Anda di halaman 1dari 10

MANAJEMEN NYERI DENGAN TERAPI

KOMPLEMENTER MEDITASI
Makalah untuk memenuhi tugas Keperawatan Paliatif

Oleh

Kelompok 10

1. Hartina Rolobessy
2. Maria Mantu
3. Murtin Ismail

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG

JURUSAN KEPERAWATAN

PRODI PROFESI NERS

JULI 2019
Kata Pengantar

Alhamdulillah puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT

atas segala berkah dan karunia-Nya serta kemudahan sehingga kami dapat

menyelesaikan Makalah dengan judul “Manajemen Nyeri Dengan Terapi

Komplementer Meditasi”. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas

Keperawatan Paliatif dalam penyelesaian pendidikan Program Profesi Ners

di Politeknik Kesehatan Kemenkes Malang.

Kami menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan Makalah ini

banyak kesulitan yang dihadapi, namun berkat ketekunan, kemauan,

petunjuk, arahan dan bantuan moril maupun materi dari kerjasama

kelompok, maka semua kesulitan itu dapat teratasi sehingga Makalah ini

bisa terselesaikan tepat pada waktunya.

Malang, 18 Juli 2019

Penulis

2
DAFTAR ISI
Halaman

COVER .................................................................................................... 1
KATA PENGANTAR .............................................................................. 2
DAFTAR ISI ............................................................................................ 3
ANALISIS JURNAL ................................................................................ 4
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................. 9

LAMPIRAN

3
Analisis Jurnal

1. Daks, 2015, Pain Management: Effects on Pain Perception in Older


Adults and College Students
a. Populasi
Populasi dalam penelitian ini terdiri atas dua populasi sebanyak 56
orang yang memenuhi kriteria inklusi, tetapi hanya 31 orang yang
menyelesaikan studi penelitian ini. 13 responden berusia 62-83 tahun
dengan rata-rata usia 73 tahun dan 18 responden merupakan
mahasiswa yang berusia 19-47 tahun dengan rata-rata usia 24 tahun.
Memenuhi kriteria inklusi mengalami nyeri kronis yang dirasakan
setiap hari dalam seminggu selama 3 bulan.
b. Intervensi
Terapi meditasi untuk manajemen nyeri dengan responden
dibimbing untuk latihan fokus dengan mengalihkan perhatian.
Menggunakan pengukuran skala nyeri McGill Pain Questionnaire
Short-Form (MPQ-SF)
c. Comparasi/Pembanding
Penelitian ini menggunakan kelompok kontrol yang diberikan
informasi tentang nyeri kronis dan manajemen nyeri, serta berbagi
pengalaman hidup dengan penyakit kronis.
d. Output/Hasil
1) Kelompok Intervensi
a) Lansia
Rata-rata sebelum diberikan intervensi untuk McGill PPI
(Present Pain Intensity) adalah 2.800 dan untuk McGill PRI
adalah 0.720. Sedangkan, setelah diberikan intervensi rata-
rata McGill PPI adalah 2.300 dan McGill PRI 0.413.
b) Mahasiswa
Rata-rata sebelum diberikan intervensi untuk McGill PPI
(Present Pain Intensity) adalah 3.10 dan untuk McGill PRI
adalah 1.081. Sedangkan, setelah diberikan intervensi rata-
rata McGill PPI adalah 2.200 dan McGill PRI 0.509.
2) Kelompok Kontrol
a) Lansia
Rata-rata sebelum diberikan intervensi untuk McGill PPI
(Present Pain Intensity) adalah 1.429 dan untuk McGill PRI
adalah 0.618. Sedangkan, setelah diberikan intervensi rata-
rata McGill PPI adalah 1.571 dan McGill PRI 0.492.
b) Mahasiswa
Rata-rata sebelum diberikan intervensi untuk McGill PPI
(Present Pain Intensity) adalah 2.130 dan untuk McGill PRI
adalah 0.917. Sedangkan, setelah diberikan intervensi rata-
rata McGill PPI adalah 1.500 dan McGill PRI 0.550
e. Time/Waktu
Penelitian ini dilakukan selama 7 hari dengan durasi 1 jam dalam
sehari.
2. Banth dan Ardebil, 2015, Effectiveness of mindfulness meditation on
pain and quality of life of patients with chronic low back pain
a. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah wanita dewasa berusia 30-45
tahun yang berjumlah 155 orang terdiagnosis NSLBP (Nonspecifik
low back pain) kronis sudah 6 bulan oleh dokter di pusat fisioterapi
Ardebil-Iran. Tetapi, 48 wanita yang memenuhi kriteria inklusi dan
bersedia untuk berpartisipasi dalam program penelitian.
b. Intervensi
Terapi meditasi dengan teknik pernapasan dan pemusatan perhatian
yang dilakukan dalam kelompok-kelompok kecil yang terdiri 7-9

5
responden di setiap kelompok. Menggunakan McGill Pain
questionnaire untuk pengukuran selama 8 minggu yaitu sebelum
diberikan terapi meditasi, 4 minggu seteleh intervensi dan 4 minggu
setelahnya.
c. Comparasi/Pembanding
Penelitian ini menggunakan kelompok kontrol yang menjalani
perawatan pada umumnya termasuk fisioterapi dan obat-obatan.
d. Output/Hasil
1) Kelompok Intervensi
Rata-rata nyeri sebelum diberikan intervensi adalah 26.083 dan
sesudah diberikan adalah 13.583.
2) Kelompok Kontrol
Rata-rata nyeri sebelum diberikan intervensi adalah 26.708 dan
sesudah diberikan adalah 23.604.
e. Time/Waktu
Intervensi dilakukan selama 8 minggu yang berlangsung selama 90
menit
3. Sakti, 2018, Pengaruh Terapi Komplementer Meditasi Terhadap Respon
Nyeri Pada Penderita Rheumatoid Arthritis
a. Populasi
Populasi penelitian adalah 117 orang penderita rheumatoid arthritis
yang berusia 46-55 tahun di Wilayah Kerja Puskesmas Kartasura
yang berada di Desa Makan Haji Kartasura pada bulan Februari
2018.
b. Intervensi
Terapi komplementer meditasi terhadap respon nyeri menggunakan
skala nyeri Faces Rating Scale dari Li-Ling Chuang dengan
pendekatan pretest-posttest group.
c. Comparasi/Pembanding
Tidak ada kelompok pembanding dalam penelitian.

6
d. Output/Hasil
Hasil uji Wilcoxon Signed Rank Test diperoleh nilai t sebesar 4,961

dengan nilai signifikansi (p-value) 0,000, sehingga disimpulkan

terdapat perbedaan yang signifikan pre test tingkat nyeri dan post

test tingkat nyeri. Selanjutnya nilai rata-rata post test ternyata lebih

rendah dari rata-rata post test (1,16< 4,22) sehingga disimpulkan

bahwa pemberian terapi komplementer meditasi efektif terhadap

penurunan respon nyeri pada penderita rheumatoid artritis di Desa

Makam Haji Kartasura.

e. Time/Waktu
Tidak dijelaskan dalam jurnal durasi pemberian terapi komplementer
meditasi.

Berdasarkan analisis ketiga jurnal diatas terapi meditasi berpengaruh


dalam manajemen nyeri pada responden dengan keluhan nyeri. Penelitian
Daks, Banth dan Ardebil menggunakan kelompok pembanding sehingga
nyeri pada responden dapat dibedakan untuk menunjukkan adanya
penurunan nyeri dan. Tetapi pada penelitian Sakti tidak menggunakan
kelompok pembanding dan kriteria inklusi responden yang tidak
mengonsumsi obat penurun nyeri sehingga penurunan nyeri terjadi karena
adanya terapi meditasi pada responden.
Asuhan keperawatan paliatif merupakan semua tindakan aktif guna
meringankan beban penderitaan, terutam tidak dapat disembuhan. Tindakan
aktif yang dimaksudkan antara lain menghilangkan nyeri dan keluhan lain
serta perbaikan dalam bidang psikologis, sosial dan spritual. Tujuannya
untuk mencapai kualitas hidup maksimal bagi penderita dan keluarganya.
Asuhan keperwatan paliatif tidak hanya diberikan bagi penderita yang

7
menjelang akhir hayat, namun juga diberikan segera setelah pasien
terdiagnosis(Nugroho, 2009).
Peran perawat paliatif diharapkan dapat membantu menyembuhkan
penyakitnya atau setidaknya untuk mengetahui nyerinya yang banyak terjadi
dengan meringankan semua ketidaknymanan yang dirasakan penderita di
akhir hayatnya (Muhith, 2016).
Terapi meditasi dapat menurunkan nyeri, perbaikan psikologi, sosial
dan juga budaya berdasarkan penelitian yang telah dilakukan. Karena,
meditasi dapat melatih organ-organ seluruh tubuh secara merata dan
lancarnya metabolisme tubuh serta zat-zat dalam tubuh akan berkembang
atau meningkat (Haryanto, 2009). Pada meditasi yang berperan adalah
endorfin pada gelombang otak yang menunjukkan aktivitas alfa jika
endorfin dilepaskan didalamnya. Sebaliknya endorfin menghilang pada
aktivitas beta. Pada gelombang alfa kondisi tubuh dalam keadaan damai,
tenang dan relaks, kondisi terjaga khusus dengan mata terpejam. Gelombang
beta adalah normal dan perlu untuk hidup. Akan tetapi hanya dalam kondisi
gelombang beta manusia tidak dapat hidup lama dan sukar menikmati
hidup. Pada satu sisi, hal yang mudah untuk pindah ke kondisi alfa di otak
karena jika bereaksi terhadap segala sesuatunya dengan sudut pandang
positif, rasa syukur dan pikiran positif sampailah pada keadaan alfa
(Haruyama, 2015).
Menurut kami, terapi pada keperawatan paliatif jarang dilakukan
karena pasien dengan penyakit terminal dan kronik saat ini lebih banyak
diberikan terapi secara farmakologi sehingga hanya menyembuhkan pada
kondisi atau keluhan fisik pasien. Tetapi, dengan adanya terapi
komplementer yaitu meditasi tidak hanya menyembuhkan atau mengurangi
keluhan nyeri, namun juga dapat membantu mengurangi keluhan psikologi,
sosial dan spritual. Karena dengan terapi komplementer meditasi pasien
dapat berpikir positi, rileks, santai dan tenang melalui pemusatan pikiran.

8
Daftar Pustaka

Banth dan Ardebil, 2015, Effectiveness of Meditation on Pain and Quality of


Life of Patient with Low Back Pain, http://www.ijoy.org.in, diakses 18 Juli
2019.

Daks, 2015, Pain Management: Effects on Pain Perception in Older Adults


and College Student, https://pdfs.semanticscholar.org, diakses 18 Juli 2019.

Haryanto, 2009, Terapi Seks, Yogyakarta: Kanisius.


http://books.google.co.id.

Haruyama, 2015, The Miracle of Endorphin, Bandung: Qanita.


http://books.google.co.id.

Muhith, 2016, Pendidikan Keperawatan Gerontik, Yogyakarta: Andi.


http://books.google.co.id.

Nugroho, 2009, Komunikasi dalam Keperawatan Gerontik, Jakarta: EGC.


http://books.google.co.id.

Sakti, 2018, Pengaruh Terapi Komplementer Meditasi Terhadap Respon


Nyeri Pada Penderita Rheumatoid Arthritis, http://eprints.ums.ac.id, diakses
18 Juli 2019.

9
10

Anda mungkin juga menyukai