Anda di halaman 1dari 41

KARYA TULIS ILMIAH

PERUBAHAN SISTEM PEMBELAJARAN DI MASA COVID-19

Karya Ilmiah Ini Disusun Sebagai Tugas Akhir

Di Sma Fajar Dunia

NAMA : Fajar Dunia


NISN : 20254158

SMA FAJAR DUNIA


JALAN PALASARI TIMUR NO.50 RT 21/10 DESA MAMPIR
KECAMATAN CILEUNGSI KABUPATEN BOGOR 16820
TAHUN PELAJARAN 2020 / 2021
LEMBAR PERSETUJUAN UJIAN KARYA TULIS ILMIAH

Nama : Fajar Dunia

NIS : 181910001

NISN : 20254158

Judul KTI : PERUBAHAN SISTEM PEMBELAJARAN DI MASA

COVID-19

Telah diperiksa dan disetujui untuk diujikan

Pada tanggal : _______________ 2020

Pembimbing Materi, Pembimbing Teknik,

Suparman, M.Pd Arsa, M.Pd

i
LEMBAR PENGESAHAN

Karya Tulis Ilmiah Ini telah diajukan pada hari ......, ................ , 20...

Tim Penguji Tanda Tangan

Ketua : Suparman, M.Pd.

Sekretaris : Arsa, M.Pd.

Anggota : Weni Sugiharti, M.Pd.

Mengesahkan,

Ketua YPI Fajar Dunia

Dr.H. Lita Gunawati, M.Pd.

ii
LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa KTI dengan judul "PERUBAHAN SISTEM
PEMBELAJARAN DI MASA COVID-19" ini beserta seluruh isinya adalah
benar-benar karya saya sendiri. Saya tidak melakukan penjiplakan atau
pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika ilmu yang berlaku
dalam keilmuan. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung risiko/sanksi apabila
di kemudian hari ditemukan adanya pelanggaran etika keilmuan atau ada klaim
dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.

Bogor, 10 September 2020

Materai

6000

Fajar Dunia
Nisn - 20254158

iii
ABSTRAK

Pembelajaran merupakan instrumen penting mencerdaskan kehidupan Bangsa.


Sebagai suatu sistem penting dalam pendidikan, pembelajaran diselenggarakan
sebagai ruang interaksi terbangunnya relasi guru dan peserta didik
mengembangkan potensi kognitif, psikomotorik dan afektif. Hal ini harus
didukung dengan dinamika pembelajaran yang berjalan secara efektif dan suasana
belajar internal yang membuat peserta didik tertarik belajar. Pembelajaran juga
dapat dipengaruhi oleh faktor eksternal, seperti dengan adanya wabah Covid-19.
Realitas menunjukkan bahwa dinamika pembelajaran di Indonesia saat ini
terganggu oleh wabah Covid-19 yang memberikan dampak diantaranya; 1)
sekolah dialihkan ke rumah melalui proses pembelajaran daring; 2) terjadi
transformasi media pembelajaran berbasis teknologi melalui penggunaan
Wathshap Group, Zoom, Google Classroom, WebEx, Youtube, dan saluran TV;
3) penyesuaian metode pembelajaran; 4) penyesuaian evaluasi pembelajaran
untuk penentuan standar kenaikan kelas dan kelulusan; dan 5) tuntutan kolaborasi
orangtua peserta didik di rumah sebagai pengganti guru mengontrol pembelajaran
anak.

Keywords

Perubahan Sistem Pembelajaran, Covid-19

iv
LEMBAR MOTO

Langkah pertama dalam pengetahuan adalah mendengarkan,

kemudian diam dan penuh perhatian, kemudian melestarikannya,

lalu mempraktikkannya dan kemudian menyebarkannya.

(Sufyan bin Uyainah)

KTI Ini

kupersembahakn untuk keluargaku tercinta

untuk setiap dukungan dan motivasinya

(Ayah, Ibu, Keluarga Juga Teman-teaman)

v
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya kepada peneliti sehingga akhirnya peneliti dapat menyelesaikan
Karya Tulis Ilmiah ini tepat pada waktunya.
Karya Tulis Ilmiah yang berjudul “PERUBAHAN SISTEM PEMBELAJARAN
DI MASA COVID-19” ini ditulis untuk memenuhi salah satu syarat Tugas Akhir SMA
Fajar Dunia. Pada kesempatan yang baik ini , izinkanlah peneliti menyampaikan rasa
hormat dan ucapan terimakasih kepada semua pihak yang dengan tulus ikhlas telah
memberikan bantuan dan dorongan kepada peneliti dalam menyelesaikan Karya Tulis
Ilmiah ini, terutama kepada:

1. K.H. Tubagus Abu arif muhammad achsan, L.C.MA, dan Dr. Hj. Lita
Gunawati selaku Pengasuh Pondok pesantren Fajar Dunia.
2. Suparman, M.Pd. selaku Kepala SMA Fajar Dunia dan sebagai guru
pembimbing materi yang telah banyak memberikan dorongan dan
semangat dalam penulisan KTI ini.
3. Arsa, M.Pd. selaku Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan SMA Fajar
Dunia dan sebagai guru Pembimbing Teknik yang telah banyak membantu
dalam bimbingan dan motivasi dalam penulisan KTI ini.
4. Kepala Sekolah SMA Fajar Dunia Cileungsi, Bapak Suparman, M.Pd.,
Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikululm Weni Sugiharti, M.Pd., Wakil
Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan Arsa, M.Pd., yang telah memberikan
banyak dudkungan dan motivasi sehingga penulisan Karya Tulis Ilmiah ini
selesai.
5. Guru yang telah memberikan ilmu selama aku menuntut ilmu di SMA
Fajar Dunia.
6. Mamah, Bapak dan keluarga tercinta, terimakasih untuk doa dan dukungan
yang tulus senantiasa mengiringi setiap hari khususnya dalam masa sekolah
dan pembuatan Karya Tulis Ilmiah ini.
7. Teman-teman sekelasku serta sahabatku Sugiri, Ickna, Deni juga teman
seperjuangan penelitian Karya Tulis Ilmiah ini ku ucapkan terima kasih.

vi
Peneliti menyadari bahwa Karya Tulis Ilmiah ini masih banyak kekurangannya
baik dari segi bentuk, isi maupun teknik penyajiannya, oleh karena itu kritik dan saran
yang bersifat membangun dari berbagai pihak, peneliti terima dengan terbuka serta
sangat diharapkan Karya Tulis Ilmiah ini memenuhi sasarannya.

Cileungsi, Juli 2019

Fajar Dunia

vii
DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN UJIAN KARYA TULIS ILMIAH ......................................... i


LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................................... ii
LEMBAR PERNYATAAN .............................................................................................. iii
ABSTRAK ........................................................................................................................ iv
LEMBAR MOTO .............................................................................................................. v
KATA PENGANTAR ...................................................................................................... vi
DAFTAR ISI................................................................................................................... viii
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................................1
A. Latar Belakang ....................................................................................................1
B. Batasan Masalah .................................................................................................6
C. Rumusan Masalah ...............................................................................................6
D. Tujuan Penelitian ................................................................................................6
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................... 7
A. Landasan Teori ................................................................................................... 7
B. Hasil Penelitian ................................................................................................. 21
C. Kerangka Berpikir ............................................................................................ 29
D. Hipotesis Penelitian .......................................................................................... 29
BAB III PENUTUP ......................................................................................................... 30
A. Simpulan ........................................................................................................... 30
B. Saran ................................................................................................................. 31
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 32

viii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dunia saat ini sedang mengalami Global Pandemic Corona Virus
Disiase-19 (Covid-19) sebagaimana dinyatakan oleh World Health
Organization (WHO) pada 11 Maret 2020. Pandemi Covid-19 telah melanda
setidaknya 214 negara termasuk Indonesia dan memaksa lebih dari setengah
umat manusia mengunci diri di dalam rumah. Pandemi Covid 19 di
Indonesia diawali dengan temuan penderita penyakit Covid-19 pada 2 Maret
2020 yang selanjutnya berdampak pada meningkatnya jumlah korban dan
meluasnya cakupan wilayah terkena bencana, serta menimbulkan implikasi
pada aspek sosial ekonomi yang luas di Indonesia. Hingga akhirnya pada 13
April 2020, Pemerintah Indonesia menetapkan status bencana non alam
terhadap wabah penyakit virus corona. dengan diterbitkannya Keputusan
Presiden (Keppres) Nomor 12 Tahun 2020 Tentang Penyebaran Corona
Virus Disiase (Covid-19) Sebagai Bencana Nasional.
Kondisi pandemi Covid-19 ini mengakibatkan perubahan yang luar
biasa, termasuk dalam bidang pendidikan di Indonesia. Seolah seluruh
jenjang pendidikan 'dipaksa' bertransformasi untuk beradaptasi secara tiba-
tiba drastis untuk melakukan pembelajaran dari rumah melalui media daring
(online). Ini tentu bukanlah hal yang mudah, karena belum sepenuhnya siap.
Problematika dunia pendidikan yaitu belum seragamnya proses
pembelajaran, baik standar maupun kualitas capaian pembelajaran yang
diinginkan.
Hal tersebut mengakibatkan pendidikan jenjang dasar dan menengah
berubah secara dramatis hanya dalam waktu hitungan hari. Pandemi ini telah
mengakibatkan 404 ribu sekolah tutup di Indonesia. Secara nasional, lebih
dari 51 juta peserta didik dari PAUD, SD, SMP, SMA, SMK, SLB keluar
dari ruang kelas. Sekolah formal mendadak dipaksa secara serentak
menggunakan aplikasi media pembelajaran jarak jauh bagi siswanya, tanpa
persiapan yang matang, demi menggantikan pembelajaran tatap muka di

1
kelas. Para guru secara tiba-tiba pula melakukan sesuatu yang berbeda
dalam pemberian pelajaran kepada siswanya. Ada yang canggung dengan
tekhnologi, akibatnya para guru hanya memberikan tugas setiap harinya.
Sehingga siswa tidak memiliki flesksiblitas waktu di rumah karena
banyaknya tugas diberikan oleh para guru.
Namun ada juga guru yang mampu memanfaatkan momen pandemi
ini untuk meningkatkan potensi manfaat aksesibilitas platform digital
dengan membuat konten pembelajaran e-learning yang khas, sehingga siswa
merasa senang dan nyaman dalam belajar. Akan tetapi guru yang mampu
tersebut masih sedikit, tidak sebanding dengan jumlah siswa yang banyak.
Selain itu ada juga instansi-instansi yang sibuk membuat tayangan TV
dengan menyuguhkan pembelajaran ala kadarnya yang penting ada kegiatan
belajar online. Tidak kalah penting bahwa kondisi demikian juga dialami
oleh masyarakat yang tinggal di plosok pedesaan. Kegiatan pembelajaran
kondisi pandemi yang dilakukan Sekolah khususnya plosok pedesaan yang
sangat sukar untuk mendapatkan fasilitas internet. Bahkan banyak
diantaranya pelajar atau orangtua yang tidak mempunyai smartphone untuk
digunakan dalam pembelajaran jarak jauh (online). terkesan hanya dibuat
dalam jangka pendek dan bersifat sementara, sambil menunggu
perkembangan, WAIT AND SEE, sambil dilihat-lihat, toh nanti akan kembali
normal seperti sedia kala. Polemik tentang masa pandemi berakhir sangat
mempengaruhi pihak sekolah. Terutama oleh kepala sekolah dan para guru.
Sistem pembelajaran sejatinya dilakukan melalui interaksi guru
dengan siswa dalam suasana lingkungan belajar. Esensi pembelajaran ini
merupakan pendampingan yang dilakukan pendidik untuk mentransmisikan
ilmu kepada peserta didik. Oleh karena itu, secara sederhana pembelajaran
dapat dimaknai sebagai suatu proses pencerahan yang dilakukan guru untuk
membantu siswa mendapatkan pembelajaran dan mampu memahami bahan
pembelajaran yang diberikan.
Paradigma terhadap esensi pembelajaran semacam itu telah menjadi
klasik dengan adanya krisis Covid-19 yang telah mengubah paradigma
pendidikan dan pembelajaran di dunia. Krisis pandemi ini tidak hanya

2
menyerang organ pernapasan manusia, namun juga menghentikan organ
sistem pendidikan dan pembelajaran yang diselenggarakan secara normal
melalui pembelajaran tatap muka di sekolah. Seluruh dunia disibukkan
dengan pencegahan penularan Covid-19 sehingga diterapkan penghentian
seluruh aktivitas di luar rumah dan perkantoran, termasuk sekolah ditutup
untuk sementara.
Indonesia merupakan salah satu negara terdampak wabah
menjadikan social distancing dan physical distancing sebagai kebijakan
pembatasan jarak sosial dan fisik berdampak pada penghentian proses
pembelajaran di sekolah. Seluruh penyelenggaraan pendidikan diliburkan,
bahkan ujian nasional juga terancam. Krisis di depan mata sedang
berlangsung memaksa semua komponen pendidikan menginovasi
pembelajaran jarak jauh melalui daring atau pembelajaran dalam jaringan.
Hal ini dimaksudkan agar proses pembelajaran tetap berlangsung di tengah
mewabahnya pademi Covid-19.
Salah satu model pembelajaran yang adaptif dengan situasi pandemi
ini ialah pembelajaran daring karena dilakukan tatap muka jarak jauh antara
pendidik dan siswa. Pembelajaran daring merupakan salah satu model
pembelajaran yang dilakukan dengan menggunakan perangkat teknologi di
tengah pandemi saat ini. Efektifitas model pembelajaran ini sangat
ditentukan oleh sistem jaringan telekomunikasi sebagai perangkat penunjang
yang paling utama.
Model pembelajaran yang dilakukan secara Daring menuntut
kreativitas dan keterampilan guru menggunakan teknologi. Peserta didik
juga diharapkan mampu mengakses jaringan aplikasi yang digunakan dalam
pembelajaran seperti Zoom dan beberapa aplikais lainnya. Meskipun dapat
menjadi solusi penunjang pembelajaran di tengah pandemi Covid-19, namun
terdapat kendala kaena problem lain muncul berkaitan dengan kurangnya
akses jaringan yang tidak lancar, beban biaya data untuk mengakses aplikasi
yang mahal, ketidaksiapan guru mengadaptasi teknologi, orang tua yang
kurang sinergis dengan guru mendampingi anak belajar di rumah, hingga
siswa yang terputus secara emosional dan sosial dengan siswa lainnya.

3
Berbagai aplikasi media pembelajaran pun sudah tersedia, baik
pemerintah maupun swasta. Pemerintah mengeluarkan Surat Edaran Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 9/2018 tentang Pemanfaatan Rumah
Belajar. Pihak swasta pun menyuguhkan bimbingan belajar online seperti
ruang guru, Zenius, Klassku, Kahoot, dan lainnya. Akses-akses tersebut
dapat dimanfaatkan untuk mengembangkan pengetahuan danwawasan.
Sangat diperlukan peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM).
Keberhasilan pembangunan negara salah satu tolak ukurnya adalah
keberhasilan pendidikan. Melalui pendidikan, akan melahirkan generasi
penerus yang cerdas intelektual maupun emosional, terampil, dan mandiri
untuk mencapai pembangunan bangsa ini.Namun muncul polemik
masyarakat pada metamorfosa di masa pandemi Covid-19.
Hal ini tentu dirasa berat oleh pendidik dan peserta didik. Terutama
bagi pendidik, dituntut kreatif dalam penyampaian materi melalui media
pembelajaran daring. Ini perlu disesuaikan juga dengan jenjang pendidikan
dalam kebutuhannya. Dampaknya akan menimbulkan tekanan fisikmaupun
psikis (mental). Pola pikir yang positif dapat membantu menerapkan media
pembelajaran daring, sehingga menghasilkan capaian pembelajaran yang
tetap berkualitas. Belajar di rumah dengan menggunakan media daring
mengharapkan orangtua sebagai role model dalam pendampingan belajar
anak, dihadapi perubahan sikap. Masa pandemi Covid-19 ini bisa dikatakan
sebagai sebuah peluang dalam dunia pendidikan, baik pemanfaatan
teknologi seiring dengan industri 4.0, maupun orangtua sebagai mentor.
Harapannya, pasca-pandemi Covid-19, kita menjadi terbiasa dengan sistem
saat ini sebagai budaya pembelajaran dalam pendidikan. Guru atau dosen
bukan satu-satunya tonggak penentu. Ini tantangan berat bagi guru, dosen,
maupun orangtua. Tak sedikit orangtua pun mengeluhkan media
pembelajaran jarak jauh melalui daring (internet) ini. Terlebih bagi orangtua
yang work from home (WFH), harus tetap mendampingi anak-anaknya,
khususnya anaknya yang masih usia dini. Ini mengingat belum meratanya
diperkenalkan teknologi dalam pemanfaataan media belajar, seperti laptop,
gadget, dan lainnya.

4
Beberapa kendala tersebut terjadi secara merata di seluruh wilayah di
Indonesia. Di Kota Bogor yang termasuk salah satu kota besar di pulau Jawa
dengan dukungan pembangunan yang maju masih dirasakan kurang
maksimal dalam hal pelaksanaan pembelajaran Daring selama pandemi
karena faktor jaringan yang timbul tenggelam atau hilang dari tangkapan
handphone atau leptop guru dan siswa. Dengan demikian, maka
pembelajaran Daring di pelosok-pelok wilayah yang minim akses jaringan
akan jauh lebih berat dilakukan.
Kajian berkaitan dengan dampak Covid-19 terhadap dinamika
pembelajaran dalam dunia pendidikan di Indonesia sangat menarik diulas
sebagai bentuk pembacaan ilmiah terhadap fenomena pembelajaran yang
berlangsung saat ini. Media telah melaporkan berbagai kasus pembelajaran
selama pandemi di seluruh Indonesia yang dapat dijadikan sebagai data
penelitian pustaka (Library Research), sehingga sangat penting menjadi
perhatian praktisi pendidikan, dosen, maupun guru mengkaji fenomena ini
sebagai peluang mengagas paradigma baru pembelajaran di masa depan.
Berdasarkan penjelasan tersebut, penulis tertarik untuk melakukan kajian
dengan judul; “PERUBAHAN SISTEM PEMBELAJARAN DI MASA
COVID-19”.

5
B. Batasan Masalah
Pendidikan dan ekonomi di dunia telah berubah dengan adanya
wabah corona virus disease atau disebut juga dengan covid-19. Masalah
tersebut dirasakan oleh semua kalangan, hususnya dalam pendidikan.
Masalah covid-19 benar-benar mengubah segalanya, seperti berubahnya
metode pembelajaran, waktu dan tempat pembelajaran, sistem
pembelajaran, penilaian dalam pembelajaran dan terbatasnya komunikasi
guru dengan siswa. Karena masalah tersebut sangan luas, maka peneliti
membatasi masalah ini pada perubahan sitem pembelajaran dimasa covid-
19. System perubahan pembelajaran yang dimaksud adalah perubahan pada
sistem pengajaran siswa dikelas sebelum dan sesudah adanya pandemi
comid-19.

C. Rumusan Masalah
Berdasarkan pada latar belakang dan pembatasan masalah yang telah
dikemukakan di atas, maka penulis merumuskan masalah penelitian sebagai
berikut:
1. Apa pengertian dari sistem pembelajaran?
2. Apa itu Covid-19?
3. Bagaimana system pembelajaran di masa covid-19?
4. Apakah sistem pembelajaran berubah dengan adanya covid-19?

D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan masalah penelitian yang dibahas, maka tujuan
penelitian adalah untuk mengetahui:

1. Mengetahui apa itu pembelajaran


2. Mengetahui apa itu covid-19
3. Mengetahui pengaruh covid-19 terhadap sistem pembelajaran

6
BAB II
PEMBAHASAN

A. Landasan Teori
1. Perubahan Sistem Pembelajaran
a. Hakikat Pembelajaran
Permbelajaran adalah suatu proses interaksi yang melibatkan guru
dan peserta didik. Pembelajaran dilakukan secara berkesinambungan
untuk mengelola potensi peserta didik memperoleh ilmu pengetahuan.
Proses interaksi dalam pembelajaran akan berjalan dengan baik jika guru
kreatif memanfaatkan berbagai media dan metode dalam pembelajaran
untuk menstimulus peserta didik belajar dengan motivasi yang baik
dalam pembelajaran. Sudirman (2004: 45) mengemukakan pembelajaran
sebagai suatu proses berubah, sehingga maksud dari suatu proses
pembelajaran dimaknai sebagai suatu usaha sadar mengubah aspek
tingkah laku.
Proses pencapaian perubahan dalam Sistem pembelajaran
melibakan usaha guru sebagai figur pencerah yang dapat menata
perilaku peserta didik. Dengan demikian, guru menjadi teladan dalam
hal tingkah laku peserta didik. Untuk dapat melakukan hal tersebut, guru
memerlukan berbagai perangkat pendukung seperti metode dalam
menghadapi situasi peserta didik yang kompleks. Sejalan dengan hal ini,
Sutikno (2009: 32) menjelaskan pembelajaran merupakan segala upaya
yang dilakukan guru sebagai pendidik agar terjadi proses belajar pada
diri siswa. Lebih lanjut dikemukakan bahwa secara implisit terdapat
kegiatan memilih dalam pembelajaran, menetapkan dan
mengembangkan metode untuk mencapai hasil pembelajaran.
Hasil pembelajaran yang diharapkan berkaitan dengan perubahan
pada diri peserta didik. Hamalik (Djamarah, 2002: 15) makna perubahan
pada pembelajaran melibatkan perubahan persepsi dan perilaku termasuk
perbaikan perilaku. Belajar juga diartikan suatu proses menuju
perubahan, tetapi perubahan perubahan dalam arti belajar menunjukkan

7
ciri tertentu, seperti; a) perubahan terjadi secara sadar, b) perubahan
bersifat continue dan fungsional, c) perubahan bersifat positif fan aktif,
d) perubahan bertujuan dan terarah, dan e) perubahan seluruh aspek
tingkah laku.
Tentunya pencapaian semua perubahan tersebut di atas sangat
ditentukan oleh berbagai variabel penting dalam pembelajaran. Faktor
materi ajar juga sangat menentukan ketertarikan peserta didik dalam
pembelajaran. Tidak kreatifnya guru mengemas materi ajar akan
menyebabkan kejenuhan peserta didik mengikuti pembelajaran. Hal ini
dilihat dari segi relasi psikologisnya, sebagaimana dijelaskan oleh Ibnu
Sina (Nata, 2003: 74-75) bahwa secara psikologis suatu materi pelajaran
tidak dapat dijelaskan dengan satu cara saja dan harus dicapai dengan
cara yang sesuai dengan perkembangan psikologis peserta didik. Dengan
demikian, penyampaian materi haruslah disesuaikan dengan karakteristik
materi tersebut untuk menyeimbangkan relevansi antara materi dan
metode yang digunakan dalam pembelajaran.
Berdasarkan penjelasan tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran pada hakikatnya merupakan upaya menuju penyadaran
yang dilakukan oleh guru kepada peserta didik. Peserta didik yang
berubah dalam pembelajaran apabila terdapat ciri perubahan dalam arti
sadar secara continue dan fungsional dalam arti aplikasi perilaku. Peserta
didik yang sadar haruslah dalam arti positif dan aktif terarah pada nilai
kebaikan seluruh aspek tingkah laku peserta didik. Dalam mencapai
perubahan tersebut juga ditentukan oleh berbagai variabel, termasuk
bahan ajar yang ditunjang dengan metode yang relevan dengan
pertumbuhan psikologis peserta didik.

b. Tujuan Pembelajaran
Seluruh rangkaian pembelajaran mengarah pada ketercapaian
tujuan sebagai arah untuk memperoleh hasil yang maksimal. Oleh
karena itu, tujuan pembelajaran harus menjadi pertimbangan penting
dalam melakukan rancangan pembelajaran. Secara teoritik, tujuan
pembelajaran meliputi tujuan kognitif, tujuan psikomotorik, dan tujuan

8
afektif. Tiga tujuan pembelajaran ini paling utama menjadi pertimbangan
penting guru dalam perencanaan dan pengelolaan pembelajaran.
1) Tujuan Kognitif
Tujuan kognitif berkaitan dengan aspek perilaku berfikir atau
perilaku intelektual. Oleh karena itu, pembelajaran harus
menjangkau aspek penalaran berfikir peserta didik. Bloom (Ibrahim,
1996: 72) menjelaskan enam tingkatan pada aspek kognitif yaitu; (1)
tingkat pengetahuan, tingkatan ini berkaitan dengan kemampuan
peserta didik mengenal dan mengingat materi pembelajaran; (2)
tingkat pemahaman yaitu berkaitan dengan kemampuan peserta didik
memahami dan memaknai materi yang dipelajari dalam
pembelajaran; (3) tingkat penerapan, berkaitan dengan kemampuan
peserta didik menggunakan pengetahuan yang diperoleh dalam
memecahkan suatu persoalan; (4) tingkat analisis yaitu mengacu
pada kemampuan peserta didik menelaah serta mengurai materi ajar
menjadi komponen-komponen spesifik; (5) tingkat sintesis berkaitan
dengan kemampuan mengkombinasikan berbagai konsep melalui
kegiatan kreatif; dan (6) tingkat evaluasi yaitu kemampuan peserta
didik merumuskan dan memberikan penilaian terhadap suatu
peristiwa menggunakan standar norma tertentu.
2) Tujuan Psikomotorik
Tujuan psikomotorik dalam pembelajaran menstimulus
respon gerak peserta didik secara aktif. Santrock (2007: 469)
menjelaskan aspek psikomotor ini tidak hanya berkaitan dengan
atletik semata, akan tetapi berkaitan juga dengan aktivitas menulis
dengan tangan serta pengolahan kata-kata yang melibatkan gerakan
tertentu.
Lebih lanjut kawasan psikomotor ini berkaitan dengan
beberapa tingkatan yaitu; 1) persepsi, berkaitan dengan pengaktifan
fungsi indera misalnya dengan mengenali warna; 2) kesiapan,
berkaitan dengan kemampuan fisik maupun emosional melakukan
gerakan; 3) respon terbimbing, berkaitan dengan gerakan sesuai

9
contoh yang diberikan; 4) respon mekanis, berkaitan dengan gerakan
mandiri yang tidak lagi disertai contoh; 5) respon kompleks,
berkaitan dengan pengembangan gerakan mandiri secara tepat; 6)
adaptasi, berkaitan dengan kemampuan penyesuaian gerakan dengan
standar yang ada sebagai suatu prasyarat semisalnya pertandingan;
dan 7) kreativitas, berkaitan dengan kemampuan membuat gerakan
baru secara mandiri.
Berdasarkan penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa
tujuan psikomotorik dalam pembelajaran menstimulus potensi fisik
peserta didik serta membentuk kemampuan gerakan mereka secara
aktif hingga mandiri menciptakan gerakatan sendiri secara kreatif.
Dengan demikian, pembelajaran haruslah dipandang sebagai suatu
proses fisik dan mental yang dapat membuat peserta didik aktif
dalam berbagai tingkatan tersebut.
3) Tujuan Afektif
Tujuan pembelajaran dari segi afektif mengarah pada
pembentukan empatik yang melibatkan perasaan atau emosi yang
menjadi dasar bagi peserta didik tumbuh menjadi manusia yang
menghargai atau menghormati orang lain di lingkungannya.
Bloom (Winkel, 1987: 152) membagi ranah afektif menjadi
beberapa tingakatan, yaitu; 1) penerimaan, berkaitan dengan
kepekaan peserta didik menerima penjelasan guru; 2) partisipasi,
berkaitan dengan kerelaan atau kesediaan untuk secara aktif turut
serta dalam suatu kegiatan; 3) penilaian dan penentuan sikap,
berkaitan dengan kemampuan menilai sesuatu dan menentukan sikap
atas hasil penilaian terhadap sesuatu tersebut; 4) organisasi, berkaitan
dengan kemampuan membentuk nilai pedoman hidup yang dapat
menjadi pegangan dalam hidup; dan 5) pembentukan pola hidup,
berkaitan dengan kemampuan penghayatan nilai kehidupan yang
kemudian diserap menjadi milik pribadi untuk mengatur kehidupan
sendiri. Atau dengan kata lain dalam Islam mampu menarik hikmah

10
dari kenyataan hidup atau belajar dari pengalaman kisah-kisah
kebijaksanaan.
Berdasarkan penjelasan tersebut, dapat disimpulkan bahwa
tujuan pembelajaran secara afektif membentuk daya empatik peserta
didik sehingga mereka menjadi pribadi yang peka terhadap
kehidupan di sekeliling mereka. Peserta didik yang memiliki afektif
yang baik akan mampu mengorganisir berbagai nilai positif di
masyarakat serta mampu membedakan nilai-nilai negatif di
lingkungan sosialnya. Nilai positif yang mereka pahami akan diserap
sebagai suatu sistem nilai pengambilan sikap dan pembentukan
kehidupan mereka di tengah masyarakat.

c. Dinamika Pembelajaran
Pembelajaran sebagai suatu proses berlangsung secara dinamis
karena berbagai situasi dan kondisi yang berubah-ubah dan dapat
berpengaruh pada kualitas pembelajaran yang dilaksanakan. Tentunya
dinamika pembelajaran yang kompleks juga memberikan dampak besar
terhadap kemampuan peserta didik dalam capaian hasil pembelajaran.
Hal ini dijelaskan oleh Sudjana (2020: 148) bahwa terdapat beberapa hal
yang saling berpengaruh dalam suatu proses pembelajaran yaitu; kondisi
pembelajaran, metode pembelajaran dan hasil pembelajaran.
1) Kondisi Pembelajaran
Kondisi pembelajaran dapat dijelaskan salah satu faktor yang
dapat mempengaruhi hasil belajar guru dan peserta didik. Kondisi ini
dapat dipahami datang secara internal maupun eksternal. Secara
internal, penentuan metode maupun pengembangan strategi
pembelajaran yang dilakukan oleh guru dapat menciptakan suatu
kondisi pembelajaran yang baik dan mendorong peserta didik lebih
termotivasi mengikuti pembelajaran. Ganguan akan terjadi secara
internal apabila guru gagal menentukan metode dan strategi yang
kurang tepat sehingga menyebabkan peserta didik jenuh mengikuti
pembelajaran.

11
Kondisi pembelajaran juga dapat dipengaruhi secara
eksternal, yakni pengaruh yang datang dari lingkungan belajar
peserta didik. Lebih luas lagi kondisi lingkungan sekitar sekolah
maupun di luar sekolah. Kebisingan motor di jalan raya dapat
mengganggu konsentrasi pembelajaran. Lebih umum lagi seperti
mewabahnya pademi virus merupakan kondisi eksternal yang
memberikan pengaruh besar pada pembelajaran.
2) Metode Pembelajaran
Metode pembelajaran menjadi salah satu unsur penting dalam
pembelajaran. Dinamika pembelajaran yang menarik sangat
ditentukan oleh metode yang digunakan oleh guru selama proses
pembelajaran. Oleh karena itu, metode pembelajaran merupakan
suatu unsur yang menentukan dalam sistem pembelajaran untuk
membuat pembelajaran lebih menarik dan memudahkan peserta
didik memahami isi bahan ajar yang disampaikan oleh guru.
3) Hasil Pembelajaran
Hasil pembelajaran berkaitan dengan semua capaian yang
dapat dijadikan sebagai ukuran menilai proses pembelajaran berhasil
atau belum. Hal ini merupakan salah satu unsur penting pada bagian
akhir dilaksanakannya proses pembelajaran yang dapat dikenali pada
diri peserta didik berupa kemampuan kognitif, afektif, dan
psikomotorik. Dengan demikian, hasil belajar ini dapat dipengaruhi
oleh rangkaian pembelajaran yang dilakukan oleh guru termasuk
pemilihan metode dan media yang digunakan sebagai instrumen
pembelajaran. Seluruh unsur tersebut merupakan suatu rangkaian
sistem yang tidak bisa terpisahkan.
Berdasarkan penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa
aspek kondisi belajar, metode pembelajaran dan hasil pembelajaran
saling berpengaruh sebagai suatu sistem yang dinamis. Selain tiga
hal tersebut dapat pula dikemukakan bahawa aspek lain yang dapat
mempengaruhi dinamika pembelajaran seperti kepemimpinan kepala

12
sekolah, ketersediaan sarana dan prasarana serta ketersediaan guru
yang profesional di bidangnya.

2. Corona Virus Disease (Covid-19)


a. Corona Virus Disease
Covid-19 merupakan nama penyakit yang disebabkan oleh virus
corona. Nama ini diberikan oleh WHO (World Health Organzation)
sebagi nama resmi penyakit ini. Covid sendiri merupakan singkatan dari
Corona Virus Disease-2019. Covid-19 yaitu penyakit yang disebabkan
oleh virus corona yang menyerang saluran pernafasan sehingga
menyebabkan demam tinggi, batuk, flu, sesak nafas serta nyeri
tenggorokan. Menurut situs WHO, virus corona adalah keluarga besar
virus yang dapat menyebabkan penyakit pada hewan atau manusia. Pada
manusia corona diketahui menyebabkan infeksi pernafasan mulai dari flu
biasa hingga penyakit yang lebih parah seperti Middle East Respiratory
Syndrome (MERS), dan Severe Acute Respiratory Syndrme (SARS).
Virus ini mampu mengakibatkan orang kehilangan nyawa sehingga
WHO telah menjadikan status virus corona ini menjadi pandemi dan
meminta Presiden Joko Widodo menetapkan status darurat nasional
corona.
Presiden Joko Widodo (Jokowi) telah menetapkan status
kedaruratan kesehatan masyarakat terkait pandemi virus corona sejak
akhir Maret 2020. Ia kemudian mengeluarkan kebijakan pembatasan
sosial berskala besar (PSBB) untuk menekan penyebaran virus corona.
Jokowi juga menetapkan pandemi virus corona sebagai bencana nasional
non-alam.
b. Proses Penularan Covid-19
Menularnya Covid-19 membuat dunia menjadi resah, termasuk di
Indonesia. Covid-19 merupakan jenis virus yang baru sehingga banyak
pihak yang tidak tahu dan tidak mengerti cara penanggulangan virus
tersebut. Pemerintah dituntut untuk sesegera mungkin menangani
ancaman nyata Covid-19. Jawaban sementara terkait dengan persoalan

13
tersebut ternyata telah ada dalam Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2018
tentang Kekarantinaan Kesehatan. Dimana dalam undang-undang
tersebut telah memuat banyak hal terkait dengan kekarantinaan
kesehatan, pihak yang berwenang menetapkan kedaruratan kesehatan
masyarakat, dan lain sebagainya.
Dalam undang-undang tersebut juga menentukan apa saja
peraturan pelaksanaan sebagai tindak lanjut ketentuan dalam
kekarantinaan kesehatan. Namun peraturan pelaksanaan sebagai
ketentuan lanjutan dari UU Kekarantinaan Kesehatan belum ada padahal
peraturan pelaksanaan tersebut sangat perlu untuk segera dibentuk.
Menurut WHO, Covid-19 menular dari orang ke orang. Caranya
dari orang yang terinfeksi virus corona ke orang yang sehat. Penyakit
menyebar melalui tetesan kecil yang keluar dari hidung atau mulut ketika
mereka yang terinfeksi virus bersin atau batuk. Tetesan itu kemudian
mendarat di benda atau permukaan yang disentuh dan orang sehat. Lalu
orang sehat ini menyentuh mata, hidung atau mulut mereka. Virus corona
juga bisa menyebar ketika tetesan kecil itu dihirup oleh orang sehat
ketika berdekatan dengan yang terinfeksi corona.
c. Cara Menanggulangi dan Mencegah Covid-19 Yang Benar
Seiring mewabahnya virus Corona atau Covid-19 ke berbagai
negara, Pemerintah Republik Indonesia menerbitkan protokol kesehatan.
Protokol tersebut akan dilaksanakan di seluruh Indonesia oleh
pemerintah dengan dipandu secara terpusat oleh Kementerian Kesehatan.
Adapun salah satu protokolnya yaitu jika merasa tidak sehat
dengan kriteria demam lebih dari 38o C, batuk, flu, nyeri tenggorokan
maka beristirahatlah yang cukup di rumah dan minumlah air yang cukup.
Gunakan masker, apabila tidak memiliki masker, hendaknya mengikuti
etika ketika batuk dan bersin yang benar dengan cara menutup hidung
dan mulut dengan tisu, lengan atas bagian dalam. Bila merasa tidak
nyaman dan masih berkelanjutan dan disertai sesak nafas maka segerakan
diri untuk memeriksakan kesehatan di fasilitas pelayanan kesehatan. Dan
usahakan untuk tidak menaiki kendaraan massal.

14
Sebagaimana protokol diatas maka dapat diambil kesimpulan
mengenai penanggulangan dan pencegahan Covid-19 secara umum yang
benar adalah sebagai berikut:
1) Rajin mencuci tangan
2) Kurangi berinteraksi dengan orang lain
3) Gaya hidup sehat (makan, tidur, olahraga) untuk imunitas tubuh
4) Jaga jarak aman (1 meter) dengan orang yang batuk/bersin
5) Hindari kerumunan
6) Hindari menyentuh mata, hidung dan mulut
7) Hindari bepergian ke daerah terjangkit atau bila sedang sakit
8) Etika batuk dan bersin, hindari meludah di tempat umum
9) Olah daging mentah dengan hati-hati
10) Hindari memakan daging hewan yang sakit/ mati karena sakit
11) Bila ada gejala, segera berobat dan gunakan masker bila sedang sakit
12) Serta selalu berdoa kepada Tuhan yang Maha Melindungi
d. Bentuk Partisipasi Dalam Memerangi Covid-19
Di tengah gencarnya kebijakan Merdeka Belajar era Menteri
Nadiem Makarim, negara digegerkan dengan wabah virus corona (Covid-
19). Kebijakan yang diberlakukan saat ini adalah belajar di rumah.
Sebagaimana yang dikatakan oleh Bapak Presiden Jokowi di istana bogor
pada tanggal 15 Maret 2020 yaitu "Dengan kondisi ini saatnya kita kerja
dari rumah, belajar dari rumah, ibadah di rumah." Hal ini sudah berjalan
sejak satu bulan lebih. Dimana sekolah diliburkan, tetapi proses belajar
mengajar tetap berjalan melalui kegiatan di rumah. Guru mengajar dari
rumahnya masing-masing, para siswa belajar di rumahnya masing-
masing. Pembelajaran di rumah bisa menggunakan model pembelajaran
mandiri, pembelajaran online, pembelajaran berbantu ICT, atau bentuk
lain.
Salah satu dari bentuk partisipasi dalam memerangi Covid-19
yaitu mendukung kebijakan pemerintah akan hal tersebut dengan tetap
belajar di rumah, kerja dari rumah dan ibadah di rumah. Hal ini bertujuan
mengurangi dan mengantisipasi penyebaran virus corona. Adapun

15
pembelajaran online atau pembelajaran daring merupakan sistem yang
menggantikan pembelajaran sistem tatap muka dengan via online dengan
mengakses internet baik melalui Hp ataupun laptop. Tujuannya agar
proses pembelajaran tetap berjalan walau dalam keadaan seperti ini.
Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa kita termasuk orang yang ikut
berpartisipasi dalam memerangi Covid-19 ini.

3. Perubahan Sistem Pembelajaran Di Masa Covid-19


Pandemi covid-19 telah menciptakan kebutuhan dan perlunya
menjaga jarak dalam interaksi sosial (social distancing), karantina, dan
isolasi sehingga setiap individu yang rentan tidak akan terkena virus.
Upaya tersebut dilakukan salah satunya dengan tujuan agar sistem
perawatan kesehatan tidak kewalahan akibat meningkatnya jumlah pasien
yang harus dilayani.
Dengan demikian harusnya setiap orang memahami manfaat dari
mengupayakan kurva landai (flattening the curve), sebuah pendekatan
yang digunakan untuk menghambat atau menghentikan lajunya
penyebaran covid-19. Model ini menghendaki agar setiap individu dapat
melakukan tanggung jawab guna memperlambat penyebaran virus.
Keinginan untuk mewujudkan flattening the curve menjadi salah satu
alasan utama kebijakan pemerintah untuk meminta siswa belajar dari
rumah (BDR), sehingga kesempatan mereka untuk dapat berkumpul
dalam bentuk kerumunan dapat dicegah, dan karena itu peluang
penyebaran covid-19 bisa dihambat.
Penyebaran virus corona ini pada awalnya sangat berdampak pada
dunia ekonomi yang mulai lesu, tetapi kini dampaknya dirasakan juga
oleh dunia pendidikan. Kebijakan yang diambil oleh banyak negara
termasuk Indonesia dengan meliburkan seluruh aktivitas pendidikan,
membuat pemerintah dan lembaga terkait harus menghadirkan alternatif
proses pendidikan bagi peserta didik maupun mahasiswa yang tidak bisa
melaksanakan proses pendidikan pada lembaga pendidikan.

16
Aktivitas yang melibatkan kumpulan orang-orang kini mulai
dibatasi seperti bersekolah, bekerja, beribadah dan lain sebagainya.
Pemerintah sudah mengimbau untuk bekerja, belajar, dan beribadah dari
rumah untuk menekan angka pasien yang terpapar COVID-19. Menteri
Nadiem Anwar Makarim menerbitkan Surat Edaran Nomor 3 Tahun
2020 pada Satuan Pendidikan dan Nomor 36962/MPK.A/HK/2020
tentang Pelaksanaan Pendidikan dalam Masa Darurat Coronavirus
Disease (COVID-19) maka kegaiatan belajar dilakukan secara daring
(online) dalam rangka pencegahan penyebaran coronavirus disease
(COVID0-19). (Menteri Pendidikan, 2020).
Sistem pembelajaran dari awalnya tatap muka diganti dengan
belajar jarak jauh yang dilakukkan secara Daring (dalam jaringan) dan
Luring (Luar Jaringan). Jadi sistem pembelajaran harus dipadukan
dengan berbagai strategi guru yang dilakukan secara kreatif untuk
meningkatkan daya tarik peserta didik mengikuti pelajaran. Selama masa
krisis Covid-19, pembelajaran haruslah dilakukan secara kreatif melalui
berbagai aplikasi Daring (dalam jaringan) atau yang disebut dengan
pembelajaran online dan Luring (Luar Jaringan)
a. Pembelajaran Daring (Dalam Jaringan)
Pembelajaran daring (dalam jaringan) merupakan sistem
pembelajaran tanpa tatap muka secara langsung antara guru dan
siswa tetapi dilakukan melalui online yang menggunakan jaringan
internet. Guru harus memastikan kegiatan belajar mengajar tetap
berjalan, meskipun siswa berada di rumah. Solusinya, guru dituntut
dapat mendesain media pembelajaran sebagai inovasi dengan
memanfaatkan media daring (online). komunikasi juga dilakukan
secara online, dan tes juga dilaksanakan secara online. Sistem
pembelajaran melalui daring ini dibantu dengan beberapa aplikasi,
seperti Google Classroom, Google Meet, Edmudo, Zoom, dll.
Virtualisasi pembelajaran semacam ini mendorong guru lebih
memadatkan materi ajar yang didukung dengan metode yang tepat
karena minimnya waktu dan resiko biaya aplikasi yang digunakan.

17
Dengan demikian, bukan hanya perihal psikologis peserta didik yang
harus menjadi fokus perhatian guru, akan tetapi guru dan peserta
didik berada dalam satu situasi psikologis yang sama mengadaptasi
situasi pembelajaran yang dilakukan secara Daring atau virtual.
Sebuah kondisi dikatakan daring apabila memenuhi beberapa
persyaratan sebagai berikut:
1) Di bawah pengendalian langsung dari alat yang lainnya.
2) Di bawah pengendalian langsung dari sebuah sistem.
3) Tersedia untuk penggunaan segera atau real time.
4) Tersambung pada suatu sistem dalam pengoperasiannya,
5) Bersifat fungsional dan siap melayani
Selama pelaksanaan model daring, peserta didik memiliki
keleluasaan waktu untuk belajar. Peserta didik dapat belajar kapan
pun dan di mana pun, tanpa dibatasi oleh ruang dan waktu. Peserta
didik juga dapat berinteraksi dengan guru pada waktu yang
bersamaan, seperti menggunakan video call atau live chat.
Pembelajaran daring dapat disediakan secara elektronik
menggunakan forum atau message.
Belajar secara daring tentu memiliki tantangannya sendiri.
Siswa tidak hanya membutuhkan suasana di rumah yang mendukung
untuk belajar, tetapi juga koneksi internet yang memadai. Namun,
proses pembelajaran yang efektif juga tak kalah penting. Berikut ini
tips agar siswa dapat bejalar daring dengan efektif :
1) Komunikasi antar tenaga pengajar dan siswa harus berjalan
dengan baik pada saat melakukan video call.
2) Aktif dalam berdiskusi baik dengan tenaga pengajar atau teman-
teman.
3) Managemen waktu bagi para siswa sangat penting. Meski
belajar di rumah, pastikan siswa membuat catatan mana saja
tugas yang sudah dikerjakan, dan mana tugas yang harus segera
kamu selesaikan.

18
4) Jangan lupa untuk tetap bersosialisasi dengan orang lain,
termasuk anggota keluarga di rumah, serta teman-teman sekelas
di luar sesi video call untuk mengasah kemampuan
bersosialisasi.
b. Pembelajaran Luring (Luar Jaringan)
Istilah luring adalah kepanjangan dari “luar jaringan” sebagai
pengganti kata offline. Kata “luring” merupakan lawan kata dari
“daring”. Dengan demikian, pembelajaran luring dapat diartikan
sebagai bentuk pembelajaran yang sama sekali tidak dalam kondisi
terhubung jaringan internet maupun intranet. Sistem pembelajaran
luring (luar jaringan) artinya pembelajaran dengan memakai media,
seperti televisi dan radio. Jika peserta didik menulis artikel atau
mengerjakan tugas di Microsoft Word dan tidak
menyambungkannya dengan jaringan internet, maka itu adalah
contoh aktivitas luring dan Jika siswa melakukan offline conference
dengan bertemu secara langsung tanpa menggunakan internet, hal itu
adalah contoh aktivitas luring.
Sistem pembelajaran daring dan luring mau tidak mau harus
tetap dilakukan di tengah pandemi COVID-19. Sebab, tidak
mungkin peserta didik dibiarkan libur panjang hingga virus corona
pergi. Dan kita tidak tau kapan virus corona ini hilang dari
permukaan bumi.
Dalam proses pembelajaran daring dan luring ada beberapa
kesulitan yang dihadapi siswa, antara lain:
1) Jaringan internet yang lemot. Sistem pembelajaran daring dan
luring dapat berjalan efektif jika jaringan internetnya bagus.
Sebaliknya, ketika jaringan internetnya jelek/buruk, maka secara
otomatis proses Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) online pasti
terhambat.
2) Kuota internet terbatas. Orang tua yang terkena dampak
COVID-19 pasti akan kesulitan untuk membeli kuota internet.
Terutama orang tua yang secara ekonomi tidak memadai. Hal ini

19
perlu dipikirkan secara matang oleh pihak sekolah dan
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Kasihan juga orang
tua. Mereka sudah terbebani karena di-PHK oleh perusahaan,
ditimpal lagi oleh beban keharusan membeli kuota internet.
3) KBM tidak efektif. Sistem pembelajaran daring dan luring tentu
tidak seefektif pembelajaran di sekolah. Hal ini terjadi karena
beberapa faktor. Misalnya pengurangan jam mengajar. Guru-
guru yang biasanya mengajar 4 jam di sekolah, terpaksa hanya
mengajar selama satu jam. Dampak lanjutnya, peserta didik
akan kesulitan memahami materi yang banyak dalam waktu
yang relatif singkat. Apalagi berhadapan dengan mata pelajaran
program MIPA: Matematika, Fisika dan Kimia dan Biologi.
Keempat pelajaran ini tentunya membutuhkan waktu yang
cukup lama karena banyak penurunan rumus. Itu artinya, waktu
satu jam sangat tidak cukup.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa perubahan sistem


pembelajaran dimasa covid-19 yang sebelumnya belajar secara tatap
muka, kini belajar dengan sistem pembelajaran Daring dan Luring.

20
B. Hasil Penelitian
Perubahan Sistem Pembelajaran Di Masa Covid-19
Pembelajaran tidak selamanya berjalan dengan baik sesuai rencana
yang telah disusun. Tujuan pembelajaran tidak selamanya dicapai secara
maksimal karena dinamika pembelajaran yang dipengaruhi oleh banyak
faktor. Situasi ini tentunya mempengaruhi aspek kognitif, psikomotorik dan
afektif peserta didik berkembang dengan lamban. Saat ini, dunia yang
dilanda Covid-19 secara masal menjadi faktor eksternal baru yang
berpengaruh pada penyelenggaraan pendidikan di Indonesia.
Pelaksanaan pembelajaran di setiap sekolah dihentikan secara
nasional oleh Pemerintah Pusat akibat wabah Covid-19. Penghentian proses
pembelajaran dan seluruh pelayanan pendidikan lainnya dilaksanakan
sebagai upaya pencegahan penularan Covid-19 berdasarkan Surat Edaran
Mendikbud Nomor 4 Tahun 2020 tentang Pelaksanaan Kebijakan
Pendidikan dalam Masa Darurat Penyebaran Corona Virus Disease (Covid-
19). Wabah virus Covid-19 memberikan dampak besar pada pembelajaran di
Indonesia, beberapa dampak secara faktual dapat diamati sebagai berikut.
1. Sekolah dari Rumah
Sekolah dari rumah merupakan istilah dapat mewakili seluruh
aktivitas pembelajaran yang dilakukan oleh guru dan peserta didik di
rumah masing-masing menggunakan perangkat teknologi yang tersedia.
Pembelajaran yang sebelumnya dilaksanakan secara sentral di gedung
sekolah harus dialihkan ke rumah akibat Covid-19. Pembelajaran selama
Sekolah dari Rumah ini menggunakan sistem pembelajaran secara
Daring (Dalam Jaringan) atau pembelajaran virtual.
Pembelajaran yang dilakukan dari rumah berpatokan pada Surat
Edaran Mendikbud Nomor 4 Tahun 2020. Dalam surat edaran tersebut
dijelaskan ketentuan belajar dari rumah dilaksanakan dengan ketentuan;
1) Belajar dilakukan secara daring atau jarak jauh untuk memberikan
pengalaman bermakna bagi peserta didik. Pada poin ini diberikan pula
kelonggaran bagi guru dan peserta didik tidak harus menuntaskan
capaian kurikulum, khususnya kenaikan kelas maupun kelulusan; 2)

21
Fokus utama pembelajaran dari rumah yaitu pendidikan kecakapan
antara lain berkaitan dengan pademi Covid-19. Dengan demikian, guru
harus memiliki wawasan edukasi Covid-19 di luar materi ajar mata
pelajaran yang harus diajarkan kepada peserta didik; 3) Aktivitas dan
tugas pembelajaran diberkan secara bervariasi sesuai minat dan kondisi
masing-masing peserta didik, teruma atas pertimbangan kesenjangan
akses atau fasilitas belajar di rumah; dan 4) Produk belajar mendapat
umpan balik bersifat kualitatif dan berguna dari guru, tanpa suatu
keharusan memberikan skor dalam bentuk nilai kuantitatif. Dengan
demikian, penilaian yang dilakukan secara otentik melalui pengamatan
guru terhadap peserta didik selama mengikuti pembelajaran daring.
Berdasarkan penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran daring merupakan satu-satunya saluran desain kelas virtual
bagi terselenggaranya Sekolah dari Rumah. Hasil pengamatan penulis
menunjukkan bahwa pelaksanaan pembelajaran ini tidak terikat pada
aturan formal sekolah lainnya seperti siswa harus berseragam sekolah,
meskipun demikian rangkaian pembelajaran yang dilakukan merupakan
proses formal yang harus diikuti oleh peserta didik dengan batasan
kesopanan berpakaian selama pembelajaran berlangsung.
2. Transformasi Media Pembelajaran
Media pembelajaran menjadi instrumen penting penyampaian
pesan dalam proses pembelajaran. Guru menggunakan media untuk
memudahkan proses pembelajaran yang dilakukan. Selain itu, media
juga akan meudahkan peserta didik memahami materi pelajaran yang
diberikan. Sebaimana dijelaskan oleh Risman (2012: 46) bahwa media
merupakan alat bagi suatu pekerjaan, sehingga suatu pekerjaan bisa
terselesaikan dengan baik dengan hasil memuaskan. Dengan demikian,
media merupakan wahana penyalur belajar atau penyalur pesan selama
proses pembelajaran.
Fungsi media pembelajaran dapat mengefektifkan proses
pembelajaran karena membangkitkan minat dan motivasi peserta didik
mengikuti pembelajaran. Stimulus yang baik juga dapat dihasilkan

22
melalui penggunaan media pembelajaran karena berpengaruh secara
psikologis pada diri peserta didik. Media yang lazim digunakan dalam
pembelajara yaitu audio visual, media cetak seperti buku pelajaran,
terutama media yang paling klasik seperti papan tulis yang umumnya
digunakan guru dalam pembelajaran.
Adanya Covid-19 berdampak pada peralihan penggunaan media.
Media pembelajaran bertransformasi lebih canggih menggunakan
perangkat teknologi jaringan. Hasil pengamatan penulis menunjukkan
bahwa guru dan peserta didik harus menggunakan media pembelajaran
baru dengan lingkungan dan suasan pembelajaran baru. Beberapa
transformasi penggunaan media pembelajaran di antaranya ialah
penggunaan Wathshap Group untuk diskusi dan penugasan, penggunaan
aplikasi Zoom, Google Classroom, WebEx untuk konferensi tatap muka
pembelajaran secara daring, dan penggunaan youtube untuk eksplorasi
materi secara visual dan pemakaian jaringan televisi seperti TVRI untuk
pendalaman materi pelajaran. Semua jenis media ini, meskipun terasa
menjadi solusi selama pandemi, namun memiliki berbagai kelemahan.
Berbagai kelemahan diantaranya berkaitan dengan daya dukung
jaringan yang sering terganggu sehingga tatap muka virtual
pembelajaran tidak maksimal. Selain itu, tidak semua peserta didik
memiliki handphone berbasis android serta kesenjangan ekonomi
menjadi kendala serius penggunaan berbagai media pembelajaran
berbasis daring tersebut. Bahkan beberapa aplikasi Zoom dihimbau
untuk tidak digunakan sebagai media pembelajaran karena
membahayakan data pengguna dan menguras biaya data yang mahal.
Pemanfaatan siaran telivisi seperti TVRI juga tidak serta merta peserta
didik dibiarkan sendiri mengikuti materi pelajaran yang disiarkan,
namun harus mendapatkan pengawasan orangtua di rumah.
3. Penyesuaian Metode Pembelajaran
Metode pembelajaran tidak bisa dipisahkan dari media
pembelajaran karena memiliki hubungan yang saling berkaitan. Media
yang bagus dan canggih tanpa didukung dengan metode guru yang baik

23
dan kreatif akan menjadikan pembelajaran tidak maksimal. Sebagaimana
dijelaskan Ghofir, dkk (1983: 79) bahwa metode mengajar menjadi alat
mencapai tujuan. Apabila seorang guru kurang tepat memilih metode
mengajar akan menyebabkan kekaburan tujuan. Seorang pendidik juga
sangat dituntut menguasai beragam metode pembelajaran, tidak hanya
bersifat teoritis, tetapi juga mampu mengoperasionalkan semua metode
yang dikuasainya dengan baik.
Pandemi Covid-19 telah menyebabkan pembelajaran dilakukan
dari rumah juga berdampak pada penyesuaian metode pembelajaran
yang dilakukan oleh guru. Guru harus mampu memilih metode yang
bagus dalam situasi waktu yang singkat selama pembelajaran
menggunakan aplikasi dalam jaringan. Pengamatan penulis
menunjukkan bahwa guru lebih mengandalkan metode ceramah dan
penugasan.
Penyampaian materi pelajaran juga dipadatkan untuk menghemat
waktu dan biaya dalam penggunaan aplikasi. Sehingga, pembelajaran
dirasakan kurang maksimal karena terbentur biaya pemakaian aplikasi
dalam jaringan. Dinamika penggunaan metode tersebut tidak maksimal
karena disebabkan oleh faktor kelengkapan fasilitas. Dalam
pembelajaran daring, fasilitas yang paling utama adalah jaringan
telekomunikasi yang baik dan harus ditunjang dengan biaya data yang
terjangkau. Sementara tidak semua peserta didik berada pada level
ekonomi yang mampu mencukupi tuntutan biaya penggunaan aplikasi
tersebut.
Berkaitan dengan pemilihan metode ini sebagaimana dijelaskan
oleh Djamarah dan Zain (2010: 78-81) bahwa terdapat beberapa faktor
yang dapat menjadi pertimbangan dalam memilih metode pembelajaran,
yaitu; berpedoman tujuan, situasi perbedaan individu peserta didik,
kemampuan guru, sifat bahan ajar, situasi kelas, kelengkapan fasilitas
serta kelebihan dan kekurangan metode pengajaran. Dengan demikian,
guru yang melaksanakan pembelajaran dari di tengah pandemi Covid-19
harus mampu menyederhanakan bahan ajar agar sesuasi dengan situasi

24
kelas daring yang dilakukan dengan pertimbangan utama dukungan
fasilitas yang digunakan.
4. Penyesuaian Evaluasi Pembelajaran
Evaluasi merupakan upaya pengendalian mutu pembelajaran
yang mendorong akuntabilitas mutu proses pendidikan. Sistem evaluasi
juga menjadi instrumen untuk mengkur hasil belajar peserta didik yang
telah mengikuti proses pembelajaran. Selama masa pandemi, sistem
evaluasi pembelajaran seperti; 1) Penilaian Harian yang dilaksanakan
setiap selesai KD, 2) Penilaian Tengah Semester yang dilaksanakan
setiap dua bulan belajar, dan 3) Penilaian Akhir Tahun menjelang
kenaikan kelas dirasakan kurang maksimal karena beberapa alasan di
antaranya peserta didik disemua jenjang pendidikan sekolah mengisi
soal ujian secara daring tanpa pengawasan guru secara ketat.
Sistem evaluasi pembelajaran berbasis Ujian Nasional dibatalkan
berdasarkan Surat Edaran Mendikbud Nomor 4 Tahun 2020. Dengan
demikian, pada tahun 2020 UN tidak menjadi syarat kelulusan peserta
didik untuk masuk ke jenjeng pendidikan lebih tinggi (Perguruan
Tinggi). Untuk Ujian Sekolah, kelulusan juga dilakukan penyesuaian
sistem evaluasinya dalam bentuk portofolio, nilai rapor, prestasi peserta
didik sebelumnya, sistem penugasan, pelaksanaan tes daring, atau
asesmen jarak jauh. Secara khusus, dalam surat edaran Mendikbud
(2020) tersebut juga mengatur ketentuan bagi sekolah-sekolah yang
belum melaksanakan Ujian Sekolah sebagai berikut.
Pertama, untuk kelulusan SD/sederajat ditentukan berdasarkan
nilai lima semester terakhir kelas 4, kelas 5, dan kelas 6. Selanjutnya
nilai semester genap kelas 6 digunakan sebagai tamabahan nilai
kelulusan. Kedua, untuk kelulusan SMP dan SMA juga ditentukan
kelulusan berdasarkan nilai lima semester terakhir dan nilai semester
genap kelas 9 dan kelas 12 digunakan sebagai tambahan nilai kelulusan,
dan Ketiga, untuk kelulusan SMK ditentukan berdasarkan tiga nilai yaitu
nilai rapor, nilai praktik kerja lapangan, portofolio dan nilai praktik

25
selama lima semester terakhir. Kemudian nilai semester genap tahun
terakhir digunakan sebagai tamabahan nilai kelaulusan.
Berdasarkan penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa
Covid-19 telah memberikan dampak terhadap paradigma pengukuran
hasil pembelajaran di setiap jenjang pendidikan sekolah. Konsekuensi
logis di tengah krisis ini ialah dilakukannya penyesuaian yang jika
dianalisis dirasakan kurang efektif dalam menentukan standar kenaikan
kelas maupun kelulusan sekolah peserta didik karena mengandalkan
nilai yang telah dicapai peserta didik sebelumnya. Dengan demikian,
institusi pendidikan tidak memperoleh gambaran otentik tentang
perkembangan hasil belajar peserta didik selama masa pandemi.
5. Kolaborasi Orangtua Peserta Didik
Bersekolah dari rumah dengan seluruh rangkaian pembelajaran
daring menghidupkan kolaborasi penuh orangtua peserta didik. Orangtua
menjadi pengganti guru selama belajar di rumah. Orang tua yang
sebelumnya lebih mencurahkan waktunya mencari nafkah kembali
mengaktifkan peranannya secara total mengawasi anak di rumah. Situasi
kiris Covid-19 setidaknya berdampak pada peranan orang tua dengan
berkolaborasi menyelamatkan diri anak sekaligus waktu belajar anak.
Dengan demikian, ada dua peranana orang tua yang hidup sekaligus,
menurut Arifin (2007: 87) yaitu orantua berperan mendidik anak secara
langsung dan berperan sebagai pelindung anak. Kedua peranan ini
sangat sesuai dengan situasi pandemi saat ini.
Kolaborasi orangtua di rumah sangat menentukan pencapaian
tujuan pembelajaran. Selama mengemban tugas kolaborasi ini orang tua
perlu memerhatikan beberapa faktor dalam memberikan pendidikan
terhadap anak, sebagaimana Slameto (2000: 66), yang penulis jelaskan
sebagai berikut.
a) Relasi antara Keluarga
Relasi orangtua dengan anak dalam kelurga sangat penting.
Hubungan yang baik akan membantu anak menyelesaikan tugas-
tugas belajarnya. Akan tetapi, kontrol ketat dari orangtua selama

26
belajar di rumah terkadang menjadi masalah tersendiri bagi anak.
Sehingga terkadang terjadi masalah perkengkaran antara anak
dengan orangtua yang bisa saja disebabkan oleh kejenuhan dan lain
sebagainya. Oleh karena itu, orangtua harus mampu menghandirkan
suasana nyaman dalam keluarga yang dapat menjamin pembelajaran
anak selama pandemi.
b) Suasana rumah tangga dan keluarga
Suasana rumah tangga dan keluarga yang nyaman akan
sangat membantu anak belajar dengan mandiri di rumah. Untuk itu,
orang tua harus fleksibel memberikan kontrol terhadap pembelajaran
anak. Semua orang tentunya memiliki kejenuhan yang sama selama
masa karantina di rumah. Oleh karena itu, suasana rumah tangga dan
keluarga harus diciptakan oleh orang tua untuk menunjang psikologi
belajar anak selama belajar di rumah.
c) Keadaan ekonomi keluarga
Kolaborasi orang tua harus mampu memenuhi kebutuhan
belajar anak di rumah seperti fasilitas meja, buku, alat tulis menulis.
Kebutuhan yang paling utama ialah tersedianya handphone atau
gadget yang bisa digunakan untuk terkoneksi dengan jaringan dalam
pembelajaran daring. Dengan demikian, orang tua dalam
berkolaborasi harus memiliki finansial untuk menunjang
pembelajaran anak di rumah.
d) Pehatian orangtua
Perhatian orangtua harus diberikan terhadap anak selain
untuk mengevaluasi belajar anak juga memberikan motivasi anak
untuk semangat dalam mengikuti belajar daring. Bentuk perhatian ini
juga sebagai bentuk proteksi dan edukasi anak terhadap bahaya
Covid-19. Perhatian akan membuat anak merasa nyaman berada di
lingkungan rumah karena menemukan curahan kasih sayang dari
orangtua. Namun, harus digaris bawahi bahwa bentuk perhatian ini
terkadang harus dilakukan secara persuasi dengan suasana dialogis

27
santai dengan anak agar anak tidak merasa tertekan dengan situasi di
dalam rumah.
Berdasarkan penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa
Covid-19 memberikan dampak secara umum terhadap pembelajaran
di Indonesia. Beberapa dampak diantaranya; 1) sekolah dialihkan ke
rumah melalui proses pembelajaran daring; 2) terjadi transformasi
media pembelajaran berbasis teknologi melalui penggunaan
Wathshap Group, Zoom, Google Classroom, WebEx, Youtube, dan
saluran TV; 3) penyesuaian metode pembelajaran; 4) penyesuaian
evaluasi pembelajaran untuk penentuan standar kenaikan kelas dan
kelulusan; dan 5) tuntutan kolaborasi orangtua peserta didik di rumah
sebagai pengganti guru mengontro pembelajaran anak.

28
C. Kerangka Berpikir
Berdasarkan landasan teori di atas, peneliti berpendapat bahwa
pandemic covid-19 telah merubah segala spek kehidupan manusia baik dari
bidang ekonomi, budaya sosial ataupun pendidikan. Hal tersebut,
penelitipun mengkaji dari sektor pendidikan yaitu perubahan sistem
pembelajaran di masa covid-19.
Corona Virus Disease (Covid-19). Wabah virus Covid-19 ini
memberikan dampak besar pada pembelajaran di Indonesia. Pada mulanya
seorang guru dan siswa terbiasa belajar mengajar dengan tatap muka dan
interaksi pembelajaran di kelas secara langsung. Namun dengan adanya
covid-19, semuanya harus mematuhi protokol kesehatan dengan belajar di
rumah. Supaya virus tersebut tidak menyebar.
Peneliti menduga bahwa semua sektor pendidikan telah disibukan
dengan adanya perubahan sistem pembelajaran di masa covid-19. Tidak
hanya dari Sekolah Tinggi ataupun Sekolah Menengah tapi hal tersebut
dirasakan oleh semua kalangan, baik Sekolah Sasar, Taman Kanak-kanak
ataupun lembaga kursusan.

D. Hipotesis Penelitian
Berdasar deskripsi teoritis dan kerangka berpikir yang telah
dikemukakan, maka perumusan hipotesis adalah pengaruh covid-19
terhadap sistem pembelajaran di sekolah sangatlah besar sehingga adanya
perubahan sistem pembelajaran dari tatap muka menjadi pembelajaran jarak
jauh (Daring dan Luring)

29
BAB III
PENUTUP

A. Simpulan
Berdasarkan pembahan di atas, dapat dirumuskan kesimpulan
sebagai berikut; Pembelajaran merupakan suatu proses interaksi antara guru
dan peserta didik menggunakan berbagai sarana dalam pembelajaran.
Pembelajaran dilakukan untuk mencapai tujuan perubahan perilaku peserta
didik. Dengan demikian, dalam proses pembelajaran usaha guru sebagai
figur pencerah merupakan aspek utama proses pencapaian perubahan dalam
pembelajaran. Oleh karena itu, guru harus menjadi teladan tingkah laku
yang akan dicontoh oleh peserta didik.
Secara teoritis pembelajaran dilakukan untuk mencapai tujuan
kognitif yaitu perilaku berfikir dan intelektual, tujuan psikomotorik
berkaitan dengan respon gerak fisik secara aktif peserta didik, dan tujuan
afektif yakni aspek empatik peserta didik. Tujuan pembelajaran ini akan
dicapai apabila didukung dinamika pembelajaran yang berjalan dengan baik.
Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi dinamika pembelajaran ialah
kondisi pembelajaran, metode pembelajaran dan hasil belajar.
Dinamika pembelajaran di Indonesia saat ini terganggu secara
eksternal oleh krisis wabah Covid-19. Bebebrapa dampak diantaranya; 1)
sekolah dialihkan ke rumah melalui proses pembelajaran daring; 2) terjadi
transformasi media pembelajaran berbasis teknologi melalui penggunaan
Wathshap Group, Zoom, Google Classroom, WebEx, Youtube, dan saluran
TV; 3) penyesuaian metode pembelajaran; 4) penyesuaian evaluasi
pembelajaran untuk penentuan standar kenaikan kelas dan kelulusan; dan 5)
tuntutan kolaborasi orangtua peserta didik di rumah sebagai pengganti guru
mengontro pembelajaran anak.

30
B. Saran

1. Dari masalah yang dihadapai oleh perubahan sistem pembelajaran di


masa covid-19 secara daring dan luring, banyak orang tua yang
kesulitan mendapatkan kuota internet. Jadi pemerintah perlu hadir
dan bahkan memberikan suntikan dana. Maksudnya, pemerintah tidak
hanya membuat regulasi dan kebijakan pembelajaran melalui sistem
Daring dan Luring di setiap sekolah. Akan tetapi, pemerintah mau tidak
mau harus menyediakan anggaran khusus untuk pembelian kuota
internet bagi peserta didik yang orang tuanya tidak mampu. Demikian
juga sekolah. Perlu ada bantuan khusus bagi orang tua yang secara
ekonomi tidak mampu. Terlebih lagi untuk peserta didik yang orang
tuanya terkena dampak corona. Semisal di-PHK oleh perusahaan,
tempat di mana mereka mencari napkah.
2. Masalah KBM yang kurang efektif. Sekolah dan para staffnya perlu
menemukan cara tersendiri agar materi yang dipelajari sebisa mungkin
dapat dipahami oleh peserta didik. Tidak harus memaksa peserta didik
untuk memami materi pembelajaran secara 100 %, 50-70 % saja sudah
cukup. Setidaknya mereka tetap memahami materi yang telah dipelajari.

31
DAFTAR PUSTAKA

Arifin. 2007. Hubungan Timbal Balik Pendidikan Agama Islam di Lingkungan


Sekolah dan Keluarga. Jakarta: Bulan Bintang.

Djamarah, Syaiful Bahri. 2002. Psikologi Belajar. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Djamarah, Syaiful Bahri dan Aswan Zain. 2010. Strategi Belajar Mengajar.
Jakarta: Rineka Cipta.

Ghofir dkk, Zuhairini Abdul. 1983. Metode Khusus Pendidikan Agama.


Surabaya: Usaha Nasional.

Ibrahim, R. 1996. Perencanaan Pengajaran. Jakarta: Rienaka Cipta.

Mendikbud. 2020. Surat Edaran Nomor Nomor 4 Tahun 2020 Tentang


Pelaksanaan Kebijakan Pendidikan dalam Masa Darurat Penyebaran
Corona Virus Disease (COVID-19), salinan, diakses dari google.com

Nata, Abuddin. 2003. Pemikiran Para Tokoh Pendidikan Islam. Jakarta: Raja
Grafindo Persada.

Risman. 2012. Belajar dan Pembelajaran Berbasis Komputer. Bandung: Alfabeta.

Sardirman. 2004. Interaksi dan Motifasi Belajar. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada.

Santrock, John W. 2007. Psikologi Pendidikan (terj. Tri Wibowo). Jakarta:


Kencana.

Slameto. 2000. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta:


Rineka Cipta.

Sudjana, Nana. 2010. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru
Algensindo.

Sutikno, M. Sobry. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Prospect.

Winkel, W. S. 1987. Psikologi Pengajaran. Jakarta: Gramedia.

32

Anda mungkin juga menyukai