BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Berbicara tentang ksp atau hasil kali kelarutan ada beberpa poin yang
penting untuk dibahas yaitu defini kelarutan, pembagian kelarutan, macam-
macam contoh larutan jenuh dan berbagai hal yang berhubungan dengan ksp
dan mencakup tujuan serta maksud dari praktikum .
Definisi kelarutan adalah banyaknya zat yang dapat larut dalam
pelarut. Dikaitkan dengan ksp, kelarutan merupakan banyaknya garam yang
dapat larut dalam sejumlah pelarut. Dalam kehidupan sehari-sehari berbagai
jenis garam dapat kita jumpai. Meskipun sekilas tampilan fisiknya hampir
serupa, namun hal tersebut tidak menjamin kemiripan sifatnya. Masing-
masing memiliki sifat yang berbeda. Dalam hal ini sifatnya yang berhubungan
dengan kelarutannya dalam air. Apakah larutan tersebut jenuh, lewat jenuh
ataupun tidak jenuh. Hal ini dapat dilihat dari ada atau tidaknya endapan.
Secara umum, dikatakan larutan apabila zat terlarut dan perlarutnya
berada dalam fase yang sama, sehingga sifat-sifatnya sama diseluruh cairan.
Campuran ini disebut juga campuran homogen. Tetapi suatu pelarut tertentu
dicampur kemudian membentuk 2 lapisan, maka campuran merupakan
campuran dua fase atau biasa disebut dengan campuran heterogen. Zat
organik adalah zat yang banyak mengandung unsure karbon .
Telah disebutkan bahwa kelarutan merupakan banyaknya garam yang
dapat larut dalam pelarut, maka definisi dari hasil kali kelarutan adalah hasil
kali konsentrasi ion-ion yang sukar larut dalam air setelah dipangkatkan
dengan koefisien menurut persamaan ionisasinya. Hubungan hasil kali
kelarutan berlaku dengan cukup tepat untuk maksud analisis kuantitatif,
hanya untuk larutan jenuh elektrolit yang sedikit dapat larut dan dengan
A. Teori Umum
Istilah kelarutan (solubility) dinyatakan untuk menyatakan jumlah
maksimum zat yang dapat larut dalam jumlah tertentu (Brady,1999).
Ksp = HKK = hasil perkalian [kation] dengan [anion] dari larutan jenuh
suatu elektrolit yang sukar larut menurut kesetimbangan heterogen. Kelarutan
suatu elektrolit ialah banyaknya mol elektrolit yang sanggup melarut dalam
tiap liter larutannya. Jika konsentrasi ion total dalam larutan meningkat, gaya
tarik ion menjadi lebih nyata dan aktivitas (konsentrasi efektif) menjadi lebih
kecil dibandingkan konsentrasi stoikhiometri atau terukurnya. Untuk ion yang
terlibat dalam proses pelarutan, ini berarti bahwa konsentrasi yang lebih tinggi
harus terjadi sebelum kesetimbangan tercapai dengan kata lain kelarutan
akan meningkat (Oxtoby, 2001).
Hubungan hasil kali kelarutan berlaku dengan cukup tepat untuk
maksud analisis kuantitatif, hanya untuk larutan jenuh elektrolit yang sedikit
dapat larut dan dengan sedikit penambahan garam lain. Dengan hadirnya
garam dalam konsentrasi yang sedang, konsentrasi ion dan kuat larutan akan
bertambah. Pada umumnya ini akan mengecilkan koefisien aktifitas kedua ion
akibatnya konsentrasi ion dan kelarutan harus bertambah agar hasil kali
kelarutan konstan. Efek ini, yang paling kentara bila elektrolit tambahan itu
tidak bersekutu ion dengan garam yang sedikit dapat larut, dapat disebut efek
garam (Brady, 1999).
Dalam penelitian ilmiah kesetimbangan hasil kali kelarutan dapat
digunakan dalam teori. Misalnya dengan tujuan pemurnian larutan garam
dapur. Dengan melakukan proses kimia yaitu caranya dengan penambahan
floukulan dalam reaksi pengendapan CaCO 3 dan MgOH2. Maka akan didapat
adalah pengendapan terjadi jika Q > Ksp dan pengendapan tak terjadi jika Q
< Ksp larutan tepat jenuh jika Q = Ksp (Petrucci,1999).
Larutan jenuh suatu garam, yang juga mengandung garam tersebut
yang tak larut, dengan berlebihan, merupakan suatu sistem kesetimbangan
terhadap mana hukum kegiatan massa dapat diberlakukan. Misalnya, jika
endapan perak klorida ada dalam kesetimbangan dengan larutan jenuhnya,
maka kesetimbangan yang berikut terjadi
Ag+ + Cl- AgCl Ini merupakan kesetimbangan heterogen, karena AgCl
ada dalam fase padat, sedang ion Ag + dan Cl – ada dalam fase terlarut.
Tetapan kesetimbangan dapatditulissebagai konsentrasi perak klorida dalam
fase padat tak berubah, dan karenanya dapat dimasukkan ke dalam suatu
tetapan baru, Ksp, yang dinamakan hasil kali kelarutan Ksp = [Ag+][Cl-] Jadi,
dalam larutan jenuh perak klorida, pada suhu konstan (dan tekanan konstan),
hasil kali konsentrasi ion perak dan ion klorida, adalah konstan.Apa yang
telah dikatakan untuk perak klorida, dapat diperluas secara umum. Untuk
larutan jenuh suatu elektrolit AvABvB, yang ter-ion menjadi ion-ion vAAm+
danvBBn- : vAAm+ + vBBn- AvABvB Hasil kali kelarutan (Ksp) dapat
dinyatakan sebagai Ksp = [Am+]vA x [Bn-]vB Jadi dapat dinyatakan, bahwa
dalam larutan jenuh suatu elektrolit yang sangat sedikit larut, hasil kali
konsentrasi dari ion-ion pembentuknya untuk setiap suhu tertentu adalah
konstan, dengan konsentrasi ion pangkat dengan bilangan yang sama
dengan jumlah masing-masing ion bersangkutan yang dihasilkan oleh
disosiasi dari satu molekul elektrolit. Prinsip ini mula-mula dinyatakan oleh
W.Nerst pada tahun 1889. (Svehla, 1999)
Kelarutan endapan-endapan yang dijumpai dalam analisis kuantitatif
meningkat dengan bertambahnya temperatur. Dengan beberapa zat
pengaruh temperatu ini kecil, tetapi dengan zat-zat lain pengaruh itu dapat
sangat nyata. Jadi kelarutan perak klorida pada 10 dan 100 oC masing-
masing adalah 1,72 dan 21,1 mg dm -3, sedangkan kelarutan barium sulfat
pada kedua temperatur itu masing-masing adalah 2,2 dan 3,9 mg dm -3. Dalam
beberapa hal, efek ion sekutu mengurangi kelarutan menjadi begitu kecil
sehingga efek temperatur, yang tanpa efek ion sekutu akan kentara, menjadi
sangat kecil (Bassett, 1994).
Kelarutan dan hasil kali kelarutan memiliki perbedaan, yaitu kelarutan
menunjukkan posisi kesetimbangan suatu zat dalam larutan, pada suhu
tertentu nilainya bervariasi bergantung dari jumlah pelarut, dan ada tidaknya
ion sejenis di dalam larutan, sedangkan hasil kali kelarutan merupakan suatu
konstanta keseimbangan, nilainya tetap pada suhu tertentu atau dapat
dikatakan memiliki satu nilai pada satu temperatur, dan tidak dipengaruhi oleh
jumlah pelarut dan jumlah ion senama yang terdapat dalam larutan. (Anonim,
2008).
Faktor-faktor penting yang mempengaruhi kelarutan, yaitu:
Suhu, kebanyakan garam anorganik akan bertambah kelarutannya apabila
suhu dinaikkan. Pelarut, kebanyakan garam anorganik lebih larut dalam air
daripada dalam pelarut organik. Air mempunyai momen dwikutub besar dan
tertarik ke kedua kation dan anion untuk membentuk ion terhidrat. Pengaruh
ion sama, sebuah endapan biasanya lebih larut dalam air murni daripada
dalam sebuah larutan yang mengandung salah satu ion dalam endapan.
Pengaruh Ion-Aneka Ragam, banyak endapan menunjukkan peningkatan
kelarutan apabila garam yang tidak mengandung ion yang sama dengan
endapan yang ada dalam larutan. Pengaruh pH, kelarutan garam dari asam
lemah bergantung pada pH larutan. Ion hidrogen bereaksi dengan anion
garam untuk membentuk asam lemah, dengan demikian meningkatkan
kelarutan garam.
BAB IV PEMBAHASAN
A. Data Hasil Praktikum
II 4 tetes Jingga-bening
kekuningan 1,7 mL
3,1 mL
III 3 tetes Merah muda-bening
kekuningan 5 mL
I 3 tetes Ungu-bening 32,5
MgCO3 kekuningan mL
II 3 tetes Ungu-bening 28 mL
kekuningan
28,5 mL
III 3 tetes Ungu-bening 25 mL
kekuningan
I 3 tetes Merah muda-bening 10 mL
II 3 tetes Merah muda-bening 9,4 mL
CaCO3 9,7 mL
III 3 tetes Merah muda-bening 9,7 mL
B. Perhitungan
Dik : rata-rata volume titran = 3,1 mL
Rumus :
M = V titran x Mol
L
Penyelesaian :
Perhitungan MgCO3
mol
M = V(titran) x
L
0,001mol
= 28,5 x
1000ml
= 28,5 x 10-6M NaOH sisa
0,001mol
NaOH 10 ml = 10 ml x
1000ml
= 10 x 10-6M Penambahan
NaOH + HCL = 10 x 10-6 – 28,5 x 10-6
= 18,5 x 10-6 hasil reaksi
0,001mol
HCL 5 ml = 5ml x
1000ml
= 5 x 10-6M Penambahan
HCL + MgCO3 = (5 + 18,5) X 10-6
= 23,5 x 10-6 M Hasil reaksi
23,5 X 10−6
Jumlah mol MgCO3 =
2
= 11,75 x 10-6 M
11,75 x 10−6
Kepekatan MgCO3 =
25 x 10−3
= 4,7 x 10-4 M
KSP = { Mg2+} {CO32-)
= ( 4,7 x 10-4)2
= 22,09 x 10-8 M
Perhitungan CaCO3
mol
M = V(titran) x
L
0,001mol
= 9,7 x
1000ml
= 28,5 x 10-6M NaOH sisa
0,001mol
NaOH 10 ml = 10 ml x
1000ml
= 10 x 10-6M Penambahan
NaOH + HCL = 10 x 10-6 – 9,7 x 10-6
= 0,3 x 10-6 hasil reaksi
0,001mol
HCL 5 ml = 5 ml x
1000ml
= 5 x 10-6M Penambahan
HCL + CaCO3 = 5 x 10-6 - 0,3 x 10-6
= 4,7 x 10-6 M Hasil reaksi
4,7 X 10−6
Jumlah mol CaCO3 =
2
= 2,23 x 10-6 M
2,23 x 10−6
Kepekatan CaCO3 =
25 x 10−3
= 9,4 x 10-5 M
KSP = { Ca2+} {CO32-)
= 9,4 x 10-5)2
= 8,836 x 10-11 M2
Perhitungan BaCO3
mol
M = V(titran) x
L
0,001mol
= 3,1 x
1000ml
= 3,1 x 10-6M NaOH sisa
0,001mol
NaOH 10 ml = 10 ml x
1000ml
= 10 x 10-6M Penambahan
NaOH + HCL = 10 x 10-6 – 3,1 x 10-6
= 6,9 x 10-6 hasil reaksi
0,001mol
HCL 5 ml = 5 ml x
1000ml
= 5 x 10-6M Penambahan
HCL + BaCO3 = 6,9 x 10-6 - 5 x 10-6
= 1,9 x 10-6 M Hasil reaksi
1,9 x 10−6
Jumlah mol BaCO3 =
2
= 0,95 x 10-6 M
9,5 x 10−6
Kepekatan CaCO3 =
25 x 10−3
= 0,038 x 10-3 M
KSP = { Ba2+} {CO32-)
= (0,038 x 10-3)2
= 1,444 x 10-9 M2
C. Pembahasan
Hasilkali kelarutan adalah hasil kali konsentrasi ion-ion yang sukar larut
dalam air setelah dipangkatkan dengan koefisien menurut persamaan
ionisasinya. Kelarutan terbagi menjadi larutan jenuh, lewat jenuh, dan tidak
jenuh. Larutan jenuh adalah larutan adalah suatu larutan yang mengandung
zat terlarut dalam konsentrasi lebih banyak dari pada yangs seharusnya, ada
pula temperature tertentu, terdapat juga zat yang tidak larut. Larutan jenuh
ALFIAH HUSNAWATI BASRI MUAMMAR FAWWAZ, S.Farm, M.Si, Apt
15020160029
HASIL KALI KELARUTAN
mendapatkan ksp dari masing-masing larutan, yang lebih jelasnya akan di uraikan
pada poin selanjutnya yaitu perhitungan.
Cara titrasi digunakan sebab praktikum ini dilakukan pengukuran secara
kuantitatif dan teliti dengan menggunakan buret.
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil praktikum, dapat disimpulkan hasil kali kelarutan adalah hasil
kali konsentrasi ion-ion yang sukar larut dalam air setelah dipangkatkan
dengan koefisien menurut persamaan ionisasinya. Harga KSP masing-
masing larutan jenuh yang telah dihitung adalah MgCO 3 = 22,09 x 10-8 M,
BaCO3 = 1,444 x 10-9 M2 , CaCO3 = 8,836 x 10-11 M2 .
B. Saran
Dalam melalukukan titrasi, dibutuhkan ketelitian dan kesabaran yang
tinggi maka dari itu praktikan harus benar-benar melakukan praktikum secara
fokus. Serta dalam penggunaan alat dan bahan sebaiknya di lakukan dengan
hati-hati untuk mengurangi kecelakaan kerja saat praktikum.
DAFTAR PUSTAKA
Yasid, Estin., 2005, Kimia Fisika untuk Paramedis, C.V.Andi offset, Yogyakarta
Bassett, J. dkk., 1994, Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik, Penerbit Buku
Kedokteran EGC, Jakarta.
Sutresna, Nana., 2007, kimia, Grafindo Media Pratama 2, Bandung.
Keenan, Charles W. dkk., 1991, Kimia Untuk Universitas Jilid 2, Erlangga.
Jakarta.
Oxtoby. 2001. Prinsip-prinsip Kimia Modern. Erlangga. Jakarta.
Syukri, 1999, Kimia Dasar 2, ITB Press, Bandung.
LAMPIRAN
GAMBAR
LAMPIRAN
SKEMA KERJA
A. Skema Kerja
Skema kerja pada larutan BaCO3, MgCO3, CaCO3 :
Dipipet 25 mL larutan BaCO3 / MgCO3 / CaCO3