Anda di halaman 1dari 18

REFERAT

ILEUS

Disusun Oleh:
Herdanti Dwi Putri, S.Ked
110.2010.121

Pembimbing:
dr. Kesuma Mulya Sp.Rad
dr. Lilis Untari Sp.Rad

DISUSUN DALAM RANGKA MEMENUHI SALAH SATU


PERSYARATAN TUGAS KEPANITERAAN DI BAGIAN
RADIOLOGI

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KOTA CILEGON


2015
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji dan syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT
yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya karena atas rahmat dan ridho-Nya, penulis
dapat menyelesaikan referat penyakit dalam ini dengan judul “ILEUS” Penulisan referat ini
dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat mengikuti ujian kepaniteraan klinik bagian
Ilmu Penyakit Dalam di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Cilegon. Penulis sangat sadar bahwa
tanpa dukungan dan bantuan dari berbagai pihak, penulis tidak akan dapat menyelesaikan referat
ini.

Penghargaan dan terima kasih yang tulus penulis tujukan kepada:


1. Kedua orangtua penulis, ibunda R.A. Etika Astara dan ayahanda tercinta dr. Herman
Bermawi, Sp.A(K), yang akan selalu menjadi sumber inspirasi penulis, yang tidak pernah
berhenti memberikan dukungannya baik dalam moral maupun materiil.
2. Dr. Kesuma Mulya, Sp R, dan Dr. Lilis Untari Sp.R selaku pembimbing yang dengan segala
kesibukan dan aktifitasnya, masih meluangkan waktunya untuk membimbing penulis.
3. Teman-teman dan semua pihak yang telah turut membantu dalam pembuatan referat ini yang
tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Tak lupa penulis memohon maaf apabila terdapat kekurangan dalam penulisan referat ini karena
terbatasnya pengetahuan yang dimiliki. Masukan kritik dan saran yang konstruktif sangat penulis
hargai guna kesempurnan referat ini. Semoga referat ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Cilegon, September 2015

(Herdanti Dwi Putri, S.Ked.)


BAB I
PENDAHULUAN

Ileus ditimbulkan oleh hipomotilitas dari traktus gastrointestinal karena tidak adanya
gerakan mekanis usus ataupun akibat adanya obstruksi, walaupun patogenesis ileus masih belum
diketahui secara pasti, multifaktorial dan kompleks, gambaran klinis berupa gerak tidak
sempurna isi usus sementara. Interaksi kompleks antara sistem saraf otonom dan sistem saraf
pusat begitu juga substansi lokal dapat mempengaruhi ekuilibrium yang berujung disorganisasi
aktifitas elektris dan paralisis dari segmen usus. Kurangnya gerak usus ini mengakibatkan
akumulasi gas dan cairan.3
Ileus dibagi menjadi dua yaitu ileus obstruktif dan ileus paralitik . Pada obstruksi usus harus
dibedakan lagi obstruksi sederhana dan obstruksi strangulata. Obstruksi usus yang disebabkan
oleh hernia, invaginasi, adhesi dan volvulus mungkin sekali disertai strangulasi, sedangkan
obstruksi oleh tumor atau askariasis adalah obstruksi sederhana yang jarang menyebabkan
strangulasi. 1
Penyebab tersering obstruksi usus di Indonesia, adalah hernia, baik sebagai penyebab
obstruksi sederhana (51%) maupun obstruksi usus strangulasi (63%). Adhesi pasca operasi
timbul setelah terjadi cedera pada permukaan jaringan, sebagai akibat insisi, kauterisasi, jahitan
atau mekanisme trauma lainnya. Dari laporan terakhir pasien yang telah menjalani sedikitnya
sekali operasi intraabdomen, akan berkembang adhesi satu hingga lebih dari sepuluh kali.
Obstruksi usus merupakan salah satu konsekuensi klinik yang penting. Di negara maju, adhesi
intraabdomen merupakan penyebab terbanyak terjadinya obstruksi usus. Pada pasien digestif
yang memerlukan tindakan reoperasi, 30-41% disebabkanobstruksi usus akibat adhesi. Untuk
obstruksi usus halus, proporsi ini meningkat hingga 65-75%.1
Dalam bidang radiologi baik ileus obstruktif maupun ileus paralitik keduanya mempunyai
perbedaan yang cukup berarti namun masih sulit untuk dibedakan. Karena itu penting juga
untuk diketahui keadaan klinis pasien dan riwayat operasi untuk membedakan keduanya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 ANATOMI USUS


Usus halus merupakan tabung yang kompleks, berlipat-lipat yang membentang dari
pilorus sampai katup ileosekal. Pada orang hidup panjang usus halus sekitar 12 kaki (22 kaki
pada kadaver akibat relaksasi). Usus ini mengisi bagian tengah dan bawah abdomen. Ujung
proksimalnya bergaris tengah sekitar 3,8 cm, tetapi semakin kebawah lambat laun garis
tengahnya berkurang sampai menjadi sekitar 2,5 cm. Usus halus dibagi menjadi duodenum,
jejenum, dan ileum. Pembagian ini agak tidak tepat dan didasarkan pada sedikit perubahan
struktur, dan yang relatif lebih penting berdasarkan perbedaan fungsi.
Duodenum panjangnya sekitar 25 cm, mulai dari pilorus sampai kepada jejenum.
Pemisahan duodenum dan jejenum ditandai oleh ligamentum treitz, suatu pita muskulofibrosa
yang berorigo pada krus dekstra, diafragma dekat hiatus esofagus dan berinsersio pada
perbatasan duodenum dan jejenum. Ligamentum ini berperan sebagai ligamentum suspensorium
(penggantung). Kira-kira duaperlima dari sisa usus halus adalah jejenum, dan tiga perlima
terminalnya adalah ileum.
Jejenum terletak di regio abdominalis media sebelah kiri, sedangkan ileum cenderung
terletak di region abdominalis bawah kanan. Jejunum mulai pada juncture denojejunalis dan
ileum berakhir pada junctura ileocaecalis. Lekukan-lekukan jejenum dan ileum melekat pada
dinding posterior abdomen dengan perantaraan lipatan peritoneum yang berbentuk kipas yang
dikenal sebagai messenterium usus halus. Pangkal lipatan yang pendek melanjutkan diri sebagai
peritoneum parietal pada dinding posterior abdomen sepanjang garis berjalan ke bawah dan ke
kenan dari kiri vertebra lumbalis kedua ke daerah articulatio sacroiliaca kanan. Akar
mesenterium memungkinkan keluar dan masuknya cabangcabang arteri vena mesenterica
superior antara kedua lapisan peritoneum yang membentuk messenterium.
Usus besar merupakan tabung muskular berongga dengan panjang sekitar 5 kaki (sekitar
1,5 m) yang terbentang dari sekum sampai kanalis ani. Diameter usus besar sudah pasti lebih
besar daripada usus kecil. Rata-rata sekitar 2,5 inci (sekitar 6,5 cm), tetapi makin dekat anus
semakin kecil. Usus besar dibagi menjadi sekum, kolon dan rektum. Pada sekum terdapat katup
ileocaecaal dan apendiks yang melekat pada ujung sekum. Sekum menempati dekitar dua atau
tiga inci pertama dari usus besar. Katup ileocaecaal mengontrol aliran kimus dari ileum ke
sekum. Kolon dibagi lagi menjadi kolon asendens, transversum, desendens dan sigmoid. Kolon
ascendens berjalan ke atas dari sekum ke permukaan inferior lobus kanan hati, menduduki regio
iliaca dan lumbalis kanan. Setelah mencapai hati, kolon ascendens membelok ke kiri membentuk
fleksura koli dekstra (fleksura hepatik). Kolon transversum menyilang abdomen pada regio
umbilikalis dari fleksura koli dekstra sampai fleksura koli sinistra.

Gambar 1. Sistem saluran pencernaan


Sumber : http://www.medicinenet.com/the_digestion_process_organs_and_functions/page2.htm

Kolon transversum, waktu mencapai daerah limpa, membengkok ke bawah, membentuk fleksura
kolisinistra (fleksura lienalis) untuk kemudian menjadi kolon descendens. Kolon sigmoid mulai
pada pintu atas panggul. Kolon sigmoid merupakan lanjutan kolon descendens. Ia tergantung
kebawah dalam rongga pelvis dalam bentuk lengkungan. Kolon sigmoid bersatu dengan rektum
di depan sakrum. Rektum menduduki bagian posterior rongga pelvis. Rektum ke atas dilanjutkan
oleh kolon sigmoid dan berjalan turun di depan sekum, meninggalkan pelvis dengan menembus
dasar pelvis. Disisni rektum melanjutkan diri sebagai anus dalan perineum.

2.2 ILEUS
Ileus adalah gangguan/hambatan pasase isi usus yang merupakan tanda adanya obstruksi
usus akut yang segera membutuhkan pertolongan atau tindakan. Ileus ada 2 macam yaitu ileus
obstruktif dan ileus paralitik 1

2.2.1 ILEUS OBSTRUKTIF

A . Definisi
Ileus obstruktif atau disebut juga ileus mekanik adalah keadaan dimana isi lumen saluran
cerna tidak bisa disalurkan ke distal atau anus karena adanya sumbatan/hambatan mekanik
yang disebabkan kelainan dalam lumen usus, dinding usus atau luar usus yang menekan atau
kelainan vaskularisasi pada suatu segmen usus yang menyebabkan nekrose segmen usus
tersebut.1

B. Klasifikasi1
1. Ileus obstruktif letak tinggi : obstruksi mengenai usus halus (dari gaster sampai ileum
terminal).
2. Ileus obstruktif letak rendah : obstruksi mengenai usus besar (dari ileum terminal
sampai rectum).

Selain itu, ileus obstruktif dapat dibedakan menjadi 3 berdasarkan stadiumnya,


antara lain :
1) Obstruksi sebagian (partial obstruction) : obstruksi terjadi sebagian sehingga makanan
masih bisa sedikit lewat, dapat flatus dan defekasi sedikit.
2) Obstruksi sederhana ( simple obstruction) : obstruksi / sumbatan yang tidak disertai
terjepitnya pembuluh darah (tidak disertai gangguan aliran darah).
3) Obstruksi strangulasi (strangulated obstruction) : obstruksi disertai dengan terjepitnya
pembuluh darah sehingga

C. Etiologi

Gambar 2. Etiologi ileus obstruktif


Sumber:http://www.merckmanuals.com/professional/gastrointestinal-disorders/acute-abdomen-and-surgical
gastroenterology/intestinal-obstruction

2.2.2 ILEUS PARALITIK


A. Definisi
Ileus paralitik atau adynamic ileus adalah keadaan dimana usus gagal atau tidak
mampu melakukan kontraksi peristaltik untuk menyalurkan isinya. Ileus paralitik ini
bukan suatu penyakit primer usus melainkan akibat dari berbagai penyakit primer,
tindakan (operasi) yang berhubungan dengan rongga perut, toksin dan obat-obatan yang
dapat mempengaruhi kontraksi otot polos usus.Ileus paralitik merupakan kondisi dimana
terjadi kegagalan neurogenik atau hilangnya peristaltic usus tanpa adanya obstruksi
mekanik.6

B. Etiologi7
Ileus paralitik dapat disebabkan oleh beberapa kondisi berikut:
 Obat-obatan: e.g. opioid
 Metabolik: e.g. ggn elektrolit (hiponatremia)
 Sepsis: terutama disebabkan oleh bakteri gram-negatif
 Trauma Abdomen
 Bedah Abdomen
 Infark miokard / gagal jantung kongestif
 Trauma kepala / bedah otak
 Inflamasi intraabdomen / peritonitis
 hematoma retroperitoneal
Penyebab ileus masih dianggap kompleks dan multifaktorial dimana melibatkan
inflamasi, inhibisi rekleks neural dan peptida dari neurohormon.

C. Ileus posoperatif vs. Ileus paralitik


beberapa tingkatan dari ileus dianggap normal dan biasa didapatkan setelah
tindakan operatif, perbaikan secara konvensional / tanpa terapi tercatat sebagai berikut
 Usus halus: 0-24 hours 
 lambung: 24-48 hours
 Usus Besar : 48-72 hours
Prolong ileus posoperatif (>72 jam) telah dikategorikan sebagai ileus paralitik oleh
beberapa ahli dan perlu dievaluasi lebih lanjut terhadap adanya obstruksi usus halus,
perforeasi usus, peritonitis dan abses intraabdomen. Perbaikan terhadap ileus posoperatif
dapat digambarkan secara klinis dan radiografik, dimana secara klinis dapat dinilai dari
asupan oral dan flatus

2.3 PATOGENESIS DAN PATOFISIOLOGI


Patogenesis ileus masih belum jelas, pada keadaan postoperatif ileus mungkin dimediasi
oleh aktivasi dari inhibisi reflek arkus spinal, secara anatomis, 3 refleks terlibat yaitu refleks
sangat pendek terbatas di dinding usus, refleks pendek yan melibatkan ganglia paravertebra dan
yang paling sering pada reflek panjang yang melibatkan medula spinalis. Stres akibat post
operatif menyebabkan timbulnya mediator inflamasi yang berperan dalam timbulnya ileus, pada
penelitian terhadap tikus ditemukan peningatan makrofag, monosit, sel dendrit, NK cell dan sel
mast.   Calcitonin gene–related peptide, nitric oxide, vasoactive intestinal peptide, dan substansi
P berfungsi sebagai inhibisi neurotransmiter di sistem nervus usus.3
Proses terjadinya ileus mekanik maupun non mekanik memiliki kemiripan setelah
terjadinya obstruksi, tanpa memandang penyebab obstruksi tersebut apakah karena penyebab
mekanik atau fungsional. Perbedaan yang tampak adalah bila ileus tersebut disebabkan oleh
penyebab non mekanik maka peristaltik usus dihambat dari permulaan, sedangkan pada ileus
karena penyebab mekanik maka peristaltik mula-mula kuat kemudian bertambah pelan sampai
akhirnya hilang. Semua etiologi ileus menyebabkan usus di bagian distal kolaps, sementara
bagian proksimal berdilatasi. Usus yang tersumbat awalnya berperistaltik lebih keras sebagai
usaha alamiah dan akhirnya pasase usus jadi melemah dan hilang. Usus yang berdilatasi
menampung cairan dan gas yang merupakan hasil akumulasi cairan dan gas yang menyebabkan
distensi usus. Distensi usus tidak hanya pada daerah sumbatan tapi dapat menjalar ke daerah
proksimal. Distensi yang menyeluruh menyebabkan pembuluh darah tertekan sehingga suplai
darah berkurang (iskemik) dan dapat terjadi perforasi.5
Usaha usus untuk berperistaltik disaat adanya sumbatan menghasilkan nyeri kolik
abdomen dan penumpukan kuman dalam usus merangsang muntah. Pada obstruksi usus dengan
stranguasi, terdapat penjepitan yang menyebabkan gangguan peredaran darah sehingga terjadi
iskemia, nekrosis kemudian gangren. Gangren ini kemudian menyebabkan tanda toksis yang
terjadi pada sepsis yaitu takikardia, syok septik dengan leukositosis.
Pengaruh obstruksi kolon tidak sehebat pengaruh pada obstruksi usus halus karena pada
obstruksi kolon, kecuali pada volvulus, hampir tidak pernah terjadi strangulasi. Kolon
merupakan alat penyimpanan feses sehingga secara relatif fungsi kolon sebagai alat penyerap
sedikit sekali. Oleh karena itu kehilangan cairan dan elektrolit berjalan lambat pada obstruksi
kolon distal. Dinding usus halus kuat dan tebal, karena itu tidak timbul distensi berlebihan atau
ruptur sedangkan dinding usus besar tipis, sehingga mudah distensi. Dinding caecum merupakan
bagian kolon yang paling tipis, karena itu dapat terjadi ruptur bila terlalu tegang. Bila terjadi
ruptur maka akan timbul perforasi yang memperberat keadaan pasien.
2.4 GAMBARAN KLINIS
Gambaran klinik obstruksi ileus sangat mudah dikenal, tidak tergantung kepada penyebab
obstruksinya. Hanya pada keadaan strangulasi, nyeri biasanya lebih hebat dan menetap.
Obstruksi ileus ditandai dengan gambaran klinik, berupa nyeri abdomen yang bersifat kolik,
muntah-muntah dan obstipasi, distensi intestinalis, dan tidak adanya flatus. Rasa nyeri perut
dirasakan seperti menusuk-nusuk atau rasa mulas yang hebat, umumnya nyeri tidak menjalar.
Pada saat datang serangan, biasanya disertai perasaan perut yang melilit. Bila obstruksi tinggi,
muntah hebat bersifat proyektil dengan cairan muntah yang berwarna kehijauan. Pada obstruksi
rendah, muntah biasanya timbul sesudah distensi usus yang jelas sekali, muntah tidak proyektil
dan berbau “feculent”, warna cairan muntah kecoklatan.
Gambaran klinis ileus paralitik pada umumnya sama dengan ileus obstruktif terdapat juga
perbedaannya:
Ileus paralitik Ileus obstruktif
Nyeri kontinu Kolik
Darm contour + +
Darm steifung - +
Bunyi bising usus menghilang Meningkat
Rectal toucher terowongan Kolaps

2.5 PEMERIKSAAN RADIOLOGI


1. Foto Polos Abdomen
Ileus merupakan penyakit abdomen akut yang dapat muncul secara mendadak yang
memerlukan tindakan sesegera mungkin. Maka dari itu pemeriksaan abdomen harus
dilakukan secara segera. Sebaiknya pemotretan dibuat dengan memakai kaset film yang
dapat mencakup seluruh abdomen beserta dindingnya. Perlu dipersiapkan ukuran kaset
dan film ukuran 35x 45cm.
Pada kasus abdomen akut diperlukan pemeriksaan 3 posisi, yaitu :
A. Posisi terlentang (supine): sinar dari arah vertical, dengan proyeksi antero-
posterior (AP) Hal – hal yang dapat dinilai antaralain:
- Dinding abdomen, yang penting yaitu: lemak preperitoneal kanan dan kiri baik
atau menghilang.
- Garis psoas kanan dan kiri: baik, menghilang atau adanya pelembungan (bulging).
- Batu yang radioopak, kalsifikasi atau benda asing yang radioopak.
- Kontur ginjal kanan dan kiri.
- Gambaran udara usus :
 Normal
 Pelebaran lambung, usus halus, kolon
 Penyebaran dari usus – usus yang melebar
 Keadaan dinding usus
 Jarak antara dua dinding usus yang berdampingan
B. Duduk atau setengah duduk atau berdiri (erect), bila memungkinkan, dengan
sinar horizontal proyeksi AP dinilai gambaran udara bebas di bawah diafragma
C. Tiduran miring ke kiri ( left lateral decubitus ), dengan arah horizontal, proyeksi
AP Hampir sama seperti posisi duduk coba nilai udara bebas letaknya antara hati
dengan dinding abdomen

Gambar 3 : gambaran usus normal dari kiri ke kanan merupakan gambaran


LLD, erect dan supine
Sumber: http://www.learningradiology.com/medstudents/recognizingseries/recogobstructflash.swf

RADIOLOGI ILEUS
Untuk radiologi ileus perlu diperhatikan beberapa hal :
1. Posisi terlentang (supine). Gambaran yang diperoleh yaitu pelebaran usus di proksimal
daerah obstruksi, penebalan dinding usus, gambaran seperti duri ikan (Herring Bone
Appearance). Penebalan dinding usus halus yang terdilatasi memberikan gambaran
tersebut karena dua dinding usus halus yang menebal dan menempel membentuk
gambaran vertebra (dari ikan), dan muskulus yang sirkular menyerupai kostanya
2. Posisi setengah duduk atau berdiri. Gambaran radiologis didapatkan adanya air fluid level
jika gambaran air fluid level tampak pendek-pendek yang berbentuk seperti tangga
disebut juga step ladder appearance karena cairan transudasi berada dalam usus halus
yang mengalami distensi.
3. Posisi LLD, untuk melihat air fluid level dan kemungkinan perforasi usus. Dari air fluid
level dapat diduga gangguan pasase usus. Bila air fluid level pendek berarti ada ileus
letak tinggi, sedangkan jika panjang-panjang kemungkinan gangguan di kolon. Gambaran
yang diperoleh adalah adanya udara bebas infra diafragma dan air fluid level.

Ileus Obstruktif Letak Tinggi (Small Bowel Obstruction)


Pada ileus obstruktif letak tinggi tampak dilatasi usus di proksimal sumbatan
(sumbatan paling distal di iliocecal junction) dan kolaps usus dibagian distal sumbatan.
Pada foto polos akan terlihat beberapa seri ladderlike appearance dari lipatan usus yang
meleba dimana hal tersebut merupakan ciri khas dari obstruksi letak tinggi namun juga
dapat terlihat pada obstruksi dari usus besar asenden. Fluid level dapat terlihat pada foto
dengan posisi tegak lurus. Dilatasi lebih dari 3cm dari usus halus sudah dikategorikan
tidak normal, semakin panjang bagian usus yang terdilatasi, semakin memunginkan
adanya obstruksi. Beberapa ciri berikut juga dapat menunjukan adanya obstruksi usus
halus3,4,8:this is small bowel
o Multiple air-fluid levels pada lipatan usus yang melebar secara sentral

o Terlihatnya lipatan sirkular mukosa usus (valvula koniventes)

o Tidak terdapat gas pada usus besar atau sangat sedikit


Gambar 4: gambaran small bowel obstruction, kanan menunjukan fluid level pada
posisi tegak lurus, gambar kiri menunjukan usus yang melebar dengan valvula
konvinentes
Sumber:http://www.merckmanuals.com/professional/gastrointestinal-disorders/acute-abdomen-and-surgical-
gastroenterology/intestinal-obstruction

Ileus Obstruksi Letak Rendah (Large Bowel Obsruction)

Penampakan radiologi dari obstruksi letak rendah dapat dibedakan dari obstruksi letak
tinggi namun obstrusi letak rendah seringkali disertai dilatasi usus halus karena letaknya
yang lebih proksimal dibanding usus besar. Pada usus besar akan terlihat distensi kolon
yang letaknya proksimal dari letak obstruksi, dikatakan dilatasi sekum jika ukuran
melebihi 9 cm dan untuk usus besar dikatakan dilatasi abnormal jika ukuran melebihi 6
cm selain itu beberapa ciri berikut dapat menandakan adanya obstruksi kolon3,4,8:
o gambaran penebalan usus besar yang juga distensi tampak pada tepi abdomen dengan
haustral markings .
o terkadang dapat terlihat massa / penyebab obstruksi

o Sedikit bahkan tidak ada udara pada rektum / sigmoid

o Sedikit atau bahkan tidak ada gas pada usus kecil jika katup ileosekal masih kompeten

o kolaps usus di bagian distal sumbatan / tidak terdapat udarapada bagian distal sumbatan
o air fluid level yang panjang-panjang di kolon.

Gambar 5: Terdapat sedikit udara di rektum sehingga obstruksi tidak


absolut namun setelah diperiksa dengan CT terdapat obstruksi dari colon
carcinoma
Sumber:http://radiologymasterclass.co.uk/tutorials/abdo/abdomen_xray_abnormalities/pathology_large_bowel_obstruction.
html

Ileus Paralitik
Pada ileus paralitik terdapat dilatasi usus secara menyeluruh dari gaster sampai rektum.
Penebalan dinding usus halus yang mengalami dilatasi memberikan gambaran herring bone
appearance, karena dua dinding usus halus yang menebal dan menempel membentuk gambaran
vertebra dan muskulus yang sirkuler menyerupai kosta dan gambaran penebalan usus besar yang
juga distensi tampak pada tepi abdomen. Tampak gambaran air fluid level yang pendek-pendek
yang berbentuk seperti tangga atau disebut juga step ladder appearance di usus halus dan air
fluid level yang panjang-panjang di kolon.
Pada pasien dengan ileus generalisata perlu diperhatikan juga keadaan klinis pasien,
apakah pasien baru saja menjalani operasi? Apakah bising usus menghilang? Karena pasien
dengan ileus generalisata seringkali tidak sampai datang ke IGD.3

Gambar 6 : gambaran Ileus menyeluruh


Sumber:http://www.learningradiology.com/medstudents/recognizingseries/recogobstructflash.swf

Ileus paralitik terlokalisir akan menghasilkan gambaran sentinel loop, dimana


gambaranya dapat menyerupai obstruksi pada usus halus, maka perlu diketahui keadaan
klinisnya dan pemantauan lebih lanjut, dimana letak sentinel loop sering menggambarkan
letak kelainan yang mendasari timbulnya ileus7

Gambar 7 : Gambaran sentinel loop dan kemungkinan penyebab berdasarkan


lokasi sentinel loop
Sumber: http://www.learningradiology.com/medstudents/recognizingseries/recogobstructflash.swf

2. Barium Enema
Barium enema adalah sebuah pemeriksaan radiologi dengan menggunakan
kontras positif. Kontras positif yang biasanya digunakan dalam pemeriksaan radiologi
alat cerna adalah barium sulfat (BaSO4). Bahan ini adalah suatu garam berwarna putih,
berat dan tidak mudah larut dalam air. Garam tersebut diaduk dengan air dalam
perbandingan tertentu sehingga menjadi suspensi. Suspensi tersebut diminum oleh pasien
pada pemeriksaan esophagus, lambung dan usus halus atau dimasukkan lewat kliasma
pada pemeriksaan kolon (lazim disebut enema).
Sinar rontgen tidak dapat menembus barium sulfat tersebut, sehingga menimbulkan
bayangan dalam foto rontgen. Setelah pasien meminum suspensi barium dan air, dengan
fluroskopi diikuti kontrasnya sampai masuk ke dalam lambung, kemudian dibuat foto –
foto dalam posisi yang di perlukan. Pemeriksaan radiologi dengan Barium Enema
mempunyai suatu peran terbatas pada pasien dengan obstruksi usus halus. Pengujian
Enema Barium terutama sekali bermanfaat jika suatu obstruksi letak rendah yang tidak
dapat pada pemeriksaan foto polos abdomen.5

3. CT-Scan Abdomen
CT ( Computed Tomograhy) merupakan metode body imaging dimana sinar X
yang sangat tipis mengitari pasien. Detektor kecil akan mengatur jumlah sinar x yang
diteruskan kepada pasien untuk menyinari targetnya. Komputer akan segera menganalisa
data dan mengumpulkan dalam bentuk potongan cross sectional. Foto ini juga dapat
disimpan, diperbesar maupun di cetak dalam bentuk film. Pemeriksaan ini dikerjakan jika
secara klinis dan foto polos abdomen dicurigai adanya strangulasi. CT–Scan akan
mempertunjukkan secara lebih teliti adanya kelainan-kelainan dinding usus,
mesenterikus, dan peritoneum. CT–Scan harus dilakukan dengan memasukkan zat
kontras kedalam pembuluh darah. Pada pemeriksaan ini dapat diketahui derajat dan
lokasi dari obstruksi.5
BAB III
PENUTUP

Ileus ditimbulkan oleh hipomotilitas dari traktus gastrointestinal karena tidak adanya
gerakan mekanis usus ataupun akibat adanya obstruksi, walaupun patogenesis ileus masih belum
diketahui secara pasti, multifaktorial dan kompleks, gambaran klinis berupa gerak tidak
sempurna isi usus sementara. Ileus merupakan penyakit abdomen akut yang dapat muncul secara
mendadak yang memerlukan tindakan sesegera mungkin. Maka dari itu pemeriksaan abdomen
harus dilakukan secara segera. Pada kasus abdomen akut diperlukan pemeriksaan 3 posisi, yaitu :
o Posisi terlentang (supine)
o Duduk atau setengah duduk atau berdiri (erect)
o Tiduran miring ke kiri ( left lateral decubitus )
Dalam bidang radiologi baik ileus obstruktif maupun ileus paralitik keduanya mempunyai
perbedaan yang cukup berarti namun masih sulit untuk dibedakan. Karena itu penting juga
untuk diketahui keadaan klinis pasien dan riwayat operasi untuk membedakan keduanya. Dimana
ileus paralitik dan obstruksi letak tinggi sering terjadi paskaoperasi sementara penyebab tersering
obstruksi letak rendah adalah adanya karsinoma kolon.
DAFTAR PUSTAKA

1. Indrayani M N. Diagnosis dan Tata Laksana Ileus Obstruktif. FK Udayana. Denpasar


2. http://emedicine.medscape.com/article/2242141-overview
3. http://www.learningradiology.com/archives06/COW%20216-SBO/sbocorrect.htm
4. http://www.stritch.luc.edu/lumen/meded/radio/curriculum/surgery/sbo_list1.htm
5. https://www.scribd.com/document_downloads/direct/244336381?
extension=doc&ft=1441423165&lt=1441426775&user_id=41740203&uahk=Cmu+
+aA9bKMlK/GG9Zd9IwnZJts
6. Samsuhidajat R. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi II. Jakarta: EGC. 2004
7. http://radiopaedia.org/articles/adynamic-ileus
8. http://www.merckmanuals.com/professional/gastrointestinal-disorders/acute-abdomen-
and-surgical-gastroenterology/intestinal-obstruction

Anda mungkin juga menyukai