56/DIKTI/Kep/2005
Konsep Waktu:
Perspektif Komunikasi, Islam, dan Anak TK
Rini Rinawati
ABSTRACT
Kata kunci: waktu, komunikasi, konsep waktu anak-anak, konsep waktu Islam
G am b ar 1
W a k t u d a n k o m u n ik a s i
S u m b e r : M u ly a n a , D e d d y . 2 0 0 4 . K o m u n ik a s i E fe k tif;
S u a t u P e n d e k a t a n L in ta s b u d a y a B a n d u n g , R e m a d j a R o s d a k a r y a .
dengan irama alam seperti usia alam semesta, sakral akan saling melengkapi. Orang Islam
peredaran planet, usia manusia, pergantian akan segera menguburkan jenazah, dan tidak
musim, dll. Dengan demikian, waktu biologis mungkin menunda sampai berhari-hari seperti
merupakan waktu yang sejalan dengan siklus halnya orang Kristen.
kehidupan. (9) Waktu meta (meta time), adalah definisi,
(2) Waktu pribadi (personal time), adalah waktu konsep, model, atau teori tentang waktu dan
yang mengisyaratkan pengalaman setiap or- sifat-sifatnya seperti yang dikemukakan dan
ang yang bergantung pada situasi, konteks, ditulis oleh filosof, agamawan, ahli komunikasi,
aktivitas, serta keadaan fisiologis dan emosi dll. Oleh karena itu, waktu meta bukan waktu
orang tersebut. yang sebenarnya, melainan waktu yang
(3) Waktu fisik (physical time), adalah konsep diabstrasikan dari berbagai peristiwa waktu.
waktu alami yang diramalkan atau diukur untuk Selanjutnya Edward T. Hall (dalam Mulyana,
tujuan-tujuan pragmatis dan ilmiah, seperti 2004; 264-274), membedakan konsep waktu menjadi
meramalkan waktu jatuhnya 1 Ramadhan dua, yaitu: pertama, waktu monokronik (M) yaitu
sebagai awal puasa atau juga 1 Syawal yang mempersepsi waktu sebagai berjalan lurus dari
menjadi hari Raya Iedul Fitri. Waktu kapan masa silam ke masa depan dan memperlakukannya
terjadinya musim hujan atau musim kemarau, sebagai entitas yang nyata dan bisa dipilah-pilah,
dll. dihabiskan, dibuang, dihemat, dipinjam, dibagi,
(4) Waktu metafisik (metaphisical time), adalah hilang atau bahkan dibunuh, sehingga waktu tidak
sejenis waktu pribadi, akan tetapi lebih pernah kembali. Konsep waktu M ini dianut oleh
subjektif lagi dan sulit dijelaskan secara budaya-budaya barat (Eropa Barat, Skandinavia,
konsep, karena lebih menuju pada hal-hal yang dan Amerika Utara.
ghaib seperti ketika seseorang yang katanya Para penganut konsep waktu ini menekankan
bertemu dengan jin, berkomunikasi dengan pada penjadwalan dan kesegeraan waktu.
orang yang sudah meninggal, dsb. Penganut waktu M cenderung lebih menghargai
(5) Waktu mikro (micro time), adalah waktu yang waktu, tepat waktu, serta menepati jadwal waktu
dipengaruhi atau terikat oleh budaya primer, secara ketat. Lihatlah bagaimana orang Jepang
yang aturan-aturannya hampir seluruhnya di yang selalu berjalan dengan cepat. Kita dapat
luar kesadaran. Konsep waktu monokronik (M) melihat bagaimana supir bus di Australia yang akan
dan konsep waktu polikronik (P) merupakan tetap berangkat sesuai dengan jadwal
dua pola waktu yang ada pada waktu mikro keberangkatan sekalipun penumpangnya hanya
ini. dua orang, satu orang, bahkan tidak ada
(6) Waktu sinkron (sync time), adalah waktu penumpang sekalipun.
mensinkronisasikan dengan berbagai situasi Konsep “efisiensi waktu” menjadi ciri khas
dan kondisi, emosi, dan sebagainya. dari penganut konsep waktu M ini. Bagi mereka,
Contohnya adalah bagaimana waktu atau waktu adalah uang (time is money). Oleh karena
jadwal kegiatan dan waktu tidur ibu yang baru itu, penganut konsep waktu M ini akan berusaha
melahirkan dengan bayi yang dilahirkannya. untuk memperoleh penghasilan yang sebanyak-
(7) Waktu sakral (sacred time), adalah waktu atau banyaknya dengan menghabiskan waktu yang
saat yang bersifat imajiner dan sakral, seperti sesingkat-singkatnya.
malam lailatul qadar, Iedul Adha, dsb. Kedua, waktu polikronik (P) yaitu
(8) Waktu profan (profan time), adalah waktu memandang waktu sebagai suatu putaran yang
yang secara ekplisit dibicarakan dan kembali dan kembali lagi. Menurut penganut waktu
dirumuskan. Waktu profan ditandai dengan P, waktu dapat didaur ulang. Konsep waktu P ini
jam, hari, minggu, bulan, tahun, dekade, abad, dianut oleh budaya-budaya Timur, budaya Arab,
dan milenimum. Pada sistem waktu profan dan dan budaya-budaya yang tradisional lainnya
Bagan 1
Perbedaan waktu monokronik dengan polikronik
2.2 Taksonomi Lingkungan Waktu yang personal dan habitual atau standar waktu
yang objektif; perkiraan mengenai tingkat tempo
Taksonomi dapat digunakan untuk yang personal dan atau tingkat peristiwa perilaku.
menganalisis dan menelaah perilaku waktu dan Lambang waktu (temporal symbols):
lingkungan waktu dari berbagai bentuk interaksi berkenaan dengan gambaran simbolik urutan dan
manusia. Dorongan waktu (temporal drives) keberlangsungan, perubahan dan kepermanenan,
atau perspektif dan orientasi waktu; konsep tempo gilirannya, dalam setiap kelompok besar budaya
subjektif dan objektif; berkenaan dengan waktu, tersebut, terdapat aspek-aspek yang berbeda
perwaktuan dan waktu-waktu objektif; berkenaan antara satu negara dengan negara yang lain, seperti
dengan fungsionalisasi dan gambaran linguistik dalam kelompok budaya timur antara Indonesia
yang berkaitan dengan tingkat pengalaman waktu dengan Jepang, atau dalam kelompok budaya barat
dan seluruh perilaku (termasuk mental). antara Amerika dengan Meksiko, dsb.
Kepercayaan waktu (temporal beliefs): Pandangan bahwa temporalitas (ihwal waktu)
berkenaan dengan asumsi-asumsi yang diterima satu budaya lebih baik dari temporalitas budaya
orang sehubungan dengan sifat waktu dan ruang; yang lain tampak sebagai dasar utama persepsi
berkenaan dengan tingkat kekakuan dalam antarbudaya terhadap inferioritas dan superioritas.
mempersepsi dan mengonseptualisasi perilaku Jarang sekali orang mengakui bahwa persepsinya
ruang-waktu; mengenai validitas petunjuk dan tentang orang dan budaya yang lain ada
perkiraan waktu; mengenai validitas informasi hubungannya dengan elitisme atau kekakuan akan
waktu yang timbul dan dorongan waktu, sinyal orientasi waktu kultural mereka sendiri. Orang
waktu, dan simbolisme waktu; berkenaan dengan sering membandingkan orientasi waktu mereka
validitas dan sifat penilaian waktu dan seterusnya. dengan orientasi waktu kelompok budaya yang
Motif waktu (temporal motives): berkenaan lain.
dengan maksud psikologis untuk mempengaruhi Pada beberapa kebudayaan, berkomunikasi
perilaku waktu; mengenai proses mengubah tempo sangat ketat dalam penggunaan waktu. Orang
objektif dan personal; mengenai upaya Amerika mempunyai konsep waktu adalah uang
mempengaruhi dorongan, keperluan, dan motivasi; (time is money). Bagi orang Amerika, waktu
maksud yang berkaitan dengan tujuan dan perilaku dianggap sebagai komoditas yang berharga untuk
tujuan. menghasilkan uang, sehingga mereka tidak dapat
Penilaian waktu (temporal judgments): berleha-leha. Orang-orang Amerika sangat
berkenaan dengan validitas kepercayaan waktu, menghargai waktu, sehingga menjadi orang yang
motif waktu dan nilai waktu (lihat di bawah) seperti tepat waktu. Sebaliknya, bahasa Indonesia tidak
yang dijalankan individu atau kelompok individu mempelihatkan keketatan dalam penggunaan
dalam konteks sosiokultural. waktu. Sering terdengar, orang Indonesia berkata
Nilai waktu (temporal values): mengenai mengenai kebiasaan terlambatnya; “maaf saya
pemberian nilai pada waktu, waktu-waktu datang agak terlambat” (padahal keterlambatan
(peristiwa), dan perwaktuan ketika dikaitkan sudah lebih dari 30 menit). Budaya “jam karet” yang
dengan perilaku personal, sosial, dan kultural. dianut Indonesia menyebabkan undangan,
misalnya, menjadi dibuat 30 menit lebih awal,
3. Pembahasan sebagai antisipasi keterlambatan yang sudah
Edward T. Hall (dalam Mulyana, 2004a; 251) membudaya. Maka, bangsa Indonesia sering
menyatakan bahwa waktu menjadi penting dalam kehilangan kesempatan memenangkan sebuah
proses komunikasi khususnya komunikasi pekerjaan, hanya karena datang terlambat.
antarbudaya. Setiap budaya mempunyai konsep Contoh ini menunjukkan bahwa persepsi
waktu yang berbeda. Bahkan Oswald Spengler tentang waktu akan mengakar pada kebudayaan
(dalam Mulyana, 1998;122) menyatakan bahwa di mana individu berada. Konsep waktu menjadi
“makna yang secara intuitif diterapkan pada penanda bagi suatu budaya. Dengan beragamnya
waktulah yang menyebabkan satu budaya kebudayaan yang ada, maka beragam pula persepsi
dibedakan dari budaya yang lain.” Oleh karenanya, mengenai konsep waktu. Pada gilirannya persepsi
seringkali konsep terhadap waktu sebagai penanda tentang waktu merupakan persepsi psikologis
budaya dibedakan antara konsep waktu budaya yang bergantung pada peristiwa, latar, situasi dan
barat dengan konsep waktu budaya timur. Pada kondisi dari pesan yang disampaikan. Yang paling
kadar tertentu dari suatu massa. Kata ini Rasulullah SAW bersabda: “Kedua kaki hamba
menghendaki adanya keharusan untuk pada hari kiamat tidak akan bergeser dari
pembagian teknis mengenai massa yang tempatnya, sebelum kepadanya diajukan empat
dialami seperti detik, menit, jam, hari, pertanyaan:
minggu, bulan, dan tahunan. Kata ini terdapat (a) Tentang umurnya dihabiskan untuk apa.
dalam: (b) Tentang fisiknya (masa mudanya) digunakan
(a) Quran Surat Al-Hajr ayat 38 untuk apa
(b) Quran Surat Al-A ‘raf ayat 187 (c) Tentang hartanya darimana diperolehnya dan
(c) Quran Surat An-Nisa ayat 103 untuk apa dipergunakannya
(d) Quran Surat Al-Baqarah ayat 189 (d) Tentang ilmunya dimanfaatkan untuk apa.”
(4) Al-Ashr: kata ini digunakan untuk (H.R. Bazar dan Tabrany)
menjelaskan waktu menjelang terbenamnya Hadits di atas memperlihatkan bahwa bagi or-
matahari. Namun, kata ini juga digunakan ang Islam, waktu hidup akan diperhitungkan nanti
untuk menjelaskan masa secara mutlak. Kata di alam akhirat, sehingga penggunaan waktu
ini terdapat dalam Q.S. Al-Ashr ayat 1. dengan perencanaan yang matang dan jelas menjadi
satu keharusan. Dalam hadits lain, Rasulullah
Melihat pada penggunaan beberapa istilah
SAW bersabda: “Jagalah lima perkara sebelum
atau kata untuk menjelaskan konsep waktu yang
datangnya lima perkara yang lain. Yaitu:
ada dalam Al-Quran, maka sebetulnya Islam adalah
(a) Masa mudamu sebelum datangnya masa
agama yang begitu mementingkan waktu. Dengan
tuamu,
demikian, sebetulnya Islam menganut konsep
(b) Masa sehatmu sebelum datang masa sakitmu,
monokronik, yang menganggap waktu terus
(c) Masa kayamu sebelum datang masa
berjalan secara linier dan tidak biasa berputar
miskinmu,
ulang. Islam memiliki lima waktu dalam
(d) Masa hidupmu sebelum datang masa matimu,
keseharian untuk menjalankan kegiatan shalat yang
(e) Masa luangmu sebelum datangnya masa
jelas batasan awal dan berakhirnya waktu shalat.
sibukmu. (H.R. Hakim dari Ibnu Abbas)
Bagi umat Islam, segala kegiatan (khususnya
Umat Islam dalam berperilaku, seyogyanya
ibadah) terikat waktu, artinya ada batasan
mengikuti apa yang telah diatur dalam pedoman
pelaksanaannya. Di luar waktu itu, kegiatan tidak
hidupnya, yaitu Al-Quran dan Hadits tersebut.
bisa dilaksanakan. Contoh: zakat, puasa, ibadah
Melihat pada konsepsi yang dipunyai oleh agama
haji, akikah, dll.
Islam, maka agama Islam memberikan pedoman
Untuk menunjukkan pentingnya waktu, Allah
hidup yang sesuai dengan waktu monokronik, yang
SWT bersumpah dalam beberapa surat Al-Quran
menganggap waktu sebagai berjalan lurus dari
dengan menggunakan waktu, seperti:
masa silam ke masa depan dan memperlakukannya
(a) Surat Al-Lail ayat 1-2 (wallaili, yaitu demi
sebagai entitas yang nyata dan bisa dipilah-pilah,
waktu malam),
dihabiskan, dibuang, dihemat, dipinjam, dibagi,
(b) Surat Al-fajr ayat 1-2 (walfajri, yaitu demi
hilang, atau bahkan dibunuh, sehingga waktu tidak
waktu fajar),
pernah kembali.
(c) Surat Adh-Duha ayat 1-2 (wadhuha, yaitu
Bagaimana perjalanan hidup manusia menurut
demi waktu duha atau pagi),
Islam. Dimulai dari tidak ada, kemudian
(d) Surat Al-Ashr ayat 1-2 (walashri, yaitu demi
ditempatkanlah oleh Allah seseorang pada perut
waktu ash).
seorang ibu yang dikenal dengan alam rahim.
Di samping Al-Quran yang menjelaskan
Setelah itu, manusia akan memasuki alam dunia
pentingnya waktu, Sunnah Rasulullah telah
yang harus diisi dengan segala perbuatan amal
memperkuat adanya nilai pentingnya waktu dan
shaleh, karena bagi Islam, kematian bukan akhir
menetapkan pertanggungjawaban manusia tentang
dari kehidupan. Perjalanan orang Islam akan
penggunaan waktu dihadapan Allah SWT.
tersebut terhadap lingkungannya yang Gudykunst, William & Young Yun Kim. 1992.
disesuaikan dengan budaya. Communicating With Strangers; An Ap-
(b) Diperlukan metode pembelajaran yang proach to Intercultural Communication
khusus (seperti berkebun, bercerita, film, (second edition). New York: McGraw-Hill.
terjun ke lapangan) untuk mengenalkan
Liliweri, Alo. 2004.Dasar-Dasar Komunikasi
konsep waktu pada anak TK.
Antarbudaya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Lewis, Richard D. 1996. Menjadi Manajer Era
4. Kesimpulan Global; Kiat Komunikasi Bisnis Lintas-
Budaya. Bandung: Remadja Rosdakarya.
Dari penjelasan yang telah dikemukakan
mengenai pemahaman konsep waktu yang Mulyana, Deddy, & Jalaluddin Rakhmat. 1996.
dilakukan oleh manusia dalam kehidupan sehari Komunikasi Antarbudaya. Bandung:
hari ternyata terjadi perbedaan baik secara budaya Remadja Rosdakarya.
maupun usia. Perbedaan pemahaman mengenai Mulyana, Deddy. 2000. Ilmu Komunikasi: Suatu
konsep waktu pada gilirannya akan mempengaruhi Pengantar. Bandung: Remadja
perilaku yang ditampilkan dalam keseharian Rosdakarya.
manusia tersebut.
————— . 2004a. Komunikasi Efektif; Suatu
Pendekatan Lintasbudaya. Bandung:
Daftar Pustaka Remadja Rosdakarya.
Devito, A. Joseph. 1997. Komunikasi Antar ————— . 2004b. Komunikasi Populer: Kajian
Manusia; Kuliah Dasar. Terj. Agus Komunikasi dan Budaya Kontemporer.
Maulana. Jakarta: Professional Books. Bandung: Pustaka Bani Quraisy.