Anda di halaman 1dari 41

VITAMIN LARUT LEMAK

Dr. Inge Permadhi MS


Sifat umum vitamin larut lemak
 Berhubungan dengan absorpsi dan transport dari
lipid
 Absorpsi vitamin  terlarut dengan misel (untuk
pembentukan misel dibutuhkan garam empedu dan
getah dari pankreas)
 Transportasi ke hati oleh kilomikron melalui
pembuluh darah limfe
 Penyimpanan vitamin A,D, dan K terutama di hati
dan vitamin E pada jaringan adiposa
 Umumnya tidak diekskresikan ke urin tetapi ke feses
VITAMIN A
(RETINOL)

Dr. Inge Permadhi MS


Sifat kimia vitamin A
 Rusak oleh sinar ultraviolet dan oksidasi
 Tahan oleh pemanasan
STRUKTUR KIMIA Cyclohexenyl / ß-ionone
Trans

Isoprenoid
cis
Ada 2 golongan vitamin A
 Preform vitamin A  3 bentuk aktif
 Alkohol  Retinol
 Aldehid  Retinal / Retinaldehid
 Asam  Asam retinoat
 Provitamin A (karotenoid)
Vitamin A (preform vitamin A)
 Vitamin A atau retinol adalah nama generik yang
diberikan untuk semua retinoid yang mempunyai
aktivitas biologi all-trans retinol
 Disebut retinol karena mempunyai fungsi spesifik di
retina
 Vitamin A natural atau dalam bahan makanan
umumnya terdapat dalam bentuk rantai panjang
retinil ester (retinil palmitat)
 Vitamin A berasal dari prekursor / provitamin A yang
dikonsumsi hewan / manusia akan menjadi preform
vitamin A
Karotenoid (provitamin A)
 Beberapa karotenoid yang mempunyai
aktivitas vitamin A  disebut sebagai
provitamin A
 Provitamin A dapat diubah menjadi vitamin A
(retinol) dalam tubuh
 Ada > 600 macam karotenoid, tetapi yang
mempunyai aktivitas pro vitamin A hanya +
10% (β-karoten, α-karoten, γ-karoten)
Absorpsi
 Preformed vitamin A dan karotenoid akan
dibebaskan dari protein makanan dalam
gaster.
 Di usus halus :
 Retinil ester akan dihidrolisis menjadi retinol yang
lebih efisien untuk diabsorpsi
 Karotenoid akan diubah  retinaldehid  retinol
Absorpsi dan transportasi VITAMIN A
Absorpsi dan transportasi ke hati
 Absorpsi dalam bentuk retinol 80-90%
 Vitamin A sebagai bagian dari kilomikron
akan ditransport melalui jalur limfatik intestin
 pembuluh darah  hati
 Ada sebagian vitamin A, yang diabsorpsi
kembali ke hati melalui mekanisme
enterohepatik
 Untuk absorpsi berperan vitamin / zat
pereduksi lain seperti vitamin E untuk
melindungi vitamin dari destruksi oksidatif
Storage vitamin A
 Bentuk retinol yang tidak di metabolisme atau
ditranspor dari hati, akan diesterifikasi
kembali untuk kemudian disimpan (storage)
di parenkhim sel hati atau 80 – 95% disimpan
sebagai cadangan (reserve) pada sel stelat
peri-sinusoidal
 Vitamin A di deposit di hati (50 – 80%), juga
di jaringan adiposa, paru-paru, ginjal dalam
bentuk retinil ester, khususnya retinil palmitat
 Cadangan Vitamin A di hati terikat pada
cellular retinol binding protein (CRBP)
Storage vitamin A
 Cadangan vitamin A dibutuhkan untuk
mencegah defisiensi, terutama pada
saat asupan vitamin A rendah
 Kadar vitamin A plasma 
menggambarkan asupan sehari-hari
dan cadangan vitamin A di hati.
Transportasi vitamin A ke perifer
 Distribusi vitamin A dari hati ke jaringan
perifer melalui
 proses de-esterifikasi retinil ester
 kemudian diangkut berikatan dengan kompleks
retinol binding protein (RBP) – transthyretin (RBP
– TTR)
 RPB – retinol akan di tangkap oleh reseptor
jaringan lain yang akan memperantarai
transfer retinol dari RBP ke CRBP.
Metabolisme vitamin A
 Sebagian dari retinol yang akan disimpan, diubah
menjadi 
Oksidasi Oksidasi
reversible irreversible
Retinol Retinal Asam Retinoat atau
terkonyugasi sebagai retinil glukoronat atau retinil fosfat

 Setelah asam retinoat terbentuk, maka akan


berkonversi menjadi bentuk yang siap untuk
dikeluarkan melalui urine atau melalui empedu
Absorpsi dan penyimpanan
KAROTENOID
 Absorpsi dalam bentuk karotenoid 40 – 60%
 Kadar karoten serum  menggambarkan asupan
baru
 Akumulasi karotenoid terutama di jaringan adiposa
dan hati
 Likopen ditemukan tinggi kadarnya di testis, glandula
adrenal dan prostat
 Lutein dan zeaxanthin terkonsentrasi di jaringan
retinal
Metabolisme karotenoid
 Karotenoid pada jaringan umumnya
akan teroksidasi dan terdegradasi 
sehingga komponen tersebut
kehilangan fungsi biologis aktifnya
Ekskresi vitamin A dan karotenoid
 Vitamin A dapat diekskresikan malalui
 asam empedu  feses (70%)

 Urine (30%)

 Karotenoid tidak ditemukan dalam urine dan ekskresi


melalui garam empedu sangat minimal
Hal-hal yang dapat mempengaruhi
bioavailability karotenoid dari bahan
makanan
 Bioavailability = kemampuan molekul
retinoid / karotenoid untuk melalui
mukosa intestinal dan masuk kedalam
tubuh untuk disimpan dan digunakan
oleh jaringan tubuh dipengaruhi oleh :
 Factors influencing uptake from lumen to
intestinal cells
 Factors influencing the efficiency of
bioconversion
Biokonversi karotenoid
 Biokonversi = produksi retinoid aktif
dari prekursor provitamin A
 Dipengaruhi oleh :
 Asupan vitamin A
 Cadangan vitamin A
Hal-hal yang dapat mempengaruhi
bioavailabilitas karotenoid dari bahan
makanan
1. Factors influencing uptake from lumen to
intestinal cells :
1. Inhibition by intrinsic matrix
2. Inhibition by dietary fiber sources
3. Differential crowding by streoisomeric forms
4. Intraluminal oxidative destruction
5. Enhancement by presence of fat and oil
6. Enhancement by cooking and processing
Hal-hal yang dapat mempengaruhi
bioavailabilitas karotenoid dari bahan
makanan

2. Factors influencing the efficiency of


bioconversion :
1. Amount of provitamin A presented to the
cell
2. Differential conversion by stereoisomeric
form
3. Host underlying vitamin A status
Fungsi vitamin A
Fungsi esensial vitamin A yaitu : untuk penglihatan,
diferensiasi seluler dan sistem imunitas
A. Penglihatan
Komponen dari pigmen penglihatan  menjaga
integritas fotoreseptor pada rod dan cone di retina
 11-cis isomer dari retinaldehide yang dikombinasi
dengan protein opsin akan menhasilkan
 rhodopsin pada rod (batang) untuk cahaya lemah
 iodopsin pada cone (kerucut) untuk cahaya kuat dan warna
 Sinar akan merubah konfigurasi 11-cis retinal
menjadi bentuk all-trans retinal yang akan
menyebabkan perangsangan penglihatan
Fungsi vitamin A
B. Diferensiasi seluler
 Regulasi ekspresi gen via nuclear retinoic acid receptor 
pengaturan proliferasi dan maturasi sel khususnya pada
reproductive tissue dan mammalian embryogenesis
 Pembentukan struktur normal sel yaitu diferensiasi dari sel basal
menjadi sel mukosa
 Vitamin A diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan
skeletal dan jaringan lunak melalui sintesis protein dan
diferensiasi sel-sel tulang termasuk gigi

C. Sistem imunitas
 Pembentukan mucosal mucin secretion
 Mempengaruhi sistem imunitas seluler dan humoral
FUNGSI VITAMIN A
Interaksi vitamin A dengan nutrien
lain
 Suplementasi vitamin A akan meningkatkan
hematopoiesis pada penderita anemia defisiensi besi.
 Vitamin A dapat meningkatkan bioavailabilitas besi
inorganik, diduga melalui peranannya mencegah
terjadinya inhibisi absorpsi besi inorganik oleh asam
fitat
 Pemberian Zn dapat meningkatkan status vitamin A
Aktivitas karotenoid
 Karotenoid bukan merupakan nutrien esensial maka efeknya
dinyatakan sebagai aktivitas bukan fungsi
 β-karoten dan beberapa karotenoid dapat bertindak sebagai
antioksidan dengan menangkap (quenching) singlet oksigen
atau memodifikasi radikal bebas  karena karotenoid
mempunyai rantai panjang dengan beberapa ikatan jamak yang
dapat bereaksi dengan radikal bebas.
 Antioksidan diduga berperan pada pencegahan penyakit
degeneratif ( kanker, aterosklerotik, diabetes melitus, katarak,
penuaan dini) dan juga berperan mencegah terjadinya
kerusakan genetik
 Aktivitas antioksidan likopen  2 x β-karoten dan 10 x tokoferol
1 Retinol Equivalents (RE) =
 1 µg retinol
 12 µg β–karoten dari makanan
 24 µg provitamin A karotenoid lain
 3,33 IU vitamin aktif dari retinol
 10 IU vitamin A aktif dari β -karoten

1 mg retinol = 3300 IU retinol


1 mg β -karoten = 1500 IU β -karoten

 Catatan : macam-macam equivalen : 1 : 2 : 4 atau 1 : 6 : 12 (


FAO/WHO) atau 1 : 12 : 24 (US National Academy of Science)
Kebutuhan vitamin A dan karotenoid
 Tergantung dari : ukuran tubuh, rate of growth, jenis kelamin
dan umur, kondisi khusus (kehamilan, laktasi, penyakit akut /
kronik) dll
 RDA 1988 dewasa  pria 1000 µg RE ; wanita 700-800 µg RE
 AKG dewasa  pria 600 µg RE ; wanita 500 µg RE
 Untuk mencegah defisiensi vitamin A pada dewasa minimum
dapat diberikan 600 µg retinol atau 2x dosis tersebut dalam
bentuk β -karoten  akan membuat cadangan di hati dan
retinol plasma  konsentrasinya optimal
 Fixed save upper limits vitamin A : 3000 µg (10.000 IU)
 Dosis tunggal suplementasi di Posyandu untuk anak-anak 
1000 IU dan 2000 IU per 6 bulan
Bahan makanan sumber vitamin A
dan karotenoid
 Preformed vitamin A hanya terdapat dari BMS hewan seperti :
hati, lemak dari susu, cod liver oil, bagian organ dari hewan
 Provitamin A dapat diperoleh dari daun berwarna hijau tua,
sayuran/buah berwarna kuning oranye. Makin gelap warnanya
makin tinggi kandungan karotenoidnya (pigmen sayuran / buah
tersebut tidak terlihat karena tertutup oleh klorofil)
ASI  sumber β -karoten
Tomat dan produk yang terbuat dari tomat  sumber
likopen

 Di farmasi  retinil asetat


Etiologi defisiensi
 Penyakit hati  sintesis RBP
 PEM
 Abetalipoproteinemia
 Malabsorpsi lemak akibat insufisiensi asam empedu
 Infeksi akut : defisiensi protein akut, measles
 Infeksi kronik : parasit intestinal
 Merokok  berhubungan dengan penurunan kadar retinol
Gejala Defisiensi
 Morbiditas dan mortalitas  pada anak-anak (penyakit infeksi
seperti infeksi mata, saluran pernapasan, diare)
 Night blindness, xerophtalmia
 Infeksi
 Selera makan
 Pengecap
 Keratinisasi epitelial mukosa sel
 Penebalan folikel rambut  folikular hiperkeratosis
Defisiensi vitamin A dan derajat
gangguannya pada mata
 XN = buta senja
 X1A = xerosis konjungtiva
 X1B = bercak bitot
 X2 = xerosis kornea
 X3A = keratomalasia
 X3B = ulserasi kornea
 XS = xeroftalmia skars
Pencegahan vitamin A bagi
gangguan mata
 6 – 12 bulan  vitamin A biru
(100.000) SI
 12 – 59 bulan  vitamin A merah
(200.000 SI)
Terapi vitamin A bagi gangguan
mata
Terapi gangguan mata  Buta senja sampai
xerosis kornea
 Hari 1
 < 5 bulan : 50.000SI
 6 – 11 bulan : 100.000 SI
 12 – 59 bulan : 200.000 SI
 Hari 2 : berikan vitamin A sesuai umur
 Hari 3 : berikan vitamin A sesuai umur
Terapi vitamin A
 Dosis tinggi hanya digunakan sebagai terapi
pencegahan mortalitas akibat komplikasi measles
(pada infeksi saluran napas bagian bawah yang
bukan disebabkan measles, intervensi vitamin A
bukan merupakan indikasi)
 Vitamin A analog dapat digunakan sebagai obat
topikal atau oral : seperti all-trans asam retinoat dan
9 – cis asam retinoat dapat digunakan untuk
pengobatan akne
Terapi karotenoid
 Yang umum digunakan sekarang adalah β-karoten
 β-karoten sekarang digunakan untuk pengobatan
acute erythropoetic porphyria yaitu gangguan
fotosensitivitas yang dapat disupresi dengan dosis
180 mg/hari.
 β-karoten juga banyak diberikan sebagai
suplementasi bagi penderita kanker, penyakit
kardiovaskuler, katarak, perokok dll
 Pada critical ill dosis β-karoten yang dianjurkan
adalah 10.000 IU/ hari
Toksisitas (hipervitaminosis A)
 Preform vitamin A adalah salah satu nutrien esensial yang
sangat berpotensi menimbulkan efek toksik.
 Dapat terjadi bila sel stelat sudah tidak mampu lagi menyimpan
retinol
 Hipervitaminosis akut
Dewasa : Retinol > 200 mg (660.000 IU/single dose)
Anak-anak : Retinol > 100 mg (330.000 IU/single dose)
Atau 10X dosis RDA
 Gejala : nausea, muntah, lemah, mulut kering, lelah, sakit
kepala, anoreksia, gatal, deskuamasi kulit, sakit pada tulang dan
otot
Gejala menghilang bila pemberian vitamin A dihentikan
Toksisitas (hipervitaminosis A)
 Hipervitaminosis A kronik berhubungan dengan :
skeletal bone loss dan risiko osteoporotic bone
fracture  akibat peningkatan resorpsi tulang dan
inhibisi pembentukan tulang (menghambat osteoclast
stimulation dan collagen formation)

 Efek teratogenik akibat 13 – cis retinoic acid sebagai


obat akne yang digunakan pada umur muda
kehamilan

Anda mungkin juga menyukai