Anda di halaman 1dari 60

HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL TERHADAP MOTIVASI BELAJAR

MAHASISWA DALAM MENGHADAPI KULIAH DARING :


LITERATUR REVIEW

PROPOSAL

Disusun oleh :
Kelompok 2 / 3B

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN (S-1)


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
JENDERAL ACHMAD YANI
CIMAHI
2021
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT, karena atas

ridho dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan proposal skripsi ini dengan judul

“Hubungan Dukungan Sosial Terhadap Motivasi Belajar Mahasiswa Dalam

Menghadapi Kuliah Daring : Literatur Review” dengan metode literature review.

Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurah limpahkan kepada Nabi Muhammad

SAW, kepada para keluarganya, sahabat-sahabatnya, dan kita selaku umatnya yang

mengharapkan syafa’at nya di akhirat kelak. Maksud dan tujuan dari penulisan skripsi

ini yaitu untuk memenuhi prasyarat dalam menyelesaikan studi program Sarjana Ilmu

Keperawatan (S-1) di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Jenderal Achmad Yani Cimahi.

Penulis merasa bahwa dalam penulisan proposal ini masih menemukan beberapa

kesulitan dan hambatan, disamping itu juga penulis menyadari bahwa dalam

penulisan tugas ini masih jauh dari kata sempurna. Maka dari itu penulis

mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak, maka pada

kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terimakasih yang setulus – tulusnya

kepada:

1. Bapak Gunawan Irianto, dr., M.Kes (MARS), selaku Ketua Stikes Jenderal

Achmad Yani Cimahi.

2. Bapak Achmad Setya Roswendi, S.Kp., M.PH, selaku Ketua Program Studi

Ilmu Keperawatan (S1) Stikes Jenderal Achmad Yani Cimahi.

i
3. Ibu Nunung N, M.Kep., Ns.Sp.Kep.An selaku Koordinator Mata Kuliah

Metodologi Penelitian.

4. Seluruh dosen Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Jenderal Achmad Yani Cimahi

yang telah memberikan ilmu pengetahuannya.

5. Seluruh staf Program Studi Ilmu Kesehatan Jenderal Achmad Yani Cimahi.

Cimahi, Juni 2021

ii
DAFTAR ISI

Contents
KATA PENGANTAR..................................................................................................i

DAFTAR ISI...............................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN...........................................................................................1

A. Latar Belakang Masalah.....................................................................................1

B. Rumusan Masalah...............................................................................................4

C. Tujuan Penelitian................................................................................................4

1. Tujuan Umum.................................................................................................4

2. Tujuan Khusus................................................................................................4

D. Manfaat Penelitian..............................................................................................5

1. Bagi mahasiswa..............................................................................................5

2. Bagi peneliti....................................................................................................5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA.................................................................................6

A. KONSEP BELAJAR DALAM JARINGAN.....................................................6

1. Pengertian Pembelajaran Daring.....................................................................6

2. Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran Daring..........................................7

B. KONSEP DUKUNGAN SOSIAL....................................................................20

1. Pengertian Dukungan Sosial.........................................................................20

2. Bentuk Dukungan Sosial...............................................................................22

iii
3. Faktor-faktor Dukungan Sosial.....................................................................25

4. Sumber-sumber Dukungan Sosial.................................................................26

5. Fungsi Dukungan Sosial...............................................................................27

6. Pentingnya Dukungan Sosial Bagi Individu.................................................28

C. Konsep Penyesuaian Diri..................................................................................30

1. Pengertian penyesuaian diri..........................................................................30

2. Aspek-aspek penyesuaian diri.......................................................................30

3. Faktor - faktor Penyesuaian Diri...................................................................31

4. Hubungan Antara Dukungan Sosial Dengan Peneyesuaian Diri..................32

5. Aspek aspek Konsep Diri..............................................................................34

6. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Konsep Diri..........................................37

7. Jenis jenis Konsep Diri.................................................................................40

D. Konsep Teori Motivasi.....................................................................................42

1. Pengertian Motivasi Belajar..........................................................................42

2. Indikator Motivasi Belajar............................................................................43

3. Faktor Motivasi Belajar................................................................................44

4. Kategorisasi Motivasi Belajar.......................................................................44

5. Peran Perawat Terhadap Motivasi Belajar Mahasiswa.................................46

BAB III METODE PENELITIAN...........................................................................50

A. Strategi Pencarian Literature............................................................................50

1. Kriteria Literatur Riview...............................................................................52

B. Penilaian Kualitas Literatur..............................................................................54

1. Seleksi Literature (PRISMA)........................................................................55

iv
2. Etika Penelitian.............................................................................................57

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................59

v
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Di era teknologi saat ini dan adanya pandemi covid-19 demi menjaga

keselamatan dan kesehatan siswa dan siswi bahkan mahasiswa sistem

pendidikan di Indonesia menggunakan daring atau secara online tanpa tatap

muka secara langsung. Daring yang memiliki singkatan yaitu “Dalam

jaringan” sebagai kata ganti online yang sering kita gunakan yang berkaitan

dengan teknologi internet, pembelajaran daring yang berarti pembelajaran

yang dilakukan secara online tidak melakukan tatap muka yang dilakukan

melalui aplikasi, jejaring sosial atau platform yang tersedia segala materi

pembelajaran, komunikasi maupun tes juga dilakukan secara online atau yang

sering disebut daring. Bahkan untuk perguruan tinggi pun dikalangan

mahasiswa dilakukannya daring atau kuliah secara online mahasisiwa secara

mandiri harus aktif dalam perkuliahan daring tersebut,

mengikuti update informasi di platform mana mata kuliah mereka akan

melaksanakan pembelajaran daring, pemberian tugas atau kuis, dan juga

penyediaan materinya.

Dampak Covid-19 terhadap mahasiswa yaitu tidak bisanya melakukan

aktivitas seperti biasa yaitu kuliah tatap muka atau kuliah secara offline

1
2

sedangkan adanya pandemi ini tidak bolehnya berkerumunan maka

mahasiswa melakukan perkuliahan secara online atau daring perkuliahan jarak

jauh yang dimana banyak kendala dan keluhan mahasiswa terhadap

perkuliahan tersebut. Terbatasya mahasiswa dalam mencerna materi

perkuliahan malasnya mahasiswa dalam menjalankan perkuliahan daring ini

jadi hal baru yang dijalani mahasiswa untuk menjalani perkuliahan secara

daring atau online ini. sehingga mahasiswa membutuhkan dukungan sosial

yang lebih untuk menjalani perkuliahan secara online bisa berdampak

mengalami kemalasan. Ketika mengalami kemalasan tentu yang paling

dibutuhkan mahasiswa adalah dukungan sosial dari orang-orang terdekatnya

dalam menghadapi permasalahn yang dimilikinya. Banyak mahasiswa yang

belum terbiasa mengadapi kuliah secara online ini munculnya kemalasan

mahasiswa dalam menjalankan perkuliahan online ini maka dibutuhkannya

dukungan sosial dari lingkungan terdekatnya.

Maka dengan adanya perkuliahan daring banyak masalah dan kendala

mahasiswa dalam melakukan perkulihan agar tidak timbulnya kemalasan

dukungan sosial yang dibutuhkan mahahsiswa berupa motivasi, semangat,

dukungan sosial yang memadai serta penyesuaian pembelajaran daring pada

mahasiswa di era Pandemic Covid-19 yang menjadi kunci utama mahasiswa

dalam melakukan perkuliahan. Pada tahun 2021 Walin melakukan penelitian

tentang studi deskriptif: dukungan sosial dan kecemasan mahasiswa dalam

menghadapi kuliah online (daring) dimasa pandemi Covid-19. Hasil penelitian


3

tersebut yaitu dari dukungan sosial dalam penelitian ini menyimpukan bahwa

dukungan sosial yang diterima mahasiswa selama menjalani kuliah online di

masa Pandemi Covid-19 ini termasuk dalam kategori tinggi, sedangkan bila

dilihat dari gender terdapat perbedaan yang signifikan antara laki-laki dan

perempuan. Laki-laki dan perempuan sama-sama masuk dalam kategori

tinggi, namun dukungan sosial yang didapat jenis kelamin perempuan lebih

tinggi daripada jenis kelamin laki-laki. Dan pada tahun 2021 juga Rovika

melakukan penelitian tentang hubungan dukungan sosial dengan penyesuaian

diri dalam menjalankan metode pembelajaran daring atau online dimasa

Pandemic Covid-19 pada mahasiswa baru UIN Ar-Raniry Banda Aceh asal

Simeulue hasil penelitian tersebut yaitu menunjukkan bahwa apabila tingkat

dukungan sosial tinggi maka perilaku penyesuaian diri akan cenderung

meningkat. Sebaliknya, dukungan sosial yang rendah akan mengakibatkan

menurunnya perilaku penyesuaian diri dalam menjalankan metode

perkuliahan daring/online pada mahasiswa baru UIN Ar-Raniry Banda Aceh

asal Simeulue.

Berdasarkan uraian diatas maka setelah adanya Covid-19 munculnya

permasalahan dikalangan mahasiswa dibutuhkannya dukungan sosial agar

tidak terjadi kemalasan untuk menjalani perkuliahan penelitian ini bermaksud

untuk meningkatkan motivasi, semangat, dukungan sosial yang memadai serta

penyesuaian pembelajaraan daring pada mahasiswa di era Pandemic Covid-

19. Maka dalam penelitian ini peneliti mengambil topic literature riview
4

“Hubungan Dukungan Sosial Terhadap Tingkat Kemalasan Mahasiswa

Menghadapi Kuliah Daring.”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas mengenai hubungan dukungan

sosial terhadap tingkat kemalasan mahasiswa menghadapi kuliah daring maka

dalam penelitian ini peneliti ingin meningkatkan motivasi, semangat,

dukungan sosial yang memadai serta penyesuain pembelajaran daring pada

mahasiswa di era Pandemic Covid-19.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum
Tujuan umum dari penelitiaan yang dilakukan adalah untuk

mengetahui pengaruh dukungan sosial pada mahasiswa dalam

menjalankan sistem pembelajaran daring (online) pada mahasiswa Stikes

Jenderal Achmad Yani Cimahi.

2. Tujuan Khusus

Tujuan khusus dalam penelitiaan ini adalah untuk:

a. Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh dukungan sosial pada

mahasiswa yang menjalankan sistem pembelajaran secara daring pada

mahasiswa Stikes Jenderal Achmad Yani Cimahi.


5

b. Untuk mengetahui apa penyebab kemalasan pada mahasiswa yang

menjalankan sistem pembelajaran secara daring pada mahasiswa

Stikes Jenderal Achmad Yani Cimahi.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi mahasiswa
Hasil penelitiaan ini diharapkan dapat memberikan motivasi belajar pada
mahasiswa yang menjalankan pembelajaran secara daring dengan adanya
dukungan sosial yang di berikan untuk meningkatkan semangat dalam
menjalani pembelajaran.

2. Bagi peneliti
Memberikan wawasan dan pengetahuan selama melakukan penelitian ini.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. KONSEP BELAJAR DALAM JARINGAN

1. Pengertian Pembelajaran Daring


Perkuliahan online atau yang biasa disebut daring merupakan salah satu

bentuk pemanfaatan internet yang dapat meningkatkan peran mahasiswa

dalam proses pembelajaran (Saifuddin, 2016).

Peningkatan peran dan keaktifan mahasiswa dalam penggunaan

berbagai media dan teknologi demi suksesnya perkuliahan daring sangatlah

dipengaruhi oleh persepsi (Nugroho, 2012).

Persepsi merupakan proses penginterpretasian stimulus yang diterima

oleh panca indera menjadi suatu pemahaman. Persepsi ini yang kemudian

akan menggerakkan mahasiswa untuk dapat mengatur dan mengelola dirinya

dalam kegiatan perkuliahan daring. Mahasiswa perlu memiliki ketrampilan

mengenai cara belajar, proses berpikir, hingga memotivasi diri untuk

mencapai tujuan belajar. Kemampuan tersebut dikenal dengan istilah Sef

regulated learning, atau self regulated online learning (pada perkuliahan

daring) (Zimmerman & Martinez-Pons, 1988).

6
7

2. Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran Daring


a. Kelebihan Pembelajaran Daring

1) Kelebihan E-learning.E-learning memiliki potensi yang

cukup besar untukmendukung keberhasilan mencapai

tujuan pembelajaran. Berikut ini manfaat e-learning

sebagaimana pendapat Sudarwan Danim & Khairil,

Soekartawi, Uwes A. Chaeruman dan Made Wena.

2) Mengatasi persoalan jarak dan waktu E-learning membantu

pembuatan koneksi yang memungkinkan peserta didik

masuk dan menjelajahi lingkungan belajar yang baru,

mengatasi hambatan jarakjauh dan waktu. Hal ini

memungkinkan pembelajaran bisa diakses dengan

jangkauan yang lebih luas atau bisa diakses dimana saja

dan tanpa terkendala waktu atau bisa diakses kapan saja.

3) Mendorong sikap belajar aktif E-learning memfasilitasi

pembelajaran bersama dengan memungkinkan peserta

didik untuk bergabung atau menciptakan komunitas belajar

yang memperpanjang kegiatan belajar secara lebih baik di

luar kelas baik secara individu maupun kelompok. Situasi

ini dapat membuat pembelajaran lebih kostruktif,

kolaboratif, serta terjadi dialog baik antar guru dengan

peserta didik maupun antar peserta didik satu sama lain.


8

4) Membangun suasana belajar baru: Dengan belajar secara

online, peserta didik menemukan lingkungan yang

menunjang pembelajaran dengan menawarkan suasana

baru sehingga peserta didik lebih antusias dalam belajar.

5) Meningkatkan kesempatan belajar lebih E-learning

meningkatkan kesempatan untuk belajar bagi peserta didik

dengan menawarkan pengalaman virtual dan alat-alat yang

menghemat waktu mereka, sehingga memungkinkan

mereka belajar lebih lanjut.

6) Mengontrol proses belajar Baik guru maupun peserta didik

dapat menggunakan bahan ajar atau petunjuk belajar yang

terstruktur dan terjadwal melalui internet, sehingga

keduanya bisa saling menilai bagaimana bahan ajar

dipelajari. E-learning juga menawarkan kemudahan guru

untuk mengecek apakah peserta didik mempelajari materi

yang diunggah, mengerjakan soal-soal latihan dan

tugasnya secara online.

7) Memudahkan pemutakhiran bahan ajar bagi guru E-

learning memberikan kemudahan bagi guru untuk

memperbaharui, menyempurnakan bahan ajar yang

diunggah dengan e-learning. Guru juga dapat memilih

bahan ajar yang lebih aktual dan kontekstual.


9

8) Mendorong tumbuhnya sikap kerja sama Hubungan

komunikasi dan interaksi secara online antar guru, guru

dengan peserta didik dan antar peserta didik mendorong

tumbuhnya sikap kerja sama dalam memecahkan masalah

pembelajaran.

9) Mengakomodasi berbagai gaya belajar E-learning dapat

menghadirkan pembelajaran dengan berbagai modalitas

belajar (multisensory) baik audio, visual maupun

kinestetik, sehingga dapat memfasilitasi peserta didik yang

memiliki gaya belajar berbeda-beda.

b. Kekurangan Pembelajaran Daring

1) Penggunaan e-learning sebagai pembelajaran jarak jauh,

membuat mahasiswa dan dosen terpisah secara fisik,

demikian juga antara peserta didik satu dengan lainnya.

Keterpisahan secara fisik ini bisa mengurangi atau bahkan

meniadakan interaksi secara langsung antara pengajar dan

peserta didik. Kondisi itu bisa mengakibatkan pengajar dan

peserta didik kurang dekat sehingga bisa mengganggu

keberhasilan proses pembelajaran. Kurangnyainteraksi ini

juga dikhawatirkan bisa menghambat pembentukan sikap,

nilai (value), moral, atau sosial dalam proses pembelajaran


10

sehingga tidak dapat diaplikasikan dalam kehidupan

sehari-hari.

2) Teknologi merupakan bagian penting dari pendidikan,

namun jika lebih terfokus pada aspek teknologinya dan

bukan pada aspek pendidikannya maka ada kecenderungan

lebih memperhatikan aspek teknis atau aspek

bisnis/komersial dan mengabaikan aspek pendidikan untuk

mengubah kemampuan akademik, perilaku, sikap, sosial

atau keterampilan peserta didik.

3) Proses pembelajaran cenderung ke arah pelatihan dan

pendidikan yang lebih menekankan aspek pengetahuan

atau psikomotor dan kurang memperhatikan aspek afektif.

4) Pengajar dituntut mengetahui dan menguasai strategi,

metode atau teknik pembelajaran berbasis TIK. Jika tidak

mampu menguasai, maka proses transfer ilmu pengetahuan

atau informasi jadi terhambat dan bahkan bisa

menggagalkan proses pembelajaran.

5) Proses pembelajaran melalui e-learning menggunakan

layanan internet yang menuntut peserta didik untuk belajar

mandiri tanpa menggantungkan diri pada pengajar. Jika

peserta didik tidak mampu belajar mandiri dan motivasi


11

belajarnya rendah, maka ia akan sulit mencapai tujuan

pembelajaran

6) Kelemahan secara teknis yaitu tidak semua peserta didik

dapat memanfaatkan fasilitas internet karena tidak tersedia

atau kurangnya komputer yang terhubung dengan internet.

Belum semua lembaga pendidikan bisa menyediakan

fasilitas listrik dan infrastruktur yang mendukung

pembelajaran dengan . Jika peserta didik berusaha

menyediakan sendiri fasilitas itu atau menyewa di warnet

bisa terkendala masalah biaya.

7) Jika tidak menggunakan perangkat lunak sumber terbuka,

bisa mendapatkan masalah keterbatasan ketersediaan

perangkat lunak yang biayanya relatif mahal

8) Kurangnya keterampilan mengoperasikan komputer dan

internet secara lebih optimal.

c. Indikator Kejenuhan Belajar Daring

Menurut Schaufeli & Enzmann, sesuai dengan aspek-

aspek di atas. Maka dapat diperoleh indikator dari kejenuhan

belajar yaitu:
12

a. Kelelahan emosi : Perasaan depresi, rasa sedih, kelelahan

emosional, kemampuan mengendalikan emosi, ketakutan

yang tidak berdasar, dan kecemasan

b. Kelelahan fisik : gejala yang terjadi pada kelelahan fisik

adalah seperti sakit kepala, mual, pusing, gelisah, otot-otot

sakit, gangguan tidur, masalah seksual, penurunan berat

badan, kurangnya nafsu makan, sesak napas, siklus

menstruasi yang tidak normal, kelelahan fisik, kelelahan

kronis, kelemahan tubuh, tekanan darah tinggi.

c. Kelelahan kognitif : Ketidakberdayaan, kehilangan harapan

dan makna hidup, ketakutan dirinya menjadi “gila”,

perasaan tidak berdaya dan dirinya tidak mampu untuk

melakukan sesuatu, perasaan gagal yang selalu

menghantui, pengahargaan diri yang rendah, munculnya

ide bunuh diri, ketidak mampuan untuk berkonsentrasi,

lupa, tidak dapat mengerjakan tugas-tugas yang kompleks,

kesepian, penurunan daya tahan dalam menghadapi frustasi

yang dirasakan.

d. Kelelahan kognitif : Ketidakberdayaan, kehilangan harapan

dan makna hidup, ketakutan dirinya menjadi “gila”,

perasaan tidak berdaya dan dirinya tidak mampu untuk

melakukan sesuatu, perasaan gagal yang selalu


13

menghantui, pengahargaan diri yang rendah, munculnya

ide bunuh diri, ketidak mampuan untuk berkonsentrasi,

lupa, tidak dapat mengerjakan tugas-tugas yang kompleks,

kesepian, penurunan daya tahan dalam menghadapi frustasi

yang dirasakan.

d. Faktor penyebab kejenuhan belajar dalam jaringan

Menurut Muhibbin Syah bahwa faktor – faktor yang

menyebabkan kejenuhan belajar adalah:

a. Terlalu lama waktu untuk belajar tanpa atau kurang

istirahat.

b. Belajar secara rutin atau monoton tanpa variasi

c. Lingkungan belajar yang buruk atau tidak mendukung

d. Lingkungan yang mendukung dapat meningkatkan

motivasi belajar begitu pula dengan lingkungan yang

kurang mendukung dapat meyebabkan kejenuhan belajar.

Salah satu bentuk lingkungan yang kurang mendukung

adalah suara bising yang dapat mengganggu kosentrasi,

dimana konsentrasi merupakan sesuatu yang penting dalam

proses belajar

e. Lingkungan yang baik menimbulkan suasana belajar yang

baik, sehingga kejenuhan dalam belajar akan berkurang.


14

f. Adanya konflik dalam lingkungan belajar anak baik itu

konflik dengan guru atau teman.

g. Tidak adanya umpan balik positif terhadap belajar.

h. Gaya belajar yang berpusat pada guru atau siswa tidak

diberi kesempatan dalam menjelaskan maka siswa dapat

merasa jenuh.

i. Mengerjakan sesuatu karena terpaksa. Tidak adanya minat

siswa dalam belajar dapat meyebabkan kejenuhan belajar.

j. Berdasarkan teori di atas disebutkan bahwa lingkungan

belajar dapat menyebabkan kejenuhan belajar khususnya

lingkungan bising yang dapat mengganggu konsentrasi

siswa saat belajar.

Menurut Suparno faktor penyebab kejenuhan

belajar adalah:

a. Cara atau metode belajar yang tidak bervariasi.

b. Belajar hanya di tempat tertentu.

c. Suasana belajar yang tidak berubah-ubah.

d. Kurang aktivitas rekreasi atau hiburan.

e. Adanya ketegangan mental kuat dan berlarut-larut pada

saat belajar.
15

e. Proses Terbentuknya Kejenuhan

Freudenber dan Utara dalam buku Bahrer-Kohler

tentang Burnout for Expert: Prevention in the Context of

Living and Working, memaparkan 12 tahap yang menjadi latar

belakang terbentuknya kejenuhan yaitu sebagai berikut :

a. Paksaan untuk membuktikan bahwa dirinya layak untuk

orang lain. Hal ini membuat individu bekerja keras untuk

membuat orang lain melihat potensi dirinya.

b. Individu bekerja keras agar orang lain tidak merubah

pandangan terhadap dirinya dan orang lain tidak lari dari

dirinya.

c. Terlalu kerasnya mereka bekerja maka individu akan mulai

mengesampingkan kebutuhan-kebutuhan pokok mereka,

seperti makan, tidur dan bersantai ria dengan keluarga

maupun temanteman.

d. Munculnya gejala-gejala fisik individu yang disebabkan

karena perubahan gaya hidup yang dilakukan.

e. Keinginan untuk mendapatkan nilai-nilai yang lebih baik

dari lingkungan sosialnya sehingga mereka akan sibuk

untuk hal tersebut dan mengesampingkan kebutuhan pokok

dan hubungannya dengan orang-orang terdekatnya.


16

f. Munculnya perasaan yang seharusnya tidak dimiliki,

seperti mulai tidak mempunyai toleransi dengan orang lain,

tidak mempunyai perasaan simpati atas masalah orang lain,

terlalu agresif dan selalu menyalahkan orang lain atas

masalah yang ada.

g. Mengisolasi diri atau menarik diri dari kehidupan sosial

karena terlalu kerasnya mereka bekerja. h. Mulai muncul

perasaan malu, takut dan apatis karena terlalu kerasnya

pekerjaan dan tekanan yang dimiliki.

h. Individu mulai kehilangan jati dirinya karena mereka

beranggapan bahwa mereka telah menjadi mesin orang

lain.

i. Kekosongan-kekosongan yang mulai muncul dari dalam

diri membuat individu mulai putus asa, dan individu mulai

melakukan pelarian dengan berbagai macam hal mulai dari

melakukan seks bebas, merokok, meminum minuman

keras, dan hal-hal negatif lainnya.

j. Perasaan terpuruk yang mulai dirasakan seperti

ketidakpedulian, keputusasaan, kelelahan dan mengabaikan

masa depan yang ada.

k. Jika individu ini sudah mulai jenuh akan kegiatannya maka

mereka akan mencoba untuk melarikan diri hal tersebut


17

terkadang disertai dengan perasaan ingin membunuh

dirinya sendiri karena situasi yang ada sekarang.

l. Jika individu ini sudah mulai jenuh akan kegiatannya maka

mereka akan mencoba untuk melarikan diri hal tersebut

terkadang disertai dengan perasaan ingin membunuh

dirinya sendiri karena situasi yang ada sekarang.

f. Ciri ciri Kejenuhan Belajar

Menurut Hakim gejala-gelaja yang sering dialami yaitu

timbulnya rasa enggan, malas, lesu dan tidak bergairah untuk

belajar.

Menurut Reber ciri-ciri kejenuhan belajar sebagai berikut:

a. Merasa seakan-akan pengetahuan dan kecakapan yang

diperoleh dari proses belajar tidak ada kemajuan. Siswa

yang mulai memasuki kejenuhan dalam belajarnya merasa

seakan-akan pengetahuan dan kecakapan yang

diperolehnya dalam belajar tidak meningkat, sehingga

siswa merasa siasia dengan waktu belajarnya.

b. Sistem akalnya tidak dapat bekerja sebagaimana yang

diharapkan dalam proses informasi atau pengalaman,

sehingga mengalami stagnan dalam kemajuan belajarnya.

Seorang siswa yang sedang dalam keadaan jenuh, sistem


18

akalnya tidak dapat bekerja sebagaimana yang diharapkan

dalam memproses berbagai informasi yang diterima atau

pengalaman baru yang didapatnya.

c. Kehilangan motivasi dan konsolidasi. Siswa yang dalam

keadaan jenuh merasa bahwa dirinya tidak lagi mempunyai

motivasi yang dapat membuatnya bersemangatn untuk

meningkatkan pemahamannya terhadap pelajaran yang

diterimanya atau dipelajarinya.

g. Cara Mengatasi Kejenuhan Belajar

Kejenuhan belajar itu lazimnya dapat diatasi dengan

menggunakan kiat-kiat antara lain sebagai berikut :

a. Melakukan istirahat dan mengkonsumsi makanan dan

minuman yang bergizi dengan takaran yang cukup banyak.

b. Pengubahan atau penjadwalan kembali jam-jam dari hari-

hari belajar yang dianggap lebih memungkinkan siswa

belajar lebih giat

c. Pengubahan atau penataan kembali lingkungan belajar

siswa yang meliputi pengubahan posisi meja tulis, lemari,

rak buku, alat-alat perlengkapan belajar dan sebagainya

sampai memungkinkan siswa merasa berada disebuah

kamar baru yang lebih menyenangkan untuk belajar


19

d. Memberikan motivasi dan stimulasi baru agar siswa

merasa terdorong untuk belajar lebih giat daripada

sebelumnya. Siswa harus berbuat nyata (tidak menyerah

atau tinggal diam) dengan cara mencoba belajar dan belajar

lagi.

Sedangkan langkah-langkah yang dapat diambil untuk

mengurangi adanya kejenuhan menurut Hakim adalah sebagai

berikut:

a. Belajar dengan cara dan metode yang bervariasi

b. Mengadakan perubahan fisik dan ruang belajar

c. Menciptakan situasi baru diruang belajar

d. Melakukan aktivitas rekreasi dan hiburan

e. Hindari adanya ketegangan mental saat belajar.

B. KONSEP DUKUNGAN SOSIAL

1. Pengertian Dukungan Sosial


Dukungan sosial adalah sebagai informasi verbal atau non verbal, saran,

bantuan yang nyata atau tingkah laku yang diberikan oleh orang-orang

terdekat datau dalam lingkungan sosialnya (Irwan, 2018).

Laura A. King (2017) mendefiniskan bahwa Dukungan sosial (social

support) merupakan informasi dan umpan balik (feedback) dari orang lain
20

yang menunjukkan bahwa diri mereka dicintai dan diperdulikan, berharga

serta dihormati yang juga dianggap sebagai bagian dari suatu kelompok yang

saling bekomunikasi dan memiliki tanggung jawab bersama (King, 2017)

Menurut Cohen dan Hoberman (Isnawati dan Suhariadi, 2013)

dukungan sosial adalah hubungan antar pribadi seseorang dengan orang lain

yang mengacu pada sumber daya yang disediakan antar keduanya.

Menurut Allen, Gartner, Kohler and Reissman, (dalam Rozali, 2013)

teman sebaya yang memberikan sumbangan besar dalam memotivasi

mahasiswa belajar akan sangat berperan mempengaruhi naik atau turunnya

prestasi dan harga diri mahasiswa.

Hal ini didukung oleh Laursen (dalam Rozali, 2013) menjelaskan bahwa

kelompok teman sebaya yang positif akan sangat membantu remaja untuk

memahami bahwa mereka tidak sendiri alam menghadapi tantangan

memenuhi tugas-tugasnya.

Dukungan sosial menurut Cohen dan Syme (Apollo dan Cahyadi, 2012)

adalah sumber-sumber yang didapati individu dari orang lain yang dapat

mempengaruhi kesejahteraan individu yang bersangkutan.

Dukungan sosial menurut House dan Khan (Apollo dan Cahyadi, 2012)

yaitu tindakan membantu yang melibatkan pemberian informasi, bantuan

instrumen, emosi dan penilaian postitif terhadap individu dalam menghadapi

permasalahnnya.
21

Menurut Zimet, Dahlem, Zimet dan Farley(1988), aspek dukungan

sosial terdiri dari dukungan yang diberikan keluarga, dukungan yang

diberikan teman dan dukungan dari orang terdekat.

Berdasarkan penjelasan mengenai dukungan sosial dapat disimpulkan

bahwa dukungan sosial merupakan kehadiran orang-orang yang memberikan

keperdulian, penghargaan, dan bantuan kepada individu, sehingga individu

tersebut akan merasa bahwa ia memiliki makna dalam lingkungan keluarga

ataupun lingkungan sosialnya.

2. Bentuk Dukungan Sosial


Beberapa bentuk dukungan sosial menurut Cohen & Hoberman (dalam

Isnawati & Suhariadi, 2013: 3) yaitu :

a. Appraisal Support

Yaitu adanya bentuan yang berupa nasehat yang berkaitan dengan

pemecahan suatu masalah untuk membantu mengurangi stressor

b. Tangiable support

Yaitu bantuan yang nyata yang berupa tindakan atau bantuan fisik

dalam menyelesaikan tugas

c. Self esteem support

Dukungan yang diberikan oleh orang lain terhadap perasaan kompeten

atau harga diri individu atau perasaan seseorang sebagai bagian dari
22

sebuah kelompok diamana para anggotanya memiliki dukungan yang

berkaitan dengan self-esteem seseorang

d. Belonging support

Menunjukkan perasaan diterima menjadi bagian dari suatu kelompok

dan rasa kebersamaan.

Sarafino (dalam Purba, dkk., 2007: 82-83) mengungkapkan pada

dasarnya ada lima jenis dukungan sosial, adalah sebagai berikut:

a. Dukungan emosi

Dukungan emosi meliputi ungkapan rasa empati, kepedulian, dan

perhatian terhadap individu. Biasanya, dukungan ini diperoleh dari

pasangan atau keluarga, seperti memberikan pengetian terhadap masalah

yang sedang dihadapi atau mendengarkan keluhannya. Adanya dukungan

ini akan memberikan rasa nyaman, kepastian, perasaan memiliki dan

dicintai kepada individu.

b. Dukungan penghargaan

Dukungan penghargaan terjadi melalui ungkapan positif atau

pengahargaan yang positif pada individu, dorongan untuk maju, atau

persetujuan akan gagasan atau perasaan individu dan perbandingan yang

positif individu dengan orang lain. Biasanya dukungan ini diberikan oleh

atasan atau rekan kerja. Dukungan jenis ini, akan membangun perasaan

berharga, kompeten dan bernilai.

c. Dukungan instrumental atau konkrit


23

Dukungan jenis ini meliputi bantuan secara langsung. Biasanya

dukungan ini, lebih sering diberikan oleh teman atau rekan kerja, seperti

bantuan untuk menyelesaikan tugas yang menumpuk atau meminjamkan

uang atau lain-lain yang dibutuhkan individu. Adanya dukungan ini,

menggambarkan tersedianya barang-barang (materi) atau adanya

pelayanan dari orang lain yang dapat memabantu individu dalam

menyelesaikan masalahnya. Selanjutnya hal tersebut akan memudahkan

individu untuk dapat memenuhi tanggung jawab dalam menjalankan

perannya sehari-hari.

d. Dukungan informasi

Dukungan jenis ini meliputi pemberian nasehat, saran atau umpan

balik kepada individu. Dukungan ini, biasanya diperoleh dari sahabat,

rekan kerja, atasan atau seorang profesional seperti dokter atau psikolog.

Adanya dukungan informasi, seperti nasehat atau saran yang pernah

mengalami keadaan yang serupa akan membantu individu memahami

situasi dan mencari alternatif pemecahan masalah atau tindakan yang

akan diambil.

e. Dukungan jaringan social

Dukungan jaringan dengan memberikan perasaan bahawa individu

adalah anggota dari kelompok tertentu dan memiliki minat yang sama

rasa kebersamaan dengan anggota kelompok merupakan dukungan bagi

individu yang bersangkutan. Adanya dukungan jaringan sosial akan


24

membantu indidivu untuk mengurangi stres yang dialami dengan cara

memenuhi kebutuhan akan persahabatan dan kontak sosial dengan orang

lain. Hal tersebut juga akan membantu individu untuk mengalihkan

perhatiannya dari kekhawatiran terhadap masalah yang dihadapinya atau

dengan meningkatkan suasana hati yang positif.

Menurut Kumalasari dan Ahyani (2012) dukungan sosial mencakup

dua hal, diantaranya:

a. Kuantitas sumber dukungan sosial yang diterima, hal ini menyakut

persepsi individu terhadap jumlah orang yang dapat diandalkan saat

dibutuhkan nanti.

b. Kualitas kepuasan dukungan sosial yang diterima yang berkaitan

dengan persepsi individu mengenai terpenuhinya kebutuhan

berdasarkan kualitas.

3. Faktor-faktor Dukungan Sosial

Myers (dalam Maslihah, 2011) mengemukakan bahwa terdapat tiga

faktor utama mendorong seseorang untuk mmberikan dukungan sosial adalah

sebagi berikut:

a. Empati, turut merasakan kesusahan orang lain dengan tujuan

mengantisipasi emosi dan motivasi tingkah laku seseorang untuk

mendorong untuk mengurangi kesusahan dan meningkatkan

kesejahteraan orang lain.


25

b. Norma-norma dan nilai sosial, selama dalam masa pertumbuhan dan

perkembangan pribadi individu menerima norma-norma dan nilia-nilai

sosial dari lingkungan sebagai bagian dari pengalaman seseorang. Norma-

norma dan nilai-nilai tersebut akan mengarahkan individu untuk

bertingkah laku dan menjelaskan kewajiban-kewajiban dalam kehidupan.

c. Pertukaran sosia, hubungan timbal balik perilaku sosial anatara cinta,

pelayanan, informasi. Keseimbangan dalam pertukaran akan

menghasilakan kondisi hubungan interpersonal yang memuaskan

(Maslihah, 2011).

4. Sumber-sumber Dukungan Sosial

Sumber-sumber dukungan sosial menurut Goldberger & Breznitz

(dalam Apollo & Cahyadi, 2012: 261) adalah orang tua, saudara kandung,

anak-anak, kerabat, pesangan hidup, sahabat rekan sekerja, dan juga tetangga.

Hal yang sama juga diungkapkan oleh Wentzel dalam (Apollo &

Cahyadi, 2012: 261) bahwa sumber-sumber dukungan sosial adalah oarang-

orang yang memiliki hubungan yang berarti bagi individu, seperti keluarga,

teman dekat, pasangan hidup, rekan sekerja, saudara, dan tetangga, teman-

teman dan guru disekolah.

Dukungan sosial dapat berasal dari pasangan atau patner, anggota

keluarga, kawan, kontak sosial dan masyarakat, teman sekelompk, jamaah

gereja atau masjid, dan teman kerja atau atasan anda di tempat kerja. (Taylor,

dkk., 2009: 555).


26

Sedangkan menurut Tarmidi & Kambe (2010: 217-218) dukungan sosial

dapat diaplikasikan ke dalam lingkungan keluarga, yaitu orang tua. Jadi

dukungan sosial orang tua adalah dukungan yang diberikan oleh orang tua

kepada anaknya baik secara emosional, penghargaan, informasi atau pun

kelompok. Dukungan orang tua berhubungan dengan kesuksesan akademis

remaja, gambaran diri yang positif, harga diri, percaya diri, motivasi dan

kesehatan mental. Dukungan sosial orang tua dapat dibagi menjadi dua hal,

yaitu dukungan yang bersifat positif dan dukungan yang bersifat negatif.

Dukungan positif adalah perilaku positif yang ditunjukkan oleh orang tua,

dukungan yang bersifat negatif adalah perilaku yang dinilai negatif yang dapat

mengarahkan pada perilaku negatif anak.

5. Fungsi Dukungan Sosial

Segi-segi fungsional juga digaris bawahi dalam menjelaskan konsep

dukungan sosial. Misalnya, Rook (dalam Smet 1994: 134) menganggap

dukungan sosial sebagai salah satu di antara fungsi pertalian (atau ikatan)

sosial. Segi-segi fungsional mencakup: dukungan emosional, mendorong

adanya ungkapan perasaan, pemberian nasehat atau informasi, pemberian

bantuan material. Ikatan-ikatan sosial menggambarkan tingkat dan kualitas

umum dari hubungan interpersonal. Selain itu, dukungan sosial harus

dianggap sebagai konsep yang berbeda, dukungan sosial hanya menunjuk

pada hubungan interpersonal yang melindungi orang-orang terhadap

konsekuensi negatif dari stres.


27

6. Pentingnya Dukungan Sosial Bagi Individu

Dukungan sosial memberikan dampak positif terhadap kebahagiaan fisik

dan psikologis.Cohen, et al. menjelaskan jika dukungan sosial dapat

mengubah penilaian kognitif seseorang atas suatu peristiwa, meningkatkan

harga diri, mengurangi kecemasan, meningkatkan kemampuan memecahkan

masalah, atau memfasilitasi perubahan perilaku.

Individu yang mendapatkan dukungan sosial yang tinggi akan

mendapatkan dukungan emosional, instrumental, informasi dan penghargaan

dari orang-orang penting yang dekat (significant other). Dukungan emosional

yang diperoleh akan membuat individu merasa dihargai, dicintai,

diperhatikan.Dukungan instrumental memberikan fasilitas yang memadai bagi

individu.Dukungan informasi akan membuat individu memperoleh perhatian

dan pengetahuan. Dan dukungan penghargaan membuat individu memiliki

kepercayaan diri tinggi.

Malecki & Demaray menyatakan dukungan sosial membantu siswa

dalam penyesuaian diri, melakukan peran sosial seperti membina hubungan

dengan teman, mencapai kemandirian emosional dari orang tua atau orang

dewasa dan mengurangi tekanan emosional.Dalam hal ini dapat dikatakan

siswa yang memperoleh dukungan sosial dapat merubah suasana hati kearah

yang lebih 36 positif untuk dapat membantu individu dalam menyelesaikan

tugastugas akademiknya.
28

Apabila kebutuhan individuakan dukungan sosial tidak terpenuhi maka

individu akan merasa terisolasi atau terasingkan secara sosial di

lingkungannya. Dalam konteks sekolah siswa (mahasiswa)akan meminta

saran, masukan, dan bantuan kepada teman ataupun guru/dosen. Hal tersebut

membuat individu termotivasi dan lebih mudah dalam mengatasi masalahnya

atau menangani masalah yang penuh tekanan dalam hal ini kejenuhan belajar.

C. KONSEP PENYESUAIAN DIRI

1. Pengertian penyesuaian diri

Penyesuaian diri merupakan suatu proses dan hasil individu atau

kelompok manusia menghadapi situasi-situasi baru dalam luingkungan

hidupnya sehingga perilakunya dapat diterima di dalam hidup bersama

dengan masyarakat (Prawira, 2017).

2. Aspek-aspek penyesuaian diri

Desmita (2009) mengemukakan beberapa aspek penyesuaian diri,

yaitu sebagai berikut:

a. Kematangan emosional, mencakup kemantapan suasana kehidupan

emosional, kemantapan suasana kehidupan kebersamaan dengan

orang lain, kemampuan untuk santai, gembira, dan menyatakan

kejengkelan, serta sikap dan perasaan terhadap kemampuan dan

kenyataan diri sendiri.


29

b. Kematangan intelektual, mencakup kemampuan mencapai wawasan

diri sendiri, kemampuan memahami orang lain dan keragamannya,

kemampuan mengambil keputusan, dan keterbukaan dalam

mengenal lingkungan.

c. Kematangan sosial, mencakup keterlibatan dalam partisipasi sosial,

kesediaan kerja sama, kemampuan kepemimpinan, sikap toleransi,

dan keakraban dalam pergaulan.

d. Tanggung jawab, mencakup sikap produktif dalam

mengembangkan diri. Melakukan perencanaan dan

melaksanakannya secara fleksibel, sikap altruism, empati,

bersahabat dalam hubungan interpersonal. Kesadaran akan etika

dan hidup jujur, melihat perilaku dari segi konsekuensi atas dasar

sistem nilai, serta kemampuan bertindak independent.

3. Faktor - faktor Penyesuaian Diri

Schneiders (dalam Ali & Asroni, 2014), setidaknya ada 5 faktor

yang dapat memengaruhi proses penyesuaian diri, yaitu:

a. Kondisi Fisik berpengaruh kuat terhadap proses penyesuaian diri.

b. Kepribadian dan unsur-unsur kepribadian terhadap penyesuaian

c. Edukasi/Pendidikan yang dapat mempengaruhi penyesuaian diri

individu

d. Faktor lingkungan sebagai variabel yang berpengaruh terhadap

penyesuaian diri
30

e. Agama dan Budaya

4. Hubungan Antara Dukungan Sosial Dengan Peneyesuaian Diri


Mahasiswa dalam menempuh pendidikan tentu harus

mempersiapkan diri dengan baik, begitu banyak kendala yang harus

dihadapi. Banyak mahasiswa yang merasa bahwa dirinya tidak mampu

menyesuaikan diri dengan baik. Dengan adanya dukungan sosial yang

diberikan dari oran tua, teman, sahabat, serta orang-orang yang berada

disekelilingnya, maka individu tersebut akan mampu menyesuaikan diri

dengan baik.

Desmita (2009) menjelaskan bahwa salah satu faktor yang sangat

penting untuk menentukan mahasiswa berhasil atau tidaknya dalam

menyesuaiakan diri adalah dukungan sosial (social support). Karna,

dukungan sosial berhubungan dengan keberhasilan penyesuaian diri

individuKeberhasilan individu dalam menyesuaikan diri dengan baik

pasti harus mendapatkan dukungan sosial baik dari orang terdekat

maupun dari orang- orang dilingkungan sekitar, jika seseorang tidak

mendapatkan dukungan sosial tersebut, maka individu akan merasa

kesulitan dalam menjalankan kehidupannya sehari-hari. Menurut

Schneiders (1984) penyesuaian diri dapat dilihat dari berbagai sudut

pandang antara lain, penyesuaian diri sebagai adaptasi (adaptation),

penyesuaian diri sebagai bentuk konformitas (conformity), dan


31

penyesuaian diri sebagai usaha penguasaan (mastery) (Ghufron &

Risnawati, 2012). Penyesuaian diri yang dilakukan suatu respon tetap

yang selalu dilakukan individu dalam menjalankan pendidikan, biasanya

akan disertai dengan perhatian, keperdulian, kasih sayang, dihargai,

dinasehati merupakan bentuk dukungan sosial.

Setiap manusia berperan sebagai makhluk sosial. Dalam

menjalankan perannya sebagai makh- luk sosial, manusia melakukan

interaksi dengan manusia dalam rangka memenuhi kebutuhan hidup-

nya. Seperti halnya mahasiswa, sebagai seorang pembelajar mahasiswa

dituntut mampu berinteraksi dengan orang lain, baik dalam lingkungan

akademis maupun lingkungan masyarakat luas.Interaksi yang dilakukan

bisa dalam bentuk kelompok maupun secara personal. (Laksono, 2013).

Mahasiswa akan termotivasi belajar jika ada dukungan sosial dan salah

satu sumber dukungan sosialnya adalah teman.

Menurut Allen, Gartner, Kohler and Reissman, (dalam Rozali,

2013) teman sebaya yang memberikan sumbangan besar dalam

memotivasi mahasiswa belajar akan sangat berperan mempenga- ruhi

naik atau turunnya prestasi dan harga diri ma- hasiswa. Hal ini didukung

oleh Laursen (dalam Rozali, 2013) menjelaskan bahwa kelompok teman

sebaya yang positif akan sangat membantu remaja untuk memahami

bahwa mereka tidak sendiri alam menghadapi tantangan memenuhi

tugas-tugasnya. Selain itu teman sebaya juga merupakan salah satu


32

sumber dukungan sosial. Dukungan sosial juga da- pat bersumber dari

pasangan atau orang yang di cintai, keluarga, teman, rekan kerja, dosen,

psikolog atau anggota organisasi (Sarafino, 2002).

5. Aspek aspek Konsep Diri

Aspek-aspek menurut pandangan Berk terdiri atas 4 aspek yaitu:

a. Aspek fisik : meliputi penilaian individu terhadap segala sesuatu yang

dimilikinya.

b. Aspek sosial : meliputi bagaimana peranan sosial yang dimainkan oleh

individu di lingkungan keluarga, teman, dan kemampuan interaksi

sosialnya.

c. Aspek moral : meliputi berdasarkan nilai-nilai etika dan moralitas. Setiap

pemikiran, perasaan, dan perilaku individu harus mengacu pada nilai-nilai

dan kepantasan.

d. Aspek psikis : meliputi kognisi, afeksi dan konasi

Menurut Calhoun dan Acocella aspek tersebut meliputi :

a. Pengetahuan Dimensi pertama dari konsep diri adalah pengetahuan.

Pengetahuan yang dimiliki individu merupakan apa yang individu ketahui

tentang dirinya. Dalam benak setiap individu ada satu daftar julukan yang

menggambarkan tentang dirinya, hal ini mengacu pada istilah-istilah

kuantitas seperti nama, usia, jenis kelamin, kebangsaan, pekerjaan, agama

dan sebagainya dan sesuatu yang merujuk pada istilah-istilah kualitas,

seperti individu yang egois, baik hati, tenang dan bertemperamen tinggi.
33

Pengetahuan bisa diperoleh dengan membandingkan diri individu dengan

kelompok pembandingnya (orang lain). Pengetahuan yang dimiliki

individu tidaklah menetap sepanjang hidupnya, pengetahuan bisa berubah

dengan cara merubah tingkah laku individu tersebut atau cara mengubah

kelompok pembanding. Dalam membandingkan diri sendiri dengan orang

lain maka julukan yang tepat untuk membedakan adalah perbadaan

kualitas.

b. Harapan Dimensi kedua dari konsep diri adalah harapan. Harapan

merupakan aspek dimana individu mempunyai berbagai pandangan

kedepan tentang siapa dirinya, menjadi apa di masa mendatang, maka

individu mempunyai pengharapan terhadap dirinya sendiri. Singkatnya,

individu mempunyai harapan bagi dirinya sendiri untuk menjadi diri yang

ideal dan pengharapan tersebut berbeda-beda pada setiap individu.

c. Penilaian Dimensi terakhir dari konsep diri adalah penilaian terhadap

dirisendiri. Individu berkedudukan sebagai penilai terhadap dirinya

sendiri setiap hari. Penilaian terhadap diri sendiri adalah pengukuran

individu tentang keadaannya saat ini dengan apa yang menurutnya dapat

dan terjadi pada dirinya. Intinya, setiap individu berperan sebagai penilai

terhadap dirinya sendiri dan dengan menilai hal ini merupakan standar

masing-masing individu.

Menurut Fitts Robinson menjabarkan konsep diri ke dalam lima

aspek, yaitu:
34

a. Diri fisik yaitu bagaimana seseorang melihat dirinya dari segi fisik,

kesehatan, penampilan diri dan gerak motoric.

b. Diri keluarga yaitu bagaimana seseorang menilai sebagai anggota

keluarga dan harga diri sebagai anggota keluarga.

c. Diri pribadi bagaimana seseorang menggambarkan identitas dirinya dan

bagaimana menilai dirinya sendiri.

d. Diri moral etik bagaimana perasaan seseorang mengenai hubungannya

dengan Tuhan dan penilaiannya mengenai hal yang dianggap baik dan

buruk.

e. Diri sosial bagaimana seseorang melakukan gubungan atau interaksi

social

6. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Konsep Diri

Faktor yang mempengaruhi konsep diri menurut Calhoun dan

Acocella yaitu:

a. Orang tua Orang tua kita adalah kontak sosial yang paling awal dan

paling kuat. Apa yang dikomunikasikan oleh orang tua pada anak lebih

menancap dari pada informasi lain yang diterima sepanjang hidupnya.

Orang tua kita mengajarkan bagaimana menilai diri sendiri dan orang tua

yang lebih banyak membentuk kerangka dasar untuk konsep diri. Teman

sebaya Penerimaan anak dari kelompok teman sebaya sangat dibutuhkan

setelah mendapat cinta dari orang lain dalam mempengaruhi konsep diri.

Jika penerimaan ini tidak datang, dibentak atau dijauhi maka konsep diri
35

akan terganggu. Disamping masalah penerimaan atau penolakan, peran

yang diukur anak dalam kelompok teman sebayanya sangat mempunyai

pengaruh yang dalam pada pandangannya tentang dirinya sendiri.

b. Masyarakat Individu tidak terlalu mementingkan kelahiran mereka, tetapi

masyarakat menganggap penting fakta-fakta yang ada pada seorang anak,

seperti siapa bapaknya, ras dan lain-lain. Akhirnya penilaian ini sampai

kepada anak dan masuk ke dalam konsep diri. Masyarakat memberikan

harapan-harapan kepada anak dan melaksanakan harapan tersebut. Jadi

orang tua, teman sebaya dan masyarakat memberitahu kita bagaimana

mengidentifikasi diri kita sendiri sehingga hal ini berpengaruh terhadap

konsep diri yang dimiliki seorang individu.

Joan Rais menyebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi konsep diri

ke dalam empat hal, yakni:

a. Jenis kelamin

Keluarga, lingkungan sekolah ataupun lingkungan masyarakat yang lebih

luas akan berkembang bermacam-macam tuntutan peran yang berbeda

berdasarkan perbedaan jenis kelamin. Menjelang masa bebas, begitu

banyak tekanan-tekanan sosial yang dialami seseorang dan berpengaruh

secara signifikan terhadap perkembangan konsep dirinya.Seseorang harus

mempu memegang peranan penting dalam menentukan bagaimana

seharusnya seorang wanita atau pria bertindak atau berperasaan.


36

b. Harapan-harapan

Harapan-harapan orang lain terhadap diri seseorang sangat penting bagi

konsep dirinya. Karena orang lain mencetak kita, dan setidaknya kitapun

mengasumsikan apa yang orang lain asumsikan menganai kita.

Berdasarkan asumsi-asumsi itu, kita mulai memainkan peran-peran

tertentu yang diharapkan orang lain.

c. Suku bangsa

Masyarakat umumnya terdapat suatu kelompok suku bangsa tertentu yang

dapat dikatakan tergolong sebagai kaum minoritas.Biasanya kelompok

semacam ini mempunyai konsep diri yang cenderung lebih agresif.

d. Nama dan pakaian

Nama-nama tertentu yang akhirnya menjadi bahan tertawaan dari teman-

teman, akan membawa seseorang kepada pembentukan konsep diri yang

lebih negatif, karena nama-nama julukan yang bernada negatif dapat

menyebabkan seseorang benar-benar beranggapan bahwa dirinya

memang demikian. Sebaliknya nama-nama panggilan yang bernada

positif dapat mengubah seseorang ke arah yang lebih positif. Demikian

halnya dengan cara berpakaian, seseorang dapat menilai atau mempunyai

gambaran mengenai dirinya sendiri.


37

7. Jenis jenis Konsep Diri

Calhoun dan Acocella mengemukakan konsep diri terbagi dalam dua

jenis, yaitu konsep diri yang positif dan konsep diri yang negatif.

a. Konsep diri positif

Konsep diri yang lebih berupa penerimaan diri bukan sebagai suatu

kebanggaan yang besar tentang dirinya, dapat memahami dan menerima

dirinya sendiri secara apa adanya, evaluasi terhadap dirinya sendiri

menjadi positif dan dapat menerima orang lain. Individu yang memiliki

konsep diri positif akan merancang tujuan-tujuan yang sesuai dengan

realitas, yaitu tujuan yang memiliki kemungkinan besar untuk dapat

dicapai, pengetahuan yang luas, harga diri yang tinggi, mampu

menghadapi kehidupan didepannya serta menganggap bahwa hidup

adalah suatu proses penemuan. Singkatnya, individu yang memiliki

konsep diri positif adalah individu yang tahu betul siapa dirinya sehingga

dirinya menerima segala kelebihan dan kekurangan, evaluasi terhadap

dirinya menjadi lebih positif serta mampu merancang tujuantujuan yang

sesuai dengan realitas.

b. Konsep diri negatif (Calhoun dan Acocella) membagi konsep diri negatif

menjadi 2 yaitu :

1) Pandangan seseorang tentang dirinya sendiri benar-benar tidak

teratur, tidak memiliki parasaan kestabilan dan keutuhan diri.

Individu tersebut benar-benar tidak tahu siapa dirinya, apa


38

kelemahan dan kelebihannya atau apa yang ia hargai dalam

kehidupannya

2) Pandangan tentang dirinya yang terlalu kaku, stabil dan teratur. Hal

ini bisa terjadi sebagai akibat didikan yang terlalu keras dan

kepatuhan yang terlalu kaku. Disini, individu merupakan aturan

yang terlalu keras pada dirinya sehingga tidak dapat menerima

sedikit saja penyimpangan atau perubahan dalam kehidupannya.

Menurut Rogers (dalam Hidayat. 2000. 29) konsep diri terdiri dari:

a. Konsep diri menerima, yaitu seseorang menerima pengalaman sesuai

dengan self.

b. Konsep diri menolak, yaitu apabila pengalaman yang diterima tidak

sesuai dengan self.

D. KONSEP TEORI MOTIVASI

1. Pengertian Motivasi Belajar

Motivasi belajar merupakan keseluruhan daya penggerak dalam diri

mahasiswa yang menim- bulkan kegiatan belajar yang menjamin kelang-

sungan dari kegiatan belajar dan yang memberikan arah pada kegiatan

belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh mahasiswa dapat tercapai.

Moti- vasi belajar memegang peranan yang penting dalam naik dan

turunnya prestasi belajar (Sadirman, dalam Dhitaningrum & Izzati, 2013).


39

Seseorang akan me- miliki motivasi belajar yang tinggi bila ia

menyadari dan memahami tujuan yang akan dicapainya. Bila seseorang

memahami cita-citanya secara baik, maka ia akan terdorong untuk

semakin giat belajar (Dariyo, 2004).

VanBreda (2015) mengatakan bahwa siswa yang membolos dan

motivasi belajarnya rendah pada umumnya memiliki orangtua dengan

tingkat keterlibatan dan dukungan sosial yang buruk dan tidak konsisten.

Keterlibatan orangtua berpengaruh terhadap terpenuhinya kebutuhan anak

akan dukungan sosial. Hasil penelitian Dhitaningrum dan Izzati (2013)

mengatakan bahwa motivasi belajar yang rendah disebabkan karena

kurang mendapatkan dukungan sosial yang diberikan orangtua.

Motivasi belajar merupakan salah satu faktor untuk keberhasilan

dalam pembelajaran daring, sehingga perlu mempertimbangkan motivasi

belajar di lingkungan belajar yang memanfaatkan teknologi (Harandi,

2015).

Fenomena ini sejalan dengan (Hamdu &bAgustina, 2011) bahwa

motivasi belajar dipandang sebagai dorongan mental yang menggerakkan

dan mengarahkan perilaku mahasiswa, terhadap perilaku belajar.

Menurut Uno (2013) motivasi belajar meru- pakan suatu dorongan

yang timbul oleh adanya rangsangan dari dalam maupun dari luar

sehingga seseorang berkeinginan untuk mengadakan peru- bahan tingkah

laku atau aktivitas tertentu lebih giat dan semangat.


40

2. Indikator Motivasi Belajar

Aspek motivasi belajar yang dipaparkan oleh Uno (2016)

mengatakan bahwa ada 6 indikator motivasi belajar yaitu :

a. Hasrat keinginan untuk berhasil

b. Harapan cita-cita kedepan

c. Penghargaan dalam belajar

d. Keinginan yang menarik dalam belajar

e. Lingkungan yang kondusif sehingga memungkinkan seseorang dapat

belajar dengan baik

f. Kebutuhan dalam belajar atau dorongan.

3. Faktor Motivasi Belajar

Menurut Clayton (Hamdu dan Agustina, 2011), factor motivasi

belajar sebagai berikut :

a. Faktor instrinsik berupa Hasrat dan keinginan untuk berhasil,

dorongan kebutuhan belajar, kegiatan belajar yang menarik dan

lingkungan belajar yang kondusif.

b. Faktor ekstrinsik berupa penghargaan, kegiatan belajar yang menarik

dan lingkungan belajar yang kondusif

4. Kategorisasi Motivasi Belajar

Mahasiswa yang memiliki motivasi belajar tinggi adalah mahasiswa

yang memiliki usaha untuk mendapatkan prestasi tinggi, mengerahkan

pikirannya untuk mencapai hasil belajar yang maksimal, memiliki target


41

IPK tinggi, mengerjakan tugas dengan tepat waktu, antusias belajar untuk

mendapatkan pengetahuan baru dan memiliki ambisius lulus dengan tepat

waktu. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh

Sadirman (Dhitaningrum, & Izzati, 2013); Hamdu & Agustina, 2011)

mahasiswa yang memiliki motivasi belajar tinggi memegang peranan

penting dalam naik dan turunnya prestasi belajar dan ia akan melakukan

segala aktivitas yang didasarkan atas dorongan kebutuhan serta menen-

tukan arah tujuan yang hendak dicapai dan ia juga akan mengerahkan

segala usaha untuk mencapai tujuannya tersebut.

Hal ini mengartikan bahwa mahasiswa yang termotivasi akan

memiliki dorongan yang kuat untuk mencapai tujuannya, yaitu memiliki

prestasi yang tinggi. Motivasi belajar dipandang sebagai dorongan mental

yang menggerakkan dan mengarahkan perilaku mahasiswa, terhadap

perilaku belajar (Uno, 2013 ; Santrock, 2008).

Ahmed, dkk (dalam Dhitaningrum & Izzati, 2013) menyatakan

motivasi belajar dan kondisi emosi menjadi perantara pada pengaruhnya

dukungan sosial terhadap prestasi belajar mahasiswa. Pernyataan tersebut

dapat diartikan bahwa ketika mahasiswa tidak memperoleh dukungan

sosial yang positif dalam belajarnya, maka hal ini akan mempengaruhi

stabilitas emosi mahasiswa tersebut. Sehingga motivasi belajar

mahasiswa mejadi terganggu dan berimbas kepada prestasi belajar

mahasiswa tersebut.
42

5. Peran Perawat Terhadap Motivasi Belajar Mahasiswa

Awal tahun 2020, dunia waspada menghadapi wabah virus yang

dikenal dengan COVID-19. COVID-19 sendiri merupakan kepanjangan

dari Corona Virus Disease yang mulai muncul pada akhir tahun 2019,

penyakit ini sangat mudah menular melalui droplet yang dikeluarkan

bersamaan dengan batuk atau nafas dari penderita (Zhafira et al., 2020).

Coronavirus dapat menyebakan penyakit yang mempunyai gejala ringan

sampai berat pada saluran pernafasan (Wijaya et al., 2020).

Perkembangan teknologi pada zaman sekarang ini khususnya pada

teknologi jaringan Internet, saat ini secara tidak langsung telah mengubah

pandangan masyarakat dalam mendapatkan informasi dan komunikasi.

Teknologi Internet mempermudah proses belajar mengajar pada

mahasiswa (Suryana et al., 2020). Mengikuti himbauan untuk stay at

home, Universitas Advent Indonesia menerapkan sistem belajar jarak

jauh, menggunakan aplikasi zoom, google, classroom, mengakses materi

dan mengumpulkan tugas perkuliahan melalui moodle.unai.edu. Pada

proses pembelajaran daring peserta didik mempunyai kemungkinan jenuh

saat belajar yang diakibatkan tidak mudah untuk mengutarakan pendapat

secar langsung. Untuk mecegah hal ini perlu adanya motivasi untuk

meningkatkan semangat belajar siswa didik (Anas & Aryani, 2014).

Semangat untuk belajar dapat dimiliki dengan meningkatkan motivasi


43

belajar. Motivasi belajar menjadi pendorong yang membuat seseorang

akan tertarik kepada belajar sehingga akan belajar secara terus-menerus.

Sedangkan motivasi yang rendah dapat menyebabkan rendahnya

keberhasilan dalam belajar (Umairah, 2020).

Proses belajar daring membuat mahasiswa dapat belajar dimanapun,

mahasiswa berinteraksi menggunakan aplikasi yang telah ditentukan oleh

pihak kampus. Belajar secara daring mempunyai metode yang lebih

bervariasi (Jusmawati et al., 2020). Kegiatan belajar mengajar secara

daring menuntut mahasiswa mampu untuk belajar secara mandiri baik

dalam mengakses materi ataupun dalam mengerjakan tugas perkuliahan.

Kemandirian belajar membuat kesadaran mahasiswa dalam

menyelesaikan tugas perkuliahan tanpa bergantung pada orang lain

(Kawet, 2017), (Yuliati & Saputra, 2020).

Terkhusus pada fakultas keperawatan, dimana terdapat mata ajar

yang memerlukan Latihan di laboratorium atau terjun langsung ke lahan

praktek, hal ini menuntut pendidik mempunyai inovasi tersendiri

sehinggan materi yang disamapikan akan mampu dimengerti oleh

mahasiswa. Peran pendidik dalam hal ini dosen mengambil bagian yang

besar, dosen dituntut untuk multy-tasking dalam menyampaikan ilmu,

melatih, mendorong, menstimulus sekaligus menjadi role modle. Peran

pendidik tidak sebatas sebagai fasilitator dalam proses belajar, tetapi

mampu membentuk karakter dari peserta didik dalam proses belajar


44

mengajar (Anita, 2015). Motivasi adalah karakteristik psikologis manusia

yang memberi kontribusi pada tingkat komitmen seseorang (termasuk

faktor-faktor yang menyebabkan, menyalurkan dan mempertahankan

tingkah laku dalam arah tekad tertentu (Stoner dan Freeman 2008).

Motivasi adalah segala sesuatu yang mendorong seseorang untuk

melakukan sesuatu. Fungsi motivasi dalam hubungannya dengan prestasi

adalah mendorong timbulnya tinglah laku atau perbuatan karena tanpa

motivasi tidak akan timbul suatu perbuatan, sebagai pengarah artinya

mengarahkan perbuatan untuk tujuan yang diinginkan. Motivasi pada

umumnya mempertinggi prestasi dan memperbaiki sikap terhadap tugas

dengan kata lain motivasi dapat membangkitkan rasa puas dan

meningkatkan prestasi (Hamzah, 2007). Motivasi akan sangat

berpengaruh terhadap keberhasilan proses belajar. Dengan demikian

dapat simpulkan bahwa fungsi dalam belajar adalah untuk:

a. Mendorong seseorang untuk berbuat sesuatu.

b. Sebagai penggerak di setiap kegiatan yang akan dikerjakan.

c. Menentukan arah perbuatan ke arah tujuan yang hendak dicapai.

d. Menyeleksi perbuatan yakni menentukan perbuatan apa yang harus

e. dikerjakan guna mencapai tujuan (Lia, 2009).


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Strategi Pencarian Literature

Jenis peneliti ini adalah penelitian literatur review(studi literatur) yaitu

serangkaian penelitian yang berkenaan dengan metode pengumpulan data

pustaka, atau penelitian yang objek penelitiannya digali melalui beragam

informasi kepustakaan (Jurnal Ilmiah) dan merupakan uraian mengenai

sebuah teori atau temuan yang didapat dari bahan acuan untuk dijadikan

sebagai landasan kegiatan peneliti.

Pencarian jurnal menggunakan keyword atau kata kunci untuk

memperluas atau menspesifikan pencarian, sehingga mempermudah dalam

penentuan jurnal yang digunakan. Kata kunci awal yang digunakan dalam

penelitian ini adalah “Dukungan Sosial” “Tingkat Kemalasan” dan

“Mahasiswa”.

Roswendi et al (2021) menyatakan kata kunci diperlukan agar literatur

yang diperoleh sesuai dengan tujuan penelitian,kata kunci akan menggunakan

alat pencarian berdasarkan kerangka kerja PICOST, sebagai berikut :

a. Population adalah populasi yang digunakan atau masalah yang dianalisis

dalam melakukan literature review.


46

b. Intervention adalah tindakan atau perlakuan yang diberikan kepada

populasi yang sesuai dengan topik penelitian dalam melakukan literature

review.

c. Comparation adalah tindakan atau perlakuan lain yang digunakan sebagai

pembanding dalam melakukan literature review, namun jika tidak

ditemukan maka dapat menggunakan kelompok kontrol yang terdapat

dalam artikel yang dipilih.

d. Output adalah luaran atau hasil yang sesuai dengan topik literature

review.

e. Study adalah jenis desain penelitian yang akan digunakan dalam

literature review.

f. Time adalah waktu terbit jurnal yang digunakan dalam literature review

Berikut adalah kata kunci yang akan digunakan pada literature review

mengenai Hubungan dukungan sosial terhadap tingkat kemalasan mahasiswa

mengadapi kuliah daring.

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang

diperoleh bukan dari pengamatan langsung, akan tetapi dari hasil penelitian

yang telah dilakukan oleh peneliti terdahulu yang jurnal penelitiannya sudah

terpublikasi. Sumber data sekunder berupa jurnal dan artikel yang relevan

dengan topik yang dilakukan menggunakan database yang digunakan adalah

Google Scholar dan Harzing.


47

1. Kriteria Literatur Riview


Setelah mendapatkan semua literatur yang sesuai dengan masalah

utama yang akan dibahas, langkah berikutnya adalah peneliti akan

memilih literatur yang sesuai, agar literatur yang diperoleh sesuai dengan

tujuan penelitian maka untuk mempermudah proses ini harus membuat

kriteria yang berfungsi sebagai penyaring atau filter dalam memilih dan

menolak sebuah literatur dengan membuat kriteria inklusi dan kriteria

eksklusi. Kriteria inklusi dan eksklusi yang digunakan harus lengkap,

detail, dan jelas meliputi jenis studi (eksperimen, non-eksperimen),

bahasa yang digunakan, waktu publikasi, serta kriteria lain yang dianggap

bermakna oleh penulis. Strategi yang akan digunakan dalam penelusuran

literatur dapat menggunakan kerangka PICOST seperti yang terdapat

dalam kata kunci (Roswendi et al., 2021).

Format PICOST dalam Literature Review Hubungan support

sistem terhadap tingkat kemalasan mahasiswa menghadapi kuliah daring

Kriteria Inklusi Eksklusi


Population Jurnal full text jurnal dan artikel yang
mengenai hubungan relevan dengan topik
support sistem yang dilakukan
terhadap tingkat menggunakan database
kemalasan mahasiswa yang digunakan adalah
mwnghadapi kuliah Google Scholar dan
daring atau artikel Harzing.
yang berkaitan dengan
judul penelitian
Intervention Intervensi yang Tidak ada intervensi
48

berkaitan dengan
motivasi semangat,
dukungan sosial yang
memadai serta
penyesuaian
pembelajaran daring
pada mahasiswa di era
pandemi covid-19.
Comparation Tidak ada Tidak ada
Outcomes Adanya Pemenuhan Tidak ada pemenuhan
dukungan sosial pada dukungan sosial pada
mahasiswa yang mahasiswa yang
menghadapi kuliah menghadapi kuliah
daring daring

Study design Kuantitatif (fenomena) Jurnal yang sesuai


atau Kualitatif dengan judul penelitian
Time 2011-2021 < 2011
Language Bahasa indonesia atau
Bahasa inggris

B. Penilaian Kualitas Literatur


Menurut Roswendi et al (2021) Penilaian kualitas literature merupakan

salah satu langkah penting yang harus dilakukan dalam penulisan literature

review, karena tahap ini merupakan salah satu upaya untuk menjamin artikel

yang dijadikan rujukan adalah artikel yang benar-benar berkualitas dan layak

untuk dijadikan sumber rujukan dalam penulisan literature review.

Analisis penilaian kualitas artikel dapat dilakukan melalui instrument

ilmiah dengan menggunakan instrument Critical Appraisal Tools (CAT), yang

disesuaikan dengan jenis desain penelitian yang digunakan . Instrumen yang

akan digunakan dalam penelitian ini menggunakan instrumen JBI (The


49

Joanna Briggs Institute) dengan desigan penelitian kualitatif. Jurnal yang

telah ditetapkan selanjutnya akan dianalisis dengan JBI yang terdiri dari 10

pertanyaan yaitu:

1. Adakah kesesuaian antara perspektif filosofi yang dikemukakan dengan

metodologi penelitian?

2. Apakah ada kesesuaian antara metodologi penelitian dan pertanyaan atau

tujuan penelitian?

3. Apakah ada kesesuaian antara metodologi penelitian dan metode yang

digunakan untuk mengumpulkan data?

4. Apakah ada kesesuaian antara metodologi penelitian dengan representasi

dan analisa data?

5. Apakah ada kesesuaian antara metodologi penelitian dan interpretasi

hasil?

6. Apakah ada pernyataan yang menempatkan peneliti secara budaya atau

teoritis?

7. Apakah pengaruh peneliti terhadap penelitian,dan sebaliknya,

diperhatikan?

8. Apakah partisipan dna suara mereka secar memadai diwakili?

9. Apakah penelitian tersebut etis menurut kriteria saat ini atau untuk

penelitian terkini dan adakah bukti etisnya persetujuan oleh badan yang

sesuai?
50

10. Apakah kesimpulan yang ditarik dalam laporan penelitian mengalir dari

analisis atau interpretasi data.

1. Seleksi Literature (PRISMA)

Protokol penelitian yang dapat digunakan untuk bentuk systematic

literature review adalah dengan menggunakan PRISMA (Preferred Reporting

Items for Systematic Reviews and Meta-analyses), protokol ini digunakan agar

penulisan literature review dilakukan secara sistematis dan terstruktur, mulai

dari pencarian, pemilihan, penilaian hingga penentuan artikel.

Roswendi et al (2021) menyatakan langkah seleksi literature yang akan

digunakan dengan protokol diagram PRISMA adalah:

1. Indentification, pada tahap ini dilakukan identifikasi jumlah artikel yang

diperoleh dari database akademik atau sumber data lainnya sesuai kata

kunci yang telah ditentukan.

2. Screening, tahap berikutnya diperiksa ada tidaknya duplikasi artikel

dalam hal kesamaan judul,dan penulis,selanjutnya dieliminasi .

3. Eligibility, pada tahap selnjutnya artikel diseleksi berdasarkan kelayakan

melalui kriteria inklusi dan eksklusi yang sudah ditetapkan serta critical

appraisal tools yang sesuai, lalu artikel yang tidak layak dilakukan

eliminasi

4. Included, pada tahap terakhir dituliskan perolehan jumlah artikel yang

berhasil lolos dari seleksi yang telah dilakukan, dan telah dinilai dengan

CAT

Artikel yang didapatkan


Artikel yang didapatkan dari data base
Google scholar dan harzing (n =) dari luar data base
akademik (n= )
51

Jumlah artikel setelah di periksa Jumlah artikel


duplikasi (n= ) duplikasi (n= )

Jumlah arikel Jumlah artikel


Jumlah artikel yang tersaring yang dieliminasi yang dikeluarkan
(n= ) (n= ) karena :
a. Tidak free akses
(n= )
b. Tidak full text
(n=)
Jumlah arikel c. Tidak sesuai
Jumlah artikel full text judul (n=)
full text yang
sesuai uji kelayakan (n= ) d. Tahun terbit
dieliminasi (n=) sebelum 2011-
2021 (n= )

Jumlah artikel yang dikeluarkan


Jumlah artikel yang lulus seleksi berdasarkan kriteria inklusi da
(n= ) CAT:
a. Populasi tidak sesuai (n= )
b. Variabel tidak sesuai (n= )
c. Desain penelitian tidak sesuai
(n= )
d. Analisa data dan output tidak
sesuai (n= )
52

2. Etika Penelitian

Plagiarisme atau plagiat merupakan pengambilan karangan, pendapat dan

sebagainya milik orang lain dan menjadikan seolah- olah karangan dan

pendapat sendiri (Nurdin, dkk., 2019). Beberapa tahun ini mulai muncul kasus

plagiarisme yang menjadi keprihatinan kita semua. Masalah tersebut tentu

saja perlu menjadi perhatian kita. Oleh karena itu, perlu pemahaman bersama

mahasiswa dan dosen terkait plagiarisme, untuk menghindarkan diri dari

praktik‐praktik plagiat. Sikap menghargai, mengakui dan memberikan

penghargaan atas karya orang lain menjadi satu keharusan dalam membuat

karya ilmiah (Istiana dan Purwoko, 2016).

Untuk mencegah plagiarisme, banyak yang sudah dilakukan oleh instansi

agar dosen dan mahasiswa tidak jatuh dalam lingkaran plagiasrisme. Pertama,

memiliki sistem yang mampu mengecek tingkat plagiasi. Kedua,

memberlakukan sanksi akademik bagi semua pihak yang terdeteksi

melakukan plagiasi. Ketiga, melakukan sosialisasi atas aturan penulisan karya

ilmiah. Keempat, membekali dengan teknik penulisan yang benar, terutama

materi sitasi(Pratama, dkk., 2019).


DAFTAR PUSTAKA

200.Nasution, I. K. (2007 ). Stres Pada Remaja. Universtas Sumatera Utara.

Aprista. 2020. Efektifitas Kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar Dalam

Masa

Arizona, Abidin, dkk. 2020. Pembelajaran online berbasis proyek salah satu solusi

Bao, W. (2020). COVID-19 and Online Teaching in Higher Education : A case study of

Peking University. March, 113–115. https://doi.org/10.1002/hbe2.191

Basilaia, G., & Kvavadze, D. (2020). Transition to Online Education in Schools during a SARS-CoV-2

Coronavirus (COVID-19) Pandemic in Georgia. Pedagogical Research, 5(4), em0060.

https://doi.org/10.29333/pr/7937

Charismiadji. 2020. Hubungan Regulasi Emosi dengan Strss Akademik pada

Disease 2019: Review of Current Literatures. Jakarta: Departemen Ilmu

Firman., & Rahman, S. R. (2020). Pembelajaran online di tengah pandemi covid-19.

Indonesian journal of educational science (ijes), 02(02), 81-80.

Goldschmidt, K., & Msn, P. D. (2020). The COVID-19 pandemic : Technology use to support the

wellbeing of children. Journal of Pediatric Nursing, xxxx, 3–5.

https://doi.org/10.1016/j.pedn.2020.04.013

Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 Indonesia. (2020). Data COVID-19 Global dan

Indonesia. Retrieved from https://covid19.go.id/

Humas Untidar (2020, November 25). Berita terkini. Retrieved from https://untidar.ac.id

kegiatan belajar mengajar di tengah pandemi covid-19. Jurnal Ilmiah Profesi

Kemendikbud (2020, November 25). Retrieved from www.kemdikbud.go.id

53
Lee, A. (2020). Wuhan Novel Coronavirus (COVID-19): why global control is challenging?. Public

Health. January: 19 – 21. https://doi.org/https://doi.org/10.1016/j.puhe.2020.02.001

Livana, Hasanah, dkk. 2020. Gambaran Psikologis Mahasiswa Dalam Proses

Mahasiswa Baru [Skripsi]. Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga

Musradinur. (2016). Stress dan Cara Mengatasinya. Jurnal Edukasi, vol.2,

No.2, 183-

Pandemi Corona Virus 2019 oleh Pemerintah Sesuai Amanat UUD NRI

Pembelajaran Pendidikan, 5(1). Penyakit Dalam.

Sadikin, A., & Hamidah, A. (2020). Pembelajaran Daring di Tengah Wabah Covid-19.

Biodik, 6(2), 214- 224. https://doi.org/10.22437/bio.v6i2.9759

Saifuddin, M. F. (2016). E-Learning Dalam Persepsi Mahasiswa. Universitas Ahmad

Dahlan , 102-110.Selama Pandemi Covid-19. Jakarta: Universitas

Muhammadiyah Semarang

Susilo Adityo, Rumende Martin, dkk. 2020. Tinjauan Literatur Terkini Coronavirus

Tahun 1945. Semarang: Fakultas Hukum Universitas Diponegoro.

Uno, H. B. (2016). Teori motivasi dan pengukurannya analisis di bidang pendidikan. Jakarta:

Bumi Aksara. Yogyakarta.

Zimmerman, B. (2000). Attaining selfregulation: A social cognitive perspective. In M.

Boekarts, P. R. Pintrich, & M. Zeidner (Eds.), Handbook of selfregulation (pp.

13- 39). San Diego, CA: Academic Press.

54

Anda mungkin juga menyukai