Anda di halaman 1dari 6

IKAN GABUS (Channa striata) SEBAGAI BAHAN OBAT-OBATAN

Ikan dengan marga Channa merupakan ikan air tawar yang termasuk dalam
suku Channidae. Suku Channidae terdiri atas dua genus yaitu genus Channa dan
genus Parachanna. Genus Channa banyak ditemukan di Asia, sedangkan genus
Parachanna ditemukan di Afrika. Ada 39 jenis ikan dengan marga Channa dan 3 jenis
marga Parachanna yang banyak dikenal oleh masyarakat (Sinaga, et al., 2019). Ikan
marga ini dapat menghirup oksigen dari atmosfer, karena pada bagian insang terdapat
alat pernapasan tambahan. Sehingga, ikan ini dapat hidup pada perairan dengan kadar
oksigen rendah. Hal ini pula yang menyebabkan ikan Channa banyak ditemukan hidup
liar di rawa-rawa atau sungai berarus lambat, bahkan di sungai-sungai kecil atau rawa
banjiran. Ikan-ikan bermarga Channa dapat beradaptasi di lingkungan yang mempunyai
kandungan humus yang tinggi yang berasal dari gambut (Sinaga, et al., 2019).

Di Indonesia, ikan marga channa ini dapat ditemukan di Pulau Kalimantan, Pulau
Sumatera, Pulau Jawa, Pulau Sulawesi, dan Pulau Papua. Terdapat 8 jenis ikan marga
Channa yang dapat ditemukan di Indonesia, antara lain yaitu Channa striata (ikan
gabus), Channa micropeltes (ikan toman), Channa lucius (ikan bujuk), Channa
pleurophthalmus (ikan serandang), Channa marulioides (ikan jalai), Channa maculata
(ikan mihau), Channa bankanensis, dan Channa cyanospilos. Namun, yang banyak
dikenal oleh masyarakat Indonesia adalah jenis Channa striata, atau nama lainnya ikan
gabus (Sinaga, et al., 2019).
Ikan gabus merupakan salah satu jenis ikan karnivora air tawar yang menghuni
kawasan Asia Tenggara. Ikan gabus juga dikenal dengan sebutan snakehead fish
karena bentuk kepalanya yang menyerupai bentuk kepala ular.

Menurut Bloch (1793), Ikan gabus dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

Kingdom: Animalia

Filum: Chordata

Kelas: Actinopterygii

Ordo: Perciformes

Familia: Channidae

Genus: Channa

Species: Channa striata

Ikan gabus memiliki ciri-ciri kepalanya agak pipih dan bentuknya seperti ular
dengan sisik-sisik besar di atas kepala. Pada Sisi bagian atas tubuh ikan gabus dari
kepala hingga ke ekor berwarna gelap, hitam kecoklatan atau kehijauan. Sedangkan,
sisi bawah tubuh berwarna putih mulai dagu ke belakang dan sisi samping bercoret
tebal serta agak kabur. Warna ini seringkali menyerupai lingkungan sekitarnya],
sehingga dapat digunakan untuk mengelabui mangsanya atau sebagai bentuk
pertahanan diri. Bentuk mulut ikan gabus tergolong besar dengan gigi-gigi yang tajam,
sirip punggungnya memanjang dan sirip ekornya membulat di bagian ujungnya
(Lisyanto dan Adriyanto, 2009).

Saat ini, perkembangan ikan gabus (Channa striata) dapat diolah menjadi obat
dan makanan kesehatan yang menyebabkan ikan ini bernilai sangat ekonomis. Hal ini
tentunya sangat menguntungkan, karena ikan gabus yang dulu dikenal sebagai ikan
yang menjijikan karena bentuknya yang mirip ular dan baunya yang sangat amis
menjadi sangat bermanfaat bagi masyarakat terutama di bidang Kesehatan.

Ikan gabus memiliki kandungan albumin tertinggi dibandingkan ikan laut dan ikan
air tawar lainnya seperti ikan patin dan ikan gurami. Albumin adalah bagian dari protein
yang berada dalam darah dan berfungsi mengatur dan mempertahankan
keseimbangan air dalam sel, memberikan gizi pada sel, dan mengeluarkan produk
buangan (Harianti, 2011). Albumin merupakan salah satu jenis protein yang diperlukan
tubuh manusia dan sebagai senyawa yang dapat menyembuhkan luka. Oleh karena itu,
Ikan gabus memiliki potensi strategis serta kegunaan yang luas dalam industri pangan
maupun farmasi (Listyanto dan Adriyanto, 2009).

Sumber albumin dari ikan gabus sangat baik digunakan bagi penderita
hipoalbumin (rendah albumin) dan penyembuhan luka pasca operasi maupun luka
bakar (Fitriani dan Deviarni, 2013). Albumin ikan gabus memiliki kualitas jauh lebih baik
daripada kandungan albumin telur yang biasa digunakan dalam penyembuhan pasien
pasca bedah. Ikan gabus sendiri, mengandung 6,2% albumin dan 0,001741% Zn.
Namun, kandungan albumin pada ikan gabus jantan lebih rendah yaitu sebesar 6,7%.
Sedangkan pada ikan gabus betina kandungan albuminnya sebesar 8,2% (Lisyanto dan
Adriyandto, 2009).

Albumin Ikan gabus digunakan sebagai obat-obatan karena albumin memiliki


banyak fungsi diantaranya yaitu mengatur tekanan osmotik di dalam darah. Albumin
menjaga keberadaan air dalam plasma darah sehingga bisa mempertahanan volume
darah. Jika jumlah albumin turun maka akan terjadi penimbunan cairan dalam jaringan.
Fungsi yang kedua yaitu sebagai sarana pengangkut/transportasi bahan-bahan seperti
asam lemak bebas, kalsium, zat besi, dll yang kurang larut dalam. Albumin juga
bermanfaat dalam pembentukan jaringan tubuh yang baru pada pertumbuhan dari bayi
hingga remaja dan juga pada ibu hamil. Fungsi lainnya yang banyak digunakan di
bidang kedokteran yaitu untuk mempercepat penyembuhan jaringan tubuh misalnya
sesudah operasi, luka bakar dan beberapa penyakit (Harianti, 2011).

Di dalam albumin ikan gabus mengandung allil sulfida yang mampu mengurangi
resiko penyakit kanker. Kanker dapat menyerang jaringan apapun di dalam organ
tubuh. Oleh karena itu, kandungan Allil Sulfida dalam albumin ikan gabus ini akan
berperan dalam menghambat hormon-hormon pemicu tumbuhnya sel-sel kanker dalam
tubuh. Albumin dalam ikan gabus juga dapat membantu menurunkan kadar homosistein
dalam darah yang menjadi penyebab penyakit jantung. Homosistein merupakan asam
amino dari produk siklus metionin menjadi sistein. Konsentrasi homosistein yang
meningkat dalam pembuluh darah dapat menyebabkan kerusakan pada pembuluh
darah tersebut. Tidak hanya menurunkan kadar homosistein, albumin juga dapat
menguatkan fungsi otot-otot jantung. Albumin dari ikan gabus dapat dikonsumsi dalam
bentuk kapsul atau dengan mengonsumsi daging ikannya secara langsung (Harianti,
2011).

Pada ikan gabus juga terkandung asam amino dan asam lemak yang juga
memiliki efektifitas terhadap penyebuhan luka. Kedua senyawa ini dapat membantu
proses pembentukan kembali kolagen dan jaringan epitel pada luka, serta dapat
mengontrol kadar glukosa dalam darah dengan cara penghambatan terhadap enzim α-
glukosidase. Asam amino tersebut terbagi menjadi dua yaitu asam amino esensial dan
asam amino non esensial. Asam amino esensial yang terkandung pada ikan gabus
yaitu treonin, valin, metionin, isoleusin, leusin, fenilalanin, lisin, histidin, dan arginin.
Sedangkan asam amino non esensialnya meliputi asam aspartat, serin, asam glutamat,
glisin, alanin, sistein, tiroksin, hidroksilisin, amonia, hidroksiprolin, dan prolin (Lisyanto
dan Adriyandto, 2009). Zat asam amino khususnya lisin dan prolin pada albumin ikan
gabus dapat bermanfaat untuk kesehatan jantung. Albumin dari ikan gabus yang
mengandung 17,02 % asam amino lysin mampu menurunkan kadar lemak dalam darah
dan trigliserida, sehingga akan mengurangi resiko stroke, serangan jantung, dan
penyempitan pembuluh darah (Harianti, 2011).
Berdasarkan penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa ikan gabus banyak
digunakan sebagai obat-obatan karena kandungan albuminnya yang tinggi dan memiliki
banyak manfaat di bidang kesehatan. Daging ikan gabus ini memiliki kandungan
albumin yang berpotensi menggantikan serum albumin yang harganya mencapai Rp
1,3 juta per milliliter. Serum albumin tersebut merupakan jenis protein, terbanyak di
dalam plasma yang mencapai kadar 60%. Oleh karena itu, pemanfaatan daging ikan
gabus sebagai bahan obat obatan ini lebih ekonomis dan dapat dijangkau oleh
masyarakat dari kalangan apapun (Harianti, 2011).

DAFTAR PUSTAKA

Bloch. 1793. Species Fact Sheets Channa striata. Fisheries and Aquaculture
Department, FAO
Fitriyani, E., Deviarni, I.M. 2013. Pemanfaatan ekstrak albumin ikan gabus (Channa
striata) sebagai bahan dasar cream penyembuh luka. Vokasi. 9(3): 166-174

Harianti. 2011. Ikan gabus (Channa striata) dan berbagai manfaat albumin yang
terkandung di dalamnya. Jurnal Balik Diwa. 2(1): 18-25

Listyanto, N., Adriyanto, S. 2009. Ikan gabus (Channa striata) manfaat pengembangan
dan alternatif teknik budidayanya. Media Akuakultur. 4(1): 18-25

Sinaga, E., Suprihatin, Sarobanon, N. 2019. Ikan marga Channa dan potensinya
sebagai bahan nutrasetikal. UNAS Press, Jakarta Selatan.

Anda mungkin juga menyukai