Anda di halaman 1dari 75

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


  Air Susu Ibu (ASI) adalah makanan yang paling penting terutama
dalam  bulan-bulan awal kehidupan (Sukarni, 2013). Nutrisi yang baik
pada bayi mempercepat pertumbuhan dan perkembangan yang optimal.
Menyusui merupakan kesempatan untuk berinteraksi sosial, fisiologis, dan
bahkan edukasi antara orang tua dan bayi. Menyusui juga dapat
membangun dasar untuk mengembangkan kebiasaan makan yang baik
yang berlansung seumur hidup (Lowdermilk et.al, 2013). Inisiasi Menyusu
Dini (IMD) merupakan proses alami mengembalikan bayi manusia untuk
menyusu yaitu dengan memberikan kesempatan pada bayi untuk mencari
dan menghisap ASI sendiri dalam satu jam pertama pada awal
kehidupannya (Utami, 2008).
Edukasi orang tua, dukungan dari pasangan dan keluarga
merupakan faktor penentu utama dalam pengambilan keputusan ibu untuk
menyusui (Lowdermilk et.al, 2013). IMD merupakan faktor yang terpenting
sebagai penentu keberhasilan ASI eksklusif. Karena dengan IMD,
produksi ASI akan terstimulasi sejak dini. IMD juga mempercepat
pengeluaran placenta, dan mempercepat  pengeluaran ASI (Tamara,
2011).
WHO-UNICEF mengeluarkan protokol tentang “ASI Segera” yang
harus diketahui tenaga kesehatan. Protokol tersebut adalah melakukan
kontak kulit ibu dengan kulit bayi segera setelah lahir selama paling sedikit
satu jam dan bantu ibu mengenali kapan bayinya siap menyusu (Majid,
2008). Kontak langsung kulit ibu dan bayi akan memberikan kehangatan
dan ikatan antara ibu dan bayi (Maritalia, 2012). Penelitian di negara
Afrika, IMD dapat menurunkan resiko kematian bayi usia 2-28 hari akibat
infeksi saluran nafas akut dan diare (Edmond et.al, 2014). Kontak kulit ibu
dan kulit bayi serta ASI pertama (kolostrum) dapat menstimulasi sistem
kekebalan tubuh bayi (Edmond et.al 2014). ASI mengandung zat gizi dan
zat  protektif yang bermanfaat untuk daya tahan tubuh bayi sehingga
jarang sakit (Maritalia, 2012).
Praktek IMD dapat menurunkan angka kematian bayi baru lahir.
Menurut penelitian yang dilakukan di Ghana , 22% kematian bayi baru
lahir dapat dicegah bila bayi menyusu pada ibunya dalam satu jam
pertama (Edmond et.al, 2014). Di negara Amerika dalam dekade terakhir
angka menyusui meningkat menjadi 77% hal tersebut dikarenakan ibu
melakukan IMD (Lowdermilk et.al, 2013). Penelitian yang dilakuan di India
dalam National Journal of Community Medicine Vol 3 Issue 2 April-June
2012 (309) disebutkan bahwa keberhasilan IMD dipengaruhi oleh
pengetahuan perilaku partisipatif ibu. IMD sangat berpengaruh terhadap
keberhasilan ASI eksklusif.
Petugas kesehatan sangat berperan dalam  pemberian
pengetahuan kepada ibu. Dalam sebuah survey di Indonesia
menunjukkan hanya 4% wanita Indonesia melaksanakan IMD sedangkan
yang 96% tidak mempraktekkannya (Verayanti, 2010). Ratarata IMD
dilakukan kurang dari 1 jam setelah bayi lahir yaitu 29,3%. Angka tertinggi
IMD yang dilakukan kurang dari 1 jam di Nusa Tenggara Timur 56,2% dan
terendah tercatat di Maluku 13 % (Riskesdas, 2010). Edukasi sangat
berpengaruh terhadap perubahan pengetahuan dan sikap. Dalam jurnal
yang ditulis Haniarti, di Sulawesi selatan IMD kurang dari 1 jam sebayak
30,1%. Perilaku menyusui bayi sendiri dianggap sebagian orang sebagai
tingkah laku yang tradisional (Herniati, 2012).
Pengetahuan ibu tentang IMD sangat  penting. Banyak ibu tidak
mengetahui tentang manfaat IMD. Seringkali para ibu memiliki
pemahaman yang tidak benar, misalnya tidak perlu meneteki bayi karena
ASI belum keluar atau karena air susu yang keluar pertamakali dan
berwarna kuning adalah kotoran dan basi. Hal lainya yang membuat
pemberian ASI tertunda misalnya ibu merasa haus dan perlu istirahat dulu
kerena lelah, masih merasa sakit, atau menganggap bayi perlu
dimandikan terlebih dahulu. Alasan-alasan tersebut tidak seharusnya
menyebabkan penundaan IMD (Alfredo et al, 2008)
Selain karena pengetahuan ibu yang kurang tentang IMD,
sebaiknya bidan memberi dukungan dan pengetahuan untuk pelaksanaan
IMD. Bidan dituntut dapat melaksanakan IMD sesuai SOP, diharapkan
bidan dapat memberikan pelayanan yang sistematis tidak tumpang tindih
dalam pelayanan.Karena masih kurangnya kesadaran bidan untuk
melaksanakan IMD sesuai SOP di Ruang Mawar RSUD Depati Hamzah
Maka dari itu diadakan proses habituasi yang didalamnya terdapat proses
penerapan rancangan aktualisasi.
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang
Aparatur Sipil Negara (UU ASN) dan merujuk Pasal 63 ayat (3) dan ayat
(4); CPNS wajib menjalani masa percobaan yang dilaksanakan melalui
proses Diklat terintegrasi untuk membangun integritas moral, kejujuran,
semangat dan motivasi nasionalisme dan kebangsaan, karakter
kepribadian yang unggul dan bertanggungjawab, dan memperkuat
profesionalisme serta kompetensi bidang. Diperlukan sebuah
penyelenggaraan Pelatihan yang inovatif dan terintegrasi, yaitu
penyelenggaraan Pelatihan yang memadukan pembelajaran klasikal dan
non-klasikal di tempat Pelatihan dan di tempat kerja sehingga
memungkinkan peserta mampu menginternalisasi, menerapkan, dan
mengaktulisasikan, serta membuatnya menjadi kebiasaan (habituasi) dan
merasakan manfaatnya, sehingga terpatri dalam dirinya sebagai karakter
PNS yang professional.
Pada Pelatihan Dasar Calon Aparatur Sipil Negara ini, diharapkan
para Calon Aparatur Sipil Negara/dapat menerapkan atau
mengaktualisasikan nilai-nilai profesi ASN yaitu Akuntabilitas,
Nasionalisme, Etika Publik, Komitmen Mutu dan Anti Korupsi yang
disingkat menjadi ANEKA dan juga kedudukan dan peran ASN di satuan
kerja masing-masing.
1.2 Tujuan
1.2.1 Menginternalisasi dan mengaktualisasi nilai- nilai dasar ASN
yang meliputi Akuntabilitas, Nasionalisme, Etika Publik,
Komitmen Mutu, dan Anti Korupsi (ANEKA) dan mengetahui
kedudukan ASN dalam NKRI (manjemen ASN, whole of
goverment, pelayanan publik) dalam melaksankan tugas
sebagai Bidan ahli pertama khususnya di Rumah Sakit
Umum Daerah Depati Hamzah Pangkalpinang.

1.2.2 Memberikan inovasi dalam Upaya peningkatan peran bidan


untuk menerapkan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) sesuai SOP
pada persalinan normal di ruang mawar RSUD Depati
Hamzah
1.2.3 Mengingatkn kembali pengetahuan IMD pada bidan di ruang
mawar RSUD Depati Hamzah

1.3 Gambaran Umum Unit Kerja


Rumah Sakit Umum Daerah Depati Hamzah merupakan
rumah sakit yang terletak jalan Soekarno Hatta, Kota Pangkalpinang
berdasarkan izin dari Kepala KKPT kota pangkalpinang Nomor 001/
KEP- KES /KKPT /IV/ 2013.
Rumah sakit ini didirikan pada tahun 1981 dengan status
kelas D. Pada tahun 1993, status rumah sakit berubah menjadi rumah
sakit kelas C berdasarkan surat Menteri Kesehatan RI nomor
197/MENKES/ SK/II/1993 tanggal 25 Februari serta surat keputusan
wailkota madya KDH TK II Pangkalpinang NO. 069/SK/HUK/ 1993
tanggal 30 juni 1993.
Rumah Sakit Umum Daerah Depati Hamzah Kota
Pangkalpinang dipimpin oleh direktur rumah sakit yang diawali oleh
kepimpinan dr. Syahrizal (1981-1983), dr. Amri alamsyah (1982-
1987), dr. Labaron (1987-1994), dr. Bily. S (1995-1996), dr. Zaiful
karim (1997-2004), dr. Eddi Pratista, MM (2005- 2009), dr. Andri
Nurtirto, MARS(2010-2011), dr. Ristum Alamsyah, Sp.S( 2011-2017),
dr, Syahrizal(2017-2019), dan saat ini rumah sakit dipimpin oleh
seorang direktur yang baru dilantik yakti dr. Nugroho, S.Pb (2019-
selesai).
Rumah Sakit Umum Daerah Depati Hamzah Kota
Pangkalpinnag pada tahun 2012 berdasarkan nomor: KARS-
SERT/344/I/2012 terakreditasi 5 pelayanan yaitu Pelayanan
Administrasi dan manajemen, Pelayanan Medis, Pelayanan Gawat
Darurat, Pelayanan keperawatandan Pelayanan Rekam Medis.
Tahun 2008 berdasarkan keputusan walikota Pangkalpinnag
nomor: 371/ KEP/ ORG/XII/2009 Rumah Sakit Umum Daerah Depati
Hamzah Pangkalpinang telah memenuhi standar akreditasi dengan
peringkat bintang 3(tiga) Tingkat madya.
Rumah Sakit Umum daerah Depati Hamzah Pangkalpinnag
mempunyai beberapa pelayanan yaitu: Pelayanan rawat jalan yang
terdiri dari Poli umum, Poli Gigi, Poli Spesialis penyakit Dalam, Poli
Spesialis Anak, Spesialis kandungan, Poli Spesialis Bedah Umum,
Poli Spesialis Ortopedi, Poli Spesialis Mata, Poli Spesialis THT, Poli
Spesialis saraf, Poli Spesialis Paru, poli Tulip, Unit Rawat Jalan,
Fisiotrapi, Poli Spesialis Kulit Kelamin, Spesialis Ginjal, dan
Hipertensi, Pelayanan Haemodialisa, dan IGD. Pelayanan Rawat inap
dengan jenis kelas yakni VVIP, VIP, Kelas I, Kelas II, Kelas III, ICU,
NICU, ruang isolasi dan kamr operasi.

1.4 Visi, Misi dan Motto Unit Kerja


1.4.1 VISI
Menjadi rumah sakit terpercaya dan mitra rujukan yang
terbaik di Babel.

1.4.2 MISI
1.4.2.1 Memberikan Pelayanan Prima
1.4.2.2 Melengkapi sarana dan prasarana rumah
Sakit
1.4.2.3 meningkatkan profesinalisme dan motivasi
Kerja karyawan.
1.4.3 MOTTO
IKAK SIHAT KAMI SENENG
(Kesembuhan anda kebahagian kami)
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 NILAI-NILAI DASAR ANEKA


Sebagai ASN harus dapat menanamkan nilai-nilai dasar ANEKA
yaitu Akuntabilitas, Nasionalisme, Etika Publik, Komitmen Mutu, dan
Anti Korupsi. Untuk itu perlu indikator-indikator dan nilai-nilai dasar
tersebut yaitu :

1. Akuntabilitas
Akuntabilitas merujuk pada kewajiban setiap individu, kelompok
atau institusi untuk memenuhi tanggung jawab yang menjadi
amanahnya. Amanah seorang PNS adalah menjamin terwujudnya
nilai-nilai publik. Nilai-nilai publik tersebut antara lain adalah:
a. Mampu mengambil pilihan yang tepat dan benar
ketika terjadi konflik kepentingan, antara
kepentingan publik dengan kepentingan sektor,
kelompok, dan pribadi;
b. Memiliki pemahaman dan kesadaran untuk
menghindari dan mencegah keterlibatan PNS
dalam politik praktis;
c. Memperlakukan warga negara secara sama dan
adil dalam penyelenggaraan pemerintahan dan
pelayanan publik;
d. Menunjukan sikap dan perilaku yang konsisten dan
dapat diandalkan sebagai penyelenggara
pemerintahan.
Akuntabilitas publik memiliki tiga fungsi utama (Bovens,
2007), yaitu untuk menyediakan kontrol demokratis (peran
demokratis); untuk mencegah korupsi dan
penyalahgunaan kekuasaan (peran konstitusional);dan
untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas (peran
belajar).
Akuntabilitas terdiri dari beberapa aspek. Menurut LAN RI
(2015:8), aspek-aspek tersebut terdiri dari:
a. Akuntabilitas adalah sebuah hubungan
b. Akuntabilitas berorientasi pada hasil
c. Akuntabilitas membutuhkan adanya laporan
d. Akuntabilitas memerlukan konsekuensi
e. Akuntabilitas memperbaiki kinerja

Akuntabilitas publik terdiri dari dua macam, yaitu:


akuntabilitas vertikal (pertanggungjawaban kepada otoritas yang
lebih tinggi) dan akuntabilitas horisontal (pertanggungjawaban
pada masyarakat luas). Untuk memenuhi terwujudnya organisasi
sektor publik yang akuntabel, maka mekanisme akuntabilitas
harus mengandung dimensi akuntabilitas kejujuran dan hukum,
akuntabilitas proses, akuntabilitas program, dan akuntabilitas
kebijakan. (LAN RI, 2015:7).
Berdasarkan aspek-aspek tersebut seorang PNS harus
memiliki sikap tanggung jawab dalam menjalankan setiap
tugasnya. Bofens (dalam LAN RI, 2015:10) menyatakan bahwa
akuntabilitas publik memiliki tiga fungsi utama yaitu:
a. Untuk menyediakan kontrol demokratis (peran demokratis);
b. Untuk mencegah korupsi dan penyalahgunaan kekuasaan
(peran konstitusional);
c. Untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas (peran belajar).
Selain itu, menurut LAN RI (2015:11) akuntabilitas memiliki
tingkatan hierarkis. Tingkatan akuntabilitas terdiri dari 5 tingkatan
sebagai berikut:
a. Akuntabilitas personal
b. Akuntabilitas individu
c. Akuntabilitas kelompok
d. Akuntabilitas organisasi
e. Akuntabilitas stakeholder
Akuntabilitas memiliki empat dimensi agar memenuhi
terwujudnya sektor publik yang akuntabel, diantaranya sebagai
berikut:
a. Akuntabilitas kejujuran dan hukum (accountability for probity
and legality);
b. Akuntabilitas proses (process accountability);
c. Akuntabilitas program (program accountability);
d. Akuntabilitas kebijakan (policy accountability).

Menurut Widita (2015) dalam menciptakan lingkungan kerja


yang akuntabel, ada beberapa indikator dari nilai-nilai dasar
akuntabilitas yang harus diperhatikan, yaitu :
a. Kepemimpinan : Lingkungan yang akuntabel tercipta dari
atas ke bawah dimana pimpinan memainkan peranan yang
penting dalam menciptakan lingkungannya.
b. Transparansi : Keterbukaan atas semua tindakan dan
kebijakan yang dilakukan oleh individu maupun
kelompok/instansi.
c. Integritas : adalah adalah konsistensi dan keteguhan yang
tak tergoyahkan dalam menjunjung tinggi nilai-nilai luhur dan
keyakinan.
d. Tanggung Jawab : adalah kesadaran manusia akan tingkah
laku atau perbuatannya yang di sengaja maupun yang tidak
di sengaja. Tanggung jawab juga berarti berbuat sebagai
perwujudan kesadaran akan kewajiban.
e. Keadilan : adalah kondisi kebenaran ideal secara moral
mengenai sesuatu hal, baik menyangkut benda atau orang.
f. Kepercayaan : Rasa keadilan akan membawa pada sebuah
kepercayaan. Kepercayaan ini yang akan melahirkan
akuntabilitas.
g. Keseimbangan : Untuk mencapai akuntabilitas dalam
lingkungankerja, maka diperlukan keseimbangan antara
akuntabilitas dan kewenangan, serta harapan dan kapasitas.
h. Kejelasan : Pelaksanaan wewenang dan tanggungjawab
harus memiliki gambaran yang jelas tentang apa yang
menjadi tujuan dan hasil yang diharapkan.
i. Konsistensi : adalah sebuah usaha untuk terus dan terus
melakukan sesuatu sampai pada tercapai tujuan akhir.

2. Nasionalisme
Nasionalisme sangat penting dimiliki oleh setiap pegawai
ASN. Bahkan tidak hanya sekedar wawasan saja tetapi
kemampuan mengaktualisasikan nasionalisme dalam
menjalankan fungsi dan tugasnya merupakan hal yang lebih
penting. Diharapkan dengan nasionalisme yang kuat, maka
setiap pegawai ASN memiliki orientasi berpikir mementingkan
kepentingan publik, bangsa, dan negara. Nilai-nilai yang
berorientasi pada kepentingan publik menjadi nilai dasar yang
harus dimiliki oleh setiap pegawai ASN. Pegawai ASN dapat
mempelajari bagaimana aktualisasi sila demi sila dalam
Pancasila agar memiliki karakter yang kuat dengan nasionalisme
dan wawasan kebangsaannya (Widita, 2015).
Nasionalisme dalam arti sempit adalah suatu sikap yang
meninggikan bangsanya sendiri, sekaligus tidak menghargai
bangsa lain sebagaimana mestinya. Sikap seperti ini jelas
mencerai-beraikan bangsa yang satu dengan bangsa yang lain.
Keadaan seperti ini sering disebut chauvinisme. Sedangkan
dalam arti luas, nasionalisme merupakan pandangan tentang
rasa cinta yang wajar terhadap bangsa dan negara, dan
sekaligus menghormati bangsa lain (LAN RI, 2015:1). Secara
politis nasionalisme berarti pandangan atau paham kecintaan
manusia Indonesia terhadap bangsa dan tanah airnya yang
didasarkan pada nilai-nilai Pancasila.
Dalam UU No. 5 tahun 2014 tentang ASN, salah satu fungsi
ASN adalah menjalankan kebijakan publik. Kebijakan publik
diharapkan dapatdilakukan dengan integritas tinggi dalam
melayani publik sehingga dalam menjadi pelayan publik yang
profesional. ASN adalah aparat pelaksana yang melaksanakan
segala peraturan perundang-undangan yang menjadilandasan
kebijakan publik untuk mencapai tujuan-tujuan yang ditetapkan.
Fungsi ASN sebagai pelayan publik merupakan segala
bentukpelayanan sektor publik yang dilaksanakan aparatur
pemerintah, termasuk aparat yang bergerak di bidang
perekonomian dalam bentuk barang dan jasa, yang sesuai
dengan kebutuhan masyarakat dan ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku (LAN, 2015:120). Sebagai
pelayan publik seorang ASN dituntut menjadi profesional untuk
menciptakan pelayanan yang prima.
Selain profesional dan melayani, ASN juga dituntut harus
memiliki integritas tinggi yang merupakan bagian dari kode etik
dan kode etik perilaku yang telah diatur dalam Undang-Undang
ASN. Etika-etika dalam kode etik tersebut harus diarahkan pada
pilihan-pilihan yang benar-benar mengutamakan kepentingan
masyarakat luas.

3. Etika Publik
Etika dapat dipahami sebagai sistem penilaian perilaku
serta keyakinan untuk menentukan perbuatan yang pantas guna
menjamin adanya perlindungan hak-hak individu, mencakup
cara-cara pengambilan keputusan untuk membantu
membedakan hal-hal yang baik dan buruk serta mengarahkan
apa yang seharusnya dilakukan sesuai nila-nilai yang dianut,
Catalano, 1991 (dalam Widita, 2015).
Etika adalah tujuan hidup yang baik bersama dan untuk
orang lain di dalam institusi yang adil (LAN, 2015:8). Etika lebih
dipahami sebagai refleksi atas baik atau buruk, benar atau salah
yang harus dilakukan atau bagaimana melakukan kewajiban
yang baik atau benar. Dalam kaitannya dengan pelayanan
publik, etika publik adalah refleksi tentang standar/norma yang
menentukan baik/buruk, benar/salah perilaku, tindakan dan
keputusan untuk mengarahkan kebijakan publik dalam rangka
menjalankan tanggung jawab pelayanan publik (LAN, 2015:6).
Integritas publik menuntut para pemimpin dan pejabat publik
untuk memiliki komitmen moral dengan mempertimbangkan
keseimbangan antara penilaian kelembagaan, dimensi-dimensi
peribadi, dan kebijaksanaan di dalam pelayanan publik
(Haryatmoko dalam LAN, 2015:7).
Kode etik adalah aturan-aturan yang mengatur tingkah laku
dalam suatu kelompok khusus, sudut pandangnya hanya
ditujukan pada hal-hal prinsip dalam bentuk ketentuan-ketentuan
tertulis (LAN, 2015:9). Kode etik profesi dimaksudkan untuk
mengatur tingkah laku/etika suatu kelompok khusus dalam
masyarakat melalui ketentuan-ketentuan tertulis yang diharapkan
dapat dipegang teguh oleh sekelompok profesional tertentu.
Nilai-nilai dasar etika publik sebagaimana tercantum dalam
Undang-Undang ASN, yakni sebagai berikut :
1.Memegang teguh nilai nilai dalam ideology Negara
Pancasila
2. Setia dan mempertahankan Undang-Undang Dasar
Negara Kesatuan Republik Indonesia 1945
3. Menjalankan tugas secara profesional dan tidak berpihak
4. Membuat keputusan berdasarkan prinsip keahlian
5. Menciptakan lingkungan kerja yang non diskriminatif
6. Memelihara dan menjujung tinggi standar etika luhur
7. Mempertanggungjawabkan tindakan dan kinerjanya
kepada public
8. Memiliki kemampuan dalam melaksanakan kebijakan
dan program pemerintah
9. Memberikan layanan kepada publik secara jujur,
tanggap, cepat, tepat, akurat, berdaya guna, berhasil
guna, dan santun
10. Mengutamakan kepemimpinan berkualitas tinggi
11. Menghargai komunikasi, konsultasi dan kerja sama
12. Mengutamakan pencapaian hasil dan mendorong kinerja
pegawai
13. Mendorong kesetaraan dalam pekerjaan
14. Meningkatkan efektifitas sistem pemerintah yang
demokratis sebagai perangkat sistem karir
15. Mengabdi kepada Negara dan rakyat Indonesia
Berdasarkan undang-undang ASN, kode etik dan kode
perilaku ASN yakni sebagai berikut:
a. Melaksanakan tugasnya dengan jujur, bertanggung jawab,
dan berintegritas tinggi;
b. Melaksanakan tugasnya dengan cermat dan disiplin;
c. Melayani dengan sikap hormat, sopan, dan tanpa tekanan;
d. Melaksanakan tugasnya sesuai dengan peraturan
perundangan yang berlaku;
e. Melaksanakan tugasnya sesuai dengan perintah atasan atau
pejabat yang berwenang sejauh tidak bertentangan dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan dan etika
pemerintahan;
f. Menjaga kerahasiaan yang menyangkut kebijakan negara;
g. Menggunakan kekayaan dan barang milik negara secara
bertanggung jawab, efektif, dan efisien;
h. Menjaga agar tidak terjadi konflik kepentingan dalam
melaksanakan tugasnya;
i. Memberikan informasi secara benar dan tidak menyesatkan
kepada pihak lain yang memerlukan informasi terkait
kepentingan kedinasan;
j. Tidak menyalahgunakan informasi intern negara, tugas,
status, kekuasaan dan jabatannya untuk mendapat atau
mencari keuntungan atau manfaat bagi diri sendiri atau untuk
orang lain;
k. Memegang teguh nilai dasar ASN dan selalu menjaga
reputasi dan integritas ASN;
l. Melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan
mengenai disiplin pegawai ASN.
Dimensi etika publik terdiri dari dimensi tujuan pelayanan
publik yang bertujuan untuk mewujudkan pelayanan yang
berkualitas dan relevan, dimensi modalitas yang terdiri dari
akuntabilitas, transparansi, dan netralitas, serta dimensi tindakan
integritas publik (LAN, 2015:11). Ketiga dimensi tersebut dapat
menjadi dasar untuk dapat menjadi
pelayan publik yang beretika.
Pelayanan publik yang profesional membutuhkan tidak hanya
kompetensi teknis dan leadership, namun juga kompetensi etika.
Oleh karena itu perlu dipahami etika dan kode etik pejabat
publik. Tanpa memiliki kompetensi etika, pejabat cenderung
menjadi tidak peka, tidak peduli dan bahkan seringkali
diskriminatif, terutama pada masyarakat kalangan bawah yang
tidak beruntung. Etika publik merupakan refleksi kritis yang
mengarahkan bagaimana nilai-nilai kejujuran, solidaritas,
keadilan, kesetaraan, dan lain-lain dipraktikkan dalam wujud
keprihatinan dan kepedulian terhadap kesejahteraan
masyarakat. Dengan diterapkannya kode etik ASN, perilaku
pejabat publik harus berubah dari penguasa menjadi pelayan,
dari wewenang menjadi peranan, dan menyadari bahwa jabatan
publik adalah amanah yang harus dipertanggungjawabkan bukan
hanya di dunia namun juga di akhirat.

4. Komitmen Mutu
LAN RI (2015: 9) menjelaskan bahwa karakteristik utama
yang dapat dijadikan dasar untuk mengukur tingkat efektivitas
adalah ketercapaian target yang telah direncanakan, baik dilihat
dari capaian jumlah maupun mutu hasil kerja, sehingga dapat
memberi kepuasan, sedangkan tingkat efisiensi diukur dari
penghematan biaya, waktu, tenaga, dan pikiran dalam
menyelesaikan kegiatan.
Inovasi muncul karena adanya dorongan kebutuhan
organisasi/perusahaan untuk beradaptasi dengan tuntutan
perubahan yang terjadi di sekitarnya. Mengenai inovasi, LAN RI
(2015:11) menyatakan bahwa proses inovasi dapat terjadi
secara perlahan (bersifat evolusioner) atau bisa juga lahir
dengan cepat (bersifat revolusioner). Inovasi akan menjadi salah
satu kekuatan organisasi untuk memenangkan persaingan.
Ada empat indikator dari nilai-nilai dasar komitmen mutu
yang harus diperhatikan, yaitu:
a. Efektif
Efektif adalah berhasil guna, dapat mencapai hasil sesuai
dengan target. Sedangkan efektivitas menunjukkan tingkat
ketercapaian target yang telah direncanakan, baik
menyangkut jumlah maupun mutu hasil kerja. Efektifitas
organisasi tidak hanya diukur dari performans untuk
mencapai target (rencana) mutu, kuantitas, ketepatan waktu
dan alokasi sumber daya, melainkan juga diukur dari
kepuasan dan terpenuhinya kebutuhan pelanggan.
b. Efisien
Efisien adalah berdaya guna, dapat menjalankan tugas dan
mencapai hasil tanpa menimbulkan keborosan. Sedangkan
efisiensi merupakan tingkat ketepatan realiasi penggunaan
sumberdaya dan bagaimana pekerjaan dilaksanakan
sehingga dapat diketahui ada tidaknya pemborosan sumber
daya, penyalahgunaan alokasi, penyimpangan prosedur dan
mekanisme yang ke luar alur.
c. Inovasi
Inovasi Pelayanan Publik adalah hasil pemikiran baru yang
konstruktif, sehingga akan memotivasi setiap individu untuk
membangun karakter sebagai aparatur yang diwujudkan
dalam bentuk profesionalisme layanan publik yang berbeda
dari sebelumnya, bukan sekedar menjalankan atau
menggugurkan tugas rutin.
d. Mutu
Mutu merupakan suatu kondisi dinamis berkaitan dengan
produk, jasa, manusia, proses dan lingkungan yang sesuai
atau bahkan melebihi harapan konsumen. Mutu
mencerminkan nilai keunggulan produk/jasa yang diberikan
kepada pelanggan sesuai dengan kebutuhan dan
keinginannya, bahkan melampaui harapannya. Mutu
merupakan salah satu standar yang menjadi dasar untuk
mengukur capaian hasil kerja.Mutu menjadi salah satu alat
vital untuk mempertahankan keberlanjutan organisasi dan
menjaga kredibilitas institusi.
Ada lima dimensi karakteristik yang digunakan pelanggan
dalam mengevaluasi kualitas pelayan (Berry dan Pasuraman
dalam Zulian Zamit, 2010:11), yaitu:
a. Tangibles (bukti langsung), yaitu : meliputi fasilitas fisik,
perlengkapan, pegawai, dan sarana
b. Reliability (kehandalan), yaitu kemampuan dalam
memberikan pelayanan dengan segera dan memuaskan
serta sesuai dengan yang telah dijanjikan;
c. Responsiveness (daya tangkap), yaitu keinginan untuk
memberikan pelayanan dengan tanggap;
d. Assurance (jaminan), yaitu mencakup kemampuan,
kesopanan, dan sifat dapat dipercaya;
e. Empaty, yaitu kemudahan dalam melakukan hubungan,
komunikasi yang baik, dan perhatian dengan tulus terhadap
kebutuhan pelanggan.
Berdasarkan pendapat beberapa ahli maka dapat
disimpulkan bahwa mutu mencerminkan nilai keunggulan
produk/jasa yang diberikan kepada pelanggan sesuai dengan
kebutuhan dan keinginan dan bahkan melampaui harapannya.
Manajemen mutu harus dilaksanakan secara terintegrasi,
dengan melibatkan seluruh komponen organisasi, untuk
senantiasa melakukan perbaikan mutu agar dapat memuaskan
pelanggan. Bill Creech (dalam LAN, 2015) memperkenalkan lima
pilar dalam manajemen mutu terpadu yaitu produk, proses,
organisasi, pemimpin dan komitmen. Kelima pilar tersebut
memiliki keterkaitan dan ketergantungan yang tinggi, sehingga
target mutu dapat diwujudkan bahkan dapat terus ditingkatkan
secara berkelanjutan.
Target utama kinerja aparatur yang berbasis komitmen
mutu adalah mewujudkan kepuasan masyarakat yang menerima
layanan. Mutu kerja aparatur dalam memberikan pelayanan
kepada masyarakat dewasa ini masih banyak yang tidak
mengindahkan peraturan perundang-undangan.

5. Anti Korupsi
Kata korupsi berasal dari bahasa latin yaitu Corruptio yang
artinya kerusakan, kebobrokan dan kebusukan. Korupsi sering
dikatakan sebagai kejahatan luar biasa, karena dampaknya yang
luar biasa, menyebabkan kerusakan baik dalam ruang lingkup
pribadi, keluarga, masyarakat dan kehidupan yang lebih
luas.Kerusakan tidak hanya terjadi dalam kurun waktuyang
pendek, namun dapat berdampak secara jangka panjang
(Widita, 2015).
Ada 9 (sembilan) indikator dari nilai-nilai dasar anti korupsi
yang harus diperhatikan, yaitu :
a. Jujur
Kejujuran merupakan nilai dasar yang menjadi landasan
utama bagi penegakan integritas diri seseorang. Tanpa
adanya kejujuran mustahil seseorang bisa menjadi pribadi
yang berintegritas. Seseorang dituntut untuk bisa berkata
jujur dan transparan serta tidak berdusta baik terhadap diri
sendiri maupun orang lain, sehingga dapat membentengi diri
terhadap godaan untuk berbuat curang.
b. Peduli
Kepedulian sosial kepada sesama menjadikan seseorang
memiliki sifat kasih sayang. Individu yang memiliki jiwa sosial
tinggi akan memperhatikan lingkungan sekelilingnya di mana
masih terdapat banyak orang yang tidak mampu, menderita,
dan membutuhkan uluran tangan. Pribadi dengan jiwa sosial
tidak akan tergoda untuk memperkaya diri sendiri dengan
cara yang tidak benar tetapi ia malah berupaya untuk
menyisihkan sebagian penghasilannya untuk membantu
sesama.
c. Mandiri
Kemandirian membentuk karakter yang kuat pada diri
seseorang menjadi tidak bergantung terlalu banyak pada
orang lain. Mentalitas kemandirian yang dimiliki seseorang
mengoptimalkan daya pikirnya guna bekerja secara efektif.
Pribadi yang mandiri tidak akan menjalin hubungan dengan
pihak-pihak yang tidak bertanggungjawab demi mencapai
keuntungan sesaat.
d. Disiplin
Disiplin adalah kunci keberhasilan semua orang. Ketekunan
dan konsistensi untuk terus mengembangkan potensi diri
membuat seseorang akan selalu mampu memberdayakan
dirinya dalam menjalani tugasnya. Kepatuhan pada prinsip
kebaikan dan kebenaran menjadi pegangan utama dalam
bekerja. Seseorang yang mempunyai pegangan kuat
terhadap nilai kedisiplinan tidak akan terjerumus dalam
kemalasan yang mendambakan kekayaan dengan cara yang
mudah.
e. Tanggung Jawab
Pribadi yang utuh dan mengenal diri dengan baik akan
menyadari bahwa keberadaan dirinya di muka bumi adalah
untuk melakukan perbuatan baik demi kemaslahatan
sesama manusia. Segala tindak tanduk dan kegiatan yang
dilakukannya akan dipertanggungjawabkan sepenuhnya
kepada Tuhan Yang Maha Esa, masyarakat, negara, dan
bangsanya. Dengan kesadaran seperti ini maka seseorang
tidak akan tergelincir dalam perbuatan tercela dan nista.
f. Kerja Keras
Individu beretos kerja akan selalu berupaya meningkatkan
kualitas hasil kerjanya demi terwujudnya kemanfaatan publik
yang sebesar-besarnya. Ia mencurahkan daya pikir dan
kemampuannya untuk melaksanakan tugas dan berkarya
dengan sebaik-baiknya. Ia tidak akan mau memperoleh
sesuatu tanpa mengeluarkan keringat.
g. Sederhana
Pribadi yang berintegritas tinggi adalah seseorang yang
menyadari kebutuhannya dan berupaya memenuhi
kebutuhannya dengan semestinya tanpa berlebih-lebihan. Ia
tidak tergoda untuk hidup dalamgelimang kemewahan.
Kekayaan utama yang menjadi modal kehidupannya adalah
ilmu pengetahuan.Ia sadar bahwa mengejarharta tidak akan
pernah ada habisnya karena hawa nafsu keserakahan akan
selalu memacu untuk mencari harta sebanyak-banyaknya.
h. Berani
Seseorang yang memiliki karakter kuat akan memiliki
keberanian untuk menyatakan kebenaran dan menolak
kebathilan. Ia tidak akan mentolerir adanya penyimpangan
dan berani menyatakan penyangkalan secara tegas. Ia juga
berani berdiri sendirian dalam kebenaran walaupun semua
kolega dan teman-teman sejawatnya melakukan perbuatan
yang menyimpang dari hal yang semestinya. Ia tidak takut
dimusuhi dan tidak memiliki teman kalau ternyata mereka
mengajak kepada hal-hal yang menyimpang.
i. Adil
Pribadi dengan karakter yang baik akan menyadari bahwa
apa yang dia terima sesuai dengan jerih payahnya. Ia tidak
akan menuntut untuk mendapatkan lebih dari apa yang ia
sudah upayakan. Bila ia seorang pimpinan maka ia akan
memberi kompensasi yang adil kepada bawahannya sesuai
dengan kinerjanya. Ia juga ingin mewujudkan keadilan dan
kemakmuran bagi masyarakat dan bangsanya.
Kesadaran anti korupsi yang dibangun melalui pendekatan
spiritual, dengan selalu ingat akan tujuan keberadaannya
sebagai manusia di muka bumi, dan selalu ingat bahwa seluruh
ruang dan waktu kehidupannya harus dipertanggungjawabkan
sehingga dapat menjadi benteng kuat untuk antikorupsi.
Tanggung jawab spiritual yang baik akan menghasilkan niat yang
baik dan mendorong untuk memiliki visi dan misi yang baik,
hingga selalu memiliki semangat untuk melakukan proses atau
usaha terbaik dan mendapatkan hasil terbaik agar dapat
dipertanggungjawabkan secara publik.
2.2 KEDUDUKAN DAN PERAN ASN DALAM NKRI
1. Manajemen ASN
Manejemen ASN adalah pengelolaan ASN untuk
menghasilkan pegawai ASN yang profesional, memilikinilai
dasar, etika profesi, beba darsi intervensi politik, bersih dari
praktik korupsi, kolusi dan nepotisme. Manajemen ASN lebih
menekankan kepada pengaturan profesi pegawai sehingga
diharapkan agar selalu tersedia sumber daya ASN yang unggul
selaras dengan perkembangan jaman.
a. Kedudukan ASN
Kedudukan atau status jabatan PNS dalam sistem birokrasi
selama ini dianggap belum sempurna untuk menciptakan
birokrasi yang profesional. Untuk dapat membangun
profesionalitas birokrasi, maka konsep yang dibangun dalam
UU ASN tersebut harus jelas. Berikut beberapa konsep yang
ada dalam UU No. 5 Tahun 2014 tentang ASN.
1) Berdasarkan jenisnya, pegawai ASN terdiri atas Pegawai
Negeri Sipil (PNS) dan Pegawai Pemerintah dengan
Perjanjian Kerja (PPPK). PNS merupakan warga negara
Indonesia yang memenuhi syarat tertentu, diangkat
sebagai pegawai ASN secara tetap oleh pejabat
pembina kepegawaian untuk menduduki jabatan
pemerintahan, memiliki nomor induk pegawai secara
nasional. Sedangkan PPPK adalah warga negara
Indonesia yang memnuhi syarat tertentu, yang diangkat
oleh pejabat pembina kepegawaian berdasarkan
perjanjian kerja sesuai dengan kebutuhan instansi
pemerintah untuk jangka waktu tertentu dalam rangka
melaksanakan tugas pemerintahan.
2) Pegawai ASN berkedudukan sebagai apartur negara
yang menjalankan kebijakan yang ditetapkan oleh
pimpinan instansi pemerintah serta harus bebas dari
pengaruh dan intervensi semua golongan dan partai
politik. Pegawai ASN dilarang menjadi anggota dan/atau
pengurus partai politik. Selain itu untuk menjauhkan
birokrasi dari pengaruh partai politik, hai ini dimaksudkan
untuk menjamin keutuhan, kekompakan dan persatuan
ASN, serta dapat memusatkan segala perhatian, pikiran
dan tenaga pada tugas yang dibebankan kepadanya.
Oleh karena itu dalam pembinaan karir pegawai ASN,
khususnya di daerah dilakukan oleh pejabat berwenang
yaitu pejabat karir tertinggi. Kedudukan ASN berada di
pusat, daerah dan luar negeri. Namun demikian pegawai
ASN merupakan kesatuan. Kesatuan bagi pegawaiASN
sangat penting, mengingat dengan adanya
desentralisasi dan otonomi daerah, sering terjadinya isu
putradaerah yang hampir ASN berfungsi, bertugas dan
berperan untuk memberikan pelayanan publik yang
profesional da berkualitas. Pelayanan publik merupakan
kegiatan dalam terjadi dimana-mana sehingga
perkembangan birokrasi menjadi stagnan di daerah-
daerah. Kondisi tersebut merupakan ancaman bagi
kesatuan bangsa.

b. Peran ASN
Untuk menjalankan kedudukan pegawai ASN, maka
pegawai ASN berfungsi dan bertugas sebagai berikut:
1) Pelaksana kebijakan publik
ASN berfungsi, bertugas dan berperan untuk
melaksanakan kebijakan yang dibuat oleh pejabat
pembina kepegawaian sesuai dengan
ketentuanperaturan perundang-undangan. Untuk itu
ASN harus mengutamakan kepentingan publik dan
masyarakat luas dalam menjalankan fungsi dan
tugasnya, serta harus mengutamakan pelayanan yang
berorientasi pada kepentingan publik.
2). Pelayan publik
Dalam rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai
peraturan perundang-undangan bagi setiap warga
negara dan penduduk atas barang, jasa dan/atau
pelayanan administratif yang diselenggarakan oleh
penyelenggara pelayanan publik dengan tujuan
kepuasan pelanggan.
3). Perekat dan pemersatu bangsa
ASN berfungsi, bertugas dan berperan untuk
mempererat persatuan dan kesatuan NKRI. ASN
senantiasa setia dan taat sepenuhnya kepada Pancasila,
UUD 1945, negara danpemerintah. ASN senantiasa
menjunung tinggi martabat ASN serta senantiasa
mengutamakan kepentingan negara daripada
kepentingan diri sendiri, seseorang dan golongan. Dalam
UU ASN disebutkan bahwa dalam penyelengaraan dan
kebijakan manajemen ASN, salah satu diantaranya asas
persatuan dan kesatuan.
a. Hak dan Kewajiban ASN
Hak adalah suatu kewenangan atau kekuasaan yang
diberikan oleh hukum, suatu kepentingan yang dilindungi
oleh hukum, baik pribadi maupun umum. Dapat diatikan
bahwa hak adalah sesuatu yang patut atau layak diterima.
Agar melaksanakan tugas dan tanggungjawabnya dengan
baik ,dapat meningkatkan produktivitas, menjamin
kesejateraan ASN dan akuntabel, maka setiap SN diberikan
hak. Hak ASN dan PPPK yang diatur dalam UU No. 5 Tahun
2014 tentang ASN sebagai berikut:
PNS berhak memperoleh:
1). Gaji, tunjangan, dan fasilitas;
2). Cuti;
3). Jaminan pensiun dan jaminan hari tua;
4). Perlindungan; dan
5). Pengembangan kompetensi.
Selain hak sebagaimana disebutkan di atas,
berdasarkan pasal 70 UU No. 5 Tahun 2014 tentang ASN
disebutkan bahwa setiap pegawai ASN memiliki hak dan
kesempatan untuk mengembangkan kompetensi.
Berdasarkan Pasal 92 pemerintah juga wajib memberikan
perlindungan berupa:
1). Jaminan kesehatan;
2). Jaminan kecelakaan kerja;
3). Jaminan kematian;
4). Bantuan hukum.
Sedangkan kewajiban adalah suatu beban atau
tanggungan yang bersifat kontraktual. Dengan kata lain
kewajiban adalah suatu yang sepatutnya diberikan. Pegawai
ASN berdasarkan UU No. 5 Tahun 2014 tentang ASN wajib:
1). Setia dan taat pada Pancasila, Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Negara
Kesatuan Republik Indonesia, dan pemerintah yang sah;
2). Menjaga persatuan dan kesatuan bangsa;
3). Melaksanakan kebijakan yang dirumuskan pejabat
pemerintah yang berwenang;
4). Menaati ketentuan peraturan perundang-undangan;
5). Melaksanakan tugas kedinasan dengan penuh
pengabdian, kejujuran, kesadaran, dan tanggung jawab;
6). Menunjukkan integritas dan keteladanan dalam sikap,
perilaku, ucapan dan tindakan kepada setiap orang, baik
di dalam maupun di luar kedinasan;
7). Menyimpan rahasia jabatan dan hanya dapat
mengemukakan rahasia jabatan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan; dan
8). Bersedia ditempatkan di seluruh wilayah Negara
Kesatuan Republik Indonesia.
b. Kode Etik dan Kode Perilaku ASN
Dalam UU No. 5 Tahun 2014 tentang ASN disebutkan
bahwa ASN sebagai profesi berlandaskan pada kode etik
dan kode perilaku.Kode etik dan kode perilaku ASN
bertujuan untuk menjaga martabat dan kehormatan
ASN.Kode etik dan kode perilaku berisi pengaturan perilaku
agar pegawai ASN.

1). Melaksanakan tugasnya dengan jujur, bertanggung


jawab, dan berintegritas tinggi;
2). Melaksanakan tugasnya dengan cermat dan disiplin;
3). Melayani dengan sikap hormat, sopan, dan tanpa
tekanan;
4). Melaksanakan tugasnya sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan;
5). Melaksanakan tugasnya sesuai dengan perintah atasan
atau Pejabat yang berwenang sejauh tidak bertentangan
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan dan
etika pemerintahan;
6). Menjaga kerahasiaan yang menyangkut kebijakan;
7). Menggunakan kekayaan dan barang milik negara secara
bertanggung jawab, efektif, dan efisien;
8). Menjaga agar tidak terjadi konflik kepentingan dalam
melaksanakan tugasnya;
9) Memberikan informasi secara benar dan tidak
menyesatkan kepada pihak lain yang memerlukan
informasi terkait kepentingan kedinasan;
10).Tidak menyalahgunakan informasi intern negara, tugas,
status, kekuasaan, dan jabatannya untuk mendapat atau
mencari keuntungan atau manfaat bagi diri sendiri atau
untuk orang lain;
11).Memegang teguh nilai dasar ASN dan selalu menjaga
reputasi dan integritas ASN; dan
12).Melaksanakan ketentuan peraturan perundangundangan
mengenai disiplin Pegawai ASN.
2. Whole of Government (WoG)
a. Pengertian Whole of Government (WoG)
Berdasarkan interpretasi analitis dan manifestasi
empiris di lapangan maka WoG didefinisikan sebagai “suatu
model pendekatan integratif fungsional satu atap” yang
digunakan untuk mengatasi wicked problems yang sulit
dipecahkan dan diatasi karena berbagai karakteristik atau
keadaan yang melekat antara lain: tidak jelas sebabnya,
multi dimensi, menyangkut perubahan perilaku. Sesuai
dengan karakteristik wickedproblems, maka model
pendekatan WoG mempunyai perspektif tertentu
sebagaimana yang diilustrasikan pada

Gambar 2.1 :

Gambar 2.1Perspektif Whole of Government (WoG) dalam


kebijakan publik
b. Penerapan Whole of Government (WoG) dalam pelayanan
terintegrasi
1). Praktek Whole of Government (WoG)
Terdapat beberapa cara pendekatan WoG yang dapat
dilakukan, baik dari sisi penataan institusi formal maupun
informal. Cara-cara ini pernah dipraktekkan oleh
beberapa negara, termasuk Indonesia dalam level-level
tertentu.
a). Penguatan koordinasi antar lembaga
Penguatan koordinasi dapat dilakukan jika jumlah
lembaga-lembaga yang dikoordinasikan masih
terjangkau dan manageable. Dalam prakteknya,
span of control atau rentang kendali yang rasional
akan sangat terbatas. Salah satu alternatifnya
adalah mengurangi jumlah lembaga yang ada
sampai mendekati jumlah yang ideal untuk sebuah
koordinasi. Dengan jumlah lembaga yang rasional,
maka koordinasi dapat dilakukan lebih mudah.
b). Membentuk lembaga koordinasi khusus
Pembentukan lembaga terpisah dan permanen yang
bertugas dalam mengkoordinasikan sektor atau
kementerian adalah salah satu cara melakukan
WoG. Lembaga koordinasi ini biasanya diberikan
status lembaga stingkat lebih tinggi, atau setidaknya
setara dengan kelembagaan yang dikoordinasikan.
c). Membangun gugus tugas
Gugus tugas merupakan bentuk pelembagaan
koordinasi yang dilakukan di luar struktur formal,
yang setidaknya tidak permanen. Pembentukan
gugus tugas biasanya menjadi salah satu cara agar
sumber daya yang terlibat dalam koordinasi tersebut
dicabut sementara dari lingkungan formalnya untuk
berkonsentrasi dalam proses koordinasi tadi.
d). Koalisi sosial
Koalisi sosial merupakan bentuk informal dari
penyatuan koordinasi antar sektor atau lembaga,
tanpa perlu mebentuk pelembagaan khusus dalam
koordinasi.
c. Tantangan dalam praktek Whole of Government (WoG)
Tantangan yang akan dihadapi dalam penerapan WoG di
tataran praktek sebagai berikut:
1) Kapasitas SDM dan institusi
Kapasitas SDM dan institusi-institusi yang terlibat
dalam WoG tidaklah sama. Perbedaan kapasitas ini
bisa menjadi kendala serius ketika pendekatan WoG,
misalnya mendorong terjadinya merger atau akuisisi
kelembagaan, dimana terjadi penggabungan SDM
dengan kualifikasi yang berbeda.
2) Nilai dan budaya organisasi
Nilai dan budaya organisasi menjadi kendala ketika
terjadi upaya kolaborasi sampai dengan kelembagaan.
3) Kepemimpinan
Kepemimpinan menjadi salah satu kunci penting dalam
pelaksanaan WoG. Kepemimpinan yang dibutuhkan
adalah kepemimpinan yang mampu mengakomodasi
perubahan nilai dan budaya organisasi serta meramu
SDM yang tersedia guna mencapai tujuan yang
diharapkan.
d. Praktek Whole of Government (WoG) dalam pelayanan
publik
praktek WoG dalam pelayanan publik dilakukan dengan
menyatukan seluruh sektor yang terkait dengan pelayanan
publik. Jenis pelayanan publik yang dikenail dapat didekati
oleh pendekatan WoG sebagai berikut:
1). Pelayanan yang bersifat administratif, yaitu pelayanan
publik yang menghasilkan berbagai produk dokumen
resmi yang dibutuhkan warga masyarakat. Dokumen
yang dihasilkan bisa meliputi KTP, status
kewarganegaraan, status usaha, surat kepemilikan,
atau penguasaan atas barang, termasuk dokumen-
dokumen resmi seperti SIUP, izin trayek, izin usaha,
akta, sertifikat tanah dan lain-lain.
2). Pelayanan jasa, yaitu pelayanan yang menghasilkan
berbagai bentuk jasa yang dibutuhkan warga
masyarakat, seperti pendidikan, kesehatan,
ketenagkerjaan, perhubungan dan lain-lain.
3). Pelayanan barang, yaitu pelayanan yang menghasilkan
jenis barang yang dibutuhkan warga masyarakat,
seperti jalan, jembatan, perumahan, jaringan telepon,
listrik, air bersih, dan lain-lain.
4). Pelayanan regulatif, yaitu pelayanan melalui penegakan
hukuman dan peraturan perundang-undangan, maupun
kebijakan publik yang mengatur sendi-sendi kehidupan
masyarakat.
Adapun berdasarkan pola pelayanan publik, juga dapat
dibedakan dalam lima macam pola pelayanan sebagai
berikut:
1). Pola pelayanan teknis fungsional, yaitu suatu pola
pelayanan publik yang diberikan oleh suatu instansi
pemerintah sesuai dengan bidang tugas, fungsi dan
kewenangannya. Pelayanan merupakan pelayanan
sektoral, yang bisa jadi sifatnya hanya relevan dengan
sektor itu, atau menyangkut pelayanan di sektor lain.
WoG dapat dilakukan manakala pola pelayanan publik
ini mempunyai karakter yang sama atau memiliki
keterkaitan antar satu sektor dengan yang lainnya.
2). Pola pelayanan satu atap, yaitu pola pelayanan yang
dilakukan secara terpadu pada suatu instansi
pemerintah yang bersangkutan sesuai kwenangan
masing-masing. Pola ini memudahkan masyarakat
pengguna izin untuk mengurus permohonan izinnya,
walaupun belum mengurangi jumlah rantai birokrasi
izinnya.
3). Pola pelayanan satu pintu, yaitu pola pelayanan yang
dilakukan secara tunggal oleh suatu unit kerja
pemerintah berdasarkan pelimpahan wewenang dari
unit kerja pemerintah terkait lainnya yang
bersangkutan. Ini adalah salah satu bentuk
kelembagaan WoG yang lebih utuh, dimana pelayanan
publik disatukan dalam satu unit pelayanan saja, dan
rantai izin sudah dipangkas menjadi satu saja.
4). Pola pelayanan terpusat, yaitu pola pelayanan yang
dilakukan oleh suatu instansi pemerintah yang
bertindak selaku koordinator terhadap pelayanan
instansi pemerintah lainnya yang terkait dengan bidang
pelayanan masyarakat yang bersangkutan.
5). Pola pelayanan elektronik, yaitu pola pelayanan
elektronik yang dilakukan menggunakan teknologi
infromasi dan komunikasi yang merupakan otomasi dan
otomatisasi pemberian layanan yang bersifat elektronik
atau daring (online) sehingga dapat menyesuaikan diri
dengan keinginan dan kapasitas masyarakat pengguna.
e. Nilai-nilai dasar Whole of Government
Praktek WOG dalam pelayanan publik dilakukan
dengan menyatukan seluruh sektor yang terkait dengan
pelayanan publik berdasarkan nilai-nilai dasar berikut ini.
1). Koordinasi
Kompleksitas lembaga membutuhkan koordinasi
yang efektif dan efisien antar lembaga dalam
menjalankan kegiatan kelembagaan.
2). Integrasi
Integrasi dilakukan dengan pembauran sebuah
sistem antar lembaga sehingga menjadi kesatuan
yang utuh.
3). Sinkronisasi
Sinkronisasi merupakan penyelarasan semua
kegiatan/data yang berasal dari berbagai sumber,
dengan menyingkronkan seluruh sumber tersebut.
4). Simplifikasi
Simplikasi merupakan penyederhanaan segala sesuatu
baik terkait data/proses di suatu lembaga untuk
mengefisienkan waktu, tenaga dan biaya.

3. Pelayanan Publik
a. Konsep Pelayanan Publik
1). Pengertian Pelayanan Publik
Berkaitan dengan pelayanan, ada dua istilah yang perlu
diketahui, yaitu melayani dan pelayanan. Pengertian
melayani adalah membantu menyiapkan (mengurus) apa
yang diperlukan seseorang". Sedangkan pengertian
pelayanan adalah "usaha rnelayani kebutuhan orang
lain" (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1995). Contoh:
menerima telepon dari pihak lain yang berhubungan
dengan unit kerja kita, adalah bentuk pelayanan yang
rutin kita lakukan.

Adapun menurut Keputusan MENPAN Nomor 63


tahun 2003, mengenai pelayanan adalah sebagai
berikut:
a). Pelayanan Publik adalah segala kegiatan pelayanan
yang dilaksanakan oleh penyelenggara pelayanan
publik sebagai upaya pemenuhan kebutuhan
penerima pelayanan maupun pelaksanaan ketentuan
peraturan perundang-undangan;
b). Penyelenggara adalah Pelayanan Publik adalah
Instansi Pemerintah;
c). Instansi Pemerintah adalah sebutan kolektif meliputi
satuan kerja satuan organisasi Kementrian,
Departemen, Kesekretariatan Lembaga Tertinggi
dan Tinggi Negara, dan instansi Pemerintah lainnya,
baik Pusat maupun Daerah termasuk Badan Usaha
Milik Negara, Badan Hukum Milik Negara dan Badan
Usaha Milik Daerah;
d). Unit Penyelenggara pelayanan publik adalah unit
kerja pada instansi Pemerintah yang secara
langsung memberikan pelayanan kepada penerima
pelayanan publik;
e). Pemberi pelayanan publik adalah pejabat/pegawai
instansi pemerintah yang melaksanakan tugas dan
fungsi pelayanan publik sesuai dengan peraturan
perundang- undangan;
f). Penerima pelayanan publik adalah orang,
masyarakat, instansi pemerintah dan badan hukum
yang menerima pelayanan dari instansi pemerintah.
Pelayanan merupakan suatu proses. Proses
tersebut menghasilkan suatu produk yang berupa
pelayanan, kemudian diberikan kepada pelanggan.
Sebagai contoh adalah proses pelayanan surat masuk.
Proses pelayanan surat masuk adalah sebagai berikut:
a). surat diterima oleh seorang petugas;
b). surat disortir (dipisah-pisahkan);
c). surat diterima pencatat surat dan kemudian dicatat
dalam buku agenda atau kartu kendali;
d). Surat disampaikan ke pengarah surat;
e). Surat didistribusikan ke unit organisasi sesuai
dengan alamat yang tertulis dalam surat (sering di
sebut dengan istilah "unit pengelola");
f). Surat diterima oleh unit pengolah.
2). Jenis barang/jasa
Menurut Savas (1987) membagi barang layanan menjadi
4 (empat) kelompok:
a). Barang yang digunakan untuk memenuhi
kepentingan individu yang bersifat pribadi. Barang
privat (private goods) ini tidak ada konsep tentang
penyediaannya, hukum permintaan dan penawaran
sangat tergantung pada pasar, produsen akan
memproduksi sesuai dengan kebutuhan masyarakat,
dan bersifat terbuka. Oleh sebab itu penyediaan
layanan barang yang bersifat barang privat ini dapat
berlaku hukum pasar, hanya apabila barang privat ini
menyangkut kesejahteraan orang banyak, misalnya
beras atau bahan kebutuhan pokok masyarakat
lainnya, maka pemerintah tidak akan membiarkan
berlakunya pasar secara murni. Dengan kata lain
apabila pasar mengalami kegagalan dan demi
kesejahteraan, maka perlu intervensi pemerintah;
b). Jenis barang yang kedua disebut toll goods, yakni
barang yang digunakan atau dikonsumsi bersama-
sama dengan persyaratan apabila menggunakannya
harus membayar atau ada biaya penggunaan,
apabila pengguna atau konsumen tidak membayar
maka tidak dapat menggunakannya. Penyediaannya
bisa menggunakan hukum pasar dimana produsen
akan menyediakan permintaan/kebutuhan barang
tersebut. Barang seperti ini hampir sama seperti
barang privat, penyediaan barang ini di beberapa
negara disediakan oleh negara dan seringkali
menggunakan ukuran pemakaiannya atau dapat
dikatakan barang privat tetapi dikonsumsi bersama-
sama;
c). Jenis barang ketiga disebut collective goods, yaitu
barang yang digunakan secara bersama-sama atau
kolektif dan penyediaannya tidak dapat dilakukan
dengan melalui mekanisme pasar, karena barang ini
digunakan secara terus menerus dan secara
bersama- sama serta sulit diukur berapa besar
penggunaan barang ini untuk setiap individu. Dalam
penggunaan barang ini apabila diukur dari sisi
ekonomi akan muncul pembonceng gratis (free rider)
dimana mereka ikut menggunakan atau menikmati
barang tersebut tanpa membayar dan tanpa
kontribusi secara fair. Penyediaan barang ini tidak
ada yang mau menyediakan atau memproduksinya
secara sukarela. Oleh karenanya penyediaan barang
ini dilakuan dengan kontribusi secara kolektif yaitu
dengan menggunakan pajak.
d). Jenis barang yang keempat adalah common pool
goods, jenis barang ini memiliki karakteristik dimana
yang menggunakan barang ini tidak ada yang mau
membayar, biasanya digunakan/dikonsumsi secara
bersama-sama dan kepemilikan barang ini oleh
umum, tidak ada orang yang mau menyediakan
barang ini. Untuk itu pemerintah melakukan
pengaturan terhadap barang ini.
Dalam kenyataannya keempat jenis barang diatas
sangat sulit dibedakan atau dipisahkan masing-masing jenis
termasuk barang yang mana, karena setiap barang tidak
murni menjadi salah satu karakteristik jenis barang yang ada.
Setiap barang mempunyai kecenderungan karakteristik
barang yang satu dengan barang yang lain.
3). Pelayanan Prima
Pelayanan prima merupakan terjemahan dari istilah
"Excellent Service" yang secara harfiah berarti
pelayanan yang sangat baik dan atau pelayanan yang
terbaik. Disebut sangat baik atau terbaik, karena sesuai
dengan standar pelayanan yang berlaku atau dimiliki
oleh instansi yang memberikan pelayanan. Apabila
instansi pelayanan belum memiliki standar pelayanan,
maka pelayanan disebut sangat baik atau terbaik atau
akan menjadi prima, manakala dapat atau mampu
memuaskan pihak yang dilayani (pelanggan). Jadi
pelayanan prima dalam hal ini sesuai dengan harapan
pelanggan. Tentunya agar keprimaan suatu pelayanan
dapat terukur, bagi instansi pemberi pelayanan yang
belum memiliki standar pelayanan, maka perlu membuat
standar pelayanan prima sesuai dengan tugas dan
fungsinya.
Tujuan pelayanan prima adalah memberikan
pelayanan yang dapat memenuhi dan memuaskan
pelanggan atau masyarakat serta memberikan fokus
pelayanan kepada pelanggan dengan Pelayanan prima
kepada masyarakat didasarkan pada tekad bahwa
"pelayanan adalah pemberdayaan". Kalau pada sektor
bisnis atau swasta tentunya pelayanan selalu bertujuan
atau berorientasi profile atau keuntungan perusahaan.
Pelayanan prima yang diberikan kepada masyarakat
pada dasarnya tidaklah mencari untung, tetapi
memberikan pelayanan sesuai dengan kebutuhan
masyarakat secara sangat baik atau terbaik.
Dalam hal memberdayakan masyarakat ini,
pelayanan yang diberikan tidaklah bertujuan selain
mencari untung, juga menjadikan masyarakat justru
terbebani atau teberdayakan dengan pelayanan dari
pemerintahan yang diterimanya. Contoh: dalam
memberikan pelayanan kepada masyarakat selama ini
masih sering muncul keluhan dari masyarakat dengan
adanya pungutan biaya di luar ketentuan, atau berbelit-
belitnya prosedur serta lamanya pelayanan yang
diberikan. Belum lagi masih ditambah dengan petugas
yang kurang ramah sehingga munculnya sikap,
anggapan dan penilaian terhadap pemerintahan.
Misalnya kesan bahwa birokrasi adalah prosedur yang
berbelit-belit dan mempersulit urusan. Adanya korupsi,
kolusi dan nepotisme dalam pelayanan sektor publik.
Bahkan dalam pelayanan publik muncul istilah "kalau
masih bisa dipersulit, kenapa harus dipermudah?" Atau
kalau kita berurusan dengan pelayanan pemerintah,
mungkin akan ada penawaran dari aparatur pelayannya,
"mau lewat jalan tol atau biasa?". Untuk itu pelayanan
prima sektor publik yang dilakukan oleh pemerintah
selain memenuhi kebutuhan hajat hidup masyarakatnya,
sudah barang tentu adalah untuk memberdayakan
bukan memperdayakan.
Jadi dengan demikian perbaikan pelayanan sektor
publik jelas merupakan kebutuhan yang mendesak,
bahwa dalam rangka reformasi administrasi negara,
perbaikan pelayanan kepada publik merupakan kunci
keberhasilannya. Pelayanan prima bertujuan
memberdayakan masyarakat, bukan memperdayakan,
sehingga akan menumbuhkan kepercayaan publik atau
masyarakat kepada pemerintahannya. Adapun
kepercayaan adalah awal atau modal dari kolaborasi
dan partisipasi masyarakat dalam program-program
pembangunan.
Adapun pelayanan prima akan bermanfaat bagi
upaya peningkatan kualitas pelayanan pemerintah
kepada masyarakat sebagai pelanggan dan sebagai
acuan untuk pengembangan penyusunan standar
pelayanan. Baik pelayan, pelanggan atau stakeholder
dalam kegiatan pelayanan, akan memiliki acuan
mengenai mengapa, kapan, dengan siapa, dimana dan
bagaimana pelayanan dilakukan.
b. Nilai-nilai Dasar Pelayanan Publik
Perhatian pemerintah terhadap perbaikan pelayanan
kepada masyarakat, sebenarnya sudah diatur dalam
beberapa pedoman, antara lain adalah Keputusan Menteri
Negara Pendayagunaan Aparatur Negara (MENPAN) Nomor
63 Tahun 2003 yang mengemukakan tentang prinsip-prinsip
pelayanan publik sebagai berikut:
1). Kesederhanaan
Prosedur pelayanan publik tidak berbelit-belit, mudah
dipahami dan mudah dilaksanakan.
2) Kejelasan
 Persyaratan teknis dan administratif pelayanan publik;
 Unit kerja/pejabat yang berwenang dan
bertanggungjawab dalam memberikan pelayanan dan
penyelesaian keluhan/persoalan/sengketa dalam
pelaksanaan pelayanan publik;
 Rincian biaya pelayanan publik dan tata cara
pembayaran.
3). Kepastian Waktu
Pelaksanaan pelayanan Publik dapat diselesaikan dalam
kurun waktu yang telah ditentukan.
4). Akurasi
Produk pelayanan Publik diterima dengan benar,
tepat dan sah.
5). Keamanan
Proses dan produk pelayanan Publik memberikan rasa
aman dan kepastian hukum.
6). Tanggung jawab
Pimpinan penyelenggara pelayanan publik atau pejabat
yang ditunjuk bertanggungjawab atas penyelengaraan
pelayanan dan penyelesaian keluhan/persoalan dalam
pelaksanaan pelayanan publik.
7). Kelengkapan Sarana dan prasarana
Tersedianya sarana dan prasarana kerja, peralatan kerja
dan pendukung lainnya yang memadai termasuk
penyediaan sarana teknologi telekomunikasi dan
informatika (telematika).
8). Kemudahan Akses
Tempat dan lokasi serta sarana pelayanan yang
memadai, mudah dijangkau oleh masyarakat, dan dapat
memanfaatkan teknologi telekomunikasi dan informatika.
9). Kedisiplinan, Kesopanan dan Keramahan
Pemberi pelayanan harus bersikap disiplin, sopan dan
santun, ramah, serta memberikan pelayanan dengan
ikhlas.
10).Kenyamanan
Lingkungan pelayanan harus tertib, teratur, disediakan
ruang tunggu yang nyaman, bersih, rapi, lingkungan
yang indah dan sehat serta dilengkapi dengan fasilitas
pendukung pelayanan, seperti parker, toilet, tempat
ibadah, dan lain-lain.
BAB III
KEGIATAN AKTUALISASI
3.1 Rancangan Aktualisasi
Untuk menyusun rancangan kegiatan aktualisasi, maka saya
akan menjelaskan jabatan saya . Jabatan saya adalah bidan ahli
pertama di RSUD Depati hamzah Kota Pangkalpinang. Bidan ahli
pertama adalah profesi pelayanan kesehatan di bidang
kebidanan,sasaran kerja pegawai yang merupakan salah satu unsur
di dalam penilaian prestasi kerja PNS yang diatur dalam Peraturan
Pemerintah no.46 Tahun 2011 adapun sasaran kerja pegawai ( SKP )
yaitu

1. Mempersiapkan pelayanan kebidanan ;


2. Melaksanakan anamnesa klien /pasien pada ptologis kebidanan;
3. Melakukan pemeriksaan anamnesa klien/pasien pada kasus
kegawatdaruratan kebidanan;
4. Melaksanakan pemeriksaan fisik klien/pasien pada kasus
patologis kebidanan;
5. Melaksanakan pemeriksaan fisik klien/pasien pada kasus
kegawatdaruratan kebidanan;
6. Membuat diagnosa kebidanan sesuai dengan hasil pengkajian
pada kasus kegawatdaruratan kebidanan;
7. Melakukan kolaborasi dengan tim kesehatan lain pada kasus
kegawatdaruratan kebidanan;
8. Menyusun rencana operasional asuhan kebidanan pada kasus
kegawatdaruratan kebidanan
9. Melakukan persiapan pelayanan asuhan kebidanan pada
klien/pasien dengan kasus patologis kebidanan
10. Melakukan persiapan pelayanan asuhan kebidanan pada
klien/pasien dengan kasus kegawatdaruratan kebidanan
11. Mempersiapkan alat dan obat pada kasus patologis kebidanan
12. Mempersiapkan alat dan obat pada kasus kegawatdaruratan
kebidanan
13. Melaksanakan asuhan kebidanan pada klie/pasien dengan kasus
kegawatdaruratan kebidanan
14. Melakukan konseling pada klien/pasien pada kasus patologis
kebidanan
15. Melakukan konseling pada klien/pasien pada kasus
kegawatdaruratan kebidanan
16. Melakukan rujukan klien/pasien pada kasus fisiologis
17. Melakukan rujukan klien/pasien pada kasus patologis
18. Melaksanakan evaluasi asuhan kebidanan pada klien /pasien
pada kasus patologis kebidanan
19. Melaksanakan evaluasi asuhan kebidanan pada klien /pasien
pada kasus kegawatdaruratan kebidanan
20. Melakukan dokumentasi pada asuhan kebidanan pada kasus
kegawatdaruratan kebidanan
21. Melaksanakan tugas pengelola di puskesmas sebagai
penanggung jawab sore dan malam;
22. Melaksanakan tugas jaga shif di tempat/rumah sakit;
23. Melaksanakan tugas jaga shif on call;
24. Melaksanakan tugas jaga shif sepi pasien;
25. Melaksanakan tugas pada daerah konflik/ rawan/daerah penyakit
menular;
26. Melaksanakan pelayanan kesehatan masyarakat dengan
melaksanakan asuhan kebidanan pada masyarakat
/wilayah/kelompok;
27. Melaksanakan pelayanan kesehatan masyarakat dengan peta
masalah kebidanan di daerah binaan;

3.1.1 Identifikasi Isu


Berdasarkan hasil pengamatan koordinasi dengan kasi
asuhan keperawatan dan pelayanan di RSUD Depati
Hamzah Kota Pangkalpinang ditemukan adanya beberapa
masalah atau isu. Adapun isu tersebut dapat diidentifikasi
sebagai berikut :

1. Kurangnya peran bidan untuk menerapkan Inisiasi Menyusu


Dini (IMD) sesuai SOP pada persalinan normal di ruang
mawar RSUD Depati Hamzah

2. Kurangnya kepatuhan bidan untuk tidak memakai perhiasan


saat melakukan tindakan di Ruang Mawar RSUD Depati
Hamzah

3. Kurangnya kepekaan bidan untuk menerapkan Asuhan


Sayang Ibu yang sesuai SOP di Ruang Mawar RSUD Depati
Hamzah

Berdasarkan persoalan yang telah dijabarkan di atas maka


isu yang diangkat adalah Kurangnya peran bidan untuk
menerapkan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) sesuai SOP pada
persalinan normal di ruang mawar RSUD Depati Hamzah. Isu
yang diangkat tersebut didasarkan dari teknik dalam
menentukan isu yaitu APKL (Aktual, Problematika, Khalayak
dan Layak).
Aktual, isu tersebut benar-benar terjadi dan masih
menjadi kebiasaan di ruang mawar RSUD Depati Hamzah
Kota Pangkalpinang
Problematika, isu tersebut masih belum dapat
dipecahkan permasalahan terlihat dari Belum tercapainya
penerapan IMD sesuai SOP di ruang mawar RSUD Depati
Hamzah Kota Pangkalpinang
Khalayak, isu tersebut berpengaruh pada aktivitas
pokok (bidan) di dalam perawatan, sehingga apabila tidak
dilakukan sesuai SOP dapat beresiko hipotermi pada bayi
Layak yaitu isu tersebut layak untuk diangkat dan
ditemukan gagasan pemecah isu, karena Penerapan IMD
dapat menjaga kehangatan bayi,awal keberhasilan ASI
Eklusif memperkuat ikatan ibu dan bayi

3.1.2 Gagasan Pemecahan Isu


Mengingat permasalahan atau isu yang diangkat bersifat
penting, maka diperlukan gagasan pemecahan isu yang
dapat membuat proses pemecahan masalah atau isu bisa
terlaksana. Gagasan yang diusulkan untuk memecahkan isu
diatas adalah Upaya Peningkatan peran Bidan untuk
menerapkan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) sesuai SOP pada
persalinannormal dengan cara sosialisasi melalui media
banner dan poster di ruang mawar RSUD Depati Hamzah

3.1.3 Kegiatan Pemecahan Isu (Inovatif)


Kegiatan yang di usulkan untuk memecahkan isu diatas
adalah sebagai berikut :
1. Melakukan konsultasi dengan Kasi Asuhan Keperawatan
dan pelayanan perihal pembuatan rancangan aktualisasi
2. Melakukan revisi SOP tentang IMD yang disetujui karu dan
kabid
3. Membuat media informasi standing banner IMD di ruang
mawar RSUD Depati hamzah
4. Membuat media informasi poster IMD di ruang mawar
RSUD Depati hamzah
5. Melakukan koordinasi dengan kepala ruangan mawar untuk
sosialisasi SOP IMD pada bidan di ruang mawar RSUD
Depati hamzah
6. Memutar video tentang IMD yang akan disaksikan bersam
bidan ruang mawar
7. Membuat dan menyebarkan kuisioner kepuasan pelanggan
terhdap pelaksanaan IMD oleh bidan
8. Monitoring dan Evaluasi kegiatan yang sudah
dilaksanakan

Kegiatan-kegiatan yang saya sebutkan diatas akan


saya laksanakan di ruang mawar RSUD Depati Hamzah
dengan menerapkan nilai- nilai dasar ANEKA
(akuntabilitas, nasionalisme, etika publik, komitmen mutu
dan anti korupsi) dan penerapan kedudukan dan peran
PNS dalam NKRI (Manajemen ASN, WoG) sehingga
nantinya diharapkan dapat berkontribusi mendukung
terwujudnya visi, misi RSUD Depati Hamzah dan juga
diharapkan dapat memperkuat nilai-nilai organisasi RSUD
Depati Hamzah melalui Motto IKAK SIHAT KAMI SENENG
(kesembuhan anda adalah kebahagian kami).
Penguatan
Keterkaitan Subtansi Kontribusi Terhadap
No Kegiatan Tahapan Kegiatan Output/ Hasil Nilai
Mata Pelatihan Visi-Misi Organisasi
Organisasi

1 2 3 4 5 6 7

1 Melakukan 1.1 Mengatur Jadwal dan  Saya akan Kegiatan ini selaras Kegiatan
koordinasi jadwal dan tempat tempat menerapkan nilai dengan visi RSUD mengatur
dengan Kasi pertemuan dengan sudah etika publik yaitu Depati Hamzah jadwal dan
perihal kasi ditentukan memelihara dan ‘menjadi rumah sakit tempat
rencana menjunjung tinggi terpercaya dan mitra pertemuan
kegiatan nilai etika luhur agar rujukan terbaik di dengan Kasi
Kasi merasa dihargai Babel” dan selaras memperkuat
karena kita dengan misi nilai RSUD
memberitahu jadwal meniningkatkan Depati
secara sopan santun profesionalisme dan Hamzah
motivasi kerja yaitu “Ikak
karyawan Sihat Kami
Seneng”

1.2 Menyampaikan Kasi  Saya akan Kegiatan ini selaras Kegiatan


rencana kegiatan mengetahui menerapkan nilai dengan visi RSUD Menyampaik
kepada kasi rencana Akuntabilitas yaitu Depati Hamzah an rencana
kegiatan (kejelasan) : dimana ‘menjadi rumah sakit kegiatan
pada saat terpercaya dan mitra kepada Kasi
penyampaian rujukan terbaik di memperkuat
kegiatan yang akan Babel” dan selaras nilai RSUD
dilaksanakan harus dengan misi Depati
jelas agar Kasi bisa meniningkatkan Hamzah
Penguatan
Keterkaitan Subtansi Kontribusi Terhadap
No Kegiatan Tahapan Kegiatan Output/ Hasil Nilai
Mata Pelatihan Visi-Misi Organisasi
Organisasi

memahami dengan profesionalisme dan yaitu “Ikak


jelas dan cepat. motivasi kerja Sihat Kami
karyawan Seneng”

1.3 Konsultasi Rencana  Saya akan Kegiatan ini selaras Kegiatan


rencana kegiatan kegiatan menerapkan nilai dengan visi RSUD konsultasi
ke kasi yang sudah nasionalisme yaitu Depati Hamzah rencana
direvisi sila ke ‘menjadi rumah sakit kegiatan ke
4(musyawarah) : terpercaya dan mitra Kasi,
dimana pada saat rujukan terbaik di memperkuat
konsultasi kita Babel” dan selaras nilai RSUD
bermusyawarah dengan misi Depati
untuk menelaah meniningkatkan Hamzah
rencana kegiatan profesionalisme dan yaitu “Ikak
yang akan disetujui motivasi kerja Sihat Kami
bersama karyawan Seneng”
 Saya akan
menerapkan nilai
etika publik yaitu
menghargai
komunikasi,konsulta
si, dan kerjasama
karena setiap
pendapat yang
berbeda dapat
Penguatan
Keterkaitan Subtansi Kontribusi Terhadap
No Kegiatan Tahapan Kegiatan Output/ Hasil Nilai
Mata Pelatihan Visi-Misi Organisasi
Organisasi

diputuskan bersama
1.4 Meminta Lembar  penerapan nilai Kegiatan ini selaras Meminta
persetujuan Kasi persetujuan akuntabilitas yaitu dengan visi RSUD persetujuan
untuk rencana rencana (kejelasan) karena Depati Hamzah Kasi untuk
kegiatan kegiatan sudah mendapatkan ‘menjadi rumah sakit rencana
persetujuan rencana terpercaya dan mitra kegiatan,
kegiatan berarti saya rujukan terbaik di memperkuat
sudah izin yang jelas Babel” dan selaras nilai RSUD
untuk melaksanakan dengan misi Depati
kegiatan tersebut meniningkatkan Hamzah
 Saya akan profesionalisme dan yaitu “Ikak
menerapkan nilai motivasi kerja Sihat Kami
nasionalisme sila ke karyawan Seneng”
4 yaitu tanggung
jawab sebagai
amanat karena saat
rencana kegiatan
sudah disetujui
berarti rencana tsb
adalah amanat yang
harus saya
pertanggungjawabka
n
2 Menelaah 2.1 Meminjam Mendapatka  Saya akan memperkuat
Penguatan
Keterkaitan Subtansi Kontribusi Terhadap
No Kegiatan Tahapan Kegiatan Output/ Hasil Nilai
Mata Pelatihan Visi-Misi Organisasi
Organisasi

SOP tentang SOP ke kepala n SOP menerapkan nilai nilai RSUD


IMD ruangan etika publik yaitu Depati
memelihara dan Hamzah
menjunjung tinggi yaitu “Ikak
nilai etika luhur agar Sihat Kami
karu merasa dihargai Seneng”
karena kita
meminjam SOP
secara sopan santun
 Saya akan
menerapkan nilai
nasionalisme sila ke
4 yaitu tanggung
jawab sebagai
amanat karena saat
meminjam SOP saya
bertanggung jawab
untuk memakainya
sebaik mungkin dan
tidak
menghilangkanya

2.2 Membaca dan SOP sudah  Pada tahapan Kegiatan ini selaras memperkuat
menilik SOP di tilik kegiatan ini Saya dengan visi RSUD nilai RSUD
Penguatan
Keterkaitan Subtansi Kontribusi Terhadap
No Kegiatan Tahapan Kegiatan Output/ Hasil Nilai
Mata Pelatihan Visi-Misi Organisasi
Organisasi

akan menerapkan Depati Hamzah Depati


nilai Akuntabilitas ‘menjadi rumah sakit Hamzah
yaitu (kejelasan) : terpercaya dan mitra yaitu “Ikak
Karena pada saat rujukan terbaik di Sihat Kami
membaca saya akan Babel” dan selaras Seneng”
mendapatkan dengan misi
kejelasan,kekurangan meniningkatkan
dan pemahaman profesionalisme dan
SOP motivasi kerja
karyawan
2.3 Konsultasi SOP yang  Saya akan Kegiatan ini selaras memperkuat
SOP kepada karu sudah menerapkan nilai dengan visi RSUD nilai RSUD
dan kabid dikonsultasi nasionalisme yaitu Depati Hamzah Depati
sila ke ‘menjadi rumah sakit Hamzah
4(musyawarah) : terpercaya dan mitra yaitu “Ikak
dimana pada saat rujukan terbaik di Sihat Kami
konsultasi kita Babel” dan selaras Seneng”
Penguatan
Keterkaitan Subtansi Kontribusi Terhadap
No Kegiatan Tahapan Kegiatan Output/ Hasil Nilai
Mata Pelatihan Visi-Misi Organisasi
Organisasi

bermusyawarah dengan misi


untuk mencapai meniningkatkan
kesepakatan profesionalisme dan
bersama untuk motivasi kerja
memperbaiki SOP karyawan
 Saya akan
menerapkan nilai
etika publik yaitu
menghargai
komunikasi,konsulta
si, dan kerjasama
karena setiap
pendapat yang
berbeda dapat
diputuskan bersama

2.4 Merevisi SOP SOP yang  Saya akan Kegiatan ini selaras memperkuat
yang sudah sudah menerapkan nilai dengan visi RSUD nilai RSUD
dikonsultasi sesuai direvisi nasionalisme sila ke Depati Hamzah Depati
dengan sarana 4 yaitu tanggung ‘menjadi rumah sakit Hamzah
prasarana saat ini jawab sebagai terpercaya dan mitra yaitu “Ikak
amanat karena saat rujukan terbaik di Sihat Kami
Penguatan
Keterkaitan Subtansi Kontribusi Terhadap
No Kegiatan Tahapan Kegiatan Output/ Hasil Nilai
Mata Pelatihan Visi-Misi Organisasi
Organisasi

merevisi SOP saya Babel” dan selaras Seneng”


bertanggung jawab dengan misi
untuk memperbaiki meniningkatkan
SOP yang sudah di profesionalisme dan
kosultasikan menjadi motivasi kerja
SOP yang lebih baik karyawan
lagi.
 Saya akan
menerapkan nilai
etika publik yaitu
mempertanggungjaw
abkan tindakan
dankinerjanya
kepada publik karena
saat merevisi saya
harus menyusun
langkah-langkah SOP
dengan benar,yang
mana SOP tsb kelak
akan menjadi
pedoman untuk
semua bidan ruang
mawar
Penguatan
Keterkaitan Subtansi Kontribusi Terhadap
No Kegiatan Tahapan Kegiatan Output/ Hasil Nilai
Mata Pelatihan Visi-Misi Organisasi
Organisasi

2.5 Meminta Lembar  penerapan nilai Kegiatan ini selaras memperkuat


persetujuan kabid persetujuan akuntabilitas yaitu dengan visi RSUD nilai RSUD
untuk SOP yang (kejelasan dan Depati Hamzah Depati
sudah direvisi kepercayaan) ‘menjadi rumah sakit Hamzah
karena sudah terpercaya dan mitra yaitu “Ikak
mendapatkan rujukan terbaik di Sihat Kami
persetujuan berarti Babel” dan selaras Seneng”
SOP yang sudah dengan misi
direvisi mempunyai meniningkatkan
kejelasan profesionalisme dan
persetujaan dan motivasi kerja
saya mendapatkan karyawan
kepercayaan kabid
untuk mensosialisasi
SOP tersebut

2.6 Mencetak SOP Lembar baru  Pada tahapan Kegiatan ini selaras memperkuat
SOP kegiatan ini saya dengan visi RSUD nilai RSUD
akan menerapkan Depati Hamzah Depati
nilai Akuntabilitas ‘menjadi rumah sakit Hamzah
Penguatan
Keterkaitan Subtansi Kontribusi Terhadap
No Kegiatan Tahapan Kegiatan Output/ Hasil Nilai
Mata Pelatihan Visi-Misi Organisasi
Organisasi

yaitu terpercaya dan mitra yaitu “Ikak


(Tanggungjawab) rujukan terbaik di Sihat Kami
karena saya Babel” dan selaras Seneng”
bertanggung jawab dengan misi
atas hasil dari awal melengkapi sarana
pembuatan SOP prasarana rumah
smpai akhir sakit
pencetakan SOP

Penguatan
Output/ Keterkaitan Subtansi Kontribusi Terhadap
No Kegiatan Tahapan Kegiatan Nilai
Hasil Mata Pelatihan Visi-Misi Organisasi
Organisasi

1 2 3 4 5 6 7

3. Membuat 3.1 Mencari Referensi  Pada kegiatan ini Kegiatan ini selaras memperkuat
banner referensi materi materi saya menerapkan dengan visi RSUD nilai RSUD
tentang IMD tentang IMD komitmen mutu Depati Hamzah Depati
(efisien dan efektif) ‘menjadi rumah sakit Hamzah yaitu
karena saya akan terpercaya dan mitra “Ikak Sihat
mencari materi rujukan terbaik di Kami Seneng”
yang mudah Babel” dan selaras
Penguatan
Output/ Keterkaitan Subtansi Kontribusi Terhadap
No Kegiatan Tahapan Kegiatan Nilai
Hasil Mata Pelatihan Visi-Misi Organisasi
Organisasi

dipahami oleh dengan misi


peserta sosialisasi meniningkatkan
namum tetap profesionalisme dan
tersampaikan motivasi kerja
maksud dan karyawan
tujuannya
 Saya akan
menerapkan nilai
Akuntabilitas yaitu
(kejelasan) : Karena
pada saat saya
mendapatkan
referensi,berarti
saya mendapat
kejelasan sumber
materi IMD
3.2 Membuat Desain  Pada kegiatan ini Kegiatan ini selaras memperkuat
rancangan desain banner saya menerapkan dengan visi RSUD nilai RSUD
banner komitmen mutu Depati Hamzah Depati
(inovatif) karena ‘menjadi rumah sakit Hamzah yaitu
saya akan terpercaya dan mitra “Ikak Sihat
mendesain banner rujukan terbaik di Kami Seneng”
yang menarik, Babel” dan selaras
sehingga tidak dengan misi
Penguatan
Output/ Keterkaitan Subtansi Kontribusi Terhadap
No Kegiatan Tahapan Kegiatan Nilai
Hasil Mata Pelatihan Visi-Misi Organisasi
Organisasi

bosan untuk dibaca meniningkatkan


 Saya akan profesionalisme dan
menerapkan nilai motivasi kerja
nasionalime yaitu karyawan
sila ke tiga (rela
berkorban) karena
saya
mengahabiskan
waktu istirahat saya
untuk mendesain
banner
3.3 Melakukan Desain  ya akan Kegiatan ini selaras memperkuat
konsultasi desain Banner menerapkan nilai dengan visi RSUD nilai RSUD
banner ke Kasi yang sudah nasionalisme yaitu Depati Hamzah Depati
di setujui sila ke ‘menjadi rumah sakit Hamzah yaitu
4(musyawarah) : terpercaya dan mitra “Ikak Sihat
dimana pada saat rujukan terbaik di Kami Seneng”
konsultasi kita Babel” dan selaras
bermusyawarah dengan misi
untuk mencapai meniningkatkan
kesepakatan profesionalisme dan
bersama untuk motivasi kerja
desain banner karyawan
 Saya akan
Penguatan
Output/ Keterkaitan Subtansi Kontribusi Terhadap
No Kegiatan Tahapan Kegiatan Nilai
Hasil Mata Pelatihan Visi-Misi Organisasi
Organisasi

menerapkan nilai
etika publik yaitu
menghargai
komunikasi,konsult
asi, dan kerjasama
karena setiap
pendapat yang
berbeda dapat
diputuskan
bersama
3.4 mencetak Banner  Pada kegiatan ini Kegiatan ini selaras memperkuat
banner yang sudah saya menerapkan dengan visi RSUD nilai RSUD
dicetak nilai komitmen mutu Depati Hamzah Depati
(mutu) karena saya ‘menjadi rumah sakit Hamzah yaitu
akan mencetak terpercaya dan mitra “Ikak Sihat
banner dengan rujukan terbaik di Kami Seneng”
kualitas bahan Babel” dan selaras
terbaik dengan misi
 Saya menerapkan melengkapi sarana
nilai nasionalisme prasarana rumah
yaitu sila ke tiga sakit
(rela berkorban)
karena saya
mencetak banner
Penguatan
Output/ Keterkaitan Subtansi Kontribusi Terhadap
No Kegiatan Tahapan Kegiatan Nilai
Hasil Mata Pelatihan Visi-Misi Organisasi
Organisasi

dengan biaya
pribadi
4 Membuat 4.1 Membuat Rancangan  Pada kegiatan ini Kegiatan ini selaras memperkuat
Poster rancangan desain desain saya menerapkan dengan visi RSUD nilai RSUD
Tentang IMD Poster poster komitmen mutu Depati Hamzah Depati
(inovatif) karena ‘menjadi rumah sakit Hamzah yaitu
saya akan terpercaya dan mitra “Ikak Sihat
mendesain poster rujukan terbaik di Kami Seneng”
yang menarik, Babel” dan selaras
sehingga tidak dengan misi
bosan untuk dibaca meniningkatkan
 Saya akan profesionalisme dan
menerapkan nilai motivasi kerja
nasionalime yaitu karyawan
sila ke tiga (rela
berkorban) karena
saya
mengahabiskan
waktu istirahat saya
untuk mendesain
poster

4.2 Melakukan Poster  Saya akan Kegiatan ini selaras memperkuat


konsultasi desain yang sudah menerapkan nilai dengan visi RSUD nilai RSUD
Penguatan
Output/ Keterkaitan Subtansi Kontribusi Terhadap
No Kegiatan Tahapan Kegiatan Nilai
Hasil Mata Pelatihan Visi-Misi Organisasi
Organisasi

poster ke Kasi revisi nasionalisme yaitu Depati Hamzah Depati


sila ke ‘menjadi rumah sakit Hamzah yaitu
4(musyawarah) : terpercaya dan mitra “Ikak Sihat
dimana pada saat rujukan terbaik di Kami Seneng”
konsultasi kita Babel” dan selaras
bermusyawarah dengan misi
untuk mencapai meniningkatkan
kesepakatan profesionalisme dan
bersama untuk motivasi kerja
desain poster karyawan
 Saya akan
menerapkan nilai
etika publik yaitu
menghargai
komunikasi,konsult
asi, dan kerjasama
karena setiap
pendapat yang
berbeda dapat
diputuskan
bersama
4.3 Mencetak Poster  Pada kegiatan ini Kegiatan ini selaras memperkuat
poster yang sudah yang sudah saya menerapkan dengan visi RSUD nilai RSUD
disetujui Kasi dicetak nilai komitmen mutu Depati Hamzah Depati
Penguatan
Output/ Keterkaitan Subtansi Kontribusi Terhadap
No Kegiatan Tahapan Kegiatan Nilai
Hasil Mata Pelatihan Visi-Misi Organisasi
Organisasi

(mutu) karena saya ‘menjadi rumah sakit Hamzah yaitu


akan mencetak terpercaya dan mitra “Ikak Sihat
poster dengan rujukan terbaik di Kami Seneng”
kualitas bahan Babel” dan selaras
terbaik dengan misi
 Saya menerapkan melengkapi sarana
nilai nasionalisme prasarana rumah
yaitu sila ke tiga sakit
(rela berkorban)
karena saya
mencetak banner
dengan biaya
pribadi
5 Melakukan 5.1 Koordinasi ke Lembar  Saya akan Kegiatan ini selaras memperkuat
sosialisasi Karu tentang jadwal dan menerapkan nilai dengan visi RSUD nilai RSUD
tentang IMD pelaksanaan tempat etika publik yaitu Depati Hamzah Depati
ke bidan sosialisasi, sosialisasi memelihara dan ‘menjadi rumah sakit Hamzah yaitu
Ruang menentukan tempat menjunjung tinggi terpercaya dan mitra “Ikak Sihat
Mawar dan jadwal nilai etika luhur agar rujukan terbaik di Kami Seneng”
karu merasa Babel” dan selaras
dihargai karena kita dengan misi
memberitahu jadwal meniningkatkan
secara sopan profesionalisme dan
santun motivasi kerja
Penguatan
Output/ Keterkaitan Subtansi Kontribusi Terhadap
No Kegiatan Tahapan Kegiatan Nilai
Hasil Mata Pelatihan Visi-Misi Organisasi
Organisasi

 Saya akan karyawan


menerapkan nilai
Akuntabilitas yaitu
(kejelasan) :
dimana pada saat
penyampaian
jadwal kegiatan
yang akan
dilaksanakan harus
jelas agar tidak ada
kesalahpahaman
5.2 menyiapkan Ruangan  Saya akan Kegiatan ini selaras memperkuat
ruangan untuk sosialisasi menerapkan nilai dengan visi RSUD nilai RSUD
sosialisai etika publik yaitu Depati Hamzah Depati
mempertanggung ‘menjadi rumah sakit Hamzah yaitu
jawabkan tindakan terpercaya dan mitra “Ikak Sihat
dan kinerjanya rujukan terbaik di Kami Seneng”
kepada public Babel” dan selaras
karena tugas saya dengan misi
menyiapkan meniningkatkan
tempat untuk profesionalisme dan
peserta sosialisasi motivasi kerja
agar dapat karyawan
mengikuti
Penguatan
Output/ Keterkaitan Subtansi Kontribusi Terhadap
No Kegiatan Tahapan Kegiatan Nilai
Hasil Mata Pelatihan Visi-Misi Organisasi
Organisasi

sosialisasi dengan
nyaman
5.3 Menyiapkan Banner dan  Saya akan Kegiatan ini selaras memperkuat
Banner dan Poster Poster menerapkan nilai dengan visi RSUD nilai RSUD
sudah ada etika publik yaitu Depati Hamzah Depati
mempertanggung ‘menjadi rumah sakit Hamzah yaitu
jawabkan tindakan terpercaya dan mitra “Ikak Sihat
dan kinerjanya rujukan terbaik di Kami Seneng”
kepada public Babel” dan selaras
karena tugas saya dengan misi
mengatur posisi meniningkatkan
penempatan profesionalisme dan
banner dan poster motivasi kerja
untuk peserta karyawan
sosialisasi agar
dapat dilihat
dengan mudah
5.4 melakukan Sosialisasi  Pada tahapan Kegiatan ini selaras memperkuat
sosialisasi tentang telah kegiatan ini Saya dengan visi RSUD nilai RSUD
IMD ke bidan ruamg dilakuakan akan menerapkan Depati Hamzah Depati
mawar nilai Akuntabilitas ‘menjadi rumah sakit Hamzah yaitu
yaitu (kejelasan) : terpercaya dan mitra “Ikak Sihat
Karena pada saat rujukan terbaik di Kami Seneng”
sosialisasi yang Babel” dan selaras
Penguatan
Output/ Keterkaitan Subtansi Kontribusi Terhadap
No Kegiatan Tahapan Kegiatan Nilai
Hasil Mata Pelatihan Visi-Misi Organisasi
Organisasi

saya lakukan harus dengan misi


jelas meniningkatkan
penyampaiannya profesionalisme dan
agar bisa jelas motivasi kerja
dipahami dan karyawan
mudah dimengerti
oleh masyarakat.
 Pada kegiatan ini
saya juga akan
menerapkan nilai
Akuntabilitas yaitu
(Tanggung jawab)
karena saya harus
bertanggung atas
kegiatan sosialisasi
yang akan saya
laksanakan dari
tahap awal sampai
tahap akhir.
 Pada tahap
kegiatan ini juga
saya akan
menerapkan nilai
Etika Publik karena
Penguatan
Output/ Keterkaitan Subtansi Kontribusi Terhadap
No Kegiatan Tahapan Kegiatan Nilai
Hasil Mata Pelatihan Visi-Misi Organisasi
Organisasi

pada saat
sosialisasi saya
harus bersikap
ramah, sopan, dan
santun pada
peserta.
6 Memutar 6.1 Mencari Video  Pada kegiatan ini Kegiatan ini selaras memperkuat
video tentang referensi video saya juga akan dengan visi RSUD nilai RSUD
IMD pada tentang IMD menerapkan nilai Depati Hamzah Depati
saat Akuntabilitas yaitu ‘menjadi rumah sakit Hamzah yaitu
sosialisasi (Tanggung jawab) terpercaya dan mitra “Ikak Sihat
karena saya harus rujukan terbaik di Kami Seneng”
bertanggung atas Babel” dan selaras
kelayakan video dengan misi
yang saya dapatkan meniningkatkan
 Pada kegiatan ini profesionalisme dan
saya menerapkan motivasi kerja
komitmen mutu karyawan
(efisien dan efektif)
karena saya akan
mencari video yang
mudah dipahami
oleh peserta
sosialisasi namum
Penguatan
Output/ Keterkaitan Subtansi Kontribusi Terhadap
No Kegiatan Tahapan Kegiatan Nilai
Hasil Mata Pelatihan Visi-Misi Organisasi
Organisasi

tetap tersampaikan
maksud dan
tujuannya
6.2 Menyiapkan Video  Saya akan Kegiatan ini selaras memperkuat
video menerapkan nilai dengan visi RSUD nilai RSUD
etika publik yaitu Depati Hamzah Depati
mempertanggung ‘menjadi rumah sakit Hamzah yaitu
jawabkan tindakan terpercaya dan mitra “Ikak Sihat
dan kinerjanya rujukan terbaik di Kami Seneng”
kepada public Babel” dan selaras
karena tugas saya dengan misi
menyiapkan video meniningkatkan
profesionalisme dan
motivasi kerja
6.3 Memutar video Video di  Pada tahapan Kegiatan ini selaras memperkuat
putar kegiatan ini Saya dengan visi RSUD nilai RSUD
akan menerapkan Depati Hamzah Depati
nilai Akuntabilitas ‘menjadi rumah sakit Hamzah yaitu
yaitu (kejelasan) : terpercaya dan mitra “Ikak Sihat
Karena video yang rujukan terbaik di Kami Seneng”
diputar memberikan Babel” dan selaras
kejelasan informasi dengan misi
tentang IMD meniningkatkan
 Pada kegiatan ini profesionalisme dan
Penguatan
Output/ Keterkaitan Subtansi Kontribusi Terhadap
No Kegiatan Tahapan Kegiatan Nilai
Hasil Mata Pelatihan Visi-Misi Organisasi
Organisasi

saya juga akan motivasi kerja


menerapkan nilai karyawan
Akuntabilitas yaitu
(Tanggung jawab)
karena saya harus
bertanggung atas
kegiatan pemutaran
video
7 Membuat dan 7.1 Menyusun Soal Soal  Pada kegiatan ini Kegiatan ini selaras memperkuat
membagi Kuisioner tentang kuisioner saya menerapkan dengan visi RSUD nilai RSUD
kuisioner ke IMD komitmen mutu Depati Hamzah Depati
keluarga ‘menjadi rumah sakit
(efisien dan efektif) Hamzah yaitu
pasien karena saya akan terpercaya dan mitra “Ikak Sihat
menyusun soal rujukan terbaik di Kami Seneng”
yang mudah Babel” dan selaras
dipahami oleh dengan misi
keluarga pasien memberikan
pelayanan prima
7.3 Mencetak kuisioner  Pada kegiatan ini Kegiatan ini selaras memperkuat
kuisioner saya menerapkan dengan visi RSUD nilai RSUD
nilai komitmen mutu Depati Hamzah Depati
(mutu) karena saya ‘menjadi rumah sakit Hamzah yaitu
akan mencetak terpercaya dan mitra “Ikak Sihat
kuisioner dengan rujukan terbaik di
Penguatan
Output/ Keterkaitan Subtansi Kontribusi Terhadap
No Kegiatan Tahapan Kegiatan Nilai
Hasil Mata Pelatihan Visi-Misi Organisasi
Organisasi

kualitas bahan Babel” dan selaras


terbaik dengan misi
 Saya menerapkan memberikan
nilai anti korupsi pelayanan prima
yaitu mandiri
karena saya
mencetak kuisioner
tanpa bantuan
orang lain.
7.4 Membagikan Kuisioner  Saya akan Kegiatan ini selaras memperkuat
kuisioner sudah menerapkan nilai dengan visi RSUD nilai RSUD
dibagikan etika pubik yaitu Depati Hamzah Depati
menjunjung tinggi ‘menjadi rumah sakit Hamzah yaitu
nilai etika luhur , terpercaya dan mitra “Ikak Sihat
karena saya rujukan terbaik di Kami Seneng”
menjelaskan cara Babel” dan selaras
pengisian kuisioner dengan misi
dengan sopan memberikan
santun agar pasien pelayanan prima
dapat mengisi
kuisioner dengan
mudah dan tidak
ada tekanan
8 Melakukan 8.1 membuat form Form  Pada kegiatan ini Kegiatan ini selaras memperkuat
Penguatan
Output/ Keterkaitan Subtansi Kontribusi Terhadap
No Kegiatan Tahapan Kegiatan Nilai
Hasil Mata Pelatihan Visi-Misi Organisasi
Organisasi

Evaluasi dan monitoring monitoring saya menerapkan dengan visi RSUD nilai RSUD
Monitoring ke komitmen mutu Depati Hamzah Depati
bidan ruang (inovatif) karena ‘menjadi rumah sakit Hamzah yaitu
mawar saya akan terpercaya dan mitra “Ikak Sihat
membuat form agar rujukan terbaik di Kami Seneng”
mudah diisi oleh Babel” dan selaras
bidan dengan misi
 Saya akan meniningkatkan
menerapkan nilai profesionalisme dan
nasionalime yaitu motivasi kerja
sila ke tiga (rela karyawan
berkorban) karena
saya
mengahabiskan
waktu istirahat saya
untuk membuat
form

8.2 monitoring Form  Saya akan Kegiatan ini selaras memperkuat


pelaksanaan IMD monitoring menerapkan nilai dengan visi RSUD nilai RSUD
pada setiap sudah diisi etika publik yaitu Depati Hamzah Depati
persalinan normal mempertanggung ‘menjadi rumah sakit Hamzah yaitu
jawabkan tindakan terpercaya dan mitra “Ikak Sihat
dan kinerjanya rujukan terbaik di Kami Seneng”
Penguatan
Output/ Keterkaitan Subtansi Kontribusi Terhadap
No Kegiatan Tahapan Kegiatan Nilai
Hasil Mata Pelatihan Visi-Misi Organisasi
Organisasi

kepada public Babel” dan selaras


karena saat saya dengan misi
monitoring saya meniningkatkan
akan menilai profesionalisme dan
dampak positif motivasi kerja
dilakukannya IMD karyawan
pada setisp pasien
8.3 merekap hasil hasil rekap  Pada tahapan ini Kegiatan ini selaras memperkuat
monitoring monitoring saya akan dengan visi RSUD nilai RSUD
menerapkan nilai Depati Hamzah Depati
Akuntabilitas yaitu ‘menjadi rumah sakit Hamzah yaitu
(Tanggung Jawab) terpercaya dan mitra “Ikak Sihat
karena saya harus rujukan terbaik di Kami Seneng”
bertanggung jawab Babel” dan selaras
atas hasil dengan misi
monitoring meniningkatkan
 Pada tahapan ini profesionalisme dan
saya akan motivasi kerja
menerapkan Nilai karyawan
Akuntabilitas yaitu
(Transparansi)
Karena pada saat
merekap hasil
monitoring tidak
Penguatan
Output/ Keterkaitan Subtansi Kontribusi Terhadap
No Kegiatan Tahapan Kegiatan Nilai
Hasil Mata Pelatihan Visi-Misi Organisasi
Organisasi

ada yang
disembunyikan
dan hasil sesuai
dengan apa
adanya
8.4 menganalisa Hasil  Saya akan Kegiatan ini selaras memperkuat
hasil monitoring analisa menerapkan nilai dengan visi RSUD nilai RSUD
Akuntabilitas yaitu Depati Hamzah Depati
(kejelasan) : ‘menjadi rumah sakit Hamzah yaitu
Karena pada saat terpercaya dan mitra “Ikak Sihat
saya mendapatkan rujukan terbaik di Kami Seneng”
hasil monitoring Babel” dan selaras
,saya dengan misi
mendapatkan meniningkatkan
kejelasan sejauh profesionalisme dan
mana IMD motivasi kerja
diterapkan karyawan
8.5 melaporkan Lembar  Saya akan Kegiatan ini selaras memperkuat
hasil monitoring ke laporan menerapkan nilai dengan visi RSUD nilai RSUD
karu dan kabid etika publik yaitu Depati Hamzah Depati
memelihara dan ‘menjadi rumah sakit Hamzah yaitu
menjunjung tinggi terpercaya dan mitra “Ikak Sihat
nilai etika luhur agar rujukan terbaik di Kami Seneng”
karu merasa Babel” dan selaras
Penguatan
Output/ Keterkaitan Subtansi Kontribusi Terhadap
No Kegiatan Tahapan Kegiatan Nilai
Hasil Mata Pelatihan Visi-Misi Organisasi
Organisasi

dihargai karena kita dengan misi


melapo hasil secara meniningkatkan
sopan santun profesionalisme dan
 menerapkan Nilai motivasi kerja
Akuntabilitas yaitu karyawan
(Transparansi)
Karena pada saat
pemberian hasil
laporan kegiatan
pada atasan tidak
ada yang
disembunyikan
dan laporan yang
diserahkan apa
adanya.
3.1.5 Rancangan Jadwal Kegiatan
Tabel 2
Rencana Jadwal Kegiatan
Minggu
No. Kegiatan
1 2 3 4
1. Melakukan konsultasi dengan Kasi
Asuhan Keperawatan dan pelayanan
V
perihal pembuatan rancangan
aktualisasi
2. Menilik dan revisi SOP IMD dan
V
dikonsultasikan kepada karu dan kabid
3. Membuat media informasi standing
banner IMD di ruang mawar RSUD
Depati hamzah V

4. Membuat media informasi poster IMD


di ruang mawar RSUD Depati hamzah
V

5 Melakukan koordinasi dengan kepala


ruangan mawar untuk sosialisasi SOP
V
tentang perawatan luka post sc pada
ibu nifas di ruang mawar
6 Memutar video tentang IMD yang akan
disaksikan bersam bidan ruang mawar
V
7. Membuat dan membagikan kuisioner
kepuasan pelanggan tentang
V
pelaksanaan IMD oleh bidan

8. Monitoring dan evaluasi hasil

V V V

Anda mungkin juga menyukai