LP RPK
LP RPK
Disusun Oleh :
TITIN PURNAMA SARI
SN201218
A. Masalah Utama
Perilaku Kekerasan
3. Penyebab
Perilaku kekerasan bias disebabkan adanya gangguan harga diri: harga
diri rendah. Harga diri adalah penilaian individu tentang pencapaian diri
dengan menganalisa seberap ajauh perilaku sesuai dengan ideal diri.
Dimana gangguan harga diri dapat digambarkan sebagai perasaan
negative terhadap diri sendiri, hilang kepercayaan diri, merasa gagal
mencapai keinginan.
Tanda dan gejala :
a. Rasa bersalah terhadap diri sendiri (mengkritik/menyalahkan diri
sendiri)
b. Gangguan hubungan sosial (menarikdiri)
c. Percaya diri kurang (sukarmengambilkeputusan)
d. Mencederai diri (akibat dari harga diri yang rendah disertai harapan
yang suram, mungkin klien akan mengakiri kehidupannya.
4. Akibat
Klien dengan perilaku kekerasan dapat melakukan tindakan-tindakan
berbahaya bagi dirinya, orang lain maupun lingkungannya, seperti
menyerang orang lain, memecahkan perabot, membakar rumah dll.
Sehingga klien dengan perilaku kekerasan beresiko untuk mencederai diri
orang lain dan lingkungan.
Tanda dan gejala :
Gejala klinis yang ditemukan pada klien dengan perilaku kekerasan
didapatkan melalui pengkajian meliputi :
a. Wawancara : diarahkan penyebab marah, perasaan marah, tanda-
tanda marah yang diserasakan oleh klien.
b. Observasi : muka merah, pandangan tajam, otot tegang, nada suara
tinggi, berdebat dan sering pula tampak klien memaksakan
kehendak: merampas makanan, memukul jika tidak senang.
C. Pohon Masalah
E. Diagnosa Keperawatan
1. Resiko Perilaku kekerasan (D0146)
2. Gangguan konsep diri : harga diri rendah
(D0086)
Carpenito, L.J. (2010). Buku Saku Diagnosa Keperawatan Edisi 8. Jakarta : EGC
Keliat, B.A. (2010) Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa Edisi I. Jakarta : EGC.
Stuart, G.W & Sundeen. (2010). Principles and Practice of Psykiatric Nursing (5
th ed.). St.Louis Mosby Year Book
A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi Klien
…
2. Tujuan Khusus
a. Klien dapat membina hubungan saling percaya.
b. Klien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan.
c. Klien dapat mengidentifikasi tanda dan gejala perilaku kekerasan.
d. Klien dapat mengidentifikasi perilaku kekerasan yang dilakukan.
e. Klien dapat mengidentifikasi akibat perilaku kekerasan.
f. Klien dapat mengajarkan cara mengontrol perilaku kekerasan.
3. Tindakan
a. Sapa klien dengan ramah baik verbal maupun nonverbal.
b. Diskusi bersama klien penyebab perilaku kekerasan saat ini dan yang
lalu.
c. Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan.
d. Diskusikan bersama klien perilaku kekerasan yang biasa dilakukan
pada saat marah.
e. Diskusikan bersama klien akibat perilaku marah.
f. Diskusikan bersama klien cara mengontrol perilaku kekerasan.
B. STRATEGI KOMUNIKASI
1. ORIENTASI (PERKENALAN)
a. Salam Terapeutik
“Assalamualaikum. Selamat pagi”
“Saya novy, perawat disini,Siapa nama Bapak? Senang dipanggil
siapa?”
b. Evaluasi/Validasi
“Bagaimana perasaan Bapak hari ini? Masih ada perasaan marah
atau kesal?”
c. Kontrak Waktu
“Bagaimana kalau kita bercakap-cakap tentang perasaan marah
Bapak? Dimana kita duduk? Berapa lama? Bagaimana jika 20
menit?”
2. KERJA
”Apa yang menyebabkan Bapak marah? Apakah sebelumnya Bapak
pernah marah? Penyebabnya apa? Sama kah dengan yang sekarang?
Oh iya jadi ada 2 penyebab marah Bapak? Pada saat penyebab marah
itu ada, seperti Bapak pulang ke rumah dan istri belum menyediakan
makanan, apa yang bapak rasakan?” (tunggu respon pasien) apakah
Bapak merasakan kesal kemudian dada Bapak berdebar-debar, mata
melotot, rahang terkatup rapat, dan tangan mengepal?”
“Setelah itu apa yang Bapak lakukan? Oh iya jadi Bapak memukul istri
Bapak dan memecahkan piring, apakah dengan cara ini makanan
terhidangkan? Iya, tentu tidak. Apa kerugian cara yang bapak lakukan?
Betul, istri jadi sakit dan takut, piring-piring pecah. Menurut Bapak
adakah cara lain yang lebih baik? Maukah bapak belajar cara
mengungkapkan kemarahan dengan baik tanpa menimbulkan
kerugian?”
“Ada beberapa cara untuk mengontrol kemarahan Pak, salah satunya
adalah dengan cara fisik. Jadi melalui kegiatan fisik disalurkan rasa
marah.”
“Ada beberapa cara, bagaimana kalau kita belajar satu cara dulu?
Begini Pak, kalau tanda-tanda marah tadi sudah Bapak rasakan maka
Bapak berdiri lalu tarik nafas dari hidung, tahan sebentar, lalu
keluarkan/tiup perlahan-lahan melalui mulut seperti mengeluarkan
kemarahan. Ayo coba lagi, tarik dari hidung, bagus.., tahan, dan tiup
melalui mulut. Nah, lakukan 5 kali. Bagus sekali, Bapak sudah bisa
melakukannya. Bagaimana perasaannya?”
“Nah sebaiknya latihan ini Bapak lakukan secara rutin, sehingga bila
sewaktu-waktu rasa marah itu muncul Bapak sudah biasa
melakukannya.”
3. TERMINASI
a. Evaluasi Subyektif
”Bagaimana perasaan Bapak setelah berbincang-bincang tentang
kemarahan Bapak?
b. Evaluasi Obyektif
“Ya, jadi ada 2 penyebab Bapak marah ....(sebutkan) dan yang
Bapak rasakan ...(sebutkan) dan yang Bapak lakukan...(sebutkan)
serta akibatnya...(sebutkan). Bapak sudah bisa memperagakan tarik
nafas dalam tadi dengan baik.”
c. Rencana Tindak Lanjut
“Bagaimana kalau kita buat jadwal latihannya? Berapa kali bapak
mau latihan dalam sehari? Mau jam berapa saja latihannya?”
d. Kontrak
- Topik
“Bagaimana kalau kita bertemu lagi untuk belajar dan latihan
mengendalikan rasa marah?”
- Waktu
”Nanti 2 jam lagi saya akan datang ke sini. Bagaimana, Bapak
mau kan?”
- Tempat
”Tempatnya disini saja ya Pak. Assalamualaikum”