Anda di halaman 1dari 12

Vivi Sevita, Hokcu Suhanda, Zackiyah J.Si. Tek.

Kim

Pengembangan Metode Penentuan KadarNatrium Benzoat Secara


Spektrofotometri UV dalam Jamur Kancing
Kemasan Plastik
Vivi Sevita, Hokcu Suhanda, Zackiyah
Program Studi Kimia, Jurusan Pendidikan Kimia Fakultas Pendidikan
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Pendidikan
Indonesia
ABSTRAK
Penentuan kadar natrium benzoat menurut Association of Official Analytical Chemist (AOAC)
960.38 dan 980.17 dilakukan secara spektofotometri UV. Pada kedua prosedur, konsentrasi
natrium benzoat ditentukan berdasarkan pengukuran asam benzoat yang dikali dengan faktor
konversi (1,18). Tahap pembuatan deret standar asam benzoat pada AOAC 980.17 dan isolasi
asam benzoat dalam sampel pada AOAC 960.38 rumit dan membutuhkan banyak pereaksi
sehingga dilakukan modifikasi metode pada penelitian ini. Pengembangan dilakukan melalui
pembuatan deret standar untuk kurva kalibrasi sesuai AOAC 960.38 dengan mengganti pelarut
dietil eter menjadi kloroform, sedangkan isolasi dilakukan sesuai AOAC 980.17 dengan
mengganti pelarut petroleum eter menjadi kloroform. Dilakukan uji validasi menggunakan
standar asam benzoat dan sampel jamur kancing kemasan plastik yang mengandung natrium
benzoat. Hasil uji validasi menunjukkan linieritas (r) = 0,9997 dengan persamaan regresi
y=0,0077 + 0,0030 pada konsentrasi 30 – 100 ppm; batas deteksi sebesar 2,5791 ppm; batas
kuantitasi sebesar 7,8156 ppm; presisi dengan nilai %RSD sebesar 4,00%; rata – rata uji pungut
ulang terhadap larutan natrium benzoat 10 ppm, 40 ppm dan 60 ppm sebesar 99,97%; 99,02%;
98,68%. Diperoleh kadar rata – rata natrium benzoat dalam sampel jamur kancing kemasan
plastik dari metode ini yaitu sebesar 0,4502 g/kg.

Kata kunci : Jamur Kancing Kemasan Plastik; Natrium Benzoat; Spektrofotometri UV; Validasi
Metode.

ABSTRACT

Spectrophotometric UV method for determining sodium benzoate was reffered to Association of


Official Analytical Chemist (AOAC) 960.38 and 980.17 procedure. Both of procedures, sodium
benzoate concentration was determined by measurement benzoic acid which was multiplied with
conversion factor (1,18). Execution steps of sodium benzoate standard solutions (AOAC 980.17)
and isolation steps of benzoic acid in sample (AOAC 960.36) were complicated and using much
of reagents, so modified method was done in this reaserch. Method had been developed with
making sodium benzoate standard solutions for calibration curve according to AOAC 960.38
where diethyl eter was replaced by chloroform and isolate benzoic acid according to AOAC
980.17 where petroleum eter was replaced by chloroform. Benzoic acid and champignon
mushroom plastic packed were used for validation test in this reaserch. Linearity was established
within concentration range of 30 – 100 ppm with coefficient correlation ( r ) was 0,9997 and
equation regression was y = 0,0077x + 0,0030; limit of detection was 2,5791 ppm; limit of
quantitation was 7,8156 ppm; precision with %RSD was 4,00%; accuracy with natrium benzoate
recovery was established to be 99,97%; 99,02%; 98,68% for 10 ppm, 40 ppm and 60 ppm.
Average measurement of natrium benzoate in champignon mushroom plastic packed from this
method was 0,4502 g/kg.

Keywords : Champignon Mushroom Plastic Packed; Natrium Benzoate Spectrophotometric UV ;


Validation Method.

PENDAHULUAN

Natrium benzoat merupakan bahan pengawet yang dapat digunakan untuk makanan dan
minuman dalam jumlah tertentu (Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan). Batas
maksimum penggunaan natrium benzoat sebesar 600 mg/L untuk minuman ringan dan 1 g/kg
untuk ma- kanan lainnya (SNI, 1995). Konsumsi natrium benzoat di atas batas maksimum dapat
menyebabkan kejang-kejang, hiperaktif, serta penurunan berat badan yang pada akhirnya dapat
menyebabkan kematian (Nurcahyani, 2005).

Penentuan kadar natrium benzoat menurut Association of Official Analytical Chemist (AOAC)
960.38 dan 980.17 dilakukan secara spektrofotometri UV. Pada kedua prosedur, konsentrasi
natrium benzoat ditentukan berdasarkan pengukuran asam benzoat yang dikali dengan faktor
konversi (1,18). Pembuatan deret standar pada AOAC 980.17 dilakukan dengan ekstraksi asam
benzoat dalam larutan standar natrium benzoat menggunakan petroleum eter pada suasana asam,
sedangkan pada AOAC 960.38 standar asam benzoat dilarutkan langsung dalam dietil eter.

Isolasi asam benzoat dalam sampel pada AOAC 980.17 dilakukan dengan ekstraksi yang sama
seperti pada pembuatan deret standar, sedangkan pada AOAC 960.38 dilakukan ekstraksi
menggunakan dietil eter pada suasana asam lalu diekstrak kembali dengan NH4OH kemudian
ekstrak ammonia yang diperoleh diekstrak dengan dietil eter. Isolasi pada kedua prosedur AOAC
bertujuan untuk mendapatkan pengukuran yang selektif karena pada produk pangan banyak
senyawa yang larut dalam air selain natrium benzoat, sedangkan benzoat akan terpisah dari
senyawa tersebut ketika natrium benzoat menjadi bentuk asamnya.

Berdasarkan tinjauan terhadap kedua prosedur AOAC, tahap pem- buatan deret standar untuk
kurva kalibrasi AOAC 980.17 dan isolasi asam benzoat dalam sampel pada AOAC 960.38 rumit
dan mem- butuhkan banyak pereaksi sehingga dalam penelitian ini dilakukan modifikasi metode.
Pengembangan dilakukan melalui pembuatan deret standar untuk kurva kalibrasi sesuai AOAC
960.38 dengan mengganti pelarut dietil eter menjadi kloroform, sedangkan isolasi dilakukan
sesuai

AOAC 980.17 dengan mengganti pelarut petroleum eter menjadi kloro- form. Dietil eter dan
petroleum eter diganti menjadi kloroform karena asam benzoat larut baik dalam kloroform
dibandingkan dalam petroleum eter, kloroform mempunyai kelarutan dalam air yang lebih rendah
dibandingkan dietil eter dan massa jenisnya lebih besar sehingga dapat mempermudah proses
pemisahan saat ekstraksi, serta harganya lebih murah (MSDS; Beerbower 2006). V aliditas dari
metode tersebut perlu diuji. Pengujian pada penelitian ini menggunakan standar asam benzoat
dan jamur kancing kemasan plastik yang mengandung natrium benzoat. Parameter validasi yang
diujikan diantaranya adalah linieritas, batas deteksi, batas kuantitasi, presisi, dan akurasi.

METODE PENELITIAN

Alat, Bahan, dan Tempat Pengujian

Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah neraca analitik, labu ukur ukuran 10 mL,
50 mL dan 250 mL, gelas kimia 50 mL dan 100 mL, pipet ukur 5 mL, pipet filler, botol semprot,
corong pisah, corong buhner, labu Erlenmeyer berpenghisap, corong kaca, spatula, batang
pengaduk, botol vial, blender, gelas ukur 100 mL dan 50 mL dan instrumen spektrofotometer
UV-vis (Shimadzu UV-Mini-1240V).

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini meliputi asam benzoat pro analisis, natrium
benzoat pro analisis, aquades, kertas saring, kloroform pro analisis MERCK, asam klorida pro
analisis dan sampel jamur kancing kemasan plastik merk X yang mengandung pengawet natrium
benzoat.

Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Riset (LKR) dan di Laboratorium Kimia Organik
dan Bahan Alam (LKOB), Laboratorium Kimia Instrumen (LKI), Jurusan Pendidikan Kimia
Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Pendidikan Indonesia
(FPMIPA UPI)

Prosedur Penelitian

Penentuan Panjang Gelombang Maksimum Serapan Asam Benzoat

Penentuan panjang gelombang maksimum serapan asam benzoat dilakukan dengan scanning
larutan induk asam benzoat 50 ppm, kemudian dilakukan pengukuran terhadap dua deret standar
asam benzoat pada rentang konsentrasi yang berbeda. Rentang konsentrasinya adalah 30 – 100
ppm dan 10 – 30 ppm. Pengukuran deret standar menggunakan panjang gelombang hasil
scanning salah satu larutan standar pada masing – masing deret.

Deret standar asam benzoat konsentrasi 30 – 100 ppm dibuat dengan memipet larutan induk asam
benzoat 200 ppm sebanyak 1,5 mL, 2 mL,3mL,4mL,5mLdan dimasukkan ke dalam labu ukur 10
mL, kemudian ditandabataskan dengan kloroform. Dilakukan pengulangan sebanyak 2 kali
sehingga diperoleh dua set deret standar asam benzoat 30ppm, 40ppm, 60ppm, 80ppm, dan 100
ppm. Setelah itu dilakukan scanning panjang gelombang dengan rentang 200 – 300 nm pada
larutan standar asam benzoat 40 ppm. Lalu dilakukan pengukuran dengan menggunakan
spektrofoto meter UV-vis sebanyak 3 kali pembacaan terhadap larutan deret standar pada panjang
gelombang hasil scanning di daerah 265 nm – 280 nm.

Deret standar asam benzoat konsentrasi 10 – 30 ppm dibuat dengan memipet larutan induk asam
benzoat 50 ppm sebanyak 2 mL, 3 mL, 4 mL, 5mL,6mL dan masing – masing dimasukkan ke
dalam labu ukur 10 mL, kemudian ditandabataskan dengan kloro form. Dilakukan pengulangan
sebanyak 2 kali sehingga diperoleh dua set deret standar asam benzoat 10ppm, 15ppm, 20ppm,
25ppm, dan 30 ppm. Setelah itu dilakukan scanning panjang gelombang dengan rentang 200 –
300 nm pada larutan standar asam benzoat 15 ppm. Lalu dilakukan pengukuran dengan
menggunakan spektrofoto meter UV-vis sebanyak 3 kali pembacaan terhadap larutan deret
standar pada panjang gelombang hasil scanning di daerah 220 nm – 245 nm.

Dihitung nilai koefisien korelasi dan persamaan garis regresi dari kurva kalibrasi deret standar 30
– 100 ppm dan 10 – 30 ppm. Panjang gelombang terpilih digunakan untuk analisis selanjutnya.

Preparasi Sampel

Jamur kancing ditiriskan selama 15 menit, kemudian ditimbang sebanyak 80 gram dan
ditambahkan 85 mL aquades. Lalu campuran dihaluskan dengan menggunakan blender. Setelah
itu campuran disaring menggunakan corong buhner (± 45 menit) dan diukur volume filtranya

Ekstraksi Asam Benzoat dalam Sampel

Filtrat jamur kancing dipipet sebanyak 5 mL dan dimasukkan ke dalam corong pisah 50 mL,
kemudian ditambahkan 0,4 mL HCl 12 M.Setelah itu campuran ditandabataskan dengan
kloroform (asumsi volume ekstrak 50 mL) dan dikocok selama 1 menit. Lalu dipisahkan fasa
organiknya untuk diukur dengan menggunakan spektrofotometer UV-vis.

Validasi Metode

Penentuan Linieritas

Penentuan linieritas dilakukan dengan membuat larutan deret standar dengan konsentrasi 30 ppm,
40 ppm, 60 ppm, 80 ppm dan 100 ppm dari larutan standar asam benzoat 200 ppm. Masing –
masing konsentrasi deret standar dibuat sebanyak 6 kali pengulangan dan diukur menggunakan
spektrofotometer UV-vis sebanyak 3 kali pembacaan pada panjang gelombang terpilih. Dibuat
kurva kalibrasi deret standar rerata asam benzoatkemudiandihitungpersamaan garis regresi,
simpangan baku regresi, selang slope dan selang intersep, serta koefisien korelasi dari data
tersebut. Kelinieran kurva kalibrasi dilihat dari nilai koefisien korelasinya (r). Menurut ICH
(1995), koefisien korelasi yang dapat diterima > 0,9970.

Penentuan Batas Deteksi dan Batas Kuantitasi

Slope dan simpangan deviasi persamaan garis regresi linier yang diperoleh dari penentuan
linieritas digunakan untuk menghitung batas deteksi dan batas kuantitasi.
 
Batas Deteksi = .3,3 SD / slope........ (1.1)

Batas Kuantitasi = 10 SD / slope.............(1.2)

Keterangan : SD = simpangan baku regresi


Penentuan Presisi

Penentuan presisi dilakukan dengan menyiapkan larutan sampel sesuai prosedur preparasi sampel
dan mengekstraksinya sebanyak 6 kali ulangan sesuai prosedur ekstraksi asam benzoat dalam
sampel. Fasa organik hasil ekstraksi yang telah dipisahkan, diukur sebanyak 3 kali pembacaan
menggunakan spektrofotometer UV- vis dengan panjang gelombang terpilih. Diperoleh kadar
natrium benzoat dalam sampel kemudian dihitung nilai% RSDnya.

Penentuan Akurasi

Penentuan akurasi dilakukan dengan metode uji pungut ulang. Metode uji pungut ulang dalam
penelitian ini berlangsung pada hari yang berbeda. Ditambahkan larutan natrium benzoat
standar1.000 ppm sebanyak 0,5mL; 2mL; 3mL ke dalam5mL filtrat sampel yang telah diketahui
konsentrasi natrium benzoatnya. Setelah itu diekstraksi sebanyak 3 kali pengulangan. Ekstrak
diukur dengan menggunakan spektrofoto meter UV-vis sebanyak 3 kali pembacaan pada panjang
gelombang terpilih. Dihitung % perolehan kembalinya.

Keterangan : Ct = konsentrasi total Cs = konsentrasi sampel Cst = konsentrasi standar yang


ditambahkan
HASIL DAN PEMBAHASAN

Penentuan Panjang Gelombang Maksimum Serpan Asam Benzoat

Penentuan panjang gelombang maksimum dalam analisis kuantitatif bertujuan untuk memperoleh
pengu- kuran yang sensitif dan memberikan garis linier pada kurva kalibrasi. Dilakukan scanning
larutan induk asam benzoat 50 ppm pada 200 – 300 nm untuk mengetahui serapan maksimum
asam benzoat. Kurva serapan asam benzoat terhadap panjang gelombang ditunjukkan pada
Gambar 1.

Pita  II  

Pita  I  

Gambar 1 Kurva Serapan Asam Benzoat 50 ppm

Berdasarkan Gambar 1.1, asam benzoat memiliki dua pita serapan maksimum yaitu pada 273,5
dan 239,5 nm. Pita I (273,5 nm) dihasilkan dari eksitasi pada transisi π ke π* yang mengalami
perpanjangan konjugasi, sedangkan Pita II (239,5 nm) dihasilkan dari eksitasi pada transisi n ke
π* dari elektron bebas.

Perpanjangan konjugasi diakibatkan oleh interaksi cincin benzensa dengan π elektron dari
karboksilat yang merupakan gugus penarik elektron. Interaksi ini ditunjukkan pada Gambar 2.

Interaksi pada Gambar 1.2 inilah yang menyebabkan energi eksitasi π ke π* lebih rendah diban-
dingkan energi eksitasi n ke π*, sehingga transisi π ke π* pada asam benzoat (pita I) muncul di
panjang gelombang yang lebih besar.
Standar asam benzoat 40 ppm Standar asam benzoat 15 ppm
Pita  II  =  273,5  nm  

Pita  I  =  273,5  nm  

Gambar 3 Kurva Serapan Asam Benzoat 40 ppm dan 15 ppm

Perlu dilakukan analisis lebih lanjut untuk menentukan panjang gelombang yang akan digunakan
karena asam benzoat memiliki dua pita serapan. Analisis dilakukan dengan mengukur deret
standar asam benzoat menggunakan panjang gelombang di pita I dan pita II. Serapan yang
terbaca pada spektrofotometer UV-vis hendak nya berkisar antara 0,2 – 0,8 (Gholib,2012). Oleh
sebab itu dilakukan pengukuran deret standar 30 – 100 ppm menggunakan panjang gelombang di
pita I dan pengukuran deret standar 10 – 30 ppm menggunakan panjang gelombang di pita II.
Sebelum pengukuran, dila- kukan scanning larutan standar asam benzoat pada masing – masing
deret. Diperoleh kurva serapan standar asam benzoat 40 ppm (untuk rentang 30 – 100 ppm) dan
15 ppm (untuk rentang 10 – 30 ppm) dari hasil scanning yang ditunjukkan pada Gambar 3.

Berdasarkan dilakukan pengukuran pada deret standar 30 – 100 ppm di 273,5 nm dan
pengukuran deret standar 10 – 30 ppm di 237,5 nm supaya kesalahan relatif fotometrinya
minimum (serapannya antara 0,2 – 0,8). Dibuat kurva kalibrasi dari hasil pengukuran tersebut
kemudian dihitung nilai koefisien korelasinya dan persamaan garis regresinya. Hal ini
ditunjukkan pada Gambar 4.

Berdasarkan Gambar.4, koefisien korelasi pada konsentrasi 30 ppm – 100 ppm (0,9991 dan
0,9997) lebih besar daripada koefisien korelasi pada konsentrasi 10 ppm – 30 ppm (0,9881 dan
0,9941). Nilai koefisien korelasi pada konsentrasi 30 ppm – 100 ppm memenuhi syarat yaitu >
0,9970 (ICH,1995 dan USP,2003). Pengaruh matriks penganggu pada pengukuran ditunjukan
dari nilai intersep di persamaan garis. Nilai intersepnya pada konsentrasi 30 - 100 ppm (0,0051
dan 0,0045) lebih kecil dibandingkan dengan intesep pada konsentrasi 10 – 30 ppm (0.1548 dan
0.1437). Semakin kecil intersep yang ada maka semakin sedikit matriks pengganggunya. Oleh
sebab itu dipilih 273,5 nm sebagai panjang gelombang yang digunakan untuk analisis asam
benzoat. Panjang gelombang ini (273,5 nm) digunakan untuk analisis selanjutnya
Validasi Metode Penentuan Linieritas

Linieritas ditentukan dengan membuat 6 deret standar asam benzoate dengan konsentrasi 30 ppm,
40 ppm, 60ppm, 80ppm, dan 100 ppm, kemudian dilakukan pengukuran sebanyak 3 kali
pembacaan dengan menggunakan panjang gelombang terpilih (273,5 nm). Pengukuran pada
panjang gelombang 273,5 nm dengan rentang konsentrasi 30 – 100 ppm bertujuan untuk
memenuhi persyaratan kesalahan fotometrik, yaitu serapan yang terbaca pada spektrofotometer
UV-vis adalah 0,2 – 0,8. Diperoleh kurva kalibrasi deret standar rerata asam benzoat dengan
parameter statistik yang ditunjukkan pada Gambar 5.

Gambar.5 Kurva Kalibrasi Deret Standar Rerata Asam Benzoat (n=6)

Berdasarkan Gambar 1.5, koefisien korelasi dan persamaan garis kurva kalibrasi deret standar
rerata asam benzoat adalah 0,9997 dan y = 0,0077x + 0,0030. Nilai koefisien korelasi yang
diperoleh memenuhi syarat yaitu > 0,9970 (ICH,1995 dan USP,2003). Nilai ini menyatakan
hubungan linier yang tinggi antara sinyal detektor yang terukur dengan jumlah asam benzoat
dalam sampel. Nilai slope dan intersep yang diperoleh sebesar 0,0077 ± 0,0003 dan 0,0030 ±
0,0190. Selang nilai slope yang diperoleh (batas kepercayaan 95%) sebesar 0,0074 – 0,0080
sehingga metode ini dinyatakan cukup sensitif. Selang nilai intersep yang diperoleh ( batas
kepercayaan 95% ) sebesar (-0,0160) – (0,0220). Hal ini menunjukkan matriks sampel tidak
berpengaruh pada metode ini karena nilai intersepnya mendekati nol.

Penentuan Batas Deteksi dan Batas Kuantitasi

Batas deteksi dan batas kuantitasi ditentukan dari persamaan garis regresi linier kurva kalibrasi
deret standar hasil penentuan linieritas. Batas deteksi natrium benzoat sebesar 2,5791 ppm,
sedangkan batas kuantitasinya sebesar 7,8156 ppm. Pada metode ini, konsentrasi natrium benzoat
dibawah 2,5791 ppm tidak dapat terdeteksi karena instrumen tidak dapat membedakan sinyal
antara blangko dan sampel, sedangkan kon- sentrasi natrium benzoat yang terukur dibawah
7,8156 ppm memberikan konsentrasi dengan presisi dan akurasi yang tidak baik.

Penentuan Presisi

Presisi ditentukan untuk melihat penyebaran hasil yang disebabkan oleh galat acak suatu metode.
Uji presisi dilakukan dengan ekstraksi asam benzoat sebanyak 6 kali ulangan pada larutan sampel
yang telah dipreparasi. Setelah itu masing – masing ekstrak diukur menggunakan
spektrofotometer UV-vis sebanyak 3 kali pembacaan. Diperoleh kadar natrium benzoat dalam
sampel dari pengujian tersebut. Nilai % RSD kadar natrium benzoat dalam sampel jamur kancing
kemasan plastik ditunjukkan pada Tabel 1.

Tabel.1 %RSD Kadar Natrium benzoat dalam Jamur Kancing Kemasan Plastik

Menurut AOAC (1998) nilai %RSD yang dapat diterima untuk analit 0,1 g/kg – 1 g/kg sebesar
5,3%, %RSD dalam penelitian ini (Tabel 1.1) 4,00% sehingga presisinya masih dinyatakan baik.
Hal ini menunjukkan galat acak yang berasal dari pembuatan larutan, ekstraksi, dan penambahan
pereaksi tidak mempengaruhi hasil analisis secara nyata. Kadar rata – rata natrium benzoat dalam
sampel jamur kancing kemasan plastik sebesar 0,4502 g/kg.

Penentuan Akurasi

Penentuan akurasi dilakukan dengan metode uji pungut ulang. Metode uji pungut ulang bertujuan
untuk menguji jumlah standar yang dapat diperoleh kembali setelah ditambahkan ke dalam
sampel. Pada penelitian ini uji pungut ulang dilakukan dengan menambahkan larutan natrium
benzoat standar sebanyak 10 ppm, 40 ppm, dan 60 ppm ke dalam filtrat sampel yang telah
diketahui konsentrasi analitnya. Rata – rata perolehan kembali ditunjukkan pada Tabel 2.

Menurut AOAC (1998) nilai rata – rata perolehan kembali yang dapat diterima untuk analit < 100
ppm sebesar 80 – 110%. Oleh sebab itu, rata – rata perolehan kembali dalam metode ini berada
pada nilai yang dapat diterima (Tabel 1.2) sehingga metode dinyatakan akurat. Galat acak yang
disebabkan oleh matriks pengganggu dalam sampel diminimalisasi dengan proses ekstraksi.
Ekstraksi dan pengu- kuran asam benzoat pada metode ini cukup baik karena nilai perolehan
kembalinya masih dapat diterima meskipun kurang dari 100%.

Tabel 2 Rata – Rata Perolehan Kembali Standar Natrium Benzoat


KESIMPULAN

Metode penentuan kadar na- trium benzoat secara spektrofotometri UV dalam sampel jamur
kancing ke- masan plastik berdasarkan penggabu- ngan prosedur Association of Official
Analytical Chemist (AOAC) 960.38 dan 980.17 yang termodifikasi telah tervalidasi. Hasil uji
validasi menun- jukkan linieritas (r) = 0,9997 dengan persamaan regresi y=0,0077 + 0,0030 pada
konsentrasi 30 – 100 ppm; batas deteksi sebesar 2,5791 ppm, batas kuantitasi sebesar 7,8156
ppm, presisi dengan nilai %RSD sebesar 4,00%; akurasi dengan rata – rata uji pungut ulang
terhadap larutan natrium benzoat 10 ppm, 40 ppm dan 60 ppm sebesar 99,97%; 99,02%; 98,68%.
Diperoleh kadar rata – rata natrium benzoat dalam sampel jamur kancing kemasan plastik dari
metode ini yaitu sebesar 0,4502 g/kg.

SARAN

Perlu dilakukan perbandingan prosedur AOAC 980.17 dengan prosedur yang telah
dikembangkan pada penentuan kadar natrium benzoat dalam sampel makanan berbentuk padat.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. (2013). MSDS Merck untuk Analisis Emsure.[Online].


Tersedia:http://www.merckmillip ore.com/chemicals [20 Juni 2013]

Association of Official Analytical Chemist (AOAC). (2000). Official Method 960.38 Benzoic
Acid in Nonsolid Food and Beverages Method. USA : AOAC INTERNATIONAL.

Association of Official Analytical Chemist(AOAC). (2006). Official Method 980.17 Preservatives


in Ground Beef Spectrophotometric Method. USA : AOAC INTERNATIONAL

Nurcahyani. (2005). Analisis KadarNatrium benzoat dan Jenis Zat Aditif Pewarna pada Saus
Tidak Bermerk di Pasar Dinoyo Malang. Skripsi Sarjana pada FMIPA Universitas
Muhammadiyah Malang : tidak diterbitkan

.Association of Official Analytical Chemist (AOAC) _ Peer- Verified Methods Program.


(1998).Manual on Policies and Procedures. USA : AOAC INTERNATIONAL.

Beerbower A. (2006). “Expanded Solubility Parameter Approach I : Napthalene and Benzoic


Acid in Individual Solvents”. Journal of pharmaceutical sciences (2), 179 – 188.

Standar Nasional Indonesia (SNI). (1995). SNI 01-0222-1995 Bahan Tam-bahan Makanan.
Indonesia : Badan Standarisasi Nasional.

United States Pharmacopeia (USP) Methods. (2003).Advanced USP Methods- validation


Methods. Madrid : Phenomenex.

Anda mungkin juga menyukai