Anda di halaman 1dari 5

ANALISIS JURNAL

RESPON ADAPTASI FISIOLOGIS DAN PSIKOLOGIS PASIEN LUKA BAKAR


YANG DIBERIKAN KOMBINASI ALTERNATIVE MOISTURE BALANCE
DRESSING DAN SEFT TERAPI DI RSUP DR. SARDJITO YOGYAKARTA

Oleh :

Dewi Masyitoh

(1602012069P)

PROGRAM TRANSFER S1 KEPERAWATAN

STIKES MUHAMMADIYAH

LAMONGAN

2016
ANALISIS JURNAL
RESPON ADAPTASI FISIOLOGIS DAN PSIKOLOGIS PASIEN LUKA
BAKAR YANG DIBERIKAN KOMBINASI ALTERNATIVE MOISTURE
BALANCE DRESSING DAN SEFT TERAPI DI RSUP DR. SARDJITO
YOGYAKARTA

I. Abstrak
Latar Belakang: Burns adalah dampak trauma paling parah di kedua fisik dan psikologis.
Dengan jenis terbatas dressing canggih yang tersedia di beberapa rumah sakit, banyak
alternatif yang dikembangkan pengobatan berdasarkan luka bakar lembab (dressing
keseimbangan kelembaban alternatif) untuk mempercepat penyembuhan luka. intervensi
non-farmakologis untuk pengobatan stres psikologis dengan terapi SEFT, pasien> s
dengan terapi SEFT akan santai dan pikiran menjadi tenang. Relaksasi dibuat sangat
berpengaruh di dalam proses penyembuhan. Tujuan penelitian ini: Untuk
mengidentifikasi respon adaptasi fisiologis dan psikologis pasien luka bakar diberi
kombinasi SEFT alternatif dressing keseimbangan kelembaban dan terapi. Metode:
Penelitian Tindakan untuk menentukan respon adaptasi fisiologis dan psikologis pasien
luka bakar diberi kombinasi keseimbangan kelembaban alternatif dan terapi SEFT
Sampel adalah total populasi yang memenuhi kriteria inklusi. Hasil: Ada 8 responden
(Maret-Juni 2014). Sebagian besar 75% dari laki-laki, berusia antara 17-51 tahun, luas
luka antara 6-55% TBSA, 37,5% tahap II, tahap III 62,5% respon adaptasi .Physiological
dengan penyembuhan luka rata-rata indikator 42,37 (36-49) menunjukkan bahwa respon
adaptasi fisiologis adaptif, lama pulih dengan derajat kedua rata-rata 17,6 hari (7-36 hari),
rata-rata kelas III 28, 8 hari (20-40 hari). respon adaptasi psikologis dengan penerimaan
skor rata-rata 44,5 (40-50) dan didukung oleh hasil wawancara semua menunjukkan
respons adaptif terhadap adaptasi psikologis.
II. PICOT
A. Problem / Populasi
Populasi : 8 responden (Maret-Juni 2014). Jenis kelamin sebagian besar (75%) laki-laki,
usia rata-rata antara 17- 51 tahun, luas luka antara 6-55% TBSA, derajat II 37,5%,
derajat III 62,5% di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta.
Sampel : total populasi yang memenuhi kriteria inklusi

B. Intervensi
Desain penelitian ini adalah action research. Sampel adalah total populasi
dengan accidental sampling yang memenuhi kriteria inklusi. Pengambilan data
berlangsung dalam 2 tahap : pengambilan data respon adaptasi fisiologis fungsi proteksi
proses penyembuhan luka bakar dengan metode observasi menggunakan indikator
NOC: (Wound Healing Secondary Intenttion) dan data tentang respon adaptasi
psikologis fungsi konsep diri physical self dengan metode pengisian kuesioner
berdasarkan indikator acceptance dari NOC.

C. Comparasion
 Karakteristik responden :
1. Penelitian yang dilakukan oleh (Gravante dan Montone, 2010) yang menemukan
usia antara 18 -52 tahun dengan luas luka 15-52% TBSA
2. (Gowri et al., 2012) menyatakan usia terbanyak antara 20 – 40 tahun 61.1%
dengan rata-rata luas luka 39%TBSA.
3. Othman (2010) menemukan luas luka dalam rentang 10–48%TBSA terdapat
pada responden dalam rentang usia antara 18–45 tahun.
 Respon Adaptasi Fisiologis:
a. Lama waktu proses penyembuhan luka
 berdasarkan derajat kedalaman luka
1. Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian Gravente (2010)
menemukan lama waktu penyembuhan derajat II minimal 5 hari
maksimal 12 hari sedangkan untuk derajat III minimal 21 hari, maksimal
29 hari.
2. Pendapat Demling & Way (2001) dimana pada luka bakar derajat II
dangkal dapat sembuh dalam waktu 10–14 hari. Pada luka bakar derajat II
dalam yang mengenai seluruh ketebalan dermis memerlukan waktu
kesembuhan lebih lama sampai 25–35 hari. Pada luka bakar derajat III
sembuh lebih lama, lebih dari 35 hari.
 Respon Adaptasi Psikologis
1. Bakara (2010) menemukan hasil bahwa terdapat perbedaan yang bermakna
antara tingkat depresi, kecemasan, dan stres sebelum dan sesudah intervensi
SEFT antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol (p<0,05). Intervensi
SEFT membantu menurunkan depresi, kecemasan, dan stres pada pasien SKA.
2. Zainuddin (2009) mengatakan bahwa dalam SEFT membawa subyek pada
kondisi tenang dan relaks, merasakan nafas, menyadari kehadiran Tuhan dalam
diri, serta mengarahkan untuk kembali pada diri sejati (fitrah). Saat melakukan
SEFT, subyek dianjurkan melakukannya dalam kondisi meditative (yakin,
khsyuk, ikhlas, pasrah, dan syukur ). Jika demikian, efek SEFT akan terasa lebih
efektif.

D. Out come
1. Respon adaptasi fisiologis fungsi proteksi proses penyembuhan luka pasien luka
bakar yang diberikan kombinasi alternative moisture balance dressing dan SEFT
terapi adalah adaptif. Proses penyembuhan luka berlangsung lebih baik dan efektif
dengan hasil penyembuhan luka sebagian besar complete, pada derajat III dan
derajat II sebagian besar (87,5%) terisi jaringan granulasi dan epitelisasai antara
75 - 100 % dari luas luka.
2. Respon adaptasi psikologis fungsi konsep diri physical self pasien luka bakar yang
diberikan SEFT terapi adalah adaptif, sebagai berikut:
a) Perasaan menjadi tenang dan nyaman, ikhlas dan pasrah, suka cita dan nyeri
berkurang.
b) Penerimaan terhadap kondisi fisik: tidak merasa malu, tidak merasa rendah diri,
ikhlas, tidak merasa terganggu.
c) Harapan dan motivasi responden terhadap kondisi kesehatan berharap cepat
sembuh, berkumpul dengan keluarga dan dapat bekerja lagi.

E. Time
Penelitian dilakukan pada bulan Maret-Juni 2014 di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta.

III. Kekurangan & Kelebihan


a. Kekurangan
 Pada respon adaptasi fisiologis berdasarkan derajat kedalaman luka adanya hasil
penelitian berbanding terbalik dengan jurnal pembanding, jadi diperlukan penelitian
lebih lanjut.
 Waktu penelitian dilakukan selama 4 bulan yaitu pada bulan maret – juni 2014
sehingga kemungkinan adanya faktor bias dalam penelitian.
b. Kelebihan
 Terdapat jurnal pembanding pada setiap kriteria penelitian

IV. Implikasi / Manfaat untuk Perawatan


a. Dapat menjadi rujukan untuk penelitian selanjutnya.
b. Penelitian ini dapat menjadikan landasan teori rumah sakit dalam upaya pengobatan
terhadap luka bakar.
c. Bagi perawat dapat memberikan suatu tindakan dalam upaya pengobatan terhadap luka
bakar.

Anda mungkin juga menyukai