Analysis Case V
PepsiCo’s Diversification Strategy in 2018
Nama Kelompok 8 :
Magister Management
Faculty of Economics and Business
Gadjah Mada University
2020
I. Analisis Kasus
II. Reasoning
Strategi akuisisi dan merger bisa dikatakan menjadi strategi utama PepsiCo
dalam mengembangkan bisnis mereka. Strategi ini berawal saat Dooling dan Lay
melakukan merger dan bergabung membentuk Frito-Lay Company. Dari sinilah
PepsiCo mulai melakukan merger dengan Frito-Lay hingga mengakuisisi
perusahaan-perusahan besar di luar minuman dan makanan ringan seperti Pizza Hut,
Kentucky Fried Chicken dan lainnya seperti Pepsi Bottling Group dan PepsiCo
Americas pada tahun 2010. Dari hasil strategi akuisisi dan merger ini, Wayne
Calloway (CEO PepsiCo antara tahun 1986 dan 1996) menyebut kombinasi akuisisi
perusahaan makanan ringan, minuman ringan, dan makanan cepat saji ini sebagai a
balanced three legged stool. Calloway percaya kombinasi ini akan menawarkan cost
sharing and skill transfer opportunities.
Akuisisi ini juga dirancang untuk lebih mengintegrasikan sistem distribusi
global perusahaan untuk bisnis minuman. Pada tahun 2011, perusahaan kembali
mengakuisisi perusahaan makanan dan minuman terkemuka Rusia, Wimm-Bill-Dann
Foods senilai $ 3,8 miliar. Kombinasi akuisisi dan kekuatan bisnis makanan ringan
dan minuman inti PepsiCo memungkinkan pendapatan perusahaan meningkat dari
sekitar $ 29 miliar pada tahun 2004 menjadi lebih dari $ 66 miliar pada tahun 2013.
Strategi akuisisi dan merger yang dijalankan oleh PepsiCo selama bertahun-tahun
ternyata membuat produk mereka mengalami diversifikasi. Hal ini juga membuat
sebagian besar produk PepsiCo mencapai nomor satu dan nomor dua dalam kategori
makanan dan minuman. Keberhasilan PepsiCo menempati posisi ini juga tidak
terlepas pada penerapan strategi mereka yang memperhatikan inovasi produk,
hubungan dekat dengan distributor, ekspansi internasional, dan akuisisi. Perusahaan
juga percaya bahwa upayanya untuk mengembangkan good-for-you dan
better-for-you akan menciptakan peluang pertumbuhan dari persimpangan antara
kepentingan bisnis dan publik.
Strategi PepsiCo yang fokus untuk melakukan inovasi produk untuk
mempertahankan penjualan dan pangsa pasar, termasuk membuat formula baru untuk
menurunkan kandungan kalori dari minuman non-diet terbilang berhasil. Akan tetapi
seiring berjalannya waktu bisnis minuman berkarbonasi ini mengalami penurunan
secara keseluruhan hingga 2 persen setiap tahun selama lebih dari satu dekade.
Penurunan konsumsi minuman berkarbonasi ini secara keseluruhan adalah hasil dari
minat konsumen pada pilihan makanan dan minuman yang lebih sehat.
Manajemen PepsiCo juga berdedikasi untuk menyelaraskan strategic-fit
benefits dalam deretan bisnis PepsiCo di seluruh rantai nilai. Perusahaan pun
menerapkan strategi Power of One di seluruh lini produk. Aktivitas ini
memungkinkan untuk mensinergikan kecocokan strategis antara operasi bisnis
akuisisi baru dengan bisnis lainnya. Secara total, perusahaan memperkirakan bahwa
sinergi di antara unit-unit bisnisnya menghasilkan penghematan produktivitas sekitar
$ 1 miliar per tahun.
III. Case Evidence
Strategi utama yang digunakan oleh PepsiCo adalah akuisisi perusahaan
makanan dan minuman, terutama yang bersifat sejenis dengan produk yang
dihasilkannya. Kinerja dari strategi ini dapat dilihat jika keadaan finansial serta profit
yang didapatkan mengalami peningkatan. Akan tetapi, peningkatan hanya terlihat
pada produk Good for You ( GFY) dan Better for You (BFY), sedangkan pada produk
Fun for You ( FFY) dinilai menurun. Hal ini membuat PepsiCo harus dapat
meningkatkan diferensiasi produk dari GFY dan BFY mengingat bahwa masyarakat
yang ada lebih memilih untuk mengkonsumsi makanan dan minuman yang bersifat
menyehatkan daripada mengkonsumsi produk yang tergolong ke dalam FFY yang
memiliki kandungan gula sehingga produknya berkalori tinggi.
PepsiCo memiliki produk yang telah dikenal oleh seluruh dunia sehingga
memiliki brand dengan nilai yang tinggi dan memiliki reputasi yang baik. Hal ini
dapat dimanfaatkan oleh PepsiCo untuk meningkatkan keragaman produk dan inovasi
dari masing - masing produk untuk meningkatkan nilainya. Akuisisi yang dilakukan
kepada berbagai macam lini perusahaan, mulai dari perusahan minuman, perusahaan
makanan, dan juga perusahaan makanan cepat saji yang memiliki tujuan yang hampir
sama, yaitu meningkatkan penjualan serta nilai produk yang dimiliki, dapat dilakukan
secara serentak dikarenakan jenis produk yang sama. Hal ini memudahkan PepsiCo
dalam mengelola sumber daya manusia dan teknologi yang dimiliki yang dapat
dipindahkan ke bagian manapun selama masih dalam industri dari minuman dan
makanan yang dimilikinya.
Turunnya profit pada minuman bersoda serta brand besar lainnya, yang
sebagian besar merupakan makanan ringan menjadi salah satu ancaman bagi PepsiCo.
Masyarakat lebih memilih untuk mengkonsumsi makanan dan minuman yang sehat
dibandingkan dengan memilih minuman bersoda yang dimiliki oleh PepsiCo. Selain
itu, penjualan pada skala internasional mengalami penurunan, hal ini dapat
disebabkan oleh perbedaan preferensi dalam memilih produk yang ada di negara lain.
Hal lain juga dapat disebabkan oleh tingginya harga bahan baku pada negara yang
berbeda, tingginya harga mata uang di negara berbeda, serta kesadaran akan
penggunaan plastik yang sebagian besar menjadi bahan dalam mengemas produk dari
PepsiCo. Perusahaan minuman yang berada di daerah North America mengalami
decline, t etapi masih menghasilkan profit sehingga perlu adanya pengembangan pada
bisnis di daerah tersebut. Pendatang baru dalam bisnis makanan dan minuman juga
terhitung banyak dan menjadi salah satu ancaman untuk PepsiCo, mengingat barriers
to entry pada industri ini rendah dan mudah bagi perusahaan untuk masuk ke dalam
industri ini. Selain itu, keadaan ekonomi dunia juga berpengaruh terhadap bisnis dari
PepsiCo, mengingat bahwa produknya merupakan minuman dan makanan ringan
yang menjadi pertimbangan untuk beberapa orang dalam mengkonsumsi produk
tersebut jika dibandingkan dengan kebutuhan yang harus dipenuhi saat itu. PepsiCo
juga memiliki saingan dengan ukuran dan nilai brand y ang hampir sama seperti Coca
Cola Company sehingga juga menjadi tantangan bagi PepsiCo untuk dapat bertahan
dengan aspek yang telah disebutkan sebelumnya.
IV. Recommendation
Kesadaran masyarakat tentang gaya hidup sehat membuat penjualan dan nilai
perusahaan Pepsico semakin menurun. Manager Pepsico merancang berbagai strategi
untuk mempertahankan perusahaannya, mulai dari mempertahankan kinerja yang
mengesankan melalui inovasi produk, hubungan dekat dengan sekutu distribusi,
ekspansi internasional, dan akuisisi strategis. Namun upaya-upaya yang dilakukan
tersebut masih kurang maksimal. Sehingga Pepsico perlu menyusun strategi-strategi
baru lainnya.
Salah satu strategi diversifikasi yang perlu diterapkan oleh Pepsico adalah
strategi yang melibatkan pembangunan perusahaan di sekitar bisnis yang berfokus
epsico memiliki
pada kecocokan strategis yang lebih baik pada aktivitas value chain. P
kolaborasi bisnis yang bervariasi. Sehingga untuk memaksimalkan kinerjanya, akan
lebih baik jika Pepsico saling berbagi atau transfer sumber daya dengan keahlian
khusus dan memiliki pengetahuan teknologi atau nilai kompetitif lainnya. Strategi
berbagi ini juga dapat dilakukan pada divisi finance dalam hal ini (biaya) dengan cara
menggabungkan kegiatan value chain antar ruang lingkup bisnis menjadi satu
koperasi. Selain itu penerapan strategi berbagi juga berlaku dalam divisi marketing,
Pepsico dapat melakukan exposure terhadap produk barunya melalui brand yang
paling terkenal di perusahaan Pepsico sehingga dapat menarik dan meyakinkan
masyarakat. Sehingga dengan penerapan strategi dan kolaborasi antar produk yang
maksimal dapat menciptakan persaingan yang kompetitif di pasar.
V. Conclusion
PepsiCo, Inc., didirikan pada tahun 1965 ketika Pepsi Cola dan Frito
Pemegang saham Lay menyetujui penggabungan antara ikon makanan ringan asin dan
minuman. Strategi PepsiCo yang fokus untuk melakukan inovasi produk untuk
mempertahankan penjualan dan pangsa pasar, termasuk membuat formula baru untuk
menurunkan kandungan kalori dari minuman non-diet terbilang berhasil. Manajemen
PepsiCo juga berdedikasi untuk menyelaraskan strategic-fit benefits dalam deretan
bisnis PepsiCo di seluruh rantai nilai. Perusahaan pun menerapkan strategi Power of
One di seluruh lini produk. Strategi utama yang digunakan oleh PepsiCo adalah
akuisisi perusahaan makanan dan minuman, terutama yang bersifat sejenis dengan
produk yang dihasilkannya. Kinerja dari strategi ini dapat dilihat jika keadaan
finansial serta profit yang didapatkan mengalami peningkatan. Akan tetapi,
peningkatan hanya terlihat pada produk Good for You ( GFY) dan Better for You
(BFY), sedangkan pada produk Fun for You (FFY) dinilai menurun.