mereaksi atau
menyikapi dunia yang berubah seketika ini. Di dalam kondisi
darurat dimana pendidikan tidak lagi bisa berjalan normal
sebagimana mestinya, dimana guru dan siswa tidak boleh bertemu
muka, dimana sesama siswa-mahasiswa pun terpisah secara fisik
karena harus belajar dari dalam ruang-ruang privat masing-masing,
bukan lagi di balik dinding yang disebut kelas, dunia pendidikan
mereaksi dengan sikap harus tetap eksis. Sementara pembelajaran
harus tetap berlangsung akibat penutupan sekolah yang
berkepanjangan, manajemen darurat harus ditempuh dan
pemangku kebijakan pendidikan harus bertindak cepat dan siswa
mahasiswa “meski tanpa persiapan dan latihan” harus serta merta
menerima kebijakan belajar jarak jauh dalam format belajar daring
sebagai pilihan yang tidak boleh ditolak demi kebaikan bersama.
Dalam kondisi normal, terdapat banyak pertimbangan yang harus
diperhitungkan sebelum meberlakukan kebijakan belajar daring
guna memastikan bahwa aktivitas belajar siswa-mahasiswa
berjalan baik dan pelajar bisa menyerap ilmu sesuai dengan bidang
studi ataupun disiplin ilmu masing-masing. Di antara pertimbangan

170
itu adalah aksesibilitas materi belajar, kecepatan dan kemudahan
materi belajar dapat dikirim, ragam dan kualitas bahan belajar,
batasan-batasan waktu jenis materi harus dikerjakan dan
diselesaikan, dan di antara materi yang memiliki sifat interaktif
dapat direproduksi mendekati interaksi tatap muka, serta
bagaimana ketika sumber daya tidak tersedia kegiatan belajar
masih harus tetap dapat berjalan semestinya. Namun dalam
realitasnya, kebijakan belajar jarak jauh daring akibat penutupan
sekolah mengharuskan semua sekolah termasuk perguruan tinggi
menyikapi dan memastikan bagaimana pengajaran dan
pembelajaran tetap dapat berlangsung sambil menjaga institusi
pendidikan dalam hal ini guru, staf dosen, mahasiawa dan siswa
mereka aman dari keadaan darurat yang terjadi hampir merata di
seluruh dunia. Tulisan pendek ini bermaksud meninjau apakah
kebijakan belajar daring berskala luas yang dilaksanakan
mendadak karena sifatnya yang darurat ini memenuhi kaidah yang
ideal atau sebenarnya hanya sebagai salah satu pilihan terbaik dari
antara pilihan yang terjelek, a.k.a minus malum dari pada
meliburkan sekolah sama sekali?
Pertimbangan Teoritis
Saat Covid-19 dinyatakan pandemi oleh badan dunia WHO karena
telah merebak merata di hampir semua negara di dunia, dalam
konteks negara Indonesia, pemerintah menyikapi dengan
menginstruksikan merumahkan siswa-mahasiswa dan menerapkan

171
pemberlakuan kebijakan pembelajaran jarak jauh pembelajaran
daring serentak di seluruh Indonesia. Sebagai respon terhadap
keputusan pemerintah, institusi pendidikan segera memutuskan
untuk merumahkan semua siswa-mahasiwa, membatalkan semua
kelas tatap muka, termasuk kerja praktek laboratorium dan
aktivitas belajar dalam sekolah dan kampus lainnya. Alhasil,
sekolah-sekolah dan fakultas-fakultas memindahkan aktivitas
belajarnya secara daring untuk membantu mencegah makin tidak
terkendalinya penyebaran virus.
Secara perhitungan teoritis pembelajaran daring dewasa ini sudah
dapat diterapkan karena ketersediaan infrastruktur pembelajaran
sekalipun belum seragam secara nasional. Perkembangan
teknologi multimedia informasi dan komunikasi, serta kecepatan
jaringan internet sebagai sarana pendukung kegiatan pembelajaran
kekinian telah menyediakan peluang dilakukannya perubahan
radikal dalam proses pengajaran tradisional (Wang et. al., 2007).
Dengan kemajuan teknologi seperti saat ini, agenda sekolah dan
lembaga pendidikan pada umumnya memiliki kapasitas untuk
mengubah orang, pengetahuan, keterampilan dan kinerja (Henry,
2001). Di samping itu pembelajaran daring diyakini memiliki
keunggulan karena fleksibilitas pengajaran dan pembelajaran yang
dapat dilaksanakan dimanapun tanpa dibatasi ruang dan waktu. Hal
ini sesuai dengan Holmes & Gardner (2006) yang menyebutkan
bahwa diantara keunggulan belajar daring dengan e-learning

172
adalah kecepatan menilai siswa atau pelajar saat mereka belajar,
selain meningkatkan pengalaman siswa untuk belajar sesuai
kemampuan individu, serta menghilangkan hambatan tempat dan
waktu. Diantara karakteristik yang paling vital serta keuntungan
dari e-learning dalam pendidikan adalah bahwa itu berpusat pada
siswa atau peserta didik. Akan tetapi, keputusan pemindahan
proses pembelajaran serentak dan dalam waktu yang sedemikian
cepat, harus diakui belum pernah terjadi sebelumnya dan karena
itulah disebut sebagai keputusan darurat mereaksi situasi yang
darurat, bukan karena didasari keinginan untuk menjalankan
kebijakan baru dalam dunia pendidikan. Di tingkat pendidikan
tinggi secara umum kebijakan itu dapat dilakukan karena tenaga
dosen dan personel pendukung kampus dengan cepat bisa diajak
menyesuaikan diri. Dalam situasi demikian, individu-individu
yang berbeda sanggup menjawab tantangan meski cara merespon
tidak mungkin seragam, karena diantara jenis-jenis mata pelajaran
atau bidang ilmu tertentu harus dilakukan penyesuaian kondisi riil
di lapangan, bahkan tidak jarang harus berimprovisasi dan mencari
solusi cepat, menemukan cara-cara agar aktivitas belajar tetap
dapat berlangsung di tengah kondisi yang kurang ideal.

Asumsi-Asumsi Dasar Belajar Daring


Seiring dengan kemajuan teknologi internet, pembelajaran daring
telah menjadi fenomena baru yang tumbuh pesat pada dasa warsa
terakhir. Diyakini pula bahwa sekolah masa depan tidak akan lagi
173
bergantung pada kertas dan pensil, tetapi lebih pada kolaborasi dan
kurikulum berbasis web (Robbins, 2001). Selain itu, diakui secara
luas bahwa pembelajaran daring memiliki beberapa keunggulan
dalam hal efektivitas biaya, keragaman materi belajar, fleksibilitas
tempat dan waktu untuk mengakses materi ajar dan belajar.
Menurut Alieva (2018) di Amerika saja jumlah total siswa yang
berpartisipasi di dalamnya setidaknya sudah mencapai lebih dari
6,7 juta, jumlah yang akan terus meningkat, sementara Pappas
(2019) memproyeksikan bahwa pasar eLearning global akan
mencapai $ 325 miliar pada tahun2025, menjadikan Industri e-
learning tumbuh 900% sejak awal abad 21 ini. Sebagai gambaran,
grafik berikut menunjukkan perubahan prosentase pengguna
pembelajaran daring dari tahun ke tahun dihitung hanya dari
mahasiswa S1 saja.

Gambar 1. Perubahan Partisipasi Pembelajaran Daring di Amerika


Sumber Alieva (2018)

Data tersebut memperlihatkan pesatnya penerimaan model


pembelajaran daring. Keikutsertaan peserta didik dalam
174
pembelajaran daring tumbuh pada tingkat yang jauh lebih cepat
dari yang diperkirakan, dimana dalam kurun waktu 10 tahun
pertama rata-rata persentase pertumbuhan sekitar 0.5 % per
tahunnya. Namun, secara tidak terduga hanya dalam kurun waktu
3 tahun, dari tahun 2015 ke 2018, persentase pertumbuhan naik
tujuh kali lipat menjadi 3,7 % per tahun dibanding periode
sebelumnya. Kecepatan itu merefleksikan pergeseran drastis pola
pembelajaran, seiiring dengan kecepatan kemajuan teknologi
intenet yang makin akomodatif bagi proses pembelajaran daring.
Di level pendidikan tinggi populasi siswa pengguna pembelajaran
daring terus meningkat menimbang bahwa pembelajaran daring
memiliki tempat strategis di masa mendatang, didukung oleh fakta
bahwa, melihat tren yang terjadi, pemangku kebijakan pendidikan
percaya bahwa kualitas pembelajaran online akan bisa setara
dengan atau mungkin lebih unggul dari pembelajaran tatap muka.

Prasarat Pembelajaran Daring yang Efektif

Pembelajaran daring telah banyak dipelajari oleh sejumlah peneliti


menyangkut sejumlah aspek seperti, teori, model, standar, dan
kriteria evaluasi fokus pada pembelajaran, pengajaran, dan desain
pembelajaran daring. Apa yang telah dilaporkan dari sejumlah
sebelumnya antara lain adalah bahwa hasil pembelajaran daring
yang efektif menuntut terpenuhinya sejumlah persyaratan dalam
hal desain dan perencanaan pembelajaran yang dilakukan dengan

175
cermat, model yang sistematis untuk desain dan
pengembangannya. Di samping itu, pelaksanaan pembelajaran
daring juga menuntut prasarat ketersediaan sarana-prasarana
belajar yang memberi daya dukung pelaksanaannya, seperti
tersedianya perangkat teknologi informasi dan komunikasi,
terdapatnya jaringan internet yang relatif merata di setiap daerah
dengan kecepatan akses yang memadai.
Mengacu pada pelaksanaannya, secara teknis pembelajaran daring
membutuhkan prasarat lain seperti gawai dan koneksi Internet yang
keduanya harus tersedia untuk kedua belah pihak pengajar dan
siswa. Gawai seluler pun harus memenuhi standar minimum
tertentu seperti operating system yang kompatibel. Selain itu
dibutuhkan perangkat lunak sebagai media pengakses informasi
belajar, pemutar video, audio, sarana dukung visualisasi
multimedia, atau aplikasi perangkat lunak tertentu tergantung pada
platform pembelajaran yang digunakan.
Di samping itu, Means, at.al. (2010) mengajukan kerangka konsep
pembelajaran daring yang memiliki beberapa kharakteristik
sebagai berikut, yakni (a) jenis pengalaman pembelajaran yang
harus disediakan, (b) cara penyampaian materi yang dilakukan baik
secara sinkron (bersamaan antara guru dan siswa) atau asinkron
(tidak bersamaan) dan (c) kegiatan dan pengalaman belajar yang
ditawarkan; ketiganya harus didesain dan dimaksudkan sebagai

176
alternatif pengganti dari (yang menyerupai atau mendekati)
aktivitas belajar tatap muka.
Tabel 1. Kerangka konseptual belajar daring (diadaptasi dari
Means at. al. 2010)
Dimensi Cara Alternatif Pengganti
Pengalaman Penyampaian Kelas Tatap Muka
Belajar
Synchronic Siaran langsung kuliah satu arah lewat web
ity dengan kontrol pembelajar terbatas (mis., Siswa
Sinkron
secara individu memproses materi secara
Pemaparan/ berurutan) rumus matematika diajarkan melalui
Penjelasan
Expository ceramah video online yang dapat diakses siswa
Asinkron secara bersama atau sesuai jadwal mereka sendiri
Mempelajari cara memecahkan masalah sistem
komputer jenis baru dengan berkonsultasi dengan
Sinkron
para ahli melalui live chat
Kegiatan Mempelajari cara memecahkan masalah sistem
pencarian aktif komputer jenis baru dengan berkonsultasi dengan
Asinkron para ahli melalui live chat dengan menelusuri
sejarahnya di Web explore issues in U.S. history

Kursus perawatan kesehatan diajarkan sepenuhnya


melalui simulasi manajemen pasien secara online
Sinkron
dan kolaboratif yang berinteraksi dengan banyak
Kegiatan siswa secara bersamaan
Pengembangan profesi guru sains melalui diskusi
Interaktif
berantai dan papan pesan (message board) tentang
Asinkron
topik yang dipahami oleh peserta

Dengan kerangka acuan seperti terlihat dalam Tabel 1, maka untuk


menciptakan pembelajaran daring yang mendekati ideal, desain
pembelajaran harus dibuka peluang ketersediaan tiga ruang
pengalaman belajar yang mengakomodasi beragam tujuan belajar

177
sehingga serapan mata pelajaran atau mata kuliah dapat mendekati
harapan, selaras dengan RPS dan target pembelajaran yang
dicanangkan. Dikatakan mendekati ideal karena setiap mata
pelajaran atau mata kuliah memiliki kekhasan sifat yang menuntut
pengalaman belajar yang berbeda.

Sebagai ilustrasi, dalam contoh kasus mahasiswa Bahasa dan Seni


Jurusan Bahasa Inggris, satu mata kuliah skill seperti Speaking
menuntut interaksi antar mahasiswa dan antara mahasiswa dengan
dosen, maka kegiatan belajar daring harus mampu mengakomodir
aktivitas belajar yang sifatnya interaktif. Untuk contoh kasus
aktivitas pembelajaran pada program studi lain seperti Teknologi
Pangan dimana mata kuliah membutuhkan kegiatan problem
solving atau pemecahan masalah atau uji lab Biologi maka idealnya
harus tersedia sarana atau alat bantu yang sesuai berupa sarana Lab
maupun akses pencarian di dunia maya untuk bisa memperoleh
data-data yang relevan. Sementara jenis mata kuliah atau mata
pelajaran tertentu yang dominan dengan muatan konseptual yang
muatannya bisa dipahami melalui membaca, maka cukup disiasati
dengan komunikasi satu arah dalam format kuliah, yang bila
dibutuhkan sesi tanya jawab cukup dilakukan dengan tanya jawab
asinkron.

178
Implikasinya
Pertimbangan asumsi dasar dan prasarat sebagaimana diuraikan di
atas berimplikasi pada pelaksanaan kebijakan yang mau tidak mau
harus ditempuh secara darurat dengan tanpa persiapan dan
perencanaan. Fakta terdapatnya keragaman tidak saja dalam hal
jenis mata pelajaran atau mata kuliah, melainkan juga keragaman
sekolah dan ketidakmerataan sarana-prasarana sekolah di berbagai
pelosok negeri kepulauan yang memiliki disparitas yang tinggi
adalah suatu yang tidak dapat dipungkiri. Bisa dibayangkan
bagaimana guru-guru di pelosok daerah harus menyikapi kebijakan
keharusan social distancing dan belajar daring ketika sebagian
besar siswanya tidak terbekali dengan teknologi informasi dan
komunikasi (TIK). Tidak usah jauh-jauh di Papua, diantara
sekolah-sekolah di pelosok desa di Pulau Jawa pun banyak yang
menghadapi kendala sarana dan prasarana. Atau bahkan dalam
kasus siswa di perkotaan yang sudah maju dalam fasilitas teknologi
informasi dan komunikasi sekalipun tidak sedikit yang terkendala
akses karena berbagai faktor.
Selain itu berdasarkan hasil penelitian Collins et al. 1997; Klein
and Ware, 2003; Hameed et al, 2008; Almosa, 2002; Akkoyuklu &
Soylu, 2006; Lewis, 2000; Scott et al. 1999; Marc, 2002, yang
berhasi dirangkum dalam Arkorful & Abaidoo (2014), terdapat
beberapa kelemahan inheren dari model belajar daring yang tetap

179
melekat sebagai ekses lain yang tidak terhindarkan dari model
pembelajaran ini yang:
1. cenderung membuat peserta didik mengalami keterpencilan,
serta kurangnya interaksi atau hubungan. Karena itu
memerlukan inspirasi yang sangat kuat serta keterampilan
untuk mengurangi efek tersebut.
2. dianggap kurang efektif dibanding metode pembelajaran
tradisional dalam hal memberikan penjelasan dan pemahaman.
Keduanya jauh lebih mudah dilakukan dengan pertemuan tatap
muka.
3. ketika berkaitan dengan peningkatan keterampilan komunikasi,
metode ini memiliki efek negatif karena menyediakan ruang
yang sempit bagi siswa untuk mengekspresikan diri.
4. penilaian dalam dilakukan jarak jauh, menjadi sulit bahkan
tidak mungkin untuk mengendalikan atau mengatur kegiatan
tes sehingga sulit mengontrol kecurangan.
5. sulit untuk mengontrol keaslian karya yang cenderung tidak
mudah diverifikasi otentisitasnya apakah siswa sekedar hasil
menjiplak, menyalin, pekerjaan orang lain atau karya asli.
6. memberi peran yang longgar pada lembaga dan juga instruktur
untuk mengontrol proses pendidikan.
7. tidak semua disilin ilmu dapat menggunakannya, misalnya
bidang ilmiah murni yang mencakup praktek dan uji laborat
sulit dilakukan. Metode ini dinggap lebih tepat untuk bidang
ilmu sosial dan humaniora dibanding bidang-bidang seperti
ilmu kedokteran dan farmasi.
8. tidak jarang menyebabkan kemacetan data traffic untuk
penggunaan beberapa situs web. Ini berakibat pada
pembengkakan biaya dan kerugian waktu.

180
Minus Malum
Dalam kondisi normal, kebijakan belajar daring eLearning
membutuhkan proses desain dan pertimbangan yang hati-hati
sebab desain pembelajaran yang gegabah berdampak pada kualitas
pembelajaran. Namun pada kenyataannya, prasyarat proses desain
yang cermat dan hati-hati inilah yang sulit dipenuhi dalam kondisi
darurat yang menuntut keputusan cepat dan tindakan dratis.
Kebijakan pembelajaran daring ini tidak atau belum bisa dikatakan
ideal karena menjadi pilihan terbaik dari antara pilihan lain yang
tidak lebih baik. Dengan kata lain bila kondisi normal, penerapan
kebijakan pembelajaran daring harusnya tidak boleh dilaksanakan
dengan terburu-buru atau bahkan tiba-tiba karena bila demikian
akan berakhir pada hasil yang tidak optimal. Persiapan diperlukan
dan pelatihan pun perlu dilakukan sebelum keputusan penerapan
pembelajaran daring dilaksanakan. Walaupun tidak dapat
dipungkiri bahwa semua pihak bertindak cepat dan responsif
terhadap kondisi darurat ini, tetap saja sehebat dan sepintar apapun
guru dan siswa menemukan solusi terhadap situasi belajar darurat,
kondisi force majeure ini harus tetap berjalan sekalipun
menyisakan persoalannya sendiri baik di pihak guru mapun siswa.
Tulisan ini hanyalah sebuah perspektif, maka akan menjadi lebih
mendapat penguatan bila opini ini didukung data-data empiris
melalui studi evaluasi bagaimana pelaksanaan pembelajaran daring
sesungguhnya di lapangan dengan bertanya kepada guru dan murid

181
tentang persoalan-persoalan yang dihadapi sehingga bila saatnya
nanti tiba di dalam kondisi normal institusi pendidikan menerapkan
kebijakan pembelajaran daring, kebijakan serupa akan lebih
matang dalam implementasinya dengan hasil yang lebih optimal.
Referensi:
Alieva, T. (2018). Did You Know That? Surprising Facts About. Retrieved
September 5, 2020 from Online Education.
https://www.vedamo.com/knowledge/online-education-facts/
Arkorful, V. and Abaidoo, N. (2014) The Role of e-Learning, the
Advantages and Disadvantages of Its Adoption in Higher Education.
International Journal of Education and Research, 2, 397-410.
Branch, R., M. and Tonia A. Dousay, T., A. (2015). "Survey of Instructional
Design Models," Association for Educational Communications and
Technology (AECT)
Henry, P. 2001. E-learning technology, content and services. Education +
Training, 43: 249-255.
Holmes, B. & Gardner, J. (2006). E-Learning: Concepts and Practice,
London: SAGE Publications.
Means, B., Toyama, Y., Murphy, R., Bakia, M., and Jones, K.(.2010).
“Evaluation of Evidence-Based Practices in Online Learning: A Meta-
analysis and Review of Online Learning Studies.” Washington: U.S.
Department of Education, Office of Planning, Evaluation, and Policy
Development.
Pappas, C. (2019). Top 20 eLearning Statistics For 2019 You Need To Know
[Infographic]. Retrieved September 5, 2020 from
https://elearningindustry.com/top-elearning-statistics-2019
Robbins, A. (2001, May 8). Tech Ed. PC Magazine, 69.
Stern, B.S. (2003). Design and delivery of authentic on-line courses: A case
study. A paper presented at the annual meeting of the Society for
Instructional Technology in Education, Albuquerque, NM
Wang, Y. S., Wang, Y. M., Lin, H. H., & Tang, T. I. (2003). Determinants of
user acceptance of Internet banking: An empirical study. International
Journal of Service Industry Management, 14, 501–519.

182
14.

Benny D Setianto18

“Meski tetap memberikan masukan bagi kelemahan sebuah


sistem dalam normalitas baru tetapi juga tetap fokus kepada
dirinya sendiri yang bisa dikendalikan untuk menyesuaikan diri
dengan normalitas baru ini”

K
etika dunia akan memasuki milenium yang kedua,
Anthony Giddens menerbitkan buku berjudul Runaway
World: How Globalization is Reshaping Our Lives
(Giddens 2000), dunia sedang berubah pada saat itu. Bahkan
sebelumnya, runtuhnya Uni Soviet telah membuat Kenichi Ohmae
mengatakan bahwa Dunia Sudah Tanpa Batas (The Borderless
World -1991), yang kemudian ditegaskan oleh Francis Fukuyama
dengan mengatakan sejarah sudah berakhir (The End of History
and The Last Man - 1992). Giddens menegaskan bahwa dunia
sedang mengalami masa yang mengalami perubahan sehingga

18
Benny D Setianto, SH, LLM, MIL adalah buruh pengajar Fakultas Hukum dan
Komunikasi (FHK) dan Wakil Rektor bidang Kerjasama dan Pengembangan Unika
Soegijapranata

183
bagaikan dunia yang sedang mengejar sesuatu dengan cara cepat
dan tidak pernah terbayangkan sebelumnya. Konsep-konsep sosial
tentang pengaturan masyarakat dipertanyakan lagi. Bagaimana
dunia saling terhubung dan tergantung dengan gelombang
globalisasi baru, telah menciptakan pola-pola relasi yang berbeda.
Hal-hal yang tadinya kita anggap sebagai sesuatu yang alami
menjadi tidak bisa sedemikian adanya.

Gelombang perubahan ternyata tidak berhenti sampai di situ.


Faktor globalisasi juga memungkinkan berkembangnya model
produksi yang berbeda, perkembangan teknologi yang bergerak
begitu cepat telah membuat proses produksi yang tadinya hanya
menggunakan teknologi sebatas alat atau bantuan dalam
mempercepat proses produksi ternyata telah membentuk proses
produksi itu sendiri dan kemudian membentuk juga pola relasi
antar manusia yang menggunakan teknologi itu. Saling
mempengaruhi antara teknologi yang dikembangkan dan
kehidupan manusia yang mengembangkan teknologi sekaligus
terikat dengan pengembangan itu sendiri telah membuat manusia
menyadari bahwa ada gelombang industry yang berbeda. Klaus
Schwab, pendiri dan sekaligus juga chairman eksekutif dari World
Economic Forum yang ada sejak tahun 1971, menuliskan dengan
lugas bagaimana Revolusi Industri ke-empat sudah, sedang dan
akan terjadi di dunia ini (The Fourth Industrial Revolution – 2017).

184
Karakter proses produksi (baca: Industri) berbeda karena
percampuran dengan logika fuzzi telah terjadi antara dunia digital,
fisik dan biologis ke dalam kelindan yang kadang tidak bisa
diprediksi dengan model yang telah kita kenal sebelumnya.

Gegar budaya yang merasuki ilmu sosial dengan runtuhnya


“komunisme” dan, katanya, menangnya kapitalisme, gegar industri
karena masuknya secara masif teknologi yang ada, tanpaknya
menjadi pengantar yang menggemparkan dunia karena
percepatannya menjadi bola yang tidak terkendali dengan
fenomena yang terjadi akhir-akhir ini. The Runaway World masih
berlanjut, dunia semakin kelihatan lari lebih tunggang langgang
dan tak beraturan karena munculnya Corona Virus Disease 19
(Covid-19).

Hanya kurang dari satu bulan, masyarakat Indonesia yang tadinya


tampak adem ayem, bahkan sempat muncul banyak meme, bahwa
virus corona takut masuk ke Indonesia karena ngurus ijinnya susah,
tiba-tiba harus mengubah cara berpikir dan cara bertindak dalam
menghadapi hidup sehari-harinya.

Tulisan ini secara khusus dibuat untuk merefleksikan apa yang


dialami selama kurang lebih duapuluh satu hari pertama setelah
ditetapkannya kebijakan untuk Bekerja Dari Rumah (BDR atau
Work From Home) yang terkait dengan dunia Pendidikan,
terutama kegiatan belajar mengajar secara online. Beberapa

185
kegalauan yang dirasakan, baik ketika akan memulai, awal
memulai dan setelah menjalankannya sampai kepada munculnya
rasa kenyamanan baru akan coba diungkapkan.

Teknologi yang Gagap dan Kegagapan terhadap Teknologi

Tampaknya yang seringkali muncul dalam ungkapan verbal adalah


terjadinya apa yang disebut Gagap Teknologi. Tentu saja ini
menunjukkan pada dua sebab utama, satu adalah memang
infrastruktur teknologi yang ada belum siap, sehingga yang
tergagap adalah teknologinya itu sendiri. Kedua, dan tampaknya
ini yang lebih sering terjadi, manusia yang memiliki “phobia”
terhadap teknologi yang kemudian “membatasi kepercayaannya”
(limiting belief) sehingga tidak mau membuka diri terhadapnya.

Merujuk kepada apa yang disampaikan Leonard dan Kaplan dari


Harvard Business School bahwa “Krisis Covid-19 ini berada di
luar kapasitas, sumber daya dan pengetahuan kita, sehingga tidak
ada jawaban yang pasti dan siap pakai” maka yang bisa dilakukan
adalah dengan mencoba menemukan proses yang terbaik dari
kondisi yang berubah dengan cepat, disertai ketakutan dan bahkan
kepanikan kolektif19.

19
Dari kuliah online di https://www.alumni.hbs.edu/events/Pages/crisis-
management.aspx

186
Oleh karena itu, beruntunglah jika sumber kegagapan teknologi
yang pertama sudah dapat teratasi. Ada infrastruktur yang sudah
disiapkan untuk bisa melakukan kegiatan belajar mengajar.
Terlepas dari apakah semua kebutuhan yang diperlukan sudah
dengan serta merta terpenuhi, tetapi setidaknya, kesiapan
infrastruktur lebih menjamin keberlangsungan proses belajar
mengajar dibandingkan dengan yang baru akan mulai dari awal.

Dunia agak diuntungkan karena Revolusi Industri 4.0 setidaknya


sudah mengajak manusia untuk berpikir ke arah sana. Bahkan
beberapa industri sudah berhasil membuat dan menjalankan proses
model bisnis yang benar-benar berbeda. Fenomena Uber, Gojek,
Grab, AirBnB dan perusahaan sejenis itu setidaknya membuat
manusia mulai mengenal perilaku berbeda dalam mengelola
urusan. Jika dunia industri sudah mulai mengenal dan menjalan
model bisnis baru, sebenarnya fenomena tersebut juga sudah mulai
merasuki dunia Pendidikan.

Model Universitas Terbuka yang tadinya dipandang dengan


sebelah mata, menjadi peluang baru dalam melebarkan sayap
bisnis Pendidikan. Tidak kurang dari universitas-universitas
ternama di seluruh dunia mulai menawarkan apa yang disebut
dengan platform MOOC (Massive Online Open Course), yang
membuat orang bisa mengatur sendiri pengetahuan-pengetahuan
apa yang hendak ditambahkan dalam hidupnya dengan belajar dari

187
perguruan-perguruan tinggi terbaik. Tawaran kursus singkat
sampai yang bersertifikat bahkan sampai gelar kesarjanaan pun
semakin bisa diterima. Seiring dengan meningkatnya kepercayaan
atas berbagai macam bisnis dan industri yang dilaksanakan secara
online, demikian pula semakin meningkat kepercayaan terhadap
model-model pembelajaran online tersebut.

Tentu saja, kehadiran MOOC bukannya tanpa perdebatan.


National Center for Healthcare Leadership (NCHL) di Amerika
misalnya mengatakan bahwa setidaknya ada dua golongan besar
yang membuat mutu pembelajaran layak diperhatikan. Dalam
tataran yang rendah maka ada 7 kegiatan yang bisa dilakukan yaitu
membaca, kuliah dalam kelas, kuliah melalui media, kuliah tamu,
diskusi dalam kelas dan ketersediaan modul secara online.
Sementara dalam tataran yang lebih tinggi ada 7 kegiatan lain
karena menuntut keaktifan mahasiswa yaitu Presentasi dalam
kelas, kegiatan dalam kelompok, penyelesaian kasus dalam
pembelajaran berbasis kasus, simulasi, kerja lapangan, proyek
konsultasi strategis dan pembelajaran yang reflektif. Dalam studi
tentang bagaimana efektivitas kegiatan yang lebih tinggi melalui
platform online, Rau menemukan bahwa dengan metode yang jelas

188
dan terpimpin membuat mahasiswa bisa belajar juga secara lebih
efektif, terutama untuk pengembangan individu yang terlibat20.

Dengan demikian, ketersediaan infrastruktur yang memungkinkan


adanya interaksi yang lebih intensif antara dosen dan mahasiswa
lebih mendukung kepada tercapainya tingkatan pembelajaran yang
lebih tinggi daripada infrastruktur yang hanya ditawarkan oleh
social media yang tujuan utamanya hanya sekedar melakukan chit-
chat dan bukan diskusi secara lebih mendalam, apalagi sampai
kepada presentasi bahan-bahan perkuliahan.

Betapa banyak bersliweran di platform chatting yang


mengungkapkan bahwa ketika infrastruktur belum siap maka yang
terjadi adalah bahan hanya diberikan oleh dosen tanpa penjelasan,
dibarengi dengan tugas yang banyak, juga tanpa penjelasan.
Akibatnya, gagap teknologi akibat ketidaksiapan infrastruktur
telah memunculkan sikap antipati dari mahasiswa terhadap “kuliah
online”. Di sisi lain, ketidaksiapan infrastruktur itu juga membuat
dosennya semakin tidak bisa mengembangkan inovasi model
pembelajaran sampai kepada apa yang disebut oleh NCHL sebagai
tingkatan yang lebih tinggi.

20
Rau, H, (2014) ‘Learning Style and Online Discussion Post’ in SAGE Open January-
March 2014: 1–12, DOI: 10.1177/2158244014527988 lihat di
https://doi.org/10.1177%2F2158244014527988 diakses dan diunduh tanggal 4 April 2020

189
Meski demikian, tentu saja tidak ada infrastruktur yang benar-
benar sudah siap pakai untuk menjawab segala kebutuhan yang
terjadi karena perubahan dengan cepat, berubah-ubah dan tidak ada
kepastian waktu selesainya. Untuk itu dibutuhkan upaya terus-
menerus dari Lembaga-lembaga perguruan tinggi konvensional
untuk mengembangkan sistem pembelajarannya.

Tidak mengherankan jika kemudian hal ini dimanfaatkan oleh


platform-platform pembelajaran yang menawarkan model generik
tanpa bayar tetapi juga membutuhkan biaya yang tidak sedikit jika
hendak disesuaikan dengan kebutuhan Lembaga perguruan tinggi
tersebut. Google Classroom dan Microsoft Team, adalah contoh
platform kelas yang memiliki jenis yang gratis maupun berbayar.
Meski tentu saja, mereka pun masih terus memperbaiki sistemmya
secara terus menerus, terutama setelah terjadi peningkatan
penggunaan platform mereka.

Kembali kepada apa yang disampaikan Leonard dan Kaplan,


bahwa perubahan ini memang terjadi cepat dan berubah-ubah
sehingga tidak ada sistem yang siap sepenuh-penuhnya untuk
segala kondisi yang ada. Bahkan misalnya, universitas terbuka
yang sudah terkenal dengan sistem onlinenya, tidak sepenuhnya
juga bisa diterapkan untuk kelas yang biasa offline. Pada
prakteknya mereka masih menjalankan juga pertemuan-pertemuan
secara klasikal dan juga menyelenggarakan ujian secara offline.

190
Belum lagi kalau melihat kesiapan mahasiswa universitas terbuka
dibandingkan dengan universitas konvensional, betapa
kedewasaan dan kesiapan untuk belajar mandiri juga berbeda di
antara kedua model universitas tersebut.

Hal ini membawa kepada gagap teknologi sumber kedua, yaitu


kegagapan manusia yang menggunakan teknologinya. Ketika
komputer diperkenalkan untuk membantu pekerjaan manusia,
istilah technophobia menjadi semakin popular karena ada orang
yang merasa bahwa kenyamanannya justru terganggu dengan
kehadirannya. Namun, menjadi sedikit terbalik ketika mobile
phone hadir dalam kehidupan manusia, yang berkembang
bukannya technophobia seperti pada saat kehadiran komputer
tetapi justru Nomophobia, yaitu perasaan tidak nyaman bahkan
sampai cemas justru ketika tidak bisa menggunakan mobile phone.

Fenomena ini ternyata juga ditemukan ketika keterpaksaan untuk


melakukan pembelajaran secara online harus terjadi. Di satu sisi,
terjadi perubahan dalam pemaknaan terhadap technophobia. Yang
terjadi bukan ketakutan terhadap komputer sebagai alatnya
(sebagai representasi teknologi, tetapi terhadap mekanisme baru
yang harus digunakan dengan komputer. Dalam konteks
pembelajaran online ada yang menyebutnya sebagai cyberphobia.
Ketika infrastruktur sudah disiapkan untuk terhubung dengan
mahasiswanya secara online, namun karena ada perasaan

191
technophobia dan atau cyberphobia maka sedikit saja muncul
gangguan terhadap sistem, akan memunculkan tingkat kecemasan
(kadang dimanifestasikan dengan keluhan bahkan amarah)
terhadap infrastrukturnya.

Di sisi lain, nomophobia-nya juga sudah menghinggapi tidak saja


generasi milenial yang diajar oleh dosennya, bahkan dosennya
yang mungkin generasi X, juga mengalami kedua phobia ini.
Akibatnya, dengan alasan mahasiswa lebih nyaman dengan mobile
phonenya, maka dosen memutuskan metode pembelajarannya juga
menggunakan aplikasi yang sebenarnya tidak didesain untuk
pembelajaran. Bisa jadi karena keduanya merasa bahwa
keterikatan dengan mobile phone (sekalipun bisa saja aplikasinya
sudah bisa dijalankan di komputer), mengurangi tingkat kegalauan
akan perubahan model pembelajaran ini.

Terlepas dari kondisi-kondisi yang sudah disebutkan, ternyata


pembelajaran online juga memunculkan dinamika lain ketika
interaksi virtual terjadi yang layak untuk dicermati dan pada sisi-
sisi tertentu diapresiasi.

Dinamika Pembelajaran

KANTAR, sebuah Lembaga konsultan pemasaran baru saja


mempublikasikan hasil surveynya terkait dengan kondisi Pandemik
Covid-19 di Indonesia. Ditemukan bahwa pembelajaran secara

192
online dalam kurun waktu 27 Maret – 6 April 2020 saja sudah
meningkat 16%21. Jika kemudian dibreakdown lagi, peningkatan
di kota besar lebih terlihat daripada di kota kecil yaitu 14%
berbanding 8%. Bisa diartikan bahwa suka tidak suka percepatan
untuk terjadinya Edukasi 4.0 (meminjam revolusi industri 4.0)
harus, sudah dan sedang terjadi secara cepat.

Dalam hal menghadapi situasi yang berubah dengan cepat, masif


dan “berubah-ubah” artinya kondisinya tidak hanya sekedar
berubah lalu mencapai masa “normalnya” tetapi memunculkan
normalitas baru yang setiap saat bisa berubah (seperti misalnya
anjuran awal masker hanya untuk yang sakit dan kemudian berubah
menjadi semua harus memakai masker, atau penggunaan bilik
disinfektan yang kemudian malah dilarang untuk digunakan)
membuat manusia harus memiliki sikap positif untuk
menghadapinya. Itu dinamika yang tampaknya perlu dihadapi
dengan pola pikir yang diajarkan 2300an tahun yang lalu yaitu
filsafat Stoa (ada yang menyebutnya sebagai filsafat teras). Kisah
pedagang kaya dari Siprus yang tiba-tiba kehilangan seluruh
kekayaannya, terdampar di negara asing dan kemudian belajar dari
banyak tokoh filsafat hingga kemudian menemukan pemikirannya
sendiri dan mengajarkannya (mendialogkannya) untuk secara

21
Lihat di https://www.liputan6.com/tekno/read/4220382/7-topik-percakapan-media-
sosial-tentang-covid-19-di-indonesia-menurut-riset-kantar check juga www.kantar.com
dan www.kantarworldpanel.com

193
pragmatis bisa digunakan dalam menghadapi kehidupan yang
berubah dengan cepat. Filsafat ini memfokuskan kepada apa yang
bisa dikendalikan dalam kehidupan seseorang untuk bisa
digunakan mengasah kebajikan22.

Maka, bisa terlihat dinamika, pertama, adalah ketika dosen dalam


menghadapi perubahan akibat Covid-19 ini. Ada yang kemudian
mengajukan banyak persyaratan dan tuntutan kepada organisasinya
(baca: perguruan tingginya) untuk segera melakukan tindakan.
Kecemasan yang muncul dalam dirinya dicoba untuk ditularkan
dengan berharap orang lain akan menghadapi kecemasan yang
sama sehingga mendukung gagasannya untuk menuntut pihak lain
menuruti apa yang diinginkannya terutama sebenarnya agar
kecemasan dirinya reda. Namun, alih-alih mereda, kecemasan itu
malah diperbesar karena tanpa disadari orang tersebut malah sering
mencari dan menyebarkan informasi yang menambah
kecemasannya dibandingkan mencari informasi yang meredakan
kecemasannya. Akibatnya, langkah pihak lain, terutama pihak
yang diharapkan bisa meredakan kecemasan, sekalipun sebenarnya
sudah melakukan tuntutan awal dari orang tersebut menjadi selalu
kurang, seiring dengan meningkatnya kecemasan dalam diri orang
tersebut. Selalu akan bisa menemukan kekurangan dari pihak lain

22
Untuk belajar lebih detail tentang filsafat ini dengan penuh keceriaan, silakan baca
Henry Manampiring (2019) Filosofi Teras: Filsafat Yunani-Romawi Kuno, Jakarta:
Penerbit Buku Kompas

194
untuk bisa, menurut dia, menyelesaikan masalah. Padahal yang
menjadi masalah sebenarnya adalah kecemasan pribadinya karena
memfokuskan diri pada hal-hal yang di luar kendali dirinya. Dosen
seperti ini yang masuk dalam kategori mengalami kegagapan
terhadap teknologi dan kemudian menolak menggunakannya, atau
menggunakan apa yang lebih dikenalnya untuk meredakan
kecemasan dirinya.

Tentu saja, ada juga dosen-dosen yang mampu menghadapi ini


dengan cara yang berbeda, tanggap dalam menghadapi perubahan,
tidak terlalu banyak menuntut, meski tetap memberikan masukan
bagi kelemahan sebuah sistem dalam “normalitas baru” tetapi juga
tetap fokus kepada dirinya sendiri yang bisa dikendalikan untuk
menyesuaikan diri dengan normalitas baru ini. Membeli headset
baru, mengalokasikan sebagian uang belanja untuk menambah
pembelian pulsa agar bisa memberikan kuliah online dan atau
secara serius mulai belajar terhadap sistem yang sudah disiapkan
lembaganya masing-masing.

Di luar kedua hal tersebut, variasi dari dinamika yang dialami


dosen adalah, ketika kecemasan itu melanda, maka yang dilakukan
segera mengambil jarak atasnya. Lebih memilih “meliburkan” diri
dengan situasi itu tetapi juga sekaligus melupakan tanggung
jawabnya untuk memberikan pengajaran. Dosen inilah yang
kemudian membatasi interaksi yang interaktif kepada

195
mahasiswanya, sehingga hanya memberikan tugas-tugas yang
banyak tanpa pernah “mengajar”. Tidak menuntut kepada
lembaganya untuk melakukan sesuatu, tetapi juga tidak
sepenuhnya melakukan apa yang ditetapkan sebagai normalitas
baru dalam kegiatan belajar mengajar. Dalam Bahasa Jawa ini
mungkin yang sering kali diekspresikan dengan “nggih, nggih,
namun mboten nate kepanggih” (ya, ya saja tetapi tidak pernah
melakukan apa yang di-iya-kan). Dinamika ini yang lebih susah
dipantau oleh Lembaga seberapa besar prosentasenya. Tetapi
perilaku ini bisa jadi malah yang mewarnai kegiatan belajar
mengajar online yang kemudian direspon dengan negatif oleh
mahasiswa.

Dinamika berikutnya adalah yang dialami oleh mahasiswa, setali


tiga uang dengan kecemasan yang dialami oleh dosennya, ada yang
menyikapi dengan menuntut pihak lain untuk memahami kondisi
kecemasan dirinya. Menuntut pihak kampus memberikan subsidi
terhadap kuota internet, padahal selama ini masih aktif
mengunggah gambar dan video di instagramnya. Ketika kemudian
ada kerja sama yang dijalin pihak kampus dengan provider internet
maka tuntutannya menjadi beralih ke pengurangan biaya SKS,
karena merasa butuh dibantu secara finansial. Padahal selama
Belajar Dari Rumah (baca: bukan libur), makanannya selalu
memesan dari gerai terkenal melalui online juga. Tentu saja, ada

196
memang kondisi mahasiswa yang sangat membutuhkan bantuan
karena pandemic Covid 19 ini. Tetapi kebijakan untuk kemudian
secara umum mengurangi biaya SKS malah bisa ditafsirkan
menciptakan ketidakadilan baru. Beberapa kampus lebih memilih
melakukan “seleksi” untuk memberikan bantuan kepada yang
benar-benar membutuhkan.

Dinamika mahasiswa yang memilih memfokuskan diri kepada


pemanfaatan sebaik-baiknya atas kondisi ini juga banyak
ditemukan. Perilaku generasi milenial yang multi-tasking, sangat
menemukan peluangnya untuk bisa belajar lebih banyak
dibandingkan pada saat kuliah offline. Studi dari Lepp dkk, yang
dilakukan terhadap perbandingan perilaku multi-tasking dari
mahasiswa ketika pembelajaran bersifat online dan offline
menunjukkan bahwa perilaku multi-tasking terjadi lebih baik untuk
23
studi online . Cerita dari banyak dosen yang merasakan
mahasiswa menjadi lebih aktif ketika kuliah online, baik ketika
diminta menjawab pertanyaan dosen atau kemudian diminta
mengajukan pertanyaan adalah bagian dari dinamika mahasiswa

23
Lepp, A., Barkley, JE., Karpinski, AC., dan Singh, S., (2019) “College Students’
Multitasking Behaviors in Online versus Face to Face Courses” in SAGE Open January-
March 2019: 1–9, DOI: 10.1177/2158244018824505 lihat di
https://journals.sagepub.com/doi/10.1177/2158244018824505 diakses dan diunduh tanggal
4 April 2020

197
yang mungkin karena bisa langsung mengakses sumber
pengetahuan lain secara online tanpa harus “dipantau” oleh
dosennya di dalam kelas membuat mereka bisa lebih aktif. Jawaban
yang mungkin bisa “dilirik” dari website lain yang dibuka
bersamaan dengan waktu kuliah dan keyakinan bahwa dosennya
tidak melihat pada saat dia melakukan hal itu, telah memunculkan
perasaan senang dan bangga bagi para mahasiswa untuk bisa
terlibat aktif, dan di sisi lain juga membuat dosen senang dan
bangga karena merasa lebih yakin meskipun tidak bisa melihat
secara riil apa yang dilakukan mahasiswanya tetapi toch kelasnya
diperhatikan oleh mahasiswanya.

Catatan Akhir

Dari cerita-cerita reflektif tersebut maka ingatan akan sebuah cerita


penuh motivasi menjadi menguatkan lagi pola-pola kepribadian
manusia, yaitu yang berkepribadian Wortel, Telor dan Bubuk
Kopi.

Kalau ketiga benda itu dimasukkan ke dalam Panci air yang


dijerang di atas kompor, maka perilaku ketiga benda itu akan
berbeda-beda. Wortel yang dalam kondisi mentah sangat keras
akan berubah melunak. Telor yang bagian dalamnya ketika mentah
cair akan berubah menjadi mengeras, sementara bubuk kopi justru
akan berbaur dengan air dan memberi “warna dan bau” dari air
tersebut.

198
Jika kita menganalogikan bahwa air dalam panik yang dijerang di
atas kompor ini adalah tekanan terhadap kehidupan (bisa juga
akibat Covid-19, misalnya) maka akan membuat manusia yang
seperti wortel melunak dan bahkan kemudian tidak melakukan apa-
apa terhadap keadaan ini, bersikap masa bodoh karena tidak tahan
terhadap tekanan perubahan yang cepat.

Sementara manusia berkepribadian telor, ketika mengalami


tekanan perubahan yang cepat dan berubah-ubah, mengeraskan
hatinya sehingga menunjukkan kekerasan hatinya untuk mau
berubah menyesuaikan keadaan. Yang disalahkan adalah
keadaannya dan pihak-pihak lain yang tidak mau mengerti dirinya
yang kesusahan mengalami perubahan ini.

Tetapi manusia dengan kepribadian bubuk kopi, akan dengan cepat


bisa berbaur dengan tekanan yang dirasakan dan bahwa kemudian
memberi warna dan rasa terhadap tekanan itu. Tidak kalah dari
tekanan perubahan tetapi ikut berubah untuk menjadi “tuan” atas
perubahan itu.

Jika tidak suka dengan bau dan rasa kopi, boleh juga bubuk kopi
diganti dengan daun teh atau bubuk coklat sehingga lebih pas
dengan kenyamanan masing-masing. Semoga kita bisa belajar dari
pengalaman mengajar selama era Covid-19 ini untuk bisa menjadi
orang berkepribadian bubuk kopi yang akan mewarnai peristiwa
ini. Mari kita ngopi saja.

199
Referensi:
Fukuyama, F., (1992) The End of History and the Last Man, New York: Free
Press
Giddens, A., (2000) Runaway World: How Globalization is Reshaping Our
Live, New York: Routledge
KANTAR: Covid Pulse: How are Indonesia feelings? Lihat di
https://www.liputan6.com/tekno/read/4220382/7-topik-percakapan-
media-sosial-tentang-covid-19-di-indonesia-menurut-riset-kantar juga
di www.kantar.com
Leonard dan Kaplan dalam kuliah online di
https://www.alumni.hbs.edu/events/Pages/crisis-management.aspx
diakses tanggal 4 April 2020
Lepp, A., Barkley, JE., Karpinski, AC., dan Singh, S., (2019) “College
Students’ Multitasking Behaviours in Online versus Face to Face
Courses” in SAGE Open January-March 2019: 1–9, DOI:
10.1177/2158244018824505 lihat di
https://journals.sagepub.com/doi/10.1177/2158244018824505 diakses
dan diunduh tanggal 4 April 2020
Manampiring, H., (2019) Filosofi Teras: Filsafat Yunani-Romawi Kuno,
Jakarta: Penerbit Buku Kompas
Ohmae, K., (1990) Borderless World: Power and Strategy in the Interlinked
Economy – Management Lesson in the New Logic of Global
Marketplace, New York: HarperCollins Book
Rau, H, (2014) ‘Learning Style and Online Discussion Post’ in SAGE Open
January-March 2014: 1–12, DOI: 10.1177/2158244014527988 lihat di
https://doi.org/10.1177%2F2158244014527988 diakses dan diunduh
tanggal 4 April 2020

200
15.

Ign. Dadut Setiadi24

“Dengan menggunakan metode pembelajaran online maka


karakter-karakter yang dominan dapat ditingkatkan yaitu
karakter kerja keras, kerja sama, disiplin, tanggung jawab, dan
kejujuran”

P
residen Joko Widodo telah mengumumkan dan melantik
para menteri Kabinet Indonesia Maju periode 2019-2024
pada Rabu 23 Oktober 2019. Setelah diumumkan dan
dilantik banyak tanggapan masyarakat yang mendukung, tidak
mendukung atau apatis. Apapun tanggapan orang tentang para
Menteri Kabinet Indonesia Maju yang penting adalah Presiden
Joko Widodo telah memberikan kesempatan kepada kalangan
wakil partai dan profesional untuk diajak bekerjasama dalam
memajukan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Jokowi juga
meminta para menteri untuk tidak melakukan korupsi. Sebaliknya,
para menteri diperintahkan untuk membangun sistem pencegahan
korupsi di institusi masing-masing. Mantan Wali Kota Solo dan

24
Drs. Ign. Dadut Setiadi, MM adalah Dosen Tidak Tetap Prodi Ilmu Komunikasi
Unika Soegijapranata, Anggota The Soegijapranata Institute, dan Kepala Kantor
Sekretatiat Yayasan Sandjojo

201
Gubernur DKI Jakarta itu juga melarang para menteri terjebak
rutinitas monoton. Jokowi lalu menegaskan kepada menteri kabinet
baru ini harus bekerja dengan orientasi kerja nyata serta mematuhi
visi dan misi Presiden-wakil presiden. Diantara 38 Menteri dan
pejabat setingkat menteri, muncul seorang tokoh muda Nadiem
Makarim berusia 35 tahun dan sekaligus CEO Gojek yang ditunjuk
sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan. Beberapa kalangan
tokoh baik itu dari pendidikan dan politik memberikan pandangan
yang “sinis” dan “pesimis”. Namun sedikit demi sedikit
Mendikbud kita yang baru mulai menunjukkan karakter dan
pandangannya dalam sebuah wawancara singkat setelah dilantik
oleh Presiden. Inti dalam wawancara tersebut bahwa pendidikan
teknologi termasuk pendidikan yang menggunakan model online
atau daring sangat dibutuhkan oleh masyarakat Indonesia dewasa
ini yang telah membudaya dan dikuasai oleh para anak didik yang
sering disebut anak milenial. Namun disisi lain dalam kehidupan
dewasa ini, masyarakat Indonesia juga masih membutuhkan
pendidikan karakter yang membentuk pribadi dan keutamaan
masing masing individu.

202
Pendidikan Karakter

Kalau kita melihat ke belakang tayangan video yang telah


diviralkan tentang kejadian seorang pemuda berinisial HS di depan
kantor Bawaslu, saat melakukan demontrasi 10 Mei 2019 yang
mengancam Presiden Joko Widodo dan bahkan ingin memenggal
kepala Presiden. Video yang telah viral dimedia sosial tersebut
merupakan alat bukti yang akan dijadikan sebagai barang bukti
oleh aparat keamanan untuk menyelidiki pemuda HS sebagai
tersangka yang mengancam keselamatan Presiden. HS seorang
pemuda yang baru berusia 25 tahun merupakan bukti nyata ternyata
masih ada orang muda yang berpikir, bertindak dan bersikap secara
biadab. Kalau kita tarik kebelakang banyak hal yang menyebabkan
dan mengakibatkan pemuda HS bertindak seakan-akan seperti
orang yang biadab, padahal kalau menurut pengakuan saat
ditangkap dia mengatakan faktor emosional dan terprovokasi oleh
beberapa orang dan kelompoknya. Salah satu dari penyebab
tindakan yang tidak sesuai dengan unsur kemanusiaan tersebut
salah satunya adalah gagalnya pendidikan karakter. Walaupun
sebenarnya pendidikan karakter bukan satu satunya yang dapat
dijadikan kambing hitam kesalahan. Pendidikan karakter
merupakan sistem pendidikan yang menanamkan nilai-nilai
budaya bangsa dengan aspek pengetahuan (cognitive),sikap
perasaan (affective feeling), dan tindakan terhadap Tuhan Yang
Maha Esa, diri sendiri, masyarakat dan bangsanya (Afandi, 2011).
203
Hal ini sesuai dengan Undang-Undang No. 20 tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional yang merumuskan fungsi dan tujuan
dari pendidikan nasional. Secara sederhana, pendidikan karakter
bisa disimpulkan sebagai suatu usaha yang dilakukan untuk
mempengaruhi karakter peserta didik. Fungsi dari pendidikan
karakter adalah mengembangkan potensi dasar seorang anak agar
memiliki hati yang baik, perilaku, dan pikiran yang baik.
Pendidikan karakter dapat dilakukan bukan hanya dari bangku
sekolah, melainkan dari berbagai media antara lain keluarga,
lingkungan, bahkan teknologi. Video game yang terpasang di
smartphone merupakan salah satu bagian dari teknologi yang bisa
dimanfaatkan untuk mengembangkan pendidikan karakter.
Pemilihan game sebagai media pembelajaran merupakan cara yang
efektif karena kebanyakan remaja senang bermain game. Tujuan
pendidikan karakter adalah untuk membentuk bangsa yang
tangguh, bermoral, memiliki toleransi, berakhlak mulia, bekerja
sama, atau saling gotong-royong antar sesama.
Sikap dan tindakan manusiawi dapat dikembangkan dan
dilestarikan melalui model dan sistem yang diwujudkan dalam
pendidikan karakter atau kepribadian. Dalam proses pendidikan,
hal pertama yang harus ditekankan adalah mengedepankan pada
menghargai hakekat manusia sangatlah diharapkan dapat diajarkan
sejak muda, meminjam istilah Romo Drijarkara, SJ adalah
Memanusiakan Manusia. Hal ini haruslah dilaksanakan sejak

204
pendidikan dalam keluarga bagaimana kita membekali kehidupan
agama para orang muda. Dan kita sebagai orang yang lebih dewasa
haruslah memberikan contoh bagaimana kita menjalankan
kehidupan agama dengan tindakan-tindakan yang nyata bukan
pada teori-teori saja. Kedua, proses pendidikan yang mengarah
pada sikap positif maksudnya adalah dalam pikiran manusia harus
selalu ditanamkan sikap positif jadi selalu memikirkan hal-hal yang
baik saling menghargai, membantu, melayani, dan lain-lain. Ketiga
adalah pendidikan religiusitas karena dalam pendidikan itu selalu
mengedepankan tentang penyadaran dalam diri dan perilaku
manusia yang sempurna sebagai ciptaan Tuhan dalam menghadapi
kehidupan masyarakat yang heterogen dan kompleks.
Permasalahan tersebut dapat dilakukan dengan pembenahan sistem
pendidikan di Indonesia yang mengedepankan pada pendidikan
yang mengandung unsur humanisme yang mengedepankan nilai
dan kedudukan manusia serta menjadikannya sebagai kriteria
dalam segala hal. Dewasa ini perkembangan teknologi sangatlah
mempengaruhi sikap hidup manusia namun sebenarnya bukan
terletak pada perkembangan teknologi yang pesat tetapi pada
manusia yang menggunakannya. Teknologi bisa menjadi alat untuk
berkomunikasi yang menimbulkan provokasi negatif atau
teknologi dapat digunakan sarana komunikasi menyebarkan
kedamaian dan kesukacitaan dalam menyebarkan informasi hal hal
yang baik dalam menjaga nilai dan sikap serta perilaku manusia

205
sebagai ciptaan Tuhan yang paling sempurna. Terhadap generasi
muda sebaiknya kita selalu memberikan contoh dengan karya nyata
bukan mengajarkan teori-teori saja. Karena dengan karya nyata
atau biasa disebut Dialog Karya sangatlah nyata dan membekas
dalam benak pikiran orang-orang muda baik dalam lingkungan
keluarga, sekolah, tempat kerja dan masyarakat.
Pendidikan karakter dapat dilakukan dengan lebih menambahkan
porsi pelajaran Pendidikan Pancasila, sejarah, budi pekerti, agama
secara nasional dan kontekstual khususnya bagi siswa SD sampai
SMA. Sedangkan para mahasiswa harus dijauhkan dari faham-
faham ancaman dogma radikalisme agama dan perilaku
deskriminatif dari segala bentuk SARA. Kita semua wajib
mendukung rencana Presiden Joko Widodo yang akan berfokus
pada pembenahan sumber daya manusia Indonesia yang utamanya
akan melewati jalur pendidikan baik pendidikan dasar, pendidikan
menengah dan pendidikan tinggi.

Pembelajaran Daring

Bulan Maret 2020 bangsa Indonesia mengalami pandemi wabah


virus Corona (Covid-19), ini berakibat seluruh sektor baik
kesehatan, ekonomi dan sosial terkena dampaknya. Bidang
pendidikanpun tak luput juga dengan terkena dampaknya dari
mulai tingkat Sekolah Dasar sampai Perguruan Tinggi dimana
pemerintah memutuskan dengan melakukan pembelajaran dari

206
rumah (Learn From Home) dan khusus para mahasiswa melakukan
kuliah daring (dalam jaringan) atau kuliah online. Banyak
perguruan tinggi yang sudah maju dalam teknologinya
menawarkan beberapa aplikasi yang telah disiapkan sejak lama.
Hal ini ternyata berdampak bahwa mahasiswa dan dosen dipaksa
belajar dan menguasai metode kuliah pembelajaran daring dalam
waktu yang singkat. Kemudian yang menjadi pertanyaan
mendasar, bagaimana hanya dalam waktu yang singkat dapat
mengembangkan pendidikan karakter dengan melalui
pembelajaran metode daring atau online tersebut?
Model pembelajaran pendidikan karakter berbasis teknologi seperti
kuliah daring atau online dapat diaplikasikan dengan tujuan
meningkatkan keterampilan mahasiswa dalam hubungannya
dengan teman sebaya dan meningkatkan kemampuan penggunaan
Informasi Teknologi dalam hal ini dengan terlibat dalam
pembuatan video dan mempresentasikannya di hadapan mahasiswa
lainnya. Selain itu model ini juga dapat mengevaluasi kemampuan
mahasiswa dalam berpendapat melalui presentasi kelompoknya.
Dampak dari pendidikan karakter dengan menggunakan model
perkuliahan daring atau online tersebut dapat dilihat
keberhasilannya dengan mengamati dari perubahan perilaku atau
karakter mahasiswa antara lain; Yang pertama aktualisasi diri
mahasiswa yang memiliki karakter yang mandiri yang kuat dalam
kelompok yang berbasis pada media pembelajaran online, hal ini

207
dapat diamati perubahan perilaku mahasiswa ketika kuliah tatap
muka jarang bertanya namun ketika kuliah daring atau online
banyak pertanyaaan yang dikemukakan. Ini merupakan sebuah
contoh nyata mahasiswa ingin menunjukkan eksistensinya. Kedua,
Kemandirian dalam belajar dalam model online secara positif dan
berbagi ilmu dan pengalaman yang menunjukkan karakter yang
santun ini bisa kita cermati di era millennial, sikap santun dapat
dilakukan saat menggunakan media sosial. Salah satu contohnya
adalah tidak menyebarkan berita hoax atau palsu yang dapat
mengakibatkan kerugian terhadap orang lain. Perlu pengkajian
lebih mendalam sebelum meneruskan berita yang akan dibagi ke
jaringan media sosial yang dimiliki. Komentar di media sosial yang
mengandung sara dan mengganggu orang lain hendaknya tidak
dilakukan agar tidak menimbulkan perpecahan masyarakat. Ketiga,
Memotivasi diri untuk bekerja dan belajar serta mengembangkan
keterampilan kolaboratif bersama teman kelompok dan teman
sebaya melalui media sosial yang mencerminkan karakter sosial
dan solidaritas. Keempat, membina hubungan dengan orang lain
yang berbeda dalam komunitas kelompok untuk mencapai tujuan
pembelajaran pendidikan karakter yang bertujuan menjadikan
kepentingan kelompok dan kepentingan pribadi harus saling
mendukung.

208
Kita semua berharap tentunya dengan semakin ditemukannya dan
dikuasainya teknologi dalam pembelajaran tidak menghilangkan
hakekat dari tujuan pendidikan karakter. Namun kita semua
berharap model pembelajaran daring atau online ini semakin
menjadi sarana dalam menemukan dan menumbuh kembangkan
karakter subyek didik (siswa dan mahasiswa) serta memampukan
para pendidik dalam menguasai teknologi sebagai model
pembelajaran dewasa ini bagi para anak didik yang milenial.
Karena dengan menggunakan metode pembelajaran online ini
maka karakter-karakter yang dominan dapat ditingkatkan yaitu
karakter kerja keras, kerjasama, disiplin, tanggung jawab, dan
kejujuran. Untuk mempercepat pemahaman, dan tindakan yang
berkarakter pada mahasiswa maka dalam proses pembelajaran
daring perlu menguasai dengan berbasis teknologi informasi misal
media sosial. Karena media sosial bukan hanya sarana melainkan
sebuah proses kehidupan masyarakat milineal di mana
pengetahuan, kreativitas, dan berpikir kritis ada tersedia di dalam
media sosial.
Kita semua berharap jika semua unsur baik itu pemerintah,
lembaga pendidikan dan masyarakat bersatu padu melaksanakan
pendidikan bagi anak-anak muda kita secara menyeluruh dan
berkelanjutan dengan mengedepankan ciri ciri pendidikan
humanisme (humanism education) tanpa mengesampingkan
pendidikan teknologis (technologies education) dengan secara

209
integrasi, niscaya tujuan pendidikan karakter melalui pembelajaran
daring atau online menjadi sebuah kebutuhan dewasa ini dalam
melakukan pendekatan dan mengenalkan sebuah metode
pembelajaran yang rasional kepada generasi milenial.

-Ω-

210
16.

Meiliana25
“Saatnya pendidikan diarahkan untuk membentuk manusia yang
cerdas dalam belajar.”
“Dosen perlu menyadari bahwa konten yang diberikan tidak
perlu sebanyak materi untuk tatap muka di kelas. Berikan
kebebasan kepada mahasiswa untuk melatih kemampuan belajar
mandiri.”

S
aat ini, umat manusia dikejutkan oleh Covid-19 outbreak
yang sukses menyebabkan disrupsi di segala aspek
kehidupan, termasuk di bidang pendidikan. Anjuran
Organisasi Kesehatan Dunia dan pemerintah Indonesia kepada
masyarakat untuk melakukan physical distancing sangat penting
untuk diikuti guna mencegah penyebaran virus yang lebih luas.
Kebijakan physical distancing ini berdampak pada proses belajar-
mengajar di universitas. Tatap muka antara dosen dan mahasiswa
tidak dapat lagi dilakukan sampai batas waktu yang tidak tentu.
Walau demikian, umat manusia tidak habis akal. Proses belajar
mengajar jarak jauh sebenarnya sudah lama dikembangkan,

25
Meiliana, S.Gz., MS adalah Sekprodi Magister Teknologi Pangan dan dosen Fakultas
Teknologi Pertanian Unika Soegijapranata

211
sehingga physical distancing di jaman sekarang tidak harus
menjadi penghambat seseorang menempuh pendidikan.
Sejak tahun 1960an, salah satu universitas di Amerika Serikat telah
membuat desain belajar jarak jauh (distance learning) dengan
menyiapkan materi pembelajaran dalam sistem intranet sehingga
mahasiswa dapat mengakses semua materi perkuliahan dan
rekaman kuliah. Ada banyak perkembangan metode belajar yang
dibuat setelah itu. Kemajuan teknologi informasi memperbesar
peluang manusia untuk belajar tanpa harus hadir secara fisik di
ruang kelas. edX adalah salah satu contoh platform belajar daring
(online learning) yang menyediakan banyak mata kuliah dari
berbagai universitas ternama di seluruh dunia. Para pengajar dan
pelajar memiliki kesempatan yang lebih luas untuk menyebarkan
dan menambah pengetahuan tanpa batasan wilayah. Salah satu
contoh public figure yang sukses belajar daring adalah Brian
Imanuel, rapper asal Indonesia yang meraih sukses melalui lagu
“Dat $tick” di channel YouTube-nya. Dia menjalani home
schooling dan belajar Bahasa Inggris dengan internet dan
YouTube. Bahasa Inggrisnya sangat bagus sampai-sampai dia
disangka asli dari Amerika Serikat.
Meskipun belajar daring sangat bermanfaat bagi kelompok
tertentu, metode ini juga memiliki kekurangan. Situasi di mana
tatap muka di kelas tidak memungkinkan tentunya tidak
mengenakkan bagi beberapa dosen dan mahasiswa yang tidak

212
terbiasa dengan belajar jarak jauh maupun belajar daring. Mereka
dipaksa oleh situasi untuk keluar dari zona nyaman pertemuan fisik
dalam proses edukasi. Pemahaman mengenai kecerdasan jamak
dan belajar mandiri sebagai salah satu sudut pandang terhadap
proses pembelajaran, serta keterbukaan terhadap perubahan
diperlukan oleh pihak dosen dan mahasiswa sehingga tujuan
pembelajaran dapat dicapai.

Kecerdasan Jamak (Multiple Intelligences)

Tidak hanya menyediakan kesuksesan akademik, pengajar


diharapkan dapat memberikan pengalaman belajar yang
menyenangkan bagi pelajar. Belajar daring harusnya dapat
mencapai kedua hal tersebut. Kenyataannya, belajar daring sempat
dirasakan kurang memberikan pengalaman belajar yang
menyenangkan bila dibandingkan dengan belajar dengan tatap
muka di kelas (Summers, Waigandt, & Whittaker, 2005). Aplikasi
kecerdasan jamak dalam strategi dan perencanaan pembelajaran
yang disusun oleh dosen merupakan salah satu faktor yang
memegang peranan penting dalam tercapainya kesuksesan
akademik melalui pengalaman belajar yang menyenangkan (Riha
& Robles-Piña, 2009).
Teori mengenai kecerdasan jamak dikembangkan oleh Howard
Gardner sejak tahun 1983. Kecerdasan diperlukan seseorang untuk
dapat memecahkan suatu masalah dan menghasilkan produk yang

213
bermanfaat bagi kehidupan. Paling tidak ada delapan jenis
kecerdasan, yaitu kecerdasan verbal-linguistik, logis matematis,
visual-spasial, kinestetik, musik, intrapribadi, antarpribadi, dan
naturalis (Gardner, 2011). Beberapa kecerdasan yang dimiliki oleh
seorang individu mempengaruhi cara belajar dan interaksi dengan
diri dan lingkungan. Setiap orang belajar dengan cara yang
berbeda-beda. Misalnya, seseorang dengan kecerdasan verbal-
linguistik yang tinggi memiliki kemampuan untuk belajar berbagai
macam bahasa atau menggunakan bahasa untuk memanipulasi
lingkungan di sekitarnya, sedangkan seseorang dengan kecerdasan
kinestetik yang tinggi mampu menggunakan mentalnya untuk
mengendalikan dan menyelaraskan gerakan-gerakan tubuhnya.
Pada proses belajar daring, dosen dan mahasiswa memiliki
tanggung jawab yang sama besar untuk mencapai tujuan
pembelajaran. Dosen bertanggung jawab menyusun materi kuliah
dengan berbagai macam metode sehingga materi dapat
tersampaikan pada mahasiswa dengan berbagai kecerdasan
dominan. Oleh karena itu, investasi waktu dan tenaga sangat
diperlukan untuk menyajikan kurikulum tradisional ke dalam
perkuliahan daring. Mahasiswa dengan kecerdasan dominan
visual/verbal mungkin dapat menikmati perkuliahan daring karena
perkuliahan daring banyak menyajikan materi dalam tulisan.
Mereka yang kuat pada kecerdasan linguistik dan lemah pada
kecerdasan interpersonal dapat mengerjakan tugas tertulis dengan

214
baik tanpa gangguan tekanan interaksi sosial. Namun, mahasiswa
yang sangat menikmati tatap muka di kelas didorong untuk
mengembangkan kecerdasan yang kurang dominan untuk
memenuhi tuntutan mata kuliah dengan metode daring serta
melatih manajemen waktu.

Belajar Mandiri (Self-directed Learning)

Perubahan situasi belajar dapat mempengaruhi mood belajar


mahasiswa. Sekalipun perkuliahan daring disusun berdasarkan
kurikulum tradisional yang telah disiapkan oleh dosen untuk
disajikan melalui tatap muka di kelas, mempertahankan motivasi
belajar mahasiswa menjadi tantangan yang berat. Positifnya,
situasi ini dapat digunakan sebagai kesempatan untuk melatih
mahasiswa mengarahkan diri secara mandiri dalam proses belajar
mengajar. Kemampuan belajar mandiri akan berguna di dunia kerja
karena setiap individu akan tetap perlu belajar tanpa tuntunan dari
institusi pendidikan. Selain itu, mahasiswa dapat belajar dengan
lebih efisien karena belajar mandiri membentuk retensi memori
materi pembelajaran yang lebih baik.
Efek perkuliahan daring terhadap metode belajar mandiri dapat
dilihat dari tiga area, yaitu perencanaan, pemantauan, dan penilaian
(Song & Hill, 2007). Pada area perencanaan, perkuliahan daring
memungkinkan mahasiswa untuk secara fleksibel belajar sesuai
kecepatan masing-masing. Mereka dapat memilih tempat (dan

215
waktu) yang nyaman untuk belajar. Kegiatan pemantauan menjadi
tantangan karena mahasiswa bertanggung jawab untuk
menentukan sendiri apakah mereka sudah memahami materi
dengan baik. Dosen tidak bisa melakukan observasi terhadap
bahasa tubuh mahasiswa, seperti apakah mahasiswa
memperhatikan atau berpartisipasi aktif di aktivitas kelas, yang
dengan mudah dapat dilakukan pada tatap muka di kelas.
Tantangan perkuliahan daring juga ditemukan pada area penilaian
atau evaluasi. Dibandingkan perkuliahan dengan tatap muka di
kelas, perkuliahan daring memerlukan beban kerja dosen yang
lebih besar dan waktu yang lebih banyak untuk menyampaikan
materi perkuliahan. Dengan beban kerja yang lebih besar ini,
sangat sulit bagi dosen untuk membalas setiap pesan atau
pertanyaan mahasiswa di forum perkuliahan daring. Tidak dapat
dihindari, akhirnya mahasiswa akan saling memberikan komentar,
saran, dan jawaban di forum tersebut. Namun, seringkali
mahasiswa mempertanyakan kevalidan pengetahuan sesama
mahasiswa. Melalui perkuliahan daring, mahasiswa dilatih untuk
bisa melakukan peer assessment dan menilai diri sendiri.

Keterbukaan terhadap Perubahan (Open Mindedness)

Keterbukaan terhadap perubahan dari kedua belah pihak menjadi


kunci kesuksesan perkuliahan daring di masa sekarang. Meski
terkesan berat, konsep ini dapat berdampak positif terhadap

216
pemahaman materi dan perkembangan kemampuan belajar mandiri
mahasiswa. Dosen kembali diingatkan bahwa mahasiswa memiliki
jenis kecerdasan yang berbeda-beda dan diharapkan dapat
menggali kreativitas dalam melakukan proses edukasi berdasarkan
pengetahuannya akan kecerdasan jamak. Perkuliahan daring
memungkinkan penyampaian materi dan penilaian yang dapat
mengakomodasi berbagai jenis kecerdasan tersebut. Mahasiswa
diharapkan untuk bertanggung jawab terhadap perencanaan,
pemantauan, dan penilaian pada mata kuliah yang mereka ambil.
Dengan mengetahui tujuan dari mata kuliah tersebut, mahasiswa
dapat menyusun strategi belajar masing-masing.
Apa yang dapat dilakukan untuk menjaga semangat belajar dan
mengajar kuliah daring?
Dosen perlu menyadari bahwa konten yang diberikan tidak perlu
sebanyak materi untuk tatap muka di kelas. Prioritaskan informasi
yang diberikan dan sediakan kesempatan pada mahasiswa untuk
mencernanya. Berikan kebebasan kepada mahasiswa untuk melatih
kemampuan belajar mandiri. Sebagai fasilitator, dosen adalah
tempat mahasiswa menanyakan hal yang tidak dimengerti dan
memperoleh klarifikasi terhadap informasi yang membingungkan.
Dosen bukan satu-satunya pemberi informasi sehingga tidak perlu
memaksakan diri untuk menyediakan konten sebanyak mungkin.
Akan tetapi, sajikanlah konten ringkas tersebut dalam balutan
media yang menarik. Dengan demikian, mereka akan mendapatkan

217
pengalaman belajar yang berkesan dan memperoleh retensi
memori belajar yang lebih baik dibandingkan tatap muka di kelas.
Mahasiswa, inilah kesempatan kalian untuk memegang kontrol
terhadap proses belajar. Lakukan eksplorasi sumber-sumber
informasi yang menyenangkan, seperti infografis dan videografis
yang bisa didapatkan dari platform gambar atau video daring.
Tidak bisa dipungkiri bahwa informasi dari infografis dan
videografis lebih menarik daripada membaca artikel-artikel dari
jurnal penelitian. Gambar, warna, gerakan visual, dan musik dapat
memberikan kesegaran bagi mata dan otak di sela-sela bacaan
ilmiah yang disampaikan hanya dengan huruf dan angka. Namun,
seorang akademisi dituntut mampu menelaah laporan ilmiah untuk
menarik sebuah kesimpulan. Oleh karena itu, latihlah kemampuan
berpikir kritis kalian dengan memilah-milah referensi yang
menarik tersebut. Manfaatkanlah kesempatan yang diberikan
dosen di forum daring untuk berdiskusi mengenai informasi yang
kalian dapatkan dari sumber-sumber tersebut.
Akhirnya, diskusi dan komunikasi mengenai perkuliahan daring
penting untuk terus dilakukan. Saling memotivasi, mencari sisi
positif kuliah daring, dan meminimalkan hambatan yang ditemui
di kuliah daring harus menjadi semangat dosen dan mahasiswa
guna mencapai tujuan pembelajaran. Bagaimanapun, absennya
tatap muka secara langsung tidak menghapuskan peran dosen
sebagai pembimbing mahasiswa dalam belajar. Dosen seyogyanya

218
berusaha menjaga motivasi belajar mahasiswa dan memberikan
umpan balik terhadap kemajuan dan perkembangan proses belajar
mereka. Saya percaya, kerja sama dosen dan mahasiswa untuk
memberikan usaha maksimal di kondisi yang tidak ideal ini akan
memberikan dampak positif luar biasa terhadap kesuksesan
akademik dan pengalaman belajar yang menyenangkan bagi
mahasiswa.

Referensi
Summers, J. J., Waigandt, A., & Whittaker, T. A. (2005). A comparison of
student achievement and satisfaction in an online versus a traditional
face-to-face statistics class. Innovative Higher Education, 29(3), 233-
250.
Riha, M., & Robles-Piña, R. A. (2009). The influence of multiple intelligence
theory on web-based learning. MERLOT Journal of Online Learning
and Teaching, 5(1), 97-103.
Gardner, H. (2011). Frames of mind: The theory of multiple intelligences.
Hachette Uk.
Song, L., & Hill, J. R. (2007). A conceptual model for understanding self-
directed learning in online environments. Journal of Interactive Online
Learning, 6(1), 27-42.

219
Catatan:
Beberapa tips ringkas kuliah daring yang menarik dan
menyenangkan bagi dosen (Lee, 2020):
1. Rekam video pengajaran, jangan streaming
Tak sedikit mahasiswa yang memiliki kendala dengan akses
internet, sehingga mereka mungkin akan melewatkan kuliah
streaming. Rekamlah video pengajaran dan kirimkan
tautannya kepada mahasiswa agar mereka dapat lebih
leluasa menonton video tersebut pada waktu dan tempat
yang pas.
2. Tampilkan wajah
Video pengajaran yang menampilkan wajah dosen akan
lebih efektif dalam menyampaikan informasi kepada
mahasiswa daripada sekedar narasi informasi.
3. Pastikan video pengajaran berdurasi pendek
Video pengajaran lebih dari 15 menit dapat menyebabkan
mahasiswa kesulitan mengunduh video dan mengalami
distraksi saat belajar. Akan lebih baik bagi dosen untuk
merekam dua atau tiga video berdurasi pendek.
4. Cek materi pengajaran
Sebelum merekam video pengajaran, pastikan materi dapat
terbaca dengan baik dari smartphone maupun laptop.
5. Cerdas menggunakan referensi yang sudah ada

220
Tidaklah realistis bagi dosen untuk dapat menghasilkan
video pengajaran berkualitas tinggi dalam waktu yang
singkat di masa sulit seperti saat ini. Dosen dapat
menggunakan sumber-sumber pembelajaran daring yang
telah dikembangkan pihak lain untuk mendukung video
pengajaran pribadi.
6. Pastikan semua materi dapat diakses
Gunakan referensi yang bersifat open access untuk
menghindari luapan pertanyaan dan keluhan dari mahasiswa
mengenai akses referensi tersebut. Luangkan waktu lebih
dengan hati-hati untuk mendapatkan referensi yang dapat
dengan mudah diakses oleh mahasiswa.
7. Sediakan instruksi spesifik
Ketika video pengajaran berjalan lebih dari 15 menit,
mahasiswa akan mengalami kejenuhan dan mungkin tidak
melanjutkan video tersebut. Dosen dapat memberikan
informasi bagian penting dari video (misalnya, bagian mulai
13:35 hingga 16:28) agar mahasiswa menjadi lebih
penasaran. Ketika dosen menggunakan lebih dari dua
sumber informasi untuk tiap topik perkuliahan, beri label
dan urutkan sumber-sumber tersebut sesuai dengan yang
dosen harapkan mahasiswa baca. Urutan tingkat kesulitan
maupun kepentingan sumber informasi akan sangat
bermanfaat bagi mahasiswa.

221
8. Sediakan aktivitas interaktif
Hamper semua sistem manajemen pembelajaran, seperti
Moodle, Edmodo, dan Blackboard, menyediakan
serangkaian fitur untuk membuat aktivitas interaktif, seperti
kuis dan forum diskusi. Manfaatkanlah fitur-fitur tersebut.
9. Tetapkan ekspektasi yang masuk akal
Ketika dosen menggunakan aktivitas kuis, pastikan semua
jawaban dapat diperoleh dari sumber-sumber informasi yang
telah diberikan. Ketika dosen meminta mahasiswa untuk
membuat esai atau meringkas isi video pengajaran, jelaskan
secara lugas proporsi beban tugas tersebut. Tugas wajib yang
tidak terlalu berat akan memberikan hasil dan respon yang
baik dari mahasiswa. Kuis yang berisi 10-15 pertanyaan dan
tugas esai sebanyak 300 kata cukup untuk memberikan
aktivitas belajar selama 30 menit.
10. Gunakan fitur otomatis untuk menilai tugas dan merekam
presensi mahasiswa
Dengan menggunakan kuis sebagai bukti kehadiran, dosen
dapat mempertahankan dan meningkatkan kehadiran
mahasiswa di perkuliahan online. Dosen perlu menggunakan
waktunya secara cerdas, sehingga gunakanlah fitur penilaian
kuis otomatis yang tersedia di sistem manejemen
pembelajaran.
11. Gunakan forum diskusi dengan bijak

222
Forum diskusi sebaiknya tidak digunakan sebagai media
pengajaran langsung. Sebaliknya, pasanglah jam kantor
virtual menggunakan alat konferensi video, seperti Zoom,
Google Meeting, atau Team Viewer. Luangkan waktu pada
jam tersebut dan tunggu mahasiswa hadir untuk bertanya
atau berpendapat. Fokuslah untuk menyediakan dukungan
sosial dan moral bagi mahasiswa serta mengecek masalah-
masalah perkuliahan yang perlu segera diatasi. Kesempatan
ini juga dapat digunakan untuk mendapatkan umpan balik
dari mahasiswa mengenai kuliah daring. Ciptakan
pertemuan yang rileks dan bersifat opsional. Tidak perlu
kecewa jika tidak ada mahasiswa yang hadir pada jam
tersebut. Mahasiswa sudah senang mengetahui bahwa
mereka punya kesempatan untuk bertanya dan berdiskusi
secara daring dengan dosen.
12. Berikan kontrol pada mahasiswa
Dosen dapat memasang fitur forum kelompok kecil di kelas
daring dan meminta mahasiswa untuk berdiskusi secara
mandiri terlebih dahulu sebelum bertanya kepada dosen.
Dukung mahasiswa untuk menggunakan alat komunikasi
yang lebih disukai. Dengan demikian, mahasiswa merasa
didukung secara sosial dan dosen dapat mengurangi beban
membalas pesan pribadi.
13. Jangan tutupi perasaan

223
Tidak semua dosen terbiasa dan fasih menyusun perkuliahan
daring. Keterbukaan emosi dan perasaan dosen kepada
mahasiswa adalah strategi yang baik untuk mengerti satu
sama lain. Sampaikan kepada mahasiswa bahwa ini adalah
pertama kalinya bagi dosen mengadakan perkuliahan online
dan dosen pun masih belajar sembari mengajar. Sampaikan
secara jujur bahwa dosen pun meminta bantuan dari
mahasiswa dan bahwa dosen mengusahakan yang terbaik
untuk mendukung proses belajar mahasiswa. Dengan
demikian, mahasiswa merasa simpatik karena dosen dan
mahasiwa saling berbagi perasaan yang sama di masa yang
sulit ini.
14. Ulangi
Mahasiswa perkuliahan daring kurang menyukai perubahan
yang terlampau sering dalam aktivitas belajar secara daring.
Begitu dosen mendapatkan gaya mengajar daring yang pas,
jangan ragu untuk melakukan gaya yang sama setiap
minggunya hingga sistem perkuliahan kembali seperti
semula.

Referensi:
Lee, K. (2020, March 17). Coronavirus: 14 simple tips for better online
teaching. Retrieved from https://theconversation.com/coronavirus-14-
simple-tips-for-better-online-teaching-133573

224
17.

Albertus Dwiyoga Widiantoro26

“E-learning dapat disampaikan dengan cara sinkron dan


asinkron.”

S
trategi kuliah daring adalah cara-cara yang akan dipilih
dan digunakan dosen untuk menyampaikan materi
pembelajaran guna memudahkan mahasiswa menerima
dan memahami materi dengan menggunakan teknologi internet.
Dengan cara tersebut mahasiswa dapat menguasai dengan kriteria
tuntas. Di dalam kuliah daring menggunakan metode pembelajaran
untuk mencapai tujuan pembelajaran tersebut. Metode
pembelajaran berisi tahapan tertentu dimana diharapkan dapat
menarik minat mahasiswa untuk terus mengikuti pelajarannya dan
diimplementasikan dengan menggunakan video conference,
sebagai bagian dari pembelajaran berbasis e-learning.
Dalam sistem pembelajaran berbasis e-learning terdapat tujuh
dimensi dianggap signifikan yaitu: 1) kepuasan dengan pengajar;
2) teknologi; 3) manajemen; 4) personil di berbagai lokasi; 5)

26
Albertus Dwiyoga Widiantoro, S.Kom, M.Kom adalah dosen dan Ketua Program
Studi Sistem Informasi Unika Soegijapranata

225
ketepatan pengiriman materi; 6) layanan dukungan; dan 7)
interaksi di luar kelas dengan pengajar.
E-learning dapat disampaikan dengan cara sinkron dan asinkron.
Dalam komunikasi e-learning asinkron peserta tidak dapat secara
real-time melakukan komunikasi dengan pengajar. Komunikasi
kedua belah pihak terdapat tenggang waktu. Sebagai contoh
komunikasi asinkron menggunakan media CD/DVD, kaset video,
email, upload, dan download berkas dalam teknologi cloud atau
sistem tertentu yang telah disediakan.
Sementara e-learning sinkron pengajar dan mahasiswa melakukan
komunikasi bertatap muka sercara virtual, secara real-time.
Mahasiswa dapat melakukan diskusi secara real-time. Komunikasi
sinkron dalam perkuliahan, mahasiswa dengan menggunakan
video maupun forum diskusi dapat dilakukan menggunakan PC,
laptop, tablet, dan perangkat seluler.
Perguruan tinggi yang saat ini telah mengimplementasikan sistem
web-conferencing atau video conference meskipun secara terbatas.
Namun dengan kondisi wabah Covid-19 ini perguruan tinggi mau
tidak mau suka tidak suka harus mengimplementasikan model
pengajaran berbasis video conference. Saat ini video conference
yang sangat berkembang adalah berbasis web atau dikenal dengan
web conference.
Istilah web conference menurut Wikipedia adalah sistem untuk
melakukan pertemuan langsung antara dua atau lebih peserta dari

226
berbagai lokasi melalui internet. Sistem ini dapat berupa aplikasi
berbasis web di mana para peserta menghadiri pertemuan dengan
mengklik situs web pertemuan yang sudah disiapkan atau dapat
berupa unduhan yang diperlukan perangkat lunak.
Menurut Cisco, video conference adalah bagian dari teknologi
panggilan berbasis web, di mana pengguna melakukan panggilan
melalui web browser, komputer desktop, telepon seluler, atau
perangkat video. Pengguna dapat pengiriman video langsung dan
saling melakukan interaksi visual.
Layanan Vicon yang berbasis web hanya cukup membuka tautan
website layanan tersebut, dimana kita tidak perlu melakukan
instalasi di komputer atau laptop kita. Sementara yang berbasis
desktop kita harus mengunduh dan melakukan instalasi di laptop
atau komputer kita.
Saat ini teknologi video conference sudah mencapai tingkat
stabilitas, kegunaan, dan keterjangkauan yang matang, dimana
memungkinkan penggunaan mengimplementasikan dalam
skenario pengajaran nyata. Teknologi ini mampu menciptakan
lingkungan buatan namun dari sisi hasilnya mungkin tidak dapat
digeneralisasikan karena pelaksanaannya masih tetap tergantung
pada pengajarnya.
Mengapa menggunakan Vicon? Vicon dapat digunakan untuk
memfasilitasi pengajaran tatap muka jarak jauh. Pembelajaran
jarak jauh biasanya terkait keterbatasan ruang dan jarak, sehingga

227
dengan Vicon lebih banyak peserta yang mengikuti meskipun jarak
jauh. Teknologi ini telah mendukung dua arah, di mana dapat
melakukan diskusi bersama, chating, dan video secara bersama.
Vicon menyediakan sarana untuk mengarahkan mahasiswa dan
dosen dalam satu pusat yang sama secara virtual. Dosen dapat
menerapkan seperti balajar konvensional yaitu melakukan
presentasi dan memberi mahasiswa lebih banyak tanggung jawab
untuk pembelajaran yaitu bekerja dalam kelompok, menyelesaikan
tugas, dan diskusi. Perkembangan terkini dalam vicon adalah
penggunaan HTML5 dan teknologi kompresi video sehingga
penggunaan bandwidth relatif rendah dengan menggunakan
berbagai format tampilan.

Layanan Video Conference

Layanan yang mendukung dalam video conference saat ini cukup


banyak, baik yang berbayar maupun yang gratis. Layanan video
conference yang berbayar antara lain GoToMeeting, Pemxip,
EzTalks Meetings, Cisco Webex, Microsoft team, Join.me, dan
masih banyak lagi. Sementara yang bisa dianggap gratis adalah
TeamViewer, Skype, Zoom, Apache OpenMeetings, Google Meet,
Google Hangouts, dan Line.
Untuk kelas kecil dengan mahasiswa berjumlah 4-10 orang, kita
dapat menggunakan UberConference, TrueConf Online, Skype,
FreeConference, Appear.in, Slack Video Calls, TeamViewer.

228
Layanan ini dapat diperbesar jumlah pesertanya namun harus
menggunakan versi premium dimana kita harus membayar sesuai
dengan jumlah yang mengikuti. Proses pembayaran dapat
membayar bulanan bahkan tahunan.
Lalu bagaimana dengan jumlah peserta yang besar? Layanan video
conference dengan kapasitas peserta yang besar dapat
menggunakan Zoom, Google Meet, dan Google Hangouts. Dengan
menggunakan aplikasi ini dosen dapat melakukan berkomunikasi
secara real-time dengan para peserta dengan tingkat video dan
suara yang cukup baik.

Video Live Streaming

Video live streaming adalah penyiaran video langsung ke peserta


melalui internet. Streaming mengacu pada metode pengiriman
data. Dalam hal ini proses penyiarannya satu arah. Dosen
melakukan siaran dan mahasiswa melihat video dan jika ingin
melakukan diskusi dapat menggunakan layanan chating. Perangkat
yang dibutuhkan untuk dapat streaming langsung adalah perangkat
yang mendukung internet, seperti PC, laptop, ponsel pintar, dan
tablet. Platform baik web maupun aplikasi. Layanan live streaming
dalam jumlah peserta yang banyak dengan menggunakan
Facebook Live, YouTube Live.
Keuntungan menggunakan streaming adalah tidak terbatas pada
ruang dan jarak, sehingga peserta dapat berjumlah besar. Dapat

229
dijalankan secara instan dimana orang dapat melihat secara live dan
memutar ulang atau mengunduh lagi materi yang sudah ada.
Peralatan steaming saat ini relatif murah dan mudah untuk
mendapatkan. Mendapatkan streaming dengan kualitas gambar
yang tinggi, dilihat menggunakan telepon cerdas yang dapat
dibawa kemana-mana. Teknologi saat ini menggunakan HTML5
sehingga video relatif ringan.
Kelemahan dari streaming adalah penyampaian materi satu arah
namun Tanya jawab dapat menggunakan chating, membutuhkan
bandwidth yang relatif besar jika menginginkan kualitas gambara
yang baik. Jika terkendala dengan sinya koneksi terputus-putus
kenyamanan melihat dan mendengarkan jadi terganggu. Jika
streaming membutuhkan waktu yang lama maka perlu menyiapkan
dana yang cukup besar pula.

Video Conference Open-Source

Terdapat 2 aplikasi open-source untuk video conference yaitu


BigBlueButton dan Apache OpenMeetings. Kedua aplikasi ini
gratis karena dikembangkan dengan teknologi yang berbasis open-
source. Kedua aplikasi ini diinstall sendiri dengan menggunakan
komputer server sendiri.
Keunggulan dari aplikasi ini adalah dapat diseting sesuai dengan
kebutuhan dan dapat diintegrasikan dengan sistem e-learning
moodle atau sistem e-learning yang lain. Jumlah peserta

230
conference dapat diatur sesuai dengan kebutuhan pengajar. Peserta
dapat menggunakan laptop maupun telepon cerdas untuk
membukanya. Pengajar dapat mengubah atau memberikan status
moderator, sehingga mahasiswa dapat melakukan presentasi
layaknya presentasi di kelas. Terdapat opsi menampilkan kegiatan
di laptop secara keseluruhan, sehingga apabila dosen memberi
contoh dapat langsung terlihat oleh mahasiswa.
Kelemahan tipe ini adalah membutuhkan staf yang memiliki
keahlian khusus dalam menginstal, mengelola secara
berkelanjutan. Membutuhkan server sendiri, membutuhkan jalur
internet yang disambungkan dengan server Vicon yang stabil
karena akan diakses oleh banyak mahasiswa.
Video Conference yang ditempatkan dalam kerangka belajar tetap
mengambil pembelajaran yang berpusat pada peserta didik, buka
berpusat pada teknologi. Peran teknologi dalam kerangka
pembelajaran sebatas alat yang dapat membatu tercapainya strategi
pembelajaran tersebut
Partisipasi mahasiswa akfit mahasiswa harus ditumbuhkan.
Misalnya interaksi mahasiswa seperti tanya jawab penting untuk
keberhasilan mahasiswa. Interaksi aktif dalam kuliah berbasis
Vicon dapat menunjukkan bahwa mahasiswa memahami dan
menggunakan apa yang dipelajari. Interaksi ini membantu
mahasiswa dalam menciptakan rasa kebersamaan, karena dapat
membantu mahasiswa dalam menentukan tindakan mereka sendiri

231
yang diperlukan untuk studi online. Selain itu, interaksi ini dapat
mengarah ke hubungan yang lebih baik dengan dosen dan teman
sekelas, yang sering kali merupakan kunci keberhasilan
pembelajaran online.
Video conference memiliki potensi besar untuk pembelajaran
khususnya di Pendidikan Tinggi. Menurut Dr Lynne Coventry
potensi terletak pada menciptakan peluang dialog jarak jauh yang
lebih besar sehingga pembelajaran lebih efektif. Meskipun
keberhasilan dalam Vicon tergantung pada yaitu teknologi,
kelembagaan, biaya, dan mahasiswanya.
Penerapan teknologi Vicon di perguruan tinggi di Indonesia saat ini
masih dalam keadaan transisi dan mungkin merasa saat ini belum
cocok untuk pendidikan. Namun berkat wabah Covid-19 ini kita
mau tidak mau diceburkan kedalam kondisi untuk mennggunakan
teknologi ini. Meski awalnya terasa kaku, setelah melakukan
beberapa kali, teknologi video conference lebih mendekati ideal
dalam penyampaian materi seperti didalam kelas.
Penggunaan video conference sangat menyenangkan bagi sebagian
orang karena mampu menjembatani komunikasi dosen dan
mahasiswa saat ini. Dosen sebagai pengguna harus belajar
bagaimana memanfaatkan video conference dengan sebaik-
baiknya karena teknologi ini merupakan mode komunikasi
berikutnya yang diterima secara universal.

232
18.

Christian Moniaga27

“Kalibrasi peradaban memang sedang berlangsung, bumi sedang


berusaha untuk meruntuhkan tembok-tembok pemisah. Sebuah
proses untuk membawa kembali peradaban manusia pada jalur
yang semestinya ditempuh”

D
alam ilmu Arsitektur, khususnya Arsitektur ekologis,
terdapat sebuah teori yang menarik jika digunakan
untuk melihat fenomena pandemi yang terjadi saat ini.
Hipotesis GAIA, sebuah hipotesis yang menjelaskan bahwa pada
hakekatnya bumi adalah sebuah organisme hidup. Hipotesis ini
dicetuskan oleh seorang ahli ilmu bumi James Lovelock pada tahun
1960. Sama seperti manusia, bumi memerlukan energi yang baik
untuk tetap bisa hidup dalam keadaan sehat. Ilmu Arsitektur kerap
menggunakan hipotesis ini sebagai bahan untuk merefleksikan
setiap karya yang sedang dikerjakan. Bagaimana kiprah seorang
Arsitek yang semestinya memberikan energi positif untuk
keberlangsungan kehidupan baik bagi manusia, maupun bagi
organisme lain termasuk bumi itu sendiri.

27
Christian Moniaga, ST., M.Ars adalah dosen Fakultas Arsitektur dan Desain (FAD) dan
Kaprodi Arsitektur Unika Soegijapranata Semarang

233
Menilik pada fenomena pandemi Covid-19 yang terjadi saat ini,
rasanya Hipotesis GAIA bisa digunakan untuk menjadi bahan
pembelajaran bagi banyak disiplin ilmu. Sejarah menuliskan
bahwa, siklus persebaran virus ini terjadi pada rentang waktu yang
memiliki pola tertentu. Ada sebuah tulisan yang mengatakan
bahwa siklus pandemi mematikan ini terjadi pada rentang waktu
100 tahun sekali secara berkala. Tahun 2020 virus Corona, 1920
Flu Spanyol, 1820 Kolera, dan sebagainya. Terlepas apakah
pandemi ini memiliki sebuah pola waktu yang menarik untuk
dipelajari atau tidak, setelah abad ke-20 wabah penyakit yang
disebabkan oleh virus semakin sering terjadi. Hal ini terjadi
bersamaan dengan perkembangan peradaban manusia yang
semakin meng-ibu-tiri-kan ibu pertiwi dengan tingkah laku
eksploitasi yang kerap terjadi. Rasanya ibu pertiwi atau mother
earth saat ini sedang sakit. Beliau ingin sejenak beristirahat dalam
usahanya untuk terus memberikan yang terbaik untuk anaknya
yang termulia, ialah manusia. Korelasi fenomena ini dalam dunia
Arsitektur adalah dapat ditemukannya semakin banyak Arsitek
yang menyuguhkan desain dengan tidak mengindahkan esensi dan
nilai-nilai yang memperhatikan keberlanjutan pelestarian
lingkungan. Semakin banyak desain Arsitektur yang tertutup,
eksklusif, dan egois tanpa mau melihat nilai-nilai lingkungan.
Pendidikan Arsitektur tidak pernah bosan untuk terus memberikan
suplemen ilmu lingkungan kepada setiap individu mahasiswa.

234
Terlebih Arsitektur Unika Soegijapranata yang memiliki ciri khas
nilai-nilai luhur MGR. Soegijapranata, SJ. Hal ini semakin terlihat
melalui tema karya tahunan universitas yang tidak pernah
meninggalkan semangat pelestarian lingkungan dalam beberapa
tahun terakhir ini. Lebih lanjut juga ada Pola Ilmiah Pokok (PIP)
Unika Soegijapranata yaitu Eko Permukiman, yang sejalan dengan
semangat program studi Arsitektur untuk menghasilkan lulusan
yang mampu memberikan penyelesaian permasalahan melalui
desain Arsitektur yang berorientasi pada kelestarian lingkungan.
Hubungan antara Hipotesis GAIA dan peran pendidikan Arsitektur
saat ini sedang diuji. Apakah pandemi Covid-19 ini merupakan
indikator, tentang kecilnya keberhasilan institusi pendidikan untuk
menciptakan para intelektual yang berwawasan lingkungan? Tentu
ini akan menjadi sebuah refleksi yang menarik untuk diteliti
kembali.

Kalibrasi Peradaban

Beberapa waktu yang lalu, juru bicara pemerintah terkait pandemi


Covid-19 Achmad Yurianto, sempat menuai kontroversi. Pada
sebuah penjelasan harian terkait perkembangan Covid-19, dokter
lulusan Universitas Airlangga ini sempat mengatakan bahwa si
kaya semestinya melindungi si miskin supaya dapat tetap hidup
sebagaimana mestinya dan sebaliknya si miskin melindungi si kaya
dengan tidak menularkan virusnya. Terlepas dari arti harafiah dari

235
kalimat tersebut, sisi lain yang menarik adalah stigma tentang
tingkat ekonomi ternyata tidak lepas dari fenomena wabah ini.
Jumlah penyebaran virus yang mestinya diredam dengan
pengembangan ilmu pengetahuan dan aksi sosial, malah menyebar
ke arah labeling suatu golongan masyarakat. Pola pikir semacam
ini, memang sudah sering terjadi. Tidak hanya viral pada saat
fenomena pandemi ini muncul ke permukaan. Dunia saat ini
sedang melakukan kalibrasi peradaban. Bukan lagi si kaya atau si
miskin, si kuat atau si lemah, semua manusia pada saat ini diminta
untuk melepaskan identitas dan latar belakangnya untuk bersama,
bersatu padu meredam penyebaran pandemi ini. Sudah tidak
penting lagi untuk melihat latar belakang, yang terpenting adalah
apa yang mampu dilakukan dimulai dari kesadaran pribadi-
individu untuk bergerak menyelamatkan manusia yang lain.
Kalibrasi peradaban memang sedang berlangsung, bumi sedang
berusaha untuk meruntuhkan tembok-tembok pemisah.
Membangkitkan kesadaran bagi manusia bahwasanya yang
terpenting bukanlah predikat yang kita miliki. Namun yang
terpenting adalah apa yang bisa dilakukan untuk sesama manusia.
Peradaban yang dimaksud tidak hanya pada aktivitas sosial pada
umumnya. Seluruh sendi kehidupan perlu mengalami proses
kalibrasi, tak terkecuali dunia Arsitektur. Bagaimana kini para
arsitek berusaha untuk membongkar sekat ruang antara senior dan
yunior. Yang terpenting adalah terciptanya proses komunikasi

236
yang berkualitas, ketika proses tatap muka secara langsung sangat
sukar untuk direalisasikan. Tidak ada lagi ruang untuk berbicara
secara tersembunyi. Semua komunikasi dilakukan dengan jujur dan
lugas pada satu dimensi waktu dengan ruang yang berbeda. Inilah
kalibrasi yang dilakukan alam, sebuah proses untuk membawa
kembali peradaban manusia pada jalur yang semestinya ditempuh.
Tidak ada batasan dimensi apapun, semua bersatu. Jika persatuan
ini dapat terwujud dengan sangat baik, barangkali itu adalah imun
yang paling manjur untuk melawan pandemi ini.

Arsitektur dan Kemanusiaan

Pandemi yang terjadi saat ini sering disebutkan akibat dari virus
corona jenis baru. Virus ini akan menyerang sistem pernapasan
manusia, merusak paru-paru, hingga paling parah dapat berujung
pada kematian. Sekelumit penjelasan ilmiah tentang pandemi
tersebut, jika dikaitkan dengan disiplin ilmu Arsitektur pasti sangat
sukar ditemukan korelasinya. Akan tetapi, kejadian luar biasa yang
terjadi saat ini menggugah semua dispilin ilmu untuk saling
memberikan kontribusi terhadap kemanusiaan. Lantas
bagaimanakah ilmu Arsitektur dapat mengambil peran lebih dalam
misi kemanusiaan ini?
Era disrupsi, perkembangan teknologi, dan inovasi memberikan
ruang yang luas untuk berkembangnya berbagai disiplin ilmu baru.
Dalam menghadapi pandemi ini, Arsitektur tetap bisa mengambil

237
peran. Seperti yang sudah dilakukan oleh salah seorang dosen di
program studi Arsitektur Unika Soegiijapranata, Gustav
Anandhita. Bersama dengan Komunitas Arsitek Semarang (KAS),
beliau mencoba mengembangkan pola pikir perancangan desain
berbasis komputer yang biasanya digunakan untuk merancang
bangunan, beralih menjadi perancangan desain salah satu alat
pelindung diri (APD) yaitu face shield. Dengan menggunakan
software desain bangunan, terciptalah sebuah blueprint untuk
membuat kerangka face shield yang kemudian direalisasikan
menggunakan bantuan alat laser cutting. Berdasar pada desain
software Auto Cad, laser cutting akan memotong permukaan
media plastik sesuai dengan dimensi yang diharapkan sehingga
terciptalah kerangka face shield.

238
Gambar 1. Dokumentasi kegiatan pendistribusian Face Shield ke tim medis
kota Semarang

Aksi sosial kemanusiaan ini sudah mulai digalakkan semenjak


jumlah angka pasien positif Covid-19 terus meningkat. Dengan
bantuan dana dari program penggalangan dana, alat pelindung diri
sudah berhasil didistribusikan ke beberapa rumah sakit rujukan
Covid-19 di Kota Semarang dan sekitarnya.
Inilah bukti bahwa sebuah disiplin ilmu pasti dapat memberikan
kontribusi dalam aksi sosial kemanusiaan. Entah berkorelasi

239
langsung atau tidak, namun sumbangsih setiap disiplin ilmu tentu
sangat diharapkan untuk menyelamatkan peradaban.

Anxietas Plagiasi

Revolusi Industri 4.0 dan Era Disrupsi adalah dua istilah yang
sempat menjadi trending topic sebelum akhirnya tergantikan
dengan kejadian luar biasa Pandemi Covid-19. Istilah tersebut
santer dibahas dan mewarnai berbagai tema seminar ilmiah.
Memang benar, semestinya institusi pendidikan semakin
mempersiapkan diri untuk terbuka pada perkembangan peradaban
terbaru ini. Satu hal yang dapat mendeskripsikan kedua istilah
tersebut adalah kecepatan perkembangan teknologi. Saking
cepatnya, perkembangan teknologi ini seringkali menimbulkan
permasalahan tentang perbedaan persepsi. Selanjutnya
perkembangan ini juga dirasa kurang adaptif jika diberlakukan bagi
generasi golongan usia tertentu. Era disrupsi khususnya pada
bidang pendidikan di Unika Soegijapranata sudah sering
dikumandangkan. Namun ketika fenomena ini dicoba untuk dilihat
menggunakan kacamata pendidikan Arsitektur, rasanya semakin
sulit untuk ditelaah. Kesulitan ini tidak lain berasal dari timbulnya
perasaan takut akan aksi plagiasi atau perjokian desain yang
dilakukan oleh peserta didik. Berbeda dengan disipilin ilmu lain,
hingga saat ini program, aplikasi, atau software untuk mendeteksi
kemiripan desain Arsitektur masih sulit untuk digunakan sebagai

240
pendeteksi kecurangan. Latar belakang inilah yang kerap kali
mewarnai sikap apatis para dosen di bidang pendidikan Arsitektur
untuk mempercayakan proses justifikasi kualitas desain dengan
menggunakan bantuan pihak ketiga yaitu komputer. Para dosen
masih merasa nyaman dan lebih percaya diri dengan menggunakan
cara konvensional, secara langsung bertemu, berdiskusi, bertanya
dan bertatap muka dengan peserta didik. Itulah kebudayaan
pendidikan Arsitektur selama ini.
Pandemi Covid-19 yang terjadi, mau tidak mau berpengaruh dan
mengakibatkan adanya pergeseran kebudayaan. Protokol
kesehatan yang diberlakukan mengharuskan setiap individu untuk
bekerja, belajar, dan beribadat dari dalam rumah. Tagar
#dirumahsaja menjadi jargon yang sangat seksi untuk menghiasi
media sosial. Lantas bagaimanakah tagar tersebut berimbas pada
pola pendidikan Arsitektur? Apakah para dosen harus melawan
anxietas terhadap plagiasi mahasiswa karena tidak ada ruang dan
waktu untuk bertemu secara langsung? Jawabannya adalah YA.
Blessing in disguise. Fenomena pandemi ini memang menakutkan
dan menyakitkan, namun jika sikap bijak yang digunakan untuk
melihat, maka akan ada makna dan berkat yang siap untuk
dihimpun. Hikmah pertama yang dapat dirasakan adalah karunia
kebesaran hati. Kebesaran hati untuk memberikan kepercayaan
lebih bagi para peserta didik. Percaya bahwa kualitas mahasiswa
yang mengenyam pendidikan Arsitektur dibawah payung nilai-

241
nilai Soegijapranata adalah pribadi yang dewasa dan mampu
membedakan antara sikap terpuji dan sebaliknya. Kebesaran hati
untuk memberikan ruang bagi peserta didik untuk berkreasi,
menggunakan teknologi sebijak mungkin untuk mendukung ide
desain yang didambakan. Inilah berkat yang mesti disadari. Bahwa
semestinya para pendidik tidak perlu terlalu takut akan kecurangan
yang belum tentu dilakukan oleh mahasiswa. Pendidik mestinya
lebih takut jika peserta didik tidak berani untuk membuktikan sisi
terbaik dari dirinya, The Best Version of You. Ini sebuah blessing
in disguise.

Esensi Tatap Muka

Diskusi, debat, saling menorehkan garis pada media gambar,


merupakan ciri khas seorang arsitek dalam berproses desain.
Pentingnya untuk menampung berbagai masukan dari latar
belakang ilmu yang berbeda menjadikan Arsitektur adalah disiplin
ilmu yang sangat terbuka. Memegang peran penting sebagai
kreator wadah kehidupan, sudah selayaknya arsitek memiliki etos
kerja yang kolaboratif. Latar belakang tersebut dapat sedikit
menggambarkan bahwa esensi bertatap muka menjadi tulang
punggung pada keberhasilan sebuah desain.
Setelah merebaknya pandemi Covid-19, esensi tatap muka
mengalami pergeseran. Tatap muka yang biasanya diartikan
sebagai pertemuan langsung, kini interaksi indera manusia

242
dialihkan dengan media virtual. Hal ini dimaksudkan untuk
menjawab protokol keamanan yang telah ditetapkan oleh
pemerintah untuk meredam persebaran pandemi Covid-19.
Rasanya ada yang aneh, tidak biasa, kagok, dan sebagainya.
Biasanya Tim perencana bisa saling berdebat, saling menorehkan
garis, kini semuanya dirasa lebih terbatas.
Alih alih untuk menyelamatkan esensi tatap muka, muncullah
berbagai macam software yang diharapkan mampu untuk menjadi
wadah tatap muka secara virtual. Salah satunya adalah Zoom.
Software yang akhir-akhir ini muncul di permukaan karena
digunakan sebagai media rapat oleh kabinet Presiden Joko
Widodo. Diciptakan oleh seorang programmer bernama Eric Yuan
pada tahun 2011, eksistensi Zoom saat ini menjadi vital. Sebagai
software video conference, zoom diyakini sebagai software yang
cocok digunakan dalam diskusi tim perencana Arsitektur. Salah
satu fitur yang diunggulkan adalah share screen, fitur inilah yang
memang dirasa memiliki kapabilitas paling tinggi untuk membantu
terciptanya esensi tatap muka tim arsitek. Dengan kemampuan
untuk saling mengoreksi, memberikan masukan dengan
menggambar langsung, membuat sketsa, Zoom menjadi software
yang cukup diandalkan bidang ilmu Arsitektur saat ini.
Dalam bidang pendidikan Arsitektur software Zoom juga menjadi
andalan. Pada beberapa proses perkuliahan, asistensi, dan diskusi
beberapa dosen memilih menggunakan software ini. Salah satu

243
alasannya adalah pola interaksi yang memungkinkan untuk saling
memberikan masukan melalui sketsa garis. Akan tetapi walaupun
Zoom dipandang sebagai aplikasi yang paling dapat
merepresentasikan kehadiran figur dosen dalam ruang kelas, masih
banyak dijumpai mahasiswa yang mengalami kebingungan. Segala
fasilitas dan keunggulan fitur aplikasi ini belum mampu
menggantikan esensi dari tatap muka yang sebenarnya. Pola
pembimbingan, interaksi antara dosen dan mahasiswa secara
langsung, dengan tidak dibatasi oleh dimensi apapun saat ini masih
menjadi pondasi utama untuk terciptanya pendidikan Arsitektur
yang berkualitas. Semoga seiring dengan berkembangnya ilmu
pengetahuan dan teknologi, esensi tatap muka dapat semakin
berkembang pula dan semakin berkualitas.
Revolusi Pola Pengajaran Arsitektur
Gagap, tidak biasa, dan memusingkan itulah beberapa tanggapan
ketika pola pengajaran berbasis komputer dicoba untuk
diaplikasikan pada proses pembelajaran di program studi
Arsitektur Unika Soegijapranata. Di usianya yang menginjak lebih
dari setengah abad, program studi ini sudah dapat disebut sebagai
salah satu program studi Arsitektur yang senior di Indonesia.
Senioritas ini juga tercermin pada rentang usia para pengajar yang
membaktikan diri mengajar. Proses perubahan pola pengajaran dari
konvensional menjadi berbasis komputer yang dihadapkan pada
suatu golongan usia lanjut pasti sangatlah tidak mudah. Namun apa

244
boleh dikata, ketika pandemi Covid-19 ini muncul, mau tidak mau
semua organ dosen baik itu dosen muda maupun dosen senior
dihadapkan pada wahana edukasi satu-satunya, yaitu pembelajaran
daring. Sempat pada suatu waktu, penyesuaian ini difasilitasi
bersama dalam sebuah acara untuk belajar lebih dalam lagi secara
perlahan tentang perkuliahan berbasis cyber. Hampir semua dosen
hadir di dalam acara ini, meskipun saat itu kampanye social
distancing mulai digaungkan. Terjadi proses komunikasi yang
menarik dimana ada proses simbiosis antara dosen muda dan dosen
senior. Saling mengisi dan saling belajar tentang apa yang harus
disuguhkan nantinya untuk para peserta didik ketika mereka
melakukan aktivitas belajar dari rumah.
Beberapa hari setelah pelatihan berhasil dilakukan, perkuliahan
daring rasanya sudah bisa dipahami oleh semua golongan dosen.
Rasa percaya diri para pengajar sudah sangat mudah dirasakan oleh
para pengelola program studi. Revolusi pola pengajaran. Ini adalah
sebuah kalimat yang mampu mencerminkan fenomena yang
terjadi. Banyak dari dosen senior yang dulu sangat apatis terhadap
teknologi, kini dengan lihainya mampu memberikan update
pengetahuan melalui gawai yang dimilikinya. Walaupun
kadangkala masih menuai kontroversi dari para peserta didik
tentang tidak seimbangnya antara materi dan tugas, namun paling
tidak perubahan sudah terjadi. Itulah makna dari sebuah proses
kehidupan, ketika di satu sisi manusia dihadapkan pada sebuah

245
permasalahan, maka secara langsung akan terjadi proses
penyesuaian yang membawa manusia ke peradaban kehidupan
yang lebih baik. Tersirat harapan di balik pandemi dan wabah ini,
sebuah keinginan untuk menyatukan visi dan misi bahwa kemajuan
itu terletak di depan, maka jika ingin terus berkembang janganlah
terlalu apatis dengan perubahan.

-Ω-

246
19.

Antonius Maria Laot Kian28

“Bangunan kampus akan tinggal sebagai museum. Hanya


kenangan perjumpaan langsung dengan sentuhan sajalah yang
akan menetap bersama kursi-kursi kayu, yang sesungguhnya
telah melahirkan puluhan generasi terdidik”

Hari ke-1
02.03.2020

T
anggal itu menjadi awal mula petaka. Pemerintah
Indonesia mengumumkan 2 pasien pertama Covid-19.
Serentak kekhawatiran semakin memuncak, mengingat
di belahan dunia lain, beberapa negara terlihat kewalahan.

Androidku berdering.
“Nak, sudah ada pasien pertama. Berhati-hatilah di situ. Jagalah
kesehatanmu dan keluarga”. Ayahku selalu begitu. Namun dari
nada suaranya kali ini, kurasakan Ayah tak pernah se-khawatir itu.

28
Dr. Antonius Maria Laot Kian, SS, M.Hum. adalah dosen Fakultas Hukum dan
Komunikasi, dan Ketua Pusat Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian Unika
Soegijapranata

247
Beberapa hari yang lalu ia sempat mengubungiku dan bercerita
bahwa dalam mimpinya ia melihat beberapa menteri sedang
menghadiri pesta dan tertawa-tawa. Dia bilang padaku, “sepertinya
negara ini akan terluka oleh penyakit”. Aku menertawakannya,
meskipun batinku setuju padanya.

Memang beberapa mimpi Ayah selalu menjadi kenyataan. FYI, di


tempatku berasal, mimpi menghadiri pesta atau melihat orang-
orang berpesta, mengisyaratkan hal buruk akan terjadi.

Hari ke-2
“Mr Antoni, apakah kita akan kuliah online seperti beberapa
kampus lainnya?”, seorang mahasiswa bertanya padaku.
“Kemungkinan begitu, namun kita menunggu keputusan dari
Pimpinan Universitas”, jawabku diplomatis.
Di luar sana, per Sabtu, 14.03.2020, total kasus Covid-19 di
Indonesia telah mencapai 96 orang. Dari jumlah tersebut, sebanyak
83 orang dirawat intensif di rumah sakit, 8 orang sembuh dan 5
orang meninggal dunia.

Surat Edaran itu keluar di tanggal 15.03.2020. Tanda tangan


Profesor Ridwan Sanjaya, Rektor Unika Soegijapranata, menandai
babak baru perkuliahan daring di kampus: Work from Home, kerja
(baca: kuliah) dari rumah untuk 14 hari ke depan. Sebenarnya tak

248
tepat juga bila disebut babak baru, karena sejak pemilihannya
menjadi Rektor, kuliah online—dan segala hal berbau online—
merupakan terobosan yang sangat dikembangkannya. Tidak semua
setuju, namun banyak pula yang mendukung.

Hari ke-3
Chaos. Hari pertama kuliah dari rumah, 16.03.2020 sangat
amburadul. Ternyata banyak dosen yang belum bisa
mengoperasikan platform kuliah daring cyber.unika.ac.id
(selanjutnya saya sebut Cyber Unika). Jangankan mengoperasikan,
mungkin akunnya saja belum dibuat. Astaga! Percakapan di grup
WA-ku pun setali tiga uang.
“Bro, kuliahmu gimana?”, tanya kolegaku.
“Beres, udah ku-setting semuanya. Besok tinggal mulai
kuliahnya”, jawabku yakin.

Kolega yang lain bertanya pula, “Mr Anton sudah punya Cyber
Unika?”. Pertanyaan ini terdengar lucu di telingaku. Bukankah
sudah ada kebijakan selama ini yang membolehkan dosen
mengadakan kuliah online dengan maksimum pertemuan 3 kali?
Oh, mungkin kolegaku ini belum pernah sekalipun mengadakan
kuliah online, atau mungkin saja penelitian dan pengabdiannya
dileburkan dalam tindakan mengajar di kelas.

249
Pimpinan fakultasku tanggap dengan hal ini. Di tengah himbauan
social distancing, fakultasku mengadakan pertemuan bagi para
dosen, untuk menjelaskan hal-hal teknis pengoperasian Cyber
Unika. Pengguna amatir, regular, dan expert akhirnya terlihat di
sini. Kusaksikan ada ketidaksiapan untuk berubah dari cara kuliah
konvensional menjadi kuliah online.

Hari ke-4
Mulai terlatih, setidaknya itu yang kulihat dari kawan sejawatku.
“Mahasiswa kita ternyata lebih berani bertanya dan berdiskusi
lewat Cyber Unika”, demikian celetuknya.
Kuamini ceritanya ini. Memang benar, dalam keadaan tak
tersentuh langsung, manusia lebih mampu mengekspresikan
dirinya. Dalam ruang tanpa perjumpaan langsung, manusia tak
ragu mengatakan keyakinan dan pendapatnya.

Seperti hari-hari kemarin, presensiku dari rumah (lagi). Mematuhi


himbauan pemerintah adalah caraku membangun negara. Rupanya
tak semua pegawai di Unika bekerja dari rumah. Surat Edaran
berikutnya dari Rektor kemudian memberi batasan. Dengan
demikian, bekerja dari rumah itu berlaku parsial bagi pegawai
Unika. Baiklah kukatakan bahwa sesungguhnya menjadi dosen
Unika harus 100% Unika, 100% Indonesia.

250
Hari ke-5
Cyber Unika sempat down. Chat di dalam grup WA sangat ramai.
Ada yang cenderung bersabar, ada yang cenderung emosional-
ekspresif, ada yang sudah terlihat kesal, ada yang biasa-biasa saja.
“Bro, kamu bisa log-in ke Sintak nggak?”
“Nggak bisa, Bro. Ditunggu aja, atau coba direfresh browser-nya”,
jawabku seadanya.
Menjelaskan dengan cara terbaik untuk rekan sejawat yang sudah
terlanjur kesal, sama saja dengan membuang garam ke air laut.

“Mr Antoni, aku nggak bisa presensi. Sintak-ku error. Cyber Unika
down ya Mr?”, mahasiswaku bertanya.
“Untuk sementara kita presensi via grup line. Kuliah juga lewat line
dulu ya”. Jawabanku ini tentu tak memuaskan, dalam cara pandang
sistem online yang sudah dibangun di Unika. Namun jawabanku
ini ternyata memuaskan mahasiswa. Yang dibutuhkan mereka
rupanya ada kelonggaran tertentu dalam sistem online yang dibuat.

Hari ke-6
Uang. Kuota. Itulah keluhan paling mendasar dari mahasiswa,
walaupun mereka tak berpikir bahwa dosen pun kehilangan itu,
ditambah dengan persiapan yang extra luar biasa untuk mengajar:
mempersiapkan materi dan mempersiapkan metode.

251
“Mr Antoni, salah satu kampus di Yogyakarta ngasih donasi ke
mahasiswanya masing-masing 150 ribu, selama 3 bulan loh”,
begitu bunyi pesan WA dari Andre, mahasiswa yang cukup kritis
di kelas.
“Oh ya?”, tanyaku sedikit terkejut.
“Kampus negeri di Semarang juga ngasih bantuan pulsa 50 ribu.
Salah satu kampus swasra malah ngasih 200 ribu donasi untuk
kuota internet. Unika gimana Mr?”, pertanyaan yang menarik.
Bantuan tersebut sebenarnya bermekanisme pemotongan Uang
Kuliah Tunggal (UKT) di semester depannya. Tak pelak lagi BEM
fakultasku bersuara lewat media sosial. “Kampus bukan provider”,
begitu yang kutangkap.

Aku termenung. Kampus memang sedang diuji. Ada sebuah


normalitas baru yang sedang dihabituskan. Kucatat jawaban
pimpinan fakultasku, kuberikan pada mahasiswaku:

“Para Mahasiswa Fakultas Hukum dan Komunikasi Unika


Soegijapranata yang saya hormati dan cintai:

Sehubungan dengan komentar serta masukan beberapa rekan


mahasiswa di Media Sosial tentang sistem pembelajaran

252
online melalui cyber.unika.ac.id atau penggunaan media
sosial terkait nama Unika Soegijapranata:

1. Atas nama Fakultas, saya mohon maaf atas


ketidaknyamanan proses pembelajaran dengan
menggunakan sistem pembelajaran online yang ada.
Tentu saja setiap model atau sistem pembelajaran
memiliki kelebihan dan kekurangannya sendiri-
sendiri;
2. Sesungguhnya, keluhan mahasiswa adalah keluhan
dosen juga, karena tidak hanya mahasiswa yang
mengalami kerepotan dengan sistem pembelajaran
on-line ini, namun Dosen juga mengalami kerepotan
yang serupa;
3. Untuk cara kuliah online, silahkan mahasiswa
mengikuti petunjuk Dosen, karena ini merupakan
otonomi tiap Dosen. Namun sepertinya ada keluhan
mengenai Dosen yang hanya meng-upload bahan,
meminta mahasiswa membaca dan belajar mandiri
serta tidak kuliah dengan cara conferencing. Hal ini
tujuannya untuk menekan biaya kuota internet
mahasiswa (dan Dosen). Kami sudah mencoba
melakukan evaluasi, untuk waktu 2 (dua) jam kuliah
cara conferencing, dibutuhkan setidaknya kuota 1 GB.

253
Jika sehari ada 3 (tiga) mata kuliah, akan banyak
sekali kuota yang harus dikeluarkan;
4. Kita juga harus bertoleransi dengan teman-teman lain
yang kurang mampu, karena tidak semua mahasiswa
memiliki kemampuan ekonomi yang sama. Saran
saya, situasi demikian dapat kita gunakan untuk
menggerakkan kembali ‘budaya gemar membaca’
untuk melatih daya pikir, daya nalar dan daya kritis
mahasiswa;
5. Pimpinan universitas juga telah berupaya bekerjasama
dengan 2 (dua) provider internet yakni Indosat dan
Telkomsel untuk memberikan kuota gratis bagi anda
untuk mengakses kuliah on-line melalui fasilitas
cyber.unika.ac.id dan sedang mengupayakan provider
lainnya.
6. Kampus kita tercinta, sudah memiliki fasiltas
cyber.unika.ac.id yang belum tentu dimiliki
universitas lainnya, dan fasilitas ini dapat
dimanfaatkan selama situasi masih tidak
memungkinkan untuk mengikuti proses perkuliahan
di Kampus seperti biasa;
7. Saya juga memohon agar seluruh mahasiswa mengerti
bahwa situasi seperti ini bukan hanya terjadi di
fakultas kita atau di Unika Soegijapranata, tetapi juga

254
di universitas manapun di Indonesia (bahkan di
dunia);
8. Mohon mahasiswa dengan bijak menggunakan media
sosial, menghindari memberitakan hal yang negatif,
yang akan berdampak buruk bagi reputasi yang sudah
dibangun Unika selama ini, karena akan berdampak
tidak hanya kepada dosen, tetap juga fakultas,
universitas dan mahasiswa.
9. Hindari pikiran negatif dengan membantu pemerintah
dan para tenaga kesehatan di seluruh Indonesia yang
sedang berjuang antara hidup dan mati menangani
mereka yang sakit dan terdampak Covid-19 ini
dengan bersama-sama bekerja dan belajar dari rumah;
10. Mari bersama-sama menjaga kebersihan dan
kesehatan serta tetap berpikir positif agar imun tubuh
selalu baik dan situasi ini dapat segera kita lalui
bersama. Tuhan memberkati.

Smg, 31/3/2020

Salam,
Ttd.
Dekan FHK

255
Hari ke-7
“Papa hari ini ke kampus? Papa kerja dari rumah aja ya. Presiden
Jokowi yang nyuruh loh”, komentar anakku yang pertama sesaat
setelah aku bersiap-siap kuliah online.

Hari ke-8
Cerita suatu siang, di grup WA, “Mahasiswa lucu2.. kami semua
tiba2 disconnected... semua teriak2.. berarti mereka perhatian pas
kuliah, sampai minta di-record.. soalnya kangen dosennya biar bisa
lihat lagi..”, nuansa ‘keartisan’ mulai terlihat, saat dosen mulai
terbiasa. Benar, ini soal kebiasaan. Gutta lavat capidem non vii sed
saepe cadendo, titik-titik air melubangi batu bukan karena
kekuatannya, melainkan karena keseringannya.

Di sebuah Koran lokal, Professor Ridwan Sanjaya menulis tentang


Normalitas Baru Pembelajaran Daring. New normality, demikian
ia menyebutnya, dengan mengutip Kotler: ketika normalitas baru
ini selesai dirasakan sebagai kekacauan, maka berbagai tindakan
kita yang awalnya untuk merespon perubahan akan berubah
menjadi suatu kebiasaan baru, termasuk cara kita menjalankan
pembelajaran secara daring dan bagaimana mahasiswa menerima
pembelajaran daring”.

256
Tak sepenuhnya mengamini, namun kuanggap normalitas baru
merupakan langkah taktis terbaik saat Covid-19 menyebar dengan
begitu masif. Mungkin pula minus malum, karena hanya bisa
memilih yang resiko tidak baiknya lebih sedikit di antara semua
pilihan yang tidak baik. Ekstrimnya, bangunan kampus akan
tinggal sebagai museum. Hanya kenangan perjumpaan langsung
dengan sentuhan sajalah yang akan menetap bersama kursi-kursi
kayu, yang sesungguhnya telah melahirkan puluhan generasi
terdidik.

Androidku berdering lagi.


“Kalian baik-baik saja? Bagaimana perkuliahan di kampusmu?
Apakah mahasiswa diliburkan? Dosen-dosen libur juga kan?”,
lagi-lagi Ayahku.
“Iya, semuanya baik-baik saja”, bukankah jawaban ini yang
dibutuhkannya?

Hari ke-9
Kucoba ke kampus. Sepi. Daun yang jatuh dan angin yang
meniupnya, menampilkan semesta yang sedang menyendiri.
“Mr Anton sudah presensi? Hand sanitizer-nya ada di dekat pintu
ruangan”, seorang kawan mengingatkanku.

257
Jam 10. Dari Gedung Yustinus hingga Antonius, hampir semua
dosen dan pegawai yang masuk kampus, berjemur di halaman tiap
gedung. Mungkin semesta terkejut, betapa pedulinya manusia pada
kesehatan, saat jumlah kematian akibat Covid-19 bertambah begitu
cepat. Lepas Covid-19, saat musim kemarau menghampiri, apakah
masih ada hand sanitizer dan rutinitas berjemur?

“Papa pulang jam berapa?”, suara anakku terdengar khawatir;


khawatir pada hilangnya pelukan manja, khawatir pada PR-nya
yang tak ingin dikerjakan sendiri, khawatir pada doa dan cerita
dongeng leluhur yang menjadi santapannya di malam sebelum
tidurnya.

Kita tak sedang bercanda dengan kematian.

Hari ke-10
http://cyber.unika.ac.id/
Log in.

Log in using your account on:


Dashboard. My Courses.
Hukum Tindak Pidana Tertentu.
5th Topic-Humman Trafficking and People Smuggling.

258
Attendance for the Course.
Add Session.
Input File.
Assignment.
BigBlueButton.

Apa yang kurang? Membumikan hati.

Hari ke-11
Sesi Kata Hati.
“Udah lelah Pak. Ternyata kuliah online lebih capek Pak”.
“Bersyukurlah bahwa kamu masih bisa kuliah”. Aku harus
bijak mengatakan hal itu pada mereka.
“Selamat pagi Pak. Sampai kapan kuliah online?”.
“Sampai semua ini berlalu. Belajarlah menerima bahwa
semua akan berlalu”. Kata hatiku, bukankah tak ada yang
abadi?
“Mr Antoni, tugas dari dosen koq banyak banget ya. Kalo semua
dosen ngasih tugas tiap kali pertemuan, apa nggak mikir tentang
beban mahasiswa ya?”.
“Justru karena dosen mengingatmu bahwa kamu sering lupa,
maka tugas yang diberikan adalah ujian mengenai
kemampuan otakmu. Semangat ya”. Setengah hati
kuberikan jawaban semacam itu.

259
“Apakah mahasiswa nggak diberi keringanan pembayaran UKP
dan SKS, Mr?”.
Centang biru dua.

Hari ke-12
Tidak semua sistem itu sempurna, pun manusia. Hujan di luar sana.
Patung Soegijapranata masih berdiri. Carpe diem. Nikmatilah hari.

-Ω-

260
20.
29

Tjahjono Rahardjo30

"Di antara kami bertiga, yang paling terlihat nyaman melakukan


perkuliahan daring adalah anak kami. Tugas-tugas yang harus
dikerjakannya sebagai mahasiswa jurusan desain grafis bisa
diselesaikan tanpa terlalu banyak hambatan”

K
ami serumah tinggal bertiga: saya, isteri saya dan anak
laki-laki kami. Anak sulung kami sudah menikah dan
tinggal bersama suami dan anak mereka. Isteri saya
adalah dosen di sebuah perguruan tinggi swasta sedang anak
bungsu kami adalah mahasiswa di salah satu universitas negeri di
Semarang. Kami bertiga termasuk orang-orang yang pada saat ini
beruntung, bahkan menikmati kemewahan, bisa bekerja dan belajar
di rumah. Kami sangat sadar bahwa tidak semua orang seberuntung
kami.

29
Terimakasih kepada Prof. Ridwan Sanjaya yang berkenan memberi judul untuk
tulisan sederhana ini.
30
Ir. Tjahjono Rahardjo, MA adalah dosen Program Magister Lingkungan dan
Perkotaan

261
Sejak ada himbauan untuk bekerja di rumah kami berusaha
mematuhinya (meski isteri saya sebagai ketua program studi,
beberapa kali masih harus datang ke kampusnya). Seharusnya hal
itu tidak sulit kami lakukan karena baik Unika Soegijapranata,
maupun universitas isteri dan anak saya memberlakukan
perkuliahan dalam jaringan (daring). Namun kenyataannya tidak
sesederhana yang dibayangkan.
Di antara kami bertiga, yang paling terlihat nyaman melakukan
perkuliahan daring adalah anak kami. Lahir pada 1999, ia termasuk
generasi yang disebut oleh Marc Prensky (2001) sebagai digital
native. Generasi digital native yang umumnya lahir setelah tahun
1980an adalah orang-orang yang tumbuh di era serba teknologi,
termasuk komputer dan internet. Para digital native merasa
nyaman dengan teknologi dan komputer sejak usia dini dan
menganggap teknologi sebagai bagian integral dan penting dalam
kehidupan mereka. Kebanyakan remaja dan anak-anak saat ini
adalah digital native karena mereka terbiasa berkomunikasi dan
belajar melalui komputer, jejaring sosial, dan pesan singkat.
Menurut Jan Muehlfeit (2014) dari Microsoft Eropa, generasi
muda saat ini adalah generasi yang benar-benar memahami
penggunaan teknologi baru, jauh lebih baik daripada generasi
sebelumnya. Kaum muda dikelilingi dan menggunakan perangkat
seluler, komputer, video game, dan berbagai gawai dari era digital.
Mereka terbiasa menerima informasi dengan sangat cepat. Mereka

262
lebih suka gambar daripada teks, dan hiperteks dibanding pena dan
kertas. Mereka berfungsi dengan efektif dalam jaringan, khususnya
jaringan sosial, dan mereka senantiasa terhubung secara digital.
Kami, isteri saya dan saya, sebaliknya, termasuk yang disebut oleh
Prensky sebagai digital immgrants: Digital Immigrants adalah
orang-orang yang lahir sebelum 1980. Digital immigrants adalah
orang-orang yang lebih tua yang tidak dibesarkan di lingkungan
digital. Istilah digital immigrants umumnya menunjuk pada
individu yang lahir sebelum berkembangnya teknologi digital
sehingga tidak mengenalnya sejak usia dini.
Selanjutnya menurut Prensky (2001):

“ … Digital Immigrants learn – like all immigrants, some


better than others – to adapt to their environment, they
always retain, to some degree, their "accent," that is, their
foot in the past. The “digital immigrant accent” can be seen
in such things as turning to the Internet for information
second rather than first, or in reading the manual for a
program rather than assuming that the program itself will
teach us to use it. Today’s older folk were "socialized"
differently from their kids, and are now in the process of
learning a new language.”

263
Prensky memberi contoh perilaku yang memberi petunjuk bahwa
seseorang termasuk digital immigrant. Misalnya, kebiasaan
mencetak (atau bahkan menyuruh orang lain mencetak) surat
elektronik (surel) sebelum membacanya. Atau mencetak dokumen
yang ada di komputer untuk mengeditnya (alih-alih melakukannya
langsung di layar komputer). Seorang digital immigrant biasanya
akan mengundang orang secara fisik untuk melihat situs yang
menarik (bukan hanya mengirim URL situs itu). Ada pula yang
mempunyai kebiasaan menelepon untuk menanyakan apakah surat
elektronik yang dikirimnya telah sampai.
Prensky menganalogikan digital native sebagai penduduk asli
suatu daerah, sedang digital immigrant sebagai penduduk
pendatang. Pendatang yang sudah lama menetap biasanya sudah
lebih beradaptasi dengan lingkungan tempat tinggalnya yang baru
dibandingkan pendatang yang belum lama tinggal disitu. Namun,
baik pendatang lama maupun baru tetap tidak bisa menghilangkan
kebiasaan atau karakteristik yang mereka bawa dari daerah
asalnya, meski dalam kadar yang berbeda.
Dalam kasus isteri saya dan saya, meski kami sama-sama termasuk
digital immigrant tapi secara subyektif saya bisa mengatakan ada
perbedaan di antara kami. Saya adalah pendatang yang sudah
relatif lama bila dibanding isteri saya. Saya cukup akrab dengan
internet dan media sosial serta terbiasa menggunakannya.
Sebaliknya isteri saya, meski mempunyai akun surel dan jejaring

264
sosial, tidak terlalu sering memanfaatkanya karena merasa
kesulitan menggunakannya. Kalaupun terpaksa menggunakannya
ia sering harus meminta bantuan orang lain.

Perkuliahan Dalam Jaringan (Daring)

Ketika perkuliahan daring diberlakukan di universitas kami


masing-masing, terlihat fihak mana yang relatif siap dan mana
yang tidak siap. Di internal keluarga saya, yang paling siap adalah
anak kami. Sebagai digital native ia tidak menemukan kesulitan
apapun untuk melakukan perkuliahan daring. Tugas-tugas yang
harus dikerjakannya sebagai mahasiswa jurusan desain grafis bisa
diselesaikan tanpa terlalu banyak hambatan. Justru yang
nampaknya mengalami kesulitan adalah para dosennya. Jadwal
perkuliahan daring sering berubah-ubah. Mahasiswa harus siap
setiap saat untuk menerima informasi perubahan jadwal yang
mendadak.
Saya termasuk beruntung karena Unika Soegijapranata jauh lebih
maju dari universitas isteri dan anak saya dalam mengembangkan
sistem manajemen kuliah berbasis jaringan. Selain itu ketika akan
mewajibkan perkuliahan daring, diadakan pelatihan bagi dosen
serta disiapkan panduan tertulis. Meski demikian, ketika benar-
benar harus melaksanakan perkulian secara daring, tetap saja saya
(sebagai seorang digital immigrant) menghadapi beberapa

265
kesulitan. Kuliah pertama terpaksa dijadwal-ulang untuk memberi
waktu bagi saya mengatasi kesulitan itu.
Isteri saya jelas bukan orang yang bisa saya mintai bantuan. Di lain
fihak (mungkin karena arogansi saya sebagai ayah yang ingin
menjaga kewibawaanya) saya merasa malu untuk bertanya pada
anak saya. Jalan keluarnya adalah meminta bantuan seorang
mahasiswa Program Magister Lingkungan dan Perkotaan (PMLP)
Unika Soegijapranata31. Yang pasti, tidak diragukan lagi, ia adalah
seorang digital native. Ia memasangkan perangkat lunak AnyDesk
pada komputer saya sehingga bila saya mengalami kesulitan ketika
memberi kuliah secara daring, saya bisa langsung
menghubunginya dan saat itu juga ia akan membantu saya
mengatasinya.
Isteri saya tidak seberuntung saya. Kuliah daring di universitasnya
dilaksanakan melaui sistem informasi akademik universitasnya.
Pada situs itu terdapat fasilitas blog. Para dosen diminta
mengunggah materi kuliah mereka, termasuk tugas yang diberikan
pada mahasiswa (bila ada) di blog itu. Mahasiswa bisa membaca
blog itu tapi tidak bisa berkomentar atau bertanya. Untuk
komunikasi dua arah dibuat grup WhatsApp khusus untuk setiap
matakuliah.

31
Mahasiswa ini, Andre Kurniawan, adalah alumnus Fakultas Ilmu Komputer Unika
Soegijapranata. Saat ini ia sedang menulis tesis S2 di Program Magister Lingkungan
dan Perkotaan Unika Soegijapranata.

266
Nampaknya cukup sederhana, walau tidak terlalu canggih. Tapi
bagi isteri saya ini sudah cukup menyulitkan. Apalagi tidak ada
panduan tertulis ataupun pelatihan.
Yang dilakukan isteri saya ketika menghadapi kesulitan adalah
meminta bantuan anak kami. Dari interaksi mereka pada saat itu,
nampak jelas perbedaan antara seorang digital native dan seorang
digital immigrants. Anak kami sulit memahami kesulitan yang
dihadapi isteri saya. Baginya itu hanya masalah kecil yang mudah
diatasi. Ia sering frustasi ketika berusaha menjelaskan cara
mengatasi persoalan itu.

Pelajaran yang dipetik

Pengalaman ini membuat saya baru sadar bahwa dalam dunia


digital terdapat kesenjangan besar antar generasi. Generasi digital
immigrants tidak dapat sepenuhnya memahami generasi digital
native, demikian juga sebaliknya. Generasi digital immigrant
merasa kesulitan ketika berkomunikasi, berkolaborasi dan
mendidik generasi digital native.
Kesenjangan ini menciptakan masalah besar bagi orang tua dan
pendidik. Hubungan antara anak-anak digital native dan orang tua
mereka tidak mudah, karena ada potensi konflik yang timbul dari
pendekatan, nilai, kompetensi, dan bahasa yang berbeda.

267
Dalam dunia pendidikan kesenjangan muncul dengan jelas ketika
digital immigrant mengajar digital native. Banyak guru tidak
berbicara bahasa yang sama dengan siswa mereka. Pengajar
menggunakan bahasa pra-digital kepada generasi yang berbahasa
digital.

-Ω-

268
21.

Theresia Dwi Hastuti32

“Dinamika pendidikan membawa kita semua pada pergerakan


untuk mampu beradaptasi dengan perubahan lingkungan dan
perubahan jaman”

K
ata dinamika secara umum sering diartikan sebagai
sesuatu yang berkesinambungan, bergerak, atau
berjalan. Kata ini juga mengarah kepada perubahan
yang merujuk pada proses secara spesifik dan tidak mempunyai
sifat yang tetap. Dinamika merupakan sesuatu yang mempunyai
kekuatan selalu bergerak, berkembang, dan dapat menyesuaikan
diri secara memadai terhadap keadaan. Dinamika juga berarti
adanya interaksi dan interdependensi antara anggota kelompok
dengan kelompok secara keseluruhan. Keadaan ini dapat terjadi
karena selama ada kelompok, semangat kelompok (group spirit)
terus-menerus ada dalam kelompok itu, oleh karena itu kelompok
tersebut bersifat dinamis, artinya setiap saat kelompok tersebut
dapat berubah.

32
Dr. Theresia Dwi Hastuti, SE, MSi, Akt, CPA adalah dosen Fakultas Ekonomi dan
Bisnis (FEB) dan Wakil Rektor bidang Keuangan dan SDM Unika Soegijapranata
Semarang

269
Pengertian Dinamika Pendidikan
Menurut kamus Bahasa Indonesia, kata pendidikan diartikan
sebagai proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau
kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui
upaya pengajaran dan pelatihan. Apabila kata dinamika
mempunyai arti gerak atau kekuatan yang dimiliki sekumpulan
orang dalam masyarakat untuk dapat menimbulkan perubahan
dalam tata hidup masyarakat, maka dinamika pendidikan
merupakan suatu proses dan gerak yang dapat menimbulkan
perubahan tatanan kehidupan masyarakat dengan cara pengubahan
sikap dan tata laku seseorang atau sekelompok orang melalui
proses pengajaran dan pelatihan.
Pendidikan dipercaya untuk membentuk masyarakat agar dapat
menjadi pribadi yang dapat berpartisipasi dalam pembangunan dan
dapat menghadapi perubahan yang cepat. Tetapi di dalam
realitanya pendidikan belum bisa sepenuhnya memenuhi
kepercayaan dan harapan masyarakat tersebut. Tantangan global
juga sangat berpengaruh terhadap perubahan dunia pendidikan dan
menghadapkan peserta didik pada realitas yang terus saja berubah.
Tugas pendidikan adalah membawa generasi ini mampu memiliki
mekanisme yang lebih dekat dengan realita masyarakat sehingga
siap menghadapi kontradiksi alam dan lingkungan yang selalu
mengalami perubahan.

270
Tan Malaka menyatakan “Bila kaum muda yang telah belajar di
sekolah dan menganggap dirinya terlalu tinggi dan pintar untuk
melebur dengan masyarakat yang bekerja dengan cangkul dan
hanya memiliki cita-cita yang sederhana, maka lebih
baik pendidikan itu tidak diberikan sama sekali”, Hal ini menjadi
tantangan dunia pendidikan untuk membentuk kaum terdidik untuk
memaknai pendidikan sebagai suatu yang mampu membaur
kemasyarakat tidak dengan membawa kesombongan tetapi mampu
memaknai peran besar di tengah masyarakat, sehingga akan dapat
selaras dengan pernyataan Nelson Mandela bahwa
“Pendidikan adalah senjata paling ampuh untuk mengubah dunia”

Pendidikan adalah Bekal untuk Pembaruan

Pada hakikatnya pendidikan adalah usaha sadar dan terencana


untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar
peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk
memiliki potensi spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang
diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara (Munib, 2004).
Hal ini menjelaskan bahwa pendidikan merupakan suatu upaya
yang terencana, yang dilakukan untuk mengembangkan potensi
yang dimiliki oleh peserta didik. Tugas seorang pendidik untuk
mampu melihat dan mengasah potensi-potensi yang dimiliki
peserta didiknya, sehingga mampu berkembang menjadi manusia

271
berguna bagi masyarakat, bangsa, dan negara. Pendidikan
mempunyai tugas untuk menghasilkan generasi yang baik,
manusia–manusia yang lebih berbudaya, dan manusia sebagai
individu yang memiliki kepribadian yang lebih baik.
Pendidikan juga menjadi sarana untuk mengarahkan cara kita
memandang semesta sebagai salah satu bagian pengembangan
ilmu pengetahuan. Berdasarkan pemahaman yang ada, cara
pandang kita sering kali deterministik dan obyektif. Oleh karena
itu, konsep pengetahuan cara menyampaikan dan metode
pengembangannya perlu disesuaikan dengan perubahan yang ada.
Perlu juga re-orientasi mendasar terhadap sistem pendidikan kita,
baik mengenai substansi dan metodenya disesuaikan dengan spirit
jaman. Hakekat pendidikan sejalan dengan pesan kemandirian
lokal, menghasilkan manusia yang memiliki kemandirian untuk
ikut berpartisipasi pada proses pembaharuan (Amien, 2005).

Hakekat Pendidikan

Perkembangan pendidikan akan sejalan dengan kemampuan


berpikir manusia, sehingga berproses sejalan dengan
perkembangan usia, kedewasaaan seseorang dan kompleksitas
permasalahan, relasi serta lingkup pekerjaannya .
Flanagan et al (2007) menjelaskan berbagai kemampuan berpikir
manusia dapat dijabarkan sebagai berikut:

272
1. Comprehension-Knowledge (Gc): mencakup luas dan dalamnya
pengetahuan yang diperoleh seseorang, kemampuan untuk
mengkomunikasikan pengetahuan seseorang, dan kemampuan
untuk bernalar menggunakan pengalaman atau prosedur yang
dipelajari sebelumnya.
2. Fluid Reasoning (Gf): mencakup kemampuan luas untuk
bernalar, membentuk konsep, dan menyelesaikan masalah
menggunakan informasi asing atau prosedur baru.
3. Pengetahuan Kuantitatif (Gq): adalah kemampuan untuk
memahami konsep dan hubungan kuantitatif dan untuk
memanipulasi simbol numerik.
4. Kemampuan Membaca & Menulis (Grw): termasuk
keterampilan membaca dan menulis dasar.
5. Short-Term Memory (Gsm): adalah kemampuan untuk
menangkap dan menyimpan informasi dalam kesadaran
langsung dan kemudian menggunakannya dalam beberapa
detik.
6. Penyimpanan Jangka Panjang dan Pengambilan (Glr): adalah
kemampuan untuk menyimpan informasi dan dengan lancar
mengambilnya nanti dalam proses berpikir.
7. Pemrosesan Visual (Gv): adalah kemampuan untuk memahami,
menganalisis, mensintesis, dan berpikir dengan pola visual,
termasuk kemampuan untuk menyimpan dan mengingat
representasi visual.

273
8. Pemrosesan Pendengaran (Ga): adalah kemampuan untuk
menganalisis, mensintesis, dan membedakan rangsangan
pendengaran, termasuk kemampuan untuk memproses dan
membedakan suara ucapan yang dapat disajikan dalam kondisi
terdistorsi.
9. Memproses Kecepatan (Gs): adalah kemampuan untuk
melakukan tugas-tugas kognitif otomatis, terutama ketika
diukur di bawah tekanan untuk mempertahankan perhatian yang
terfokus
Manusia akan memproses kemampuan yang dimilikinya dan
memadukannya untuk merespon informasi maupun tugas yang
harus dihadapinya. Respon yang diberikan juga akan beragam ada
yang (a) Tidak melakukan proses berpikir, hanya proses reaksi
terhadap stimulis yang diterima. Reaksi biasanya dari tidak
disenangi menjadi disenangi. (b). Membuat keputusan, kita mulai
memiliki kendali yang efektif terhadap lingkungan, kita mampu
mengetahui pola situasi, dan mengembangkan prosedur serta
norma yang berkaitan dengannya. Kita mulai mengevaluasi
alternatif yang ada dan memilih, prosedur ini hanya efektif untuk
keputusan keputusan yang sederhana. (c). Mengevaluasi berbagai
gagasan dan mendiskusikan kekuatan dan kelemahan masing-
masing gagasan. (d). Berpikir kreatif, pada saat masalah semakin
kompleks dan isu-isu yang kelihatan tidak terhadap lingkungan
mungkin lagi dipecahkan, diperlukan gagasan yang berasal dari

274
kesadaran kita, maka dibutuhkan daya kreativitas yang tinggi, bisa
sampai pada perumusan visi baru organisasi. (e) Melakukan pilihan
dengan mengandalkan kepekaan kepekaan dan ketajaman intuisi
untuk memperkuat daya kreativitas. Jika proses berjalan dengan
baik pilihan yang dibuat menunjukkan kita mampu melakukan
transformasi diri atau tatanan kita.
Moralitas menunjukkan apa yang merupakan cara "benar" dan
"salah" untuk berperilaku, misalnya, bahwa seseorang harus adil
dan tidak adil kepada orang lain (Haidt & Kesebir, 2010). Ini
dianggap menarik untuk menjelaskan perilaku sosial individu yang
hidup bersama dalam kelompok (Gert, 1988). Tomasello & Vaish
(2013) menjelaskan fitur-fitur penting yang menjadi ciri moral
manusia berhubungan dengan (a) penahan sosial benar dan salah,
(b) konsepsi diri moral, dan (c) interaksi antara pikiran dan
pengalaman.
Amien (2015) menyatakan moralitas kita membawa kepada
mentalitas bertransaksi menjadi mentalitas berelasi, dan
kemampuan berimajinasi moral yang mampu menggambarkna
bagaimana keputusan tindakan kita berdampak pada orang lain dan
pada proses menjadi yang berlangsung pada diri sendiri kita. Tanpa
kemampuan imajinasi moral, kita hanya menjadi penipu diri dan
melakukan rasionalisasi terhadap tindakan- tindakan kita”
Bagaimana kita bisa mencapai mentalitas berelasi? Salah satu hal
yang perlu di tingkatkan adalah sprirtualitas kita. Amien (2005)

275
menyatakan bahwa Spiritualitas adalah inti terdalam karena
merupakan ikatan yang intim antara pikiran dan tindakan,
keyakinan dan emosi kita, semakin sedikit muatan spiritual
seseorang, semakin besar kemungkinan dimensi spiritual adalah
pemahaman eksistensi tentang apa, bagaimana dan mengapa
pekerjaan kita.

Hakikat Belajar

Belajar adalah suatu proses usaha/kegiatan yang dilakukan


seseorang untuk memperoleh perubahan tingkah laku yang baru
sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam berinteraksi dengan
lingkungan (Hamalik, 2008). Hasil belajar adalah penilaian akhir
dari suatu proses yang secara berulang-ulang dan terus
ditingkatkan dan berkesinambungan. Ada kriteria tertentu yang
dijadikan ukuran untuk memantau, mengevaluasi,
mengembangkan dan memperbaiki sehingga proses belajar dapat
mencapai hasil yang optimal dan mampu mengembangkan diri
dalam tahapan-tahapan yang sesuai.
Gulo (2002) mendefinisikan belajar suatu proses yang berlangsung
di dalam diri seseorang yang mengubah tingkah lakunya, baik
tingkah laku dalam berpikir, bersikap, dan berbuat. Dari definisi
Gulo(2002) dan Hamalik (2008) tersebut dapat disimpulkan bahwa
belajar adalah proses peningkatan pengetahuan dan ketrampilan

276
individu atas dasar pengalaman pribadi dan stimulus dari pihak lain
dan lingkungannya.

Konsep Kemandirian Belajar

Kemandirian belajar adalah kemampuan untuk melakukan


aktivitas sehari-hari sesuai dengan tahapan perkembangan dan
kapasitasnya (Lie, 2004). Benson & Voller (1997) menyatakan
bahwa otonomi belajar bermakna (1) Situasi di mana peserta didik
belajar sepenuhnya sendiri, (2) membutuhkan seperangkat
keterampilan yang dapat dipelajari dan diterapkan dalam
pembelajaran mandiri; (3) ada kapasitas bawaan yang ditekan oleh
pendidikan institusi;latihan tanggung jawab peserta didik untuk
pembelajaran mereka sendiri; untuk hak peserta didik dalam
menentukan arah pembelajaran mereka sendiri.
Little (1996) mendefinisikan kemandirian belajar sebagai suatu
kapasitas untuk refleksi kritis, membuat keputusan dan
menindaklanjuti keputusan tersebut. Dickinson (1992)
mendefinisikan kemandirian belajar sebagai suatu keadaan yang
menuntut individu untuk bertanggungjawab atas semua keputusan
yang diambil dan menjalankan keputusan tersebut dengan baik.
Dari berbagai definisi tersebut dapat ditarik kesimpulan, belajar
mandiri adalah suatu kegiatan belajar aktif yang didorong oleh niat
atau motif untuk menguasai suatu kompetensi dalam rangka
menyelesaikan suatu masalah dan mensikapi suatu keadaan.

277
Dalam kemandirian belajar, aktivitas dilakukan merupakan
aktivitas yang sesuai minat, sesuai kebutuhan dan melakukan
pengembangan sesuai dengan kondisi yang dihadapi dan inisiatif
yang tercipta dan lebih menekankan kepada upaya mencukupkan
dan mengusahakan sendiri dan kelompok.
Faktor yang mempengaruhi kemandirian belajar ada 2 (dua), yaitu
faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal adalah faktor
yang ada dalam diri sendiri antara lain faktor emosional dan faktor
intelektual yang dimiliki individu, sedang faktor eksternal meliputi
faktor sarana prasarana penunjang, lingkungan, interaksi dengan
orang lain, karakteristik sosial, pola asuh, stimulasi (dukungan
pihak lain, motivator, dan fasilitator). Damn (2008) menjelaskan
karakteristik individu yang memiliki kemandirian belajar adalah
mencintai proses belajar, kepercayaan diri, keterbukaan terhadap
tantangan belajar dan memiliki rasa ingin tahu yang besar.
Sedangkan Song and Hill (2007) menyebutkan bahwa kemandirian
terdiri dari beberapa aspek, yaitu:
1. Personal Attributes, merupakan aspek yang berkenaan dengan
motivasi dari pebelajar, penggunaan sumber belajar, dan
strategi belajar. Motivasi belajar merupakan keinginan yang
terdapat pada diri seseorang yang merangsang pembelajar untuk
melakukan kegiatan belajar yaitu (a) Tanggung jawab, (b)
Tekun terhadap tugas, (c) Ada waktu penyelesaian tugas
(berusaha menyelesaikan setiap tugas dengan waktu secepat

278
dan seefisien mungkin) dan (d) menetapkan tujuan yang
realistis.
2. Processes, merupakan aspek yang berkenaan dengan otonomi
proses pembelajaran yang dilakukan oleh pembelajar meliputi
perencanaan, monitoring, serta evaluasi pembelajaran.
3. Learning Context berfokus pada faktor lingkungan dan
bagaimana faktor tersebut mempengaruhi tingkat kemandirian
pebelajar. Ada beberapa faktor dalam konteks pembelajaran
yang dapat mempengaruhi pengalaman mandiri pebelajar antara
lain, structure dan nature of task.

Proses kemandirian belajar tidak muncul begitu saja, dibutuhkan


proses yang menginisiasi dan menjadi stimulan terjadinya
kemandirian belajar itu sendiri. Stimulan bisa berasal dari kondisi
lingkungan, interaksi dengan orang lain, keluarga, bahkan dari diri
sendiri. Motivasi dalam diri individu menjadi faktor awal yang
menjadi kunci utama terjadinya kemandirian belajar. Orang yang
memiliki motivasi yang tinggi sanggup untuk menembus berbagai
keterbatasan yang dimiliki untuk berinisiatif mencari jalan keluar
dan bahkan mendobrak keterbatasannya. Inisiatif akan mendorong
kreativitas, dan sikap terbuka terhadap tantangan akan
mewujudkan proses kemandirian belajar dapat berjalan dengan
baik. Dari proses yang dijalani akan membuat kepercayaan diri
meningkat dan terus akan mencari tantangan-tantang baru, dengan

279
demikian pengembangan diri dan pengembangan ilmu akan
diperoleh dari kemandirian belajar tersebut.
Berbicara mengenai kemandirian belajar, terkait juga dengan
istilah kemandirian lokal. Kemandirian lokal lebih menekankan
kepada proses dalam lingkup tatatan organisasi dengan kondisi
lingkungan luar untuk saling beradaptasi dan secara mandiri
menciptakan solusi atas berbagai masalah yang terjadi.
Kemandirian lokal merupakan pendekatan yang menunjukkan
bahwa pembangunan lebih tepat dilihat dari proses adaptasi-kreatif
suatu tatanan masyarakat atau tatanan organisasi seharusnya
dikelola dengan mengedepankan partisipasi dan dialog dibanding
semangat pengendalian yang ketat. Pendidikan tidak lagi
diperlakukan sebagai upaya sistematis untuk menyiapkan pelajar
menghadapi hari depannya, tetapi merupakan kegiatan yang
memfasilitasi para pelajar untuk menggali potensi mereka agar
mampu merajut masa depan mereka.
Kegiatan pembelajaran tidak seharusnya dianggap hanya kegiatan
alih pengetahuan, hanya berkaitan dengan dunia fisik/materi, tetapi
seharusnya syarat dengan makna dan nilai yang diberikan. Hal ini
sejalan dengan teori ekonomi neo klasik yang memaknai
pendidikan sebagai proses meningkatkan kompetensi manusia.
Pembelajaran kedepan bisa difokuskan kepada meengenali respon
terhadap situasi baru yang dihadapi, yang tidak terantisipasi dan
tidak diharapkan, peserta didik harus mampu melihat perubahan

280
dunia sebagai sesuatu yang senantiasa baru. Kemandirian lokal
harus mampu menjaga keberlangsungan yang terus berubah
adaptif-kreatif. Redefinisi pendidikan dilakukan dengan
memposisikan pendidikan sebagai upaya menyadarkan manusia
sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari semesta alam berarti
menciptakan kemandirian lokal (Amien, 2005). Perubahan
lingkungan, perkembangan teknologi informasi dan berbagai
perubahan yang sudah dan akan terjadi dapat segera ditindaklanjuti
dunia pendidikan untuk menjadi bagian yang integral dalam
memberikan makna dan value ke peserta didik. Kecepatan
beradaptasi dan merespon perubahan untuk kemudian memberikan
makna dan value menjadi indikator keberhasilan dunia pendidikan,
sehingga peserta didik akan menjadi kreatif bahkan syarat dengan
inovasi dan dinamika pendidikan menjadi dinamis selaras dengan
perkembangan jaman.
Atas dasar penjelasan mengenai kemandirian belajar dapat
disimpulkan bahwa belajar mandiri ini menciptakan kondisi
“belajar bagaimana cara belajar yang tepat” sehingga menemukan
proses yang efektif yang sesuai dengan potensi dan kondisi serta
tujuan masing-masing. Hal ini membutuhkan perencanaan strategis
dan persiapan psikologis yang akan mendukung tercapainya tujuan
kemandirian belajar. Niat dan motif menjadi kekuatan utama yang
mampu mengerakkan kemandirian belajar dengan efektif, kreatif
dan inovatif.

281
Dinamika pendidikan membawa kita semua pada pergerakan untuk
mampu beradaptasi dengan perubahan lingkungan dan perubahan
jaman. Proses adaptif-kreatif-inovatif menjadi rangkaian kata yang
harus dihidupi untuk mencapai pembaharuan yang selalu dinamis
memenangkan pergulatan kehidupan. Bukan hanya untuk diri
sendiri tetapi juga untuk organisasi, bangsa dan dunia.
Kemandirian belajar menjadi kunci untuk dalam menjalankan
proses adaptif-kreatif-inovatif. Tidak tergantung pada ruang dan
waktu, tetapi terus bertumbuh tergantung kepada potensi diri,
keterbukaan akan adanya perubahan dan kemauan untuk bersikap
positif serta kemampuan menangkap peluang pengembangan.
Membawa diri pada pencapaian kecerdasan emosional dan
spiritual, sehingga mampu menciptakan suatu produk bernilai
sebagai wujud partisipasi dalam proses pembaharuan semesta.
Perpaduan kecerdasan yang diperoleh dari pendidikan dan
kemandirian belajar membuat kita menjadi kreatif, mampu
berimajinasi dan memiliki ketajaman intuisi yang tinggi yang pada
akhirnya menjadikan kita dapat memiliki kunci keberhasilan untuk
berpartisipasi dalam proses pembaharuan semesta.

DAFTAR PUSTAKA
Acmad, Munib. 2004. Pengantar ilmu pendidikan. Unnes Press, Semarang.
Anita Lie. 2004. Cooperative Learning: Mempraktekkan Cooperative
Learning di Ruang-Ruang Kelas. Jakarta: PT. Grasindo.

282
Benson, P., and Voller, P. (1997). Introduction: autonomy and independence
in language learning. Harlow: Longman.
Dam, L. (2008, Spring). In-service teacher education for learner autonomy.
Independence (IATEFL Learner Autonomy SIG).
Dickinson, L. (1992). Learner autonomy 2: Learner training for language
learning. Dublin, Ireland: Authentik.
Flanagan, D. P., Ortiz, S. O., & Alfonso, V. C. (2007). Essentials of cross-
battery assessment. (2nd Edition). New Jersey: John Wiley & Sons, Inc
Gert, B. (1988). A new justification of the moral rules. Oxford, UK: Oxford
University Press.
Gulo,W.2002.Strategi belajar Mengajar. Jakarta. PT Grasindo
Haidt, J., & Kesebir, S. (2010). Morality. In S. Fiske, D. Gilbert, & G.
Lindzey (Eds.), Handbook of social psychology (5th ed., pp. 797-832).
Hoboken, NJ: Wiley
Hamalik, Oemar. 2004. Psikologi Belajar. Jakarta. PT Rineka Cipta
Little, D. (1996). The politics of learner autonomy. Learning Learning 2/4,
pp. 7–10.
Mappadjantji Amien., (2005). Kemandirian Lokal: Konsepsi Pembagunan,
Organisasi dan Pendidikan dari Persepektif Sains Baru. Jakarta. PT
Gramedia Pustaka Utama.
Song and Hill. (2007). A Conceptual Model for Under Standing Self-
Directed Learning in Online Environments. Journal of Interactive
Online Learning, Volume 6, Number 1. University of Georgia
Stamboel, K.A. (2009). Kualitas Kepemimpinan Menghadapi Krisis. Detik
News. URL: https://news.detik.com/opini/d-1082972/kualitas-
kepemimpinan-menghadapi-krisis
Tomasello, M., & Vaish, A. (2013). Origins of human cooperation and
morality. Annual Review of Psychology, 64, 231-255.

283
Stamboel, K.A. (2009). Kualitas Kepemimpinan Menghadapi Krisis. Detik
News. URL: https://news.detik.com/opini/d-1082972/kualitas-
kepemimpinan-menghadapi-krisis
Zulkarnain, Wildan. (2013). Dinamika Kelompok: Latihan Kepemimpinan
Pendidikan. Jakarta. Bumi Aksara.

284
AI & Big Data Analytics, 12 LMS, 102, 104, 114, 147, 148, 149,
Andragogy, 78, 79 153
APD, 238 Minus Malum, vi, 169, 181
asinkron, 151, 176, 178, 225, 226 Moodle, vi, 16, 114, 145, 148, 149, 152,
asynchronous, 52 153, 154, 222
ATGW, 105 Nadiem Anwar Makarim, 99
BDR, v, 7, 11, 39, 40, 42, 46, 47, 48, Paedagogy, 78, 79
185 physicial distancing, 23
BigBlueButton, 7, 15, 117, 121, 129, Prof Budi Widianarko, 4
151, 152, 153, 156, 230, 259 professional judgement, 21, 22, 26, 32
Bio Informatics, 12 QR Code, 4, 6, 8
BPS, 35, 36 question bank, 31
Clayton Christensen, 1, 3 Rencana Pembelajaran Semester, 24,
Cyber Security, 12 118, 160, 165
cyberphobia, 191 sinkron, 176, 225, 226
DELTA, 9, 135, 139, 140, 143 Sistem Pendidikan Nasional, 204
Digital Immigrants, 263 SPADA, 102, 118, 121
Digital Innovation, 12 synchronous, 52
digital migrant, 18 Telkomsel, 110, 159, 254
driver, 45 the joy of learning, 21, 34
filial piety, 54 vicon, 7, 8, 9, 228
force majeur, 62 WFHe, 155, 158, 164, 165, 166, 168
Heraclitus, 14 Whatsapp, 17
hybrid/blended, 114, 116, 118, 125, whizkids, 56
126 WHO, 13, 103, 171
Indosat, 110, 159, 254 working from home, 23
KANTAR, 192, 200

285
Frederick Ridwan Sanjaya - Robertus Setiawan Aji Nugroho - Bernadia Linggar Yekti Nugraheni -
Christin Wibhowo - Cecilia Titiek Murniati - Kristiana Haryanti - Eny Trimeiningrum - Bernadeta
Lenny Setyowati - Angelika Riyandari - Victoria Kristina Ananingsih - Rikarda Ratih Saptaastuti -
Elizabeth Lucky Maretha Sitinjak - Antonius Suratno - Benny Danang Setianto - Ignatius Dadut
Setiadi - Meiliana - Albertus Dwiyoga Widiantoro - Christian Moniaga - Antonius Maria Laot Kian -
Tjahjono Rahardjo - Theresia Dwi Hastuti

AKU TETAP
U,
BE RJA UNTUKM
KE
KAMU TINGGAL
DIRUMAH
UNTUK KAMI

© Universitas Katolik Soegijapranata 2020

Anda mungkin juga menyukai