NIM : 20/465370/PEK/26373 Mata Kuliah : Strategic Management Dosen : Tarsisius Hani Handoko, M.B.A., Dr
Starbucks in 2018: Striving for Operational Excellence and Innovation Agility
1. Case Summary Starbucks
Starbucks Corporation merupakan perusahaan pemasar kopi, penjual kopi, serta pemilik jaringan kedai kopi terbesar di dunia yang berasal dari Amerika Serikat dan berkantor pusat di Seattle, Washington. Starbucks didirikan pada tahun 1971 oleh tiga orang, yaitu Jerry Baldwin, Gordon Bowker, dan Zev Seigl. Fokus awal bisnis utama Starbucks adalah penjualan dan pemasaran biji kopi. Namun Starbucks memperluas bisnisnya, yaitu mengedepankan jaringan kedai kopi global. Di mana pada bulan April 2018, Starbucks telah memiliki lebih dari 28.000 outlet di 76 negara dan berhasil memperoleh pendapatan melebihi $24 miliar. Tidak hanya itu, upaya perluasan bisnis lainnya yang dilakukan oleh Starbucks dapat terlihat sebagai berikut: - Memiliki produk lain, seperti teh Tazo dan Teavana, Kopi Seattle, jus dan Evolution Fresh smoothie, serta air kemasan Ethos. Starbucks juga menjual makanan ringan, berbagai jenis cake dan kue kering, serta sandwich. - Pembukaan 20 sampai 30 gerai Starbucks Reserve di seluruh dunia untuk menghadirkan pengalaman kelas premium kepada konsumen sekaligus mempromosikan produk kopi Starbucks Reserve yang baru-baru ini diperkenalkan. 2. Analisis Total Quality Management (TQM) Dalam mempersiapkan strategi baru, perusahaan Starbucks menerapkan sistem Total Quality Management (TQM). TQM merupakan manajemen kualitas yang mengedepankan pada pelanggan dengan cara melibatkan seluruh level tingkatan karyawan dalam mengerjakan peningkatan ataupun perbaikan pada produk, proses, maupun layanan secara kontinu untuk menyentuh kesuksesan jangka panjang. Sistem TQM yang diterapkan oleh Starbuck dalam aktivitas bisnis: a. Business Process Reengineering Awalnya, Starbuck berusaha untuk melakukan perluasan atau ekspansi jaringan kedai kopi Starbucks di Amerika Serikat dengan membuka tokonya sendiri di lokasi dengan profil demografis yang menguntungkan yang juga dapat dilayani dan didukung oleh infrastruktur operasi perusahaan. Strategi “Starbucks everywhere” mengurangi biaya pengiriman dan manajemen, memperpendek jalur pelanggan di toko individu, dan meningkatkan lalu lintas pejalan kaki sekitar kedai kopi. Strategi lisensi dan ekspansi internasional digunakan untuk mendapatkan izin pembukaan outlet di hotel, bandara, maupun kampus baik secara domestik maupun internasional. Starbucks lebih memilih lisensi daripada waralaba karena memungkinkan kontrol yang lebih ketat atas operasi pemegang lisensi dan memiliki risiko yang lebih kecil. Strategi ekspansi internasional yang dilakukan oleh Starbucks adalah dengan membuka gerai yang dioperasikan perusahaan sendiri atau memberikan lisensi kepada perusahaan lokal dengan reputasi yang baik. Total gerai Starbucks di dunia adalah 31.256 outlet. Akuisisi dan joint venture juga dilakukan oleh Starbuck yang bertujuan untuk memperluas bisnis serta meningkatkan awareness pelanggan terhadap produk Starbucks. Berbagai upaya dilakukan oleh Starbucks untuk strategi akuisisi dan joint venture, antara lain: - Pemasaran dilakukan oleh grup internal perusahaan ke berbagai restoran, maskapai penerbangan, hotel, universitas, rumah sakit, kantor bisnis, country club, dan pengecer tertentu. - Starbucks melakukan usaha joint venture dengan Pepsi Co. untuk memanfaatkan saluran distribusi massal dan global untuk produk ritel yang dijual di supermarket. - Starbucks juga melakukan usaha kemitraan dengan Dreyer's Grand Ice cream pada tahun untuk menyediakan ekstrak kopi untuk lini baru es krim kopi. Meskipun berhasil, kerja sama ini dihentikan pada tahun 2008 karena Starbucks berpartner dengan Unilever untuk memproduksi, memasarkan, dan mendistribusikan es krim di AS dan Kanada. - Starbucks juga memiliki lisensi Kraft Food untuk memasarkan dan mendistribusikan kopi bubuk dan biji utuh milik Strabuck di Amerika Serikat, Kanada, dan negara Eropa lainnya. Strategi kemitraan lainnya juga banyak dimanfaatkan oleh Starbucks dalam meningkatkan awareness konsumen terhadap produknya. Perusahaan membentuk Consumer Product Group (CPG) yang telah direorganisasi menjadi Channel Development. CPG bertanggung jawab dalam penjualan produk Starbucks yang dijual di semua saluran selain toko ritel berlisensi dan yang dioperasikan oleh perusahaan Starbucks serta untuk mengelola kemitraan dan joint venture perusahaan dengan PepsiCo, Unilever, Green Mountain Coffee Roasters, dan lain-lain. Channel Development bertanggung jawab untuk memastikan penjualan dan distribusi biji kopi utuh panggang dan kopi bubuk, berbagai minuman siap minum (seperti Frappuccino, Doubleshot, dan Refreshers), jus, dan produk bermerek lainnya dijual di seluruh dunia melalui toko retail, pengecer khusus, toko serba ada, dan berbagai penyedia makanan AS. Starbucks telah menciptakan proses bisnis yang berkualitas, mulai dari pembelian biji kopi, pemasaran produk, saluran distribusi, hingga produk diterima oleh konsumen. b. Continuous Improvement Dalam Menciptakan Customer Satisfaction dan Customer Engagement - Starbucks menerbitkan Starbucks Card dan Starbucks Reward sebagai loyalty program untuk meningkatkan engagement perusahaan dengan pelanggan. - Starbucks menciptakan perluasan produk yang ditawarkan kepada pelanggan. Tidak hanya kopi, Starbucks juga menawarkan produk lainnya seperti teh, smoothies, minuman coklat, makanan ringan, kue, buah-buahan, salad, susu, dan lainnya. Perusahaan juga sering menciptakan menu-menu minuman baru dan terbatas saat event- event Starbucks berlangsung. c. Desain Gerai Kedai Kopi Starbuck Desain kedai kopi juga merupakan salah satu kunci sukses dari “Starbucks Experience” karena menghadirkan pengalaman bagi pelanggan yang tidak terbatas pada mecicipi kopi saja. Starbucks memiliki tim arsitek dan desainer internal untuk memastikan bahwa setiap kedai kopi akan menyampaikan citra dan karakter yang sesuai. Perusahaan pun memandang setiap kedai kopi sebagai daya tarik kepada pelanggan sekaligus membangun merek dan citra perusahaan. Perusahaan berusaha dalam memastikan tempat, kombinasi desai warna dan tata letak, serta perpaduan musik dan aroma kopi sehingga menciptakan suasana yang tidak dapat dilupakan pelanggan. Using Rewards and Incentives to Promote Better Strategy Execution Agar eksekusi strategi dapat berhasil, maka Starbucks memberikan beberapa bentuk incentif dan kompensasi untuk memotivasi para pegawainya, antara lain: - Pemberian upah yang baik dan pemberian asuransi kesehatan untuk meningkatkan kesejahteraan karyawan. - Penciptaan sistem pengelolaan SDM yang baik, mulai dari tahapan rekrutmen, pekerjaan, hingga pelatihan bagi karyawan. - Pemberdayaan karyawan Starbuck dengan melakukan pemberian opsi saham dan rencana pembelian saham oleh karyawan). 3. Rekomendasi Starbucks Corporation telah menerapkan sistem TQM dalam mengeksekusi strategi dan telah mencapai keunggulan bisnis maupun operasional. Starbucks pun telah berusaha untuk dapat menentukan dan mengalokasikan sumber daya yang diperlukan seperti modal, bahan baku, SDM, dan bagaimana sumber daya tersebut didistribusikan sesuai dengan kebutuhan masing-masing unit organisasi perusahaan. Starbucks harus mampu melakukan evaluasi kembali terhadap bisnis yang telah berjalan saat ini dengan mempertimbangkan potensi sumber daya yang dimiliki oleh Starbucks untuk mempertahankan bisnis secara jangka panjang. Starbucks harus tetap berinovasi dalam menawarkan alternatif pilihan makanan maupun minuman, khususnya dalam menyesuaikan tren industri saat ini. Sarana pengiriman kopi melalui sarana online juga dapat menjadi pilihan bagi pelanggan untuk memudahkan pelanggan ingin mencicipi kopi Starbucks namun terhalang akses. Aktivitas operasional dan pemasaran yang kreatif dan menarik dapat menjadi daya tarik tersendiri yang dapat diciptakan oleh Starbucks, khususnya untuk menarik konsumen yang lebih muda, seperti pemasaran efektif melalui berbagai platform media sosial serta penggunaan bahan organik dan bahan bebas gluten. Starbucks pun perlu mempertahankan loyalitas pelanggan melalui loyalty programs sehingga dapat mempertahankan pelanggan yang ada dan menarik pelanggan baru. Starbucks pun harus tetap berkomitmen untuk menjaga kelestarian lingkungan serta kesejahteraan ekonomi para pihak yang terlibat dengan bisnis kopi Starbucks, salah satunya adalah kesejahteraan petani kopi.