Anda di halaman 1dari 18

PEMIKIRAN DASAR MENGENAI NERAKA

Pertama, neraka dapat didefinisikan sebagai tempat orang-orang yang hidup tanpa Tuhan dan yang
matinya terpisah dari Tuhan untuk selama-lamanya.

Kedua, neraka bukanlah sebuah ilusi melainkan suatu tempat yang nyata. Walaupun tidak ada yang
tahu persis letak neraka, hal ini tidak menjadikan neraka sebagai sesuatu yang abstrak, tidak nyata,
atau khayalan belaka.

Ketiga, satu-satunya sumber informasi yang benar tentang neraka adalah Tuhan sendiri. Karena Ia
adalah satu-satunya Pribadi yang benar secara absolut dan dapat dipercaya. Ia telah menyatakannya
melalui Alkitab, dan dengan demikian Alkitab dipandang sebagai kebenaran yang mutlak (absolut).
Alkitab memberikan pandangan Tuhan tentang neraka, walau pun Ia tidak memberikan
deskripsinya secara lengkap, tetapi fakta-fakta yang ada di Alkitab sudah cukup bagi kita untuk
mengerti betapa mengerikannya neraka.

Keempat, pada waktu Tuhan mencipta, semua yang diciptakannya itu baik, bahkan sungguh amat
baik (Kejadian 1:12, Kejadian 18,Kejadian 21, Kejadian 25, Kejadian 31). Tidak ada dosa, tidak
ada kejahatan, tidak ada rasa sakit, tidak ada kematian, dan tidak ada neraka. Salah satu hal baik
yang diciptakan Tuhan adalah bahwa mahkluk ciptaanNya memiliki kebebasan untuk memilih yang
baik. Agar mereka benar-benar memiliki pilihan, Allah harus mengijinkan sesuatu yang berbeda
dengan yang baik supaya bisa ada pilihan. Karena itu Tuhan mengijinkan para malaikat dan
manusia untuk memilih yang baik atau yang tidak baik (jahat). Manusia dan malaikat yang jatuh
menggunakan pilihan bebas yang diberikan Allah itu untuk memberontak terhadap Tuhan dan
menginginkah hidup yang terpisah dari Tuhan. Dan, satu-satunya tempat yang sudah Tuhan
sediakan untuk terpisah dari Dia selama-lamanya adalah neraka.

RINGKASAN PANDANGAN ALKITABIAH TENTANG NERAKA

1. Neraka adalah suatu tempat yang benar-benar ada. Neraka bukanlah sebuah ilusi melainkan suatu
tempat yang nyata. Walaupun tidak ada yang tahu persis letak neraka, hal ini tidak menjadikan
neraka sebagai sesuatu yang abstrak, tidak nyata, atau khayalan belaka. Dua bukti yang mendukung
fakta adanya neraka adalah: Pertama, Yesus berbicara dan mengajar tentang neraka. Tony Evans
mengatakan, “bahkan Yesus sendiri lebih banyak berbicara tentang neraka ketimbang sorga atau
kasih”. Sebelas dari dua belas kali kata gehenna (neraka) diucapkan oleh Yesus dan dicatat dalam
Perjanjian Baru. Bahwa Kristus berbicara lebih banyak tentang neraka lebih dari semua tokoh
lainnya dalam Alkitab menunjukkan kepada kita betapa penting dan seriusnya hal neraka ini.
Kedua, adanya kematian manusia menunjukkan bahwa neraka itu ada. Penulis kitab Ibrani
mengatakan “Dan sama seperti manusia ditetapkan untuk mati hanya satu kali saja, dan sesudah itu
dihakimi” (Ibrani 9:27). Kematian ada sebagai akibat dari dosa (Roma 6:23). Upah yang pantas
bagi manusia yang berdosa adalah neraka. Kematian itu nyata, dan setiap orang pasti mati. Tony
Evans meringkaskan “kematian jasmani yang dapat dilihat dan bersifat sementara itu adalah suatu
kesaksian bagi kita mengenai hal-hal yang tak terlihat kenyataan kekal dari apa yang Alkitab sebut
sebagai kematian kedua (Wahyu 20:14), atau neraka”.

2. Neraka adalah tempat penghukuman akhir. Sebelum menuju ke neraka atau surga orang-orang
yang mati berada ditempat penampungan atau masa antara (intermediate state). Semua orang mati
pada masa Perjanjian Lama, baik orang-orang percaya maupun yang tidak percaya, akan pergi ke
tempat yang disebut sheol atau hades. Contohnya, Kejadian 37:35; Ayub 14:13; Ayub 17:13;
Mazmur 88:4; Yesaya 38:10 menunjukk pada orang-orang percaya yang hidup di masa Perjanjian
Lama yang saat mati pergi (turun) menuju hades atau sheol. Sedangkan contoh untuk orang fasik
yang tidak percaya yang juga masuk ke hades atau sheol dapat dilihat dari ayat-ayat di dalam Ayub
17:13, Mazmur 31:8; Mazmur 49:15. Sheol atau hades ini bukanlah surga dan bukan juga neraka,
tetapi tempat penampungan sementara orang-orang yang telah meninggal. Lokasi dari sheol atau
hades ini berada di pusat atau inti bumi (Bilangan 16:33; Efesus 4:9).

Bagaimana dengan Lazarus (yang di pangkuan Abraham) dan orang kaya yang disiksa dalam Lukas
16:22-31 Ada yang beranggapan bahwa “Pangkuan Abraham” adalah surga, sedangkan tempat
siksaan orang kaya itu adalah neraka. Hal ini tidak benar! Lazarus dan Abraham bukan berada
disurga tetapi di hades atau sheol. Lokasi yang sama dengan orang kaya tersebut. Tetapi mereka
dipisahkan oleh “jurang yang dalam” yang mustahil dapat diseberangi (ayat 26). Yang satu disebut
“Pangkuan Abraham”, yang lainnya disebut “tempat siksaan atau alam maut” (Ayat 24, 25, 28).
Pangkuan Abraham ini disebut juga firdaus. Ketika Yesus mati Ia menuju firdaus bersama-sama
dengan pencuri yang disalibkan disebelah kananNya, yang percaya kepadaNya. (Lukas 23:43;
Efesus 4:8; 1 Petrus 3:19-20). Setelah kebangkitanNya Ia membawa mereka dan firdaus itu ke
surga (di atas).

Lalu, bagaimana keadaan orang-orang mati yang hidup pada masa Perjanjian Baru, yaitu masa
setelah kebangkitan Kristus dan masa Gereja? Alkitab menunjukkan bahwa orang-orang percaya
pergi ke firdaus dan langsung naik diangkat ke surga (2 Korintus 5:8; 2 Korintus 12:2-4; Filipi
12:30). Sedangkan orang-orang yang tidak percaya tetap pergi ke sheol atau hades, untuk disiksa
sambil menunggu kebangkitan kedua, yaitu penghukuman kekal (neraka/gehenna).

3. Neraka itu bersifat kekal. Fakta penting berikutnya tentang neraka menurut Alkitab adalah sifat
neraka yang kekal atau abadi (Matius 25:26). Kata Yunani untuk “kekal” adalah aionios. Kata
aionios ini disebutkan sebanyak 66 kali dalam Perjanjian Baru. 51 kali kata ini digunakan dalam
hubungannya dengan kebahagiaan mereka yang selamat di sorga. Kata ini digunakan baik untuk
kualitas dan kuantitas kehidupan yang akan dialami orang-orang percaya bersama Tuhan. Kata ini
digunakan 2 kali dalam hubungan dengan durasi Tuhan dalam kemuliaanNya. 6 kali kata ini
digunakan dalam suatu cara yang demikian sehingga tak seorang pun ragu bahwa itu bermakna
selamanya. 7 kali lainnya kata ini disebutkan dalam hubungan dengan nasib orang-orang fasik atau
disebutkan berkaitan langsung dengan neraka. Hal ini menunjukkan bahwa neraka akan ada selama-
lamanya, tanpa akhir atau kekal. Salah satu rujukan paling jelas dalam Perjanjian Baru pada
kekekalan hukuman di neraka adalah Wahyu 14:10-11: “maka ia akan minum dari anggur murka
Allah, yang disediakan tanpa campuran dalam cawan murka-Nya; dan ia akan disiksa dengan api
dan belerang di depan mata malaikat-malaikat kudus dan di depan mata Anak Domba. Maka asap
api yang menyiksa mereka itu naik ke atas sampai selama-lamanya, dan siang malam mereka tidak
henti-hentinya disiksa, yaitu mereka yang menyembah binatang serta patungnya itu, dan
barangsiapa yang telah menerima tanda namanya”. Jadi, neraka adalah satu-satunya tempat selain
surga untuk menghabiskan kekekalan, dengan kata lain, hanya ada dua tempat yang dituju setelah
kematian, yaitu surga atau neraka. Tidak ada pilihan alternatif! Saat ini keduanya masih merupakan
satu-satunya pilihan.

4. Neraka pada mulanya disediakan untuk Iblis dan malaikat-malaikat yang jatuh. Neraka pada
mulanya diciptakan bukan untuk manusia, tetapi merupakan tempat pembuangan dan hukuman
kekal bagi Iblis dan malaikat-malaikat pengikutnya yang bergabung dalam pemberontakan terhadap
Tuhan di surga. Yesaya 14:12 menyingkapkan rencana kudeta dan pemberontakan Iblis terhadap
Tuhan Sang Pencipta. Iblis memilih untuk menempatkan dirinya sebagai musuh Allah dalam
pemberontakannya melawan Allah.

Bagaimana mungkin mahluk ciptaan dapat melawan PenciptaNya? Buktinya, Iblis dan malaikat-
malaikat yang menjadi setan-setan gagal dalam pemberontakan melawan Tuhan. Sebagai
konsekuensinya, maka Allah menyediakan suatu tempat hukuman yang akan mengingatkan mereka
selama-lamanya akan akibat dari pemberontakan rohani mereka. Alkitab mengatakan “Dan Ia akan
berkata juga kepada mereka yang di sebelah kiri-Nya: Enyahlah dari hadapan-Ku, hai kamu orang-
orang terkutuk, enyahlah ke dalam api yang kekal yang telah sedia untuk Iblis dan malaikat-
malaikatnya” (Matius 25:41).

Walau tujuan neraka diciptakan bukan untuk manusia, namun orang-orang yang memiliki pilihan
yang sama dengan Iblis akan menderita hukuman yang sama. Sebagaimana kita harus memilih
Kristus dan surga, orang-orang berdosa yang tidak mau bertobat juga akan masuk ke neraka atas
pilihannya sendiri bukan karena kebetulan.

5. Neraka adalah tempat siksaan dan penderitaan. Kengerian dari keberadaan neraka ini dijelasakan
oleh Alkitab sebagai berikut: Pertama, di neraka akan ada kesadaran dan ingatan. Dalam Lukas
16:19-21, si orang kaya segera tahu di mana ia berada. Juga ia ingat akan identitasnya dulu sewaktu
ia masih hidup di dunia, dan juga ingatan akan Lazarus, dan lima saudaranya yang lain. Kedua,
bagian terburuk dari neraka adalah bahwa di sana akan ada siksaan dan penderitaan. Orang kaya itu
berkata “saya menderita dalam nyala api ini” (Lukas 16:24) karena nyala api ini ia meresa dahaga
hebat yang tak terpuaskan. Selanjutnya, si orang kaya ini mendeskripsikan hades sebagai “tempat
siksaan ini” (Lukas 16:28; bandingkan Wahyu 14:10-11). Ketiga, bentuk kengerian lain di neraka
adalah adanya ulat (belatung) yang tidak akan mati dan api yang tak terpadamkan (Matius 13:41-
42; Markus 9:47-48). Keempat, di neraka akan ada kesengsaraan, amarah dan frustasi sebagaimana
diungkapkan dengan kalimat “Semuanya akan dicampakkan ke dalam dapur api; di sanalah akan
terdapat ratapan dan kertakan gigi” (Matius 13:42). Kelima, Alkitab mengajarkan adanya tingkat-
tingkat hukuman di neraka, berdasarkan banyaknya dan sifat dosa yang mereka lakukan dan
penolakan terhadap Tuhan dan karyaNya. (Matius 10:15; 11:21-23). Semua ini menggambarkan
betapa ngerinya neraka!

6. Neraka adalah tempat yang tertutup tanpa ada jalan keluar. Tidak ada yang dapat mengubah
nasib seseorang setelah kematian. Tidak ada seorangpun yang bisa kabur dari neraka, dengan alasan
apapun. Tidak ada purgatory, tidak ada kesempatan kedua, tidak ada keringanan hukuman karena
kelakuan baik, dan tidak ada kelulusan. Seperti kata pepatah “seperti kematian menemukan kita,
kekekalan menahan kita”. Neraka adalah kenyataan (kebenaran) yang terlambat dilihat. Begitu
seseorang melihat dan masuk kedalamnya setelah kematian jasmani, ia tidak akan dapat kembali
lagi. Alkitab mengajarkan kita kenyataan bahwa, yang terhilang tidak akan pernah pergi ke surga,
dan yang selamat tidak akan pernah pergi ke neraka (Matius 25:42: Bandingkan Lukas 16:26).

7. Neraka adalah terpisah dari Allah untuk selama-lamanya. Sebagaimana telah disebutkan di dalam
pemikiran dasar diatas, pada waktu Tuhan mencipta, semua yang diciptakannya itu baik, bahkan
sungguh amat baik (Kejadian 1:12,18,21,25,31). Tidak ada dosa, tidak ada kejahatan, tidak ada rasa
sakit, tidak ada kematian, dan tidak ada neraka. Salah satu hal baik yang diciptakan Tuhan adalah
bahwa mahkluk ciptaanNya memiliki kebebasan untuk memilih yang baik. Agar mereka benar-
benar memiliki pilihan, Allah harus mengijinkan sesuatu yang berbeda dengan yang baik supaya
bisa ada pilihan. Karena itu Allah mengijinkan para malaikat dan manusia untuk memilih yang baik
atau yang tidak baik (jahat). Manusia dan malaikat yang jatuh menggunakan pilihan bebas yang
diberikan Allah itu untuk memberontak terhadap Tuhan dan menginginkah hidup yang terpisah dari
Tuhan. Dengan kata lain sebagaimana yang ditegaskan oleh Norman I. Gleiser dan Jeff Y. Amanu
“Allah menciptkan fakta kebebasan, manusia melakukan tindakan bebas tersebut; ciptaan
membuatnya menjadi aktual”. Manusia bertanggung jawab terhadap apa yang dilakukannya (baca
Kejadian pasal 1-3). Satu-satunya tempat yang sudah Tuhan sediakan untuk pilihan manusia yang
ingin terpisah dari Dia adalah neraka, yaitu tempat terpisah dari Allah selama-lanmanya. Ini adalah
tindakan keadilan dari Allah yang penuh kasih.

Pertanyaannya: siapakah yang akan masuk neraka atau gehenna? Alkitab menyebutkan berikut ini
urut-urutan mereka yang akan dilemparkan ke dalam gehenna, yaitu: Binatang dan Nabi Palsu
(Wahyu 19:20); Iblis (Wahyu 20:10); Maut dan Kerajaan Maut (Wahyu 20:14); Orang-orang fasik
yang namanya tidak tercatat dalam Kitab Kehidupan (Wahyu 20:15), yaitu orang berdosa dalam 8
kategori umum dalam Wahyu 21:8 “Tetapi orang-orang penakut, orang-orang yang tidak percaya,
orang-orang keji, orang-orang pembunuh, orang-orang sundal, tukang-tukang sihir, penyembah-
penyembah berhala dan semua pendusta, mereka akan mendapat bagian mereka di dalam lautan
yang menyala-nyala oleh api dan belerang; inilah kematian yang kedua”.

EPILOG

Berdasarkan penjelasan-penjelasan di atas dapat ditarik kesimpulan dan diberikan saran sebagai
berikut:

Pertama, pemikiran dasar dan fakta-fakta Alkitab di atas menegaskan kepada kita bahwa
sesungguhnya tidak ada alasan bagi seseorang untuk menyalahkan Tuhan sebagai pribadi yang
kejam, tidak adil, apalagi jahat. Lee Strobel mengatakan ”Neraka bukanlah tempat di mana orang-
orang ditempatkan karena mereka orang-orang bodoh, tetapi karena mereka tidak mau
mempercayai hal-hal yang benar. Mereka ditempatkan disana karena, pertama dan terutama
menentang Pencipta mereka.... ingin menjadi pusat dari alam semesta, dan yang bersikeras
mempertahankan sikap memberontak dan menentang Allah.

Kedua, Tuhan menghadapkan kepada manusia dua macam kekekalan yaitu surga atau neraka.
Demikian pula ada dua pribadi yang disembah oleh manusia yaitu Yesus Kristus atau iblis. Tidak
ada alternatif, tempat netral atau pilihan ketiga. Setiap orang harus memilih salah satu, Kristus atau
iblis, surga atau neraka. Jikalau seseorang memilih Kristus maka pasti ia akan masuk surga, Karena
Yesus berkata “Akulah jalan, dan kebenaran, dan hidup, tidak seorangpun sampai kepada Bapa
jikalau tidak melalui Aku” (Yohanes 14:6-7) Dan lagi “Siapa yang percaya dan dibaptis akan
diselamatkan, tetapi siapa yang tidak percaya akan dihukum” (Markus 16:15-16). Jika seseorang
memilih Iblis maka pasti ia akan masuk neraka. Setiap orang yang menolak Tuhan Yesus Kristus
berarti memilih iblis, entah disadarinya atau tidak.

Ketiga, kita tidak dapat memprediksi kapan kita mati. Masalah kematian merupakan misteri yang
penuh dengan berbagai teka-teki yang membingungkan. Tidak ada seorangpun yang tahu kapan
kematian itu akan datang menjemputnya. Tidak ada seorang pun yang tahu pasti berapa panjang
usianya di dunia ini. Bila kita melakukan riset singkat ke kuburan, dan mencatat usia mereka yang
meniggal, pastilah kita akan menemukan berbagai jenis usia, mulai dari bayi, anak kecil, remaja,
pemuda, dewasa, dan orang tua yang usianya mungkin mencapai 100 tahun sesungguhnya kita tidak
bisa mengukur atau menebak berapa usia seseorang. Statistik dunia memberitahukan kita bahwa
setiap dua setengah detik, ada seorang manusia yang meninggal dunia. Sekali lagi, semua fakta
memberikan kita teka-teki tentang misteri kematian, sekaligus memberikan tanda peringatan agar
kita bersiap-siap menghadapi kematian bila datang menjemput. Pilihan-pilihan dalam hidup kita
sekarang ini akan menentukan kemana kita akan pergi setelah kematian.

Keempat, ajaran tentang neraka ini seharusnya mendorong kita untuk lebih meyakinkan orang
supaya datang kepada Kristus Sang Juruselamat untuk menerima hidup kekal. Kematian Kristus
adalah untuk kebaikan umat manusia dan Allah tidak membatasi siapapun dalam penyediaan
kematianNya. Merupakan belas kasih Tuhan agar semua orang diselamatkan (2 Petrus 2:9). Dalam
penyediaanNya, Allah memberikan kesempatan yang sama untuk semua manusia (Yohanes 3:16;
Roma 10:34; 2 Kor 5:15; 1 Timotius 2:4; Ibrani 2:9). Tuhan telah menyediakan keselamatan untuk
semua orang dan Roh Kudus meyakinkan manusia agar menerima keselamatan. Walaupun
demikian, Alkitab juga mengajarkan bahwa tidak semua orang akan diselamatkan. Hal ini terjadi
karena penolakan dan ketidakpercayaan kepada Kristus (Yohanes 5:10; 2 Korintus 5:18-20; Titus
2:11).

Jelaslah bahwa keputusan untuk menerima atau menolak Kristus adalah tanggung jawab manusia.
Menolak Kristus berarti tidak diselamatkan. Jadi apabila seseorang tidak menerima keselamatan,
dalam hal ini Allah tidak dapat dipersalahkan. Persediaan keselamatan cukup untuk semua manusia.
Sebagimana mana yang ditegaskan oleh Kevin J. Conner “Allah tidak meluputkan seorang pun
dalam penentuan belas kasihanNya. Allah tidak ingin semua orang binasa. Tidak seorang pun akan
dilemparkan ke neraka karena kristus tidak mati bagi mereka, tetapi karena mereka menolak
tawaran Allah akan keselamatan di dalam Kristus”.

Menurut ajaran Kristen

Kata “neraka” juga terdapat dalam banyak terjemahan Alkitab. Ayat-ayat yang sama dalam
terjemahan-terjemahan lain menyebutkan “kubur”, “dunia orang mati”, dan sebagainya. Alkitab-
Alkitab lain hanya mentransliterasikan kata-kata bahasa asli yang kadang-kadang diterjemahkan
“neraka”; Dalam bahasa Ibrani, neraka diistilahkan sebagai "She’ohl" (syeol) dan dalam bahasa
Yunani “Hai’des” (hades) sebagai kuburan umum dari umat manusia yang mati; Dalam bahasa
Yunani "He’en-na" (gehenna) dan digunakan sebagai lambang dari kebinasaan kekal.

Dalam agama Kristen, Neraka terbagi dalam 3 tingkat, yaitu:

 Syeol/Hades

Adalah tempat atau bagian dari neraka yang paling atas atau sama dengan tempat penantian. namun
di dalam tempat penantian itupun banyak jiwa yang tidak luput dari pandangan para utusan neraka.

 Gehenna/Neraka

Adalah tempat atau bagian tengah dari neraka. Siksaan di bagian ini lebih kejam daripada di hades.
 Jurang yang tak berdasar.

Adalah bagian neraka yang paling dalam. Di tempat ini terdapat lautan api dan belerang di mana
para jiwa yang berdosa direndam dalam lautan itu. Di tempat itu pula Allah memenjarakan Sang
Naga atau Iblis yang akan dilepaskan pada masa tujuh tahun penderitaan.

Menurut ajaran Yahudi

Menurut dalam agama Yahudi terdapat beberapa tafsiran menurut masing-masing sektenya terkait
kematian. Ada beberapa sekte terkenal dalam agama Yahudi tradisional, yaitu : Sekte orang-orang
Farisi, Sekte orang-orang Saduki dan Sekte orang-orang Nasrani. Namun kesemuanya percaya dan
meyakini bahwa "Neraka" adalah hukuman bagi setiap manusia yang tidak melakukan hukum dan
aturan yang dibuat oleh Musa yang mereka sebut "hukum Taurat".

 Sekte Farisi

Sekte Farisi dan Nasrani-Yudaisme meyakini bahwa orang-orang yang sudah mati akan
dibangkitkan terutama pada saat kedatangan "Mesias" di akhir zaman, sedangkan Sekte Saduki
tidak meyakini adanya kebangkitan orang mati, dengan demikian kematian seseorang menjadi jalan
akhir baginya, dimana setelah mati, orang-orang baik akan langsung masuk surga sedangkan orang-
orang jahat akan langsung mendapatkan hukuman di Neraka.

 Kepercayaan Yahudi

Dari seluruh agama di dunia, hanya satu agama yang menyatakan bahwa para penganutnya tidak
akan menyentuh Neraka, yaitu agama Yahudi. Salah satu alasan mendasar adalah para pengikut
agama Yahudi menganggap dirinya benar dengan melakukan seluruh hukum Taurat Musa. Dengan
menaati dan melaksanakan semua ajaran dan aturan Musa, maka mereka akan terbebas dari Neraka.
Status penganut agama Yahudi secara jasmani sebagai anak-anak Abraham telah memberikan
jaminan bagi mereka untuk tidak menyentuh Neraka atau penyiksaan/hukuman kekal.

 Menurut kitab

Agama Yahudi tidak menyebut secara khusus mengenai seluk beluk “Neraka” (Ulangan 32:22;
Yesaya 33:14 dan Maleakhi 4:3). Namun, penggambaran dunia orang mati dengan adanya api
tampaknya terpengaruh oleh mitologi Mesir dan Yunani. Mitologi Babilonia mengenal adanya
“Arallû” (Tanah Terakhir ; Land of No-Return) yang dalam teks Ibrani disebut She’ol atau Hades
(Unseen Land) dalam teks Yunani; Konsep penghakiman muncul dari mitologi Mesir bahwa tiap
jiwa akan dihakimi oleh hakim di Du’at (Dunia Lain). Bahkan Plato menyebut tiga hakim : Minos,
Aeacus, dan Rhadamanthusyang menghakimi orang mati di Hades.

 Pseudopigrafa/Penulis kitab

Dalam teks-teks pseudopigrafa yang muncul dari periode Hellenis (Enokh, 2 Esdras, dan Naskah
Aturan Laut Mati) terdapat pengaruh mitos Iran tentang aya khshusta. Dalam mitos ini, neraka
(gehenna) adalah Bukit Hinom, tempat dibinasakannya anak-anak dengan api oleh Molokh (2 Raja-
raja 23:10 dan Yeremia 7:31 & 32:35).
 Janji Tuhan

Penganut agama Yahudi menantikan janji TUHAN yang akan menyelamatkan mereka melalui
datangnya Mesias atau Juruselamat, sehingga sampai saat ini (sekarang), para penganut agama
Yahudi masih menunggu kedatangan Mesias yang dijanjikan. Neraka biasanya digambarkan
sebagai suatu tempat yang terletak jauh di bawah bumi sebagai tempat penyiksaan yang sangat
mengerikan, dan hanya ditujukan bagi orang-orang diluar penganut agama Yahudi.

Turunnya Kristus ke neraka

Dalam teologi Kristen, peristiwa turunnya Kristus ke neraka (bahasa Latin: Descensus Christi ad
Inferos) atau peristiwa Geger Neraka adalah peristiwa lawatan mulia Kristus ke neraka yang
berlangsung pada selang waktu antara wafat dan kebangkitan-Nya. Pada selang waktu tersebut,
Kristus diyakini turun ke neraka, membawa anugerah keselamatan bagi semua arwah orang sadik
yang wafat mendahului-Nya semenjak manusia diciptakan. Umat Kristen di Indonesia sekarang ini
lazimnya menerjemahkan kata "Hades" atau "Inferos" dalam Syahadat Para Rasul menjadi "Tempat
Penantian" (Kristen Katolik) atau "Alam Maut" (Kristen Protestan). Sejumlah teolog Kristen
menggunakan istilah Syeol atau Limbo sebagai sebutan bagi neraka yang didatangi Yesus, guna
membedakannya dari neraka tempat arwah orang-orang yang dilaknat.

Keyakinan mengenai peristiwa Geger Neraka diungkapkan dalam Syahadat Para Rasul dan
Syahadat Atanasius (Quicumque Vult) dengan pernyataan bahwa Yesus Kristus "turun ke neraka".
Turunnya Kristus ke neraka tersirat dalam nas Alkitab Perjanjian Baru (1 Petrus 3:19-20) yang
menyatakan bahwa Yesus "pergi memberitakan Injil kepada roh-roh yang di dalam penjara"
(Menurut Katekismus Gereja Katolik, nas Efesus 4:9, yang menyatakan bahwa Kristus "telah turun
ke bagian bumi yang paling bawah", juga mendukung keyakinan mengenai peristiwa Geger
Neraka). Langkanya ayat-ayat semacam ini dalam Alkitab telah menimbulkan kontroversi dan
bermacam-macam tafsir.

Dalam seni rupa Kristen, tema Geger Neraka dikenal pula dengan sebutan Anastasis (kata Yunani
yang berarti "kebangkitan"). Seni rupa bertema Anastasis adalah hasil reka cipta budaya Bizantin
dan pertama kali muncul di Gereja Barat pada permulaan abad ke-8.

Kata "geger" digunakan sebagai padanan untuk kata Inggris "harrow", dari kata "hergian" dalam
bahasa Inggris Kuno yang berarti serbu atau rayah. Kata ini muncul dalam naskah khotbah. Istilah
Geger Neraka bukan sekadar mengacu pada gagasan mengenai turunnya Kristus ke neraka,
sebagaimana yang dinyatakan dalam syahadat Kristen, melainkan juga mengacu pada tradisi-tradisi
yang berkembang di kemudian hari, yakni keyakinan bahwa Yesus berjaya menundukkan inferos,
melepaskan tawanan-tawanan dari neraka, teristimewa Adam dan Hawa serta semua laki-laki dan
perempuan budiman dari zaman Perjanjian Lama.

Sumber-sumber rujukan

Alkitab

Dalam mitologi Klasik, Hades adalah alam bawah yang dihuni oleh jiwa-jiwa orang yang sudah
wafat, dan diperintah oleh Dewa Pluto. Alkitab Perjanjian Baru menggunakan istilah "Hades"
sebagai sebutan bagi alam barzah. Di beberapa bagian dari Alkitab Perjanjian Baru, istilah ini
tampaknya bermakna suatu lingkungan yang netral, tempat orang-orang mati menanti-nantikan
saatnya Yesus wafat, dimakamkan, dan bangkit kembali. Sejumlah ayat Alkitab Perjanjian Baru
diyakini menyiratkan bahwa Kristus turun ke alam barzah ini untuk membawa orang-orang sadik ke
surga. Ayat-ayat Alkitab Perjanjian Baru lainnya menyiratkan bahwa Hades adalah tempat
penyiksaan orang-orang fasik, sehingga menimbulkan dugaan bahwa Hades terdiri atas dua bagian
yang berlainan.

Dalam Alkitab Perjanjian Baru versi Terjemahan Baru dari Lembaga Alkitab Indonesia, ada 11 ayat
yang mengacu pada "Hades", yakni:

 Matius 11:23: "Dan engkau Kapernaum, apakah engkau akan dinaikkan sampai ke langit?
Tidak, engkau akan diturunkan sampai ke dunia orang mati! Karena jika di Sodom terjadi
mujizat-mujizat yang telah terjadi di tengah-tengah kamu, kota itu tentu masih berdiri
sampai hari ini."
 Matius 12:40: "Sebab seperti Yunus tinggal di dalam perut ikan tiga hari tiga malam,
demikian juga Anak Manusia akan tinggal di dalam rahim bumi tiga hari tiga malam."
 Matius 16:18: "Dan Akupun berkata kepadamu: Engkau adalah Petrus dan di atas batu
karang ini Aku akan mendirikan jemaat-Ku dan alam maut tidak akan menguasainya"
 Lukas 10:15: "Dan engkau Kapernaum, apakah engkau akan dinaikkan sampai ke langit?
Tidak, engkau akan diturunkan sampai ke dunia orang mati!"
 Lukas 16:23: "Orang kaya itu juga mati, lalu dikubur. Dan sementara ia menderita sengsara
di alam maut ia memandang ke atas, dan dari jauh dilihatnya Abraham, dan Lazarus duduk
di pangkuannya." (Lihat artikel Pangkuan Abraham)
 Kisah Para Rasul 2:27: "sebab Engkau tidak menyerahkan aku kepada dunia orang mati,
dan tidak membiarkan Orang Kudus-Mu melihat kebinasaan."
 Kisah Para Rasul 2:31: "Karena itu ia telah melihat ke depan dan telah berbicara tentang
kebangkitan Mesias, ketika ia mengatakan, bahwa Dia tidak ditinggalkan di dalam dunia
orang mati, dan bahwa daging-Nya tidak mengalami kebinasaan."
 1 Korintus 15:55: "Hai maut di manakah kemenanganmu? Hai maut, di manakah
sengatmu?"
 Wahyu 1:18: "dan Yang Hidup. Aku telah mati, namun lihatlah, Aku hidup, sampai selama-
lamanya dan Aku memegang segala kunci maut dan kerajaan maut."
 Wahyu 6:8: "Dan aku melihat: sesungguhnya, ada seekor kuda hijau kuning dan orang yang
menungganginya bernama Maut dan kerajaan maut mengikutinya. Dan kepada mereka
diberikan kuasa atas seperempat dari bumi untuk membunuh dengan pedang, dan dengan
kelaparan dan sampar, dan dengan binatang-binatang buas yang di bumi."
 Wahyu 20:13: "Maka laut menyerahkan orang-orang mati yang ada di dalamnya, dan maut
dan kerajaan maut menyerahkan orang-orang mati yang ada di dalamnya, dan mereka
dihakimi masing-masing menurut perbuatannya."
 Wahyu 20:14: "Lalu maut dan kerajaan maut itu dilemparkanlah ke dalam lautan api.
Itulah kematian yang kedua: lautan api."

Ayat-ayat yang mendukung ajaran tentang Hades namun tanpa kata "hades"

Meskipun ayat-ayat berikut ini tidak memuat kata "hades", namun para teolog menyimpulkan
bahwa istilah-istilah yang digunakan di dalamnya memiliki makna yang sama:
 1 Petrus 3:19–20: "... Ia pergi memberitakan Injil kepada roh-roh yang di dalam penjara,
yaitu kepada roh-roh mereka yang dahulu pada waktu Nuh tidak taat kepada Allah, ketika
Allah tetap menanti dengan sabar waktu Nuh sedang mempersiapkan bahteranya, di mana
hanya sedikit, yaitu delapan orang, yang diselamatkan oleh air bah itu."

 1 Petrus 4:6: "Itulah sebabnya maka Injil telah diberitakan juga kepada orang-orang mati,
supaya mereka, sama seperti semua manusia, dihakimi secara badani; tetapi oleh roh dapat
hidup menurut kehendak Allah."

 Efesus 4:7–10: (ayat ke-7) "Tetapi kepada kita masing-masing telah dianugerahkan kasih
karunia menurut ukuran pemberian Kristus.(ayat ke-8) Itulah sebabnya kata nas: "Tatkala Ia
naik ke tempat tinggi, Ia membawa tawanan-tawanan; Ia memberikan pemberian-pemberian
kepada manusia." (ayat ke-9) Bukankah "Ia telah naik" berarti, bahwa Ia juga telah turun ke
bagian bumi yang paling bawah? (ayat ke-10) Ia yang telah turun, Ia juga yang telah naik
jauh lebih tinggi daripada semua langit, untuk memenuhkan segala sesuatu."

Ayat ke-8 di atas adalah saduran ringkas dari Mazmur 68:18 dengan perubahan sudut
pandang: "Engkau telah naik ke tempat tinggi, telah membawa tawanan-tawanan; Engkau
telah menerima persembahan-persembahan di antara manusia, bahkan dari pemberontak-
pemberontak untuk diam di sana, ya TUHAN Allah." Ayat 9–10 dianggap sebagai tafsir
penjelas ayat sebelumnya. Kata "yang paling bawah" mirip dengan padanan bagi kata "alam
maut" dalam Syahadat Para Rasul versi Yunani " tempat yang paling rendah".

Frank Stagg mengemukakan dalam tulisannya bahwa keseluruhan nas Efesus 4:1-16
merupakan imbauan bagi sidang pembaca agar menyesuaikan kehidupan mereka sehingga
berpadanan dengan panggilan mereka yang mulia di dalam Kristus. Menurut Franks Stagg,
"berpadanan" berarti menjadi satu dan dewasa sebagai satu tubuh di mana mereka telah
menjadi anggotanya (vv. 4,12,16). Ia mengemukakan bahwa di dalam alinea panjang ini,
sasaran dari penebusan adalah pembangunan tubuh Kristus yang satu. Efesus 4:4-6
menjabarkan tujuh tingkat kesatuan umat Kristen, yakni "satu tubuh, dan satu Roh, ... satu
pengharapan ..., satu Tuhan, satu iman, satu baptisan, satu Allah dan Bapa dari semua, Allah
yang di atas semua dan oleh semua dan di dalam semua." Tanpa menyinggung peristiwa
"Geger Neraka", ia menulis bahwa "Kristus yang telah naik dalam ayat ini digambarkan
sebagai pribadi yang telah turun dan yang memberikan baik rasul-rasul maupun nabi-nabi,
baik pemberita-pemberita Injil maupun gembala-gembala dan pengajar-pengajar kepada
Gereja.

 Filipi 2:9-10: "Itulah sebabnya Allah sangat meninggikan Dia dan mengaruniakan kepada-
Nya nama di atas segala nama, supaya dalam nama Yesus bertekuk lutut segala yang ada di
langit dan yang ada di atas bumi dan yang ada di bawah bumi."

Ayat ini dapat pula mengacu pada kuasa Yesus mengalahkan Setan. Kalimatnya puitis
sehingga tidak harus bermakna bahwa Syeol terletak di bawah permukaan bumi.
 Roma 10:6-8 menyinggung tentang "turun ke jurang maut", dan dilawankan dengan "naik
ke sorga": "Tetapi kebenaran karena iman berkata demikian: 'Jangan katakan di dalam
hatimu: Siapakah akan naik ke sorga?', yaitu: untuk membawa Yesus turun, atau: 'Siapakah
akan turun ke jurang maut?', yaitu: untuk membawa Kristus naik dari antara orang mati.
Tetapi apakah katanya? Ini: 'Firman itu dekat kepadamu, yakni di dalam mulutmu dan di
dalam hatimu.' Itulah firman iman, yang kami beritakan."

Ayat ini berbicara tentang karya Kristus yang seorang diri telah merampungkan segala
langkah yang diperlukan, yakni turun ke jurang maut dan naik ke surga, menjadi paripurna
dan memadai bagi semua orang yang percaya kepada-Nya. Oleh karena itu keselamatan ini
dapat diterima melalui iman akan firman yang telah diwartakan, tanpa perlu usaha
perorangan untuk meraihnya bagi diri sendiri.

 Zakaria 9:11 berbicara tentang para tahanan dalam sebuah lubang yang tidak berair:
"Mengenai engkau, oleh karena darah perjanjian-Ku dengan engkau, Aku akan melepaskan
orang-orang tahananmu dari lobang yang tidak berair."

Orang-orang tahanan dalam ayat ini ditampilkan sebagai cerminan dari musuh-musuh
tawanan Yahweh dalam Mazmur 68:17–18: "Kereta-kereta Allah puluhan ribu, bahkan
beribu-ribu banyaknya; Tuhan telah datang dari Sinai, masuk ke tempat kudus! Engkau
telah naik ke tempat tinggi, telah membawa tawanan-tawanan; Engkau telah menerima
persembahan-persembahan di antara manusia, bahkan dari pemberontak-pemberontak untuk
diam di sana, ya TUHAN Allah."

 Yesaya 24:21-22 juga berbicara mengenai roh-roh di dalam penjara, mengingatkan pada
kata-kata Petrus tentang lawatan kepada arwah-arwah di dalam penjara: "Maka pada hari itu
TUHAN akan menghukum tentara langit di langit dan raja-raja bumi di atas bumi. Mereka
akan dikumpulkan bersama-sama, seperti tahanan dimasukkan dalam liang; mereka akan
dimasukkan dalam penjara dan akan dihukum sesudah waktu yang lama."

Gagasan mengenai akhirat

Menurut pandangan mengenai akhirat dalam Perjanjian Lama, semua orang, baik orang sadik
maupun orang fasik, akan turun ke Syeol bila wafat. Tidak ada tokoh Ibrani yang pernah turun ke
Syeol kemudian kembali lagi, meskipun ada riwayat dalam Perjanjian lama tentang penampakan
arwah Samuel yang belum lama wafat kepada Saul ketika dipanggil oleh perempuan tukang tenung
di Endor. Dalam sejumlah karya tulis dari zaman kenisah kedua konsep Syeol dijabarkan secara
lebih teperinci. Menurut karya-karya tulis ini, Syeol terbagi menjadi dua tempat penampungan
arwah; satu bagian diperuntukkan bagi arwah orang-orang sadik, dan satu bagian lagi
diperuntukkan bagi arwah orang-orang fasik.

Dalam Perjanjian Baru, Syeol, penampungan umum bagi arwah-arwah, dibedakan dari takdir abadi
yang menunggu arwah orang-orang terlaknat pada hari pengadilan terakhir, yakni tempat yang
disebut Gehena, kegelapan yang paling gelap, atau lautan api abadi.
Tafsir-tafsir mengenai doktrin ini

Katolik

Ada sebuah naskah homili kuno mengenai perstiwa turunnya Kristus ke Neraka yang tidak
diketahui jati diri pengarangnya. Homili ini lazimnya dijuduli Turunnya Tuhan ke Neraka, sama
dengan judul bacaan kedua dalam ibadat sabda pada hari Sabtu Suci di Gereja Katolik Roma.

Katekismus Gereja Katolik (KGK) menyatakan bahwa "dengan ungkapan 'Ia turun ke Neraka',
Syahadat Para Rasul mengakui bahwa Yesus sungguh-sungguh wafat, dan melalui wafat-Nya Ia
menaklukkan maut serta iblis 'yang berkuasa atas maut' (Ibrani 2:14). Dalam jiwa insani-Nya yang
bersatu dengan pribadi ilahi-Nya, Kristus yang telah wafat itu turun ke dunia orang mati. Ia
membukakan pintu-pintu surga bagi orang sadik yang telah wafat mendahului-Nya."

Kata "Neraka" berasal dari bahasa Sanskerta, नरक, naraka. Kata "Neraka" telah digantikan dengan
frasa "Alam Maut" sebagai padanan bagi kata Latin, infernus, infernum, inferi, dan kata Yunani,
ᾍδης, Hades, serta kata Ibrani, ‫שאול‬, Syeol, dalam terjemahan Alkitab dan Syahadat Para Rasul
(Syahadat Para Rasul versi Katolik menggunakan istilah "tempat penantian") ke dalam bahasa
Indonesia sebagai sebutan bagi tempat berdiam semua arwah, baik arwah orang-orang sadik
maupun arwah orang-orang fasik, kecuali atau sampai mereka diterima masuk ke surga . Alam
arwah inilah yang disebut dalam syahadat dengan kata "Neraka", "Tempat Penantian", dan "Alam
Maut", tempat Kristus turun setelah wafat di kayu salib. Wafat Kristus memungkinkan orang-orang
sadik yang telah wafat mendahului-Nya untuk masuk ke surga: "Inilah sesungguhnya arwah-arwah
suci yang menantikan Juru Selamat mereka di pangkuan Abraham dan yang dibebaskan oleh
Kristus Tuhan ketika Ia turun ke neraka (tempat penantian)" . Ajaran katekismus ini menggaungkan
kembali perkataan-perkataan dalam Katekismus Roma,

Ortodoks

Santo Yohanes Krisostomus dalam khotbah Paskahnya juga membahas tentang peristiwa Geger
Hades. Khotbah ini biasanya dibacakan dalam ibadat Tuguran Paskah, ibadat puncak dalam
perayaan Paskah di Gereja Ortodoks.

Dalam Gereja Ortodoks Timur, peristiwa Geger Hades diperingati setiap tahun pada hari Sabtu Suci
dalam perayaan Liturgi Suci Santo Basileios saat malam hari, sesuai dengan aturan Ritus Bizantin.
Pada awal Liturgi Suci, warna dari seluruh taplak penutup altar dan vestimentum yang dikenakan
para rohaniwan adalah warna dukacita masa Prapaskah (lazimnya warna ungu atau warna hitam).
Tepat sebelum pembacaan Injil, warna liturgi beralih ke warna putih, diakon melakukan pendupaan,
dan imam menebar daun-daun dafnah ke sekeliling gereja sebagai lambang hancurnya gerbang
neraka; ritual ini dilakukan untuk memperingati peristiwa Geger Hades yang berlangsung
menjelang kebangkitan Kristus.

Geger Hades jauh lebih umum dijumpai dan ditonjolkan dalam ikonografi Ortodoks dibanding
dalam tradisi Gereja Barat. Geger Hades merupakan ikon tradisional untuk perayaan Sabtu Suci,
dan digunakan selama masa Paskah dan pada setiap hari minggu sepanjang tahun.
Ikon Ortodoks tradisional yang menggambarkan peristiwa kebangkitan Yesus juga terilhami oleh
Kisah Pilatus. Ikon ini tidak sekadar menggambarkan keluarnya Yesus secara fisik dari dalam
makam, malah menampilkan realitas rohaniah dari capaian wafat dan kebangkitan Yesus
sebagaimana yang diyakini oleh umat Kristen Ortodoks.

Ikon ini menampilkan sosok Yesus, dalam jubah putih dan keemasan yang melambangkan kodrat
ilahi-Nya, berdiri di atas daun-daun pintu Hades (disebut pula "daun-daun pintu maut"), yang sudah
terlepas dari sendi-sendinya dan jatuh tergeletak membentuk sebuah salib, gambaran dari keyakinan
bahwa melalui wafat-Nya di kayu salib, Yesus "dengan mati-Nya telah menginjak-injak kematian"
Ia menggenggam tangan Adam dan Hawa, serta menarik keluar keduanya dari dalam hades.
Menurut tradisi, Yesus digambarkan bukan menggenggam tangan melainkan memapah siku
mereka, sebagai gambaran dari ajaran teologi bahwasanya umat manusia tidak mampu
mengentaskan diri sendiri dari dosa asal atau dosa pusaka, karena hanya dapat terentaskan oleh
kuasa (energia) Allah semata-mata. Yesus tampak dikelilingi oleh orang-orang sadik dari zaman
Perjanjian Lama (Abraham, Daud, dan lain-lain); Hades digambarkan sebagai sebuah jurang gelap
di sebelah bawah ikon, sering kali disertai gambar induk kunci dan rantai belenggu yang sudah
hancur dan berserakan di sekitarnya. Seringkali satu atau dua sosok digambarkan terbelenggu
dalam kegelapan, dan pada umumnya dianggap sebagai gambar perwujudan Maut atau Iblis.

Lutheran

Dalam khotbahnya di Torgau pada 1533, Martin Luther menegaskan bahwa Kristus benar-benar
turun ke neraka.

Rumusan Kesepahaman (salah satu rumusan pengakuan iman Lutheran) menyatakan bahwa, "kami
percaya bahwasa bahwa keseluruhan pribadi Kristus, ilahi maupun insani, turun ke alam maut
setelah dimakamkan, mengalahkan iblis, menghancurkan kuasa alam maut, dan melucuti segenap
kuasa yang dimiliki iblis. Berbagai upaya dilakukan sepeninggal Martin Luther untuk menyusun
secara sistematis ajaran teologinya mengenai turunnya Kristus ke alam maut, apakah Kristus turun
dalam keadaan jaya ataukah dalam keadaan hina. Meskipun demikian, bagi Martin Luther,
kekalahan atau "kehinaan" Kristus tidak pernah sepenuhnya dapat dipisahkan dari kemuliaan-Nya
yang jaya. Sebagian pihak berpendapat bahwa sengsara Kristus berakhir secara paripurna ketika Ia
mengucapkan kalimat "sudah selesai" dari atas salib. Ketika didesak untuk menguraikan
pendapatnya mengenai apakah Kristus turun ke alam maut dalam kehinaan ataukah dalam kejayaan,
Martin Luther sendiri menjawab bahwa "cukup khotbahkan saja pasal ini kepada umat awam
karena mereka sudah mempelajarinya pada masa lalu melalui kaca-kaca patri dan sumber-sumber
lain."

Kalvinis

Yohanes Kalvin mengungkapkan keprihatinannya melihat banyak umat Kristen "tidak pernah
sungguh-sungguh menginsyafi makna ditebus dari penghakiman Allah. Akan tetapi inilah hikmat
kita: sudah sepatutnya diinsyafi betapa mahalnya keselamatan kita sampai-sampai harus ditebus
dengan nyawa Putra Allah." Yohanes Kalvin menyimpulkan bahwa "Kristus memang perlu turun
ke neraka demi atonement umat Kristen, karena Kristus sungguh-sungguh menanggung hukuman
atas dosa-dosa yang telah diperbuat oleh orang-orang yang ditebus.Yohanes Kalvin menentang
keras pendapat yang mengatakan bahwa Kristus turun ke neraka guna membebaskan para tawanan,
dan justru berpendapat bahwa Kristus turun ke neraka guna menggenapi seluruh penderitaan yang
harus Ia tanggung .

Menurut tafsiran gereja Kalvinis, frasa "Ia turun ke neraka" mengacu pada derita dan hinaan yang
ditanggung Kristus menjelang wafat, dan bahwasanya penghinaan ini memiliki dimensi rohani
sebagai bagian dari ganjaran Allah atas dosa yang ditanggung Kristus demi menebus umat Kristen.
Doktrin tentang penghinaan Kristus ini juga dimaksudkan untuk meyakinkan orang-orang percaya
bahwa Kristus telah menebus mereka dari rasa sakit dan sengsara yang merupakan ganjaran Allah
atas dosa.

Mormon

Peristiwa Geger Neraka telah menjadi suatu doktrin yang unik dan penting di kalangan umat Gereja
Yesus Kristus dari Orang-Orang Suci Zaman Akhir (gereja Mormon) sejak gereja ini didirikan pada
1830 oleh Joseph Smith, meskipun umat gereja Mormon menyebutnya dengan istilah lain, misalnya
"lawatan Kristus ke dunia arwah". Sebagaimana para mufasir Kristen membedakan Syeol dari
Gehena, gereja Mormon juga membedakan alam barzah ("dunia arwah") dari tempat (atau keadaan)
arwah orang-orang fasik ("penjara arwah"). Tempat atau keadaan arwah orang-orang sadik sering
kali disebut "firdaus".

Mungkin aspek yang paling menonjol dari keyakinan-keyakinan gereja Mormon terkait peristiwa
Geger Neraka adalah pandangannya mengenai maksud dari peristiwa ini, baik bagi orang sadik
maupun bagi orang fasik. Joseph F. Smith, presiden ke-6 gereja Mormon, menjelaskan bahwa
ketika Kristus wafat, "arwah orang-orang sadik yang tak terbilang banyaknya berhimpun di satu
tempat, ... bersukacita bersama-sama karena hari pembebasan mereka sudah dekat. Mereka
berhimpun sambil menanti-nantikan kedatangan Putra Allah ke dunia arwah, untuk memaklumkan
penebusan mereka dari belenggu maut." Penjelasan J. F. Smith ini sekarang dianggap sebagai
wahyu . Dalam pandangan gereja Mormon, selain untuk mempermaklumkan kebebasan dari
kematian jasmaniah kepada orang-orang sadik, Kristus memiliki maksud lain terkait dengan orang-
orang fasik dengan turun ke neraka. "Tuhan bukannya pergi secara pribadi ke tengah-tengah orang
fasik dan pemberontak yang telah menolak kebenaran guna mengajari mereka; melainkan lihatlah,
dari antara orang-orang sadik, Ia mengatur bala tentara-Nya…dan mengutus mereka untuk maju
membawa cahaya Injil kepada orang-orang yang berdiam di dalam kegelapan, bahkan kepada
seluruh arwah; dan demikianlah Injil diberitakan kepada orang-orang mati ... kepada orang-orang
yang mati dalam dosanya, tanpa mengenal kebenaran, atau dalam pelanggaran, karena menolak
para nabi" . Dari sudut pandang gereja Mormon, penyelamatan arwah-arwah bukanlah satu
peristiwa tunggal melainkan suatu proses berkelanjutan yang masih terus berjalan . Konsep ini
selaras dengan doktrin baptisan bagi orang mati, yang didasarkan atas keyakinan gereja Mormon
bahwa arwah orang-orang yang memilih untuk menerima Injil di dunia arwah tetap wajib menerima
ordinansi yang menyelamatkan untuk dapat berdiam di Kerajaan Allah (Mark 16:16; John 3:5; 1
Peter 3:21). Baptisan dan ordinansi-ordinansi lain bagi orang-orang mati ini dilaksanakan di
kenisah-kenisah (gedung gereja) Mormon, dengan cara membaptis salah seorang anggota jemaat
sebagai pengganti atau mewakili orang-orang yang sudah wafat tanpa pernah dibaptis oleh orang
yang berwenang membaptis. Dengan demikian arwah-arwah yang telah diwakili menerima baptisan
ini memiliki peluang untuk menerima maupun menolak baptisan yang telah dilakukan bagi mereka.
Mortalisme Kristen

Pandangan-pandangan di atas bersesuaian dengan keyakinan Kristen tradisional akan kebakaan


jiwa. Pandangan mortalis tentang keadaan antara memerlukan suatu pandangan alternatif terhadap
Kisah Para Rasul 2:27 dan Kisah Para Rasul 2:31, dengan beranggapan bahwa istilah neraka dalam
Perjanjian Baru semakna dengan istilah hades dalam Septuaginta, dan dengan demikian semakna
pula dengan Syeol dalam Perjanjian Lama. William Tyndale dan Martin Bucer dari Strassburg
berpendapat bahwa hades dalam Kisah Para Rasul 2 hanyalah perumpamaan untuk liang kubur.
Tokoh-tokoh reformasi lainnya, Christopher Carlisle dan Walter Deloenus di London, menghendaki
agar kalimat turun ke alam maut dihilangkan dari syahadat. Geger Neraka merupakan salah satu
adegan utama dalam berbagai penggambaran tradisional riwayat hidup Kristus yang sengaja
dihindari oleh John Milton akibat dari pandangan-pandangan mortalis yang dianutnya. Tafsir-tafsir
mortalis atas pernyataan terkait keberadaan Kristus di hades dalam Kisah Para Rasul 2 juga dianut
oleh tokoh-tokoh Anglikan pada masa yang lebih kemudian, misalnya E. W. Bullinger.

Meskipun para penganut pandangan mortalis tentang jiwa manusia sependapat dalam permasalahan
"Geger Neraka" terkait arwah, bahwasanya tidak ada orang mati yang sadar sehingga dapat dilawat
oleh Kristus secara harfiah, pertanyaan mengenai apakah Kristus sendiri juga mati, tidak sadar,
menuai berbagai jawaban yang berlainan:

 Bagi sebagian besar umat Protestan yang menganut pandangan "keterlelapan arwah"
semisal Martin Luther, keadaan Kristus tidak sama dengan keadaan orang-orang mati, dan
meskipun jasad-Nya berada di hades, selaku pribadi kedua dari Tritunggal, Kristus berada
dalam keaadaan sadar di surga.
 Bagi kaum mortalis Kristen yang juga menganut paham antitritunggal, seperti kaum
Socinian dan kaum Kristadelfian, asas "orang mati tidak tahu apa-apa" juga berlaku bagi
Kristus selama tiga hari sebelum bangkit.

Apakah orang langsung menuju ke surga atau neraka setelah dia mati?

Tidak ada ayat yang menegaskan itu secara terus terang. Tetapi, ada ayat-ayat dari mana dapat
ditarik kesimpulan. Salah satunya adalah jaminan Kristus kepada pencuri yang disalibkan bersama-
Nya (Luk. 23:43), "Hari ini juga engkau akan ada bersama-sama dengan Aku di dalam Firdaus."
Yang lain adalah Perumpamaan tentang orang kaya dan Lazarus (Luk. 16:19-31), di mana si Kaya
digambarkan dalam keadaan tersiksa dan Lazarus ada di pangkuan Abraham, sementara lima
saudara dari si Kaya masih hidup di bumi. Perikop ketiga ialah Filipi 1:23, di mana Paulus
mengatakan sangat ingin meninggalkan dunia ini dan tinggal bersama Kristus. Ini menyatakan
secara tak langsung bahwa kematiannya akan memberinya kebahagiaan ini, tetapi dia memilih
untuk tetap tinggal dalam tubuh sebab dia dapat berbuat baik dalam dunia. Dari ayat-ayat ini dan
yang lain dapat disimpulkan bahwa tidak ada jarak waktu antara kematian dan keadaan kekal; tetapi
beberapa tokoh Kristen terkemuka dari masa kini dan masa lalu berpendapat bahwa ada jarak
waktu, apakah panjang atau pendek. Ada juga yang berpendapat bahwa itu berlangsung sampai saat
kebangkitan. Dalam Matius 22:31, 32; Markus 12:26, dan Lukas 20:37, 38, Kristus bersikeras
bahwa orang benar yang dikatakan "mati" adalah masih hidup. Penampakan Musa dan Elia dengan
Kristus pada waktu pemuliaan adalah demonstrasi nyata mengenai fakta ini. Bahkan di bagian awal
Alkitab (Kej. 5:24), ada pengertian tersirat bahwa Henokh terus bergaul dengan Allah dalam
kehidupan yang lain. Dan Ibrani 12:1, dengan memasukkan semua pahlawan iman yang diceritakan
dalam pasal 11, menyatakan bahwa mereka sekarang masih hidup dan dengan sadar menyaksikan
ketegangan orang-orang kudus yang masih ada di bumi. Banyak buku yang telah ditulis dan
membahas keadaan jiwa orang antara kematian dan kebangkitan. Orang Katolik mempunyai
doktrin api penyucian (purgatory), tetapi orang Kristen mula-mula tidak menganut keyakinan
seperti itu. Mereka percaya ada penghakiman langsung setelah orang mati dan kemudian
penghakiman akhir, dan bahwa dalam keadaan antara itu (bukan "tempat"), setiap jiwa dari orang
percaya akan mencicipi sebagian kecil dari sukacita besar yang akan datang. Beberapa ahli bukan
Katolik berpendapat bahwa setelah meninggalkan tubuh, maka jiwa tetap tidak aktif sampai
kebangkitan. Tetapi, ahli-ahli terbaik berpendapat bahwa nyawa tetap menyimpan kuasanya yang
aktif dan itu dipergunakan untuk suatu keadaan yang cocok dengan tingkatan perkembangan
rohaninya sampai terjadi perubahan yang terakhir. Menurut Dr. Tuck orang Ibrani menganggap
"dunia orang mati" (Hades),. tempat bagi orang yang sudah mati, terbagi atas dua bagian: satu
untuk orang yang baik, yang lain untuk orang fasik. "Dua-duanya adalah tempat bagi orang mati";
yang satu Firdaus, yang lain Gehenna. Menurut para teolog Yahudi, Firdaus adalah suatu keadaan
bahagia pada masa yang akan datang dengan tingkatan-tingkatan yang lebih rendah dan lebih
tinggi; namun demikian itu bukan tahap terakhir. Lihat juga II Korintus 12:4; I Petrus 3:19; II
Korintus 5:6-8. Di sisi lain, ada ayat-ayat yang dapat memberikan bentuk yang berbeda (lih. Ayb.
7:21; Dan. 12:2; I Kor. 15:51; I Tes. 4:14. Dalam ayat-ayat ini, kata "tidur" atau "mati" mungkin
menerangkan tubuh, bukan roh.

Gambaran Neraka Menurut Kristen – Serta Penderitaannya

Dalam setiap agama bisa ditemukan ajaran tentang arti dari neraka dan dalam Kristen, neraka bukan
menjadi suatu hal yang aneh atau asing. Umumnya kita sudah sangat mengerti tentang neraka
terutama bagi yang sering membaca Alkitab. Hal yang pasti, neraka merupakan tempat yang
memang nyata adanya dan bukan menjadi khayalan atau karangan. Neraka menjadi suatu hal yang
nyata bukan karena pernah ada seseorang yang mengunjungi neraka namun memang sudah tertulis
dalam Alkitab.

Dalam Alkitab khususnya pada Perjanjian Baru sering disebut tentang kenyataan dari neraka
khususnya dari pengajaran Tuhan Yesus sendiri dan ini menjadi bukti jika neraka menjadi salah
satu hal penting untuk iman kita orang Krsiten.

Gambaran Neraka Menurut Ajaran Kristen

Yesus sudah sangat tegas membicarakan tentang neraka yang sudah tertulis dalam Alkitab. Pada
Matius 25:41-46 tertulis jika Yesus mengajarkan 4 buah hal paling penting mengenai neraka yang
sudah selayaknya membuat kita menjadi takut dengan kekalnya hukuman tersebut sehingga lebih
membuat kita termotivasi untuk menjauhi hukuman neraka abadi tersebut.

Neraka Sebuah Tempat Terpisah Dari Tuhan

Gambaran neraka menurut Kristen di hari penghakiman, Yesus akan bersabda untuk semua orang
yang tidak melakukan pertobatan dan tidak percaya, “Enyalah dihadapanKu, hai kamu orang-orang
terkutuk (Mat.  24:41).” Ini juga diucapkan Yesus pada tempat lain dalam Alkitab dimana memiliki
maksud untuk memberikan penjelasan tentang keadaan penghakiman terakhir untuk orang yang
sudah menolak-Nya. Neraka yang terpisah dengan Tuhan memiliki arti terpisah dari semua dan dari
segala sesuatu yang baik. Sulit untuk kita dalam membayangkan bagaimana hidup tanpa kehadiran
Tuhan, sebab orang yang sudah sangat berdosa dan paling jahat di dunia pu masih mendapatkan
berkat serta anugrah dari Tuhan. Kita bisa bernafas dari udara yang sudah Tuhan ciptakan untuk
kita serta makan dan minum dari semua yang sudah Tuhan sediakan untuk kita.

Namun saat di neraka, maka semua kasih, anugrah dan juga berkat yang Tuhan berikan tidak akan
ada sedikit pun dan ini mungkin akan membuat mereka yang masuk ke dalam neraka akan sangat
merindukan kehadiran Tuhan yang sudah tidak mungkin untuk didapatkan lagi selamanya. Tetapi,
bukan berarti Tuhan tidak ikut campur mengenai neraka, sebab Tuhan juga akan selalu
mengendalikan dan mengaturnya [Mazmur 139:7-8].Terpisahnya manusia dari Tuhan di neraka bukan
berarti manusia bisa sesuka hati terbebas dari Tuhan, sebab manusia tetap harus menjalani hukuman
untuk semua dosa yang sudah diperbuat seperti yang sudah ditentukan Tuhan pada hari
penghakiman dan Tuhan sendiri akan tetap mengawasi hukuman atas manusia tersebut. Semua
orang di neraka akan terpisah dan tidak dapat berkomunikasi dengan Tuhan sekaligus tidak
mendapatkan kasih serta kebaikan yang Tuhan berikan.

Neraka Tempat Setan dan Malaikat Pemberontak

Yesus bersabda jika api neraka yang kekal sudah dipersiapkan untuk para iblis dan juga para
malaikat yang membangkang, [Matius 25:41]. Manusia diciptakan untuk Tuhan, sementara neraka
diciptakan untuk setan beserta pengikutnya. Akan tetapi manusia yang penuh dengan dosa dan tidak
percaya dengan Yesus sebagai Juru Selamat juga akan menjalani kehidupan abadi di neraka
bersama setan dan pengikutnya tersebut. Sungguh tragis jika banyak dari manusia yang bukanlah
pengikut setan selama hidup akan tetapi akan berakhir di tempat hukuman kekal bersama setan dan
pengikutnya.

Neraka Tempat Penghukuman

Yesus sudah menjelaskan jika neraka merupakan tempat api yang kekal [Matius 25:41] dan juga
penghukuman [Matius 25:46]. Neraka merupakan tempat pembalasan untuk keadilan dengan cara
membayar semua hukuman yang sudah pantas kita terima. Neraka merupakan tempat ulat dari
bangkai tidak akan mati dan juga api tidak akan padam [Markus 9:48]. Neraka menjadi tempat sumber
penderitaan [Lukas 16:28]. Yohanes juga mengatakan jika neraka merupakan tempat untuk mereka yang
tidak bertobat bersama dengan setan serta malaikatnya dan akan minum anggur dari murka-Nya
serta disiksa dengan api dan juga belerang di depat mata para malaikat kudus dan di depan mata
Anak Domba [Wahyu 14:10].

Asap api akan mulai menyiksa mereka dan naik sampai selamanya dan siang malam tidak akan
berhenti [Wahyu 14:11]. Hukuman haruslah setimpal dengan perbuatan, penyiksaan serta hukuman
neraka diperuntukan bagi semua kejahatan serta orang yang berdosa. Semua yang menolak
kebenaran Alkitab akan dipandang sebagai pengkhianat yang tidak sadar akan dosanya

Neraka Tempat Kekal

Meski tidak semua orang menyetujui tentang gambaran neraka menurut Kristen yang mempunyai
hukuman neraka yang abadi, namun Yesus memberi ketegasan dan Ia memakai sifat yang serupa
untuk menjelaskan secara bersama siksaan yakni neraka dan kehidupan yakni surga yang kekal.
Jika neraka bukan tempat yang kekal maka surga berarti juga bukan tempat yang kekal. Tuhan
adalah kekal dan tidak menerima dosa sekecil apa pun di dalam surga sehingga semua dosa adalah
melawan Ia yang kekal dan dosa harus dijatuhkan dengan hukuman yang juga bersifat kekal. Semua
orang yang masuk ke dalam neraka tidak lagi mendapat pertobatan dan pengampunan dan hukuman
tersebut akan terus berlangsung selama-lamanya.

Neraka Hukuman Menyakitkan

Pada Perjanjian Baru digunakan banyak istilah yang digunakan dalam neraka seperti dapur api,
tempat ratapan, menjalani hukuman kebinasaan selamanya, kertakan gigi, dijauhkan dari hadirat
Tuhan, api yang tak padam, lautan api serta belerang dan sebagainya. Hal-hal tersebut
menggambarkan jika neraka merupakan tempat yang sangat menyakitkan dan membuat sengsara,
neraka merupakan hukuman terberat dari semua hukuman yang pernah dirasakan manusia saat di
bumi. Tidak hanya karena intensitasnya, akan tetapi karena lama hukuman yang bersifat abadi.

Neraka Tempat Orang Yang Tidak Percaya Yesus

Meskipun neraka diciptakan untuk iblis serta pengikutnya, akan tetapi manusia juga akan masuk ke
neraka saat mereka tidak percaya dengan Tuhan Yesus dan hidup dalam dosa. Saat orang tidak
percaya akan diadili, maka mereka akan masuk ke dalam hukuman nerak untuk selamanya dan
mereka akan menyusul iblis ke neraka. Inilah penglihatan tentang neraka yang diberikan oleh
Tuhan Yesus pada salah satu rasul-Nya yakni Yohanes sehingga ajaran yang Tuhan Yesus berikan
beserta para rasul dan juga Perjanjian Lama berkonsep Yahudi juga menuliskan mengenai neraka
yang memang benar adanya.

Gambaran mengerikan mengenai neraka ini sudah selayaknya membuat kita lebih bersyukur sebab
sudah diberikan tawarna keselamatan oleh Tuhan kita Yesus Kristus di kayu salib, kita semua
sebenarnya harus masuk neraka, akan tetapi Yesus sudah menggantikan kita dengan menjalani
semua hukuman atas dosa yang sudah kita perbuat. Ini seharusnya membuat kita tersadar jika
neraka merupakan hukuman paling mengerikan dan sudah selayaknya kita semakin bergiat dalam
memberitakan Injil untuk semua orang yang belum terselamatkan.

Apakah Bunuh Diri Pasti Masuk Neraka?

Memimpin ibadah penghiburan atau pemakaman untuk anggota gereja yang meninggal dunia
karena bunuh diri menjadi salah satu momen yang sukar bagi para hamba Tuhan. Apa yang harus
dikatakan kepada keluarga yang ditinggalkan dalam situasi seperti ini? Masih adakah penghiburan
yang bisa diberikan kepada mereka? Kehilangan orang yang dicintai saja sudah berat, apalagi
jikalau kehilangan itu akibat bunuh diri.

Berbagai pertanyaan mungkin bermunculan, apalagi jikalau orang yang bunuh diri semasa
hidupnya terlihat rajin ke gereja, bahkan aktif melayani. Bagaimana nasib orang yang bunuh diri?
Apakah mereka pasti masuk neraka? 

Topik ini jelas sangat tidak mudah, baik secara intelektual (teologis) maupun pastoral (praktis). Ada
banyak aspek yang bersentuhan dan perlu dipertimbangkan. Bahkan para pemikir besar dalam
kekristenan berseberangan pandangan. 
Jadi, benarkah orang yang melakukan bunuh diri pasti masuk neraka? 

Sebagian orang Kristen mungkin akan menjawab secara afirmatif. Semua orang yang bunuh diri
pasti masuk neraka. Alasan yang diberikan ada Dua, tergantung posisi soteriologi (doktrin
keselamatan) yang dipegang. Yang meyakini keselamatan ditentukan oleh perbuatan baik
(golongan Arminian, Pelagian, dan sejenisnya) memandang bunuh diri sebagai dosa yang tidak
dapat diampuni, karena si pelaku tidak sempat meminta ampun. Dengan kata lain, mereka
mengakhiri hidupnya dengan dosa, karena itu tidak bisa masuk ke surga. Yang tidak memegang
pandangan Reformed meyakini bahwa orang yang sungguh-sungguh percaya kepada Tuhan Yesus
tidak akan kalah dengan pencobaan (1Kor. 10:13). Bunuh diri merupakan tanda bahwa si pelaku
belum bertobat dengan tulus.

Walaupun pandangan ini sangat populer, terutama di kalangan awam, perlu dikaji ulang. Topik ini
tidak sesederhana yang dipikirkan. Tidak ada dukungan Alkitab yang konklusif bagi pandangan ini.
Dalam banyak hal, jawaban terhadap isu ini sangat ditentukan oleh soteriologi yang dipegang.
Hal pertama yang harus dipertimbangkan adalah definisi. Sejauh mana suatu tindakan mengakhiri
hidup sendiri disebut bunuh diri. Sebagai contoh, kasus Simson di akhir hidupnya (Hak. 16:23-31).
Jika tindakan yang pasti merenggut nyawa Simson ini termasuk bunuh diri, paling tidak kita
menemukan satu kasus tentang orang beriman yang bisa mengakhiri hidupnya sendiri (dalam Ibrani
11:32 Simson  disandingkan dengan Gideon, Barak, Daud, Samuel, dan para nabi sebagai orang
yang beriman). Lebih menarik lagi, ketika penulis Kitab Hakim-hakim mengisahkan tindakan
heroik Simson tersebut, dia tampaknya memandang hal itu sebagai sesuatu yang positif (Hak.
16:30), walaupun hal itu mungkin tidak berkaitan dengan keselamatan rohani Simson.

Hal lain yang juga perlu dikaji ulang adalah asumsi di balik keyakinan pelaku bunuh diri pasti
masuk neraka. Mereka yang memegang pandangan ini pass umumnya beranggapan bahwa masuk
surga ditentukan oleh perbuatan seseorang di akhir hidupnya. Jika seseorang mati dalam keadaan
berdosa dan tidak sempat memohon ampun kepada Tuhan, orang itu tidak bisa masuk surga.
Asumsi seperti ini jelas keliru. Alkitab dengan jelas mengajarkan bahwa keselamatan adalah
anugerah Allah yang diterima melalui iman kepada Yesus Kristus (Ef. 2:8-9). Itu bukan hasil
perbuatan atau pekerjaan manusia. Perbuatan baik adalah buah, bukan syarat, keselamatan.

Bahkan seandainya kita beranggapan bahwa perbuatan terakhir menentukan keselamatan, hal itu
tetap problematis. Tidak ada satu orang pun yang mengakhiri hidupnya tanpa dosa. Tuntutan Allah
adalah kesempurnaan (Mat. 5:48; Gal. 3:10; Yak. 2:10). Di sepanjang sejarah manusia, hanya
Yesus Kristus yang hidup tanpa dosa sama sekali.

Anda mungkin juga menyukai