Anda di halaman 1dari 37

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Definisi Akuntansi Keuangan

Fungsi akuntansi adalah menyajikan data kuantitatif yang akan

digunakan untuk pengambilan keputusan, perlu dijaga agar data yang disajikan

mempunyai kualitas tertentu. Baridwan (2014:4) menunjukkan kualitas ini

dalam karakteristik kualitatif laporan keuangan berupa kualitas informasi

akuntansi. Agar dapat berguna, informasi itu harus mempunyai dua sifat utama

yaitu relevan dan dapat dipercaya (reliability). Agar informasi itu relevan, ada

tiga sifat yang harus dipenuhi yaitu mempunyai nilai prediksi, mempunyai nilai

umpan balik (feedback value), dan tepat waktu. Informasi yang dapat dipercaya

mempunyai tiga sifat yaitu dapat diperiksa (verifiability), netral, dan menyajikan

yang seharusnya.

Akuntansi keuangan adalah cabang dari ilmu akuntansi yang berkaitan

dengan cara pelaporan perusahaan kepada pelaku ekonomi baik internal

maupun eksternal yang berbentuk laporan neraca, rugi laba, perubahan modal

dan arus kas. Pihak eksternal seperti pemegang saham, kreditor, investor.

Semakin bagus pelaporan keuangan akan berimbas kepada baiknya

kredibilitas perusahaan. Akuntansi keuangan memiliki peran sangat penting

dan vital dalam menyajikan kondisi terkini perusahan sebagai acuan dalam

pengambilan keputusan.

Seperti yang diungkapkan oleh Kieso (2012:4) akuntansi keuangan

adalah sebuah proses yang berakhir pada pembuatan laporan keuangan

menyangkut perusahaan secara keseluruhan untuk digunakan baik pihak-pihak

internal maupun pihak eksternal.

7
8

Akuntansi keuangan berorientasi pada pelaporan pihak eksternal.

Beragamnya pihak eksternal dengan tujuan spesifik bagi masing-masing pihak

membuat pihak penyusun laporan keuangan menggunakan prinsip dan

asumsi-asumsi dalam penyusunan laporan keuangan. Untuk itu diperlukan

standar akuntansi yang dijadikan pedoman baik oleh penyusun maupun oleh

pembaca laporan keuangan. Laporan yang dihasilkan dari akuntansi keuangan

berupa laporan keuangan untuk tujuan umum (general purpose financial

statement). Fungsi utama dari akuntansi keuangan adalah sebagai media

informasi keuangan sebuah perusahaan agar:

1. Dapat memberikan informasi yang bisa berguna bagi manajemen

perusahaan.

2. Mengetahui dan menghitung laba ataupun rugi yang sudah didapat oleh

perusahaan.untuk membantu suatu perusahaan dalam mencapai targetnya

yang sebelumnya sudah ditentukan.

3. Membantu untuk menetapkan hak bagi masing-masing pihak yang

mempunyai suatu kepentingan dalam suatu perusahaan, baik itu pihak

internal maupun eksternal.

4. Untuk mengawasi dan mengendalikan berbagai macam suatu kegiatan yang

terjadi pada perusahaan.

2.1.2 Pengertian Aset Tetap Berwujud

Aset tetap merupakan aset yang dapat dikonversikan menjadi kas lebih

lama daripada setahun dan digunakan untuk aktivitas produksi. Seperti aset

lancar, aset tetap juga dicatat pada sisi debet laporan posisi keuangan. Aset

tetap didanai dari utang jangka panjang dan atau modal sendiri.

Santoso (2012:20) mengemukakan bahwa aset tetap merupakan Aset

berwujud (tangible fixed assets) yang masa manfaatnya lebih dari satu tahun,
9

digunakan dalam kegiatan perusahaan, dimiliki tidak untuk dijual kembali dalam

kegiatan normal perusahaan serta nilainya cukup besar. Aset tetap merupakan

kekayaan yang dimiliki perusahaan yang dibeli bukan untuk dijual, yang

digunakan untuk memperlancar kegiatan operasional perusahaan dan dapat

digunakan lebih dari satu periode akuntansi.

Menurut Baridwan (2014:271) aset tetap berwujud adalah aset-aset

yang berwujud yang sifatnya relatif permanen yang digunakan dalam kegiatan

perusahaan yang normal. Dari definisi tersebut dapat dijelaskan bahwa suatu

aset tetap harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:

1. Mempunyai bentuk fisik.

2. Digunakan dalam operasi perusahaan.

3. Mempunyai sifat reltif permanen.

4. Memberi manfaat dimasa akan datang.

General Accepted Accounting Principle (GAAP) dalam Harahap

(2014:21) mendefinisikan aset tetap berwujud sebagai aset yang sifatnya

dipakai terus menerus dan digunakan dalam kegiatan produksi, penjualan

barang, penjualan aset lain, atau pembelian aset lainnya yang bukan untuk

dijual.

Aset tetap berwujud yang dimiliki oleh suatu perusahaan dapat

mempunyai macam-macam bentuk seperti tanah, bangunan, mesin-mesin dan

alat-alat, kendaraan, meubelair dan lain-lain. Dari macam-macam aset tetap

berwujud untuk tujuan akuntansi menurut Baridwan (2014:272) dikelompokkan

menjadi:

1. Aset tetap yang umurnya tidak terbatas seperti tanah untuk letak

perusahaan, pertanian dan peternakan.


10

2. Aset tetap yang umurnya terbatas dan apabila sudah habis masa

pengunaannya bisa diganti dengan aset yang sejenis, misalnya bangunan,

mesin, alat-alat meubel, kendaraan dalam lain-lain.

3. Aset tetap yang umurnya terbatas dan apabila sudah habis masa

penggunaanya tidak dapat diganti dengan aset sejenis, misalnya sumber-

sumber alam seperti tambang, hutan, dan lain-lain.

2.1.3 Perolehan Aset Tetap

Haryono (2012:155) mengutarakan perolehan aset tetap meliputi agar

sejalan dengan prinsip akuntansi yang lazim, aset tetap harus dicatat sebesar

harga perolehannya. Harga perolehan meliputi semua pengeluaran yang

diperlukan untuk mendapatkan aset, dan pengeluaran-pengeluaran lain agar

siap untuk digunakan. Sebagai contoh, harga beli mesin, biaya pengangkutan

mesin yang dibayar pembeli, dan biaya pemasangan mesin juga merupakan

bagian dari harga perolehan mesin pabrik yang dibeli perusahaan.

Aset tetap dapat diperoleh dengan berbagai cara, dimana

masing-masing cara perolehan akan mempengaruhi penentuan harga

perolehan aset tersebut. Sebelum kepada pembahasan tersebut, pengertian

dari harga perolehan adalah harga perolehan (cost) atau biaya aset tetap

diukur dengan kas yang dibayarkan (bila dibeli tunai), namun apabila perolehan

aset dibayar selain dengan kas, maka harga perolehan ditetapkan sebesar nilai

wajar darl aset yang diperoleh atau diserahkan, mana yang lebih layak

berdasarkan bukti atau berdasarkan data yang tersedia (Hery, 2011:139)

Cara perolehan aset tetap menurut Baridwan (2014:274) menyatakan

bahwa aset tetap dapat diperoleh dengan cara:

1. Pembelian Tunai

2. Pembelian Angsuran
11

3. Ditukar dengan Surat-Surat Berharga

4. Ditukar dengan Aset tetap berwujud yang Lain

5. Diperoleh dari Hadiah atau Donasi

6. Aset dibuat Sendiri

Sementara itu untuk penentuan harga perolehan aset tetap sesuai

dengan cara perolehan tersebut di atas, Baridwan (2014:274-287) menyatakan:

1. Pembelian Tunai

Aset tetap berwujud yang diperoleh dan pembelian tunai dicatat sebesar

uang yang dikeluarkan, yaitu termasuk pasar dan semua biaya yang

dikeluarkan agar aset tetap tersebut siap untuk dipakai. Biaya-biaya yang

mungkin terjadi antara lain seperti biaya angkut, premi asuransi dalam

perjalanan, biaya balik nama, biaya pemasangan dan biaya percobaan.

Semua biaya di atas dikapitalisir sebagai harga perolehan aset tetap.

2. Pembelian Angsuran

Harga perolehan suatu aset tetap yang diperoleh dan pembelian angsuran

adalah tidak termasuk bunga. Bunga selama masa angsuran baik

jelas-jelas dinyatakan maupun yang tidak dinyatakan tersendiri harus

dinyatakan dan harga perolehan dan dibebankan sebagai beban bunga.

3. Ditukar dengan Surat-Surat Berharga

Aset tetap yang diperoleh dengan cara ditukar dengan saham atau obligasi

perusahaan akan dicatat dalam buku sebesar harga pasar atau obligasi

yang digunakan sebagai penukar. Apabila harga pasar saham atau obligasi

yang digunakan perolehan aset tetap ditentukan sebesar harga pasar aset

tetap yang bersangkutan. Apabila harga pasar surat berharga dan aset

yang ditukar kedua-duanya tidak diketahui, maka nilai pertukaran

ditentukanoleh keputusan pimpinan perusahaan.


12

4. Ditukar dengan Aset Tetap yang Lain

Aset tetap yang baru diklasifikasi dengan jumlah sebesar harga pasar aset

tetap yang lama ditambah uang yang dibayarkan (kalau ada) atau

dikapitalisasikan sebesar harga aset tetap yang baru diterima. Apabila

harga pasar aset tetap lama maupun baru tidak dapat ditentukan, maka

nilai buku aset tetap yang lama digunakan sebagai dasar pencatatan

pertukaran tersebut. Dalam pertukaran aset tetap yang diserahkan dengan

nilai wajar yang digunakan sebagai dasar pencatatan aset tetap yang

diperoleh pada tanggal transaksi terjadi harus diakui sebagai laba atau rugi

pertukaran aset tetap.

5. Diperoleh dari Hadiah atau Donasi

Aset tetap yang diperoleh dan hadiah atau donasi pencatatannya bisa

dilakukan menyimpang dari prinsip harga perolehan. Untuk menerima

hadiah, mungkin dikeluarkan biaya-biaya yang nialnya relatif sangat kecil

dibandingkan nilai aset tetap yang diterima. Apabila aset dicatat sebesar

biaya yang sudah dikeluarkan, maka hal ini akan menyebabkan jumlah aset

dan modal terlalu kecil, serta beban penyusutan menjadi terlalu kecil. Untuk

mengatasi keadaan seperti ini, maka aset tetap diterima sebagai hadiah

dicatat sebesar harga pasarnya denganmengkredit rekening “modal

hadiah”.

6. Aset Dibuat Sendiri

Semua biaya yang terjadi yang berkaitan dengan pembuatan aset tetap

hingga siap dipergunakan seperti bahan, upah langsung, dan biaya

overhead pabrik langsung.

Aset tetap yang diperoleh perusahaan selalu dicatat berdasarkan

harga perolehan dari aset tetap tersebut. Aset tetap dapat diperoleh dengan

berbagai cara perolehan Revee, dkk (2012:134) seperti:


13

1. Memperoleh Aset tetap dengan kas

Aset tetap yang diperoleh dengan pembelian/pengeluaran kas utuk

mendapatkan aset tetap tersebut ditambah dengan biaya yang menyangkut

pada aset itu sehingga aset tersebut siap untuk dipakai.

2. Membeli dengan angsuran

Aset tetap yang diperoleh dari pembelian angsuran seringkali meliputi

pembayaran yang ditangguhkan (deffered payment) untuk keseluruhan

harga atau sebagian harga pembelian aset tetap tersebut.

3. Memperoleh aset tetap dengan tukar menukar

Seringkali aset tetap yang diperoleh perusahaan dengan cara tukar tambah

atau menukarkan aset tersebut dengan aset lain maka aset tetap yang

lama digunakan untuk membayar sebagian harta aset tetap yang baru dan

kekurangannya dibayar tunai.

4. Memperoleh aset tetap dengan mengeluarkan surat berharga.

Aset tetap yang diperoleh dengan ditukar dengan surat-surat berharga

seperti saham dan obligasi perusahaan dicatat dalam buku sebesar harga

saham dan obligasi yang digunakan sebagai alat pertukaran.

5. Memperoleh aset tetap dengan membangun sendiri.

Dalam usaha untuk memperoleh aset tetap, perusahaan kadang-kadang

membuat sendiri sehingga harga perolehan aset tetap tersebut ditetapkan

berdasarkan:biaya over head pabrik yang dibebankan, biaya pembuatan

aset tetap yang melebihi harga pasar, biaya pembuatan aset tetap lebih

kecil dari harga pasarnya, dan biaya bunga modal pinjaman selama

pembangunan aset tetap.


14

6. Memperoleh aset tetap dari sumbangan.

Aset tetap yang diperoleh dari sumbangan mengalami kesulitan untuk

mengakui besarnya harga perolehan aset tetap, sehingga harga perolehan

diakui sesuai dengan harga aset tetap tersebut apabila dibeli dengan kas.

2.1.4 Pengeluaran untuk Aset Tetap Berwujud

Selama penggunaan aset tetap dan awal sampai aset tetap tersebut

tidak berfungsi lagi, biasanya terdapat biaya-biaya yang dikeluarkan

perusahaan. Biaya-biaya tersebut ada yang sifatnya pada tidak rutin pada

setiap periode, ada pula biaya yang sifatnya tidak rutin (tak tentu) dan luar

biasa dimana biaya tersebut memberikan tambahan kemampuan dan/atau

umur ekonomis terhadap suatu aset tetap.

Harahap (2014:48) membagi pengeluaran selama penggunaan aset

tetap tersebut ke dalam dua jenis, yaitu:

1. Pengeluaran Pendapatan (Revenue Expenditures)

2. Pengeluaran Modal (Capital Expenditure )

Jika pengeluaran dianggap tidak menambah harga pokok, dalam arti

biaya itu harus dibebankan perkiraan laba rugi, maka pengeluaran itu dianggap

sebagai pengeluaran pendapatan. Sebaliknya, jika pengeluaran itu menambah

harga pokok, dalam arti pengeluaran yang terjadi dikapitalisir, maka

pengeluaran dianggap pengeluaran modal. Dan hal ini berarti bahwa

pembebanan perkiraan laba rugi tidak sekaligus tetapi dan akan dialokasikan

melalui pembebanan biaya penyusutan selama masa penggunaannya.

Sugiri dan Bogat (2012:420) mengemukakan pengeluaran-pengeluaran

yang berhubungan dengan aset tetap itu adalah:


15

1. Pemeliharaan (maintenance)

Pemeliharaan adalah pengeluaran untuk mempertahankan harga agar

berbeda dalam kondisi yang tetap baik. Termasuk dalam pengeluaran ini

adalah pengganti oli, pembersih mesin, pemasaran, pengecetan dan

penyetelan peralatan. Pos-pos pemeliharaan merupakan pos-pos biasa

dan berulang-ulang serta tidak meningkatkan harta atau menambah usia,

karena jumlah tersebut dicatat sebagai biaya.

2. Reparasi (repair)

Reparasi ialah pengeluaran-pengeluaran untuk mengembalikan harta

kepada kondisinya yang lebih baik karena kerusakan atau mengembalikan

dan mengganti bagian-bagian yang rusak. Bilamana pengeluaran-

pengeluaran ini bersifat biasa dan hanya memberi manfaat bagi operasi

berjalan, maka jumlahnya didebetkan pada perkiraan akumulasi

penyusutan. Reparasi yang melibatkan pemeriksaan yang seksama (over

hauling) atas harta tertentu seringkali disebut sebagai pembaharuan

(renevall). Substitusi suku cadang atau unit-unit keseluruhan disebut

sebagai pengganti (replacement).

3. Perbaikan (betterment) atau penyempurnaan (improvement)

Perbaikan/penyempurnaan ialah perubahan-perubahan atas harta yang

dirancang untuk meningkatkan atau menyempurnakan jasa-jasa.

Pemasangan sistem penyinaran, sistem pemanasan atau sistem seniter

yang lebih baik merupakan perbaikan. Pengeluaran-pengeluaran kecil

untuk perbaikan dapat dicatat sebagai reparasi biasa. Pengeluaran besar

memerlukan ayat pembukuan untuk menghapus nilai buku harta lama dan

menetapkan nilai harta yang disempurnakan, atau ayat-ayat pembukuan

untuk menurunkan akumulasi penyusutan yang berkaitan dengan harta

lama.
16

4. Penambahan (addition)

Penambahan adalah pelunasan dan peningkatan fasilitas yang ada. Suatu

bangunan sayap baru dari suatu pabrik, tambahan dok pemuatan, atau

perluasan tempat parkir merupakan penambahan. Pengeluaran ini

dikapitalisasikan dan nilainya dihapuskan sepanjang usia jasa penambahan

tersebut.

5. Perancangan Kembali (rearrangement)

Perancangan kembali ialah memindahkan mesin-mesin dan peralatan-

peralatan serta pemasangan kembali untuk mencapai keekonomisan atau

efisiensi yang lebih tinggi. Biaya-biaya mengenai perancangan kembali itu

harus dibebankan pada periode-periode yang memperoleh manfaat dari

perubahan tersebut. Apabila yang memperoleh manfaat lebih dari satu

periode, suatu perkiraan harta layaknya ditetapkan menunjukkan sifat biaya

yang ditangguhkan harus dibentuk dan jumlah ini dialokasikan secara

sistematis pada pendapatan. Apabila perancangan kembali mencakup

biaya pemasangan baru harus ditambah pada harta dan dihapuskan

sepanjang usia yang tersisa.

2.1.5 Pengakuan Aset Tetap

PSAK 16 dalam Libby, dkk (2012:73) menyatakan bahwa biaya perolehan

aset tetap harus diakui sebagai aset jika dan hanya jika:

1. Kemungkinan besar entitas akan memperoleh manfaat ekonomi masa depan

dari aset tersebut

2. Biaya perolehan aset diukur secara andal

Pengakuan merupakan pencatatan suatu jumlah rupiah ke dalam struktur

akuntansi (pembukuan) sehingga jumlah tersebut pada akhirnya akan

memperngaruhi posisi keuangan dan hasil usaha perusahaan.


17

Aset tetap dapat diakui pada saat awal kepemilikan,apaila aset tersebut

telah menjadi milik perusahaan dengan bukti yang cukup atas aset tetap

tersebut,dan apabila aset tersebut masih dalam proses kepemilikan maka

perusahaan tidak boleh mengakuinya sampai terdapat bukti atas kepemilikan

aset tetap tersebut.

2.1.6 Penilaian Aset Tetap

Untuk menentukan berapa besarnya penyajian aset tetap dalam

laporan keuangan dalam hal ini laporan posisi keuangan, maka perlu ditetapkan

terlebih dahulu nilai dari aset tetap tersebut, dengan kata lain melalui tahap

penilaian aset tetap. Prinsip Akuntansi Indonesia menyatakan bahwa aset tetap

dinyatakan sebesar nilai buku yaitu harga perolehan aset tetap tersebut

dikurangi dengan akumulasi penyusutannya.

PSAK dengan pernyataan No.16 (2016) menyatakan bahwa “Suatu

benda berwujud harus diakui sebagai suatu aset dan dikelompokkan sebagai

aset tetap pada awalnya harus diukur berdasarkan biaya perolehan.”

Aset tetap dicatat sebesar harga perolehannya yaitu jumlah uang yang

dikeluarkan atau utang yang timbul untuk memperoleh asset tetap sampai

dengan asset tersebut siap untuk digunakan. Sehubungan dengan proses

perolehannya, harga perolehan aset tetap ditentukan sebagai berikut:

1. Aset tetap yang diperoleh dalam bentuk siap pakai harga perolehannya

ditetapkan berdasarkan harga beli, ditambah dengan biaya-biaya yang

terjadi sehubungan dengan usaha penempatan aktiva tetap yang

bersangkutan pada tempat dan kondisi yang siap untuk dipergunakan seperti

Pajak Pertambahan Nilai (PPN).

2. Aset tetap yang dibangun sendiri harga perolehannya ditetapkan

berdasarkan biaya-biaya yang terjadi sehubungan dengan pembangunan


18

aset tetap yang bersangkutan, sampai siap dipergunakan. Biaya-biaya

tersebut meliputi biaya bahan langsung, biaya tenaga kerja langsung, dan

biaya-biaya tidak langsung (Overhead).

3. Aset tetap yang diperoleh melalui pertukaran dengan aset non kas, harga

perolehannya ditetapkan berdasarkan harga pasar yang diserahkan atau

harga pasar yang diterima, bergantung kepada harga mana yang dipandang

lebih wajar.

4. Aset tetap yang diperoleh dari sumbangan, harga perolehannya ditetapkan

berdasarkan harga pasar yang diterima atau harga taksiran yang wajar. 

5. Aset tetap yang diperoleh secara gabungan, harga perolehan masing-

masing ditetapkan berdasarkan alokasi harga perolehan gabungan dengan

perbandingan yang wajar.

Sesudah harga perolehan dalam masa penggunaan maka aset yang

umurnya tidak terbatas seperti tanah, dilaporkan dalam neraca sebesar harga

perolehannya, sedangkan untuk aset tetap yang umurnya terbatas dicantumkan

dalam neraca sebesar harga perolehan dikurangi dengan akumulasi

depresiasi/deplesi. Harga perolehan dikurangi akumulasi depresiasi/deplesi

disebut nilai buku.

2.1.7 Pelaporan Aset Tetap

Aset tetap disajikan dalam laporan posisi keuangan sebesar nilai buku

yaitu harga perolehan aset tetap dikurangi dengan akumulasi penyusutan dan

akumulasi rugi penurunan aset. Aset tetap dilaporkan dalam laporan posisi

keuangan. Aset tetap harus dirinci menurut jenisnya, seperti misalnya tanah,

gedung, mesin-mesin, peralatan, kendaraan dan lain-lain. Akumulasi disajikan

sebagai pengurang terhadap aset tetap, baik secara sendiri-sendiri menurut

jenisnya atau secara keseluruhan. Apabila di laporan posisi keuangan


19

akumulasi penyusutan dikurangkan secara keseluruhan, maka dalam catatan

atas laporan keuangan perlu dibuatkan rincian harga perolehan masing-masing

jenis aset serta masing-masing penyusutannya. Metode penyusutan yang

dianut oleh perusahaan serta taksiran masa manfaat, perlu dijelaskan dalam

laporan keuangan.

Aset tetap (fixed assets) disebut juga Property, Plant and Equipment.

Menurut Standar Akuntansi Keuangan (PSAK No.16, 2016):

Aset tetap adalah asset berwujud yang diperoleh dalam bentuk siap

pakai atau dengan dibangun lebih dahulu, yang digunakan dalam operasi

perusahaan, tidak dimaksudkan untuk dijual dalam kegiatan normal perusahaan

dan mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun. Aset tetap adalah aset

berwujud yang:

1. Dimiliki untuk digunakan dalam produksi atau penyediaan barang atau jasa,

untuk disewakan ke pihak lain, atau untuk tujuan administratif; dan

2. Diharapkan akan digunakan lebih dari satu periode.

Suatu benda berwujud harus diakui sebagai suatu aset dan

dikeomptikkan sebagai aset tetap apabila besar kemungkinan (probable) bahwa

manfaat keekonomian di masa akan datang yang berkaitan dengan aset

tersebut akan mengalir ke dalam perusahaan dan biaya perolehan aset dapat

diukur secara andal. Beberapa sifat atau ciri aset tetap adalah:

1. Tujuan dari pembeliannya bukan untuk dijual kembali atau diperjualbelikan

sebagai barang dagangan, tetapi untuk dipergunakan dalam kegiatan

operasi perusahaan.

2. Mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun.

3. Jumlahnya cukup material.

Sifat pertama dari aset tetap tersebut yang membedakan aset tetap

dari persediaan barang dagangan. Misalnya mobil yang dimiliki PT. Astra
20

sebagai produsen mobil, hash produksi/rakitan yang berupa mobil untuk dijual

harus digolongkan sebagai persediaan barang dagangan (inventory),

sedangkan mobil yang dipakai untuk antar jemput pegawai, digunakan oleh

direksi dan Para manajer perusahaan harus digolongkan sebagai aset tetap.

Sifat kedua dari aset tetap, merupakan salah satu alasan mengapa aset tetap

harus disusutkan.

Biaya penyusutan merupakan alokasi dari biaya penggunaan aset

tetap selama masa manfaatnya, secara sistematis dan teratur (menggunakan

metode tertentu yang diterapkan secara konsisten). Sifat ketiga merupakan

salah satu alasan mengapa setiap perusahaan harus mempunyai kebijakan

kapitalisasi, yang membedakan antara capital expenditure dan revenues

expenditure.

Capital expenditure adalah suatu pengeluaran modal yang jumlahnya

material dan mempunyai manfaat lebih dari satu tahun. Revenue expenditure

adalah suatu pengeluaran yang jumlahnya tidak material walaupun masa

manfaatnya mungkin lebih dari satu tahun. Selain itu Revenue Expenditure

merupakan pengeluaran yang diiakukan perusahaan dalam rangka

menghasilkan pendapatan dan dibebankan ke dalam iaba rugi pada saat

terjadinya beban tersebut.

Misalnya pernbelian laptop, meja tulis yang harga per unitnya kurang

dari Rp. 5.000.000,- bagi perusahaan yang besar akan merupakan revenue

expenditure, tetapi bagi perusahaan yang kecil akan merupakan capital

expenditure. Fixed assets atau Aset Tetap Bisa Dibedakan Menjadi:

1. Fixed tangible assets (aset tetap yang mempunyai wujud/bentuk, bisa

dilihat, bisa diraba).

a. Tanah (Land) yang di atasnya dibangun gedung kantor, pabrik atau

rumah. Tanah ini biasanya tidak disusutkan (menurut SAK maupun


21

peraturan pajak). Tanah bisa dimiliki dalam bentuk hak milik, hak guna

bangunan (biasanya jika kita membeli rumah dari real estate) yang

mempunyai jangka waktu 20-30 tahun, hak guna usaha dan hak pakai.

Perlu diperhatikan bahwa perusahaan asing dan warganegara asing

tidak diperbolehkan membeli tanah dengan hak milik.

b. Gedung (Building) termasuk pagan, lapangan parkir, taman, mesin-

mesin (Machinery), Peralatan (Equipment), Furniture & Fixtures (meja,

kursi), Delivery Equipment/Vehicles (mobil, motor, kapal laut, pesawat

terbang).

c. Natural Resources (Sumber Alam), seperti pertambangan minyak, batu

bara, emas, marmer dan hak pengusahaan hutan (HPH). Natural

resources ini harus dideplesi, bukan disusutkan, pada saat sumber

alam tersebut mulai menghasilkan.

2. Fixed intangible assets (aset tetap yang tidak mempunyai wujud/bentuk,

sehingga tidak bisa dilihat dan tidak bisa diraba). Yang termasuk intangible

assets misalnya: Hak patent, hak cipta (copy right), franchise, goodwill,

preoperating expenses (biaya-biaya yang dikeluarkan sebelum perusahaan

berproduksi secara komersial, termasuk biaya pendirian).


22

2.1.8 Penyajian Aset Tetap dalam Laporan Keuangan

1. Penyajian

Penyajian aset tetap dalam lembar muka neraca adalah sebagai

berikut:

Aset

Aset Tetap

Tanah xxx
Peralatan dan Mesin xxx
Gedung dan Bangunan xxx
Jalan, Irigasi dan Jaringan xxx
Aset Tetap Lainnya xxx
Konstruksi dalam Pengerjaan xxx
Akumulasi Penyusutan (xxx)

Total Aset Tetap xxx

Ekuitas Dana
Ekuitas Dana Investasi
Diinvestasikan dalam Aset Tetap xxx
Total Ekuitas Dana Investasi xxx

Akumulasi Penyusutan disajikan dalam angka negatif untuk

mengurangi total nilai aset tetap. Jumlah total aset tetap harus sama

dengan nilai akun Diinvestasikan dalam Aset Tetap.

2. Pengungkapan

Selain disajikan pada lembar muka neraca, aset tetap juga harus

diungkapkan dalam Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK).

Pengungkapan ini sangat penting sebagai penjelasan tentang hal-hal

penting yang tercantum dalam neraca. Tujuan pengungkapan ini adalah

untuk meminimalisasi kesalahan persepsi bagi pembaca laporan keuangan.

Dalam CaLK harus diungkapkan untuk masing-masing jenis aset tetap

sebagai berikut:

a. Dasar penilaian yang digunakan untuk menentukan nilai tercatat


23

b. Rekonsiliasi jumlah tercatat pada awal dan akhir periode yang

menunjukkan: penambahan, pelepasan, akumulasi penyusutan dan

perubahan nilai jika ada, dan mutasi aset tetap lainnya.

c. Informasi penyusutan meliputi: nilai penyusutan, metode penyusutan

yang digunakan, masa manfaat atau tarif penyusutan yang digunakan,

serta nilai tercatat bruto dan akumulasi penyusutan pada awal dan akhir

periode.

Selain itu, dalam CaLK juga harus diungkapkan:

a. Eksistensi dan batasan hak milik atas aset tetap

b. Kebijakan akuntansi untuk kapitalisasi yang berkaitan dengan aset

tetap

c. Jumlah pengeluaran pada pos aset tetap dalam konstruksi

d. Jumlah komitmen untuk akuisisi aset tetap

3. Lampiran

Nilai aset tetap yang ada dalam neraca merupakan gabungan dari

seluruh aset tetap yang dimiliki atau dikuasai oleh suatu pemerintah.

Apabila pembaca laporan keuangan ingin mengetahui rincian aset tetap

tersebut, maka laporan keuangan perlu lampiran tentang Daftar Aset yang

terdiri dari nomor kode aset tetap, nama aset tetap, kuantitas aset tetap,

dan nilai aset tetap.

2.1.9 PSAK No. 16 (2016)

Dewan Standar Akuntansi Keuangan (DSAK) Ikatan Akuntan Indonesia

mengesahkan tiga Exposure Draft menjadi PSAK yaitu PSAK No 13 (revisi

2007) Properti Investasi, PSAK No. 16 (revisi 2016) Aset Tetap dan PSAK No.

30 (revisi 2015) Sewa. Ketiga PSAK tersebut berlaku efektif untuk penyusunan

laporan keuangan untuk periode yang dimulai pada atau setelah 1 periode
24

akuntansi. Ketiga PSAK tersebut terutama membahas mengenai standar

perlakuan akuntansi untuk aset tetap. Pengesahan ketiga PSAK tersebut

dilakukan sebagai bagian dari proses konvergensi PSAK terhadap International

Financial Reporting Standard (IFRS). Oleh karena itu materi PSAK baru

tersebut diambil seluruhnya dari IFRS dengan beberapa penyesuaian karena

ada beberapa nomor IFRS yang belum diadopsi di dalam PSAK.

Dengan berlaku secara efektif ketiga PSAK tersebut maka PSAK lama

yaitu PSAK No. 13 (1994) Akuntansi untuk Investasi, PSAK No. 16 (1994)

Aktiva Tetap dan Aktiva lain-lain, PSAK No. 17 (1994) Akuntansi Penyusutan

dan PSAK No. 30 (1990) Akuntansi Sewa Guna Usaha menjadi tidak berlaku

untuk penyusunan laporan keuangan sebuah entitas.

1. Revaluasi Asset tetap menurut standar akuntansi

Salah satu perbedaan pokok antara PSAK No. 16 (2016) tersebut

dibandingkan dengan PSAK No. 16 (1994) adalah dalam hal pengukuran

setelah pengakuan awal. Pada PSAK No.16 (2016) disebutkan bahwa

suatu entitas harus memilih model biaya (cost model) atau model revaluasi

sebagai kebijakan akuntansi suatu entitas dan menerapkan kebijakan

tersebut terhadap seluruh aset tetap dalam kelompok yang sama. Apabila

entitas menggunakan model biaya maka setelah diakui sebagai aset, suatu

aset tetap dicatat sebesar biaya perolehan dikurangi dengan akumulasi

penyusutan dan akumulasi rugi penurunan nilai aset. Model biaya ini sama

perlakuannya dengan standar akuntansi yang sudah ada sebelumnya.

Sedangkan pada model revaluasian, setelah diakui sebagai suatu

aset, suatu aset tetap yang nilai wajarnya dapat diukur secara andal harus

dicatat pada jumlah revaluasian, yaitu nilai wajar pada tanggal revaluasi,

dikurangi dengan akumulasi penyusutan dan akumulasi rugi penurunan

nilai yang terjadi setelah tanggal revaluasi. Revaluasi harus dilakukan


25

dengan keteraturan yang cukup regular untuk memastikan bahwa jumlah

tercatat tidak berbeda secara material dari jumlah yang ditentukan dengan

menggunakan nilai wajar pada tanggal neraca.

Sedangkan dalam PSAK No.16 suatu entitas hanya diperkenankan

menggunakan model biaya dan tidak diperkenankan menggunakan model

revaluasian. Karena itu tidak ada uraian lebih lanjut mengenai revaluasi

aset tetap. Namun demikian dalam PSAK 1994 terdapat pengecualian yaitu

suatu entitas diperkenankan melakuan revaluasi atas aktiva tetap

sepanjang revaluasi tersebut dilakukan dengan mengikuti peraturan

pemerintah. Dalam hal ini peraturan pemerintah yang relevan adalah

peraturan dibidang perpajakan. Kewajiban tersebut diantaranya adalah

pengenaan pajak penghasilan final atas kenaikan aktiva tetap sebagai hasil

revaluasi dan pencatatan atas hasil revaluasi yang dilakukan.

Pengecualian ini dilakukan untuk mengakomodasi mekanisme pencatatan

apabila suatu entitas melakukan revaluasi untuk tujuan perpajakan.

Keputusan Menteri Keuangan No.486/KMK/.03/2002 mewajibkan bahwa

atas kenaikan hasil revaluasi aset tetap dicatat dalam akun selisih lebih

penilaian kembali aktiva tetap perusahaan. Oleh karena itu salah satu

pertimbangan penting dalam melakukan revaluasi aset tetap berdasarkan

PSAK 16 (1994) adalah bagaimana dampak perpajakannya.

Dengan mengadopsi model revaluasian sesuai PSAK 16 (2016)

maka revaluasi aset tetap dalam rangka penyajian laporan keuangan tidak

lagi harus mengikuti ketentuan perpajakan. Suatu entitas yang memilih

model revaluasian mempunyai pilihan untuk melaporkan atau tidak atas

hasil revaluasi untuk tujuan perpajakan. Apabila entitas bermaksud tidak

melaporkan hasil revaluasian tersebut untuk tujuan perpajakan maka akan


26

terjadi beda temporer antara laporan keuangan dengan laporan fiskalnya

sehingga pengaruh pajak tangguhan atas revaluasi tersebut perlu dihitung.

Beberapa paragraf dalam PSAK 16 (2016) menjelaskan mengenai

nilai wajar aset tetap pada saat revaluasian. Nilai wajar tanah dan

bangunan biasanya ditentukan melalui penilaian yang dilakukan oleh

penilai yang memiliki kualifikasi professional berdasarkan bukti pasar. Jika

tidak ada nilai wajar karena sifat dari aset tetap yang khusus dan jarang

diperjual-belikan, kecuali sebagai bagian dari bisnis yang berkelanjutan,

entitas dapat menggunakan pendekatan penghasilan atau biaya pengganti

yang telah disusutkan. Belum ada pedoman yang lebih lanjut mengenai

bagaimana suatu entitas atau profesi penilai dalam menentukan nilai wajar.

Bahkan dalam kasus penentuan nilai wajar pabrik dan peralatan PSAK

cenderung menyerahkan kepada profesi penilai. Sehingga dikhawatirkan

akan mengurangi reliabilitas laporan keuangan.

PSAK 16 (2016) menyebutkan bahwa frekuensi revaluasi tergantung

kepada perubahan nilai wajar dari suatu aset tetap yang direvaluasi. Jika

terjadi perbedaan nilai wajar secara material dari jumlah yang tercatat

maka revaluasi selanjutnya perlu dilakukan. Beberapa aset tetap yang

mengalami perubahan nilai wajar signifikan dan fluktuatif perlu dilakukan

revaluasi setiap tahun. Sedangkan untuk perubahan nilai wajar yang tidak

signifikan tidak perlu dilakukan revaluasi setiap tahun. Namun demikian,

aset tersebut mungkin perlu direvaluasi setiap tiga atau lima tahun sekali.

Pengelompokan aset tetap merupakan hal yang penting dan harus

diperhatikan oleh entitas pada saat melakukan revaluasi aset tetap. PSAK

16 (2016) menyebutkan bahwa jika suatu aset tetap direvaluasi, maka

seluruh aset tetap dalam kelompok yang sama harus direvaluasi.


27

Definisi suatu kelompok aset tetap menurut PSAK 16 (2016) adalah

pengelompokan aset yang memiliki sifat dan kegunaan yang serupa dalam

operasi normal entitas. Contoh dari kelompok aset yang terpisah adalah:

tanah, tanah dan bangunan, mesin, kapal, pesawat udara, kendaraan

bermotor, perabotan, dan peralatan kantor. Oleh karena itu system

informasi akuntansi suatu entitas perlu didisain sedemikian rupa sehingga

mampu membuat kelompok-kelompok aset tetap sesuai dengan PSAK ini.

Aset-aset dalam suatu kelompok aset tetap harus direvaluasi secara

bersamaan bertujuan untuk menghindari revaluasi aset secara selektif dan

bercampurnya biaya perolehan dan nilai lainya pada saat yang berbeda-

beda. Namun, suatu kelompok aset dapat direvaluasi secara bergantian

(rolling basis) sepanjang revaluasi dari kelompok aset tersebut dapat

diselesaikan secara lengkap dalam waktu yang singkat dan sepanjang

revaluasi dimutakhirkan.

Pada saat dilakukan revaluasi, apabila jumlah tercatat aset

meningkat maka kenaikan tersebut langsung dikreditkan ke ekuitas pada

bagian surplus revaluasi. Namun apabila sebelumnya pernah diakui

penurunan nilai aset akibat revaluasi dalam laporan laba rugi, maka

terhadap kenaikan aset tersebut harus diakui terlebih dahulu dalam laporan

laba rugi sebesar nilai penurunan yang diakui sebelumnya. Sisa nilai

setelah sebagian diakui dalam laporan laba rugi tersebut dicatat sebagai

kenaikan yang langsung dikreditkan ke ekuitas. Pengaruh pajak tangguhan

perlu dihitung dan disesuaikan dengan bagian yang diakui dalam laporan

laba rugi tersebut.

Pada saat dilakukan revaluasi, apabila jumlah tercatat aset turun

maka penurunan tersebut diakui dalam laporan laba rugi. Namun apabila

sebelumnya terhadap aset tersebut penah dilakukan revaluasi dan dicatat


28

sebagai kenaikan yang langsung dikreditkan ke ekuitas maka terhadap

penurunan nilai akibat revaluasi tersebut langsung didebitkan ke ekuitas

pada bagian surplus revaluasi dengan catatan jumlah maksimal yang dapat

didebet adalah sebesar saldo surplus revaluasi. Sisa nilai penurunan

dibebankan ke laporan laba rugi.

Dampak atas pajak penghasilan, jika ada, terhadap kenaikan atau

penurunan nilai aset akibat hasil revaluasi harus diperhitungkan dan dicatat

sesuai dengan pencatat kenaikan atau penurunan revaluasi. Pajak

tangguhan diperhitungkan dan dibebankan ke ekuitas atau laporan laba

rugi mengikuti mekanisme pengakuan hasil revaluasi.

Pada saat aset tetap direvaluasi, akumulasi penyusutan pada tanggal

revaluasi dapat diperlakukan dengan salah satu cara yaitu:

a. Disajikan kembali secara proporsional sehingga dengan perubahan

dalam jumlah tercatat bruto dari aset sehingga jumlah tercatat aset

setelah revaluasi sama dengan jumlah revaluasian. Metode ini sering

digunakan apabila aset direvaluasi dengan cara memberikan indeks

untuk menentukan biaya pengganti yang telah disusutkan.

b. Dieliminasi terhadap jumlah tercatat bruto dari aset dan jumlah tercatat

neto Metode ini sering digunakan untukbangunan setelah dieliminasi

disajikan kembali sebesar jumlah revaluasian dari aset tersebut.

Jumlah penyesuaian yang timbul dari penyajian kembali atau

eliminasi akumulasi penyusutan tersebut membentuk bagian kenaikan atau

penurunan nilai aset seperti yang dijelaskan dalam mekanisme pencatatan

hasil revaluasi di ekuitas seperti yang dijelaskan dalam paragraf

sebelumnya.

Pemindahan surplus revaluasi aset tetap ke laba ditahan yang telah

disajikan dalam ekuitas dapat dilakukan pada saat aset tetap tersebut
29

dihentikan penggunaannya atau pada saat pelepasan. Namun, sebagian

surplus revaluasi dipindahkan ke saldo laba sejalan dengan penggunaan

aset oleh entitas. Pemidahan tersebut dilakukan sebesar selisih jumlah

penyusutan antara jumlah penyusutan berdasarkan nilai revaluasian

dengan jumlah penyusutan berdasarkan biaya perolehan aset tersebut.

Namun pemindahan surplus revaluasi tersebut dilakukan langsung ke

saldo laba, tidak melalui laporan laba rugi.

2. Periode transisi

PSAK 16 (2016) mengatur periode transisi pada saat tahun pertama

penerapannya. Suatu entitas yang sebelum penerapan PSAK 16 (2016)

telah melakukan revaluasi aset tetap dan kemudian memilih menggunakan

model biaya sebagai kebijakan akuntansi pengukuran aset tetap maka nilai

revaluasi aset tetap tersebut dianggap sebagai biaya perolehan (deem

cost). PSAK ini juga mengatur bahwa nilai revaluasi yang diperkenankan

sebagai deem cost adalah nilai revaluasi pada saat PSAK ini diterbitkan.

Dengan kata lain bahwa revaluasi aset tetap setelah tanggal PSAK ini terbit

sampai dengan tanggal 1 Januari 2008 atau tanggal penerapan pertama

kali pernyataan ini tidak boleh diakui sebagai deem cost.

Demikian juga entitas yang mempunyai saldo selisih revaluasi aset

tetap pada saat PSAK ini belum diterapkan maka pada saat penerapan

pertama kali PSAK ini harus mereklasifikasi seluruh saldo selisih nilai

revaluasi aset tetap tersebut ke saldo laba.

Dalam kaitannya dengan PSAK 30 (2016), aset yang diperoleh

melalui sewa pembiayaan tidak diatur secara jelas apakah disertakan

dalam revaluasi aset tetap jika suatu kelompok aset dilakukan revaluasi.

Namun demikian jika mengacu kepada difinisi dari aset tetap sesuai PSAK

16 (2016) bahwa aset tetap adalah aset berwujud yang dimiliki untuk
30

digunakan dalam proses produksi atau penyediaan barang atau jasa, untuk

disewakan kepada pihak lain, atau untuk tujuan administrasi dan

diharapkan untuk digunakan selama lebih dari satu periode. Selain difinisi

tersebut, PSAK 16 (2016) juga mendifinisikan kelompok aset tetap yang

harus direvaluasi seluruhnya secara bersamaan adalah merupakan

kelompok aset yang memiliki sifat dan kegunaan yang serupa dalam

operasi normal entitas. Karena itu aset tetap dari leasing menurut penulis

termasuk kategori Sebagai aset tetap.

PSAK 13 (2016) mengenai properti investasi mengatur revaluasi aset

tetap dalam hal dilakukannya pngukuran setelah perolehan awal aset tetap.

Properti investasi yang dicatat dengan menggunakan model revaluasian

maka terhadap biaya penyusutannya tidak dihitung. Kenaikan atau

penurunan atas nilai properti investasi dibebankan ke laporan laba rugi.

2.1.10 Metode Perhitungan Depresiasi Aset tetap Berwujud

Biaya depresiasi atau lazim disebut penyusutan merupakan biaya yang

dibebankan ke rekening laba rugi untuk aset tetap berwujud. Besaran biaya

depresiasi yang dibebankan setiap periode akuntansi (setahun) ini ditentukan

dengan menerapkan beberapa metode depresiasi yang lazim diterapkan di

industri yang bergerak dibidang jasa. Menurut Baridwan (2014:289) depresiasi

merupakan biaya non kas yang menambah biaya. Jadi, pada sisi lain,

mengurangi laba perusahaan periode bersangkutan. Namun untuk menghitung

laporan arus kas, biaya depresiasi ini harus ditambahkan kembali sebagai

koreksi sehingga akan didapat arus kas yang benar.

Dalan PSAK nomor 16 (2016:280) dinyatakan bahwa biaya penyusutan

adalah alokasi jumlah suatu aset yang dapat disusutkan sepanjang masa

manfaat yang diestimasi. Penyusutan dalam suatu perusahaan dibebankan ke


31

pendapatan baik secara langsung maupun tidak langsung. Dinyatakan pula

bahwa masa manfaat adalah periode suatu aset diharapkan digunakan oleh

perusahaan, atau jumlah produksi atau unit serupa yang diharapkan diperoleh

dari aset oleh perusahaan. Beberapa faktor yang dipertimbangkan dalam

menentukan masa manfaat aset tetap di antaranya:

3. Pengalaman yang lalu untuk aset tetap sejenis.

4. Usia aset tetap saat perolehan.

5. Kebijakan penggantian dan peliharaan aset tetap.

6. Tingkat kekerapan penggunaan.

7. Kondisi lokasi dan cuaca seperti di tepi pantai atau cuaca menurut musim.

Mengacu pada PSAK No. 16 paragraf 3 dalam Baridwan (2014:294),

bahwa metode depresiasi dapat dikelompokkan menurut kriteria berikut:

1. Berdasarkan waktu seperti metode garis lurus (straight line), metode saldo

menurun/saldo menurun ganda (declining/double declining balance), dan

metode jumlah angka tahun (sum of the years’ digits).

2. Berdasarkan penggunaanseperti metode jam jasa (service-hours method)

danmetode unit produksi (productive output method).

3. Berdasarkan kriteria lainnya seperti metode berdasarkan jenis dan

kelompok (group and composite method), metode anuitas (annuity

method), dan sistem persediaan (inventory systems).

Penentuan metode depresiasi seperti yang dicantumkan di atas sangat

tergantung pada jenis industri dan kebijakan manajemen perusahaan. Industri

yang bergerak di bidang jasa lazim menerapkan metode depresiasi dengan

kriteria berdasarkan waktu dan penggunaan.

Perhitungan penyusutan aset tetap yang hendaknya digunakan dalam

penelitian ini adalah menggunakan metode garis lurus, metode jam jasa dan
32

metode saldo menurun. Menurut Baridwan (2014:309) penggunaan metode-

metode depresiasi tersebut adalah sebagai berikut:

1. Metode Garis Lurus

Metode ini paling banyak dipergunakan pada perusahaan menengah ke

bawah, karena metode ini sangat sederhana dan mudah dilaksanakan.

Adapun penggunaan metode garis lurus dapat dilakukan dengan rumus

sebagai berikut:

HP - NS
Depresiasi =
n
Keterangan:

HP = Harga Perolehan

NS = Nilai Sisa (Residu)

n = Taksiran Umur Kegunaan

Penggunaan metode garis lurus dilakukan untuk aset tetap jenis bangunan

dan peralatan kantor lainnya seperti meja pimpinan, kursi pimpinan, meja,

kursi kerja dan kursi tamu.

2. Metode Jam Jasa

Metode ini adalah beranggapan bahwa aset akan cepat rusak bila

dipergunakan tepat waktu. Dalam cara beban depresiasi periodik, besarnya

akan sangat bergantung pada jam jasa yang digunakan atau dapat ditulis

dengan rumus:

HP - NS
Depresiasi =
n
Keterangan:

HP = Harga Perolehan

NS = Nilai Sisa

n = Taksiran Jam Jasa


33

Penggunaan metode jam jasa dalam perhitungan depresiasi untuk aset

tetap jenis mesin seperti alat berat dan peralatan kantor seperti komputer

dan printer.

3. Metode Saldo Menurun

Pada metode ini beban depresiasi tiap-tiap tahun pertama, lebih besar dari

pada tahun berikutnya. Metode ini berdasarkan teori bahwa, aset yang baru

akan dapat digunakan dengan lebih efisien dibandingkan dengan aset yang

lebih tua, begitu juga biaya reparasi dan biaya pemeliharaannya. Biasanya

aset yang baru akan memerlukan reparasi yang lebih sedikit, dibandingkan

dengan aset yang lama. Pemakaian metode ini diharapkan jumlah beban

depresiasi dan biaya reparasi serta biaya pemeliharaan dari tahun ke tahun

akan relatif stabil. Penggunaan metode ini dilakukan terhadap aset tetap

jenis kendaraan.

Tarif garis lurus adalah T = 1/n x 100 %

Sedangkan tarif metode saldo menurun ganda = 2 x T

Biaya penyusutan = Tarif metode saldo menurun ganda x Nilai Buku

Keterangan:

T = Tarif

n = Taksiran umur kegunaan

Penentuan metode untuk asset tetap hendaknya disesuaikan untuk

masing-masing kelompok atau sifat dari asset tetap,untuk asset tetap jenis

bangunan, peralatan meja, kursi kerja dan kursi tamu digunakan metode garis

lurus, untuk asset tetap jenis kendaraan dapat digunakan metode saldo

menurun serta untuk asset tetap mesin dapat digunakan metode jam jasa. Satu

hal yang perlu diperhatikan dalam penetapan metode penyusutan adalah

konsistensi dari penggunaan metode yang digunakan.


34

Menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (IAI, 2016)

penyusutan adalah alokasi jumlah suatu asset yang dapat disusutkan

sepanjang masa manfaat yang dialami penyusutan untuk periode akuntansi

dibebankan baik secara langsung maupun tidak langsung. Faktor-faktor yang

mempengaruhi besar kecilnya biaya penyusutan antara lain:

1. Harga pokok

Harga pokok adalah harga beli asset tetap ditambah semua biaya yang

langsung berhubungan dengan asset tersebut sampai asset tersebut siap

dipakai.

2. Umur Ekonomis

Umur ekonomis adalah jangka waktu tertentu yang berlangsung sejak asset

tetap tersebut untuk pertama kalinya dipergunakan dalam operasi sampai

pada saat asset yang bersangkutan harus dikeluarkan dalam pemakaian

karena pemakaian lebih lanjut akan merugikan, sebab nilai jasa yang

diberikan sudah lebih rendah daripada biaya-biayanya.

3. Nilai Residu

Nilai residu adalah nilai taksiran tetap pada saat berkhirnya umur ekonomis.

4. Nilai buku

Nilai buku adalah nilai asset tetap yang disusutkan, yakni selisih antara

harga pokok dengan nilai residunya.

2.1.11 Revaluasi Aset Tetap

Revaluasi adalah penilaian kembali aset tetap perusahaan, yang

diakibatkan adanya kenaikan nilai aset tetap tersebut di pasaran atau karena

rendahnya nilai aset tetap dalam laporan keuangan perusahaan yang

disebabkan oleh devaluasi atau sebab lain, sehingga nilai aset tetap dalam

laporan keuangan tidak lagi mencerminkan nilai yang wajar.


35

Tujuan penilaian kembali aset tetap perusahaan dimaksudkan agar

perusahaan dapat melakukan perhitungan penghasilan dan biaya lebih wajar

sehingga mencerminkan kemampuan dan nilai perusahaan yang sebenarnya.

Manfaat penilaian kembali aset tetap perusahaan adalah:

1. Neraca menunjukan posisi kekayaan yang wajar.

2. Kenaikan niali aset tetap, mempunyai konsekuensi naiknya beban

penyusutan aset tetap yang dibebankan ke dalam laba rugi, atau dibebankan

ke harga pokok produksi.

Kendala yang dihadapi untuk melakukan revaluasi ini adalah kegiatan

revaluasi ini tergolong kegiatan yang tidak mudah untuk dilaksanakan dan

memerlukan biaya yang besar untuk membayar jasa penilai.

Aset tetap perusahaan yang dapat dinilai kembali adalah aset tetap

berwujud yang terletak atau yang berada di Indonesia yang dimiliki dan

dipergunakan untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan

yang merupakan ojek pajak.

Penilaian kembali aset tetap perusahaan harus dilakukan berdasarkan

nilai pasar atau nilai wajar aset tetap tersebut yang berlaku pada saat penilaian

kembali yang ditetapkan oleh perusahaan jasa atau ahli penilai yang diakui/

memperoleh izin pemerintah.

Contoh: Model Revaluasi, Kenaikan Nilai

Pada awal tahun buku 1 Januari 2011 PT Pandu Siwi Sentosa

Palembang (Hernika, 2012). merevaluasi aset tetapnya dalam kelompok mesin.

Biaya perolehan awal Rp50 juta dengan penyusutan kumulatif Rp30 juta. Jadi,

jumlah tercatat adalah Rp20 juta. Nilai wajar Rp36 juta è intinya naik Rp16 juta.

Sisa umur manfaat 4 tahun. Nilai residu Rp 0. Metoda penyusutan:garis lurus.

Buatlah jurnal revaluasi. Demi kepraktisan, abaikanlah pajak tangguhan.

Jurnal:
36

Depresiasi kumulatif Rp 30.000.000

Mesin Rp 14.000.000

Surplus revaluasi Rp 16.000.000

Melanjutkan contoh di atas, hitunglah penyusutan tahun 2011, dan

buatlah jurnal pada akhir tahun 2011 untuk mencatat penyusutan.

Jawab

Penyusutan 2011 dari nilai baru = 36 juta/4 = 9 juta

Penyusutan 2011 dari nilai lama =20 juta/4 = 5 juta

Selisih penyusutan = 4 juta

31 Des beban penyusutan mesin Rp 9.000.000

Akumulasi penyusutan mesin Rp 9.000.000

31 Des surplus revaluasi Rp 4.000.000

Laba ditahan Rp 4.000.000

(mencatat selisih penyusutan baru-lama)

Jurnal yang terakhir di atas mungkin dilakukan, tidak ada petunjuk yang

mewajibkan. Jika jurnal tersebut dibuat, maka saldo surplus revaluasi pada

akhir tahun umur manfaat aset tetap terkait menjadi nol. Opsi lain yang dapat

dilakukan adalah tidak menjurnal setiap tahun, tetapi pada akhir umur manfaat

dibuat jurnal sebagai berikut:

31 Des surplus revaluasi 16.000.000

Laba ditahan 16.000.000

(Jurnal seperti ini tidak diwajibkan).

Contoh:Model Revaluasi, Penurunan Nilai

Penurunan nilai setelah diakuinya kenaikan nilai diperlakukan sebagai

pengurangan surplus revaluasi yang telah terbentuk. Penurunan berikutnya

diakui sebagai beban.


37

Contoh penurunan nilai setelah diakuinya kenaikan nilai

Saldo mesin PT Pandu Siwi Sentosa Palembang (Hernika, 2012). per 31-12-

2012 Rp36.000.000; penyusutan kumulatif Rp 9.000.000. Nilai buku Rp

27.000.000. Kenaikan nilai setahun silam Rp16.000.000, tampak di surplus

revaluasi (kredit) yang tidak ditransfer ke laba ditahan. Nilai wajar aset tetap

sekarang Rp 8.000.000, berarti turun Rp19.000.000. Hitunglah penurunan nilai

dan buatlah jurnal revaluasi. Demi kepraktisan, abaikanlah pajak tangguhan.

Jawab:

Nilai wajar Rp 8.000.000

Jumlah tercatat (Rp36.000.000-Rp9.000.000) = (Rp27.000.000)

Penurunan nilai Rp19.000.000

Diakui sebagai pengurangan surplus revaluasi (Rp16.000.000)

Beban (rugi) penurunan nilai diakui dalam L/R Rp 3.000.000

Jurnal:

31 Des Akumulasi penyusutan mesin Rp 9.000.000

Surplus Revaluasi Rp16.000.000

Rugi penurunan nilai mesin Rp 3.000.000

Mesin Rp 28.000.000

2.1.12 Revaluasi Aset Tetap Menurut PSAK No. 16

Revaluasi adalah proses pencatatan nilai wajar pada tanggal revaluasi

dikurangi akumulasi penyusutan dan akumulasi rugi penurunan nilai yang

terjadi setelah tanggal revaluasi. Revaluasi harus dilakukan dengan keteraturan

yang cukup regular untuk memastikan bahwa jumlah tercatat tidak berbeda

secara material dan jumlah yang ditentukan dengan nilai wajar pada tanggal

neraca, selain itu revaluasi juga mempunyai dua konsekuensi yaitu increment

(kenaikan nilai aset) dan decrement (penurunan nilai aset) (Haryono, 2012:41).
38

Menurut UU No. 36 Tahun 2008 Pasal 19, Menteri Keuangan

berwenang menetapkan peraturan tentang penilaian kembali aktiva dan faktor

penyesuaian apabila terjadi ketidaksesuaian antara unsur-unsur biaya dengan

penghasilan karena perkembangan harga. Atas selisih tersebut, diterapkan tarif

pajak tersendiri dengan keputusan Menteri Keuangan sepanjang tidak melebihi

tarif pajak tertinggi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 ayat (1) Undang-

Undang Pajak Penghasilan (Riahi dan Belkaoui, 2011:69).

Setelah diakui sebagai aset, suatu aset tetap yang nilai wajarnya dapat

diukur secara andal harus dicatat pada jumlah revaluasian, yaitu nilai wajar

pada tanggal revaluasi dikurangi akumulasi penyusutan dan akumulasi rugi

penurunan nilai yang terjadi setelah tanggal revaluasi. Revaluasi harus

dilakukan dengan keteraturan yang cukup regular untuk memastikan bahwa

jumlah tercatat tidak berbeda secara material dari jumlah yang ditentukan

dengan menggunakan nilai wajar pada tanggal neraca.

Nilai wajar tanah dan bangunan biasanya ditentukan melalui penilaian

yang dilakukan oleh penilai yang memiliki kualifikasi professional berdasarkan

bukti pasar. Nilai wajar pabrik dan peralatan biasanya menggunakan nilai pasar

yang ditentukan oleh penilai. Jika tidak ada pasar yang dapat dijadikan dasar

penentuan nilai wajar karena sifat dari aset tetap yang khusus dan jarang

diperjual-belikan, kecuali sebagai bagian dari bisnis yang berkelanjutan, entitas

mungkin perlu mengestimasi nilai wajar menggunakan pendekatan penghasilan

atau biaya pengganti yang telah disusutkan (depreciated replacement cost

approach).

Frekuensi revaluasi tergantung perubahan nilai wajar dari suatu aset

tetap yang direvaluasi.Jika nilai wajar dari aset yang direvaluasi berbeda

secara material dari jumlah tercatatnya, maka revaluasi lanjutan perlu

dilakukan.Beberapa aset tetap mengalami perubahan nialai wajar signifikan


39

dan fluktuatif, sehingga perlu direvaluasi secara tahunan. Revaluasi tahunan

seperti itu tidak perlu dilakukan apabila perubahan nilai wajar tidak signifikan.

Namun demikian, aset tersebut mungkin perlu direvaluasi setiap tiga atau lima

tahun sekali.

Suatu kelompok aset tetap adalah pengelompokkan aset yang memiliki

sifat dan kegunaan yang serupa dalam operasi normal entitas. Berikut contoh

aset yang terpisah:Tanah, Tanah dan bangunan, Mesin, Kapal, Pesawat udara,

Kendaraan bermotor, Perabotan, Peralatan kantor Jika suatu aset tetap

direvaluasi, maka seluruh aset tetap dalam kelompok yang sama harus

direvaluasi.Aset-aset dalam suatu kelompok aset tetap harus direvaluasi

secara bersamaan untuk meghindari revaluasi aset secara selektif dan

bercampurnya biaya perolehan dan nilai lainnya pad asaat yang berbeda-beda.

Namun, suatu kelompok aset dapat direvaluasi secara bergantian sepanjang

revauasi dari kelompok tersebut dapat diselesaikan secara lengkap dalam

waktu yang singkat dan sepanjang revaluasi dimuthirkan.

Jika dalam suatu entitas terdapat aset tetap yang tersedia untuk dijual,

maka perlakuan akuntansi untuk aset tersebut adalah sebagai berikut:

1. diakui pada saat dilakukan penghentian operasi,

2. diukur sebesar nilai yang lebih rendah dari jumlah tercatatnya dibandingkan

nilai wajar setelah dikurangi dengan biaya-biaya penjualan aset tersebut,

3. disajikan sebagai aset tersedia untuk dijual, jika jumlaj tercatatnya akan

dipulihkan melalui transaksi penjualan dari penggunaan lebih lanjut, dan

4. diungkapkan dalam laporan

Apabila suatu aset tetap direvaluasi, akumulasi penyusutan pada

tanggal revaluasi diperlakukan dengan salah satu cara berikut:


40

1. Disajikan kembali dengan metode proporsional

Dengan perubahan dalam jumlah tercatat bruto dari aset sehingga jumlah

tercatat aset setelah revaluasi sama dengan jumlah revaluasian. Metodi ini

sering digunakan apabila aset direvaluasi dengan cara memberi indeks

untuk menentukan biaya pengganti yang telah disusutkan, atau;

2. Dieliminasi terhadap jumlah tercatat bruto dari aset dan jumlah tercatat neto

setelah eliminasi disajikan kembali sebesar jumlah revaluasian dari aset

tersebut. Metode ini sering digunakan untuk bangunan.

Jumlah penyesuaian yang timbul dari penyajian kembali atau eliminasi

akumulasi penyusutan membentuk bagian dari kenaikan atau penurunan dalam

jumlah tercatat yang ditentukan.Jika jumlah tercatat aset meningkat akibat

revaluasi, kenaikan tersebut langsung dikredit ke ekuitas pada bagian surplus

revaluasi. Namun, kenaikan tersebut harus diakui dalam laporan laba rugi

sebesar jumlah penurunan nilai aset akibat revaluasi yang pernah diakui

sebelumnya dalam laporan laba rugi.

Surplus revaluasi aset tetap yang telah disajikan dalam ekuitas dapat

dipindahkan langsung ke saldo laba pada saat aset tersebut dihentikan

pengakuannya. Hal ini meliputi pemindahan sekaligus surplus revaluasi pada

saat penghentian atau pelepasan aset tersebut. Namun, sebagian surplus

revaluasi tersebut dapat dipindahkan sejalan dengan pengguanaan aset oleh

entitas. Dalam hal ini, surplus revaluasi yang dipindahkan ke saldo laba adalah

sebesar perbedaan antara jumlah penyusutan berdasarkan nilai revaluasian

aset dengan jumlah penyusutan sebesar biaya perolehan aset tersebut.

Pemindahan surplus revaluasi ke saldo laba tidak dilakukan melalui laporan

laba rugi.

Jika entitas mengubah kebijakan akuntansi dari model biaya ke model

revaluasi dalam pengukuran aset tetap, maka perubahan tersebut berlaku


41

prospektif dan berlaku untuk ketentuan transisi. Entitas yang mempunyai saldo

selisih revaluasi aset tetap pada saat PSAK ini belum diterapkan, maka pada

saat penerapan pertama kali PSAK ini harus mereklasifikasi seluruh saldo

selisih nilai revaluasi aset tetap tersebut ke saldo laba.

2.2 Penelitian Terdahulu

1. Indrayani (2013). Analisis Perlakuan Akuntansi Terhadap Aset Tetap

Berwujud Pada PT Prima Power. Tujuan penelitian adalah untuk

mengetahui tentang bagaimana perlakuan akuntansi terhadap aktiva

tetap pada PT Prima Power. Dalam penelitian ini peneliti menerapkan

jenis penelitian deskriptif data yang menggunakan bersumber dari laporan

keuangan tahun 2011 dan tahun 2012 serta kebijakan tentang aktiva

tetap yang diterapkan oleh perusahaan. Teknik pengumpulan data adalah

dokumentasi, wawancara dan observasi. Data-data yang berhasil

dikumpulkan kemudian dianalisis dengan menggunakan metode deskriptif

untuk memperoleh kesimpulan memadai mengenai akuntansi aktiva tetap

yang diterapkan oleh perusahaan. Berdasarkan analisis tersebut penulis

mendapati bahwa akuntansi aktiva tetap yang diterapkan oleh

perusahaan terkait dengan penilaian aktiva tetap yang diperoleh dengan

pembelian atau dengan dibangun lebih dahulu, dinilai berdasar nilai

historis juga dalam hal penyusutan dengan metode garis lurus,

pengeluaran aktiva tetap dan penarikannya telah sesuai dengan standar

yang berlaku. Namun terkait dengan penentuan nilai yang diperoleh

dengan hibah, perlu diteliti lebih lagi metode yang digunakan, demikian

juga dalam penilaian kembali ( revaluasi) aktiva tetap perusahaan tidak

menyajikan akun selisih penilaian kembali sebagai penambah pada akun

modal, seperti yang diatur dalam standar yang berlaku. Dalam revaluasi
42

aktiva tetap, perusahaan harus menyajikan dalam catatan atas laporan

keuangan, segala informasi yang terkait dengan revaluasi. Diharapkan

perusahaan dapat menyajikan laporan keuangan yang lebih baik lagi

seingga lebih informatif bagi para pengguna laporan keuangan.

2. Rahmelly (2015). Perlakuan Akuntansi Aset Tetap Berdasarkan PSAK

No.16 Pada PLN Persero. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui

bagaimana penerapan akuntansi terhadap transaksi perolehan,

pelepasan, dan pengungkapan aset tetap yang diterapkan PT. PLN

(Persero) Wilayah Suluttenggo Area Manado dibandingkan dengan PSAK

NO.16. Teknik analisis data, yaitu dengan memperoleh atau

mengumpulkan data yaitu gambaran umum perusahaan, penerapan

akuntansi terhadap aset tetap. Hasil evaluasi menunjukan bahwa pada

prinsipnya penilaian aset tetap pada PT.PLN (Persero) Wilayah

Suluttenggo Area Manado dilakukan berdasarkan harga perolehan yaitu

faktur, biaya angkut, biaya pemasangan. PPn, dan biaya-biaya lain yang

dikeluarkan untuk menyiapkan aset tersebut sehingga siap pakai. Penulis

menyarankan penerapan perlakuan aset tetap yang telah sesuai dengan

pernyataan standar akuntasni keuangan No.16 yang sudah cukup efektif

harus terus dipertahankan dan pengawasannya lebih ditingkatkan.

3. Gramiko (2014). Analisi Perlakuan Akuntansi Aset Tetap Berwujud

Terhadap Penyajian Laporan Keuangan (Studi Kasus Pada PT.PLN

Persero Surabaya). Pengambilan data dilakukan dengan cara dokumentsi

dan wawancara pada PT. PLN (Persero) Distribusi Surabaya. Hasil kajian

menunjukan bahwa dalam praktiknya Penerapan Akuntansi Aset Tetap

Menurut PSAK No. 16 pada PT. PLN (Persero) Surabaya tersebut kurang

baik dikarenakan penerapan belum berjalan sepenuhnya dan kurang

tanggapnya petugas (Usser) sehingga memakan waktu cukup lama. Akan


43

lebih baik jika dalam penerapan akuntansi aset tetap menurut PSAK No.

16 Pada PT. PLN (Persero) Distribusi Surabaya lebih tanggap dan efektif

lagi dan penurunan penetapannya lebih dipercepat. Metode yang

digunakan adalah metode garis lurus sejak aset tetap beroperasi secara

bulanan. Pada pengendalian atas penerapan aset tetap bagian akuntansi

tidak terpisah dengan bagian aset tetap.

2.3 Kerangka Berpikir

Kerangka berpikir adalah penjelasan sementara terhadap suatu gejala

yang menjadi objek permasalahan kita (Sugiyono, 2014:56). Kerangka berpikir

dalam penelitian ini dapat dilihat pada gambar 2.1 berikut ini.

PT. Sumberdaya Sewatama (PLTD Pasirmas)


Banjarmasin
Perlakuan aset tetap yang selama Ini berjalan.

Laporan Keuangan

Analisis
- Pengakuan aset tetap
- Penilaian aset tetap
- Penyajian aset tetap

Perlakuan Aset Tetap seharusnya sesuai


dengan PSAK No.16 Tahun 2016

Gambar 2.1Kerangka Berpikir


Sumber:Data diolah

Anda mungkin juga menyukai