Anda di halaman 1dari 4

Karakteristik Para Ami

1. Semangat
Semangat yang mengikat sesama anggota AMI untuk terus menerus menggali dan
menyumbangkan idealisme dan perkembangan Arsitektur di Indonesia. Semangat ini di
manifestasikan dalam wujud "penjelajahan desain". Salah satu kalimat tepenting dari
manifesto AMI adalah: "Bagi kami Arsitek Muda Indonesia, arsitektur adalah wujud dari
penjelajahan disain" jadi kata kuncinya adalah 'Penjelajahan'". Kita tidak peduli sebuah
proses desain harus melalui bentuk kotak yang, kemudian berkembang menjadi bundar,
segitiga, tidak beraturan dan akhirnya kembali ke kotak lagi, hal itu tidak penting, yang
utama adalah "Proses" dari penjelajahan itu sendiri. Dengan menjalani proses penjelajahan,
maka akan terdapat ber ribu-ribu kemungkinan dan penemuan-penemuan baru yang tidak
pernah terpikirkan sebelumnya. Dalam suatu proses disain, sering para arsitek kita terlalu
cepat berhenti, dan merasa sudah cukup puas dengan rancangannya. Padahal sebetulnya
mereka belum dapat dikatakan menemukan "sesuatu" akibatnya rancangan yang dihasilkan
akan menghasilkan sosok yang asing. Padahal proses desain seharusnya tidak boleh
berhenti, dan harus terus berlangsung, bahkan sampai pelaksanaan di lapangan.(beruntung
AMI memiliki arsitek YB Mangunwijaya yang membuka mata mereka untuk suatu alternatif
dalam perancangan & pelaksanaan, dimana beliau tidak pernah mengandalkan gambar
kerja, tapi terjun langsung di lapangan untuk berimprovisasi dengan tukang-tukangnya untuk
menghasilkan bangunan yang dianggap terbaik.) Namun, AMI juga menyadari betul, bahwa
AMI tidak dapat mengatakan bahwa saat ini para anggota AMI sudah berhasil menemukan
tanda tangan mereka. Hingga saat ini, AMI terus masih dalam proses. Proses untuk terus
mencari dan mencoba terus ber macam-macam kemungkinan-kemungkinan.
2. Kritis
Beberapa AMI adalah figur-figur yang sangat kritis, hal ini bisa dilihat dari awal, pada
mulanya mereka menjalani pendidikan Arsitektur di bangku kuliah. Mereka sering
mempertanyakan dan tidak terima begitu saja apa yang di anjurkan, bahkan sering kali dari
mereka harus menjadi korban akibat keyakinan mereka sendiri. Pada saat ini pun mereka
juga tetap kritis, kritis terhadap karya sendiri, maupun kritis terhadap karya orang lain. dan
inilah salah satu kekuatan AMI yaitu budaya kritis, untuk saling kritik diantara teman-teman
sendiri. Pada akhirnya kita menjadi sadar betul bahwa forum seperti debat / kritik sangat di
gemari dan bermanfaat. AMI tidak peduli hasil akhir dari debat / kritik tersebut, yang penting
prosesnya yang telah memperkaya AMI itu sendiri, dari berbagai sudut pandang yang lain.
3.Keterbukaan
Kekritisan harus ditunjang keterbukaan. Keterbukaan melontarkan pendapat, dan
keterbukaan mendengarkan pendapat. Hal ini menjadi ciri khas AMI untuk saling
mempublikasikan / mengexpose karyanya untuk "dibantai" dalam forum-forum AMI. tanpa
harus tersinggung atau "takut dicontek idenya", karena akhirnya yang beruntung adalah
mereka juga, yang mendapat masukan-masukan yang beraneka ragam dan membantu
"percepatan" dengan belajar diantara sesama teman sendiri. Tidak mengherankan bila
karya-karya AMI seperti seolah-olah mempunyai karakter tersendiri, walaupun beraneka
ragam, bentuk dan pendekatan masalahnya. Hal ini lah yang sejak awal juga berhasil
menghilangkan sekat-sekat kebanggaan yang berlebihan di antara para AMI yang berasal
dari berbagai latar belakang pendidikan, baik dari Universitas Negri, Universitas Swasta
bahkan dari Luar Negri. Pada awalnya memang mereka begitu bangga dengan latar
belakang pendidikannya, tapi kini merekapun sadar bahwa mereka di perkaya oleh teman-
teman sendiri yang datang dari latar belakang Universitas yang berbeda satu sama lain. AMI
juga tidak pernah menawarkan suatu style/ langgam arsitektur tertentu, setiap orang
mempunyai idola dan karakternya sendiri. Sepintas lalu corak arsitektur AMI memang
seperti seperti gado-gado yang beraneka ragam benang merah yang mengikatnya hanyalah
semangat penjelajahan/pencarian dan penemuan.

Eksplorasi/Kegiatan AMI

Dalam perkembangannya, eksplorasi desain AMI memang tidak mengarah pada upaya
untuk mengatasi masalah nyata yang ditinggalkan oleh pendahulu AMI, seperti perumahan
untuk orang miskin dan isu-isu perkotaan yang semakin mengakibatkan masalah
ketidakadilan spasial. Apa yang mengikat AMI pada akhirnya ditopang dan dimanjakan oleh
sekelompok klien tertentu, minoritas kelas atas dan kelas menengah kita. Adapun Kegiatan-
Kegiatan AMI sebagai berikut:
1. PAMERAN
Pameran adalah bentuk pernyataan Arsitek Muda Indonesia yang sangat jelas,
dalam pameran ini tergambar proses dan semangat explorasi dari AMI. Karya-karya
yang dipamerkan berupa proyek-proyek proposal, bangunan bangunan yang
terbangun, maupun proyek- proyek fiktif (yang menjadi penting karena biasanya
proyek-proyek fiktif menampilkan ide-ide / konsep yang futuristik, original dan
memandang kedepan arsitektur fana akan datang). Pameran tidak disusun secara
mati, tapi juga bervariasi, baik itu gambar, foto, maket, sketsa, bahkan lay out
pemeran itu sendiri tidak luput dari perhatian. Pameran ini pada awalnya berlokasi di
gedung pameran, seperti pameran Prospektif 1990, di Jakarta Disain Center, namun
kemudian hal ini tidak efektif bila terus menerus di gedung pameran. Tantangan-
tantangan justru terbuka untuk pameran di bangunan-bangunan lain, baik itu berupa
rumah-rumah tinggal yang kebetulan menjadi acara Open House, atau di museum
seperti di diorama Monas tahun 1995, atau di Cafe tahun 1996 (Peluncuran buku
AMI, penjelajah 1990-1995), hal ini juga untuk membuka kemungkinan kemungkinan
baru dan memperkaya bentuk pameran supaya praktis, tidak monoton, dan tidak
butuh persiapan yang besar-besaran.
2. DISKUSI
Diskusi yang sering juga jadi ajang caci-maki diantara sesama arsitek berlangsung
dimana saja dan berpindah-pindah tempat. Dalam fungsi diskusi ini sering juga AMI
mengundang pembicara tamu, arsitek-arsitek yang baru lulus / baru pulang dari luar
negri untuk membagi pengalamannya. Bahkan juga bisa sering meminta rekan-rekan
mahasiswa untuk juga saling membagi informasi timbal balik. Disamping itu AMI juga
diminta presentasi atas undangan institusi seperti UNDIP, ITB, UNPAR, Ul, UNTAR
dan terakhir ITS (28 Oktober 1 996). Dalam salah satu diskusi AMI, di pameran Arus
Silang di Lorong Jurusan Arsitektur ITB, yang di moderatori oleh Yuswadi Saliya.
Yuswadi-lah yang pertama kali melontarkan bahwa AMI adalah generasi Arsitek ke 3
di Indonesia, dimana generasi pertama adalah Silaban dkk. yang berasal dari
pendidikan di Luar Negri (Barat), generasi ke 11, hasil didikan dalam negri, Adi
Moersid, Atelier Enam dkk. Sedang AMI generasi ke tiga, yang sepertinya terlepas
sama sekali dari para pendahulunya.
3. OPENHOUSE
Sebuah acara favorit AMI, yang merupakan acara peresmian rumah / bangunan
dimana juga merupakan pertanggung jawaban arsitek terhadap karyanya. Acara
digelar secara santai, namun terbukti efektif sebagai bahan study arsitektur langsung
dilapangan. Acara pada open house yang merupakan partisipasi dari arsitek,
kontraktor dan pemberi tugas biasanya seperti peresmian rumah / "'tour de
architecture'" yang biasanya dilanjutkan dengan diskusi dan tanggung jawab
langsung dengan si arsitek. Kemudian juga ada beberapa acara spontan lainnya
seperti peresentasi slide berupa perjalanan arsitektur atau desain, pameran terbatas
1 hari, diskusi dan lain sebagainya. Acara open house ini sangat populer dan di
gemari baik dikalangan AMI sendiri dan juga para ABG (Arsitek Baru Gede, yang
baru lulus atau mahasiswa) dimana undangan disebar luaskan melalui fax. Jadilah
acara ini seperti kuliah terbuka, mimbar bebas untuk berbicara mengenai arsitektur
yang dihadiri oleh berabagai arsitek dan mahasiswa dari latar belakang pendidikan
yang berbeda-beda.
4. PENERBITAN BUKU
Menerbitkan buku memang sudah lama menjadi keinginan dari Arsitek muda. Namun
begitu susah untuk merealisasikan karya dan baru pada pertengahan tahun 1996,
( setelah 6 tahun berlangsung) akhirnya berhasil diterbitkan sebuah buku yang
merupakan proses yang cukup lama baik mengenai bahan dan materi itu sendiri.
Buku pertama AMI yang bertemakan Penjelajahan 1990 - 1995, berisi karya-karya
AMI maupun tulisan-tulisan berupa pemikiran-pemikiran, ide dan lain sebagainva.
Buku yang diluncurkan di Twilite Cafe pada tanggal 22 April 1996 mendapat
sambutan yang sangat hangat dari kalangan masyarakat dan pemerhati Arsitektur,
dimana buku arsitektur yang membahas karya-karya Arsitektur Indonesia sangat
dibutuhkan. Dalam tempo + 1 bulan, tanpa publikasi yang memadai telah habis
terjual 2000 buku. Salah satu komentar yang sangat tepat datang dari arsitek senior
Ir. Zaenuddin Kartadiwiria yang juga merupakan dosen di jurusan Arsitektur di
Universitas Trisakti yang menganjurkan mahasiswa-mahasiswanya untuk memiliki
buku ini, dimana beliau mengatakan "terlepas baik atau buruknya buku AMI ini,
namun inilah gambaran dunia arsitektur kita saat ini". Komentar yang kritis juga
datang dari dosen dan arsitek senior dari ITB, sekaligus salah seorang pendiri LSAI,
Yuswadi Saliya. Dimana beliau mengatakan sebetulnya banyak karya-karya dan
tulisan dari para Arsitek Indonesia yang baik, yang sayangnya tidak terekam. Oleh
karena AMI telah berhasil membukukan baik karya arsitektur dan tulisan dalam
sebuah buku, maka jadilah peristiwa ini sebuah "Sejarah". Jadi begitu penting bukti
kehadiran buku disini sebagai bahan study sejarah Arsitektur untuk memandang
kedepan Arsitektur kita.
Penerbitan buku tidak hanya berhenti di situ saja, dengan modal yang tidak hanya
dari hasil penjualan buku, tapi juga pengalaman yang berharga dalam proses
pembuatannya, maka untuk membuat buku-buku lainnya tidaklah terlalu sulit lagi.
Dan kini memang sedang direncanakan buku AMI yang kedua dengan tebal 300
halaman, yang diterbitkan tahun 1997.
Daftar Pustaka:

Majalah.tempo.co, “Unjuk Gigi Ala Arsitektur Muda”. 2011.


(https://majalah.tempo.co/read/arsitektur/137756/unjuk-gigi-ala-arsitek-muda). Diakses pada
01 Oktober 2020.

Almand, A. 2018. “Arsitek Muda Indonesia: Sebelum Arsitektur”


http://www.arsitekturindonesia.org/museum/arsitek-muda-indonesia-media,-sebelum-
arsitektur. Diakses pada 01 Oktober 2020

Anda mungkin juga menyukai