Jtptunimus GDL Sitinurjan 7167 3 Babii
Jtptunimus GDL Sitinurjan 7167 3 Babii
TINJAUAN PUSTAKA
A. Eritropoiesis
eritropoiesis yang kompleks. Eritropoiesis berjalan dari sel induk melalui sel
eritroid) dan CFU eritroid (CFU U) menjadi prekusor eritrosit yang dapat
adalah sel besar dengan sitoplasma biru tua, dengan inti di tengah dan nukleoli,
sitoplasma; warna sitoplasma makin biru pucat sejalan dengan hilangnya RNA
4
5
(Setiawan, L, 2005)
Sel retikulosit sedikit lebih besar daripada eritrosit matur, berada selama
1 – 2 hari sebelum menjadi matur, terutama berada di limpa, saat RNA hilang
16 eritrosit matur. Sel darah merah berinti (normoblas) tampak dalam darah
dan juga terdapat pada penyakit sumsum tulang. Normoblas tidak ditemukan
pelepasan retikulosit lebih dini. Hal ini akan menyebabkan waktu pematangan
retikulosit menjadi eritrosit di dalam darah tepi bertambah lama, dari 1 – 2 hari
retikulosit pada kasus-kasus seperti ini perlu dilakukan koreksi lebih lanjut
Nilai normal retikulosit dalam hitung jumlah (%) yaitu 0,5 – 2,0 % dari
x 103 /mm3 atau 109 sel/L. (Kosasih, E.N. dan A.S. Kosasih, 2008)
6
1. Eritropoietin
yang sangat terglikosikasi yang terdiri dari 165 asam amino dengan berat
peritubular ginjal dan 10% nya di hati dan tempat lain. Tidak ada cadangan
adalah tekanan oksigen (O2) dalam jaringan ginjal. Karena itu produksi
eritropoietin meningkat pada kasus anemia, jika karena sebab metabolik atau
atmosfer rendah atau jika gangguan fungsi jantung, paru atau kerusakan
progenitor yang terikat untuk eritropoiesis. BFUE dan CFUE lanjut yang
(akibat peningkatan massa sel darah merah atau karena hemoglobin dapat lebih
Selama proses eritropoiesis sel induk eritrosit yang paling tua atau late-
(2) Adanya perubahan bentuk dari besar ke lebih kecil, uniform dan berbentuk
(3) Terjadinya degradasi protein plasma dan organel internal serta residual
protein lainnya.
sesuatu yang homogen oleh karena adanya tingkatan maturasi yang berbeda
adanya proses perdarahan atau hemolisis, jumlah dan proporsi dari sel
retikulosit muda akan meningkat baik di dalam sumsum tulang maupun didarah
tepi. Ada perbedaan masa hidup antara retikulosit normal dan retikulosit muda
(imatur) yaitu membran retikulosit imatur akan lebih kaku dan tidak stabil,
disamping itu retikulosit imatur ini masih mempunyai reseptor untuk protein
8
adesif sedangkan retikulosit normal telah kehilangan reseptor ini begitu sel ini
tulang sebelum memasuki sirkulasi darah tepi bervariasi antara 17 jam pada
tikus normal sampai 6,5 jam pada tikus yang menderita anemia. Walaupun
retikulosit baik di sumsum tulang maupun di darah tepi bisa dipisahkan dari
kontaminasi sel yang sama dari kompartemen yang berbeda akan tetapi
adalah berkisar antara 2 - 5 jam, tergantung metode yang dipakai, spesies yang
dipelajari dan juga tingkat stimulasi proses yang menentukan kapan retikulosit
keluar dari sumsum tulang ke sirkulasi masih belum jelas diketahui. Ada studi
jumlah retikulosit yang beredar didarah tepi, dimana pada tikus dan babi
didapatkan jumlah retikulosit yang banyak sedang pada manusia, anjing dan
kucing jumlahnya sedikit bahkan pada kuda hampir tidak didapatkan atau
sedikit sekali. Perbedaan yang unik ini bisa dikenali dengan metode manual
ke darah tepi akibat adanya rangsangan akibat anemia dan hal ini disebut
stressed reticulocyte. Retikulosit jenis ini mempunyai masa hidup yang lebih
dianggap sel ini tidak normal karena tidak melalui perkembangan sel yang
ingin meneliti masa hidup dari retikulosit normal dan retikulosit stress ini baik
pada pasien normal maupun pasien anemia. Eksperimen ini mendapatkan data:
(1) Masa hidup retikulosit akan normal jika retikulosit normal diinjeksikan ke
(2) Oleh karena gangguan intrinsik dari retikulosit stress, akan menyebabkan
sel ini lebih cepat dibersihkan dari sirkulasi oleh resepien normal dengan
kecepatan yang lebih besar dibandingkan dengan resepien yang anemia; dan
(3) Baik retikulosit normal maupun retikulosit yang stress akan disingkirkan
yang anemia. Secara keseluruhan data ini menunjukkan, pada saat proses
anemia berjalan akan terjadi proses adaptasi yang memungkinkan sel yang
diproduksi selama anemia tersebut akan beredar lebih lama pada binatang yang
dibuat anemi dibandingkan dengan binatang yang normal. Studi yang lain juga
retikulosit pada binatang yang anemia bukan disebabkan oleh adanya overload
sistem retikoluendotelial akan tetapi hal ini diduga oleh adanya proses adaptasi
sumsum tulang pada proses eritropoiesis yang pada akhirnya bermuara dengan
retikulosit muda dari sumsum tulang dan bukan merupakan tanda adanya
ekspansi dari proses eritropoeisis dan dengan alasan ini tentu lebih penting
Anemia
protein
kongenital.
11
B. Anemia
1. Definisi
sirkulasi menurun, demikian pula bila kedua proses tersebut terjadi bersama–
Anemia bukan merupakan diagnosa akhir dari suatu penyakit akan tetapi
selalu merupakan salah satu gejala dari suatu penyakit dasar. Oleh karenanya
apabila kita telah menentukan adanya anemia maka menjadi kewajiban kita
2. Klasifikasi
Anemia Defisiensi besi adalah anemia yang terjadi akibat kekurangan zat
zat besi dalam darah. Keadaan ini ditandai dengan menurunnya saturasi
12
besi merupakan penyebab utama anemia. Wanita usia subur sering mengalami
unggas, ikan yang merupakan sumber zat besi. Gangguan defisiensi besi
sering terjadi karena susunan makanan yang salah baik jumlah maupun
Diet yang kaya zat besi tidaklah menjamin ketersediaan zat besi dalam
dari jenis zat besi dan bahan makanan yang dapat menghambat dan
c. Kebutuhan meningkat
Kebutuhan akan zat besi akan meningkat pada masa pertumbuhan seperti
Kehilangan zat besi melalui saluran pencernaan, kulit dan urin disebut
kehilangan zat besi basal. Pada wanita selain kehilangan zat besi basal juga
kehilangan zat besi melalui menstruasi. Di samping itu kehilangan zat besi
c) Tanda spesifik yaitu koilonikia untuk defisiensi besi, ikterus untuk anemia
Gejala meliputi :
kepala.
b) Pada pasien yang tua, mungkin ditemukan gejala gagal jantung, angina
C. Menstruasi
1. Definisi
perdarahan yang teratur dari uterus sebagai tanda bahwa organ kandungan telah
Saat menstruasi terjadi pengeluaran darah dari dalam tubuh. Hal itu
menyebabkan zat besi yang terkandung dalam hemoglobin juga ikut terbuang.
akibat kurangnya kadar zat besi dalam darah. (Masrizal, 2007). Penelitian
2. Fisiologi Menstruasi
a. Stadium menstruasi
b. Stadium proliferasi
tumbuh kembali. Antara hari ke-12 sampai 14 dapat terjadi pelepasan sel
c. Stadium sekresi
d. Stadium premenstruasi
Berlangsung selama kurang lebih 3 hari, dimana ada infiltrasi sel – sel
darah putih, bisa sel bulat. Stroma mengalami disintegrasi dengan hilangnya
cairan dan sekret sehingga akan terjadi kolaps dari kelenjar dan arteri. Fase
RNA ini hanya dapat dinyatakan dalam eritrosit yang masih hidup; eritrosit
yang telah mengering pada kaca objek atau yang telah mati tidak dapat dipulas.
pemanasan.
2. Methylenblue yang baru 0,5 g; NaCl 0,8 g; K-oksalat 1,4 g; aquadest 100
Sebelum dipakai larutan diatas haruslah disaring terlebih dahulu. Pulasan vital
a. Sediaan Basah
waktu untuk menunda, selain itu retikulosit akan tampak berjalan atau
mencampurnya.
b. Sediaan kering
Indonesia dapat digunakan sebagai cara yang cukup baik dan dapat
selama 10 menit.
penutup.
Baik sediaan basah maupun kering haruslah dibuat tipis benar, karena
eritrosit harus tampak terpisah satu dari yang lain. Sediaan basah sangat cocok
18
(Gandasoebrata, R, 2007)
menyebabkan hemokonsentrasi.
2. Tahap Analitik
a. Darah yang cepat menggumpal atau mengering saat diteteskan pada kaca
objek.
sebagai berikut :
basofilik stipling.
20
E. Kerangka Teori
F. Kerangka Konsep
G. Hipotesis