Anda di halaman 1dari 3

6.

7, Manifestasi 2

Definisi Trauma oklusi :

Trauma dari oklusi dikenal sebagai sebuah perubahan patologi yang terjadi
dalam jaringan periodontal, trauma oklusi sendiri dijelaskan sebagai sebuah kondisi terpisah dari
periodontitis. Periodontitis merupakan penyakit pada jaringan periodontal yang
mengakibatkan kehilangandan destruksi dari tulang alveolar ditandai dengan terbentuknya
poket periodontal. Penyebab utama terjadinya penyakit periodontal ialah iritasi bakteri.

Mekanisme/pathogenesis:

Secara klinis, pada umumnya tanda trauma oklusi terhadap jaringan periodontal adalah
peningkatan kegoyangan gigi. Pada tahap cedera terjadi destruksi serat periodontal yang
meningkatkan kegoyangan gigi. Pada tahap akhir, penyesuian jaringan periodontal terhadap
peningkatan daya menghasilkan pelebaran ligamen periodontal yang berperan penting terhadap
peningkatan kegoyangan gigi. Meskipun kegoyangan gigi lebih besar daripada kegoyangan gigi
normal, namun hal ini tidak bisa dianggap patologi karena keadaan ini merupakan suatu adaptasi
dan bukan proses penyakit. Namun jika keadaan menjadi lebih buruk secara progresif, maka
dinilai sebagai patologi. Penyebab lain peningkatan kegoyangan gigi adalah kehilangan tulang
yang parah, inflamasi pada daerah ligamen periodontal, periapikal, dan beberapa penyebab secara
sistemik (misalnya:diabetes mellitus). Destruksi sekitar tulang alveolar seperti terjadi pada
osteomielitis, atau tumor rahang, juga dapat meningkatkan kegoyangan gigi.

Prognosis:

Buruk, apabila jika trauma karena oklusi tidak dirawat dengan tepat pada pasien dengan
periodontitis kronis, dapat menyebabkan kehilangan tulang progresif dan perubahan yang
merugikan dalam prognosis serta dapat mengakibatkan hilangnya gigi trauma karena oklusi
berperan sebagai faktor risiko yang dapat memperparah kerusakan jaringan dan periodontitis.(
Mortazavi H, Safi Y, Rahmani S. Diagnostic features of common oral ulcusative lesions: an updated
decision tree. Int J Dent. 2016;14:(2):112-4)

Klasifikasi:

Trauma karena oklusi primer didiagnosis ketika gigi atau gigi dengan dukungan normal
menerima beban yang berlebihan, menghasilkan gejala kerenggangan atau ketidaknyamanan. Jadi
pada dasarnya, trauma karena oklusi primer terjadi pada gigi dengan struktur periodontal normal.

Trauma karena oklusi sekunder didiagnosis ketika gigi atau gigi yang telah kehilangan
dukungan periodontal menghasilkan gejala kerenggangan atau ketidaknyamanan ketika menerima
beban yang berlebihan atau beban yang normal.Beban yang normal adalah beban yang seharusnya
tidak menyebabkan gejala di atas apabila diberikan pada kondisi gigi dengan jaringan periodonsium
yang normal. Secara garis besar, trauma karena oklusi sekunder terjadi ketika tekanan oklusal
(normal atau berlebihan) terjadi pada gigi dengan struktur periodontal tidak kuat.(Fedi PF. Jaringan
Periodontal. In : Silabus Periodonti. 4th ed. Fedi PF, Vernino AR, Gray JL editors. Jakarta: EGC. 2004.
p.1-12)
Perawatan:

1.Menghilangkan etiologi/trauma

2.Menghilangkan kalkulus (scaling dan root planing)

3.Splint sementara atau permanenDilakukan jika telah terjadi mobilitas gigi dengan derajat
kegoyangan yang besar.

4.Occlusal adjustment: Adalah pengasahan kembali permukaan oklusal secara selektif dengan
tujuanmenetapkan suatu keadaan oklusi yang nontraumatik, stabil. Cara melakukan
oklusaladjustment ada 2 tahap yaitu, tahap pertama, melihat ada tidaknya trauma oklusi dan
tahapkedua adalah melaukan grinding trauma oklusi.

5.Restorasi gigi

6.terapi untuk TMJ Dilakukan jika pasien dengan trauma oklusi sudah mengalami TMD
(TemporoMandibular Disorder). Perawatan yang dilakukan yaitu:

a.Komunikasi, edukasi dengan pasien

b.Terapi fisik/perawatan sendiri :

o Kompres dengan air panas, selama 10-15 menit, ± 3 minggu


o Pemijatan sekitar sendi dengan metil salisilat
o Self Care- perubahan kebiasaan buruk
o Latihan membuka-menutup mulut
o Terapi obat; Analgesik

(Ustun K, Sari Z, Orucoglu H, Duran I & Hakki SS. Severe gingival recession cause by traumatic
occlusition and mucogingival stress: a case report. Eropean Journal of dentistry [serial online] April
2008 [cited 14 oktober 2013]; vol.2 : p127-32)

Komplikasi :

Trauma gigi yang mengenai pulpa maupun jaringan periodontal dapat menyebabkan
komplikasi terutama erat kaitannya dengan keparahan cedera. Kebanyakan komplikasi dapat
didiagnosis 6 minggu dan 8 bulan setelah cedera.5 Komplikasi yang ditemukan dapat berupa
hiperemi pulpa, pendarahan internal, maupun perubahan warna gigi.5,13 Trauma yang mengenai
pulpa dapat menyebabkan hiperemi pulpa. Tersendatnya aliran darah pada ruang pulpa dalam
waktu singkat akibat cedera dapat ditemukan pada saat pemeriksaan klinis. Jika cahaya diarahkan ke
permukaan labial gigi yang terkena cedera dan permukaan lingual dilihat dengan cermin, bagian
koronal gigi yang cedera akan tampak kemerahan dibandingkan gigi lainnya. (Lindhe J, Nyman S,
Ericsson I. Trauma from occlusion. In : Clinical periodontology and implant dentistry. 4th ed. Lindhe J,
Nyman S, Ericsson I editors. Oxford: Blackwell Munksgaard. 2003. p.352-365.)
Diagnosis Banding:

Sebagai diagnosis banding kasus ini ialah stomatitis aphtosa rekuren (SAR)

Diagnosis banding lainnya ialah Behcet’s syndrome yang mempunyai manifestasi klinis berupa
adanya lesi ulkus pada 3 daerah yaitu daerah mata, rongga mulut, dan kelamin. Lesi ulkus pada
rongga mulut merupakan lesi yang paling sering dijumpai.

(Amtha R, Marcia AIA. Plester sariawan efektif dalam mempercepat penyembuhan stomatitis aftosa
rekuren dan ulkus traumatikus. Majalah Kedokteran Gigi Indonesia. 2017;3(2):17-9)

Anda mungkin juga menyukai