Anda di halaman 1dari 37

TUGAS TAKE HOME PENGGANTI UTS

MATA KULIAH METODOLOGI PENELITIAN KUALITATIF


Fasilitator : Dr.Joni Haryanto S.Kp., Ns., M.si

Oleh:
Ayudiah Uprianingsih
NIM. 131614153080

PROGRAM STUDI MAGISTER KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2017
TUGAS TAKE HOME PENGGANTI UTS
MATA KULIAH METODOLOGI PENELITIAN KUALITATIF
Fasilitator : Dr.F.Sustini,dr.

Oleh:
Ayudiah Uprianingsih
NIM. 131614153080

PROGRAM STUDI MAGISTER KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2017
TUGAS TAKE HOME PENGGANTI UTS
MATA KULIAH METODOLOGI PENELITIAN KUALITATIF
Fasilitator : Prof .Dr. IB Wirawan,Drs., SU

Oleh:
Ayudiah Uprianingsih
NIM. 131614153080

PROGRAM STUDI MAGISTER KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2017
TUGAS TAKE HOME PENGGANTI UTS
MATA KULIAH METODOLOGI PENELITIAN KUALITATIF
Fasilitator : Prof. Dr. Nursalam.,M.Nurs (Hons)

Oleh:
Ayudiah Uprianingsih
NIM. 131614153080

PROGRAM STUDI MAGISTER KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2017
Dosen : Dr.Joni Haryanto.,Skp.,Ns.,MSi
A. Hakekat Riset Kualitatif

Penelitian kualitatif merupakan metode-metode untuk mengeksplorasi dan


memahami makna yang oleh sejumlah individu atau sekelompok orang dianggap
berasal dari masalah sosial atau kemanusiaan. Proses penelitian kualitatif ini
melibatkan upaya-upaya penting, seperti mengajukan pertanyaan-pertanyaan dan
prosedur-prosedur, mengumpulkan data yang spesifik dari para partisipan,
menganalisis data secara induktif mulai dari tema-tema yang khusus ke tema-
tema umum, dan menafsirkan makna data. Laporan akhir untuk penelitian ini
memiliki struktur atau kerangka yang fleksibel (Creswell, 2010 : 5).
Kemudian Moleong (2014) menyatakan bahwa penelitian kualitatif adalah
penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami
oleh subjek penelitian (contohnya perilaku, persepsi, dan lain sebagainya) secara
holistik, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada
suatu konteks khusus yang alami dan dengan memanfaatkan berbagai metode
alamiah. Melalui pengertian yang telah disampaikan di atas maka, dapat
dipahami bahwa penelitian kualitatif merupakan penelitian yang umumnya
digunakan untuk mengkaji fenomena dengan menggunakan sudut pandang
holistik dan mendalam. Sehingga data yang diperoleh umumnya berupa
deskriptif yang memerlukan analisis data dengan cara induktif untuk dapat
menemukan makna sesungguhnya dari fenomena yang diteliti.  
Metode penelitian kualitatif sering disebut juga metode penelitian naturalistik,
karena penelitiannya dilakukan pada kondisi alamiah (natural setting). Di dalam
penelitian ini, peneliti berfungsi sebagai instrumen kunci, teknik pengumpulan
data dilakukan secara triangulasi (teknik gabungan), analisis data bersifat
induktif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan pada makna daripada
generalisasi. Penelitian kualitatif bersifat induktif, artinya peneliti membiarkan
masalah-masalah muncul dari data atau dibiarkan terbuka untuk interpretasi.
Data dihimpun dengan cara pengamatan yang seksama, mencakup deskripsi
dalam konsteks yang mendetail disertai catatan-catatan hasil wawancara yang
mendalam beserta hasil analisis dokumen lain. Penelitian kualitatif merupakan
salah satu metode penelitian yang bertujuan mendapatkan pemahaman tentang
kenyataan melalui proses berpikir induktif. Penelitian kualitatif berupaya
mengkaji makna yang ada dari suatu fenomena yang terjadi. Beberapa contoh
desain dari penelitian kualitatif diantaranya: fenomenologi, studi kasus, grounded
theory, etnografi, dan action research (penelitian tindakan). (Creswell, John W.
2014).
B. Proposal Riset Kualitatif
C. Paradigma Riset Kualitatif

Istilah paradigma pertama kali diperkenalkan oleh Thomas Kuhn (1962)

dan kemudian dipopulerkan oleh Robert Friedrichs (1970),  Menurut Kuhn,

paradigma adalah cara mengetahui realitas sosial yang dikonstruksi oleh mode of

thought atau mode of inquiry tertentu, yang kemudian menghasilkan mode of

knowing yang spesifik.Definisi tersebut dipertegas oleh Friedrichs, sebagai suatu

pandangan yang mendasar dari suatu disiplin ilmu tentang apa yang menjadi

pokok persoalan yang semestinya dipelajari. Pengertian lain dikemukakan oleh

George Ritzer (1980), dengan menyatakan paradigma sebagai pandangan yang

mendasar dari para ilmuan tentang apa yang menjadi pokok persoalan yang

semestinya dipelajari oleh salah satu cabang/disiplin ilmu pengetahuan.

Norman K. Denzin membagi paradigma kepada tiga elemen yang

meliputi; epistemologi, ontologi, dan metodologi. Epistemologi

mempertanyakan tentang bagimana cara kita mengetahui sesuatu, dan apa

hubungan antara peneliti dengan pengetahuan. Ontologi berkaitan dengan

pertanyaan dasar tentang hakikat realitas. Metodologi memfocuskan pada

bagaimana cara kita memperoleh pengetahuan. Dari definisi dan muatan

paradigma ini, Zamroni mengungkapkan tentang posisi paradigma sebagai alat

bantu bagi ilmuwan untuk merumuskan berbagai hal yang berkaitan dengan;

1) Apa yang harus dipelajari

2) Persoalan-persoalan apa yang harus dijawab;

3) Bagaimana metode untuk menjawabnya;


4) Aturan-aturan apa yang harus diikuti dalam menginterpretasikan informasi

yang diperoleh.

Pengertian paradigma menurut Patton (1978) dalam Tahir (2011:58) adalah:

“A paradigm is a world view, a general perspective , a way of breaking

down the  complexity of the real world. As such, paradigms are deeply embedded

in the socialization of adherents and practitioners: paradigms tell them what is

important, legitimate, and reasonable. Paradigms are also normative, telling the

practitioner what to do without the necessity of long existential or

epistemological consideration. But it is this aspect of paradigms that constitutes

both their strength and their weakness-their strength in that it makes action

possible, their weakness in that the very reason for action is hidden in the

unquestioned assumptions of the paradigm.”

Paradigma adalah pedoman yang menjadi dasar bagi para saintis dan

peneliti di dalam mencari fakta – fakta  melalui kegiatan penelitian yang

dilakukannya Jadi, paradigma dapat didefinisikan sebagai acuan yang menjadi

dasar bagi setiap peneliti untuk mengungkapkan fakta – fakta melalui kegiatan

penelitian yang dilakukannya .(Arifin, 2012: 146)      

Penelitian kualitatif adalah satu model penelitian humanistik, yang

menempatkan manusia sebagai subyek utama dalam peristiwa sosial/budaya.

Jenis penelitian ini berlandaskan pada filsafat fenomenologis dari Edmund

Husserl (1859-1928) dan kemudian dikembangkan oleh Max Weber (1864-1920)

ke dalam sosiologi. Dalam pandangan Weber, tingkah laku manusia yang tampak
merupakan konsekwensi-konsekwensi dari sejumlah pandangan atau doktrin

yang hidup di kepala manusia pelakunya. Jadi, ada sejumlah pengertian, batasan-

batasan, atau kompleksitas makna yang hidup di kepala manusia pelaku, yang

membentuk tingkah laku yang terkspresi secara eksplisit.

Terdapat sejumlah aliran filsafat yang mendasari penelitian kualitatif,

seperti Fenomenologi, Interaksionisme simbolik, dan Etnometodologi. Harus

diakui bahwa aliran-aliran tersebut memiliki perbedaan-perbedaan, namun

demikian ada satu benang merah yang mempertemuan mereka, yaitu pandangan

yang sama tentang hakikat manusia sebagai subyek yang mempunyai kebebasan

menentukan pilihan atas dasar sistem makna yang membudaya dalam diri

masing-masing pelaku.

Paradigma kualitatif meyakini bahwa di dalam masyarakat terdapat

keteraturan. Keteraturan itu terbentuk secara natural, karena itu tugas peneliti

adalah menemukan keteraturan itu, bukan menciptakan atau membuat sendiri

batasan-batasannya berdasarkan teori yang ada. Atas dasar itu, pada hakikatnya

penelitian kualitatif adalah satu kegiatan sistematis untuk menemukan teori dari

kancah – bukan untuk menguji teori atau hipotesis. Karenanya, secara

epistemologis, paradigma kualitatif tetap mengakui fakta empiris sebagai sumber

pengetahuan tetapi tidak menggunakan teori yang ada sebagai bahan dasar untuk

melakukan verifikasi.

Dalam penelitian kualitatif, ‘proses’ penelitian merupakan sesuatu yang

lebih penting dibanding dengan ‘hasil’ yang diperoleh. Karena itu peneliti
sebagai instrumen pengumpul data merupakan satu prinsip utama. Hanya dengan

keterlibatan peneliti alam proses pengumpulan datalah hasil penelitian dapat

dipertanggungjawakan.

Khusus dalam proses analisis dan pengambilan kesimpulan, paradigma

kualitatif menggunakan induksi analitis (analytic induction) dan ekstrapolasi

(extrpolation). Induksi analitis adalah satu pendekatan pengolahan data ke dalam

konsep-konsep dan kateori-kategori (bukan frekuensi). Jadi simbol-simbol yang

digunakan tidak dalam bentuk numerik, melainkan dalam bentuk deskripsi, yang

ditempuh dengan cara merubah data ke formulasi. Sedangkan ekstrapolasi adalah

suatu cara pengambilan kesimpulan yang dilakukan simultan pada saat proses

induksi analitis dan dilakukan secara bertahap dari satu kasus ke kasus lainnya,

kemudian –dari proses analisis itu–dirumuskan suatu pernyataan teoritis.

  Jenis – Jenis Paradigma dalam Penelitian Kualitatif


Paradigma dalam penelitian kualitatif terdiri atas tiga, antara lain :
1)   Postpositivisme
Paradigma postpositivisme lahir sebagai paradigma yang ingin
memodifikasi kelemahan – kelemahan yang terdapat pada paradigma
positivisme. Paradigma postpositivisme berpendapat bahwa peneliti tidak
bisa mendapatkan fakta dari suatu kenyataan apabila si peneliti membuat
jarak (distance) dengan kenyataan yang ada. Hubungan peneliti dengan
realitas harus bersifat interaktif. Oleh karena itu perlu menggunakan prinsip
trianggulasi, yaitu penggunaan bermacam – macam metode, sumber data,dan
data. (Tahir, 2011: 57-58)
2)   Konstruktivisme
Paradigma ini memandang bahwa kenyataan itu hasil konstruksi
atau bentukan dari manusia itu sendiri. Kenyataan itu bersifat ganda, dapat
dibentuk, dan merupakan satu keutuhan. Kenyataan ada sebagai hasil
bentukan dari kemampuan berpikir seseorang. Pengetahuan hasil bentukan
manusia itu tidak bersifat tetap tetapi berkembang terus. Penelitian
kualitatifberlandaskan paradigma konstruktivisme yang berpandangan bahwa
pengetahuan itu bukan hanya merupakan hasil pengalaman terhadap fakta,
tetapi juga merupakan hasil konstruksi pemikiran subjek yang diteliti.
Pengenalan manusia terhadap realitas sosial berpusat pada subjek dan bukan
pada objek, hal ini berarti bahwa ilmu pengetahuan bukan hasil pengalaman
semata, tetapi merupakan juga hasil konstruksi oleh pemikiran. (Arifin,
2012: 140)
3) Teori kritis (critical theory)
Teori kritis memandang bahwa kenyataan itu sangat berhubungan
dengan pengamat yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain serta nilai –
nilai yang dianut oleh pengamat tersebut turut mempengaruhi fakta dari
kenyataan tersebut. Paradigma teori kritis ini sama dengan paradigma
postpositivisme yang menilai realitas secara kritis. (Tahir, 2011: 58)
D. Manajemen dan Analisa Riset Kualitatif

A. Manajemen data dalam Riset kualitatif


Manajemen data adalah proses mencari dan meyusun secara sistematis data
yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan –bahan lain,
sehingga dapat mudah dipahami, dan temuannya dapat diinformasikan kepada orang
lain. Manajemen data dilakukan dengan mengorganisasikan data, menjabarkannya
kedalam unit- unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang
penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan yang dapat diceriterakan
kepada orang lain. Menurut Sugiyono (2011:244) manajemen analisis data adalah
proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil
wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data
ke dalam kategori, menjabarkan ke unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam
pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan
sehingga mudah difahami oleh diri sendiri maupun orang lain. Manajemen analisis
data kualitatif bersifat induktif yang selanjutnya dikembangkian menjadi suatu
hipotesis kemudian selanjutnya dicarikan kembali secara berulang-ulang sehingga
menghasilkan keputusan apakah hipotesis tersebut bisa diterima dan jika iya maka
hipotesistersebut berkembang menjadi teori.

B. Proses Analisis Data Dalam penelitian kualitatif ,

Proses analisis data berlangsung baik sebelum terjun ke lapangan, selama di


lapangan dan setelah selesai di lapangan.

1. Analisis Sebelum di lapangan


Analisis dilakukan berdasarkan hasil studi pendahuluan atau data sekunder
yang akan menentukan fokus penelitian. Diibaratkan seseorang ingin mencari
hiu putih di suatu laut. Berdasarkan pada suhu dan kedalaman laut
diperkirakan bahwa dilaut tersebut terdapat hiu putih. Sehingga peneliti
memfokuskan untuk menemukan hiu putih dalam laut tersebut setelah peneliti
masuk kedalam laut namun tidak menemukan keberadaan hiu putih maka jika
ia seorang peneliti kuantitatif maka tentu ia akan membatalkan penelitiannya.
Tetapi jika penelitian kualitatif tidak akan membatalkannya karena fokus
penelitian bersifat sementara. Dalam penelitian kualitatif jika tidak ditemukan
fokus penelitian yang telah dirumuskan dalam proposal maka peneliti akan
merubah fokus penelitiannya yang tidak lagi berfokus pada hiu putih tetapi
akan merubah kepada ikan-ikan lainnya bahkan juga mengamati terumbu
karang yang ada di laut tersebut.
2. Analisis Data di lapangan Model Miles dan Huberman
Analisis data kualitatif dilakukan pada saat pengumpulan data berlangsung
dan setelah selesai pengumpulan data dalam periode tertentu. Pada saat
wawancara peneliti sudah melakukan analisis terhadap jawaban yang di
wawancarai. Bila jawaban informan setelah dianalisis terasa belum
memuaskan maka peneliti akan melanjutkan pertanyaan lagi sampai tahap
tertentu.
Aktifitas dalam analisis data yaitu data reduction, data display dan data
conclusion drawing atau verification.
a. Data reduction ( reduksi data ) : Data yang diperoleh dari
lapangan sangat banyak oleh karena itu perlu dicatat secara teliti dan rinci.
Untuk itu perlu segera dilakukan analisis data melalui rediksi data. Mereduksi
data berarti merangkum, memilih hal- hal yang pokok, memfokuskan pada
hal- hal yang penting, dicari tema dan polanya. Hal ini berarti data yang telah
direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas dan mempermudah
peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya dan mencarinya bila
diperlukan . Dalam mereduksi data, setiap peneliti akan dipandu oleh tujuan
yang akan dicapai. Tujuan utama dari penelitian kualitatif adalah pada
temuan. Oleh karena itu, jika peneliti dalam melakukan penelitian,
menemukan segala sesuatu yang dipandang asing, tidak dikenal, belum
memiliki pola, justru itulah yang harus dijadikan perhatian peneliti dalam
melakukan reduksi data. Ibarat melakukan penelitian di laut, maka ikan-ikan
atau terumbu karang yang belum dikenal selama ini, justru dijadikan fokus
untuk pengamatan selanjutnya.
b. Data Display (Penyajian Data) : Dalam penelitian kualitatif
penyajian data dapat dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan
antar kategori, flowchart dan sejenisnya. Dan penyajian data yang sering
digunakan dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks yang bersifat naratif.
c. Conclusion Drawing atau verification : Langkah selanjutnya
dalam analisis data kualitatif menurut Miles dan Huberman adalah penarikan
kesimpulan. Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara
dan akan berubah apabila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang
mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya. Tetapi apabila
kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal didukung dengan bukti-bukti
yang valid dan konsisten saat peneliti kembali ke lapangan mengumpulkan
data maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang
kredibel.
Kesimpulan dalam penelitian kualitatif kemungkinan dapat menjawab
rumusan masalah yang dirumuskan sejak awal atau kemungkinan juga tidak
karena seperti yang telah diketahui bahwasanya masalah dan rumusan
masalah dalam penelitian kualitatif masih bersifat sementara dan akan
berkembang setelah penelitian berada di lapangan. Kesimpulan dalam
penelitian kualitatif adalah temuan baru yang sebelumnya belum pernah ada.
Temuan dapat berupa diskusi atau gambaran suatu objek yang sebelumnya
masih samar-samar sehingga setelah diteliti menjadi jelas. Kesimpulan dapat
berupa hubungan kausal atau interaktif, hipotesis atau teori.
3. Analisis Data di Lapangan Model Spradley Spradley (1980)
Membagi analisis data penelitian kualitatif menjadi beberapa tahapan
penelitian. Menurutnya proses penelitian kualitaif setelah memasuki lapangan
dimulai dengan menetapkan seorang informan kunci (key informant) yang
dipercaya mampu memberikan penjelasan-enjelasan untuk bisa memasuki
objek penelitian. Setelah itu peneliti melakukan wawancara kepada informan
tersebut dengan tidak lupa untuk mencatat hasil wawancaranya.setelah iti
perhatian peneliti pada objek penelitian dan memulai menhgajukan
pertanyaan deskriptif, yang kemudian dilanjutkan dengan analisis terhadap
hasil wawancara. Berdasarkan hasil dari analisis wawancara selanjutnya
peneliti melakukan analisis domain. Pada langkah selanjutnya yaitu langkah
ketujuh peneliti sudah menentukan fokus dan melakukan analisis taksonomi.
Berdasarkan hasil analisis taksonomi selanjtnya peneliti mengajukan
pertanyaan kontras yang dilakukan dengan analisis komponensial.
Hasil dari analisis komponensial selanjtnya peneliti menemukan tema-
tema budaya. Berdasarkan temuan-temuan tersebut selanjtnya peneliti
menuliskan laporan penelitian etnografi. Proses penelitian bermula dari yang
luas kemudian memfokus dan kemudian meluas kembali. 12. Menulis laporan
penelitian kualitatif 11. Temuan budaya 10. Melakukan analisis tema 9.
Melakukan analisis komponensial 8. Melakukan observasi terseleksi 7.
melaksanakan analisis taksonomi 6. Melakukan observasi terfokus 5.
melakukan analisis domain 4. Melakukan observasi deskriptif 3. Mencatat
hasil observasi dan wawancara 2. Melaksanakan observasi partisipan 1.
Memilih situasi soaial (tempat, aktor dan aktifitas)
a. Analisis Domain
Setelah peneliti memasuki objek penelitian yang berupa tempat,
aktor dan aktifitas selanjutnya peneliti melakukan observasi
partisipan, mencatat hasil observasi dan wawancara, melakukan
observasi deskriptif dan selanjutnya adalah melakukan observasi
domain. Analisis domain dilakukan untuk memperoleh gambaran
yang umum dan menyeluruh tentang situasi sosial yang diteliti
atau objek penelitian. Data diperoleh dari minitour question yang
hasilnya berupa gambaran umum tentang objek yang diteliti yang
sebelumnya belum pernah diketahui. Dalam analisis ini informasi
yang diperoleh belum mendalam namun sudah menemukan
domain atau kategori dari situasi sosial yang diteliti. Spradley
mengatakan bahwa suatu domain adalah merupakan kategori
budaya yang terdiri dari tiga elemen yaitu cover term, included
term, dan semantic relationship. Untuk menemukan domain dari
objek yang diteliti, Spradley menyarankan untuk melakukan
analisis hubungan semantik antar kategori yang meliputi sembilan
tipe yaitu jenis, ruang, sebab akibat, rasional, lokasi untuk
melakukan sesuatu, fungsi, cara mencapai tujuan, urutan dan
atribut. Included Term Hubungan Semantik Cover Term SD
adalah jenis dari Sekolah atau PT SMP adalah jenis dari Sekolah
atau PT SMA adalah jenis dari Sekolah atau PT Perguruan Tinggi
adalah jenis dari Sekolah atau PT
b. Analisis Taksonomi
Setelah peneliti melakukan analisis domain maka selanjutnya
domain yang dipilih oleh peneliti ditetapkan sebagai fokus
penelitian, perlu di perdalam lagi melalui pengumpulan data di
lapangan. Pengumpulan data dilakukan terus menerus melali
pengamatan, wawancara mendalam dan dokumentasi sehingga
data yang terkumpul menjadi banyak. Analisis taksonomi adalah
analisis terhadap keseluruhan data yang terkumpul berdasarkan
domain yang telah di tetapkan. Hasil analisis taksonomi dapat
disajikan dalam bentuk diagram kotak, diagram garis dan simpul.
Misalkan domain yang ditetapkan adalah jenjang pendidikan
formal maka melalui analisis taksonomi untuk pendidikan dasar
terdiri atas sekolah dasar ( SD / MI ), Sekolah Menengah Pertama (
SMP /MTs ) dan selanjutnya Sekolah Menengah Atas ( SMA / MA
dan SMK/ MAK ) dan terakhir adalah pendidikan tinggi terdiri
atas Akademi, Politeknik, Institut, Sekolah Tinggi dan Universitas.
c. Analisis Komponensial Dalam analisis taksonomi ,
Yang diurai adalah domain yang telah ditetapkan menjadi fokus.
Melalui analisis taksonomi setiap domain dicari elemen yang
serupa. Itu diperoleh melalui observasi dan wawancara serta
dokumentasi yang terfokus. Dalam analisis komponensial yang
dicari untuk diorganisasikan dalam domain adalah yang memiliki
perbedaan yang kontras. Data ini dicari melalui observasi ,
wawancara dan dokumentasi yang terseleksi. Sebagai contoh
dalam analisisi taksonomi telah ditemukan berbagai jenjang dan
jenis pendidikan kemudian selanjutnya dicari elemen yang spesifik
dan kontras pada setiap jenis dan jenjang pendidikan pada aspek
tujuan, kurikulum, peserta didik, tenaga kependidikan dan sistem
manajemen pendidikan.
d. Analisis Tema Budaya Analisis
Tema merupakan upaya untuk mencari titik permasalahannya
“benang merah”. Dengan ditemukannya benang merah dari hasil
analisis domain, analisis taksonomi dan analisis komponensial
maka akan tersusun suatu konstruksi bangunan objek penelitian
yang awalnya masih samar-samar. Inti dari analisis tema budaya
adalah bagaimana peneliti mampu menyusun puzzle yang
berserakan sehingga menjadi kesatuan yang utuh. Misalkan
gambar atau puzzle itu berupa gambar rumah hewan jadi tema
budayanya adalah rumah hewan..
Dosen Dr. F sustini
A. Langkah-langkah melakukan indepth interview
Wawancara-Mendalam (In-depth Interview) adalah proses memperoleh
keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka
antara pewawancara dengan responden atau orang yang diwawncarai, dengan atau
tanpa menggunakan pedoman (guide) wawancara dimana pewawancara dan
informan terlibat dalam kehidupan sosial yang relatif lama (Sutopo 2006 ) Moleong
(2005 ) menyatakan bahwa wawancara mendalam merupakan proses menggali informasi
secara mendalam, terbuka, dan bebas dengan masalah dan fokus penelitian dan diarahkan
pada pusat penelitian. Dalam hal ini metode wawancara mendalam yang dilakukan dengan
adanya daftar pertanyaan yang telah dipersiapkan sebelumnya.
Adapun langkah-langkah dalam melakukan indepth interview adalah :
a) Menetapkan siapa yang akan diwawancarai.
b) Mempersiapkan pokok-pokok masalah yang menjadi bahan pembicaraan
Sebelum dilakukan wawancara-mendalam, perlu dibuatkan pedoman
(guide) wawancara. Hal ini bertujuan untuk mempermudah pewawancara
dalam menggali pertanyaan serta menghindari agar pertanyaan tersebut
tidak keluar dari tujuan penelitian. Namun pedoman (guide) wawancara
tersebut tidak bersifat baku, dapat dikembangkan dengan kondisi pada saat
wawancara berlangsung dan tetap pada koridor tujuan diadakannya
penelitian tersebut.

c) Mengawali atau membuka alur wawancara


d) Menciptakan dan menjaga suasana yang baik. Hal ini dapat dilakukan
dengan cara :
1) Adakan pembicaraan pemanasan: dengan menanyakan biodata
responden (nama, alamat, hobi dll), namun waktunya jangan terlalu
lama (±5 menit)
2) Kemukakan tujuan diadakannya penelitian, dengan maksud agar
responden memahami pembahasan topik yang akan ditanyakan dan
supaya lebih transparan kepada responden (adanya kejujuran).
3) Timbulkan suasana bebas: maksudnya responden boleh melakukan
aktifitas yang lain ketika sesi wawancara ini berlangsung sehingga
memberikan rasa “nyaman” bagi responden (tidak adanya tekanan),
misalnya responden boleh minum kopi/teh, makan dan lain-lain
4) Timbulkan perasaan bahwa ia (responden) adalah orang yang penting,
kerjasama dan bantuannya sangat diperlukan: bahwa pendapat yang
responden berikan akan dijaga kerahasiannya dan tidak ada jawaban
yang salah atau benar dalam wawancara ini. Semua pendapat yang
responden kemukakan sangat penting untuk pelaksanaan penelitian ini.
e) Mengadakan probing. Probes adalah cara menggali keterangan yang lebih
mendalam, hal ini dilakukan karena :
1) Apabila jawaban tidak relevan dengan pertanyaan.
2) Apabila jawaban kurang jelas atau kurang lengkap
3) Apabila ada dugaan jawaban kurang mendekati kebenaran
f) Tidak memberikan sugesti untuk memberikan jawaban-jawaban tertentu
kepada responden yang akhirnya nanti apa yang dikemukakan (pendapat)
responden bukan merupakan pendapat dari responden itu sendiri
g) Intonasi suara
Jika pewawancara merasa lelah atau bosan atau tidak suka dengan
jawaban responden, hendaknya intonasi suara dapat dikontrol dengan baik
agar responden tetap memiliki rasa “nyaman” dalam sesi wawancara
tersebut. Hal yang dapat dilakukan misalnya; mengambil minum, ngobrol
hal yang lain, membuat candaan dll)
h) Kecepatan berbicara
Agar responden dapat mencerna apa yang ditanyakan sehingga
memberikan jawaban yang diharapkan oleh pewawancara
i) Sensitifitas pertanyaan
Pewawancara mampu melakukan empati kepada responden sehingga
membuat responden tidak malu dalam menjawab pertanyaan tersebut
j) Kontak mata
Agar responden merasa dihargai, dibutuhkan selama proses
wawancara tersebut
k) Kepekaan nonverbal
Pewawancara mampu melihat gerakan dari bahasa tubuh yang
ditunjukan oleh responden, misalnya responden merasa tidak nyaman
dengan sikap yang ditunjukan oleh pewawancara, pertanyaan atau hal
lainnya. Karena hal ini dapat menyebabkan informasi yang diterima tidak
lengkap
l) Melangsungkan alur wawancara
m) Mengkomfirmasi Ikhtisar hasil wawancara dan mengakhirinya
n) Menulis hasil wawancara kedalam catatan lapangan
Agar dalam pembuatan report serta analisa wawancara-mendalam berjalan
dengan baik, diperlukan alat dokumentasi untuk menunjang pelaksanaan
wawancara-mendalam tersebut. Alat dokumentasi adalah :
1. Recoder (alat perekam suara)
Hal ini bertujuan untuk memudahkan pewawancara mengingat kembali
mengenai wawancara yang telah dilakukan. Sehingga dapat membantu dalam
pembuatan report dan analisanya
2. Kamera
Dilakukan untuk kepentingan arsip dan juga untuk mencegah terjadinya
pelaksanaan wawancara dengan responden yang sama agar informasi yang
diberikan tidak bias
3. Catatan lapangan
Hal ini dilakukan sebagai informasi tambahan (faktor pendukung) dalam
melakukan analisa.
o) Mengidentifikasi tindak lanjut hasul wawancara yang telah diperoleh
(Arka. 2012)
B. Keuntungan dan Kerugian menggunakan metode pengumpulan Data FGD

Focus Group Discussion adalah suatu metode dan teknik dalam


mengumpulkan data kualitatif di mana sekelompok orang berdiskusi tentang
suatu fokus masalah atau topik tertentu dipandu oleh seorang fasilitator atau
moderator. FGD merupakan metode dan teknik pengumpulan data atau
informasi yang awalnya dikembangkan di dalam penelitian pemasaran. FGD
saat itu digunakan untuk mengetahui citra tentang produk tertentu, hal-hal apa
yang menarik calon pembeli atau konsumen, desain produk, pilihan ukuran,
pilihan warna, desain kemasan, hal-hal apa yang perlu diperbaiki dan
sebagainya. Dengan menggunakan FGD, dalam waktu relatif singkat (cepat)
dapat digali mengenai persepsi, pendapat, sikap, motivasi, pengetahuan,
masalah dan harapan perubahan berkaitan dengan masalah tertentu. (Indrizal,
E., 2014).
Keuntungan dari Focus Group Discussion adalah :
1) Sinergisme
Suatu Kelompok mampu menghasilkan informasi, ide, dan pandangan
yang lebih luas.
2) Manfaat Bola salju
Komentar yang didapat secara acak dari peserta dapat memacu reaksi
beranati, respon yang beragam dan sangat mungkin menhasilkan ide baru.
3) Stimulan
Pengalaman diskusi kelompok sebagai sesuatu yang menyenangkan dan
lebih mendorong berpartisispasi dalm mengeluarkan pendapat
4) Keamanan
Individu biasanya lebih aman, bebas dan leluasa mengekspresikan
perasaan dan pikiran dibandingkan kalau secara perseorangan yang
munkin ia akan merasa khawatir
5) Spontan
Individu dalam kelompok lebih dapat diharapkan menyampaikan pendapat
atau sikap secara spontan dalam merespon pertanyaan, hal yang belum
tentu mudah terjadi dalam wawancara perseorangan.
6) Efektif dan efisien untuk mendapatkan data yang fokus terkait
permasalahan
7) Lebih efektif dalam hal pembiayaan dan waktu
Kerugian dari Focus Group Discussion adalah :
1) Karena dapat dilakukan secara cepat dan mudah FGD sering digunakan
oleh pembuat keputusan untuk mendukung dugaan atau pendapat
pembuat keputusannya. Persoalannya adalah seberapa jauh FGD
dilakukan sesuai prinsip dan prosedur yang benar.
2) FGD terbatas untuk memperoleh informasi yang lebih mendalam dari
seorang individu yang mungkin dibutuhkan
3) Tehnik FGd mudah dilaksanakan tetapi sulit melakukan interpretasi.
Dosen Prof Dr.IB.Wirawan Drs.,SU

A. Perencanaan Riset Kualitatif

Judul penelitian : Pengalaman Kesepian Pada Janda Mati Lanjut Usia Di Kabupaten
Bima NTB.

Tujuan Umum

Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi pengalaman kesepian pada


lansia wanita yang menjanda karena suaminya meninggal dan tidak menikah
lagi sejak usia dewasa madya.

Tujuan Khusus

1. Mengeksplorasi persepsi kesepian pada janda mati lanjut usia.


2. Mengeksplorasi perasaan kesepian pada janda mati lanjut usia.
3. Mengeksplorasi pola kehidupan pada janda mati lanjut usia
4. Mengeksplorasi pandangan janda mati lansia tentang sakit dan kematian.

Manfaat

a) Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan memiliki manfaat bagi kepentingan ilmu


pengetahuan yaitu sebagai media pengembangan teori keperawatan terutama yang
berkaitan dengan dengan permasalahan pada lansia.

b) Manfaat Praktis
Dari hasil penelitian ini penulis berharap pembaca Lebih mendalami
mengenai kesepian pada lansia wanita yang menjanda sejak usia dewasa
madya
Cakupan Penelitian (Scope of resesarch)
Cakupan penelitian ini adalah tentang lansia. Keperawatan mendorong
perhatian rinci untuk perawatan lansia dalam praktik keperawatan yang bersifat
holistik meliputi pikiran, tubuh, dan jiwa. Pendekatan holistik untuk keperawatan
gerontik berakar pada pengalaman keperawatan. Pada rencana penelitian ini peniliti
memilih study fenomenologi, karena penyelidikan fenomenologi bersifat terintegrasi
dengan mengeksplorasi secara keseluruhan, metode ini cocok digunakan dalam
melakukan penyelidikan fenomena penting untuk praktik, pendidikan, dan
administrasi keperawatan khususnya keperawatan geriatrik. Spiegelberg (1965)
mengatakan bahwa metode fenomenologis menyelidiki subjektif fenomena dengan
keyakinan bahwa kebenaran penting tentang realitas yang didasarkan pada
pengalaman hidup. Pengalaman manusia adalah prinsip utama, dan bagaimana
manusia mengalami fenomena perlu dilakukan investigasi. Perspektif yang holistik
dan studi pengalaman hidup adalah dasar metode fenomenologi (Streubert &
Carpenter, 2011). Topik yang cocok untuk penelitian dengan metode fenomenologi
adalah terkait dengan pengalaman hidup manusia, pada penelitian ini diambil
cakupan pengalaman kesepian pada lansia janda.
Nature of Data required

(Sugiono, 2009:15) menyatakan bahwa metode penelitian kualitatif adalah


metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositifsime, digunakan untuk
meneliti pada kondisi objek yang alamiah (sebagai lawannya adalah eksperimen)
dimana peneliti adalah sebagai instrument kunci, pengambilan sample sumber dan
data dilakukan secara purposive dan snowbaal, teknik pengumpulan data dilakukan
dengan triangulasi (gabungan) analisis data bersifat induktif / kualitatif, dan hasil
penelitian kualitatif lebih menekankan pada makna daripada generalisasi.Metode
penelitian kualitatif sering disebut metode penelitian naturalistic (naturalistic
research), karena penelitian dilakukan dalam kondisi yang alamiah (natural setting).
Disebut juga penelitian etnografi, karena pada awalnya metode ini banyak digunakan
untuk penelitian bidang antropologi budaya. Selain itu disebut sebagai metode
kualitatif karena data yang terkumpul dan dianalisis lebih bersifat kualitatif. Pada
penelitian kualitatif, penelitian dilakukan pada objek yang alamiah maksudnya, objek
yang berkembang apa adanya, tidak dimanipulasi oleh peneliti dan kehadiran peneliti
tidak begitu mempengaruhi dinamika pada objek tersebut. Objek alamiah dalam
penelitian ini adalah lansia yang menceritakan pengalamannya, bagaimana
perasaannya setelah menjanda di tinggal pasangan hidup.

B. Sejarah Keslahan etik penelitian Kesehatan


Dalam masa modern ini pelanggaran terhadap moral tidak boleh terjadi.
Pengalaman kedokteran NAZI pada tahun 1930an – 1940an merupakan contoh
pelanggaran etik yang sangat terkenal. Program penelitian Nazi melibatkan tawanan
perang dan ras tertentu dalam mengetes daya tahan manusia dan reaksi manusia
terhadap penyakit dan obat yang tidak di test. Penelitian tersebut tidak beretika bukan
hanya mereka mendapatkan penyiksaan secara fisik akan tetapi mereka juga tidak
memiliki kesempatan untuk menolak berpartisipasi.
Beberapa penelitian yag melanggar etik diantaranya penelitian yang dilakukan
tahun 1932 dan 1972 yang dikenal sebagai The Tuskegee Syphilis Study, yang
disponsori oleh Departemen Kesehatan yang mengidentifikasi efek syphilis pada 400
laki-laki dari komunitas Afrika-Amerika. Contoh lain adalah menginjeksi sel kanker
hidup pada pasien orang tua di Rumah Sakit Penyakit Kronis Yahudi di Brooklyn,
yang tidak menjelaskan dahulu kepada pasien. Kode etik penelitan internasional yang
dinamakan sebagai Nuremberg Code, dibuat setelah kejadian yang dilakukan oleh
NAZI. Pada tahun 1964 Declaration Helsinki, diadopsi oleh World Medical
Association dan direvisi pada tahun 2000.
C. Misconduct Jurnal Internasional Plos One

Isu yang kerap terkait kegiatan penelitian adalah plagiarisme, yang secara umum
didefinisikan sebagai mencuri ide orang lain lalu diakui sebagai karya sendiri. Kalau
dicermati, plagiarisme hanyalah bagian dari scientific misconduct atau suatu
pelanggaran kode etik standar ilmiah dan perilaku etis dalam penelitian ilmiah.
Bagian lain dari scientific misconduct adalah adalah fabrication dan falsification.
Fabrikasi dapat disebut secara singkat sebagai mengarang (make up), sementara
falsifikasi adalah memalsukan (changing the true description).

Ketiganya merupakan tantangan terhadap integritas ilmiah yang memang harus


dipertahankan. Integritas ilmiah, dalam arti luas, tidak dapat dipisahkan dari
penanganan yang bertanggung jawab dari keinginan manusia untuk pengetahuan dan
rasa ingin tahu manusia. Selain scientific misconduct, dikenal pula praktik-praktik
riset yang dipertanyakan (questionable research practices/QRP), seperti konflik nama
penulis, konflik kepentingan, serta publikasi ganda dan etika riset. Pertanyaannya
mengapa isu scientific misconduct menjadi tren yang mencemaskan? Hasil penelitian
Gawrylewski (2009) yang diterbitkan dalam jurnal The Scientist menunjukkan,
fabrikasi dan falsifikasi menduduki 61 persen diikuti oleh plagiarisme 35 persen dan
lain-lain 4 persen. Artinya, plagiarisme termasuk di dalamnya plagiarisme diri sendiri
(self plagiarism) bukanlah satu-satunya isu terkait dengan integritas ilmiah. Berbeda
dengan plagiarisme yang akan diketahui setelah tulisan ilmiah diterbitkan, fabrikasi
dan falsifikasi adalah kasus yang terjadi di dalam laboratorium atau ruang pribadi.

Beberapa faktor ditengarai sebagai penyebab terjadinya scientific misconduct,


semisal publish or perish yang menjadi tekanan untuk menghasilkan publikasi pada
jurnal ilmiah bereputasi baik. Hal lain adalah adanya keinginan untuk tampil di muka
dibandingkan dengan lainnya.Selain itu, juga ada grant or gone, yaitu peneliti
dituntut bisa mendapatkan dana riset kompetitif eksternal atau dikeluarkan jika tidak
mampu. Namun, bisa juga merupakan masalah personal terkait dengan integritas
ilmiah.

Scientific misconduct memiliki beberapa konsekuensi bagi pelakunya. Bisa


berhenti kariernya atau hancur reputasi serta kerugian finansial juga. Jejak rekam
yang dibangun bertahun-tahun diiringi kerja keras hilang dalam sekejap. Salah satu
kasus fabrikasi menimpa Eric Poehlman, ilmuwan di bidang obesitas manusia dan
penuaan dari University of Vermont, School of Medicine, Amerika Serikat. Dia
mempresentasikan data yang curang dalam kuliah dan dalam makalah yang
diterbitkan dan ia menggunakan data ini untuk mendapatkan jutaan dollar dalam
bentuk hibah federal dari National Institutes of Health (NIH). Kasus ini terungkap
berkat laporan teknisi laboratorium, Walter DeNino, di mana Eric Poehlman menjadi
peneliti utamanya.

Konsekuensi lain dari scientific misconduct adalah penarikan (withdrawal) artikel


yang telah terbit dari jurnal tertentu. Kasus ini dikenal dengan istilah retraction atau
retraksi, yaitu jurnal tertentu akan mengumumkan bahwa suatu artikel ditarik dari
publikasi dengan disertai alasan penarikannya. Namun, tren interval
waktu retraction yang semakin pendek juga mencemaskan.

Ada blog yang khusus berkaitan dengan retraction yang disebut Retraction


Watch. Menarik sekali, jika tahun 2002 dibutuhkan waktu 55 bulan sampai suatu
artikel masuk retraction, maka pada tahun 2012 hanya butuh waktu empat bulan dari
saat artikel dikirimkan ke jurnal, di-review dan dipublikasikan, hingga diindikasikan
masuk kategori retraction.

Konsekuensi lain yang akan dihadapi pelaku scientific misconduct terkait dengan


penerbitan artikel ilmiah pada jurnal ilmiah bereputasi adalah banning (pelarangan)
untuk menerbitkan artikelnya pada jurnal tersebut selama 3-5 tahun disertai dengan
pemberitahuan kasusnya kepada rekan sejawat serta jurnal-jurnal ilmu terkait.
Gambar diatas menunjukan perbandingan total jurnal yang ditarik

dalam Manajemen, bisnis dan ekonomi yang diterbitkan dalam ISI jurnal per
tahunnya dan juga Jumlah total keseluruhan jurnal yang terpublish ISI. Axis
pada sebelah kiri menunjukan total jurnal MBE yang terpublish di ISI per
tahunnya. Sedangkan pada Axis sebelah kanan menunjukan jumlah jurnal
yang ditarik dari ISI antara tahun 1999 dan sampai dengan 2014.
Dosen Prof. Dr. Nursalam.,M.Nurs (Hons)

Accidental sampling juga dikenal sebagai  Sampling Peluang, Convenience


Sampling atau pengambilan sampel bebas. Accidental sampling/ Convenience
sampling adalah jenis non-probabilitas sampling teknik Sampling Insidental dalah
teknik penentuan sampel berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja yang secara
kebetulan/incidental bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel, bila
dipandang orang yang kebetulan ditemui itu cocok sebagai sumber data. Dalam
semua bentuk penelitian, akan sangat ideal untuk menguji seluruh penduduk, tetapi
dalam banyak kasus, populasi terlalu besar sehingga mustahil untuk menyertakan
setiap individu. Ini adalah alasan mengapa para peneliti sebagian besar bergantung
pada teknik sampling seperti pengambilan sampel kenyamanan, yang paling umum
dari semua teknik sampling. Banyak peneliti lebih memilih teknik sampling karena
cepat, murah, mudah dan subyek yang tersedia.
Purposive sampling adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan
tertentu. Purposive sampling juga disebut judgmental sampling, yaitu pengambilan
sampel berdasarkan “penilaian” (judgment) peneliti mengenai siapa-siapa saja yang
pantas (memenuhi persyaratan) untuk dijadikan sampel. Oleh karenanya agar tidak
sangat subjektif, peneliti harus punya latar belakang pengetahuan tertentu mengenai
sampel dimaksud (tentu juga populasinya) agar benar-benar bisa mendapatkan sampel
yang sesuai dengan persyaratan atau tujuan penelitian (memperoleh data yang
akurat).
Snowball sampling adalah teknik penentuan sampel yang mula-mula
jumlahnya kecil, kemudian membesar. Ibarat bola salju yang menggelinding yang
lama-lama menjadi besar. Dalam penetuan sampel pertama-tama dipilih satu atau dua
orang, tetapi karena dengan dua orang ini belum merasa lengkap terhadap data yang
diberikan, maka peneliti mencarai orang lain yang dipandang lebih tahu dan dapat
melengkapi data yang diberikan oleh dua orang sebelumnya. Begitu seterusnya,
sehingga jumlah sampel semakin banyak.
Teknik quota sampling adalah teknik pengambilan sampel dengan cara
menetapkan jumlah tertentu sebagai target yang harus dipenuhi dalam pengambilan
sampel dari populasi (khususnya yang tidak terhingga atau tidak jelas), kemudian
dengan patokan jumlah tersebut peneliti mengambil sampel secara sembarang asal
memenuhi persyaratan sebagai sampel dari populasi tersebut. Pada quota sampling
banyaknya sampel yang ditetapkan itu hanya sekedar perkiraan akan relatif memadai
untuk mendapatkan data yang diperlukan yang diperkirakan dapat mencerminkan
populasinya, tidak bisa diperhitungkan secara tegas proporsinya dari populasi, karena
jumlah anggota populasi tidak diketahui secara pasti  (Sugiyono, 2011)
Aplikasi 4 cara pemilihan sampel pada judul penelitian dibawah ini :

1) Fenomenologi
Pengalaman Keluarga dalam melawan stroke di Rumah
2) Grounde Theory
Keputusan Ibu dalam memilih kontrasepsi mantap
3) Etnograpy
Pantangan Hubungan seksual saat hamil pada masyarakat suku tengger
Accidental sampling : Sampling Insidental adalah teknik penentuan sampel
berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja yang secara kebetulan/incidental bertemu
dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel, bila dipandang orang yang
kebetulan ditemui itu cocok sebagai sumber data. Pada penelitian pertama
penggunaan accindent sampel adalah misalnya peneliti ingin memlakukan
penelitian tentang pengalaman keluarga dalam melawan stroke maka peniliti
memilih informan keluarga dengan stroke yang ditemui dan cocok sebagai sumber
data. Begitupun pada penelitian kedua dan ketiga, Peniliti memilih informan ibu
hamil dengan yang ditemui ,begitu juga
Purposive sampling: memilih Informan yang berdasarkan kriteria tertentu yang
ditetapkan peneliti dalam hal ini pada penelitian pertama misalnya adalah
keluarga yang memiliki anggota keluarga yang menderita stroke ringan, dan
sedang di rawat jalan. Penelitian yang kedua misalnya peneliti memilih Ibu
multigravida, yang berumur 30-40 tahun., penelitian ke 3 peneliti memilih
informan misalnya kriteria yang dimaksud yaitu bagian pertama ibu hamil yang
suami istri sukutengger ,bagian kedua dipilih ibu hamil yang tinggal dengan orang
tua, bagian ketiga tidak memiliki penyakit berat saat dilakukan penelitian.
Snowball sampling : adalah teknik penentuan sampel yang mula-mula jumlahnya
kecil, kemudian membesar. Ibarat bola salju yang menggelinding yang lama-lama
menjadi besar. Dalam penetuan sampel pertama-tama dipilih satu atau dua orang,
tetapi karena dengan dua orang ini belum merasa lengkap terhadap data yang
diberikan, maka peneliti mencari orang lain yang dipandang lebih tahu dan dapat
melengkapi data yang diberikan oleh dua orang sebelumnya. Begitu seterusnya,
sehingga jumlah sampel semakin banyak.
Quota sampling : Kuota sampling adalah teknik untuk menentukan sampel dari
populasi yang mempunyai ciri-ciri tertentu sampai jumlah yang diinginkan
terpenuhi. Maka Peneliti menentukan besar sample yang diperlukan terlebih
dahulu dalam penelitian, misalnya penelitian pertama peneliti menetapkan sepuluh
informan keluarga yang merawat anggota keluarga stroke di Rumah, maka
dicarilah sepuluh informan tersebut jika sudah memenuhi quota maka pencarian
dicukupkan. Begitupun pada penelitian kedua dan ketiga ada quota yang
ditetapkan terlebih dahulu. (Sugiyono, 2011)
Daftar Pustaka

Asmadi Alsa, Pendekatan Kuantitatif dan Kualitatif dalam Penelitian Psikologi,


Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010), Hal. 32
Arka. 2012. http://www.menulisproposalpenelitian.com/2011/04/wawancara-
mendalam-indepth-interview.html
Creswell, John W. (2014). Penelitian Kualitatif & Desain Riset. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Herdiansyah, Haris. 2012. Metodologi penelitian kualitatif untuk ilmu – ilmu sosial.
Jakarta : penerbit salemba humanika
http://www.polres.multiply.com/journal/Metode Penelitian Kualitatif/.html
Indrizal, E. 2014. Diskusi Kelompok Terarah Focus Group Discussion (FGD):
Prinsip-prinsip dan langkah pelaksanaan lapangan.
http://www.jurnalantropologi.fisip.unand.ac.id/index.php/.../18 (diakses tanggal
1 mei 2017).
Kitzinger J & Barbour. 1999. Introduction the challenge and promise of focus group
in developing focus group research. Politics, theory and practice Sage.London
p 1-20
Kreuger R.A. 1998. Focus groups : A practical guide for applied research. Sage,
Thousand Oaks, CA.
Krueger, et. al. 2002. Designing and Conducting Focus Group Interviews.
http://www.eiu.edu/ihec/Krueger-FocusGroupInterviews.pdf (diakses tanggal1
mei 2017).
Lindolf T.R. 1995. Qualitative communication research methods : Thousand Oaks.
Moleong, Lexy J. (2007). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya Offset.
Ocki http://lppm.undip.ac.id/v1/2014/10/11/scientific-misconduct-tren-mencemaskan/

Poerwandari, E. K. 2007. Pendekatan kualitatif dalam penelitian psikologi. Depok :


LPSP3. Fakultas Psikologi. Universitas Indonesia
Sugiyono. (2012). Metode penelitian kualitatif. Bandung : albeta

Anda mungkin juga menyukai