Anda di halaman 1dari 3

KEPENTINGAN NASIONAL DALAM HUBUNGAN INTERNASIONAL

I Gst Ayu Agung Rani Aristyaningsih (071711233035)


Jurnal WEEK 5/ A

Ilmu Hubungan Internasional memiliki tiga esensi yang saling berkaitan satu sama lain. Esensi dalam
Hubungan Internasional adalah Actor (negara dan non negara), Interest, dan Power. Suatu hal yang utama
dalam esensi Hubungan Internasional adalah terciptanya suatu Interaksi “Interaction as relationship”
(Henderson, 1998). Salah satu faktor yang mendasari suatu negara melaksanankan suatu hubungan
internasional adalah adanya kepentingan nasional. Kepentingan nasional merupakan suatu konsep dalam
studi Hubungan Internasional yang sering diperdebatkan karena definisi dari kepentingan nasional diangap
vague (tidak pasti) berdasarkan pernyataan yang diungkapkan oleh Oppenheim (1987), “The concept of
national interest is now generally considered too vague to be of use for the scientific study of international
politics”.

Pakar studi hubungan Internasional memiliki pendapat yang berbeda mengenai definisi dari Kepentingan
Nasional. Menurut Oppenheim (1987), kepentingan nasional merupakan suatu tujuan untuk meningkatkan
kesejahteraan pemerintahan suatu negara dalam tingkat global atau internasional seperti integritas teritorial
dan penjagaan kemerdekaan publik. Rochester (1987) berpendapat bahwa kepentingan nasional adalah suatu
tujuan yang ingin dicapai oleh suatu negara dalam melakukan interaksi hubungan internasional. Pengertian
lain dari kepentingan nasional adalah suatu usaha negara untuk mendapatkan kekuatan karena kekuatan
dapat mengembangkan dan memelihara kontrol suatu negara terhadap negara lain dengan kata lain hakekat
kepentingan nasional adalah pengaruh, kekuasaan dan kekuatan (Morgenthau dalam Nincic, 1999).
Sedangkan menurut Clinton (1986) kepentingan nasional di bagi menjadi dua aspek. Yang pertama adalah
kepentingan nasional untuk kebaikan bersama dengan membuang rasa keegoisan dan individualis. Yang
kedua adalah kepentingan nasional yang dianggap sebagai prinsip diplomasi yang dimiliki oleh negara untuk
memperjuangkan kepentingan demi kesejahteraan bersama.

Kepentingan nasional adalah alasan terkuat dan terpenting terjadinya interaksi antara negara dengan aktor
lain dalam hubungan internasional. Tanpa adanya kepentingan nasional maka tidak akan terjadi suatu
interaksi antara aktor hubungan internasional. Kepentingan nasional menjadi penting dalam Hubungan
Internasional karena kepentingan nasional memiliki beberapa fungsi. Fungsi tersebut dimiliki oleh masing
masing negara yaitu sebagai dasar dari pembuatan kebijakan luar negeri. Kebijakan Luar negeri merupakan
perwujudan kepentingan nasional yang bertujuan memenuhi kebutuhan masyarakat di negara tersebut
(Nincic, 1999). Fungsi lainnya adalah sebagai alat pemenuhan kebutuhan masyarakat suatu negara yang
tidak dapat dipenuhi oleh negaranya sehingga membutuhkan bantuan dari negara lain. Pelaksanaan
kebijakan luar negeri yang dibuat tentang hubungan internasional dan untuk mencapai tujuan negara itu
sendiri, suatu negara membutuhkan negosiasi untuk mencapai persetujuan dengan negara lain (Hyndman,
1970/1971). Negosiasi dapat dilakukan dengan adanya kekuatan yang dimiliki oleh suatu negara karena
kekuatan adalah segala sesuatu yang memegang kontrol yang menjadi modal untuk mewujudkan
kepentingan nasional negara tersebut (Nincic, 1999).

Suatu negara memiliki kepentingan dan posisi yang berbeda beda. Perbedaan itu lah yang menyebabkan
motivasi suatu negara dalam melakukan kepentingan nasional menjadi berbeda dengan negara lainnya.
Seiring dengan perkembangan zaman motivasi kepentingan nasional dalam rangka pemenuhan kebutuhan
suatu negara semakin bervariasi, yang juga mempengaruhi aspek kehidupan masyarakat (Lake, 1981).
Menurut Oppenheim (1987) terdapat pembuat motivasi dalam kepentingan nasional, yaitu individu,
organisasi, ideologi dan strategi. Tujuan dari pembuat motivasi yaitu mempresentasikan kepentingan
nasional hingga tercapailah tujuan dari dilaksanakannya suatu interaksi. Contoh dari Individu sebagai
pembuat motivasi yaitu Martin Luther King yang memperjuangkan HAM kaum keturunan Afrika-Amerika
di Amerika serikat. Organisasi sebagai pembuat motivasi contohnya adalah Indonesia yang tergabung dalam
G20, segala bentuk proses, perjanjian dan kesepakatan dalam G20 menjadi kepentingan nasional negara
Indonesia. Ideologi sebagai pembuat motivasi, menilik dari perbedaan ideologi-ideologi yang berkembang
di semua negara di dunia, pasti muncul keinginan dalam menyebar luaskan ideologi tersebut keseluruh
dunia. Contohnya yaitu Pancasila sebagai ideologi bangsa Indonesia. Suatu negara dalam mencapai
kepentingan nasional selain membutuhkan kekuatan juga membutuhkan adanya strategi dalam mencapai
tujuannya. Pembuat motivasi sangat penting agar dalam mencapai kepentingan nasional memiliki arah yang
jelas (Oppenheim, 1987).

Aktor negara dalam mencapai dan menjalankan kepentingan nasional harus memiliki dimensi kepentingan
nasional. Dimensi kepentingan nasional merupakan aspek yang mempengaruhi interaksi hubungan
internasional yang saling berkaitan satu sama lain. Para ahli hubungan internasional juga memiliki beberapa
pendapat yang berbeda mengenai dimensi hubungan internasional. Menurut Glanville (2005) Aspek aspek
atau dimensi kepentingan tersebut kepentingan ekonomi, kepentingan pertahanan, kepentingan internasional
dan kepentingan ideologi. Keempat aspek tersebut merupakan aspek-aspek utama yag mempengaruhi dan
memotivasi sebuah negara dalam mengusahakan kepentingan nasional masing-masing negara dalam
hubungan internasional. Sedangkan ada pendapat lain mengenai dimensi dalam kepentingan nasional yaitu
menurut Rochester (1978) yang berpendapat bahwa dimensi kepentingan nasional dibagi menjadi tiga yaitu
dimensi individu, dimensi negara dan dimensi kelompok.

Kesimpulan dari pemaparan diatas yaitu, kepentingan nasional dianggap tidak memiliki standar definisi
yang pasti karena definisi dari kepentingan nasional diangap vague (tidak pasti). Dalam praktek hubungan
internasional yang sebenarnya, kepentingan nasional merupakan hal terpenting yang melandasi terjadinya
suatu interaksi diantara aktor hubungan internasional. Kepentingan nasional menjadi penting dalam
Hubungan Internasional karena kepentingan nasional memiliki beberapa fungsi. Kepentingan dan posisi
yang berbeda-beda dari negara yang satu dengan yang lainnya menyebabkan motivasi suatu negara dalam
melakukan kepentingan nasional menjadi berbeda dengan negara lainnya. Aktor negara dalam mencapai dan
menjalankan kepentingan nasional harus memiliki dimensi kepentingan nasional yang merupakan aspek
dalam mempengaruhi interaksi hubungan internasional yang saling berkaitan satu sama lain.

Referensi :

Clinton, W. David (1986). “The National Interest: Normative Foundations” The Review of Politics, Vol. 48,
No. 4
Glanville, Luke. (2005) “Who Are We Think About The National Interest?” Australian Quarterly, Vol. 77,
No. 4; pp. 33-37
Hyndman, James E. (1970/1971). “National Interest and the New Look”. International Journal, Vol. 26,
No.  1: pp. 5-18.
Lake, Anthony . (1981). “Defining the National Interest” Proceedings of the Academy of Political  
Sciences, Vol. 34, No. 2. The Power to Govern: Assesing Reform in the United States, pp. 202-
213
Nincic, Miroslav (1999) “The National Interest and Its Interpretation” The Review of Politics, Vol. 61, No.
1; pp. 29-55
Oppenheim, Felix E. (1987) “National Interest, Rationality, and Morality” Political Theory, Vol. 15, No. 3; 
pp. 369-389.
Rochester, J. Martin (1978). “The National Interest and Contemporary World Politics”, The Review of
Politics, Vol. 26, No. 1; pp. 77-96
Vinsenssio, Dugis. 2017. Materi disampaikan pada kuliah Ilmu Hubungan Internasional, Departemen
HI,Fakultas Ilmu Sosial dan Politik, Universitas Airlangga, pada 21 Agustus 2017.

Anda mungkin juga menyukai