Anda di halaman 1dari 16

BAB IV Aspek Keuangan

A. Pengertian Aspek Keuangan


Investasi yang dilakukan dalam berbagai bidang bisnis (usaha), sudah barang tentu memerlukan sejumlah modal (uang), disamping keahlian lainnya. Modal yang digunakan untuk membiayai suatu bisnis, mulai dari biaya pra-investasi, biaya investasi dalam aktiva tetap hingga modal kerja. Untuk pertama kali modal digunakan untuk membiayai biaya pra-investasi dan seperti pengurusan izin-izin dan pembuatan studi usaha. Kemudian selanjutnya yang harus dikeluarkan adalah untuk pembelian aktiva tetap seperti pembelian tanah, pendirian bangunan atau gedung, pembelian mesin-mesin dan aktiva tetap lainnya. Modal juga digunakan untuk biaya operasi pada saat bisnis tersebit dijalankan, misalnya untuk biaya bahan baku, gaji dan biaya operasi lainnya. Besarnya modal untuk investasi yang diperlukan tergantung dari jenis bisnis yang akan digarap. Untuk memenuhi kebutuhan investasi modal dapat dicari dari berbagai sumber dana yang ada. Sumber dana yang dicari dapat dipilih, apakah dengan cara menggunakan modal sendiri atau modal pinjaman (modal asing). Penggunaan masing-masing modal tergantung dengan tujuan penggunaan modal, jangka waktu serta jumlah yang diinginkan perusahaan. Masingmasing modal memiliki keuantungan dan kerugian. Hal ini dapat dilihat dari segi biaya, waktu, persyaratan untuk memperolehnya dan jumlah yang dapat dipenuhi. Masalah yang perlu memperoleh perhatian berkaitan dengan perolehan modal adalah masa pengembalian modal dalam jangka waktu tertentu. Tingkat pengembalian ini tergantung dari perjanjian dan estimasi keuntungan yang akan diperoleh pada masa-masa mendatang. Besar kecilnya keuntungan sangat berperan dalam pengembalian dana suatu usaha. Oleh karena itu perlu dibuatkan estimasi pendapatan dan biaya sebelum usaha dijalankan. Dalam membuat estimasi pendapatan yang akan diperoleh di masa yang akan dating perlu dilakukan perhitungan secara cermat dengan membandingkan data dan informasi yang ada sebelumnya. Semua ini tentunya menggunakan asumsi-asumsi tertentu yang akhirnya akan dituangkan dalam aliran kas (cash flow) perusahaan selama periode usaha. Tujuannya adalah untuk menilai apakah investasi ini layak atau tidak dijalankan dilihat dari aspek keuangan. Alat ukur untuk menentukan kelayakan suatu usaha berdasarkan criteria investasi dapat dilakukan melalui pendekatan Payback Period (PP), Average Rate of Return (ARR), Net present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), Profitability Index (PI) dan Break Even Point. Secara keseluruhan penilaian dalam aspek keuangan meliputi hal-hal seperti : 1. Sumber-sumber dana yang akan diperoleh. 2. Kebutuhan biaya investasi 3. Estimasi pendapatan dan biaya investasi selama beberapa periode termasuk jenis-jenis dan jumlah biaya yang dikeluarkan selama umur investasi. 4. Proyeksi neraca dan laporan laba/rugi untuk beberapa periode ke depan. 5. Criteria penilaian investasi 6. Rasio keuangan yang digunakan untuk menilai kemampuan perusahaan.

B. Sumber-sumber Dana
Untuk mendanai suatu kegiatan investasi maka biasanya diperlukan dana yang relative cukup besar. Perolehan dana dapat dicari dari berbagai sumber dana yang ada seperti dari modal sendiri atau dari modal pinjaman atau keduanya. Dalam praktiknya kebutuhan modal untuk melakukan investasi terdiri dari 2 macam yaitu modal investasi dan modal kerja. Modal investasi digunakan untuk membeli aktiva tetap seperti tanah bangunan, mesin-mesin, peralatan serta inventaris lainnya dan biasanya modal investasi diperoleh dari pinjaman yang berjangka waktu panjang (di atas satu tahun). Sedangkan modal kerja yaitu modal yang digunakan untuk membiayai operasional perusahaan selama perusahaan beroperasi. Jangka waktu penggunaannya relative pendek yaitu untuk satu tahun atau beberapa siklus operasi perusahaan (satu tahun). Modal kerja digunakan untuk membeli bahan baku, gaji karyawan dan biaya pemeliharaan serta biaya-biaya lainnya. Penggunaan kedua jenis modal baik untuk modal investasi maupun modal kerja jelas berbeda. Dilihat dari segi sumber asalnya, modal dibagi 2 macam, yaitu : 1. Modal Asing Modal asing atau modal pinjaman merupakan modal yang diperoleh dari pihak luar perusahaan dan biasanya diperoleh secara pinjaman. Keuntungan modal pinjaman adalah jumlahnya yang relative tidak terbatas, artinya tersedia dalam jumlah banyak. Sumber dana dari modal asing dapat diperoleh antara lain dari : a. Pinjaman dari dunia perbankan b. Pinjaman dari lembaga keuangan seperti perusahaan modal ventura, asuransi, leasing, dana pensiun atau lembaga keuangan lainnya. c. Pinjaman dari perusahaan nonbank. 2. Modal Sendiri Modal sendiri adalah modal yang diperoleh dari pemilik perusahaan dengan cara mengeluarkan saham baik secara tertutup atau terbuka. Keuntungan menggunakan modal sendiri untuk membiayai suatu usaha adalah tidak adanya beban biaya bunga seperti modal pinjaman. Perusahaan hanya berkewajiban membayar deviden. Pembayaran deviden dilakukan jika perusahaan memperoleh keuntungan dan besarnya dividen tergantung dari keuntungan perusahaan. Perolehan dana dari modal sendiri biasanya berasal dari : a. Setoran dari pemegang saham. b. Dari cadangan laba. c. Atau dari laba yang belum dibagi.

C. Biaya Kebutuhan Investasi


Investasi dilakukan dalam berbagai bentuk dan digunakan untuk membeli asset-aset yang dibutuhkan usaha tersebut. Asset-asset ini biasanya berupa asset tetap yang dibutuhkan perusahaan mulai dari pendirian sampai bisa dioperasikan. Komponen yang terkandung dalam biaya kebutuhan investasi biasanya disesuaikan dengan jenis usaha yang dijalankan. Secara umum komponen biaya kebutuhan investasi adalah sebagai berikut : 1. Biaya Pra-investasi terdiri dari : a. Biaya pembuatan studi b. Biaya pengurusan izin-izin 2. Biaya Pembelian Aktiva Tetap seperti : a. Aktiva tetap berwujud antara lain : Tanah Mesin-mesin Bangunan Peralatan Inventaris kantor Aktiva berwujud lainnya b. Aktiva tetap tidak berwujud antara lain : Good will Hak Cipta Lisensi Merek Dagang 3. Biaya Operasional yang terdiri dari : a. Upah dan gaji karyawan b. Biaya listrik c. Biaya telepon dan air d. Biaya pemeliharaan e. Pajak f. Premi asuransi g. Biaya pemasaran h. Biaya-biaya lainnya Sumber pembiayaan untuk memenuhi kebutuhan investasi dapat digunakan modal sendiri atau modal pinjaman atau kombinasi dari keduanya.

D. Arus Kas (Cash Flow)


Cash Flow merupakan arus kas atau aliran kas yang ada di perusahaan dalam suatu periode tertentu. Cash Flow menggambarkan berapa uang yang masuk (cash in) keperusahaan dan jenis-jenis pemasukan tersebut. Cash Flow juga menggambarkan berapa uang keluar (cash out) serta jenis-jenis biaya yang dikeluarkan. Dalam cash flow semua data pendapatan yang akan diterima dan biaya yang akan dikeluarkan baik jenis, maupun jumlahnya diestimasi sedemikian rupa sehingga menggambarkan kondisi pemasukan dan pengeluaran di masa yang akan datang. Jadi, arus kas adalah jumlah uang yang masuk dan keluar dalam suatu perusahaan mulai dari investasi dilakukan sampai dengan berakhirnya investasi tersbut. Dalam hal ini yang terpenting adalah berapa kas bersih yang diterima dari uang yang diinvestasikan disuatu usaha. Pentingnya kas akhir bagi investor jika dibandingkan dengan laba yang diterima perusahaan dikarenakan : 1. Kas diperlukan untuk memenuhi kebutuhan uang tunai sehari-hari 2. Kas digunakan untuk membayar semua kewajiban yang jatuh tempo 3. Kas juga digunakan untuk melakukan investasi kembali Jenis-jenis cash flow yang dikaitkan dengan suatu usaha terdiri dari : 1. Initial cash flow atau lebih dikenal kas awal yang merupakan pengeluaran-pengeluaran pada awal periode untuk investasi. 2. Operasional cash flow merupakan kas yang diterima atau dikeluarkan pada saat operasi usaha, seperti penghasilan yang diterima dan pengeluaran yang dikeluarkan pada suatu periode. 3. Terminal cash flow merupakan uang kas yang diterima pada saat usaha tersebut berakhir.

E. Kriteria Penilaian Investasi


Ada beberapa criteria untuk menentukan apakah suatu usaha layak atau tidak untuk dijalankan ditinjau dari aspek keuangan. Setiap metode yang digunakan memiliki kelebihan dan kelemahannya masing-masing. Adapun criteria yang biasa digunakan untuk menentukan kelayakan suatu usaha atau investasi adalah : 1. Payback Period (PP) 2. Average Rate of Return (ARR) 3. Net Present Value (NPV) 4. Internal Rate of Return (IRR) 5. Profitability Index (PI) 6. Serta berbagai rasio keuangan seperti rasio likuiditas, solvabilitas, aktivitas dan profitabilitas. Penggunaan rasio keuangan ini sebaiknya digunakan atas pemberian pinjaman kepada usaha yang sudah pernah berjalan sebelumnya atau sedang berjalan.

1.

Payback Period (PP) Metode payback period (PP) merupakan tehnik penilaian terhadap jangka waktu (periode) pengembalian investasi suatu proyek atau usaha. Periode ini dapat dilihat dari perhitungan kas bersih (proceed)yang diperoleh setiap tahun. Investasi PP = Kas Bersih/Tahun 2. Average Rate of Return (ARR) Average Rate of Return (ARR) merupakan cara untuk mengukur rata-rata pengembalian bunga dengan cara membandingkan antara rata-rata laba sebelum pajak (EAT) dengan ratarata investasi. Rata-rata EAT ARR = Rata-rata Investasi 3. Net Present Value (NPV) Net Present Value (NPV) atau nilai bersih sekarang merupakan perbandingan antara PV kas bersih (PV of Proceed) dengan PV Investasi (Capital Outlays) selama umur investasi. Selisih antara nilai kedua PV tersebut lah yang kita kenal dengan Net Present Value (NPV). Kas bersih 1 NPV = (1 + r)
4. Internal Rate of Return

x 1 tahun

Kas bersih 2 + (1 + r)2 + .. +

Kas bersih N - Investasi (1 + r)n

Internal Rate of Return (IRR) merupakan alat untuk mengukur tingkat pengembalian hasil intern. 5. Profitability Index (PI) Profitability Index (PI) atau benefit and cost ratio (B/C Ratio) merupakan rasio aktivitas dari jumlah nilai sekarang penerimaan bersih dengan nilai sekarang pengeluaran investasi selama umur investasi. Rumus yang digunakan untuk mencari PI adalah sebagai berikut : PV Kas Bersih PI = PV Investasi x 100%

F. Rasio-rasio Keuangan
Pengertian Laporan Keuangan Dalam praktiknya setiap perusahaan, baik bank maupun nonbank pada suatu waktu (periode) akan melaporkan semua kegiatan keuangannya. Laporan keuangan ini bertujuan untuk memberi informasi keuangan suatu perusahaan baik kepada pemilik, manajemen, maupun pihak luar yang berkepentingan terhadap laporan tersebut. Dalam laporan keuangan termuat informasi mengenai jumlah kekayaan (asset) dan jenis-jenis kekayaan yang di miliki, kewajiban-kewajiban (utang) yang dimiliki baik jangka panjang maupun jangka pendek, serta ekuitas (modal) yang dimilikinya. Informasi yang memuat seperti gambaran di atas tergambar dalam neraca. Kemudian laporan keuangan juga memberikan informasi tentang hasil-hasil usaha yang diperoleh perusahaan dalam suatu periode tertentu dan biaya-biaya atau beban yang dikeluarkan untuk memperoleh hasil tersebut. Informasi ini akan termuat dalam laporan laba /rugi. Laporan keuangan perusahaan juga memberikan gambaran tentang arus kas suatu perusahaan seperti yang tergambar dalam laporan arus kas. Pembuatan masing-masing laporan keuangan memiliki tujuan tersendiri. Secara umum tujuan pembuatan laporan keuangan suatu perusahaan adalah sebagai berikut : 1. Memberikan informasi keuangan tentang, jumlah aktiva, jenis-jenis aktiva. 2. Jummlah kewajiban, jenis-jenis kewajiban, dan jumlah modal. 3. Memberikan informasi tentang hasil usaha yang tercermin dari jumlah pendapatan yang diperoleh, sumber-sumber pendapatan. 4. Jumlah biaya-biaya yang dikeluarkan berikut jenis-jenis biaya yang di keluarkan dalam periode tertentu. 5. Memberikan informasi tentang perubahan-perubahan yang terjadi dalam aktiva, kewajiban, dan modal suatu perusahaan. 6. Memberikan informasi tentang kinerja manajemen dalam suatu periode dari hasil laporan keuangan yang disajikan. Terkait dengan studi kelayakan bisnis, laporan keuangan digunakan untuk menilai perusahaan yang sudah berjalan beberapa periode. Tujuannya adalah untuk menilai apakah layak usaha baru tersebut dibiayai dan berapa besar pembiayaan yang di butuhkan. Laporan yang disajikan akan dinilai melalui rasio-rasio keuangan yang ada, sehingga akan mengetahui kondisi keuangan perusahaan yang sesungguhnya. Pihak-pihak yang Berkepentingan Dalam praktiknya, pembuatan laporan keuangan ditujukan untuk memenuhi kepentingan berbagai pihak. Adapun pihak-pihak yang memiliki kepentingan terhadap laporan keuangan perusahaan adalah sebagai berikut: 1. Kreditor Pihak penyandang dana atau kreditor (lembaga keuangan) sangat berkepentingan terhadap usaha yang akan dibiayainya. Bank atau lembaga keuangan lainnya tidak mau menderita kerugian (seperti kredit macet) sehingga bank perlu mempelajari prospek usaha yang akan datang.

2. Pemegang Saham Bagi pemegang saham yang sekaligus merupakan pemilik bank, kepentingan terhadap laporan keuangan bank adalah untuk meliat kemajuan bank dipimpin oleh manajemen dalam suatu periode. Bagi pemilik bank dengan adanya laporan keuangan ini, pertama akan dapat memberikan gambaran berapa jumlah deviden yang bakal mereka terima. Kedua adalah untuk menilai kinerja pihak manajemen dalam menjalankan kepercayaan yang diberikan. 3. Pemerintah Bagi pemerintah, laporan keuangan digunakan untuk menilai kejujuran perusahaan dalam melaporkan aktivitasnya, sekaligus untuk mengetahui kewajiban perusahaan terhadap Negara terutama pajak. 4. Manajemen Laporan keuangan bagi pihak manajemen adalah untuk menilai kinerja manajemen perusahaan dalam mencapai target-target yang telah ditetapkan. Ukuran keberhasilan ini dapat dilihat dari pertumbuhan laba yang di peroleh dan pengembangan aset-aset yang dimilikinya. Pada akhirnya laporan keuangan ini juga merupakan penilaian pemilik untuk memberikan kompensasi dan karir manajemen serta mempercayakan pihak manajemen untuk memimpin perusahaan pada periode berikutnya. 5. Karyawan Bagi karyawan dengan adanya laporan keuangan juga untuk mengetahui kondisi keuangan perusahaan yang sebenarnya. Dengan mengetahui ini mereka juga pahan tentang kinerja mereka, sehingga mereka juga merasa perlu mengharapkan peningkatan kesejahteraan apabila perusahaan mengalamin keuntungan. Jenis-jenis Laporan Keuangan Laporan keuangan yang disajikan harus sesuai dengan pedoman yang telah ditetapkan. Artinya, laporan keuangan dibuat sesuai dengan standar yang telah ditentukan. Dalam praktiknya jenis-jenis laporan keuangan yang ada adalah sebagai berikut : 1. Neraca Neraca merupakan laporan yang menunjukkan posisi keuangan perusahaan pada tanggal tertentu. Posisi keuangan dimaksudkan adalah posisi aktiva (harta) dan pasiva (kewajiban dan ekuitas) suatu perusahaan. Penyusunan komponen di dalam neraca didasarkan pada tingkat likuiditas dan jatuh tempo. 2. Laporan Laba/Rugi Laporan laba/rugi merupakan laporan keuangan yang menggambarkan hasil usaha dalam suatu periode tertentu. Dalam laporan ini tergambar jumlah pendapatan dan sumbersumber pendapatan serta jumlah biaya dan jenis-jenis biaya yang dikeluarkan. 3. Laporan Arus Kas Laporan arus kas merupakan laporan yang menunjukkan semua aspek yang berkaitan dengan kegiatan perusahaan, baik yang berpengaruh langsung atau tidak langsung terhadap kas. Laporan arus kas harus disusun berdasarkan konsep kas selama periode laporan.

4. Laporan Perubahan Modal Merupakan laporan yang berisi catatan terjadinya perubahan modal di perusahaan. Bentuk-bentuk Laporan Keuangan Berikut ini bentuk laporan keuangan yang umum yang sesuai dengan ketentuan yang berlaku : 1. Laporan Keuangan Neraca Dalam laporan keuangan neraca terdapat 3 macam bentuk, yaitu : a. Bentuk skontro atau horizontal (account form) Neraca dalam bentuk ini seperti huruf T di mana sisi aktiva di sebelah kiri dan pasiva (kewajiban dan ekuitas) di sebalah kanan. b. Bentuk laporan atau vertical (report form) Neraca dalam bentuk ini tersusun dari atas ke bawah secara berurutan mulai dari aktiva diikuti dengan kewajiban dan terakhir ekuitas. c. Bentuk lainnya disesuaikan dengan kebutuhan dan posisi keuangan perusahaan 2. Bentuk Laporan Laba/Rugi Khusus untuk laporan laba/rugi hanya memiliki dua macam, yaitu : a. Bentuk tunggal (single step system) Dalam bentuk ini laporan laba/rugi tidak terinci dan ditentukan berdasarkan total pendapatan dikurangi total biaya. Dalam bentuk ini laporan laba/rugi disusun tanpa membedakan pendapatan dan biaya usaha dan diluar usaha. b. Bentuk majemuk (multiple step system) Merupakan bentuk yang dihitung secara terinci dan bertahap yaitu dengan membedakan antara pendapatan maupun biaya dari usaha dengan di luar usaha.

F. Proyeksi Neraca dan Laporan Laba/Rugi


Di samping membuat cash flow perusahaan juga diminta untuk membuat proyeksi laporan keuangannya untuk beberapa periode (biasanya seumur proyek). Dari proyek neraca akan tergambar berapa harta perusahaan, baik harta lancar, harta tetap, atau harta lainnya. Kemudian juga akan tergambar kewajiban baik jangka pendek maupun jangka panjang serta modal yang dimiliki dari periode ke periode. Sedangkan, proyeksi laporan laba/rugi menggambarkan besarnya pendapatan yang diperoleh pada suatu periode ke periode berikutnya. Kemudian juga akan tergambar jenis-jenis biaya yang dikeluarkan berikut jumlahnya dalam periode yang sama. Untuk lebih memahami neraca dan laporan laba/rugi ada baiknya kita mengulang kembali pengertian dan komponen-komponen apa saja yang terdapat dalam dua laporan keuangan tersebut. Neraca (Balance Sheet) Neraca merupakan laporan keuangan yang menunjukkan posisi harta, utang, dan modal perusahaan pada saat tertentu. Artinya, neraca dapat dibuat untuk mengetahui kondisi keuangan perusahaan dalam waktu tertentu setiap saat dibutuhkan. Komponen harta yang tergambar di posisi aktiva adalah sebagai berikut : 1. Aktiva lancar terdiri dari : a. Kas b. Rekening pada bank (giro dan tabungan) c. Deposito berjangka d. Surat-surat berharga e. Piutang/kredit yang diberikan f. Persediaan g. Biaya yang dibayar dimuka h. Pendapatan yang masih harus diterima i. Aktiva lancar lainnya 2. Penyertaan 3. Aktiva tetap terdiri dari : a. Aktiva tetap berwujud yaitu : Tanah Mesin Bangunan Perlatan Akumulasi Penyusutan Aktiva tetap lainnya. b. Aktiva tetap tidak berwujud, yaitu : Good Will Hak cipta Lisensi Merek dagang

4. Aktiva lainnya terdiri dari antara lain : a. Gedung dalam proses b. Tanah dalam penyelesaian c. Piutang jangka panjang d. Uang jaminan e. Uang muka investasi Kemudian, komponen utang (kewajiban) serta modal (ekuitas) tergambar dalam posisi pasiva sebagai berikut : 1. Utang lancar (kewajiban jangka pendek) terdiri dari : a. Utang dagang b. Utang wesel c. Utang bank d. Utang pajak e. Biaya yang masih haris dibayar f. Utang sewa guna usaha g. Utang dividen h. Utang lancar lainnya 2. Utang jangka panjang terdiri dari : a. Utang hipotek b. Utang obligasi c. Utang bank jangka panjang d. Utang jangka panjang lainnya 3. Ekuitas terdiri dari : a. Modal saham b. Agio saham c. Laba ditahan d. Modal sumbangan Laporan Laba/Rugi (Income Statement) Laporan laba/rugi adalah laporan yang menunjukkan jumlah pendapatan yang diperoleh dan biaya-biaya yang dikeluarkan dalam suatu periode tertentu. Berikut ini komponenkomponen yang terdapat dalam suatu laporan laba/rugi, antara lain : 1. Penjualan (Pendapatan) 2. HPP (Harga Pokok Penjualan) 3. Laba kotor 4. Biaya operasi terdiri dari : Biaya umum Biaya penjualan Biaya sewa Biaya administrasi 5. Laba kotor operasional 6. Penyusutan (depresiasi) 7. Pendapatan bersih operasi

8. Pendapatan lainnya 9. Laba sebelum bunga dan pajak atau EBIT (Earning Before Interest and Tax) 10. Biaya bunga terdiri dari : Bunga wesel Bunga bank Bunga hipotek Bunga obligasi Bunga lainnya 11. Laba sebelum pajak atau EBT (Earning Before Tax) 12. Pajak (tax) 13. Laba sesudah bunga dan pajak atau EAIT (Earning After Interest and Tax) 14. Laba per lembar saham (earning per share)

H. Pengukuran Dengan Rasio Keuangan


Rasio keuangan merupakan suatu cara yang membuat perbandingan data keuangan perusahaan sehingga menjadi berarti. Rasio keuangan menjadi dasar untuk menjawab beberapa pertanyaan penting mengenai keadaan keuangan suatu perusahaan. Dengan menganalisis laporan keuangan yang menggunakan alat-alat ukur melalui rasio keuangan, maka seorang manajer dapat mengambil keputusan mengenai keuangan perusahaan untuk masa yang akan datang. Bentuk Rasio Keuangan Untuk mengukur keuangan perusahaan dengan menggunakan rasio-rasio keuangan terdiri dari beberapa rasio. Setiap rasio mempunyai tujuan, kegunaan, dan mengandung arti tertentu. Kemudian setiap rasio diukur dan diinterpretasikan, sehingga menjadi berarti bagi pengambil keputusan. Adapun sebagian dari jenis-jenis rasio-rasio keuangan yang dimaksud adalah sebagai berikut : Rasio Likuiditas (Likuidity Ratio) Rasio likuiditas atau likuidity ratio atau sering juga disebut dengan nama rasio modal kerja merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur seberapa likuid suatu perusahaan. Caranya adalah dengan membandingkan seluruh komponen yang ada di aktiva lancar dengan komponen di pasiva lancar (utang jangka pendek). Rasio ini juga menunjukkan kemampuan perusahaan untuk membayar utang-utang (kewajiban) jangka pendeknya yang jatuh tempo. Atau, rasio untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam membiayai dan memenuhi kewajiban/utang pada saat ditagih. Untuk mengukur rasio likuiditas dapat digunakan beberapa rasio, antara lain : 1. Current Ratio (CR) Current ratio merupakan rasio lancar mengukur kemampuan perusahaan membayar kewajiban jangka pendek atau utang yang segera jatuh tempo pada saat ditagih. CR dapat pula dikatakan sebagai bentuk untuk megukur tingkat keamanan (margin of safety).

Rumus untuk mencari current ratio yang dapat digunakan, sebagai berikut : Aktiva Lancar (Current Assest) Current Ratio (CR) = Utang Lancar (Current Liiabilities) 2. Quick Ratio (Acid Test Ratio) Quick ratio merupakan rasio uji cepat yang menunjukkan kemampuan perusahaan membayar kewajiban jangka pendek dengan aktiva lancar tanpa memperhitungkan persediaan. Hal ini disebabkan persediaan memerlukan waktu relatif lebih lama untuk diuangkan dibandingkan dengan asset lain. Rumus yang dapat digunakan untuk mencari quick ratio adalah sebagai berikut : Current Assets - Inventory Quick Ratio (Acid Test Ratio) = Current Liabilities atau Kas + Bank + Efek + Piutang Quick Ratio (Acid Test Ratio) = Current Liabilities 3. Inventory to Net Working Capital Merupakan rasio yang mengukur atau mepital mbandingkan antara jumlah persediaan yang ada dengan modal kerja perusahaan. Modal kerja tersebut terdiri dari pengurangan antara aktiva lancar dengan utang lancar dan biasanya dinyatakan dalam desimal. Rumus untuk mencari inventory to net working capital dapat digunakan sebagai berikut : Inventory Inventory to NWC = Current Assets Current Liabilities 4. Cash Ratio Cash ratio merupakan alat untuk mengukur seberapa besar uang kas yang tersedia untuk membayar utang. Hal ini dapat ditunjukkan dari tersedianya dana kas atau yang setara dengan kas seperti rekening giro. Rasio ini menunjukkan kemampuan sesungguhnya bagi perusahaan untuk membayar utang-utang jangka pendeknya. Rumus untuk mencari cash ratio dapat digunakan sebagai berikut : Kas +bank Inventory to NWC = Current Liabilities

Leverage Rasio Leverage ratio (rasio solvabilitas) merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur sejauh mana aktiva perusahaan dibiayai dengan utang. Keuntungan untuk mengetahui leverage ratio adalah : Dapat menilai kemampuan posisi perusahaan terhadap kewajiban kepada pihak lainnya Menilai kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban yang bersifat tetap Mengetahui keseimbangan antara nilai aktiva khususnya aktiva tetap dengan modal Adapun rasio-rasio yang ada dalam leverage ratio antara lain adalah : 1. Debt to Asset Ratio (Debt Ratio) Merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur perbandingan antara total utang dengan total aktiva. Rumusan untuk mencari debt ratio adalah sebagai berikut : Total Debt Debt to Asset Ratio (Debt Ratio) = Total Assets 2. Debt to Equity Ratio Rasio yang digunakan untuk mengetahui perbandingan antara total utang dengan modal sendiri. Rasio ini berguna untuk mengetahui seberapa besar aktiva perusahaan dibiayai dari utang. Rumus untuk mencari debt to equity ratio dapat digunakan perbandingan antara total utang dengan total modal sendiri sebagai berikut : Total Utang (Debt) Debt to Asset Ratio (Debt Ratio) = Equity 3. Long Term Debt to Equity Ratio Merupakan rasio antara utang jangka panjang dengan modal sendiri. Tujuannya adalah untuk mengukur berapa bagian dari setiap rupiah modal sendiri yang dijadikan jaminan utang jangka panjang dengan cara membandingkan utang jangka panjang dengan modal sendiri yang disediakan oleh perusahaan dan biasanya dinyatakan dalam persentase. Rumusan untuk mencari long term debt to equity ratio bisa digunakan perbandingan antara utang jangka panjang dengan modal sendiri sebagai berikut : Long Term Debt LTDER = Equity

4. Current Liabilities to Net Worth Merupakan rasio antara utang lancar dengan modal sendiri. Rasio ini menunjukkan bahwa dana pinjaman yang segera akan ditagih ada terdapat sekian kalinya modal sendiri. Sifat rasio ini sama dengan debt to equity ratio. Rumus untuk mencari current liabilities to net worth dapat digunakan sebagai berikut : Current Liabilities Current Liability to Equity = Equity

Rasio Aktivitas (Activity Ratio) Merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi pemanfaatan sumber daya perusahaan (penjualan, persediaan, penagihan piutang dan lainnya). Dari hasil pengukuran dengan rasio ini akan terlihat apakah perusahaan lebih efisien atau sebaliknya dalam mengelola aset yang dimilikinya. Adapun sebagian dari rasio-rasio aktivitas adalah sebagai berikut : 1. Perputaran Piutang (Turnover Receivable) Merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur berapa lama penagihan piutang selama satu periode. Atau berapa kali dana yang ditanam dalam piutang ini berputar dalam satu periode. Cara mencari rasio ini adalah dengan membandingkan antara penjualan kredit dengan rata-rata piutang. Rumusan untuk mencari turnover receivable adalah sebagaai berikut : Penjualan Kredit Turnover Receivable = Rata-rata piutang 2. Perputaran Persediaan (Inventory Turnover) Merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur berapa kali dana yang ditanam dalam inventory ini berputar dalam satu periode berputar dalam suatu periode. Rasio ini juga menunjukkan berapa kali jumlah barang persediaan diganti dalam satu tahun. Semakin kecil rasio ini maka semakin jelek, demikian pula sebaliknya. Rumusan untuk mencari inventory turnover dapat digunakan sebagai berikut : Harga Pokok Barang yang Dijual Inventory Turnover = Rata-rata Persediaan

3. Working Capital Turnover Merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur berapa kali dana yang ditanamkan dalam modal kerja berputar dalam satu periode atau berapa penjualan yang dapat dicapai oleh setiap modal kerja yang digunakan. Rumus untuk mencari working capital turnover yang dapat digunakan, sebagai berikut : Net Sales NWC Turnover = Working Capital 4. Fixed Asses Turnover Merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur berapa kali dana yang ditanamkan dalam aktiva tetap berputar dalam satu periode. Caranya membandingkan antara penjualan bersih dengan aktiva tetap dan biasanya rasio ini dinyatakan dengan desimal. Rumusan untuk mencari fixed assets turnover dapat digunakan sebagai berikut : Sales Fixed Assets Turnover = Total Fixed Assets 5. Assets Turnover Assets turnover merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur penggunaan semua aktiva perusahaan. Kemudian juga mengukur berapa jumlah penjualan yang diperoleh dari tiap rupiah aktiva dan biasanya rasio ini dinyatakan dengan desimal. Rumus untuk mencari assets turnover adalah sebagai berikut : Sales Assets Turnover = Total Assets

Rasio Profitabilitas (Profitability Ratio) Rasio profitabilitas merupakan rasio untuk menilai kemampuan perusahaan dalam mencari keuntungan. Rasio ini juga memberikan ukuran tingkat efektivitas manajemen suatu perusahaan. Rasio ini terdiri dari : 1. Profit Margin (Profit Margin on Sale) Rasio ini diukur antara profit margin dengan penjualan, dan diukur dalam persentase. Rumus untuk mencari profit margin adalah sebagai berikut : Net Profit after Tax Net Profit Margin = Net Sales

2. Return on Investment (ROI) Return on Investment merupakan rasio yang menunjukkan hasil (return) atas jumlah aktiva yang digunakan dalam perusahaan atau suatu ukuran tentang efisiensi manajemen. Rasio ini menunjukkan hasil dari seluruh aktiva yang dikendalikan dengan mengabaikan sumber pendanaan dan biasanya rasio ini diukur dengan persentase. rumus untuk mmencari return on investment dapat digunakan sebagai berikut : Net Profit after Tax Return on Investment = Total Assets 3. Return on Equity (ROE) Return on equity atau rentabilitas modal sendiri merupakan rasio untuk mengukur laba bersih sesudah pajak dengan modal sendiri. Rasio ini menunjukkan efisiensi penggunaan modal sendiri. Semakin tinggi rasio ini semakin baik. Artinya, posisi pemilik perusahaan semakin kuat, demikian pula sebaliknya. Rumus untuk mencari return on equity dapat digunakan sebagai berikut : Net Profit after Tax Return on Equity = Equity

Anda mungkin juga menyukai