Anda di halaman 1dari 5

Membangun Resistansi dan Jiwa Militansi Santri Terhadap

Hibridisasi Politik dan Agama yang Mengguncang NKRI

Disusun Oleh :
Nama : Rania Malihatul Anwar
Kategori : Mahasiswa
Instansi : Universitas Singaperbangsa Karawang
Kata pengantar

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh


Pertama-tama marilah kita panjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang
senantiasa memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada kita karena Karya Tulis Ilmiah
berupa artikel hasil dari perlombaan Karya Tulis Ilmiah Hari Santri Nasional PCNU
Kabupaten Karawang Tahun 2019 dapat terlaksanakan dengan baik.
Karya tulis ilmiah ini berasal dari peserta kategori Mahasiswa dengan tema
perlombaan yaitu “ SANTRI INDONESIA UNTUK PERDAMAIAN DUNIA “ dengan
tema yang diangkat adalah “ santri menjaga keutuhan NKRI “ Perlombaan Karya Tulis
Ilmiah ini dilaksanakan untuk memperingati hari santri nasional pada tanggal 21 oktober
2019.

Sekian dan terima kasih.


Wassalamu’alaikum Wr.Wb.

Karawang, 17 oktober 2019

Penyusun
Abstrak
Fenomena hibridisasi politik dan agama menjadi isu yang sangat gampang sekali
untuk mengguncang negeri kita ini, tidak jauh dari ulah para elite politik yang senang
memobilisasi massa untuk kepentingan pribadinya. Terungkap bahwa memang sekarang
agama selalu dijadikan katalis untuk meraih kekuasaan.
Pembahasan
Kemerdekaan Indonesia yang sudah 74 tahun dirasakan oleh kita semua tidak
lepas dari perjuangan para santri. Sosok pionir berjiwa militan, alim penerus para ulama
dan penjaga keutuhan NKRI, tidak ternafikan jika memang salah satu tugas santri adalah
turut serta menjaga keutuhan NKRI bersama masyarakat dan pemerintahan, bukan
sesuatu yang asing lagi jika memang peran santri sangat penting untuk menyuarakan dan
meneladan kan hidup damai serta menekan lahirnya konflik di tengah-tengah
keberagaman masyarakat, dengan sikap toleran dan komitmen cinta tanah air, sudah pasti
itu menjadi kunci masifnya NKRI ditengah hibridisasi politik dan agama saat ini.
Hibridisasi politik dan agama memang saling menompang, saling menguatkan
dan saling melengkapi terkecuali dengan paham-paham yang berselisih, sehingga
menimbulkan masalah itu menjadi pengecualian. Tetapi, bagaimana jika agama dijadikan
kendaraan untuk berpolitik, karena pada hakikatnya politik memang membutuhkan
sebuah kendaaraan atau alat bantu, katalis agar tujuan bisa tercapai dengan lebih baik
atau lebih cepat. Agama bisa menjadi suatu katalis yang sangat efisien dan efektif didalam
dunia perpoltikan, karena agama merupakan manifestasi kepercayaan manusia kepada
sang pencipta yang agung dan suci sudah tidak diragukan lagi efektivitasnya di dunia
politik, sebenernya memang politik dan agama ini tidak bisa kita pisahkan jika melihat
sejarah manusia tentang perpolitikan, karena agama manapun memiliki sejarah yang sama
berkaitan dengan politik. Contohnya seperti Islam di era Rasulullah yang selalu
menggunakan prinsip-prinsip dan hukum agama disegala aktivitas berpolitik seperti saat
bermusyawarah dalam membuat sebuah keputusan penting, itu membuktikan memang
tidak ada yang salah dengan hibridisasi politik dan agama ini. Tetapi menjadi berbahaya
jika membawa kepentingan politik dengan mengatasnamakan atau menjadikan agama
sebagai katalisnya, sudah dipastikan itu adalah pemicu terguncang nya NKRI.
Pola pikir masyarakat Indonesia layaknya ikan dalam kolam kecil, gampang sekali
terpancing apalagi jika dijala, menjadi sangat mudah untuk ditangkap, malas untuk
berpikir lebih jauh atau bisa kita sebut dengan “sempit pemikiran” karena memang sangat
mudah sekali terprovokasi apalagi jika yang menjadi umpannya adalah Agama, habis
sudah terjala, tergiring oleh opini yang dibuat oleh para elite-elite politik. Sudah banyak
sekali kasus politik yang menyulut emosi masyarakat karena menyangkut keyakinan yang
mereka anut sehingga banyaknya Ras yang terpecah belah, mereka seakan-akan tidak
mengenali saudara satu tanah air yang terlahir dari rahim Ibu Pertiwi, terpecah belah oleh
sebuah kepentingan pribadi para elite-elite politik untuk dapat menduduki singgasananya.
Dengan begitu, dibangunnya resistansi yang tinggi terhadap radikalisme politik dan jiwa
militansi yang kuat untuk menjaga keutuhan NKRI dengan ilmu para ulama, sosok santri
yang perannya sangat sentral akan mampu untuk menjaga heterogenitas masyarakat
Indonesia tetap dalam satu wadah persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia.
Membangun resistansi dan jiwa militansi terhadap santri itu mudah, karena
sejatinya santri memang sosok militan dengan berbekal hidup mandiri mereka mampu
berjuang untuk mengaji dan menghapal apa yang sudah kyai ajarkan, jadi bukan sesuatu
yang sukar untuk membangun jiwa militansi dalam menjaga keutuhan NKRI, dengan
menanamkan jiwa cinta tanah air disegala aspek kehidupan agar memperkuat ketahanan
akan terpaparnya ajaran radikalisme, juga membentuk pribadi muslim yang berbudi luhur
dan cakap agar bisa menjadi sosok generasi pelurus bukan penerus bangsa ini, diiringi
dengan akhlak yang baik berkat didikan para alim ulama dan jiwa cinta tanah air yang
kuat. Saya yakin santri dapat menjaga bangsa ini dari kemusnahan karena hilangnya
akhlak dalam kehidupan bernegara.
DAFTAR PUSTAKA

Sosial Politik Filsapat Fakultas Fakultas Filsapat Universitas Gadjah Mada. 2017.
Hibridisasi Politik Dan Agama https://sosialpolitik.filsafat.ugm.ac.id/2017/10/10/bahaya-
hibridisasi-politik-dan-agama/ . Diakses pada 15 oktober 2019.

Nasrullah Ainul Yaqin Mustari. 2017. Sumpah Santri dan Tanggung Jawab Menjaga
NKRI https://geotimes.co.id/opini/sumpah-para-santri-dan-tanggungjawab-menjaga-
keutuhan-nkri/. Diakses pada 15 oktober 2019.

Anda mungkin juga menyukai