Anda di halaman 1dari 1

100 Jam Yang Terlalu Pendek

Novel 100 jam merupakan salah satu buku novel yang tidak terlalu panjang. Novel
ini keluar pada tahun 2007 dan ditulis oleh 2 orang yaitu, Amalia Suryani dan Andryan
Suhardi. Novel ini sendiri memiliki cerita yang cukup ringan dan dikemas dengan cukup
baik. Namun, karena cerita yang ringan dan simpel itulah buku ini memiliki beberapa
kelemahan.
Siapa bilang lahir pada tanggal 29 Februari adalah kutukan karena berulang tahun
lebih sedikit daripada orang lain? Buat Jasmine, tanggal 29 Februari itu ada di setiap tahun
dengan mencoret dan menulis sendiri angka dalam kalendernya.
Tapi, ada satu masalah besar yang harus dijalani Jasmine karena kebandelannya
menjelang hari ulang tahun yang ia nanti-nantikan. Hukuman 100 jam mengajar di sekolah
kolong jalan tol! Ternyata 100 jam itu mengantarnya pada teman-teman yang tidak akan
pernah ia lupakan seumur hidupnya. Jasmine pun tertawa dan menangis bersama mereka.
Novel ini menyajikan sebuah tema yang jarang diambil, yaitu pendidikan bagi anak-
anak tidak mampu. Namun, tema itu langsung tersingkirkan oleh kisah-kisah yang meliputi
karakter tentang percintaan dan persaingan untuk membuktikan siapa yang terbaik. Hingga
akhir cerita, kisah tentang anak-anak tidak mampu dan sekolah kolong yang memberikan
kesempatan bagi mereka untuk memperoleh pendidikan hanya ada sebagai bumbu
penyedap semata.
Alur ceritanya pun terasa lurus-lurus saja. Karakter-karakternya pun gagal
menempati tempat istimewa di perhatian saya. Jasmine, si tokoh utama merupakan orang
yang cerdas, berjiwa bebas, dan pemberani. Namun, hal tersebut tak dapat membuat dirinya
spesial dibandingkan beberapa tokoh dalam buku lain yang memiliki karakteristik yang
serupa. Arya, sebagai tokoh utama pria tidak memiliki kelebihan apapun yang dapat
menjadikan dirinya sebagai tokoh utama pria. Kemudian, ada Tya, rival abadi dari Jasmine.
Nah, Tya ini adalah sisi lain dari Jasmine, ambisius, dingin, dan tidak bersahabat. Dari awal
cerita pun, Tya digambarkan sedemikian rupa sehingga pembaca dipaksa untuk memihak
Jasmine sebagai jagoan wanita. Namun, menjelang akhir melalui sebuah persaingan yang
antiklimaks, menurut saya Tya menunjukkan bahwa ternyata ia masih memiliki hati. Lalu
bagaimana dengan karakter lain? Saya tidak begitu ingat karena karakterisitik karakter lain
yang terlalu sederhana sehingga mudah dilupakan.
Secara keseluruhan, saya cukup menikmati buku ini. Walaupun segalanya terkesan
disederhanakan dan tidak menarik. Akan tetapi, dengan cerita yang simpel menjadikan
ceitanya mudah untuk diikuti dan dipahami. Serta, dengan tema yang jarang diangkat ini,
novel 100 jam dapat dijadikan suatu pilihan bagi para penggemar teenlit.

Anda mungkin juga menyukai