FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
NAMA : SYARIFAH KHAIRUNNISA
NIM : 03041381924120
CONTROL APPLICATION
Pada dasanya rangkaian komparator adalah satu jenis penerapan rangkaian
yang mempunyai fungsi utama membandingkan dua data digital. Hasil
pembandingan itu adalah, sama, lebih kecil, atau lebih besar. Pada data
komparator dari dua data digital yang hanya terdiri dari 1 bit yang dibandingkan,
kemudian dapat diperluas menjadi dua data digital yang terdiri dari lebih dari 1 bit
seperti dua bit, tiga bit, dst. Komparator banyak digunakan misalnya pada mesin
penyeleksi surat, baik ukuran dimensinya, berat surat, kode area (berdasarkan bar-
code), dsb (Setiawan, Danu dkk.2013). Misalkan kita ingin merancang suatu alat
pembanding (comparator) yang akan membandingkan dua angka dan memberkan
hasilnya, yaitu angka yang satu lebih kecil, lebih besar, atau sama dengan angka
yang satunya. Sistem pembanding ini digambarkan secara garis besar sebagai
sebuah kotak hitam yang hanya diketahui fungsinya saja (Setiawan, Danu
dkk.2013). Komparator adalah sebuah rangkaian penguat yang memiliki dua buah
input. Tegangan output yang dihasilkan komparator sebanding dengan selisih
antara dua tegangan inputnya. Gain komparator kurang lebih adalah sebesar
200.000, sehingga selisih input sebesar hanya 100 μV pun sudah cukup untuk
menurunkan output mendekati 0V atau menaikkannya hingga mencapai tegangan
catu (Caang, 2013). Dikarenakan fungsi komparator sebagai pembanding
sehingga hal tersebut berarti harus ada 2 input. Misalkan saja input A dab B yang
masing-masing terdiri dari 2 dan 3 bit output. Kemudian, untuk menunjukkan
hasil perbandingan tersebut ialah : A>B, A<B, dan A=B. Dimana cara kerja
sistem ini simple yaitu setiap waktu hanya ada satu output yang bernilai BENAR.
Output A>B akan bernilai „1‟ apabila nilai A lebih besar dari B. Demikian juga
halnya dengan output A<B dan A=B yang bernilai „1‟ apabila nilai A lebih kecil
dari B dan apabila nilai A sama dengan B.
HIMPUNAN MAHASISWA ELEKTRO
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
NAMA : SYARIFAH KHAIRUNNISA
NIM : 03041381924120
arduino Uno, pin yang bisa dimanfaatkan untuk PWM adalah pin yang diberi
tanda tilde (~), yaitu pin 3, 5, 6, 9, 10, dan pin 11. Pin-pin tersebut merupakan pin
yang bisa difungsikan untuk input analog atau output analog. Oleh sebab itu, jika
akan menggunakan PWM pada pin ini, bisa dilakukan dengan perintah
analogWrite(); PWM pada arduino bekerja pada frekuensi 500Hz, artinya 500
siklus/ketukan dalam satu detik. Untuk setiap siklus, kita bisa memberi nilai dari 0
hingga 255. Ketika kita memberikan angka 0, berarti pada pin tersebut tidak akan
pernah bernilai 5 volt (pin selalu bernilai 0 volt). Sedangkan jika kita memberikan
nilai 255, maka sepanjang siklus akan bernilai 5 volt (tidak pernah 0 volt). Jika
kita memberikan nilai 127 (kita anggap setengah dari 0 hingga 255, atau 50% dari
255), maka setengah siklus akan bernilai 5 volt, dan setengah siklus lagi akan
bernilai 0 volt. Sedangkan jika jika memberikan 25% dari 255 (1/4 * 255 atau 64),
maka 1/4 siklus akan bernilai 5 volt, dan 3/4 sisanya akan bernilai 0 volt, dan ini
akan terjadi 500 kali dalam 1 detik. (Sumber:
https://www.elangsakti.com/2015/06/arduino-konsep-dan-cara-kerja-pwm.html.
Diakses pada tanggal 18 Februari 2019).
dihasilkan tergantung dari proses yang dilakukan dalam sistem kontrol. (Sumber:
http://aristriwiyatno.blog.undip.ac.id/files/2011/10/Bab-1-Konsep-Umum-Sistem-
Kontrol.pdf. Diakses pada tanggal 18 Februari 2019).
positif atau juga negatif. Dengan syarat besarnya tetap, linier di semua daerah
kerja dan tidak bergantung pada fungsi waktu. Pengertian gain disini dapat
berbentuk bilangan pecahan bahkan negatif, sehingga nilai output dapat lebih
kecil dari input bahkan negatif. Oleh karena itu, istilah gain jarang dipakai dan
yang lazim dipakai adalah istilah proporsional band. Kontroler aksi integral
berfungsi untuk menghilangkan offset sebagai hasil dari reset yang dapat
menghasilkan output walaupun tidak terdapat input, sehingga dibutuhkan suatu
pengendali yang dapat menghasilkan output lebih besar atau lebih kecil pada saat
error = 0. Kontroler aksi derivatif memiliki karakteristik cenderung untuk
mendahului atau bisa disebut anti pasif controlling. Oleh karena itu aksi kontrol
ini sering diterapkan pada sistem yang memiliki inersia tinggi yang bersifat
lagging. Lalu, kontroler Aksi Proporsional + Integral.Pada pengontrolan
proporsional dapat menimbulkan offset pada keluaran pengendali. Untuk proses-
proses dimana offset tidak dapat ditolerir maka perlu ditambahkan aksi
pengontrolan integral. Aksi kontrol integral dapat menghilangkan perbedaan
pengukuran dan titik acuan yang dapat mengakibatkan keluaran pengendali
berubah sampai dengan perubahan tersebut berharga nol. Kemudian kontroler
Aksi Proporsional + Integral + Derivatif. Sistem pengontrolan derivatif
merupakan pengontrolan dengan proses umpan balik yang berlawanan dengan
cara pengendalian integral. Penambahan aksi derivatif pada pengendalian
proporsional + integral bertujuan untuk meningkatkan kestabilan pengontrolan
dan mempercepat tanggapan dari sistem, peningkatan kestabilan sistem kontrol
diperoleh dari penurunan overshoot. Jika terjadi perubahan sinyal pengukuran
maka keluaran pengontrol dengan proporsional bellow tidak terhubung langsung
tetapi katup yang akan memperkecil aliran ke arah proporsional bellow. (Sumber:
http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/18172/Chapter
HIMPUNAN MAHASISWA ELEKTRO
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
NAMA : SYARIFAH KHAIRUNNISA
NIM : 03041381924120
%20II.pdf;jsessionid=AE4E7E2524CA39C200D4933246F199A1?sequence=3.
Diakses pada tanggal 18 Februari 2019)
TABEL
V(s) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Vin
1,852 1,929 2,939 4,18 4,84 5,58 6,85 7,78 8,96 10,30
(V)