MANAJEMEN STRATEJIK
Oleh:
Universitas Indonesia
Jakarta
2017
INTRODUCTION
Learning Objectives
1. Memahami trade-off sosial, ekonomi dan lingkungan yang terlibat dalam produksi
minyak sawit yang berkelanjutan.
2. Memahami isu konflik kelapa sawit dan dampaknya terhadap lingkungan
3. Menganalisis langkah-langkah yang diambil oleh PepsiCo untuk menangani masalah
terkait dengan sumber minyak kelapa sawit yang berkelanjutan (komitmen-komitmen
PepsiCo)
4. Menganalisis kritik terhadap upaya keberlanjutan kelapa sawit yang dilakukan oleh
PepsiCo (Implementasi dari komitmen yang ditetapkan oleh PepsiCo)
5. Memahami tantangan yang dihadapi PepsiCo dalam menghadapi isu kelapa sawit dan
cara-cara mengatasi tantangan tersebut. (Rekomendasi dan Saran)
Pada awalnya, perusahaan ini didirikan pada akhir abad 19 saat Caleb Berdham
(Bradham) memulia menjual minuman penyegar yang bernama “Brad’s Drink”. Selanjutnya,
minuman tersebut dikenal dengan nama Pepsi-Cola, dan menjadi kompetitor utama brand Coca-
Cola. Di era milenium, PepsiCo memutuskan untuk fokus pada bisnis makanan kemasan agar
memberikan perlawanan persaingan yang efektif kepada Coca-Cola. Akihnya pada Desember
2005, PepsiCo berhasil melakukan kapitalisasi market menyaingi Coca-Cola dengan capaiannya
nilai 98,4 milyar USD, sedangkan Coca-Cola 97,9 milyar USD. Keberhasilan ini salah satunya
disebabkan oleh strategi diversifikasi produk PepsiCo dan strategi marketing yang kuat.
Protes yang telah diutarakan kelompok aktivis kepada PepsiCo membuat PepsiCo
bergerak dengan membangun dan merancang respon. Respon tersebut dibangun dalam
bentuk komitmen. Komitmen tersebut berisikan tentang rencana perusahaan untuk
menggunakan 100% minyak kelapa sawit yang mengedepankan keberlanjutan. Namun dalam
prakteknya, komitmen yang dicanangkan oleh Pepsi dirasa tidak dijalankan dengan baik dan
sungguh-sungguh. Hal ini terlihat dari pencapaian yang diraih tidak sesuai dengan apa yang
menjadi komitmennya. Misalnya, pada tahun 2015, PepsiCo berkomitmen agar 100% minyak
sawit yang digunakan
berasal supplier yang telah tersertifikasi pada sustainable palm oil. Namun pada tahun 2014,
PepsiCo hanya bisa mencapai target sebesar 21%. Banyak pemerhati lingkungan yang merasa
bahwa PepsiCo tidak serius menjalankan komitmen. Upaya yang dilakukan aktivis lingkungan
berupa kampanye melalui produk-produk PepsiCo yang menerangkan bahwa produk tersebut
berasal dari aktivitas yang merusak lingkungan. Mengetahui masih mendapat sorotan dari
pemerhati lingkungan akibat dari komitmen yang tidak tercapai, PepsiCo mengembangkan dan
perbaharui komitmennya dalam aspek lingkungan. Komitmen tersebut memiliki indikator
pencapaian yang lebih banyak dan terperinci.
Tahun 2009 :
● Mengeluarkan sustainable development program yaitu misi “Performance with
tahun 2015
Tahun 2013 :
● PepsiCo menegaskan kembali komitmennya mengenai menggunakan 100% palm oil
hutan, pelanggaran hak asasi manusia, dan polusi karbon dari rantai pasokan minyak kelapa
sawit dari perusahaan makanan ringan AS
Tahun 2014 :
● PepsiCo menjadi salah satu world’s leading food and beverage companies dengan
● PepsiCo mendapat nilai 33.7 dari 100 (little commitment ) ) dari UCS
● Kampanye dan demonstrasi mengenai Conflict Palm Oil dari produk PepsiCo dan
perusahaan serupa. Petisi dibuat dan ditanda tangani oleh lebih dari 223.000 orang terkait
komitmen PepsiCo mengenai bebas deforestasi.
● PepsiCo menyempurnakan janji tahun 2010 dan 2013 dengan membuat kebijakan baru
dan konsumen memberi review negatif dan mendesak PepsiCo membuat kebijakan
minyak kelapa sawit yang baru
Tahun 2015 :
● SumOfUs merilis iklan online mengkritik Doritos yaitu “A Cheesy Love Story - The Ad
Sebanyak 85% minyak kelapa sawit dihasilkan dari negara-negara tropis seperti
Indonesia, Malaysia, dll. Grafik di bawah ini menunjukkan proporsi minyak kelapa sawit yang
dihasilkan oleh berbagai negara.
Indonesia sebagai salah satu eksportir minyak kelapa sawit terbesar, meskipun menyadari
masalah deforestasi namun kurang tegas mengendalikan perusahaan-perusahaan penghasil
minyak kelapa sawit di Indonesia. Seperti contohnya, pemerintah meminta perusahaan kelapa
sawit yang telah menandatangani Indonesian Palm Oil Pledged (IPOP) untuk membebaskan
petani kecil karena merasa belum siap untuk mencapai tingkat praktik sustainable forest yang
sama dengan para pemain besar.
CASE ANALYSIS
Berdasarkan prinsip Triple Bottom Line, perusahaan minyak kelapa sawit berkomitmen
menjadi perusahaan yang bertanggung jawab dan berkelanjutan dalam memproduksi minyak kelapa
sawit yang berkualitas. Perusahaan minyak kelapa sawit berkomitmen untuk:
pekerja. Selain itu, proses mendapatkan kelapa sawit dengan deforestasi juga menjadi penyebab
utama dari masalah kesehatan yang dialami masyarakat lokal dan juga kerugian secara ekonomi.
Dalam aplikasi bisnis, banyak perusahaan yang menjadi contoh atas penerapan bisnis
yang menemui dilema etika. Biasanya, didalam dilema etika yang ditemui, terdapat pemicu atau
penggerak yang menyebabkan perusahaan tersebut melakukan tindakan yang dianggap berada
di luar etika. Berdasarkan konsep yang ada, terdapat tiga pemicu yang mungkin ditemui
oleh
perusahaan, yaitu pengawasan yang salah/adanya kemungkinan dan kesempatan
untuk memperoleh keuntungan dengan cara yang tidak sesuai, adanya tekanan dari manajer
perusahaan untuk mencapai target kinerja dalam jangka pendek, dan perusahaan yang
mengedepankan keuntungan dan kinerja bisnis diatas etika.
Kerugian yang Ditanggung oleh PepsiCo Akibat Konflik Minyak Kelapa Sawit
Konflik kelapa sawit secara langsung berdampak pada PepsiCo dan menjadi dilema
etik untuk perusahaannya, dimana PepsiCo telah membeli hampir 470,045 ton minyak sawit setiap
tahunnya. PepsiCo menerima banyak kritikan dari beberapa kelompok peduli lingkungan karena
beberapa produknya dianggap tidak sesuai dengan komitmennya untuk menggunakan minyak kelapa
sawit dengan baik. PepsiCo gagal menjamin bahwa keseluruhan rantai pasoknya akan
bebas dari deforestasi dan konflik sosial. Kritik yang diajukan kepada PepsiCo tidak hanya
mengenai komitmennya terhadap penggunaan kelapa sawit, namun beberapa dari
produk makanan
dan minumannya yang masih menggunakan plastik dan kaleng timah serta
meningkatkan masalah kesehatan seperti obesitas dan diabetes. Kritik yang diajukan oleh
kelompok peduli lingkungan memberikan kerugian terhadap PepsiCo, walaupun tidak secara
langsung PepsiCo melakukan pelanggaran etik, namun pelanggaran etik tersebut dilakukan oleh
perusahaan-perusahaan yang berkerja sama dengan PepsiCo. Tidak adanya keselarasan
komitmen yang dianut oleh PepsiCo dan perusahaan-perusahaan yang berkerja sama dengannya,
menyebabkan PepsiCo harus menanggung biaya-biaya yang timbul akibat pelanggaran etik tersebut,
seperti:
Kritikan-kritikan yang diajukan kepada PepsiCo, membuat perusahaan untuk lebih fokus
kepada praktik pengembangan keberlanjutan secara menyeluruh, dengan program
Performance with Purpose. Tanggung jawab PepsiCo dalam program tersebut meliputi
tiga kategori, yaitu keberlanjutan manusia (memenuhi kebutuhan nutrisi manusia yang
berbeda-beda), keberlanjutan lingkungan (mengurangi ketergantungan dengan sumber daya
alam, dan melestarikannyanya untuk generasi di masa depan), dan keberlanjutan
talenta (mengembangkan kemampuan karyawannya sesuai skill yang dibutuhkan
untuk mendukung pertumbuhan perusahaan dan
meningkatkan attractiveness PepsiCo di
industrinya).
Tidak hanya merugikan secara internal administrative cost, namun PepsiCo juga
mengalami kerugian yang tak terlihat, seperti kehilangan costumer loyalty dan
menurunnya reputasi PepsiCo di masyarakat.
Minyak Kelapa Sawit
Kritik Terhadap Upaya Keberlanjutan Kelapa Sawit yang Dilakukan Oleh PepsiCo
PepsiCo dinilai kurang dalam menanggapi isu-isu yang berkaitan dengan minyak kelapa
sawit, karena tidak adanya usaha secara ekplisit yang dilakukan oleh PepsiCo dalam menulusuri
asal dari minyak kelapa sawit yang diperoleh. Aturan-aturan baru yang diterapkan oleh PepsiCo
untuk menanggapi isu tersebut dinilai kurang dalam hal implementasi dan verfikasi dari pihak
ketiga dalam menilai pemasok minyak kelapa sawit tersebut, tidak hanya itu komitmen yang
dibuat oleh PepsiCo juga tidak mengungkapkan pelarangan penggunaan api dalam membangun
perkebunan kelapa sawit yang baru. Selain itu, aturan yang dibuat oleh PepsiCo juga tidak
memberikan dukungan yang jelas terhadap produsen kecil dan lokal, serta tidak mencakup pada
aturan mengenai perlindungan hak asasi manusia terhadap pekerja dan komunitas lokal.
1. PepsiCo harus menyadari semakin mereka menggunakan minyak kelapa sawit untuk
produk mereka, semakin banyak kehancuran yang akan mereka buat.
2. Adanya mill traceability, dimana PepsiCo harus memperhatikan pemasok mereka
untuk melacak ketelusuran 100% ke pabrik. Sehingga PepsiCo dapat memastikan bahwa
tidak
pelanggaran hak asasi manusia, konservasi dan kebijakan hutan yang menentang /
tidak mematuhi kebijakan kelapa sawit.
3. Ubah pemasok mereka ke pemasok yang terdaftar di RSPO. Secara kontinu
melaksanakan komitmenya untuk membeli 100% minyak sawit berkelanjutan yang
bersertifikasi oleh RSPO secara resmi pada tahun 2020, serta mencakup pengembangan
kemampuan pemasok sebagai investasi pada rantai pasokan baru.
4. Melaksanakan program-program yang mempunyai pengaruh yang baik bagi Sosial,
Ekonomi, dan Lingkungan, dimana program tersebut melibatkan beragam kalangan
stakeholder mulai dari pemasok maupun organisasi-organisasi sosial.
PepsiCo telah menjalankan program sustainability sejak tahun 2010. Pepsico membuat 10
tujuan strategis mencakup empat area dampak utama dari program sustainability mereka, yaitu
performance sustainability, human sustainability, environment sustainability, dan talent
sustainability. Komitmen Pepsico dalam tiga area tersebut adalah berusaha untuk meningkatkan
kandungan nutrisi dalam setiap produknya dan menawarkan bermacam-macam pilihan makanan
dan minuman yang bernutrisi (Human); berusaha untuk meminimalisir dampak negatif bagi
lingkungan dan melestarikan sumber daya alam diseluruh operasional dan rantai pasokan
perusahaan (Environmental); berusaha untuk membangun budaya keragaman dan keterikatan,
dan agar memastikan rantai pasok didukung dan diperlakukan dengan hormat. Berikut adalah 10
tujuan strategi yang tersebar dalam tiga area:
A. Performance Goals
1. Berusaha untuk memberikan kinerja keuangan jangka panjang yang superior dan nilai
pemegang saham yang berkelanjutan.
B. Human Goals
2.Perbaiki pilihan portofolio
3.Memberikan pemberitahuan yang jelas tentang informasi nutrisi
C. Environmental Goals
4.Melindungi dan melestarikan air
5.Mengurangi pencemaran dari kemasan
6.Menghilangkan limbah plastik hasil produksi pada TPA
7. Mengurangi emisi GHG
8. Mendukung pertanian
berkelanjutan D. Talent Goals
9. Buat tempat kerja yang lebih baik
10. Menghormati hak asasi manusia
Kelapa sawit merupakan fokus utama dari program keberlanjutan PepsiCo. PepsiCo
sendiri merupakan salah satu perusahaan pembeli kelapa sawit terbesar sehingga, memiliki
rantai
pasok yang global yang kompleks yang mencakup puluhan pemasok, lebih dari 1500 mills dan
puluhan ribu kebun kelapa sawit. Pada tahun 2015, PepsiCo meluncurkan action plan sebagai
komitmen perusahaan dalam keberlangsungan industri kelapa sawit. Alasan lainnya karena
PepsiCo menyadari adanya keprihatinan stakeholder terkait isu lingkungan dan hak asasi
manusia pada industri kelapa sawit, terutama yang terjadi di Indonesia dan Malaysia karena
mereka pemasok kelapa sawit terbesar bagi PepsiCo. Berikut adalah isi dari action plan
PepsiCo:
1. Sumber 100% bersertifikat RSPO pada tahun
2015 Status: completed
2. Memastikan semua supplier langsung adalah anggota RSPO pada tahun
2016 Status: kurang lebih 83% supplier langsung adalah anggota RSPO
3. Bekerja sama dengan industri terkait dan kelompok lainnya untuk meningkatkan
pemahaman tentang isu-isu lingkungan di industri kelapa sawit
Status: mendukung RSPO Next melalui CGF, meminta penyempurnaan lebih lanjut (Oct
2015)
4. Peta rantai pasokan ke mill asal untuk memastikan ketelusuran pada tahun
2016 Status: sekitar 65% minyak kelapa sawit telah traceable dari mill asal
supplier
5. Melaksanakan program audit pihak ketiga untuk kebijakan Forestry Stewardship and
Land Rights bagi rantai pasok kelapa sawit
Status: bekerjasama dengan ProForest (pihak ketiga yang kredibel) untuk proses audit;
protokol akan berfokus pada komitmen PepsiCo di HCS, HCV, peat lands, hak tanah, dan
HAM
6. Secara aktif menilai risiko pemasok global kelapa sawit dan negara sumber serta terlibat
dengan para pemasok yang beroperasi di daerah berisiko tinggi untuk melakukan
penilaian praktek secara on the ground
Status: sedang berdiskusi dengan ProForest untuk menilai apa yang dibutuhkan
untuk mengembangkan analisis risiko dan rencana mitigasi
7. Minta kepada suplier kelapa sawit untuk melaporkan pembuangan emisi gas rumah kaca
melalui CDP Supply Chain atau program serupa
Status: PepsiCo setiap tahun melaporkan emisi GHG melalui CDP dan telah membangun
hubungan yang kuat dengan proyek CDP Supply Chain
8. Pemasok, jika diperlukan, akan didorong untuk menerapkan standar tinggi
untuk keberlanjutan kelapa sawit di seluruh sistem mereka
Status: PepsiCo baru sampai pada tahap menyadari pentingnya FPIC untuk
menyelesaikan permasalahan sengketa lahan, sehingga PepsiCo ingin mendorong
supplier untuk mengadopsi peraturan dan praktek yang sama
9. Meminta pemasok untuk mengidentifikasi penggunaan derivatif dalam bahan
kami Status: PepsiCo mulai menghubungi supplier pemasok kelapa sawit
10. Bekerja sama dengan pemasok untuk memastikan bahwa kebijakan kelapa sawit
PepsiCo diimplementasikan dengan cara yang mendukung dimasukkannya petani kecil
Status: mulai aktif berpartisipasi dalam kerjasama dengan supplier di Mexico,
untuk memahami tantangan pada perkebunan kelapa sawit kecil
11. Memanfaatkan Sustainable Farming Initiative PepsiCo untuk mendukung pelaksanaan
praktik pertanian berkelanjutan yang memungkinkan petani meningkatkan produksi di
lahan pertanian saat ini dan meminimalkan dampak pada wilayah sekitarnya
Status: mulai aktif bekerjasama dengan supplier di Mexico
12. Pastikan rantai pasokan minyak sawit PepsiCo memahami harapan PepsiCo berdasarkan
Kode Etik Pemasok (SCCC)
Status: membuat modul pelatihan Supplier CoC yang dapat diunduh pada website
PepsiCo
13. Pastikan sumber minyak kelapa PepsiCo sesuai dengan Kebijakan Pengelolaan
Pelestarian Kehutanan PepsiCo, yang mencakup kepatuhan terhadap prinsip-prinsip
mengenai kawasan Hutan Tinggi Karbon (HCS), Nilai Konservasi Tinggi (HCV), dan
tidak ada pembangunan baru lahan gambut
Status: bekerjasama dengan ProForest dalam mengembangkan rencana untuk menilai
rantai pasokan atas risiko ketidakpatuhan terhadap Pengelolaan Kehutanan, Pemanfaatan
Lahan, dan kebijakan kelapa sawit
14. Pastikan sumber minyak kelapa PepsiCo sesuai dengan Kebijakan Penggunaan Lahan
PepsiCo, yang mencakup kepatuhan terhadap prinsip Free Prior and Informed Consent
(FPIC)
Status: bekerjasama dengan ProForest dalam mengembangkan rencana untuk menilai
rantai pasokan atas risiko ketidakpatuhan terhadap Pengelolaan Kehutanan, Pemanfaatan
Lahan, dan kebijakan kelapa sawit
15. PepsiCo akan menerapkan kebijakan dan komitmennya terhadap semua merek dan
produknya di seluruh dunia
Status: mulai berkomunikasi dengan IndoFood JV terkait sumber minyak kelapa sawit
yang lestari untuk produk PepsiCo
16. Peta rantai pasokan dari pabrik ke tingkat petani / perkebunan pada akhir tahun 2020
Status: langkah selanjutnya di tahun 2016
17. Secara berkala laporkan kemajuan terhadap kebijakan, komitmen, dan action plan
ini Status: laporkan setiap tahun kinerja action plan
1. PepsiCo berhasil melaksanakan traceability pada level mill sebesar 86%, dasar tinjauan
adalah risiko lingkungan dan HAM.
2. Untuk penelusuran pada level perkebunan, masih terdapat kekurangan. Sehingga,
PepsiCo mulai berkolaborasi dengan industri dan pemangku kepentingan lainnya
untuk mengatasi kesenjangan ini.
3. PepsiCo membuat proses keterlibatan proaktif dengan semua pemasok langsung dengan
rencana mengembangkan scorecard pemasok baru dengan penekanan pada kebijakan,
keterlibatan, sertifikasi dan keluhan.
4. Sedang mengembangkan mekanisme keluhan untuk menangani keluhan lingkungan dan
sosial yang melibatkan minyak kelapa sawit dan bahan baku pertanian lainnya dalam
rantai pasokan.
5. Pada tahun 2016, PepsiCo meningkatkan pengadaan minyak sawit berkelanjutan yang
bersertifikat secara legal menjadi 16% dari total volume, dengan menggunakan
standar Roundtable for Sustainable Palm Oil (RSPO) selanjutnya, pada akhir 2017,
PepsiCo menargetkan 30%.
6. PepsiCo memulai berinvestasi dalam perbaikan kondisi di daerah sumber kelapa sawit
utama, yaitu Indonesia dan Meksiko. Sebagai contoh, PepsiCo mensponsori Interpretasi
Nasional Prinsip dan Kriteria RSPO di Meksiko sambil mendukung program yang akan
memberikan pelatihan mengenai penilaian Nilai Konservasi Tinggi (HCV) dan Stok Karbon
Tinggi (HCS).
7. PepsiCo berpartisipasi dalam lokakarya kelapa sawit yang diselenggarakan oleh Oxfam,
membantu memimpin webinar penelusuran minyak sawit di bawah naungan the
Consumer Goods Forum, dan bergabung dengan Aliansi Hutan Tropis (TFA) 2020
Partnership.