Anda di halaman 1dari 4

Nama : Ali faruchi

Tmpat/tgl lahir : Pemalang 27 september 1986


Alamat : Walang Sanga Moga |Pemalng
Asal pon pes : Pondok Pesantren Al Ishlah Assalafiyah
Alamat : Jl. H. Ambari No. 15 Luwungragi Bulakamba Brebes
Pengasuh : KH. Achmad Syfa Cholil
Tema : Santri Sebagai Sumber Integrasi Keilmuan

Hakikat Kepribadian Santri Menurut Pandangan Ulama

Bismillahirrohmanirrohim

Segala puji bagiAllah dzat yang membolak balikan hati yang menganugrahkan IQ (Inteligence
Question,) kekuatan dan daya ingat manusia, Dialah (Allah) yang menciptakan manusia dari sari pati
tanah kemudian diproses melalui beberapa proses, ditiupkanya ruh dan menyempurnakanya dengan
memori akalnya sehingga dengan kun fayakunnya jadilah manusia dengan sebaik-baik bentuk yang
bisa berfikir. Melalui maqro’nya yang tersirat maupun tak tersirat, membaca fenomena alam, rumput-
rumput yang bergoyang, air mengalir, reboisasi tumbuh-tumbuhan, silih bergantiya siang dan malam,
semua itu merupakan tanda-tanda kebesaran Allah Swt. Subhaanallah,.Namun kebanyakan dari
mereka (manusia) tidak tau akan tanda-tanda itu, tidak bersyukur dan tidak mau berfikir, mereka
punya hati tapi tidak untuk memperasakan hatinya, punya mata tidak untuk melihat, punya
telinga tidak untuk mendengar ,mereka-merekalah yang seperti binatang ternak bahkan lebih hina
lagi dari padanya .Na’udzubillah Tsumma Na’udzubillah Min Dzalik.

Sholawat serta salam senantiasa kami sanjungkan kepada shohibussafa’ah orang no 1 yang
paling berpengaruh sepanjag masa ,bliulah yang mereformasikan peradaban dunia islam dari
kebobrokan etika dan moral, membias genderkan dan mengemansipasikan kaum hawa, bliulah
yang mempunyai sifat sempurna sebagai pemimpin dengan sifat sidiq, tabligh, amanah,dan
fatonahnya sehingga beliau mendapat penghargaan besar dan predikat langsung dari Allah dengan
predikat yang tiada duanya ya’ni; Uswatun Khasanah dan khuluqin adzim.

Pendahuluan.
Setelah saya mentadabburi dan mencermati dari penggalan ayat " " ‫( َعلَّ َم بِاْلقَلَ ْم‬QS Al Alaq) dan
maqolah “ "‫ اَل ِع ْل ُم ِبا ْلقَلَ ْم‬hatiku terenyuh dan menyadari betapa berharganya dan mempunyai nilai
tinggi bila mana ilmu yang telah kita dapat, difilter dan dicatat dalam sebuah memori (Book /
Al qirthos) Karna dengan metode menulislah, itu termasuk salah satu tips agar ilmu itu tetap
terjaga dan tidak mudah hilang, di samping itu juga, melalui tulis menulis kita bisa
mengembangkan pemikiran dan imajinasi kita dan membuahkan hasil pemikiran ( natijatul fikri)
yang positif dan sangat signifikan. Mengenai ayat diatas “‫ ” َعلَّ َم بِاْلَقَلَ ْم‬Imam Ibnu Katsir dalam
tafsirnya menjelaskan secara singkat dan mengaitkannya dengan sebuah atsar “‫الع ْل َم ِباْل ِكتَابَة‬ ِ ‫;”قََيِّد ُْوا‬
Ikatlah ilmumu dengan menulis (dicatat),,. berkaitan juga dengan sebuah hadits ; “ ‫ص ْي ِد قَيِّ ْد‬ َ ََّ‫اَ ْل ِع ْل ُم َكال‬
َ ‫ال ْا‬
‫لواثِقَة‬ ِ َ‫الحب‬
ِ ِ‫”صيُ ْو َد َك ب‬,
ُ “Ilmu itu bagaikan buruan, maka ikatlah buruanmu dengan tali yang sangat
kuat”.dengan hal ini maka sangatlah jelas tentang ayat, hadist dan atsar diatas menyerukan
kita agar mempunyai rasa Himmah dalam kiat tulis menulis. Salah satu contoh “Al Qur’an” yang
dijadikan sebagai dasar hukum dan sumber dari berbagai ilmu, yang asal mulanya berceceran
tertulis dibebatuan dan pelapah kurma kemudian ketika para sohabat-sohabatnya yang hafal “Al
Qur’an” terintimidasi gugur dalam peperangan, sehingga dikhawatirkan “Al Qur’an” itu akan
hilang (punah) pada zamanya itu, kemudian dengan inisiatif nabi Muhammad itu sendiri, beliu
mengumpulkan para sohabatnya, diantaranya abu bakar kemudian ustman bin affan dan zaid bin
tsabit untuk merosam (menulis) dan menkodifikasi sehingga terbentuk menjadi sebuah Al kitab
yang sampai sekarang ini masih terjaga kemurnianya dan tidak terekayasa oleh tangan-tangan
jahiliyah dan akan abadi sampai akhir zaman .
Terinsipirasi dengan peninggalan ulama salaf hal ini semistal imam ghozali dengan karya-karya
monumentalnya“ikhya ulumuddien”,imam maliki dengan kitabnya“Muatho”,imam Syafi’i dengan
kitabnya “Al umm” imam nawawi Al Bantany dengan kitabnya tafsir“Al Munir”saya termotivasi dan
tergugah untuk supaya bisa menggoreskan tinta emasnya dan menghasilkan karya tulis/ilmiyah yang
mudah-mudahan bisa dijadikan sebagai sumber integrasi keilmuan. Oleh karna itu dengan harapan
mendapat rido dari Allah Swt, dengan niat yang tulus untuk syiar islam, penulis terobsesi dan ingin
mencoba menggoreskan tintanya dalam tema ini“Santri sebagai sumber integrasi keilmuan“
dengan judul yang akan saya tulis “Hakikat kepribadian santri menurut pandangan ulama“.

Intisari
Menurut pandangan sebahagian para ulama memaknai santri dalam kepribadian yang
sesungguhnya, Meninjau dari segi kata “santri“ itu sndiri, para ulama menafsirkan bahwasanya kata
“santri” itu tersusun, terdiri dari beberapa huruf abjad yang masing-masing hurufnya itu mempunyai
sambungan kata dan kandungan arti yang sangat mendalam, dan perlu diperhatikan bagi para santri
model sekarang ,yang mana kebanyakan dari santri model zaman sekarang ini jarang mengamalkan
dan mengimplementasikan dan sedikit mempunyai kepribadian yang ada dalam kandungan arti dari
santri itu sendiri.bahkan mungkin sama sekali tidak mempunyai kredibilitas santri pada hakikatnya,

Kata“SANTRI” terdiri dari huruf abjad ( ‫س ن ت ر ي‬/ ‫ ) ا‬masing-masing hurufnya mempunyai


sambungan kalimat dan mempunyai kandungan arti tersendiri, berikut kami rinci satu persatu :

Yang pertama huruf (S/‫ )س‬mempunyai sambungan kata “ ‫ساتِ ُر ْونَ َع ِن ْال ُعيُ ْو ْب‬ َ ” yaitu orang-orang
yang menutupi aib orang lain. Hal ini sesuai dengan hadist yang pernah diungkapkan oleh Al alim Mu
َ ْ‫ستَ َر َع ْي َب ا ْل ُمؤْ ِمن‬
mar Ch Lc dalam kegiatan ta’limnya. Yaitu ;” ُ‫ه‬bُ‫ستَ َرهُ هللاُ ُعيُوب‬ َ ْ‫ ” َمن‬,,barang siapa yang
menutupi satu aib orang mu’min maka Allah akan menutupi beberapa aib nya ,,dengan ini Allah
membalas dari satu aib orang mu’min yang ditutupinya, dengan menutupi beberapa aebnya .walhasil
seorang santri harus bisa menutupi aib temanya ataupun orang lain )mu’min) dan saling menjaga
reputasinya masing-masing, .dan tidak menjatukan satu sama lain.

Yang kedua huruf (N/‫ )ن‬mempunyai sambungan kata "‫ "نَاِئبُ ْونَ َع ِن ا ْل ُعلَ َما ِء‬yaitu : santri sebagai
pengganti para Ulama (Generasi penerus) yang akan melanjutkan estafet perjuangan da’wah para kyai
(Ulama). Karena ulama itu sendiri adalah pewaris para nabi “‫”اَلُ ُعلَ َما ُء َو َرثَةُ ْاالَ ْنبِيَا ِء‬. begitu pula santri bisa
diklaim sebagai pewaris para ulama, Saya teringat ketika masih duduk dibangku MAD (Madrasah
Aliyah Diniyah ) dengan penjelasan yang dipaparkan oleh Al Mukarom KH.Subkhan Ma’mun yang
dimaksud ulama disini adalah : “ ‫ ْة‬b‫رح َم‬
ْ َّ‫ ”اَلَّلِّ ِذيْنَ َي ْنظُ ُر ْونَ ْاالُ َّم ْة ِبال‬ya’ni : Orang-orang yang memandang
umatnya dengan pandangan kasih sayang . seorang ulama /kyai yag sejati itu mempunyai sifat rohmah
terhadap apa yang menjadi tanggung jawabnya ,memberikan pencerahan terhadap santrinya maupun
masyarakatnya, ulama mengamalkan dan mentransfer ilmunya kepada santri-santrinya dengan
harapan agar santrinya kelak menjadi orang yang berguna dan menjadi penerus/pengganti dirinya, dan
menjadi inspirasi bagi masyaraakat sekitarnya, Negara maupun bangsa.

Yang ketiga huruf (T/‫ )ت‬mempunyai sambungan kata “ ‫اصى‬ ِ ‫ ” َتاِر ُك ْونَ َع ِن ْال َم َع‬yaitu orang-orang
yang meninggalkan ma’siat .Santri itu harus mempunyai usaha dan upaya untuk menjaga dan
menguatkan fan-fan ilmunya yang sudah ia hafalkan. Karena salah satu metode untuk menguatkan
hafalan itu adalah dengan meninggalkan ma’siat (Tarkul ma’ashiy). dalam hal ini imam syafi’I pernah
mengadukan keluhan, tentang buruknya hafalan bliau, kepada gurunya (imam waki’) dalam bait-bait
sya’irnya.

‫اصى‬ َ ‫ فَا َ ْر‬# ‫س َؤ ِح ْف ِظ ْي‬


ِ ‫ش َدنِ ْي اِلَى ت َْر ِك ْال َم َع‬ ُ ‫ش َك ْوتُ اِلَى َو ِك ْي ٍع‬
َ
ِ ‫ َونُُ ْو ُر هللاِ الَيُ ْهدَي لِ ْل َعا‬# ‫اخبَ َرنِ ْي بِاَنَّ ْال ِع ْل َم نُ ْو ٌر‬
‫صي‬ ْ َ‫ف‬

“Aku pernah mengadu kepada syekh imam waki’ tentang buruknya hafalanku

Kemudian beliau menyarankan agar aku meninggalkan ma’siat”

“Dan bliau menceritakan kepadaku bahwa sesungguhnya ilmu itu cahaya

Dan cahaya Allah tidak akan diberikan kepada orang yang ma’siat”

ْ ‫” اَفَةًُ ْالِع ْلم الِّن‬.


Demikian pula perlu diperhatikan bahwa bahayanya ilmu itu adalah lupa ” ْ‫سيَان‬

Yang keempat huruf (R/‫ ) ر‬mempunyai sambungan kata “ ‫س ُخ ْونَ فِى ْال ِع ْل ِم‬
ِ ‫ ” الَّ َرا‬. yaitu orang-orang
yang mendalami ilmunya . para santri telah mempelajari berbagai fan-fan ilmu, namun kebanyakan
dari mereka hanya sebagian saja yang mampu dikuasainya secara mendalam. Hal ini memang ada
baiknya sebagaimana I’tibar yang dipaparkn oleh syekhuna Al Haj Drs. Achmad Syfa cholil Mpd,i ,
bahwasanya “orang yang mencari ilmu itu ibarat nelayan yang sedang mencari/menjala ikan dilaut dan
mendapatkan banyak berbagi macam jenis ikan, bahkan barang-barang bekaspun masuk dalam tirai
jalanya”, namun sang nelayan tetap memilih mana ikan yang lebih bagus dan lebih layak dijual ,
mempunyai harga yang cukup mahal dan laku dipasaran. Hal ini juga berpihak pada maqolah orang
a’rif yang pernah diungkapkan oleh Ustadzuna Al haj Mu’ammar cholil Lc ,ya’ni :”Mengetahui satu
hal, itu lebih baik dari pada mengetahui banyak hal” subtansinya, mengandung arti yang sangat luas,,
bahwa mempelajari satu fan ilmu lebih mendalam (menguasai) itu lebih baik dari pada mempelajari
berbagai macam fan ilmu, namun hanya sedikit-sedikit dan sepintas kilas saja yang mereka fahami
secara perfec dan mendalam .

Yang kelima huruf (Y/ ‫ )ي‬merupakan huruf abjad yang terakhir, yang mempunyai sambungan
kata, “ ‫ ِر‬b‫ ِر لِ ْل َغ ْي‬b‫لخ ْي‬
َ ‫ا ُل ْا‬b ‫ص‬
َ ‫ إِ ْي‬⁄‫ ” يوصل‬yaitu : “Memberikan kebaikan /kemanfa’tan kepada orang lain “.
Pernyata’an ini termasuk salah satu devinisi atau pengertian dari kemanfa’atan suatu ilmu, dan ini juga
merupakan salah satu objek dan harapan bagi semua santri yang mempunyai kelurusan niatnya dalam
mencari ilmu, dan keinginan untuk menjadi manusia yang tergolong dalam rankaian hadist :

ِ َ ‫س اَ ْنفَ ُع ُه ْم لِلنّا‬
“‫س‬ ِ ‫”خ ْي ُر النَّا‬
َ .;

“Sebaik-baik manusia adalah orang yang bisa memberikan kemanfa’atan pada orang lain “

Ikhtitam
Begitulah hakikat kepribadian santri menurut pandangan sebagian ulama, yang disinyalir dari
penafsiran kata “SANTRI” itu sendiri, Namun tidak dapat dipunkiri melihat eksistensi santri zaman
sekarang, yang hampir terkontaminasi oleh perubahan zaman yang serba modern, seperti maraknya
alat-alat canggih,seperti “hp, yang hanya dalam satu genggaman tangan, bisa mengakses jaringan
internet diseluruh dunia seperti jejaringan social facebook, twiter ,dan lain-lain Melihat fenomena
seperti ini, bisa dianggap bahwa dunia sekarang hanya dalam satu genggaman mos,hp, atau yang
sejenisnya sudah sepatutnya kita menganalisa,”sudahkah atau bisakah kita mengimplementasikan
hakikat kepribadian santri yang sebenarnya.”? Ataupun, hanya beberapa persennya saja ?. kita sebagai
manusia yang bisa berfikir, yang meyakinkan bahwa perubahan kepribadian seseorang akan terwujud
sesuai dengan jerih payah usahanya, kita hanya sebagi manusia yang do’if hanya bisa merencanakan,
gagal atau tidaknya, berhasil atau tidaknya, Allah lah yang menentukan,Dari keterangan diatas
mungkin hanya beberapa persen saja yang bisa dipraktekan, namun bukan berarti suatu kegagalan
masih ada kesempatan untuk berusaha semaksimal mungkin, dan bila mana memang kemampuannya
hanya beberapa persennya saja itu bukan suatu hal yang sangat disayangkan, karna nabi sendiri pernah
bersabda :

ْ ‫ْمرفَاْءت ُْوا ِم ْنهُ َما‬bٍٍْ ‫” اِذا اَ َْم ُرتُ ُك ْم بِا‬


“ ‫ستَطَ ْعتُم‬

“jika aku perintahkan kepadamu suatu perkara , maka laksanakanlah semampunya”

Demikian pula dalam menjalankan suatu perkara yang termasuk dalam kata gori perintah (amr)
kita jangan sampai menaf’ikan atau sama sekali tidak menjalankan. Dalam qo’idah fiqih disebutkan

“ ‫ش ْي ٍئ الَيُ ْد َر ُك ُكلُهُ الُيُ ْت َر ُك ُكلُّ ْه‬


َ ‫” ُك ُّل‬

“segala sesuatu yang tidak bisa diraih seluruhnya maka janganlah ditinggalkan seluruhnya”

Dengan mengharap rido Allah SWT, penulis juga belum bisa mengimplementasikan hakikat
santri yang sebenarnya, penulis hanya bisa menorehkan hasil pemikiranya melalui jari-jari kasar dan
petikan keyboard , dengan gaya bahasa seadanya, namun penulis tetap bersikeras untuk berusaha dan
berupaya untuk masa yang akan datang, agar lebih baik lagi dari sekarang, dan tergolong menjadi
orang-orang yang beruntung. Tentang tulisan ini ( Hakikat kepribadian santri menurut pandangan
ulama) mudah-mudahan dapat dicerna dan masuk dalam kata gori tema “santri sebagai sumber
integrasi keilmuan” amiin ya roobbal aalamin . . .!!!!!

‫ وهللا اعلم باالصواب‬###### #####

Luwungragi 29 Desember 2012

Anda mungkin juga menyukai